Anda di halaman 1dari 23

GETARAN DALAM ZAT PADAT

2.1.1 Getaran Elastik dan Rapat Moda Getar


Padatan terdiri dari atom diskrit. Atom tidaklah diam, tetapi berosilasi di sekitar titik
setimbangnya sebagai akibat adanya energi termal. Namun, saat gelombang yang merambat
mempunyai panjang gelombang yang jauh lebih besar daripada jarak antaratom, sifat
atomik dapat diabaikan dan padatan dapat dianggap sebagai medium kontinu. Dengan
demikian persoalan fisisnya menyangkut lingkup makro. Gelombang yang demikian
disebut gelombang
elastik.
Misalnya, gelombang suara elastik longitudinal merambat dalam suatu batang
isotropik, yang mempunyai penampang A, massa jenis dan modulus Young Y, antara
x dan (x+dx) menurut hukum Newton mempunyai persamaan gerak

dimana u adalah simpangan terhadap titik setimbang dan S adalah tekanan. Regangan
e=du/dx dan tekanan S dihubungkan oleh hukum Hooke
S=Yu
Untuk bagian yang kecil sesungguhnya
S = S(x+dx) S(x) = (S/x) dx
sehingga persamaan gerak gelombangn di atas menjadi
yang dikenal sebagai persamaan gelombang satu dimensi.

A dx
A

=
u
t

(2.1)

= S ( x + dx) S ( x)

(2.2)
2u
x

2u
Y t

(2.3)

=0

yang dikenal sebagai persamaan gelombang satu dimensi.


Diambil solusi berbentuk propagasi gelombang bidang, yaitu
i(kx -

t)

u = Ao e
(2.4)
Dimana Ao, k dan adalah amplitudo, bilangan gelombang dan frekuensi radial
gelombang. Substitusi solusi (2.4) ke dalam persamaan gelombang (2.3)

menghasilkan
= vs k
dengan

vs = (Y/)

(2.5)
1/2

(2.6)

adalah kecepatan fasa gelombang. Hubungan (2.5) antara frekuensi dan bilangan
gelombang disebut relasi dispersi. Dalam hal ini hubungan tersebut adalah linier,
dengan kemiringan kecepatan fasa, seperti disajikan pada Gambar 2.1 berikut.

=vsk

Gambar 2.1 Kurva dispersi gelombang elastik

Relasi dispersi linier (dengan kecepatan suara vs sebagai kemiringannya)


dimiliki oleh beberapa gelombang, antara lain gelombang optik dalam
vakum, dan gelombang suara dalam cairan dan gas.
Penyimpangan

terhadap

sifat

linier

di

atas

disebut

dispersi.

Ketidaklinieran terjadi karena, khususnya, panjang gelombang yang relatif kecil


jika dibandingkan dengan jarak antar atom. Hal ini akan dipelajari pada getaran
dalam kisi kristal.
Persamaan (2.6) dapat digunakan untuk menentukan modulus
Young. Misalnya, pengukuran menunjukkan untuk suatu padatan tertentu vs=
5

5.10 cm/s
3

12

dan = 5 gr/cm sehingga didapatkan nilai Y = 1,25.10


2
gr/cm s .

Apabila gelombang elastik satu dimensi di atas hanya diperhatikan


solusi domain ruangnya saja, yakni
u = Ao e

ikx

(2.7)

dan ujung batang sebelah kanan berosilasi sama dengan sebelah kiri sehingga
memiliki syarat batas periodik
u (x=0) = u (x=L)
(2.8) dengan L adalah panjang batang, maka substitusi (2.7) ke
dalam (2.8) menghasilkan kondisi
e

ikL

=1

(2.9)

sehin
gga
kn = (2/L) n, dimana n=0, 1, 2,
(2.10) Setiap nilai n di atas memberikan satu harga k sebagai representasi
sebuah moda
g
et
ar
.
Jika L besar sekali, maka kn hampir kontinu (pandangan makro).
Dalam domain k, jarak antartitik adalah (2/L), sehingga jumlah moda getar
antara k dan (k+dk) sebesar
dN = (L/2) dk
(2.11) Dalam domain frekuensi, dN di atas terletak antara dan (+d).
Rapat keadaan g() didefinisikan sedemikian sehingga bentuk g()d
memberikan jumlah moda getar yang mempunyai frekuensi antara dan
(+d) seperti di atas. Oleh karena
itu didapatkan

