Di susun oleh:
Sri Rahmayani
161050801034
Kelas B
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori elektron bebas Zat Padat telah berhasil menjelaskan berbagai macam sifat-sifat
termal (panas) suatu logam. Tetapi masih banyak sifat-sifat logam lainnya yang tidak dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori elektron bebas. Sebagai contoh mengapa beberapa
logam dengan jumlah elektron bebas yang banyak dapat bersifat sebagai konduktor,
sedangkan logam-logam dengan jumlah elektron konduksi sedikit akan bersifat sebagai
isolator. Sifat-sifat logam seperti ini tidak dapat dijelaskan dengan menggunakan teori
elektron bebas. Masih banyak hal lain yang berkaitan dengan sifat logam yang tidak dapat
dijelaskan oleh teori tersebut, seperti misalnya perubahan resistivitas konduktor oleh adanya
perubahan suhu, dan sifat-sifat semikonduktor.
Kegagalan teori elektron bebas dalam menjelaskan hal-hal tersebut di atas disebabkan
oleh penyederhanaan yang berlebihan tentang elektron konduksi. Menurut teori elektron
bebas, elektron konduksi (elektron valensi) dianggap mengalami energi potensial yang tetap
atau bahkan tidak memiliki energi potensial dari inti atom dan elektron-elektron lainya di
dalam atom. (Untuk tujuan penyederhanaan, inti atom dan elektron-elektron lainya di dalam
atom akan kita sebut sebagai pusat atom atau badan atom yang merupakan terjemahan dari
bahasa inggris “core”). Oleh karena itu, menurut teori elektron bebas, elektron konduksi ini
bebas bergerak di dalam kristal dan hanya dibatasi oleh permukaan kristal itu sendiri. Tetapi
kenyaataannya, energi potensial akibat badan atom itu tidaklah tetap, tetapi energi potensial
itu merupakan fungsi posisi elektron. Artinya, nilai energi ini bergantung pada posisi elektron
tersebut di dalam kristal diukur relatif terhadap inti atom. Di samping itu, energi potensial itu
juga mungkin timbul akibat adanya elektron-elektron konduksi lainnya di dalam kristal itu.
Jadi keadaan energi potensial yang sebenarnya di dalam kristal adalah sangat komplek.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kita akan mencoba menggunakan pendekatan
yang lebih baik dari pada pendekatan yang digunakan dalam teori elektron bebas. Pendekatan
itu adalah bahwa badan atom atom itu dianggap diam dan energi potensial itu merupakan
fungsi yang periodik dengan perioda sebesar konstanta kisi. Pendekatan ini atau asumsi ini
didasarkan pada kenyataan bahwa atom-atom di dalam kristal disebarkan secara periodik
pada setiap titik kisi. Di samping itu, asumsi ini menganggap bahwa energi potensial akibat
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa harus mempelajari pita energi?
2. Teori apa yang digunakan untuk memahami pita energi?
3. Bagaimana model kurva elektron hampir bebas?
4. Mengapa teori elektron bebas tidak bisa menjelaskan jenis bahan seperti isolator,
semikonduktor dan konduktor?
5. Bagaimana model persamaan Bloch dan kegunaannya!
6. Apa yang dimaksud dengan energi celah?
7. Tuliskan persamaan Sentral!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pita energi.
2. Untuk mengetahui teori yang digunakan untuk memahami pita energi.
3. Untuk mengetahui model kurva elektron hampir bebas.
4. Mengetahui kekurangan elektron bebas.
5. Mengetahui persamaan Bloch dan kegunaannya.
6. Untuk mengetahui celah energi.
7. Untuk mengetahui bentuk persamaan sentral.
A. Pita Energi
Pita energi digunakan untuk membedakan antara konduktor, semikonduktor, isolator
dan superkonduktor. Kristal dapat dikelompokkan dalam 4 golongan (dapat dijelaskan
berdasarkan konduktivitasnya) :
1. Konduktor ρ <<
2. Semikonduktor 0≤ρ≤∞
3. Isolator ρ≈∞
4. Superkonduktor ρ=0
Berdasarkan pita energinya, dapat dibedakan menjadi isolator, semikonduktor, dan
konduktor (seperti gambar 1)
P.V = Pita Valensi, yaitu pita energi yang terisi oleh elektron valensi
P.K = Pita Konduksi, yaitu pita energi di atas pita valensi yang akan terisi elektron konduksi
E.g = Celah energi, yaitu energi yang diperlukan elektron untuk loncat ke pita konduksi
Gambar 2 (a) Struktur Pita Energi Isolator. Pita terlarang yang besar ini memisahkan pita
valensi yang terisi dengan pita konduksi yang kosong.
