Anda di halaman 1dari 42

BAB

DINAMIKA KISI KRISTAL


III
Dinamika Kisi Kristal merupakan ilmu yang mempelajari tentang gerak partikel
kristal dengan meninjau penyebab dari geraknya. Dalam bab yang lalu, telah dibahas
bahwa kristal tersusun oleh atom-atom yang “diam” pada posisinya di titik kisi.
Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar pada posisi
kesetimbangannya. Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai akibat dari energi
termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut.
Bab ini mula-mula membahas vibrasi kristal dalam batasan panjang gelombang
elastik, yang mana kristal dapat dianggap medium kontinu, vibrasi pada kisis kristal
kaitannya dengan fonon, dan dilanjutkan membahas fenomena kapasitas panas bahan
dikemukakan dalam beberapa model, dan yang sesuai dengan eksperimen adalah hanya
yang menggunakan konsep fisika kuantum.
Setelah mempelajari bab ini kemampuan akhir yang dapat dicapai dan indikatornya
adalah sebagai berikut :

Kemampuan akhir yang dicapai


Mahasiswa mampu menggambarkan vibrasi pada kisis kristal, kaitannya dengan fonon
dan menjelaskan fenomena kapasitas panas berdasarkan teori klasik dan teori Debye.

Indikator :
1. Menganalisis persamaan gerak kisi-kisi
2. Merumuskan Persamaan Gerak Kisi atomik
3. Menganalisis adanya ciri-ciri dengan berbagai ragam kisi
4. Mengindetifikasi adanya frekuensi absorpsi suatu Kristal pada daerah frekuensi
infra merah
5. Menjelaskan kapaitas panas zat padat menurut model klasik
6. Menjelaskan Kapasitas panas Model Einstein dan Debye
7. Menjelaskan kelebihan/kelemahan Kapasitas Model Einstein dan Debye
8. Menjelaskan perbaikan model Einstein dan Debye

55
Dinamika adalah kajian yang membahas gerak benda beserta penyebanya. Dalam
dinamika kisi kristal juga terjadi pergerakan yang disebabkan (1) adanya rambatan energi
dalam bentuk gelombang dalam suatu bahan padat; (2) terjadinya pergerakan
atom/bergetarnya atom pada posisi keseimbangan akibat adanya transfer energi dari
gelombang yang diberikan pada bahan padat ke atom-atom penyusun bahan padat: (3)
gelombang yang merambat pada kristal akan menyebabkan atom-atom bergetar. Pada
dasarnya getaran dan gelombang adalah satu kesatuan, jika memandang gelombang, maka
pada gelombang terdapat getaran yang merambat, dan sebaliknya. Dari ketiga penyebab
yang telah disebutkan di atas, kita dapat mendefinisikan bahwa Dinamika Kisi kristal
merupakan peristiwa bergeraknya atom/bergetarnya atom pada posisi keseimbangannya
akibat adanya transfer energi yang dibawa dalam bentuk gelombang pada suatu bahan
padat.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal.
Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar
atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan
gelombang panjang. Disebut pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang
digunakan memiliki panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom.
Dalam keadaan ini, gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun oleh atom-atom
yang diskrit; sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi diskrit. Sebaliknya,
bila dipakai gelombang yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak antar atom, kisi
akan “nampak” malar (kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang. Oleh karena
itu, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan kisi malar.

3.1. Gelombang Elastik dan Fonon


Gelombang Elastik adalah gelombang dalam suatu bahan yang dipengaruhi oleh
sifat-sifat elastik suatu bahan. Untuk menganalisis gelombang elastik, akan digunakan
pendekatan gelombang panjang, yakni gelombang yang diberikan pada bahan memilki
panjang gelombang yang lebih panjang daripada jarak antar atom penyusun bahan.
Saat gelombang diberikan pada suatu bahan padat, maka gelombang tersebut
mentransfer energi yang dimiliki ke atom-atom penyusun bahan yang mengakibatkan
atom-atom akan bergerak/bergetar. Karena atom-atomnya bergerak/bergetar dalam kisi
tersebut, mengakibatkan adanya perpanjangan dari bahan tersebut ( x ) . Adanya

56
pertambahan panjang inilah yang mendasari prinsip tegangan dan regangan dalam suatu
bahan yang akan digunakan untuk menurunkan persamaan gelombang elastik.
Dikatakan pembahasan gelombang elastik akan lebih mudah menggunakan
pendekatan gelombang panjang, yang artinya dianggap bahwa atom-atom pada bahan
tersusun secara kontinyu sebagai media rambatan gelombang. Dalam bahan
padatan/sebuah batang yang didalamnya dirambati gelombang seperti pada Gambar 3.1,
akan terjadi tegangan dan regangan seperti yang telah dibahas sebelumnya, dimana :

 x  
F
Tegangan : (3.1)
A
du
Regangan :  (3.2)
dx
Dimana F adalah gaya yang terjadi akibat energi yang dibawa gelombang, A adalah
luas bidang sentuh gaya , du adalah perubahan panjang, dan dx dianggap sebagai panjang
mula-mula.

Gambar 3.1 Padatan yang dirambati gelombang


Dari konsep tegangan dan regangan diperoleh suatu hubungan yang menyatakan sifat
elastisitas suatu bahan :
 (x)
E (3.3)

Dengan E adalah Modulus Elastisitas bahan.
Berdasarkan konsep tegangan dan hukum kedua Newton, dapat diturunkan
persamaan gerak gelombang elastik secara umum:
F   ( x) , dengan F  ma
d 2u
ma   ( x) , dengan a  (3.4)
dt 2
d 2u
 A dx   ( x)
dt 2

57
Persamaan di atas dapat lebih disederhanakan lagi dengan merubah  (x) menjadi :

 ( x)  dx
x

E dx
x
(3.5)
 u
E dx
x x
 2u
 E 2 dx
x

Dengan mensubtitusi persamaan di atas ke persamaan sebelumnya, maka akan


didapatkan persamaan gelombang elastik secara umum :
 2u     2u
  (3.6)
x 2  E  t 2
Yang bila dibandingkan dengan persamaan gelombang secara umum
 2u 1  2u
 (3.7)
x 2 v s t 2
1
 E 2
Maka diperoleh : v s    , yang dikenal sebagai Kecepatan Gelombang Elastik.

Jika sebelumnya sudah didapatkan bagaimana sifat dan perumusan gelombang
elastik dalam suatu bahan, sekarang akan coba dibahas tentang karakteristik gelombang
dalam suatu bahan yang berkaitan dengan posisi serta kerapatan atau di dalam suatu bahan
yang dapat menyebabkan terjadinya dinamika kisi.

3.1.1. Gelombang dalam bahan ( kasus satu-dimensi )


Berdasarkan perumusan gelombang yang diperoleh di atas :
 2u 1  2u
 (3.8)
x 2 v s t 2
Penyelesaian dari persamaan di atas adalah :

u ( x)  u0 e (iqxit ) (3.9)
Dengan U(x) adalah simpangan pada posisi x, dan u0 adalah amplitudo/ simpangan
maksimum. Jika mengabaikan faktor waktu (t), maka persamaan di atas menjadi :
u ( x)  u0 eiqx (3.10)

58
Berdasarkan syarat periodik, nilai untuk setiap x adalah sama dengan amplitudonya :
u0  u0 e iqx , dengan x  L
e iqL  1
maka diperoleh : (3.11)
 2 
q n , dengan n  0,1,2,...
 L 
Dengan q adalah bilangan gelombang. Persamaan di atas menyatakan bahwa, gelombang
dapat merambat dalam batang yang panjangnya L bilamana bilangan gelombang adalah
2
kelipatan bulat (0,1,2,...) dari . Hal ini juga menyatakan bahwa bilangan gelombang q
L
adalah bilangan diskrit, yang artinya juga harga q adalah posisi atom agar gelombang dapat
merambat dengan menganggap atom sebagai media rambatannya.

