dimana u adalah simpangan terhadap titik setimbang dan S adalah tekanan. Regangan
e=du/dx dan tekanan S dihubungkan oleh hukum Hooke
S=Yu
Untuk bagian yang kecil sesungguhnya
S = S(x+dx) S(x) = (S/x) dx
sehingga persamaan gerak gelombangn di atas menjadi
yang dikenal sebagai persamaan gelombang satu dimensi.
A dx
A
=
u
t
(2.1)
= S ( x + dx) S ( x)
(2.2)
2u
x
2u
Y t
(2.3)
=0
t)
u = Ao e
(2.4)
Dimana Ao, k dan adalah amplitudo, bilangan gelombang dan frekuensi radial
gelombang. Substitusi solusi (2.4) ke dalam persamaan gelombang (2.3)
menghasilkan
= vs k
dengan
vs = (Y/)
(2.5)
1/2
(2.6)
adalah kecepatan fasa gelombang. Hubungan (2.5) antara frekuensi dan bilangan
gelombang disebut relasi dispersi. Dalam hal ini hubungan tersebut adalah linier,
dengan kemiringan kecepatan fasa, seperti disajikan pada Gambar 2.1 berikut.
=vsk
terhadap
sifat
linier
di
atas
disebut
dispersi.
5.10 cm/s
3
12
ikx
(2.7)
dan ujung batang sebelah kanan berosilasi sama dengan sebelah kiri sehingga
memiliki syarat batas periodik
u (x=0) = u (x=L)
(2.8) dengan L adalah panjang batang, maka substitusi (2.7) ke
dalam (2.8) menghasilkan kondisi
e
ikL
=1
(2.9)
sehin
gga
kn = (2/L) n, dimana n=0, 1, 2,
(2.10) Setiap nilai n di atas memberikan satu harga k sebagai representasi
sebuah moda
g
et
ar
.
Jika L besar sekali, maka kn hampir kontinu (pandangan makro).
Dalam domain k, jarak antartitik adalah (2/L), sehingga jumlah moda getar
antara k dan (k+dk) sebesar
dN = (L/2) dk
(2.11) Dalam domain frekuensi, dN di atas terletak antara dan (+d).
Rapat keadaan g() didefinisikan sedemikian sehingga bentuk g()d
memberikan jumlah moda getar yang mempunyai frekuensi antara dan
(+d) seperti di atas. Oleh karena
itu didapatkan
L
1
g ( ) =
2 d / dk
Ungkapan ini hanya berlaku untuk gerakan dalam satu arah positip saja.
Dengan demikian g() yang mencakup gelombang ke kiri dan ke kanan adalah
(2.12)
L
1
g ( ) =
d / dk
Terlihat bahwa rapat keadaan g() bergantung pada relasi dispersi.
Untuk hubungan linier (2.5), dimana d/dk=vs, maka didapatkan
(2.13)
g ( ) =
L 1
vs
kontur (+d)
kontur
kx
d
k
Gambar 2.2 Nilai diskrit k untuk gelombang yang merambat tiga dimensi
Semua moda getar dengan k tertentu direpresentasikan oleh satu titik yang terletak
pada permukaan bola dalam ruang k, dengan jari-jari k dan berpusat di (kx , ky ,
kz) = (0,0,0).
Semua moda getar dengan vektor gelombang antara k dan (k+dk) terletak
2
dalam elemen volume 4k dk yang dibataskan oleh bola berjari-jari k dan (k+dk).
Dengan demikian, jumlah moda getar dalam selang vektor gelombang di atas
4k2 dk
dN =
dk
( 2 / L ) 3
=V
k2
(2.15)
2
dimana V=L adalah volume sampel. Rapat keadaan g() diperoleh dengan
menggunakan hubungan dispersi (k).
Apabila digunakan hubungan dispersi linier (2.5), maka didapatkan
g ( ) = V 2 3
2 v s
(2.16)
berbeda, yaitu satu moda longitudinal dan dua moda transversal. Hubungan
dispersinya juga berbeda. Dengan demikian rapat keadaan (2.16) menjadi
g ( ) = V
2 1
1
+ 3
2
3
2 v L vT
(2.17)
=
g( )
2
3
2 v s
(2.18)
(2.19)
3
(2.20)
C = = R
V
U
2
T V
J/ K kmol. Harga ini sesuai untuk gas He dan Ar pada suhu kamar.