L
1
g ( ) =
2 d / dk
Ungkapan ini hanya berlaku untuk gerakan dalam satu arah positip saja.
Dengan demikian g() yang mencakup gelombang ke kiri dan ke kanan adalah
(2.12)
L
1
g ( ) =

d / dk
Terlihat bahwa rapat keadaan g() bergantung pada relasi dispersi.
Untuk hubungan linier (2.5), dimana d/dk=vs, maka didapatkan
(2.13)

g ( ) =
L 1

vs

yang konstan tidak bergantung pada


.

Bahasan tiga dimensi kubik dengan rusuk L memberikan syarat bahwa


i (k L + k L + k L ) )
e x y z =1
sehingga
(kx , ky , kz) = [ n (2/L) , m (2/L) , l (2/L) ]
(2.14) dimana n, m, l = 0, 1, 2, . Representasi dalam ruang k
3
menunjukkan bahwa sebuah titik mempunyai volume (2/L) dan
merepresentasikan satu moda getar,
seperti Gambar 2.2 berikut.
ky

kontur (+d)

kontur

kx
d
k
Gambar 2.2 Nilai diskrit k untuk gelombang yang merambat tiga dimensi

Semua moda getar dengan k tertentu direpresentasikan oleh satu titik yang terletak
pada permukaan bola dalam ruang k, dengan jari-jari k dan berpusat di (kx , ky ,
kz) = (0,0,0).
Semua moda getar dengan vektor gelombang antara k dan (k+dk) terletak
2

dalam elemen volume 4k dk yang dibataskan oleh bola berjari-jari k dan (k+dk).
Dengan demikian, jumlah moda getar dalam selang vektor gelombang di atas
4k2 dk

dN =
dk

( 2 / L ) 3

=V

k2

(2.15)
2

dimana V=L adalah volume sampel. Rapat keadaan g() diperoleh dengan
menggunakan hubungan dispersi (k).
Apabila digunakan hubungan dispersi linier (2.5), maka didapatkan

g ( ) = V 2 3
2 v s

(2.16)

yang dilukiskan dalam Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Rapat keadaan dalam medium elastik


2

Ternyata bahwa bertambahnya g() berbanding lurus dengan , tidak seperti


dalam kasus satu dimensi dimana g() berharga konstan. Hal ini terjadi karena
2
kenaikan elemen volume permukaan bola yang berbanding lurus dengan k ; dan
2
karena itu berbanding lurus juga dengan karena sebanding dengan k.
Ungkapan g() di atas bersesuaian dengan moda tunggal untuk setiap nilai
G
G
k . Sebenarnya, dalam tiga dimensi untuk setiap nilai k mengandung tiga moda

berbeda, yaitu satu moda longitudinal dan dua moda transversal. Hubungan
dispersinya juga berbeda. Dengan demikian rapat keadaan (2.16) menjadi
g ( ) = V

2 1
1

+ 3
2
3
2 v L vT

(2.17)

dimana vL dan vT, masing-masing merupakan kecepatan gelombang longitudinal


dan transversal. Jika vL=vT, maka ungkapan (2.17) menjadi
2
V
3

=
g( )
2
3
2 v s

(2.18)

2.1.2 Kuantisasi Energi Getaran dalam Zat Padat


Teori klasik kinetik gas menganggap bahwa energi dalam untuk suatu gas
tersimpan sebagai energi kinetik atom tersebut. Hukum ekipartisi menyatakan
bahwa besaran fisis energi yang besarnya berbanding lurus dengan kuadrat jarak
atau momentum, maka untuk setiap derajat kebebasan pada suhu T memiliki
energi sama, yaitu ()k0T, dengan k0 adalah konstanta Boltzmann. Hal ini berarti
energi kinetik setiap atom gas memiliki energi ()k0T. Gas monoatomik memiliki
tiga derajat kebebasan, sehingga pada suhu T energi dalam untuk gas sebanyak 1
kilomol
U = NA (3/2) k0T = (3/2) RT

(2.19)

