Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PITA ENERGI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ulangan Akhir Semester V


Mata Kuliah Fisika Zat Padat

Dosen : La Isa S.Si, M,Sc

OLEH :

MAYANG SARI

NIM. 17010109026

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalaamiin dengan rasa syukur kepada Allah


SWT, yang dengan Rahmat dan Inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah Metodologi Penelitian 1 tentang Penelitian Deskriptif.
Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Teladan umat bagi umat manusia dan rahmat bagi
seluruh alam. Ucapan terima kasih tidak lupa kami berikan kepada
dosen pembimbing yang telah membimbing kami demi terselesainya
makalah ini, karena berkat sumbangan pikiran dan bimbingannya
makalah ini tersusun dengan baik.
Semua hal yang ada di dunia ini bersifat fana dan tidak
sempurna, karena itu kami mohon kritik dan saran pada makalah ini
agar pada pembuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik.

Kendari, 18 Januari 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar Pita Energi
B. Model Bebas Elektron
C. Celah Energi
D. Persamaan Gelombang Elektron dalam Potensial Periodik Jumlah
Orbital dalam Pita
E. Logam dan Isolator
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Model elektron bebas dapat memberikan penjelasan yang baik


terhadap kapasitas panas, hantaran listrik dan kalor, kelemahan
magnet dan elektrodinamika logam. Namun model ini tidak bisa
memberikan penjelasan terhadap berbagai masalah. Daya hantar
listrik superkonduktor saat 1 K, < 10- 10 Ω-cm sedangkan daya
hantar listrik dari isolator yang baik adalah > 1022 Ω -cm. Sifat
tahanan listrik ini dipengaruhi oleh suhu.

Untuk dapat menerangkan sifat daya hantar listrik zat padat


diperlukan sebuah model. Model yang dikembangkan adalah
model elektron hampir bebas dan teori pita energi.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pita energi?
2. Apa yang dimaksud dengan model elektron bebas?
3. Apa yang dimaksud dengan Celah Energi?
4. Apa yang dimaksud dengan persamaan gelombang elektron
dalam potensial periodik?
5. Bagaimana cara menentukan jumlah orbital dalam pita?
6. Apa yang dimaksud dengan logam dan isolator?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Pita Energi

Dalam satu atom terisolasi, elektron di orbit masing-


masing memiliki energi pasti yang terkait dengannya. Tetapi
dalam hal padatan semua atom saling berdekatan, maka
tingkat energi elektron terluar terluar dipengaruhi oleh atom
tetangga. Ketika dua atom tunggal atau terisolasi mendekat satu
sama lain maka orbit terluar elektron dua atom berinteraksi atau
saling berbagi satu sama lain. Yaitu, elektron di orbit terluar dari
satu atom mengalami kekuatan yang menarik dari nukleus atom
terdekat atau tetangga. Karena energi elektron tidak akan berada
pada ti ngkat yang sama, tingkat energi elektron berubah menjadi
nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah dari pada tingkat energi
asli elektron. Elektron di orbit yang sama menunjukkan tingkat
energi yang berbeda. Pengelompokan level energi yang berbeda ini
disebut pita energi. Namun, tingkat energi elektron orbit dalam
tidak banyak terpengaruh oleh kehadiran atom tetangga.
Ada sejumlah band energi dalam padatan tapi tiga di
antaranya sangat penting. Ketiga pita energi ini penting untuk
memahami perilaku padatan. Band energi ini terdiri atas:
a. Pita valensi

Pita energy yang dibentuk dengan mengelompokkan


rentang tingkat energi dari elektron valensi atau elektron orbit
terluar disebut pitav alensi. Pita valensi hadir dibawah pita
konduksi seperti yang ditunjukkan pada gambar. Elektron di pita
valensi memiliki energi lebih rendah daripada elektron dalam pita
konduksi. Elektron yang ada dalam pita valensi terikat secara
longgar ke nukleus atom.
b. Pita konduksi

Band energi yang dibentuk dengan mengelompokkan


rentang tingkat energi dari elektron bebas disebut sebagai pita
konduksi. Umumnya, pita konduksi kosong tapi bila energi
eksternal diterapkan, elektron-elektron di pita valensi melompat
ke pita konduksi dan menjadi elektron bebas. Elektron pada pita
konduksi memiliki energi yang lebih tinggi daripada elektron
pada pita valensi. Elektron pita konduksi tidak terikat pada nucleus
atom.
c. Forbidden band or forbidden gap (celah energi)
Perbedaan energi yang ada antarapita valensi dan pita
konduksi dengan memisahkan kedua pita energi disebut sebagai
pita terlarang atau jeda terlaran g (Forbidden band or forbidden
gap). Dalam zat padat, elektron tidak bisa bertahan dalam jarak
terlarang karena tidak ada negara energi yang diperbolehkan di
wilayah ini. Forbidden band merupakan faktor utama untuk
menentukan konduktivitas listrik padatan. Klasifikasi bahan
sebagai isolator, konduktor dan semikonduktor terutama
bergantung pada celah terlarang. Energi yang terkait dengan
Forbidden band or forbidden gap disebut celah energi dan diukur
dalam satuan elektron volt (eV).
1 eV = 1,6 × 10-19 J