Gambar 3.2 Ruang q satu dimensi : a. diskrit dan b. malar


Dengan memperhatikan Gambar 3.2. dapat didefinisikan jumlah ragam gelombang elastik
yang mempunyai bilangan gelombang antara q dan q + dq (dalam interval dq) adalah:
(2.(3.12)

Dengan

Jumlah ragam gelombang seperti pada persamaan (2.2) untuk setiap satuan volume disebut
rapat keadaan atau ditulis g(q) dq. Rapat keadaan dapat juga diungkapkan sebagai
frekuensi sudut ω, yaitu g(ω) dω; yang menyatakan jumlah ragam gelombang elastik
persatuan volume dengan frekuensi antara ω dan ω+dω (dalam interval dω). Di pihak lain,

59
q dan ω berhubungan satu sama lain melalui hubungan dispersi, lihat gambar 2, yaitu
bahwa ω berbanding lurus terhadap q untuk kisi malar:
(2.(3. 13)

Gambar 3.3.hubungan disperi linear untuk kisi malar

Sifat dan karakteristik gelombang dapat ditentukan dengan meninjau rapat keadaan
gelombang yang dipengaruhi oleh jumlah ragam gelombang sebagai akibat harga q yang
tergantung dari n. Rapat keadaan didefinisikan sebagai jumlah ragam gelombang untuk
setiap satuan volume. Rapat keadaan biasanya diungkapkan dalam bilangan gelombang
( g(q) dq ) dan frekuensi sudut ( g (  ) d  . Pada keadaan satu-dimensi jumlah ragam
gelombang setiap satuan volume jika diungkapkan dalam bilangan gelombang
didefinisikan sebagai:
dq
g (q)dq  (3.14)
q
Jika diungkapkan dalam frekuensi sudut, terdapat hubungan :
g ( ) d  2 g (q)dq
dq 2
g ( ) d  2 , dengan q 
q L
L
g ( ) d  dq (3.15)
2
L dq dq 1
g ( ) d  , dengan 
2 d d v s
L
g ( ) d 
2v s
Persamaan di atas adalah persamaan rapat keadaan dalam satu-dimensi.

60
3.1.2. Gelombang dalam bahan kasus tiga dimensi
Sama halnya dalam kasus satu-dimensi, untuk ruang tiga-dimensi ragam keadaan
pada sumbu x, y, dan z. Dimana harga qx, qy dan qz adalah kelipatan bilangan bulat.

 2   2   2 
q x   l , q y   m , q z   n , dengan l , m, n  0,1,2,... (3.16)
 L   L   L 
Dengan cara yang sama rapat keadaan untuk tiga-dimensi.

Gambar 3.3 Ruang - q tiga dimensi : a. ruang - q dalam kuadran I (qx, qy, qz > 0); b.
proyeksi ruang - q pada bidang qy - qz; c. volume yang ditempati oleh
satu titik dalam ruang - q
Dalam ruang tiga-dimensi, fungsi gelombang dengan mengabaikan faktor waktu ditulis:
(3.17)

Syarat batas periodik menghasilkan :


(3.18)
Hal ini dapat dipenuhi oleh:

l, m, n = 0, ±1, ±2, .........


setiap titik dalam ruang-q dinyatakan oleh:

61
(3.19)

Rapat keadaan g(ω) dalam ruang tiga-dimensi dari rambatan gelombang dapat ditentukan
berdasarkan gambar di atas. Jumlah ragam gelombang (dalam bola berjejari q) adalah
perbandingan antara volume bola dan volume yang ditempati oleh satu titik dalam ruang -
q, jadi:
(3.20)

Turunan N terhadap q akan diperoleh:

Dengan menggunakan

Diperoleh
(3.21)

62
3
Dimana V = L , yaitu volume medium apabila berbentuk kubus.
Dalam kasus gelombang merambat kea rah x, maka ungkapan rapat keadaan dapat
dituliskan kembali berbentuk:
(3.22)

Gelombang elastik pada zat padat disebabkan oleh gelombang mekanik (bunyi/ultrasonik)
atau pun oleh gelombang termal (infra merah). Paket-paket energi getaran kisi ini disebut
fonon.
Telah dibahas tentang gelombang elastik pada bahan padat yang disebabkan oleh
gelombang mekanik (bunyi/ultrasonik) maupun oleh gelombang termal (inframerah).
Kedua gelombang tersebut dapat menyebabkan getaran kisi. Untuk selanjutnya, paket-
paket energi getaran kisi disebut fonon. Fonon dapat dipandang sebagai “kuasi partikel”
seperti halnya foton pada gelombang cahaya/elektromagnet. Melalui konsep yang mirip
“dualisme partikel-gelombang” ini, rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat dianggap
sebagai aliran fonon.
Adapun beberapa eksitasi elementer pada zat padat dapat dilihat pada Tabel 3.1

a. Foton merupakan partikel dengan massa diam nol yang merupakan kuantum radiasi
elektromagnetik.
b. Fonon merupakan kuantum energi vibrasional kisi kristal yang memiliki nilai hf.
c. Plasmon merupakan eksitasi bersama untuk osilasi elektron terkuantisasi di dalam
logam.
d. Magnon merupakan eksitasi bersama yang berhubungan dengan sistem magnetik.
e. Polaron merupakan sistem elektron-ion bergandengan yang timbul bila sebuah
elektron dimasukkan ke dalam pita konduksi sebuah kristal ionik sempurna dan
menghasilkan polarisasi kisi di sekitarnya.
f. Eksiton merupakan pasangan elektron-lubang di dalam sebuah kristal yang terikat
dengan cara yang mirip dengan terikatnya elektron dan proton.

63
Tabel 3.1 Beberapa eksitasi elementer pada zat padat

Simbol Partikel Gelombang


Elektron -
Foton Elektromagnetik
Fonon Elastik/Getaran Kisi
Plasmon Elektron Kolektif
Magnon Magnetisasi
- Polaron Elektron, Deformasi Elastik
- Eksiton Polarisasi

3.2. Vibrasi Kisi Kristal

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika suatu kisi dirambati sebuah
gelombang, maka kisi tersebut akan mengalami getaran (vibrasi). Terdapat dua bentuk
vibrasi kisi atom dalam kristal: (1) Vibarasi longitudinal merupakan bentuk vibrasi yang
arah vibrasinya searah dengan arah rambatannya; (2) Vibrasi transversal yaitu bentuk
vibrasi yang arah vibrasinya tegak lurus dengan arah rambatannya. Pada pembahasan
vibrasi kisi ini akan dibahas tentang kisi eka-atom satu dimensi, kecepatan gelombang dan
kisi dwi-atom satu dimensi.

3.2.1. Vibrasi Kisi Eka-Atom Satu Dimensi


Kisi eka-atom satu dimensi merupakan suatu kisi yang terisi atom-atom yang sejenis,
maksudnya memiliki satu ukuran yang sama dalam ruang satu dimensi. Karena seperti
yang kita ketahui getaran atau vibrasi bekerja ke segala arah (secara vertikal dan
horizontal). Namun, yang akan ditinjau di sini hanyalah kisi atom secara horizontal. Itulah
yang disebut dengan vibrasi kisi eka-atom satu dimensi.
Perhatikan kisi eka-atom satu dimensi, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
dan Gambar 3.5. Pada titik seimbang, atom-atom secara rata-rata menduduki titik kisi.
Kemudian atom-atom akan menyimpang dengan besar simpangan yaitu …….Un-1, Un,
Un+1,…. Dan seterusnya. Dalam kisi kristal monoatomik terdapat dua jenis gelombang
yang dapat merambatinya, yaitu: (1) gelombang longitudinal, arah getarannya searah

64
dengan arah rambatannya; (2) Pada gelombang transversal, arah getarannya tegak lurus
dengan arah rambatan.