Gambar 2 (b) Struktur Pita Energi Semikonduktor. Lebar pita relatif kecil, EG = 1 eV.
Pada saat suhu naik, elektron pada pita valensi mampu berpindah ke pita konduksi. Karena
adanya elektron di pita konduksi akibatnya bahan itu menjadi sedikit konduktif.
Gambar 2 (c) Struktur Pita Energi Konduktor. Pita konduksi terisi sebagian, jika ada
medan listrik luar elektron akan memperoleh tambahan energi sehingga berpindah yang
berakibat timbul arus listrik.
Gambar dan penjelasan di atas merupakan jawaban dari pertanyaan atas adanya
klasfikasimaterial menurut sifat kelistrikannya. Jadi tampak di atas, untuk
menjelaskan konsepkonduktivitas material tersebut digunakan konsep pita-pita energi. Ada
dua pita energi, yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita Valensi adalah pita energi yang
mungkin diisi oleh elektron dari zat padat hingga komplit. Pita Konduksi adalah pita energi
yang merupakan tempat lain yang akan diisi oleh elektron setelah Pita valensi komplit.
Setiap pita memiliki 2N elektron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada
elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita kondukasi akan terisi
sebagian untuk bahan konduktor. Sedangkan untuk isolator dan semikonduktor, tidak ada
elektron yang mengisi pita konduksi. Perbedaannya ada pada energi Gap Eg, yaitu selang
energi antara pita konduksi minimum dan pita valensi minimum. Pada bahan semikonduktor
Eg ̴ 1 eV. Sedangkan pada isolator Eg ̴ 6 eV
Gambar 3. Illustrating how the energy levels of isolated atoms are split into energy bands
when these atoms are brought into close proximity to form a crystal.
Jadi teori ini, gagal digunakan sebagai teori untuk menjelaskan perbedaan antara
konduktor, semikonduktor, isolator, dan superkonduktor. Karena energi yang dimiliki
elektron kontinu sehingga tidak ada energi gap (celah energi)
1. Mengapa beberapa logam dengan jumlah elektron bebas yang banyak dengan bersifat
logam dapat bersifat sebagai konduktor, sedangkan logam-logam dengan jumlah
elektron konduksi sedikit bersifat isolator.
2. Perubahan resitivitas konduktor oleh adanya perubahan suhu, dan sifat-sifat
semikonduktor.
TETAPI
1. Kenyataannya, energi potensial akibat badan atom itu tidaklah tetap, tetapi energi
potensial ini merupakan fungsi posisi elektron. Artinya nilai energi bergantung
pada posisi elektron tersebut di dalam kristal diukur relatif terhadap inti atom. Di
samping itu energi potensial itu juga mungkin timbul akibat konduksi lainnya di
dlam kristal itu
Model elektron bebas memenuhi jumlah distribusi yang pada dasarnya terus menerus
berawal dari nol hingga tak terhingga. Telah diketahui bahwa:
ℏ2 2
∈𝑘 = (𝑘 + 𝑘𝑦2 + 𝑘𝑧2 )
2𝑚 𝑥
2𝜋 4𝜋
𝑘𝑥 , 𝑘𝑦 , 𝑘𝑧 = 0; ± ;± ; …..
𝐿 𝐿
Ψ𝑘 (𝑟) = exp(𝑖𝑘. 𝑟) ;
Struktur pita merupakan sebuah kristal yang seringkali dapat menjelaskan model
elektron bebas terdekat karena pita elektron diperlakukan sebagai pengusik oleh potensial
periodik pada inti ion saja. Refleksi Bragg merupakan ciri khas penyebaran gelombang dalam
kristal. Refleksi Bragg gelombang elektron dalam kristal adalah penyebab celah energi. Celah
energi dapat menentukan secara signifikan dalam penentuan apakah zat padat merupakan
insulator ataukah konduktor.
𝑘 2 + 2𝑘. 𝐺 + 𝐺 2 = 𝑘 2 (pers. 2)
Untuk kristal satu dimensi, k berimpit dengan G sehingga 2k.G = 2 k.G cos 0 = 2k.G
1
𝑘 = ± 2 𝐺 = ±𝑛 𝜋⁄𝑎
dan celah energi pertama terbentuk pada 𝑘 = ± 𝜋⁄𝑎 . Pada bagian ini k di antara − 𝜋⁄𝑎 adalah
zona Brillouin kisi. Celah energi lainnya terjadi untuk nilai bilangan n lainnya.