Dengan demikian, kapasitas panas pada volume konstan

3
(2.20)
C = = R
V
U
2

T V

Sesungguhnya, kapasitas panas permol didefinisikan sebagai panas Q yang


diperlukan tiap satu mol untuk menaikkan suhu T, yakni C=Q/T. Jika
proses berlangsung pada volume tetap, maka Q=U, dimana U adalah
kenaikan
energi dalam sistem. Dalam hal persamaan di atas, NA adalah bilangan Avogadro
dan R adalah tetapan gas. Menurut (2.20) teori ini menghasilkan nilai CV=12,47
0

J/ K kmol. Harga ini sesuai untuk gas He dan Ar pada suhu kamar.
Setiap atom dalam kristal, disamping memiliki 3 derajat kebebasan untuk
geraknya di sekitar kedudukan setimbangnya (energi kinetik), juga memiliki
energi potensial atom dalam gerak harmoniknya. Pada gerak selaras sederhana,

energi kinetik rata-rata sama dengan energi potensial rata-rata, sehingga energi
total sistem atom dalam kristal menurut hukum ekipartisi
k T+
3 o
3

U = NA
k o T = 3RT
2

(2.21)

Ungkapan ini menunjukkan bahwa kapasitas panas kristal pada volume konstan
adalah
CV = (U/T)V = 3R
(2.22)
Harga (2.22) sesuai dengan penemuan empirik Dulong-Petit (1819), yang berlaku
untuk hampir semua zat padat pada suhu ruang atau yang lebih tinggi.
Selanjutnya, eksperimen menunjukkan bahwa nilai CV menurun apabila T
menurun, dan mendekati nol apabila T menuju 0 K. Disamping itu, terdapat
indikasi yang sangat kuat bahwa pada suhu yang sangat rendah mendekati nol
mutlak
3

CV T

Penyempurnaan bahasan kapasitas panas ini, selanjutnya menggunakan teori


mekanika kuantum.

2.1.2.1 Model Einstein tentang CV Zat Padat


Diilhami oleh keberhasilan Planck dalam menerangkan radiasi benda
hitam, maka konsep kuantisasi energi itu juga diterapkan Einstein dalam teorinya
tentang CV zat padat. Model Einstein tentang getaran kisi mengambil andaian
sebagai berikut.
a. Atom kristal merupakan osilator independen, yang masing-masing memiliki
frekuensi sama dan energi diskrit
n = n , n = 0, 1, 2,

(2.23)

dengan adalah frekuensi osilator. Jarak antartingkat energi ini sebesar .


b. Sebaran energi osilator pada harga energi yang diperbolehkan mengikuti
distribusi Boltzmann
f ( n ) = e n

(2.24)

k oT

Sebuah osilator dengan satu derajat kebebasan mempunyai energi ratarata

f ( n )

n =0

f (

n=0

Substitusi (2.23) dan (2.24) ke persamaan di atas menghasilkan

(2.25)

=
e

= / k o T

Gambar 2.4 berikut menyajikan perbandingan energi kuantum rata-rata osilator


dan energi klasik kristal untuk satu derajat kebebasan.

klasik
kuantum
T

Gambar 2.4 Energi kuantum rata-rata dan energi klasik rata-rata kristal

Tampak bahwa pada suhu tinggi, sehingga koT>>, osilator berada


dalam keadaan kuantum tereksitasi tinggi. Pada keadaan demikian sifat
kuantum
spektrum dapat diabaikan, sehingga dihasilkan energi klasik rata-rata = k oT .
Pada

suhu

rendah,

koT<<,

dan

energi

koT

tidak

cukup

untuk

mengeksitasikan
osilator ke tingkat eksitasi pertama. Dalam hal ini energi osilator jauh lebih kecil
daripada koT. Oleh karena itu, pada suhu rendah ini, sifat kuantum gerakan lebih
dominan.
Bila zat padat sebanyak 1 kmol dan setiap atom mempunyai 3 derajat
kebebasan, maka energi totalnya
=
= E
E = 3N A
A
= E / k oT
3N

e
1

(2.26)

dimana E adalah frekuensi Einstein (frekuensi bersama osilator).


Kapasitas panas pada volume konstan
2
/T
E
E
e E
C =
= 3R
V
T e E / T 1 2
V
T

(2.27)

dimana E=(E/ko) adalah suhu karakteristik Einstein. Secara grafik CV di


atas
ditunjukkan dalam Gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Kapasitas panas tembaga.