Setiap atom dalam kristal, disamping memiliki 3 derajat kebebasan untuk
geraknya di sekitar kedudukan setimbangnya (energi kinetik), juga memiliki
energi potensial atom dalam gerak harmoniknya. Pada gerak selaras sederhana,
energi kinetik rata-rata sama dengan energi potensial rata-rata, sehingga energi
total sistem atom dalam kristal menurut hukum ekipartisi
k T+
3 o
3
U = NA
k o T = 3RT
2
(2.21)
Ungkapan ini menunjukkan bahwa kapasitas panas kristal pada volume konstan
adalah
CV = (U/T)V = 3R
(2.22)
Harga (2.22) sesuai dengan penemuan empirik Dulong-Petit (1819), yang berlaku
untuk hampir semua zat padat pada suhu ruang atau yang lebih tinggi.
Selanjutnya, eksperimen menunjukkan bahwa nilai CV menurun apabila T
menurun, dan mendekati nol apabila T menuju 0 K. Disamping itu, terdapat
indikasi yang sangat kuat bahwa pada suhu yang sangat rendah mendekati nol
mutlak
3
CV T
(2.23)
(2.24)
k oT
f ( n )
n =0
f (
n=0
(2.25)
=
e
= / k o T
klasik
kuantum
T
Gambar 2.4 Energi kuantum rata-rata dan energi klasik rata-rata kristal
suhu
rendah,
koT<<,
dan
energi
koT
tidak
cukup
untuk
mengeksitasikan
osilator ke tingkat eksitasi pertama. Dalam hal ini energi osilator jauh lebih kecil
daripada koT. Oleh karena itu, pada suhu rendah ini, sifat kuantum gerakan lebih
dominan.
Bila zat padat sebanyak 1 kmol dan setiap atom mempunyai 3 derajat
kebebasan, maka energi totalnya
=
= E
E = 3N A
A
= E / k oT
3N
e
1
(2.26)
(2.27)
Secara teori dapat dibuat kurva CV terhadap T/E yang bentuknya sama
untuk
berbagai macam kristal. Data eksperimen (CV,T) suatu kristal tertentu, dapat
dicari kesesuaiannya yang terbaik, sehingga E dapat ditentukan. Selanjutnya,
frekuensi Einstein E pun dapat diperoleh. Untuk E= 240 K didapatkan E
=
13
E /) Te
C 3R
E /
2
E
e
T
E/
(2.28)
dimana B(T) adalah fungsi yang relatif tidak peka terhadap suhu. Karena
/T
3V
2 v 3
d =
e
2
(2.29)
= / k 0T
dalam rentang frekuensi tersebut haruslah sama dengan jumlah derajat kebebasan
untuk keseluruhan padatan. Jadi
D
g ( ) d =
(2.30)
3N A
0
dimana frekuensi atas D disebut frekuensi Debye. Hasil integrasi di atas, setelah
mensubstitusikan (2.18) memberikan nilai
2 1/3
D = vs (6 n)
(2.31)
E=
2 2 v 3s
= / k 0 T
(2.32)
E
T
C =
3V2
=
2 v k
2
T
=
V
4 = / k oT
(e
=
e / k T )2
(2.33)
D 0 e 1
Suhu Debye D dapat diperoleh dengan mencocokkan kurva eksperimen dari data
(CV,T) suatu kristal dengan kurva universal teoritis CV terhadap T/D. Untuk
suatu zat tertentu, sudu Debye D adalah suhu yang dipilih sedemikian rupa
sehingga
kurva eksperimen akan berimpit dengan kurva universal teoritis. Bahan berikut ini
Li, Na, K, Cu, Ag, Au, Al, Ga, Pb, Ge, Si, C, NaCl, KCl, CaF2, LiF dan SiO22
pada suhu kamar 300 K, masing-masing memiliki suhu Debye 335; 156; 91,1;
343; 226; 162; 428; 325; 102; 378; 647; 1860; 280; 230; 470; 680; dan 255 K.
Ungkapan CV di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Pada suhu tinggi, T>>D, didapatkan
CV 3 R
(
0
x e
4
2 dx = 2
15
ex 1
didapatkan
4
12
CV =
R
5
D
(2.35)
3
berperan
karena
atom-atom
mulai
menghamburkan
gelombang.
Akibatnya kecepatan menurun, dan dalam hal ini menyebabkan kurva relasi
dispersi tidak lagi linier melainkan mengalami penurunan kemiringan.