Gambar 3.4. Rambatan gelombang longitudinal pada Kristal; garis putus-putus


menggambarkan atom pada keadaan seimbang. Garis lurus
menggambarkan atom setelah dirambati oleh gelombang longitudinal

Gambar 3.5. Rambatan gelombang transversal pada Kristal; garis putus-putus


menggambarkan atom pada keadaan seimbang. Garis lurus
menggambarkan atom setelah dirambati oleh gelombang transversal

65
Dengan adanya penyimpangan atom-atom tersebut, maka untuk membahas
pergerakan atom ke-n, yang mengalami interaksi dengan tetangga terdekatnya u n  1
total gaya yang dilakukan, dapat digunakan perumusan hukum kedua Newton:
Fs  C u n1  u n   u n1  un 

d 2un
m  C un1  un1  2un  (3.23)
dt 2
Analogi dari persamaan (2.16) di atas dapat kita lihat pada perumusan hukum Hooke
pada pegas:
F  kx
ma  kx
Sehingga, pada persamaan (3.23) diperoleh m sebagai massa atom, un adalah
penyimpangan atom ke-n, t adalah waktu dan C adalah tetapan elastik ikatan antar atom
serta (un+1+un-1+2un) merupakan total penyimpangan atom.
Terhadap persamaan (3.23) didapatkan bentuk penyelesaiannya adalah:

un  Aei qxn  t  (3.24)

Dengan A adalah amplitude dan xn adalah posisi atom ke-n terhadap pusat-pusat koordinat
sembarang dan dapat dituliskan:
xn  na (3.25)
n adalah bilangan bulat dan a adalah tetapan kisi. Kemudian solusi (3.24) dimasukkan ke
dalam persamaan gerak (3.23), dan dengan menggunakan hubungan Euler:
2 cos y  eiy  e iy

Diperoleh solusi :

 qa 
   m sin   (3.26)
 2 
Dengan:
1/ 2
c
 m  2 
m
Hasil (3.26) menyatakan hubungan antara  dan q. Jadi jelas persamaan tersebut
menyatakan hubungan dispersi yang dalam kasus ini berbentuk/bersifat sinusoida. Hasil
tersebut dikatakan bersifat sinusoida dan secara implisit menyatakan bahwa pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan gelombang pendek karena pada persamaan (3.26)

66
fungsi yang digunakan adalah fungsi sinus. Sebagai bukti yaitu misalnya (dari Gambar 3.6)

kita memasukkan nilai q  akan mengahasilkan nilai  maksimum dan saat nilai q = 0
a
maka nilai  = 0, akan memberikan hasil yang bersifat sinusoida (seperti pada Gambar
3.6). Selain itu, seperti yang kita ketahui bahwa  merupakan frekuensi sudut dan besar
frekuensi sudut berbanding terbalik dengan panjang gelombang (  ), maka dapat dikatakan
bahwa pendekatan persamaan (3.26) menggunakan pendekatan gelombang pendek.
Dengan demikian, frekuensi sudut hanya akan terlihat pada titik-titik tertentu, sehingga
medium “tampak” sebagai deretan atom-atom diskrit, dengan hubungan dispersinya
merupakan sinusoida (tidak linier).

Gambar. 3.6. hubungan dispersi antara  dan q, sinusoida dari kisi


diskrit (pendekatan gelombang pendek)

Untuk gelombang “murni”, yaitu gelombang yang hanya memiliki satu nilai q dan
satu nilai , gelombang menjalar dengan satu nlai v. pada Gambar 3.7 ditunjukkan
gelombang murni dan gelombang paket. Gelombang paket merupakan perpaduan
(superposisi) dari sejumlah masing-masing nilai q1, q2, ….., qn dan 1, 2,…., n.
Perhatikan gelombang paket gambar 3.7.c, gelombang tersebut mempunyai dua komponen
yaitu: gelombang “isi” dan gelombang “sampul” dengan gelombang isi memiliki frekuensi
yang besar karena (dari gambar) terlihat bahwa gelombang isi mempunyai panjang
gelombang () yang kecil sehingga frekuensinya besar sebab frekuensi dan panjang
gelombang berbanding terbalik. Sedangkan pada gelombang sampul, sebaliknya, memiliki
frekuensi yang kecil, sebab (dari gambar) terlihat panjang gelombangnya besar.

67
Gambar. 3.7. (a) Gelombang “murni” merambat dengan satu nilai kecepatan
(b) Superposisi gelombang dengan nilai q dan  berbeda-beda
sehingga menghasilkan gelombang seperti pada gambar c.
(c) Gelombang paket dengan dua komponen, masing-masing
merambant dengan kecepatan vf dan vg.
Kedua komponen gelombang merambat dengan kecepatan yang berbeda secara
umum. Gelombang “isi” merambat dengan kecepatan fase (vf), sedangkan gelombang
“sampul” merambat dengan kecepatan kelompok/grup (vg). Perumusan untuk kedua
kecepatan tersebut dapat diperoleh dari perumusan superposisi gelombang (lihat Gambar
(3.7).

68
Gambar.3.8: Superposisi gelombang dari dua gelombang

Untuk menghitung kecepatan fase dan kecepatan grup, kita menganggap bahwa grup
gelombang timbul dari kombinasi dua gelombang yang beramplitudo sama A, tapi
frekuensi sudutnya berbeda d dan bilangan gelombangnya berbeda dq. Dari Gambar 3.8
(a) dan (b) rumus gelombangnya dapat dinyatakan:

u1  A cos  t  q x 
u2  A cos  d  t  q  dq x
Pergeseran resultan u pada saat t dan pada kedudukan x adalah jumlah dari u1 dan u2.
Dengan menggunakan bantuan identitas:

cos  cos   2 cos


1
    cos 1    
2 2
Dan hubungan:
cos ( )  cos

Diperoleh:

69
u  u1  u 2

 2 A cos
1
2  d t  2q  dq xcos 1 d t  dq x
2 2
Karena d dan dq kecil dibandingkan dengan  dan q berurutan, maka
2  d  2
2q  dq  2q
Dan
 d dq 
u  2 A cos  t  q x  cos  t x (3.27)
 2 2 
Persamaan (2.20) menyatakan gelombang yang berfrekuensi sudut  dan bilangan
1
gelombang q yang termodulasi dengan frekuensi sudut d dan bilangan gelombang
2
1
dq . Efek modulasi ini menghasilkan grup gelombang yang berbaris sepanjang Gambar
2
3.7. Sehingga didapatkan kecepatan fase (vf) dan kecepatan grup (vg):
 d
vf  dan vg  (3.28)
q dq
Selanjutnya akan ditentukan kisi kontinyu dan kisi diskrit. Untuk kisi kontinyu,
panjang gelombang () sangat besar, sehingga:
 
2 menghasilkan q0
q

Dari hubungan dispersi umum, persamaan :

 qa 
   m sin  
 2 
Oleh karena q0, maka:
 qa  qa
sin   
 2  2
Ini berarti:

 a 
   m q  v s q (3.29)
 2 
Dengan:

70
m a
vs 
2
Tampak bahwa untuk kisi kontinyu, kecepatan rambat gelombang baik kecepatan
fase maupun kecepatan grup sama dengan kecepatan rambat v s. Kisi kontinyu, sebagai
medium perambatan gelombang yang bersifat demikian (hubungan dispersi linier, v f = vg =
vs) disebut medium dispersif.
Di pihak lain, untuk kisi diskrit, karena hubungan dispersinya sinusoida maka
kecepatan rambat gelombang yang bersangkutan adalah:

m sin 
qa 
 
  2 
vf  
q q

  qa  
d  m sin  
d   2 
vg  
dq dq
  qa   (3.30)
d  sin  
  2 
 m
dq
 qa  a 
 m cos  
 2  2 
 qa 
vg  vs cos 
 2 

Terlihat bahwa:
vf ≠ vg ≠ vs
Medium yang bersifat sebagai kisi diskrit adalah medium tak dispersif. Perhatikan
ungkapan untuk kecepatan grup, bahwa nilai q = ± (  / 2 ) menghasilkan kecepatan grup
vg = 0. Bila hal ini terjadi akan dapat terlihat bahwa gelombang “isi” tetap merambat
sedangkan gelombang “sampul” diam (menghasilkan gelombang berdiri).

71
3.2.2. Vibrasi Kisi Dwi-Atomik Satu Dimensi

Kisi dwi atom 1 dimensi merupakan kisi yang tersusun oleh dua atom dengan
massa berbeda yang diperlihatkan dalam satu dimensi. Massa M 1 bisa dianggap berada
pada titik kisi sedangkan massa 2 atau M2 berada pada titik tengah suatu sel satuan.
Sehingga simpangan akibat adanya getaran yang menyebabkan atom-atom ini bergerak
dapat terukur dalam jangka waktu tertentu. Pergerakan atom dalam kisi dapat dilihat pada
gambar 3.9.

Gambar 3.9 posisi atom pada sel primitive yang tersusun atas 2 atom,
(a) posisi atom setimbang, (b) perpindahan kontinyu

Gambar di atas menunjukkan apabila kisi dirambati gelombang maka atom-atom akan
menyimpang sejauh … dan seterusnya. Kita dapat menganggap atom-
atom yang berdekatan atau tetangga terdekat akan dipengaruhi oleh potensial
tetangganya masing- masing sehingga Energi potensial yang dialami oleh atom-atom
dapat digambarkan secara matematis,yaitu:
(3.31)

Untuk mempermudah perhitungan kita dapat menganggap atom dengan massa lebih
kecil(m) bernomor ganjil sedangkan atom bermassa lebih besar (M) bernomor genap
maka

Gambar 3.10 Kisi Dwi-atomik


Dari Gambar 3.10 diatas terlihat bahwa atom-atom baik itu atom bermassa kecil
maupun lebih besar akan memiliki perpindahan sebagai berikut:

72
Sesuai dengan hokum II Newton

Namun, karena massa dan pergerakan kedua atom ini berbeda sehingga kita harus
menuliskannya secara terpisah.
Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih besar (M) atau atom bernomor ganjil.

(3.32)

Persamaan perpindahan untuk atom bermassa lebih kecil (m) atau atom bernomor genap

(3.33)

Dengan adanya persamaan posisi ini maka kita harus mampumenyatakan persamaan
tersebut dalam bentuk persamaan gelombang yang mengandung q sebagai bilangan
gelombang dan sebagai frekuensi sudut gelombang.
Sehingga fungsi gelombangnya,
(3.34)
(3.35)
Masuukkan ke persamaan posisi

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:

(3.36)

Persamaan ini akan bernilai tidaknol jika determinan matriks di atas sama dengan nol.
Jadi,

( ( )=0

4 4

73
Sehingga nilai frekuensi menjadi

(3.37)

Dimana persamaan ini menghasilkan dua penyelesaian yaitu:

(3.38)

Persamaan ini disebut persamaan frekuensi cabang optic karena apabila dihitung, frekuensi
ini berada dibawah frekuensi gelombang inframerah atau optic.

(3.39)

Persamaan kedua ini disebut persamaan gelombang frekuensi cabang akustik karena
karakteristiknya mirip seperti gelombang bunyi yang mana apabila meningkat maka q
juga meningkat begitu pula sebaliknya. Berikut pola gerakan atom akibat getaran yang
terjadi (lihat Gambar 3.11) di lihat dari amplitudo baik itu amplitudo atom bernomor ganjil
maupun genap.yang didapat dari persamaan berikut

Gambar 3.11 Cabang akustik untuk dan sefase sedangkan


untuk cabang optic tidak sefase

74
.
Gambar 3.12. Daerah frekuensi dan dispersi

Jika kita lihat dari Gambar 3.12 bahwa daerah antara dan disebut celah
frekuensi yaitu daerah dengan interval – karena pada interval ini tidak ada

gelombang maka kisi dwi atomik tidak merambatkan gelombang tetapi meredamnya.
Hal ini memungkinkan kisi menjadi tapis lolos yakni mampu meredam maupun
merambatkan frekuensi tertentu.

3.3. Sifat Termal Zat Padat


3.3.1. Kapasitas Panas dan Panas Spesifik
Dalam padatan, terdapat dua jenis energi termal yang tersimpan yaitu energi vibrasi
atom-atom di sekitar posisi kesetimbangannya dan energi kinetik yang dikandung elektron
bebas. Jika suatu padatan menyerap panas maka energi internal yang tersimpan dalam
padatan meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi perubahan energi
pada atom-atom dan elektron bebas menentukan sifat-sifat termal padatan.
Kapasitas panas (heat capacity) adalah sejumlah panas (Q) yang diperlukan per mol
zat untuk menaikkan suhunya. Bila kenaikan suhu zat ΔT, maka kapasitas panas dapat
dituliskan sebagai :

Panas spesifik (specific heat) adalah kapasitas panas per satuan massa per derajat K,
dinyatakan sebagai kapasitas panas per mol per derajat K. Untuk membedakan dengan

75
kapasitas panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv dan Cp), maka panas spesifik
dituliskan dengan huruf kecil (cv dan cp).
Konsep mengenai kapasitas panas dinyatakan dengan dua cara, yaitu
a. Kapasitas panas pada volume konstan, Cv , dengan hubungan:

dimana E adalah energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik
dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron bebas.
b. Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp, dengan hubungan:

dengan H adalah entalpi.


Pengertian entalpi dimunculkan dalam termodinamika karena sangat sulit
menambahkan energi pada padatan (meningkatkan kandungan energi internal) saja dengan
mempertahankan tekanan konstan.
Jika kita memasukkan energi panas pada sepotong logam, maka energi yang kita
masukkan tidak hanya meningkatkan energi internal melainkan juga digunakan untuk
melakukan kerja pada waktu pemuaian terjadi. Pemuaian adalah perubahan volume, dan
pada waktu volume berubah dibutuhkan energi sebesar perubahan volume dikali tekanan
udara luar, dan energi yang diperlukan ini diambil dari energi yang kita masukkan. Oleh
karena itu didefinisikan entalpi guna mempermudah analisis, yaitu

dengan P adalah tekanan dan V adalah volume.