Titik-titik merupakan hasil eksperimen.
Kurva mengungkapkan teori Einstein untuk suhu E=240
K

Secara teori dapat dibuat kurva CV terhadap T/E yang bentuknya sama
untuk
berbagai macam kristal. Data eksperimen (CV,T) suatu kristal tertentu, dapat
dicari kesesuaiannya yang terbaik, sehingga E dapat ditentukan. Selanjutnya,
frekuensi Einstein E pun dapat diperoleh. Untuk E= 240 K didapatkan E
=
13

2,5.10 /s dalam daerah inframerah.


Ungkapan CV di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
/
a. Pada suhu yang sangat tinggi, dimana T>>E, bentuk e E dapat diekspansikan
T

dalam deret pangkat E/T, sehingga menghasilkan


CV 3 R
seperti hasil teori klasik.
b. Pada suhu yang sangat rendah, dimana T<<E,
bentuk daripada satu, sehingga
B(T

E /) Te
C 3R
E /
2
E
e
T

E/

jauh lebih besar

(2.28)

dimana B(T) adalah fungsi yang relatif tidak peka terhadap suhu. Karena
/T

bentuk eksponensial e E , maka kapasitas panas ini terus berkurang sehingga


mendekati nol dengan cepat sekali. Jadi CV 0 saat T0. Hal ini sesuai
dengan eksperimen.

Saat mendekati nol mutlak, penurunan CV model Einstein yang secara


eksponensial di atas, ternyata, jauh lebih cepat daripada yang terjadi secara
eksperimen, yakni
CV T3
Hal ini merupakan kelemahan yang mendasar bagi model Einstein.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari model Einstein adalah sebagai berikut.
a. Pada suhu tinggi, osilator tereksitasi sempurna, yang memerlukan energi ratarata sebesar koT, sehingga CV 3 R.
b. Pada suhu rendah, osilator membeku (tidak berosilasi) dalam tingkat energi
dasar sehingga CV=0.

2.1.2.2 Model Debye tentang CV Zat Padat


Untuk menerangkan kebergantungan CV terhadap T, Debye memodelkan
getaran kisi dengan mengambil anggapan sebagai berikut.
a. Atom kristal merupakan osilator yang berkait erat satu sama lain, dengan
daerah frekuensi =0 sampai suatu frekuensi maksimum D yang
ditentukan oleh jumlah moda getar yang diperkenankan. Dengan demikian
pada kristal
terjadi gerakan kisi secara keseluruhan sehingga terdapat moda kisi bersama.
Kristal merupakan medium elastik kontinu.
b. Gelombang suara dalam padatan merupakan contoh moda bersama. Oleh
karena itu moda kisi mempunyai hubungan dispersi linier kontinu (2.5) dan
rapat keadaan (2.18) yang sama dengan bahasan gelombang elastik yang lalu.
Setiap modus getaran merupakan osilator harmonik tunggal ekivalen yang
mempunyai energi rata-rata (2.25) seperti osilator model Einstein. Oleh karena itu
energi total getaran seluruh kisi
E = ( ) g ( )

3V

2 v 3

d =

e
2

(2.29)

= / k 0T

dimana integrasi dilakukan terhadap semua frekuensi yang diperkenankan.


Frekuensi batas bawah, tentunya, adalah =0. Sedangkan frekuensi
batas atas ditetapkan oleh debye dengan batasan bahwa jumlah moda yang
dicakup

dalam rentang frekuensi tersebut haruslah sama dengan jumlah derajat kebebasan
untuk keseluruhan padatan. Jadi
D

g ( ) d =

(2.30)

3N A
0

dimana frekuensi atas D disebut frekuensi Debye. Hasil integrasi di atas, setelah
mensubstitusikan (2.18) memberikan nilai
2 1/3
D = vs (6 n)

(2.31)

dimana n=NA/V adalah konsentrasi atom dalam padatan.