Gambar 4. Energi sebagai fungsi vektor gelombang k menurut model elektron bebas.
Gambar 5. Kurva energi (E) sebagai fungsi vektor gelombang (k) dalam sebuah kristal
monoatomik satu dimensi dengan konstanta kristal sebesar a. Celah energi Eg yang
ditunjukkan terjadi pada k = + /a.
Dalam gambar 5, nilai energi adalah kontinyu untuk semua nilai k. Artinya kita tidak
menemukan adanya celah energi dimana elektron dilarang berada. Inilah kegagalan teori
elektron bebas dalam menjelaskan perbedaan antara isolator, semikonduktor, dan konduktor.
Oleh karena itu, agar kita dapat memahami perbedaan tersebut, kita menggunakan teori yang
mirip dengan teori elektron bebas tetapi sedikit dimodifikasi, yaitu teori elektron hampir
bebas atau sering disebut model atom elektron hampir bebas.
Menurut model atom elektron hampir bebas (V(x)≠0) energi elektron tidak lagi kontinyus
untuk semua nilai k, tetapi tepat pada nilai-nilai k tertentu, tingkat energi elektron mengalami
𝛱
diskontinyu, yaitu pada nilai-nilai k = ±n , dimana n = 1,2,3, dan seterusnya. Dengan
𝑎
Fungsi gelombang pada 𝑘 = ± 𝜋⁄𝑎 bukanlah gelombang berjalan exp (𝑖𝜋 𝑥⁄𝑎) atau
exp(−𝑖𝜋 𝑥⁄𝑎 ) elektron bebas. Dimana nilai khusus untuk k fungsi gelombang membuat
persamaan bagian perjalanan gelombang untuk bagian kanan dan kiri
Pernyataan tidak terikat waktu direpresentasikan oleh gelombang berdiri. Kita dapat
menuliskan persamaan dua gelombang berdiri yang berbeda dari gelombang berjalan
𝑖𝑘𝑥
exp( ) yaitu :
𝑎
Kedua fungsi gelombang 𝜓 (+) dan 𝜓 (-) menumpukkan elektron di dua tempat yang
berbeda, dan karena itu, kedua kelompok elektron itu memiliki nilai energi potensial yang
berbeda. Inilah asal mula adanya celah energi. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 6. Rapat peluang (rapat muatan) (+) dan (-) di sekitar inti atom dalam sebuah
kristal satu dimensi.
Rapat peluang (ρ) atau dalam hal ini sama dengan rapat muatan (karena fungsi gelombang
yang kita bicarakan adalah fungsi gelombang elektron) untuk kedua gelombang berdiri di atas
adalah sebagai berikut:
Persamaan Rapat peluang (rapat muatan) ρ(+) akan menumpukkan elektron (muatan-
muatan negatif) di atas ion-ion positif (di atas badan atom) yang dipusatkan di titik-titik x =
0, + a, + 2a, + 3a, dst, lihat Gambar 6. Jadi kelompok elektron ini berada di daerah yang
berenergi potensial rendah, lihat Gambar 6. Sedangkan persamaan Rapat peluang (rapat
muatan) ρ(-) akan menumpukkan elektron-elektron tersebut di tengah-tengah antara ion-ion
positif tersebut, sehingga elektron-elektron ini memiliki energi potensial yang tinggi.
(Catatan: dalam hal ini, apa yang kita maksud dengan ion-ion positif adalah inti atom dan
elektron-elektron bagian dalam atau sering kita sebut dengan badan atom, kecuali elektron
konduksi, sebab atom-atom itu akan diionisasi pada saat elektron valensi diambil untuk
dijadikan elektron konduksi)
𝜋 𝜋𝑥
Fungsi panjang gelombang pada batas wilayah Brillouin zone 𝑘 = 𝑎 adalah √2 cos 𝑎
𝜋𝑥
dan √2 sin 𝑎
dinormalisasikan pada satuan panjang atau garis. Misalkan besar energi
2𝜋𝑥
𝑈(𝑥) = 𝑈 cos
𝑎
Perbedaaan energi orde pertama antara dua gelombang berdiri dinyatakan oleh :
1
𝐸𝑔 = ∫ 𝑑𝑥 𝑈(𝑥)[|𝜓(+)|2 − |𝜓(−)|2 ]
0
2𝜋𝑥
𝐸𝑔 = 2 ∫ 𝑑𝑥 𝑈 cos ( ) (𝑐𝑜𝑠 2 𝜋𝑥/𝑎 − 𝑠𝑖𝑛2 𝜋𝑥/𝑎 ) = 𝑈
𝑎
D. Fungsi Bloch
Dimana Uk(r) mempunyai periode kristal lattice dengan Uk(r) = Uk (r +T) dengan T adalah
vektor sisi translasi. Persamaan diatas mengungkapkan teorema bloch :
Fungsi Eigen dari persamaan gelombang untuk potensial periodik mempunyai hasil
dari bidang gelombang eksp. (ik . r) fungsi waktu Uk (r) dengan periodisitas kisi kristal
Fungsi gelombang one-elektron pada persamaan (7) disebut fungsi Bloch dan dapat
didekomposisikan dalam jumlah gelombang berjalan. Fungsi Bloch dapat dikumpulkan
dalam bentuk gelombang paket-paket mewakili elektron – elektron yang menyebar secara
bebas melalui medan potensial dari inti ion.