Gambar 3.13. Kebergantungan kapasitas panas zat padat pada suhu

76
Kapasitas panas zat bergantung pada suhu, perhatikan Gambar 3.13. Kapasitas
panas zat pada suhu tinggi mendekati nilai 3R. Dimana R menyatakan tetapan gas umum.
Misalkan R ≅ 2 kalori/K-mol, maka pada suhu tinggi kapasitas panas zat padat yakni C v

≅ 6 kalori/K-mol. Nilai di atas berlaku dalam selang suhu termasuk suhu ruang.
Kenyataannya Cv memiliki nilai 3R pada suhu tinggi untuk semua zat, yang dikenal
sebagai Hukum Dulong-Petit.
Pada suhu rendah, Cv menyimpang dari hukum Dulong-Petit. Nilai Cv menurun
seiring dengan berkurangnya suhu T dan Cv menuju nol untuk T = 0. Di sekitar T = 0 nilai
Cv sebanding dengan T3. Untuk menjelaskan kebergantungan Cv terhadap T akan dibahas
tiga jenis model, yakni model klasik, model Einstein dan model Debye.

3.3.2. Panas Jenis Zat Padat Model Klasik


Apabila zat padat menyerap energi panas akan terjadi gejala termal, yaitu atom-
atom bergetar di sekitar posisi setimbangnya. Menurut fisika klasik, getaran atom-atom zat
padat dapat dipandang sebagai osilator harmonik. Satu getaran atom identik dengan sebuah
osilator harmonik.
Osilator harmonik merupakan suatu konsep/model yang secara makroskopik dapat
dibayangkan sebagai sebuah massa m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas
c. Untuk osilator harmonik satu dimensi, energinya dapat dirumuskan :
ε = energi kinetik + energi potensial

dengan v laju getaran osilator, x simpangan osilator dan ω frekuensi sudut getaran osilator .

Dengan ε merupakan energi yang dimiliki oleh sebuah osilator harmonik, dan karena setiap
osilator dalam gerak harmoniknya mempunyai energi yang berbeda-beda, maka dapat
ditentukan energi rata-rata osilator harmonik:

exp –

exp –

77
dengan k merupakan tetapan Boltzmann dan T suhu osilator. Faktor exp (-ε/kT) disebut
bobot Boltzman atau lengkapnya fungsi distribusi Maxwell - Boltzmann.
Energi rata-rata osilator seperti pada persamaan diatas dapat juga ditentukan melalui
prinsip ekuipartisi energi. Menurut prinsip ini, setiap sistem yang mempunyai satu derajad
bebas yang berbentuk kuadrat dari besaran gerak (v2, x2, ω2 ....) mempunyai energi rata-
rata yang setara dengan 12 kT.
Jadi untuk osilator harmonik satu dimensi yang mempunyai dua derajad bebas mempunyai
energi rata-rata :

Selanjutnya, karena atom-atom dalam kristal membentuk susunan tiga dimensi, maka
untuk satu mol osilator harmonik tiga-dimensi, energi dalamnya :

Dengan demikian kapasitas panasnya :

( 3.41)

Dari hasil ini terlihat bahwa menurut model fisika klasik, kapasitas panas zat padat tidak
bergantung suhu dan berharga 3R. Hal ini sesuai dengan hukum Dulong-Petit yang hanya
berlaku untuk suhu tinggi. Sedangkan untuk suhu rendah jelas teori ini tidak berlaku.
Dapat ditarik suatu generalisasi menurut hukum Dulong-Petit panas spesifik
padatan unsur adalah hampir sama untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mol oK.
Boltzman, setengah abad kemudian, menunjukkan bahwa angka yang dihasilkan oleh
Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui pandangan bahwa energi dalam padatan tersimpan
dalam atom-atomnya yang bervibrasi.
Energi atom-atom ini juga dapat diturunkan dari teori kinetik gas. Molekul gas
ideal memiliki tiga derajat kebebasan dengan energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan
adalah sehingga energi kinetik rata-rata dalam tiga dimensi adalah . Energi

per mol adalah:

Dengan N= bilangan Avogadro dan yang merupakan energi internal gas ideal.
Dalam padatan, atom-atom saling terikat sehingga selain energi kinetik terdapat pulaenergi
potensial sehingga energi rata-rata per derajat kebebasan bukan melainkan kBT .

78
Energi per mole padatan menjadi:

Panas spesifik pada volume konstan:

Angka inilah yang diperoleh oleh Dulong-Petit.


Pada umumnya hukum Dulong-Petit cukup teliti untuk temperatur di atas
temperatur kamar. Namun beberapa unsur memiliki panas spesifik pada temperatur kamar
yang lebih rendah dari angka Dulong-Petit, misalnya B, Be, C, Si. Pada temperatur yang
sangat rendah panas spesifik semua unsur menuju nol.
Dibawah ini diberikan tabel nilai kapasitas panas dan panas jenis beberapa unsur
yang sesuai dengan hukum Dulong – Petit.

3.3.3. Panas Jenis Zat Padat Model Einstein


Menurut Einstein atom-atom kristal dianggap bergetar satu sama lain di sekitar titik
setimbangnya secara bebas. Getaran atomnya dianggap harmonik sederhana yang bebas
  
sehingga mempunyai frekuensi sama yaitu    sehingga di dalam zat padat jika
 2 
terdapat sejumlah N atom maka ia akan mempunyai 3N osilator harmonik yang bergetar
bebas dengan frekuensi (ω).
U   k bT  3NkbT
kp

Maka kapasitas panasnya:


U
Cv  
d
3NkbT 
T dT
Cv  3Nkb dengan 3Nkb  R

Cv  R dimana R adalah konstanta universal gas.

Jadi kapasitas panas phonon untuk temperatur tinggi menurut model Einstein adalah
Cv  3Nkb  3R
Model Einstein untuk kapasitas panas pada temperatur rendah:

Untuk T<< maka  1
k bT

Bila  kp   maka model Einstein 3N

79
3N
U
e kbT  1
U d  3N 
Cv  
T dT  e  kbT  1

1    kbT 
 3N 2 
 
e 
e
 kbT 2
1  b k T 

3N 2 2 e  kbT

 
.
k bT 2 e  kbT  1
2

3N 2 2 e  kbT

k bT 2
. 2 kbT
e 
 2e  kbT  2 
3N 2 2 1

k bT
.  kbT
e 1  

Sehingga Cv untuk suhu rendah ( T<< ,  1 ) adalah :
k bT

3N 2 2  kbT


Cv  .e
k bT
Jika    E , maka :
E
kb

3N 2 2 e  kbT
Cv 
 
.
k bT 2 e  kbT  1
2

   1 e  kbT
 3Nkb   2 .

 k b  T e  kbT  1
2

  e  kbT
 3Nkb  E .
 T 
 e  kbT  1
2

   e  kbT
 3R E .

 T  e  kbT  1
2

Cv   E  e  kbT
 .
Sehingga,

3R  T  e  kbT  1 2 
80
Gambar 3.14. Panas Spesifik Model Einstein

Cv
T  , maka 1
3R
Cv
T  0, maka 0
3R
Saat mendekati nol mutlak, penurunan CV model Einstein yang secara eksponensial di
atas, ternyata, jauh lebih cepat daripada yang terjadi secara eksperimen, yakni CV ∼ T3
Kesimpulan yang dapat ditarik dari model Einstein adalah sebagai berikut.
a. Pada suhu tinggi, osilator tereksitasi sempurna, yang memerlukan energi rata-rata
sebesar koT, sehingga CV ≅ 3 R.
b. Pada suhu rendah, osilator membeku (tidak berosilasi) dalam tingkat energi dasar
sehingga CV=0.