Energi eksternal yang diaplikasikan dalam bentuk


panas atau cahaya harus sama dengan jeda terlaran g untuk
mendorong elektron dari pita valensi ke pita konduksi.
(Pamungkas, 2017)

Pada pandangan tentang gas elektron telah dapat


digunakan untuk menjelaskan sifat kelistrikan, kalor dan
efek Hall. Namun demikian masih banyak yang perlu
dijelaskan, misalnya sifat isolator, konduktor maupun semi
konduktor. Untuk itu

pandangan tentang gas elektron perlu diperkuat.


(Istiyono,2015,hal;12)

P.V = Pita valensi = Pita energi yang terisi oleh


elektron
valensi
P.K = Pita konduksi = Pita energi diatas pita valensi,
yang akan
terisi elektron konduksi
E.g = Celah energi = Energi yang diperlukan elektron
untuk
loncat ke pita konduksi
B. Model Elektron Bebas
Pada model elektron bebas, energi bernilai nol sampai tak
hingga yang dapat dinyatakan sebagai berikut;
2
∈k = h ( k 2x + k 2y +k 2z )
2m
h2 2
∈k = k
2m

Dengan Kondisi batas periodik kubik dengan rusuk L.

2π 4 π 2π
k x , k y ,k z ,=0 ; ±
L

L
; …; ± n
L ( )
Fungsi gelombang elektron bebas yang bergerak dengan momentum :

ρ=h kadalah: ψ k ( r )=e ik .r


Struktur pita merupakan sebuah kristal yang seringkali
dapat menjelaskan model elektron bebas terdekat karena pita
elektron diperlakukan sebagai pengusik oleh potensial periodik
pada inti-inti ion. Refleksi Bragg merupakan gambaran
karakteristik gelombang dalam kristal. Refleksi Bragg gelombang
elektron dalam kristal adalah penyebab celah energi. Asal Celah
energi diterangkan secara fisis dengan kisi liear yang memiliki
tetapan kisi a sepeti gambar berikut:

Syarat Bragg untuk hamburan gelombang k adalah:


( k +G )2¿ k 2
Pada dimensi satu angka gelombang sama dengan setengah vektor
kisi resiprok:
1 ± nπ
k =± G=
2 a
n
Dimana G = 2 π adalah kisi resiprokal vektor dan n adalah
a
bilangan bulat. Refleksi pertama dan celah energi pertama terbentuk pada
k = ±πa yakni pada kawasan Brilloun pertama (BZ I) pada kisi. Sedangkan
celah energi lainnya terjadi untuk nilai bilangan n lainnya.
Gelombang tegak atau berdiri bebas ( independent) waktu
dinyatakan dengan:
ψ ¿= 2 cos (πx / a ¿
ψ ¿= 2i sin (πx / a ¿
Tanda + dan – Menyatakan arah gelombang berjalan

C. Celah Energi
Celah energi adalah rentang energi yang tidak mungkin dalam teori
pita zat padat. Untuk memahami tingkah laku electron konduksi di dalam
zat padat, diperlukan pemahaman tentang bagan pita energi untuk
semikonduktor berikut:
Seperti yang penuh (atau hampir penuh) electron disebut pita
valensi, dan pita di atasnya yang berisi sedikit elektron (atau kosong)
disebut pita konduksi. Dan celah anatara batas atas pita valensi dengan
batas bawah pita komduksi disebut celah energi (Eg). Inisial g berasal dari
kata gap atau celah.
Kristal semikonduktor akan diukue celah energinya dijatuhi foton
monokromatik dengan energi mulai dari yang kecil sampai yang besar
sedemikian rupa sehingga terjadi penyerapan foton oleh Kristal. Apabila
foton monokromatik yang dating pada Kristal semikonduktor masih
diterulkan oleh Kristal (dideteksi oleh detector) maka berarti penyerapan
foton pada kristal belum terjadi. Jika energi foton kita perbesar sedikit
demi sedikit sehingga mulai ada foton yang tidak ditangkap oleh ditektor,
maka berarti pada saat ini terjadi penyerapan pada Kristal.
Untuk mengukur celah energi dapat dilakukan dengan metode
optik seperti penjelasan berikut:
Eg
Sifat konduktivitas dan konsentrasi ditentukan oleh faktor ,
KB T
perbandingan celah energi dengan temperatur. Ketika perbandingan ini
besar, konsentrasi sifat instrinsik akan rendah dan konduktivitasnya juga
akan rendah. Nilai terbaik dari celah energi diperoleh dari penyerapan
optik. Celah energi (Eg) merupakan selisih antara energi terendah pada
pita konduksi (Ek) dengan energi tertinggi pada pita valensi (Ev). Atau
secara matematis dapat ditulis:
Eg = Ek – Ev
Gambar 2. Pita Energi Kristal semikonduktor
Untuk mengukur besarnya celah energi ( Eg) dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu penerapan langsung dan penyerapan tidak langsung.
1. Penyerapan Langsung
Pada penyerapan langsung ini, elektron mengabsorpsi foton dan
langsung meloncat ke dalam pita konduksi. Besarnya celah energi
(Eg) sama dengan besarnya energi foton (gelombang
elektromagnetik). Secara matematis dapat dituliskan:
E=ℏω=Eg
Dimana ω merupakan frekuensi anguler dari foton (gelombang
ekektromagnetik).
2. Penyerapan Tidak Langsung
Pada penyerapan tidak langsung, elektron mengabsorpsi foton
sekaligus fonon. Proses ini memenuhi hukum kekekalan energi.
Sehingga selain energi foton (partikel dalam gelombang
elektromagnetik) terdapat juga fonon (partikel dalam gelombang
elastik) yang dipancarkan maupun diserap, dapat ditulis:
Eg ± ℏ Ω=ℏω
Dimana tanda ± menunjukan bahwa dalam proses penyerapan tidak
langsung ini keberadaan fonon ada yang dipancarkan (+) atau
diserap (-).