Teorema Bloch valid jika 𝜓𝑘 nondegenerasi yaitu ketika tidak ada fungsi gelombang
dengan energi yang sama dan vektor gelombangnya 𝜓𝑘 . Energi potensial piriodik di a dengan
U(x) =U(x + sa) dimana s adalah bilangan bulat.
Untuk mencari solusi persamaan gelombang dapat dibantu oleh garis simetri cincin
sehingga:
Karena 𝜓(𝑥) harus bernilai tunggal. C adalah satu dari akar dari kesatuan atau
𝑖2𝜋𝑠𝑥
𝐶 = exp ( ) ; 𝑠 = 0, 1, 2, … , 𝑁 − 1 … … … … … (9)
𝑁𝑎
𝑖2𝜋𝑠𝑥
𝜓(𝑥) = 𝑈𝑘 (𝑥) exp ( ) … … … … … . (10)
𝑁𝑎
Potensial periodik dari persamaan gelombang dapat dipecahkan dalam fungsi dasar
square-well array seperti gambar dibawah. Persamaan gelombangnya adalah :
ℏ2 𝑑 2 𝜓
− + 𝑈(𝑥)𝜓 = 𝜖𝜓 … … . . (11)
2𝑚 𝑑𝑥 2
Dimana U(x) adalah energi potensial dan ε adalah nilai energi eigen.
Pada daerah 0 < x < a dimana U=0, fungsi eigen adalah kombinasi linier
𝐾2
∈ = ℏ2 … … … … . (13)
2𝑚
Pada daerah –b < x<0 dengan solusi pembatasnya dalam bentuk
𝜓 = 𝐶𝑒 𝑄𝑥 + 𝐷𝑒 −𝑄𝑥 , (14)
Dengan
𝑄2
2
𝑈0 −∈ = ℏ … … … … . (15)
2𝑚
Gambar 7. Sumur kuadrat potensial periodik yang dikenalkan oleh Kronig dan Fenney.
A+B+C+D; (17)
Pada x = a, dengan menggunakan (16) untuk 𝜓(a) ke bawah sawar sampai 𝜓(-b),
Persamaan (17) sampai (20) memiliki solusi hanya jika determinan koefisien A, B, C,
D hilang, atau jika
Hasilnya menjadi sederhana jika kita melambangkan potensial dengan fungsi delta
periodik yang didapatkan ketika kita melalui limit b = 0 dan U0 = ∞, sedemikian sehingga
Q2ba/2 = P, besaran terbatas. Pada limit Q << K dan Qb << 1. Sehingga (21a) berkurang
menjadi
Rentangan K agar persamaan ini memiliki solusi pada Gambar 5, untuk kasus P =
3π/2. Nilai energi yang sama di plot pada Gambar 6. Vektor gelombang k dari fungsi Bloch
merupakan indeks yang penting, bukan K dalam (12), yang dihubungkan dengan (13).
Gambar 9. Grafik hubungan antara energi dengan bilangan gelombang untuk potensial
Kronig-Penney, dengan P = 3π/2. Catatan: celah energi pada ka = π, 2π, 3π . . . .