3.3.4. Panas Jenis Zat Padat Model Debye


Pemikiran Debye didasarkan pada adanya kenyataan bahwa ragam frekuensi di
dalam kristal sesuai dengan rambatan gelombang bunyi yang merupakan gelombang elastis
berfrekuensi rendah. panjang gelombang bunyi sangatlah besar bila dibandingkan dengan
jarak antar atom (λ >> a) sehingga kedeskritan struktur atom kristal dapat diabaikan dan
menggantinya menjadi medium elastik yang homogen.
Debye mengasumsikan bahwa kisi kristal itu adalah suatu kontinum elastik dengan
volume V yang mana suatu kontinum elastik akan memiliki distribusi frekuensi yang

81
kontinu. Oleh karena itu, jumlah frekuensi yang dimiliki dalam rentang antara V sampai V
+ dV bisa didapat seperti halnya radiasi elektromagnetik dalam rongga.
Kristal zat padat ditampilkan sebagai atom-atom yang yang tersusun pada jarak
yang teratur dalam kisi-kisi 3 dimensi. jika sebuah atom tergeser dari posisi
kesetimbangannya, maka atom tersebut mengalami gapulih (restore) dari atom-atom
sekitarnya. Atom-atom tersebut bertindak sebagai kopel osilator. Setiap gangguan akan
ditransmisikan ke atom-atom di sekitarnya dan akan menghasilkan rambatan gelombang
pada zat padat. Ditemukan bahwa jumlah energi yang ditransfer dari satu atom ke atom
tetangganya terkuantisasi sebesar hv, dengan v adalah frekuensi klasik pada suatu atom
tersebut bervibrasi disekitar posisi kesetimbangannya. Setiap hv kuantum pada energi
akustik disebut fonon,yang analog dengan foton pada radiasi elektromagnetik.
Perambatan gelombang pada kisi kristal dapat berlangsung secara transversal
maupun longitudinal dengan kecepatan masing-masing vt dan vl. Gelombang transversal
memiliki 2 derajat kebebasan vibrasi sedangkan gelombang longitudinal hanya memilik
satu derajat kebebasan.setipa derajat kebebasan vibrasi (mode vibrasi) kristal
berkorespondensi dengan keadaan sistem tersebut, Dan fonon-fonon terdistribusi diantara
keadaan-keadaan ini mengikuti distribusi Bose-Einstein.
Didalam kristal ditemukan sejumlah frekuensi maksimum vibrasi, yang disebut
frekuensi debye vd. Frekuensi maksimum tersebut hadir karena sistem yang terdiri dari N
molekul hanya memiliki 3N mode vibrasi (setiap molekul memiliki 3 derajat kebebasan
vibrasi independen). Kalor jenis kristal zat padat didapatkan dari penentuan frekuensi
Debye pertama dan kerapatan keadaan tersebut sehingga dapat dicari energi kinetik vibrasi
dan kalor jenis molar.
Model Debye untuk Rapat Keadaan ( Density of State) D(w) didefinisikan : jumlah
keadaan (dN) tiap rentang energi (dW)

Energi total
  
U  k  kp kp 
 p 
 e k bT  1 

  
U  k  kp kp .D( w)d ( w)
 p 
 e k bT  1 

82
Rapat keadaan dalam 3 dimensi:

4 3
4 3 k
Vbola  k N 3 3
3  2 
 
 L 
 2 
3

dimana   Volume sel primitive kubus dengan sisi L sehingga


 L 
L3.k 3 V .k 3
N  N   V  L3
6 2
6 2

dN Vk 2
D(k ) 

dk 2 2
dN dN dk Vk 2  dk 
D(w)   .   
dw dk dw 2  dw 

a. Kapasitas panas untuk temperatur tinggi


T <<  D  X D >>1
e x .x 4 e 0 .x 4 x4
 
e x
 
1
2

e x  1 1  ex 
 x2 x4 
2   ....
 2! 4! 

x4
Untuk daerah integrasi 0 ≤ x ≤ xD dengan xD <<1  x2
x2
2.
2!
T3
3 
Cv  9.N .kb . x 2 dx
D

T3 1 3
Cv  9.N .kb . . x
D 3
2

T 3 x3
Cv  9.N.kb . .
x 3 .T 3 3
Jadi, model Debye pada suhu tinggi Cv  3.Nkb  3.R

c. Kapasitas Panas untuk Temperatur Rendah


T   D  1
3x
 T  D
e x .x 4
Cv  9.N .k B .
 D



0 e x 1 dx

83
3x
 T  D
e x .x 4
Cv  9.N .k B .
 D



0 e x 1 dx

Integral parsial :  UdV  UV  V  dU

Misalkan U  x 4  dU  4 x 3 dx
ex 1
dV  dx  V  x

e 1
x
 e 1  
 
3
 

Maka C v  9.N .k B . T   x.x   4x.x dx
4 3

  D   e 1   e 0 1  


3

 
T   .x 4 
 

 .    x
4
4.x 3 x3
dx  43! (4)
. x
Dimana x  x dx dan 4 x
e 1    e 1 0 e 1  
0 e 1   
1 1 1 4
Dengan fungsi Zeta-Reaman  (4)    .... 
14 2 4 3 4 90
3
T 
C v  9.Nkb   43! (4)


T   4
3

C v  9.Nkb   4.6. 
  90 
3
12 4 T 
Cv   NK B  
5 
NK B 3 3
CV  234 T ......................... Hukum T Debye
 3

3
CV 4 4  T 
  
3R 5  D 
CV
T  , maka 1
3R
CV
T  0, maka 0
3R
Kebergantungan CV terhadap T3 ini sesuai dengan hasil pengamatan. Dalam keadaan
demikian, hanya sedikit moda tereksitasi, yakni moda yang memiliki energi kuantum ћω,
yang lebih kecil daripada kT.

84
Grafik 3.15. Panas Spesifik Model Debye
3.3.5. Kelebihan Dan Kelemahan Masing-Masing Model Panas Jenis Zat Padat
a. Model Klasik
Kelebihan:
 Bisa memenuhi hukum Dulong- Petit untuk suhu tinggi dimana Cv = 3R
Kelemahan:
 Model klasik tidak akurat pada temperatur yang rendah. Hal ini disebabkan oleh efek-
efek kuantum. Selain itu, hukum ini juga tidak konsisten dengan hukum ketiga
termodinamika, yang menurutnya kapasitas kalor molar zat apapun haruslah menuju
nilai nol seiring dengan temperatur sistem menuju nol mutlak , Teori yang lebih akurat
kemudian dikembangkan oleh Albert Einstein (1907) dan Peter Debye (1911) dengan
memasukkan pertimbangan efek-efek kuantum.
 Tidak dapat menjelaskan mengapa beberapa unsur memiliki panas spesifik pada
temperatur kamar, yang lebih rendah dari angka Dulong-Petit, misalnya Be ([He] 2s2),
B ([He] 2s2 2p1), C ([He] 2s2 2p2), Si ([Ne] 3s2 3p2). Selain itu Tidak dapat
menjelaskan mengapa pada unsur-unsur yang sangat elektropositif seperti Na ([Ne]
3s1), kapasitas panas pada temperatur tinggi melebihi prediksi Dulong-Petit.