Energi total (2.29) dapat ditulis kembali
3V

E=
2 2 v 3s

= / k 0 T

(2.32)

dan kapasitas panas pada volume konstan


V

E
T

C =

3V2

=
2 v k
2
T

=
V

4 = / k oT
(e
=
e / k T )2

(2.33)

Apabila x=(/koT) dan suhu Debye didefinisikan sebagai D=(/ko),


maka persamaan (2.33) dapat ditulis dalam bentuk
4 x
x e
3 /T
D
dx
T
CV = 9R
(2.34)
2
x

D 0 e 1
Suhu Debye D dapat diperoleh dengan mencocokkan kurva eksperimen dari data
(CV,T) suatu kristal dengan kurva universal teoritis CV terhadap T/D. Untuk
suatu zat tertentu, sudu Debye D adalah suhu yang dipilih sedemikian rupa
sehingga

kurva eksperimen akan berimpit dengan kurva universal teoritis. Bahan berikut ini
Li, Na, K, Cu, Ag, Au, Al, Ga, Pb, Ge, Si, C, NaCl, KCl, CaF2, LiF dan SiO22
pada suhu kamar 300 K, masing-masing memiliki suhu Debye 335; 156; 91,1;
343; 226; 162; 428; 325; 102; 378; 647; 1860; 280; 230; 470; 680; dan 255 K.
Ungkapan CV di atas menunjukkan hal-hal sebagai berikut.
a. Pada suhu tinggi, T>>D, didapatkan
CV 3 R

yang sesuai dengan hukum Dulong-Petit. Dalam keadaan demikian, setiap


moda getar tereksitasi penuh, dan memiliki energi klasik rata-rata = k o T .
Jika kita substitusikan energi klasik rata-rata tersebut ke dalam (2.29) akan
didapatkan E = 3RT dan CV=3R.
b. Pada suhu rendah, T<<D, dengan menggunakan hubungan analitik

(
0

x e
4
2 dx = 2
15
ex 1

didapatkan
4

12
CV =
R
5
D

(2.35)
3

Kebergantungan CV terhadap T ini sesuai dengan hasil pengamatan. Dalam


keadaan demikian, hanya sedikit moda tereksitasi, yakni moda yang memiliki
energi kuantum , yang lebih kecil daripada kT.

2.2 GETARAN DALAM KISI KRISTAL


Telah dibahas rambatan gelombang dalam padatan sebagai medium
kontinu, yaitu kediskritan kisi dapat diabaikan. Saat panjang gelombang jauh lebih
besar daripada jarak antar atom, yaitu k0, maka dihasilkan relasi linier
=vsk.
Tetapi, saat panjang gelombang menurun dan k membesar, maka kediskritan kisi
menjadi

berperan

karena

atom-atom

mulai

menghamburkan

gelombang.

Akibatnya kecepatan menurun, dan dalam hal ini menyebabkan kurva relasi
dispersi tidak lagi linier melainkan mengalami penurunan kemiringan.

2.2.1 Getaran dalam Kisi Linier


2.2.1.1 Kisi Monoatomik Satu Dimensi
Perhatikanlah kisi monoatomik satu dimensi dengan konstanta kisi a
dalam Gambar 2.6 berikut.

A-2

A-1

A+1

a
xA-2=(A-2)a

xA-1=(A-1)a

xA=Aa

xA+1=(A+1)a

Gambar 2.6 Kisi monoatomik satu dimensi

Posisi setimbang atom dinyatakan pada koordinat kisi

, xA-1, xA, xA+1,

Sedangkan simpangan dari titik setimbang, masing-masing dinyatakan dengan


, A-1, A, A+1, Getaran kisi adalah longitudinal.
Andaikan interaksi atom hanya terjadi antartetangga terdekat, gaya yang
bekerja mengikuti hukum Hooke (pendekatan harmonik) dengan konstanta gaya ,
dan massa setiap atom m, maka, sesuai dengan hukum Newton, persamaan gerak
atom ke-A adalah
m

2
2
2 l = ( l l +1 ) ( l l 1 ) = ( l
t
l +1

(2.36)

l 1 )

Kisi di atas mempunyai simetri translasi, yakni massa atom sama dengan interval
tertentu. Oleh sebab itu diambil bentuk solusi gelombang berjalan

l = Ao

i ( kla t )

(2.37)