Rata-rata bentuk yang diharapkan sebagai solusi persamaan Schrödinger terjadi jika
vektor gelombang terletak pada batas daerah, yaitu k = π/a. Misalkan U(x) merupakan energi
potensial elektron kisi linier dari konstanta kisi a. Kita ketahui bahwa energi potensial
invarian pada translasi kisi kristal: U(x) = U(x + a). Fungsi invarian pada translasi kisi kristal
diperluas menggunakan deret Fourier dalam vektor kisi resiprok G. Deret Fourier untuk
energi potensial sebagai berikut:
1 1
(2𝑚 𝑝2 + 𝑈(𝑥)) 𝜓(𝑥) = (2𝑚 𝑝2 + ∑𝐺 𝑈𝐺 𝑒 𝑖𝐺𝑥 ) 𝜓(𝑥) = 𝜖𝜓(𝑥) (24)
Fungsi gelombang 𝜓(x) dinyatakan sebagai penjumlahan deret Fourier semua nilai
vektor gelombang yang dilegalkan oleh adanya kondisi batas, sehingga
Dimana k real. (Kita menuliskan indeks k sebagai subskrip G dengan sama baiknya, seperti
Gk).
Kumpulan nilai k memiliki bentuk 2πn/L, karena nilai-nilai ini memenuhi kondisi
batas periodik selama panjang L. Sifat translasi 𝜓(x) dideterminasikan oleh teorema Bloch.
2𝜋𝑛
Tidak semua set gelombang vektor termasuk Fourier yang merupakan perluasan
𝐿
salah satu fungsi Bloch. Jika salah satu vektor gelombang k termasuk dalam ψ, maka semua
vektor gelombang lainnya di Fourier merupakan perluasan ψ. Jika salah satu vektor
gelombang k termasuk dalam ψ, maka semua vektor gelombang lainnya di Fourier
merupakan perluasan ψ hal ini akan memiliki bentuk 𝑘 + 𝐺, dimana G adalah vektor kisi
resiprokal.
Kita mendapatkan bahwa ψ sebagai fungsi gelombang yang berisi sebuah komponen
k sebagai 𝜓𝑘 atau sama dengan 𝜓𝑘+𝐺 . Vektor gelombang berjalan 𝑘 + 𝐺 di atas G yang
dibatasi subset dari set 2𝜋𝑛/𝐿.
1 2 1 𝑑 2 ℏ2 𝑑 2 𝜓 ℏ2
𝑝 𝜓(𝑥) = (−𝑖ℏ ) 𝜓(𝑥) = − = ∑ 𝑘 2 𝐶(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥
2𝑚 2𝑚 𝑑𝑥 2𝑚 𝑑𝑥 2 2𝑚
𝑘
ℏ2
∑𝑘 𝑘 2 𝐶(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥 + ∑𝐺 ∑𝑘 𝑈𝐺 𝐶(𝑘)𝑒 𝑖(𝑘+𝐺)𝑥 = 𝜖 ∑𝑘 𝐶(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥 .... (26)
2𝑚
Setiap komponen Fourier harus memiliki koefisien yang sama pada kedua sisi
persamaan. Sehingga
Gambar 10. titik rendah mewakili nilai dari vektor gelombang 𝑘 = 2𝜋𝑛/𝐿 yang diperoleh
dari kondisi batas periodik fungsi gelombang ke cincin lingkar L yang terdiri dari 20 sel
Setelah kita menentukan bentuk C (27), fungsi gelombang (25) diberikan sebagai
Karena 𝑢𝑘 (𝑥) adalah seri Fourier dari vektor kisi resiprokal, hal ini adalah invarian
dalam sebuah translasi kisi kristal T, sehingga 𝑢𝑘 (𝑥) = 𝑢𝑘 (𝑥 + 𝑇). Kita mencek langsung
dengan memasukkan 𝑢𝑘 (𝑥 + 𝑇):
Apa arti penting dari vektor gelombang k yang digunakan untuk melabeli fungsi Bloch? Hal
ini memiliki beberapa sifat:
Dalam translasi kisi kristal yang membawa r sampai r+T kita mendapatkan
𝑢𝑘 (𝑟 + 𝑇) = 𝑒 𝑖𝑘.𝑻 𝑒 𝑖𝑘.𝒓 𝑢𝑘 (𝑟 + 𝑇) = 𝑒 𝑖𝑘.𝑇 𝜓𝑘 (𝑟), (30)
Karena 𝑢𝑘 (𝑟 + 𝑇) = 𝑢𝑘 (𝒓). Jadi exp (𝑖𝑘. 𝑻) adalah faktor fase dimana fungsi Bloch
dikalikan ketika kita membuat sebuah translasi kisi kristal T.