A-2
A-1
A+1
a
xA-2=(A-2)a
xA-1=(A-1)a
xA=Aa
xA+1=(A+1)a
2
2
2 l = ( l l +1 ) ( l l 1 ) = ( l
t
l +1
(2.36)
l 1 )
Kisi di atas mempunyai simetri translasi, yakni massa atom sama dengan interval
tertentu. Oleh sebab itu diambil bentuk solusi gelombang berjalan
l = Ao
i ( kla t )
(2.37)
Solusi (2.37) menunjukkan bahwa semua atom bergetar dengan frekuensi dan
amplitudo sama. Getaran yang demikian disebut getaran modus normal.
Substitusi (2.37) ke dalam (2.36) dan penghilangan besaran-besaran yang sama,
ikla
iy -iy
dan
e , serta pemakaian rumus Euler e +e =2 cos y
yaitu A, e i t
menghasilkan bentuk
= o
sin
ka
(2.38)
2
dimana o=(4/m)
1/2
fisis). Ungkapan ini tidak lain adalah hubungan dispersi (k), yang berbentuk
sinusoida
dengan perioda 2/a dan frekuensi maksimum o dalam ruang k, seperti disajikan
dalam Gambar 2.7 berikut.
(k)
kontinu
-/a
-2/a
2/a
Gambar 2.7 Kurva dispersi (k) kisi satu dimensi dengan interaksi tetangga terdekat
Interpretasi fisis yang dapat dikemukakan dari model ini adalah sebagai berikut.
a. Nilai k kecil menyebabkan (2.38) menjadi hubungan dispersi linier, yaitu
o a
(2.39)
k
2
Dalam batas ini, kisi berkelakuan sebagai medium kontinu elastik (pegas
kontinu). Harga k kecil, berarti k<<(/a) atau >>2a. Dengan kata lain,
panjang gelombang jauh lebih besar daripada jarak antaratom (sistem makro).
Atom bergerak dalam fasa yang sama satu sama lain. Hal ini menyebabkan
gaya pulih setiap atom menjadi kecil, sehingga kecil juga. Kecepatan fasa
v=/k sama dengan kecepatan kelompok vg=/k, yaitu sebesar
(2.40)
=
v
g
=
(
a
)
/
2
=
dan a dapat diinterpretasikan sebagai tegangan dalam rantai kisi, maka hal
ini
sama dengan bahasan kecepatan rambat gelombang transversal dalam kawat
Melde. Dari (2.40) dan (2.6) dapat dicari hubungan tetapan gaya dan
modulus Young Y, yaitu
=aY
(2.41)
-8
Y= 10
gr/cm s
k<</a,
atau
>>a
dinamakan
batas
gelombang
panjang.
b. Saat k membesar terjadi deviasi secara signifikan terhadap bentuk linier. Pada
k=/a terdapat nilai frekuensi maksimum. Nilai k=/a, berarti =2a,
menyebabkan atom yang bertetangga bergetar dengan fasa berlawanan,
sehingga gaya pulih dan frekuensi menjadi maksimum. Karena adanya fasa
berlawanan pada dua atom berdekatan, maka terjadi gelombang pantulan.
Akibatnya terjadi superposisi antara gelombang datang dan pantul oleh semua
atom dalam kristal, dan menghasilkan gelombang berdiri. Dalam kasus ini
kecepatan
refleksi
kelompok
kondisi
Bragg.
1/2
Frekuensi maksimum o=(4/m) yang bergantung pada konstanta pegas dan
massa atom adalah memang sifat untuk osilator harmonik. Dengan
mensubstitusikan
hidrogen)
didapatkan
nilai
nilai = 5.10
o=
13
2.10 /s
-24
gr (untuk
daerah
inframerah.
c. Nilai k=0, berarti =, menyebabkan keseluruhan bagian kristal bertranslasi,
sehingga gaya pulih menjadi nol. Hal ini berarti =0 untuk
k=0.