Solusi (2.37) menunjukkan bahwa semua atom bergetar dengan frekuensi dan
amplitudo sama. Getaran yang demikian disebut getaran modus normal.
Substitusi (2.37) ke dalam (2.36) dan penghilangan besaran-besaran yang sama,
ikla
iy -iy
dan
e , serta pemakaian rumus Euler e +e =2 cos y
yaitu A, e i t
menghasilkan bentuk

= o

sin
ka

(2.38)

2
dimana o=(4/m)

1/2

dan hanya diambil harga positip (yang memiliki arti

fisis). Ungkapan ini tidak lain adalah hubungan dispersi (k), yang berbentuk
sinusoida

dengan perioda 2/a dan frekuensi maksimum o dalam ruang k, seperti disajikan
dalam Gambar 2.7 berikut.
(k)

kontinu

-/a
-2/a

2/a

Gambar 2.7 Kurva dispersi (k) kisi satu dimensi dengan interaksi tetangga terdekat

Interpretasi fisis yang dapat dikemukakan dari model ini adalah sebagai berikut.
a. Nilai k kecil menyebabkan (2.38) menjadi hubungan dispersi linier, yaitu

o a
(2.39)

k
2
Dalam batas ini, kisi berkelakuan sebagai medium kontinu elastik (pegas
kontinu). Harga k kecil, berarti k<<(/a) atau >>2a. Dengan kata lain,
panjang gelombang jauh lebih besar daripada jarak antaratom (sistem makro).
Atom bergerak dalam fasa yang sama satu sama lain. Hal ini menyebabkan
gaya pulih setiap atom menjadi kecil, sehingga kecil juga. Kecepatan fasa
v=/k sama dengan kecepatan kelompok vg=/k, yaitu sebesar

(2.40)

=
v
g

=
(

a
)
/
2
=

Kecepatan fasa v adalah kecepatan perambatan gelombang yang berfrekuensi

dan angka gelombang k. Sedangkan kecepatan kelompok vg adalah


kecepatan pulsa gelombang yang berfrekuensi dan angka gelombang rata-rata
dan k. Seringkali vg lebih berperan karena yang ditransmisikan gelombang
adalah energi dan momentum.
Kecepatan fasa v tidak lain adalah kecepatan suara (2.6) dalam bahasan
gelombang elastik dahulu. Karena m/a adalah kerapatan massa satu dimensi

dan a dapat diinterpretasikan sebagai tegangan dalam rantai kisi, maka hal
ini
sama dengan bahasan kecepatan rambat gelombang transversal dalam kawat
Melde. Dari (2.40) dan (2.6) dapat dicari hubungan tetapan gaya dan
modulus Young Y, yaitu
=aY

(2.41)
-8

yang dapat digunakan untuk memprediksi harga . Untuk nilai a= 5.10 cm


dan
11

Y= 10

gr/cm s

didapatkan nilai = 5.10

dyne/cm. Kasus dengan

k<</a,
atau

>>a

dinamakan

batas

gelombang

panjang.
b. Saat k membesar terjadi deviasi secara signifikan terhadap bentuk linier. Pada
k=/a terdapat nilai frekuensi maksimum. Nilai k=/a, berarti =2a,
menyebabkan atom yang bertetangga bergetar dengan fasa berlawanan,
sehingga gaya pulih dan frekuensi menjadi maksimum. Karena adanya fasa
berlawanan pada dua atom berdekatan, maka terjadi gelombang pantulan.
Akibatnya terjadi superposisi antara gelombang datang dan pantul oleh semua
atom dalam kristal, dan menghasilkan gelombang berdiri. Dalam kasus ini
kecepatan
refleksi

kelompok

vg=0. Kasus dengan k=/a dinamakan

kondisi

Bragg.
1/2
Frekuensi maksimum o=(4/m) yang bergantung pada konstanta pegas dan
massa atom adalah memang sifat untuk osilator harmonik. Dengan
mensubstitusikan
hidrogen)
didapatkan

nilai

nilai = 5.10
o=

13

2.10 /s

-24

dyne/cm dan m= 22.10


dalam

gr (untuk

daerah

inframerah.
c. Nilai k=0, berarti =, menyebabkan keseluruhan bagian kristal bertranslasi,
sehingga gaya pulih menjadi nol. Hal ini berarti =0 untuk
k=0.
Lihat kembali kurva dispersi (Gambar 2.7) di atas. Tampak bahwa kurva
tersebut periodik dalam ruang k, dan simetri terhadap pencerminan di sekitar titik
asal k=0. Oleh karena itu daerah yang penting adalah 0<k</a. Hanya frekuensi
dalam rentang 0<<o yang ditransmisikan dalam kisi. Frekuensi di atas o
mengalami atenuasi tajam. Dalam hal ini, kisi berperan sebagai filter

mekanik lolos rendah.