λk-2g - 𝜖 U 0 0 0
U λk-g - 𝜖 U 0 0
0 U λk - 𝜖 U 0
0 0 U λk+g - 𝜖 U
0 0 0 U λk+2g - 𝜖
1 1
𝑈𝐺 = ∫0 𝑑𝑥 𝑈(𝑥) cos 𝐺𝑥 = 𝐴𝑎 ∑𝑠 ∫0 𝑑𝑥 (𝑥 − 𝑠𝑎) cos 𝐺𝑥 = 𝐴𝑎 ∑𝑠 cos 𝐺𝑠𝑎 = 𝐴
Kami menulis persamaan pusat dengan k sebagai indeks blok. sehingga (31) menjadi
2𝜋𝑛
(𝜆𝑘 − 𝜖)𝐶(𝑘) + 𝐴 ∑𝑛 𝐶 (𝑘 − )=0 (35)
𝑎
ℎ2 𝑘 2
dimana 𝜆𝑘 = 2𝑚 dan rangkuman atas semua bilangan bulat n. Kita mendefinisikan
2𝜋𝑛
𝑓(𝑘) = ∑𝑛 𝐶(𝑘 − ) (36)
𝑎
2𝑚𝐴
( 2 )𝑓(𝑘)
ℎ
𝐶(𝑘) = − 2𝑚𝜖 (37)
𝑘 2 −( 2 )
ℎ
Karena penjumlahan pada persamaan (36) di atas untuk semua koefisien C, yang kita
miliki untuk setiap n,
2𝜋𝑛
𝑓(𝑘) = 𝑓(𝑘 − ) (38)
𝑎
ℎ2 2𝜋𝑛 2 −1
(2𝑚𝐴) = − ∑𝑛 [(𝑘 − ) − (2𝑚𝜖/ℎ2 ] (40)
𝑎
1
𝑐𝑡𝑛 𝑥 = ∑𝑛 𝑛𝜋+𝑥 (41)
𝑎2 sin 𝐾𝑎
(42)
4𝐾𝑎(cos 𝑘𝑎−cos 𝑘𝑎)
adalah
𝑚𝐴𝑎2
( ) (𝐾𝑎)−1 sin 𝐾𝑎 + cos 𝐾𝑎 = cos 𝑘𝑎 (43)
2ℎ2
yang setuju dengan hasil Kroning-Penney (21b) dengan Pditulis untuk 𝑚𝐴𝑎2 /2ℎ2
Struktur band yang sebenarnya biasanya diperlihatkan dengan plot energi berbanding
dengan vector gelombang di zona Brillouin pertama.ketika vector gelombang kebetulan
diberikan di luar zona pertama, mereka dibawa kembali ke zona pertama dengan
mengurangkan timbal balik vektor kisi yang sesuai. Terjemahan demikian selalu dapat
ditemukan. Operasi ini membantu dalam visualisasi pada kertas grafik.
Ketika energi Band yang didekati dengan cukup baik oleh elektron bebas energi 𝜖𝑘 =
ℎ2 𝑘 2 /2𝑚, disarankan untuk memulai perhitungan dengan membawa energi elektron bebas
kembali ke zona pertama. Prosedur ini cukup sederhana sekali sehingga Anda dapat
menguasainya. Kita mencari G sehingga k’ dalam memenuhi zona pertama.
𝑘′ + 𝐺 = 𝑘
Dimana k tidak dibatasi dan merupakan vector gelomkbang elektron bebas dalam
latice kosong. (Setelah gelombang bidang dimodulasi oleh kisi-kisi, tidak ada vector
gelombang tunggal untuk bagian 𝜓).
ℎ2
𝜖(𝑘𝑥 , 𝑘𝑦 , 𝑘𝑧 ) = ( )(𝑘 + 𝐺)2
2𝑚
ℎ2
=( )[(𝑘𝑥 + 𝐺𝑥 )2 + (𝑘𝑦 + 𝐺𝑦 )2 + (𝑘𝑧 + 𝐺𝑧 )2 ]
2𝑚
dengan inisialk zona pertama dan G diizinkan untuk berjalan sesuai poin kisi resiprokal.
Kita anggap sebagai contoh band elektron bebas dataran rendah kisi kubik sederhana.
Misalkan kita ingin menunjukkan energi sebagai fungsi dari k di arah[100]. Untuk
Pita elektron ini bebas diplot seperti pada gambar 8. Ini adalah latihan yang baik untuk
merencanakan band yang sama untuk k sejajar dengan arah ruang (111) vector gelombang.
Pada prinsipnya determinan bernilai tak berhingga, tetapi sering juga menghasilkan nol.
Dari nilai k, tiap-tiap akar 𝜖 atau 𝜖 k menunjukkan pita energi yang berbeda, kecuali
pada keadaan khusus. Solusi dari faktor (32) menunjukkan energi nilai Eigen 𝜖 nk.