85
 Hanya berlaku pada suhu tinggi sesuai dengan hukum Dulong-Petit, Sedangkan
untuk suhu rendah jelas teori ini tidak berlaku.

b. Model Einstein
Kelebihan :
 Berhasil menerapkan teori kuantum untuk menjelaskan mengapa unsur memiliki panas
spesifik pada temperatur kamar dengan melakukan perhitungan panas spesifik dengan
menerapkan teori kuantum. Ia menganggap padatan terdiri dari : atom, yang masing-
masing bervibrasi (osilator) secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi f E.
 Bisa memenuhi hukum dulong- petit untuk suhu tinggi dimana Cv = 3R
Kelemahan:
 Tidak mungkin atom-atom tidak mempengaruhi atom-atom lain, karena dalam Kristal
atom-atom punyusunnya saling berhubungan satu sama lain.
 Harga Frekuensi fE, yang disebut frekuensi Einstein harus ditentukan dengan cara
mencocokkan kurva dengan data-data eksperimental. Dan tidak dapat ditentukan secara
langsung
 Tidak dapat menejelaskan mengapa pada temperatur rendah kurva Einstein menuju
nol jauh lebih cepat dari data eksperimen.
 Model ini pun gagal menjelaskan Cv pada suhu rendah dimana Pada suhu rendah
(T<<) nilai (θE/T) besar. Hal ini berdampak pada penyebut persamaan yaitu :


Jadi, pada suhu rendah Cv sebanding dengan e dan jelas ini tidak cocok dengan
hasil eksperimen, dimana Cv sebanding dengan T3.

b. Model Debye
Kelebihan:
 Bisa memenuhi hukum dulong- petit untuk suhu tinggi dimana Cv = 3R
 Dapat menjelaskan kesalahan Einstein dimana debye menyebutkan bahwa
Penyimpangan perhitungan Einstein disebabkan oleh asumsi yang diambil Einstein
bahwa atom-atom bervibrasi secara bebas dengan frekuensi sama, fE. Namun yang
seharusnya dianalisis adalah menentukan spektrum frekuensi g(f) dimana g(f)df

86
didefinisikan sebagai jumlah frekuensi yang diizinkan yang terletak antara f dan (f + df)
(yang berarti jumlah osilator yang memiliki frekuensi antara f dan f + df ).
 Debye melakukan penyederhanaan perhitungan dengan menganggap padatan sebagai
medium merata yang bervibrasi dan mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai
spectrum-gelombang-berdiri sepanjang kristal.

dengan cs kecepatan rambat suara dalam padatan.


 Teori klasik Debye tentang panas jenis zat padat dapat diterapkan dengan derajat
keberhasilan yang sama untuk logam dan non-logam. Hal ini karena Pada logam
masing-masing atom memberi kontribusi satu elektron kepada “Gas elektron” bersama,
sehingga 1 k mol logam mengandung No elektron bebas.
Kelemahan:
 Fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun hanya dapat dicari nilai-
nilai limitnya.
 Teori klasik Debye tidak berlaku untuk elektron. Hal ini karena Jika elektron
berprilaku seperti molekul gas ideal, setiap elektron akan memiliki energi rata-rata dan
logam itu akan mempunyai energi internal: per kilomole karena kehadiran elektron
tersebut.
3.4. Contoh Soal
1) Jelaskanlah mengapa atom-atom pada Kristal dapat bergerak (bergetar)!
Jawab:
Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai akibat dari energi termal, yaitu
energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut. Getaran atom dapat pula
disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal. Ditinjau dari panjang
gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar atom dalam kristal,
dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pedekatan gelombang panjang.
2) Bagaimanakah ciri yang harus dimiliki oleh struktur Kristal agar berada pada mode
optik?
Jawab:
nilai frekuensi yang di dapatkan harus berada dibawah frekuensi gelombang inframerah
yakni menggunakan persamaan:

87
Berikut ini adalah ilustrasi getaran atom pada cabang optic, yakni longitudinal optic
dan transversal optic

3) Bagaimanakah hubungan antara dan pada dinamika kisi berbasis satu atom
(monoatomic) dan gambarkan grafiknya!
Jawab:
Hubungan antara dan diperlihatkan pada persamaan di bawah ini

dengan

Sehingga hubungan dispersi antara ω dan q pada kristal berbasis satu atom
(monoatomik) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar grafik di atas menyatakan hubungan antara dan . Dari gelombang yan
terbentuk terlihat jelas bahwa hubungan antara dan menyatakan hubungan disperse
yang bersifat sinusoidal.
4) Apakah yang Anda ketahui tentang foton dan fonon?
Jawab:

88
Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Foton memiliki dua
sifat yang kita kenal sebagai dualism gelombang, yakni:
a. Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan menunjukkan
fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan interferensi destruktif
ketika gelombang terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain.
b. Sebagai partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi dengan
memindahkan energi
Sedangkan fonon adalah paket-paket energy getaran kisi yang dapat dipandang sebagai
kuasi partikel seperti halnya foton. Getaran yang dimaksud adalah getaran kisi yang
akibatkan oleh gelombang mekanik (bunyi/audiosonik) maupun gelombang termal
(inframerah).
5) Turunkanlah rumus untuk mencari besar frekuensi getaran pada kisi dwiatomik!
Jawab:

Perhatikanlah gambar di bawah ini.

Dari gambar diatas terlihat bahwa atom-atom baik itu atom bermassa kecil maupun
lebih besar akan memiliki perpindahan sebagai berikut:
Sesuai dengan hokum II Newton

Dengan mengingat kembali persamaan elastiisitas dimana

Sehingga kita dapatkan:

Namun, karena massa dan pergerakan kedua atom ini berbeda sehingga kita harus
menuliskannya secara terpisah, yakni:
Untuk kisi dengan atom yang lebih kecil

89
Dan untuk atom yang lebih besar

Dengan adanya persamaan posisi ini maka kita harus mampu menyatakan persamaan
tersebut dalam bentuk persamaan gelombang yang mengandung q sebagai bilangan
gelombang dan sebagai frekuensi sudut gelombang.
Jika

Masukkan persamaan 2.31 ke persamaan 2.29 dan 2.30. sehingga kita dapatkan:
Untuk atom kecil

Dan untuk atom besar

90
Sehingga kita dapatkan

Persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut:

Persamaan ini akan bernilai tidak nol jika determinan matriks di atas sama dengan nol.
Jadi,

Karena maka

Penyelesaian persamaan di atas dapat menggunakan rumus abc yang telah kita kenal
dalam matematika

Ingat bahwa

Sehingga nilai frekuensi adalah

91
Dimana persamaan ini menghasilkan dua penyelesaian yaitu:

6) Hitunglah kalor jenis molar listrik untuk perak pada temperatur ruang (T = 300K).
Perak memiliki energi fermi .
Peneyelsaian :

Nilai ini adalah per mol atom. namun, karena perak memiliki valensi 1, satu mol atom
berkorespondensi dengan satu mol elektron. Perhatikan bahwa pada T = 300 K, teori
Debye memperkirakan bahwa kalor jenis yang diakibatkan oleh vibrasi-vibrasi kisi
kristal adalah sekitar 3R = 25 J/mol.K (limit Dulong-Petit), sehingga pada temperatur
ini kalor jenis listriknya dapat diabaikan.
7) Mengacu pada soal no 4. Untuk perak, tentukanlah temperatur pada saat kalor jenis
molar listrik dan kalor jenis molar kisi-kisi bernilai sama. Temperatur Debye
untuk perak adalah 210 K. Kesetaraan akan terjadi pada temperatur rendah, sehingga
hasil teori Debye dapat ditentukan sebagai:

Penyelesaian :
Dengan menyamakan dan

92
Hasil ini menunjukkan bahwa hasil konduksi panas dapat dicatat pada temperatur yang
sangat rendah.
8) Tinjaulah suatu gas yang tersusun dari sejumlah N tertentu boson di dalam wadah
bervolume V. Tunjukkanlah bahwa adalah fungsi temperatur T yang mengalami
kenaikan secara tajam.
Penyelesaian :
Kondisi normalisasinya adalah

dan persamaan ini secara implisit mendefinisikan sebagai fungsi T. Ketika


mengalami kenaikan, pernyataan tersebut menggandakan kenaikan integral. Oleh
karena itu, ketika N tetap, integral tersebut mengalami penurunan yang berarti bahwa
mengalami kenaikan. Dengan demikian adalah fungsi T yang mengalami
kenaikan tajam.