Lihat kembali kurva dispersi (Gambar 2.7) di atas. Tampak bahwa kurva
tersebut periodik dalam ruang k, dan simetri terhadap pencerminan di sekitar titik
asal k=0. Oleh karena itu daerah yang penting adalah 0<k</a. Hanya frekuensi
dalam rentang 0<<o yang ditransmisikan dalam kisi. Frekuensi di atas o
mengalami atenuasi tajam. Dalam hal ini, kisi berperan sebagai filter
(k + 2/a) = (k)
(2.42)
Angka
gelombang
keduanya,
masing-masing
k=/2a dan
k=(k+2/a).
yang
merepresentasikan semua gelombang yang masih memiliki makna fisis dalam
kristal. Jumlah moda getar dalam zona ini sama dengan jumlah total atom dalam
kisi.
x2A-1
x2A-2
x2A-3
M2
x2 A
Asumsi yang digunakan sama dengan bahasan kisi monoatomik. Persamaan gerak
untuk masing-masing massa
2
M
2
2l +1 = ( 2l +1 2l 2l
1 t 2
2 +2 )
M2 2
t 2l +2 = (2 2l +2 2l +1
2l +3
(2.44)
(2.45)
1
2 cos(ka ) A
2 cos(ka ) 2 2
M2
2
1
= 0
A
(2.46)
Solusi nontrivial persamaan homogen (2.46) ada hanya jika harga determinan
matrik sama dengan nol. Oleh karena itu persamaan sekularnya
2 M
2
1
2 cos(ka )
2 cos(ka ) 2 M2 2
=0
(2.47)
1/2
4 sin (ka )
2
1, 2 =
M1
+
M2
M
M
2
1
M
M
2
(2.48)
Kurva bawah, bersesuaian dengan tanda minus, dinamakan cabang akustik. Kurva
ini memiliki ciri sama dengan kisi monoatomik. Sedangkan kurva atas dinamakan
cabang optik karena dihasilkan frekuensi optik dalam spektrum elektromagnet.
Variasi cabang ini tidak begitu besar, sehingga sering dianggap tetap.
Pada gambar di atas terdapat daerah tanpa getaran, yaitu daerah frekuensi
1/2
1/2
3
antara (2/M2)
sampai (2/M1) . Untuk harga = 5.10 dyne/cm dan
-23
1/2
13
M=10
gr didapatkan frekuensi =(2/M) = 3.10 /s dalam daerah
inframerah. Daerah
terlarang ini, dimana kisi tidak dapat mentransmisikan gelombang, disebut celah
frekuensi. Oleh karena itu, kisi diatomik berperan sebagai filter mekanik lolos
pita.
Perbedaan dinamika getaran antara kedua cabang di atas dapat dipelajari
dari perbandingan amplitudo A1/ A2 pada nilai k=0 (atau =).
(2.49)
Hal ini berarti dua atom dalam sel, atau molekul, mempunyai amplitudo dan fasa
yang sama. Keseluruhan kisi bergetar seperti benda tegar, dengan pusat massa
bergerak bolak-balik, seperti Gambar 2.11 berikut.
1
1
= 2
+
M
M
2
1
1/2
(2.50)
Hal ini berarti cabang optik berosilasi dengan pusat massa atom tidak berubah.
Dua atom dalam sel bergetar dalam fasa berlawanan, seperti pada Gambar 2.12
berikut.
Lihat kembali kurva dispersi kisi diatomik (Gambar 2.10) di atas. Tampak
bahwa kurva tersebut periodik dalam ruang k dengan perioda /a dan mempunyai
simetri refleksi di sekitar titik k=0. Zona Brillouin Pertama terletak pada daerah
(/2a<k</2a). Hal ini berkaitan dengan perioda kisi riilnya sebesar 2a.
Dalam
zona ini, jumlah nilai k yang diperkenankan sebanyak jumlah atom total N.
Karena terdapat dua cabang, maka jumlah moda getar totalnya adalah 2N.
Substitusi
solusi
(2.51)
ke
dalam
persamaan
gerak,
menghasilkan
perangkat tiga persamaan yang melibatkan Ax, Ay dan Az, sehingga diperoleh
persamaan sekular dengan determinan matrik 3x3. Akhirnya diperoleh
3 buah harga 2
yang semuanya melalui titik asal k=0 (cabang akustik). Fungsi dispersi termaksud
tidak perlu isotropik dalam ruang k untuk arah yang berbeda dalam kristal.
Kisi non-Bravais tiga dimensi, dalam tiap sel satuannnya mengandung dua
atau lebih atom. Misalnya, terdapat r atom persel, maka akan terdapat 3r kurva
dispersi, yang terdiri dari 3 cabang akustik, dan (3-r) cabang optik.