Periodisitas (k) dalam ruang k mempunyai perioda 2/a. Oleh karena itu

(k + 2/a) = (k)

(2.42)

Perhatikanlah contoh sederhana dalam Gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 Gelombang transversal dengan =4a dan


=(4/5)a

Angka

gelombang

keduanya,

masing-masing

Terlihat bahwa keduanya merepresentasikan

k=/2a dan

k=(k+2/a).

gerakan fisis yang sama. Oleh

karena itu dua


moda tersebut haruslah mempunyai frekuensi yang sama. Secara umum, hal ini
berlaku untuk dua titik sebarang k dan k, dimana k=(k + n 2/a) untuk n
bilangan bulat. Hal inilah yang menyebabkan frekuensi merupakan fungsi
periodik dari k dengan perioda 2/a.
Dalam kisi diskrit, panjang gelombang suatu gelombang bukanlah besaran
unik. Begitu juga nilai k, masing-masing nilai k yang ekivalen ditranslasikan
sejauh n(2/a) satu terhadap yang lain dalam ruang k. Pilihan interval
tertentu
dalam ruang k, yakni sama dengan periodanya sebesar 2/a, diperlukan
untuk membuat representasi k maupun menjadi unik.
Panjang gelombang terpendek dari gelombang dalam kristal linier yang
masih memiliki makna fisis adalah
=2a
yang bersesuaian dengan k=/a. Oleh karena itu semua getaran, =0 sampai
=,
yang memiliki makna fisis berada dalam interval
0 < |k| < /a
Daerah antara (-/a < k < /a) dinamakan

Zona Brillouin Pertama,

yang
merepresentasikan semua gelombang yang masih memiliki makna fisis dalam
kristal. Jumlah moda getar dalam zona ini sama dengan jumlah total atom dalam
kisi.

Simetri refleksi terhadap titik nol dalam ruang k, berarti


(-k) = (k)
(2.43)
Moda k merepresentasikan gelombang yang merambat ke arah kanan dan k ke
arah kiri dalam kisi. Karena kisi ekivalen dalam kedua arah tersebut, maka
frekuensinyapun harus sama seperti di atas.

2.2.1.2 Kisi Diatomik Satu Dimensi


Model ini terdiri dari dua jenis atom, masing-masing bermassa M1 pada
koordinat ganjil, dan M2 pada koordinat genap. Jarak setimbang atom bertetangga
sebesar a.
M1

x2A-1

x2A-2

x2A-3

M2
x2 A

Gambar 2.9 Kisi diatomik satu dimensi

Asumsi yang digunakan sama dengan bahasan kisi monoatomik. Persamaan gerak
untuk masing-masing massa
2

M
2
2l +1 = ( 2l +1 2l 2l
1 t 2
2 +2 )
M2 2
t 2l +2 = (2 2l +2 2l +1
2l +3

(2.44)

Diambil solusi berbentuk

2l +1 = A e i [ka (2l +1)t ]


1
2l +2 = A e i [ka (2l + 2 )t ]

(2.45)

Substitusi bentuk solusi (2.45) ke dalam persamaan (2.44) menghasilkan dua


persamaan yang ekivalen persamaan matrik
2 M
2

1
2 cos(ka ) A

2 cos(ka ) 2 2
M2

2
1

= 0
A

(2.46)

Solusi nontrivial persamaan homogen (2.46) ada hanya jika harga determinan
matrik sama dengan nol. Oleh karena itu persamaan sekularnya
2 M
2
1

2 cos(ka )

2 cos(ka ) 2 M2 2

=0

(2.47)

yang merupakan persamaan kuadrat dalam , dan memberikan solusi untuk ,


yakni
2

1/2

4 sin (ka )
2

1, 2 =

M1



+
M2
M
M
2
1

M
M
2

(2.48)

Tanda menyebabkan terdapat dua hubungan dispersi, yang masing-masing


kurvanya, dengan asumsi M1< M2, disajikan dalam Gambar 2.10 berikut.