9) Asumsikan bahwa energi akustik ditransfer melalui kisi-kisi kristal dalam jumlah
terkuantisasi sebesar oleh quasi partikel yang disebut fonon, yang merupakan boson-
boson dengan total jumlah (seperti halnya foton-foton) yang tidak tetap. Tentukanlah
pernyataan untuk total energi kinetik (energi vibrasi) kristal zat padat tersebut.
Peneyelesaian :
Jumlah fonon :

Total energi zat padat tersebut akan berupa jumlah aljabar dari seluruh energi fonon

Dimana dan (disebut temperatur Debye). Integral tersebut


harus dievaluasi secara numerik.

93
10) Dari hasil soal no 7, tentukanlah pernyataan untuk kalor jenis molar pada
volume konstan dalam limit .
Penyelesaian :
Dari soal no 9), total energinya adalah

dimana . untuk kita mendapati dan nilai


integralnya mendekati . Dengan demikian,

RANGKUMAN
01. Padatan terdiri dari atom diskrit yang berosilasi di sekitar titik setimbangnya sebagai
akibat adanya energi termal. Jika gelombang yang merambat mempunyai panjang
gelombang yang jauh lebih besar daripada jarak antaratom, maka sifat atomik dapat
diabaikan dan padatan dapat dianggap sebagai medium kontinu (lingkup makro).
Gelombang yang demikian disebut gelombang elastik. Bahasan ini menghasilkan
hubungan dispersi linier ω = vs k, dimana vs = (Y/ρ)1/2 adalah kecepatan fasa
gelombang. Bila dikenai syarat batas periodik, maka diperoleh rapat keadaan

02. Getaran kisi monoatomik satu dimensi menghasilkan hubungan dispersi

. Kisi hanya bisa merambatkan frekuensi di bawah ω o. Oleh karena

itu kisi ini dapat berperan sebagai filter mekanik lolos rendah. Pada nilai k kecil terjadi
hubungan dispersi linier, yang mengakibatkan panjang gelombang jauh lebih besar
daripada jarak antaratom (sistem makro) atau atom bergerak dalam fasa yang sama satu
sama lain. Pada nilai k=±π/a, berarti λ=2a, menyebabkan atom yang bertetangga
bergetar dengan fasa berlawanan (terjadi gelombang berdiri), sehingga gaya pulih dan
frekuensi menjadi maksimum. Sedangkan pada nilai k=0, berarti λ=∞, menyebabkan
keseluruhan bagian kristal bertranslasi, sehingga gaya pulih menjadi nol. Hal ini berarti
ω = 0 untuk k = 0.
03. Getaran kisi diatomik satu dimensi menghasilkan dua hubungan dispersi, yakni cabang

optik dan akustik Pada getaran ini

94
terdapat daerah tanpa getaran, yang disebut celah frekuensi. Oleh karena itu, kisi
diatomik berperan sebagai filter mekanik lolos pita. Pada nilai k=0, untuk cabang
akustik didapatkan bahwa A1=A2, yang artinya dua atom dalam sel, atau molekul,
mempunyai amplitudo dan fasa yang sama. Keseluruhan kisi bergetar seperti benda
tegar, dengan pusat massa bergerak bolak-balik. Sedangkan untuk cabang optik
menghasilkan M A1 + m A2 = 0, yang artinya bahwa cabang optik berosilasi dengan
pusat massa atom tidak berubah. Dua atom dalam sel bergetar dalam fasa berlawanan.
04. Menurut teori klasik setiap atom dalam kristal, disamping memiliki 3 derajat kebebasan
untuk geraknya di sekitar kedudukan setimbangnya (energi kinetik), juga memiliki
energi potensial atom dalam gerak harmoniknya; sehingga energi total sistem atom
dalam kristal menurut hukum ekipartisi U = 3 RT . Dengan demikian kapasitas panas
kristal pada volume konstan adalah CV =3R, yang sesuai dengan penemuan empirik
Dulong-Petit (1819), yang berlaku untuk hampir semua zat padat pada suhu ruang atau
yang lebih tinggi. Tetapi, hal ini tidak sesuai dengan hasil eksperimen.
05. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa nilai CV berharga 3R pada suhu tinggi,
menurun apabila T menurun, dan mendekati nol apabila T menuju 0 K. Disamping itu,
terdapat indikasi yang sangat kuat bahwa pada suhu yang sangat rendah mendekati nol
mutlak CV ∼ T3
06. Model Einstein tentang CV zat padat mengandaikan bahwa atom kristal merupakan
osilator independen, yang masing-masing memiliki frekuensi sama dan energi diskrit
εn = n ћ ω , n = 0, 1, 2, …, dan sebaran energi osilator pada harga energi yang
diperbolehkan mengikuti distribusi Boltzmann. Berdasarkan andaian ini diperoleh

Cv   E  e  kbT
 .
kapasitas panas

3R  T  e  kbT  1 2  yang hanya cocok untuk suhu tinggi

dan mendekati 0 K
07. Model Debye tentang CV zat padat mengandaikan bahwa atom kristal merupakan
osilator yang berkait erat satu sama lain, dengan daerah frekuensi ω=0 sampai suatu
frekuensi maksimum ωD yang ditentukan oleh jumlah moda getar yang diperkenankan.
3
CV 4 4  T 
Dari andaian ini diperoleh kapasitas panas    yang sesuai hasil
3R 5   D 
eksperimen.

95
LATIHAN SOAL BAB III

1. Hasil pengukuran dalam suatu jenis padatan menunjukkan bahwa kecepatan


gelombang vs=5.105 cm/s dan rapat massa ρ=5 gr/cm3. Berapakah modulus Young
padatan tersebut?
2. Tunjukkan bahwa celah frekuensi dalam vibrasi kisi diatomik satu dimensi
a. semakin tajam bila kedua massa semakin tidak sama
b. lenyap bila kedua massa sama besar
3. Buktikan bahwa pada k=π/2a dalam kisi diatomik satu dimensi
a. cabang akustik menunjukkan bahwa hanya atom berat yang bervibrasi
b. cabang optik menunjukkan bahwa hanya atom ringan yang bervibrasi
4. Tembaga mempunyai suhu Einstein θE=240 K. Berapa dan terletak di daerah optik
mana frekuensi Einstein tersebut?
5. Jika diketahui bahwa suatu padatan mempunyai konsentrasi atom n= 1022 atom/cm3 dan
kecepatan gelombang vs = 5.105 cm/s, maka hitunglah frekuensi Debye ω !
6. Kemukakan sampai sejauh mana kesesuaian (terhadap rentang suhu) kapasitas panas
padatan ramalan (a) Dulong-Petit, (b) Einstein, dan (c) Debye dengan hasil
pengamatan.
7. Kecepatan kelompok bunyi suatu rantai linier monoatomik adalah 1,08.10 4 m/s. Jika
massa tiap atom 6,81.10-26 kg dan jarak setimbang antaratom 4,85 Å, maka
a. berapakah konstanta gaya?
b. berapakah frekuensi angular maksimum?
8. Harga kecepatan fasa bunyi dalam padatan berorde 3.10 3 m/s daan jarak antar atomnya
berorde 3 Å. Jika padatan diasumsikan sebagai sebuah kisi linier, maka berapakah
harga frekuensi maksimumnya?

96

Anda mungkin juga menyukai