Jika kita memilih k berbeda dari yang sebenarnya dengan menghitung perbandingan
kisi vektor, kita dapatkan persamaan yang sama dalam urutan yang berbeda – tetapi memiliki
spektrum energi yang sama.
Kita menganggap bahwa komponen Fourier UG dari energi potensial bernilai kecil
dalam perbandinganya dengan energi kinetik dari elektron bebas di dalam zona batas.
Pertama kita melihat sebuah faktor gelombang persis pada zona batas pada 1/2 G, yaitu 𝜋/𝑎.
Jika C(1/2 G) ialah koefisien yang perting di orbital pada area ikatan, maka C(-1/2G)
menjadi koefisien yang penting. Kita hanya menguasai persamaan pada persamaan pusat
yang terdiri atas dua koefisien C(1/2G) dan C(1/2G), dan mengabaikan semua koefisien yang
lain.
1 2
Satu persamaan dari (31) menjadi, dengan k=1/2G dan 𝜆 = ℏ2 (2 𝐺) /2𝑚,
1 1
(𝜆 − 𝜖)𝐶 ( 𝐺) + 𝑈𝐶 (− 𝐺) = 0 (44)
2 2
1 1
(𝜆 − 𝜖)𝐶 (− 𝐺) + 𝑈𝐶 ( 𝐺) = 0 (45)
2 2
Dua persamaan memiliki solusi yang kurang maksimal untuk dua koefisien jika energi
𝜖
𝜆−𝜖 𝑈
| |=0 (46)
𝑈 𝜆−𝜖
maka,
ℏ2 1 2
(𝜆 − 𝜖)2 = 𝑈 2 ; 𝜖 = 𝜆 ± 𝑈 = ( 𝐺) ± 𝑈. (47)
2𝑚 2
Energi memiliki dua asal, satu lebih rendah energi kinetik elektron bebas dengan U, dan satu
lebih tinggi oleh U. maka energi potensial 2U cos Gx dibentuk dari jarak energi 2U pada area
ikatan.
Rasio dari beberapa C di dapatkan dari beberapa persamaan (45) atau (45):
1
𝐶(− 𝐺) 𝜆−𝜖
2
1 = = ±1 (48)
𝐶( 𝐺) 𝑈
2
Maka ekspansi fourier dari 𝜓(𝑥) pada area ikat memiliki penyelesaian.
Arah dari persaman pusat (31), kita selesaikan dengan membagi persamaan
(𝜆 − 𝜖)𝐶(𝑘) + 𝑈𝐶(𝑘 − 𝐺) = 0;
ℏ2 𝑘 2
Dengan 𝜆𝑘 ditentukan dengan . Pada persamaan memiliki solusi jikaenergi 𝜖.
2𝑚
𝜆𝑘 − 𝜖 𝑈
| |=0
𝑈 𝜆𝑘−𝐺 − 𝜖
Dimana, 𝜖 2 − 𝜖(𝜆𝑘−𝐺 + 𝜆𝑘 ) + 𝜆𝑘 + 𝐺 𝜆𝑘 − 𝑈 2 = 0
1 1 1/2
𝜖 = 2 (𝜆𝑘−𝐺 + 𝜆𝑘 ) ± [4 (𝜆𝑘−𝐺 + 𝜆𝑘 )2 + 𝑈 2 ] , (50)
dimana pengukuran berbeda K=k-1/2G dalam vektor gelombang antara k dan area ikat.
1
ℏ2 1 2 ℏ2 2
𝜖𝑘 = ( ) ( 𝐺 + 𝐾 ) ± [4𝜆 ( ) + 𝑈 2 ]
2
2𝑚 4 2𝑚
ℏ2 1 ℏ2 𝑘 2
= (2𝑚) (4 𝐺 2 + 𝐾 2 ) ± 𝑈 [1 + 2(𝜆/𝑈 2 ) ( 2𝑚 )], (51)
ℏ2 𝐺𝑘 ℏ2 1 2
Pada area ≪ |𝑈|. 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑛𝑖 𝜆 = (2𝑚) (2 𝐺) , 𝑠𝑒𝑝𝑒𝑟𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎.