Gambar 2.10 Dua cabang dispersi kisi diatomik M1< M2

Kurva bawah, bersesuaian dengan tanda minus, dinamakan cabang akustik. Kurva
ini memiliki ciri sama dengan kisi monoatomik. Sedangkan kurva atas dinamakan
cabang optik karena dihasilkan frekuensi optik dalam spektrum elektromagnet.
Variasi cabang ini tidak begitu besar, sehingga sering dianggap tetap.
Pada gambar di atas terdapat daerah tanpa getaran, yaitu daerah frekuensi
1/2
1/2
3
antara (2/M2)
sampai (2/M1) . Untuk harga = 5.10 dyne/cm dan
-23
1/2
13
M=10
gr didapatkan frekuensi =(2/M) = 3.10 /s dalam daerah
inframerah. Daerah
terlarang ini, dimana kisi tidak dapat mentransmisikan gelombang, disebut celah
frekuensi. Oleh karena itu, kisi diatomik berperan sebagai filter mekanik lolos
pita.
Perbedaan dinamika getaran antara kedua cabang di atas dapat dipelajari
dari perbandingan amplitudo A1/ A2 pada nilai k=0 (atau =).

Cabang akustik. Substitusi 1=0 ke dalam persamaan matrik (2.46) menghasilkan


ungkapan
A1 = A2

(2.49)

Hal ini berarti dua atom dalam sel, atau molekul, mempunyai amplitudo dan fasa
yang sama. Keseluruhan kisi bergetar seperti benda tegar, dengan pusat massa
bergerak bolak-balik, seperti Gambar 2.11 berikut.

Gambar 2.11 Getaran cabang akustik pada k=0

Cabang optik. Substitusi 2

1
1

= 2
+
M
M
2
1

1/2

ke dalam persamaan matrik

(2.46) di atas menghasilkan ungkapan


M1 A1 + M2 A2 = 0

(2.50)

Hal ini berarti cabang optik berosilasi dengan pusat massa atom tidak berubah.
Dua atom dalam sel bergetar dalam fasa berlawanan, seperti pada Gambar 2.12
berikut.

Gambar 2.12 Getaran cabang optik pada k=0

Lihat kembali kurva dispersi kisi diatomik (Gambar 2.10) di atas. Tampak
bahwa kurva tersebut periodik dalam ruang k dengan perioda /a dan mempunyai
simetri refleksi di sekitar titik k=0. Zona Brillouin Pertama terletak pada daerah
(/2a<k</2a). Hal ini berkaitan dengan perioda kisi riilnya sebesar 2a.
Dalam

zona ini, jumlah nilai k yang diperkenankan sebanyak jumlah atom total N.
Karena terdapat dua cabang, maka jumlah moda getar totalnya adalah 2N.

2.2.1.3 Kisi Tiga Dimensi


Misalnya, terdapat kisi Bravais tiga dimensi dengan satu atom persel
satuan. Diandaikan bentuk solusi gelombang yang merambat dalam kristal
G i GkG r t )
G
n = Ae (
(2.51)
Vektor amplitudo A menunjukkan arah getaran atom yang sesuai dengan
G
G
polarisasi gelombang (longitudinal [ A paralel k ], transversal [ A tegak lurus k ]
atau keduanya).

Substitusi

solusi

(2.51)

ke

dalam

persamaan

gerak,

menghasilkan

perangkat tiga persamaan yang melibatkan Ax, Ay dan Az, sehingga diperoleh
persamaan sekular dengan determinan matrik 3x3. Akhirnya diperoleh
3 buah harga 2
yang semuanya melalui titik asal k=0 (cabang akustik). Fungsi dispersi termaksud
tidak perlu isotropik dalam ruang k untuk arah yang berbeda dalam kristal.
Kisi non-Bravais tiga dimensi, dalam tiap sel satuannnya mengandung dua
atau lebih atom. Misalnya, terdapat r atom persel, maka akan terdapat 3r kurva
dispersi, yang terdiri dari 3 cabang akustik, dan (3-r) cabang optik.

Anda mungkin juga menyukai