2𝑚
Asal dari penulisan area ikat (47) seperti 𝜖(±), kita mungkin menulis (51) seperti
ℏ2 𝑘 2
𝜖𝑘 (±) = 𝜖(±) + ( 2𝑚 ) (1 ± 2𝜆/𝑈)(52)
Terdiri atas linear kristal dengan jumlah N sel permitif pada kisi konstan a. pada order
untuk perhitungan kita menggunakan kondisi ikatan periodic untuk panjang pada fungsi
gelombang Kristal. Mengikuti nilai vektor gelombang elektron k dalam zona Brillouin
pertama dapat dinyata dengan (2):
2𝜋 4𝜋 𝑁𝜋
𝑘 = 0; ± ;± ;…; , (53)
𝐿 𝐿 𝐿
𝑁𝜋 𝑁𝜋
Kita potong bagian 𝐿
= 𝜋𝑎, untuk area ikat. − 𝐿
= −𝜋𝑎 tidak dihitung point erikat
karena dihubungkan oleh vektor kisi reciprocal phi/a. jumlah total titik kisi adalah N,
sejumlah sel primitif.
Gambar 11. Ratio koefisien 𝜓(𝑥) = 𝐶(𝑘)𝑒 𝑖𝑘𝑥 + 𝐶(𝑘 − 𝐺)𝑒 𝑖(𝑘−𝐺)𝑥 seperti yang terhitung
dekat batasan daerah Brillouin pertama.
Tiap sel primitif memberikan satu nilai bebas k pada tiap pita energi. Hasilnya
membawa ke dalam 3 dimensi. Dengan menghitung 2 orientasi bebas dari spin elektron, ada
2N orbital bebas dala tiap pita energi. Jika ada satu valensi atom dalam tiap sel primitif,
pitanya dapat terpenuhi separuhnya dengan elektron. Jika tiap atom memberikan 2 elektron
Jika elektron valensi diisi satu atau lebih pita, meninggalkan kekosongan, kristal akan
menjadi insulator. Sebuah medan listrik eksternal tidak akan menyebabkan arus mengalir
dalam sebuah insulator. Diketahui pita yang terisi sebagian dari celah energi dari pita yang
lebih tinggi selanjutnya, tidak ada cara untuk mengubah total momentum elektron-elektron
jika setiap bagian sudah terisi. Tidak ada yang berubah ketika ada medan listrik. Hal ini tidak
sama ketika elektron bebas memiliki nilai k yang meningkat secara seragam dalam medan
listrik.
Gambar 12. Struktur pita dan bagian yang terjadi sebagai (a) insulator, (b) logam atau
semilogam karena pita bertumpukan dan (c) logam karena banyaknya elektron. Dalam (b)
tumpukan pita yang terjadi tidak memiliki kesamaan arah dalam daerah Brillouin. Jika
tumpukan kecil, dengan bagian kecil lain yang ikut, kita sebut semilogam.
Kristal dapat menjadi insulator jika jumlah elektron valensi dalam sel primitif kristal
adalah genap. Jika kristal mempunyai jumlah elektron valensi genap tiap sel primitif, ini baik
untuk menentukan ada atau tidak pita yang bertumpuk dalam energi. Jika pita-pita bertumpuk
dalam energi, kemudian pita yang terisi merupakan insulator, kita dapat memiliki 2 bagian
pita yang terisi sebagai logam.
Logam alkali dan logam nobel memiliki satu elektron valensi tiap sel primitif; mereka
dapat menjadi insulator, tetapi pita-pita bertumpukkan dalam energi menjadi logam tetapi
bukan logam yang baik. Berlian, silikon, dan germanium memiliki 2 atom dengan elektron
valensi 4, maka ada 8 elektron valensi tiap sel primitif; pita tidak bertumpukkan, dan kristal
asli adalah insulator tepat di nol.
A. Kesimpulan
1. Pita energi dipelajari karena :
a. Teori elektron bebas tidak bisa menjelaskan : Mengapa beberapa logam dengan
jumlah elektron bebas yang banyak dengan bersifat logam dapat bersifat sebagai
konduktor, sedangkan logam-logam dengan jumlah elektron konduksi sedikit
bersifat isolator.
b. Teori elektron bebas tidak bisa menjelaskan : Perubahan resitivitas konduktor oleh
adanya perubahan suhu, dan sifat-sifat semikonduktor.
2. Teori yag digunakan untuk memahami teori pita energi adalah teori elektron hampir
bebas atau yang biasa disebut model elektron hampir bebas.
3. Model kurva elektron hampir bebas yaitu
Dimana
Fungsi Bloch digunakan untuk menghitung nilai energi celah dengan menggunakan
persamaan sentral.
6. Celah energi merupakan hasil interaksi antara fungsi gelombang elektron kondukasi
dengan badan atom (core) dalam kristal.
7. Persamaan Sentral
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar bisa memberi kritik yang membangun demi
perbaikan makalah dan tulisan selanjutnya.