D. PERSAMAAN GELOMBANG ELEKTRON PADA POTENSIAL


PERIODIK
Rata-rata bentuk yang diharapkan sebagai solusi persamaan
Schrödinger terjadi jika vektor gelombang terletak pada batas daerah, yaitu
k = π/a. Misalkan U(x) merupakan energi potensial elektron kisi linier dari
konstanta kisi a. Kita ketahui bahwa energi potensial invarian pada
translasi kisi kristal: U(x) = U(x + a). Fungsi invarian pada translasi kisi
kristal diperluas menggunakan deret Fourier dalam vektor kisi resiprok G.
Deret Fourier untuk energi potensial sebagai berikut:
U (x) = ∑ G U G e iGx (1)
Nilai koefisien UG untuk potensial kristal sebenarnya bergantung
pada pengurangan secara cepat dengan peningkatan besaranya G. Untuk
potensial coulomb lugas UG berkurang menjadi 1/G2. Kita inginkan
energi potensial U(x) untuk menjadi fungsi real:
U ( x )=¿ ∑ U G (e iGX + e−iGx ) = 2 ∑ U G cos Gx (2)
G >0 G >0

Untuk meyakinkan, diasumsikan bahwa kristal simetris sekitar x =


0 dan U0 = 0. Persamaan gelombang sebuah elektron dalam kristal adalah
ℋ𝜓 = є𝜓, dimana ℋ merupakan Hamiltonian dan є merupakan nilai egen.
Solusi 𝜓 disebut fungsi eigen atau fungsi orbital atau Bloch. Secara
eksplisit, persamaan gelombangnya adalah ;

1 2 1 2
( p + U (x)) ψ ( x ) =¿( p + ∑ U G eiGx ) ψ ( x) = ϵψ (x)
2m 2m G
(3)

Fungsi gelombang 𝜓(x) dinyatakan sebagai penjumlahan deret


Fourier semua nilai vektor gelombang yang dilegalkan oleh adanya
kondisi batas, sehingga;

ψ=∑ C ( k ) e ikx (4)


k

Dimana k real. (Kita menuliskan indeks k sebagai subskrip G


dengan sama baiknya, seperti Gk). Kumpulan nilai k memiliki bentuk
2πn/L, karena nilai-nilai ini memenuhi kondisi batas periodik selama
panjang L. Sifat translasi 𝜓(x) dideterminasikan oleh teorema Bloch;
2π n
Tidak semua set gelombang vektor termasuk Fourier yang
L
merupakan perluasan salah satu fungsi Bloch. Jika salah satu vektor
gelombang k termasuk dalam ψ, maka semua vektor gelombang lainnya di
Fourier merupakan perluasan ψ. Jika salah satu vektor gelombang k
termasuk dalam ψ, maka semua vektor gelombang lainnya di Fourier
merupakan perluasan ψ hal ini akan memiliki bentuk 𝑘+𝐺, dimana G
adalah vektor kisi resiprokal.
Kita mendapatkan bahwa ψ sebagai fungsi gelombang yang berisi
sebuah komponen k sebagai 𝜓𝑘 atau sama dengan 𝜓𝑘+𝐺 . Vektor
gelombang berjalan 𝑘 + 𝐺 di atas G yang dibatasi subset dari set 2𝜋𝑛/𝐿;
Kita biasanya harus memilih sebuah label untuk fungsi Bloch
bahwa k yang terletak dalam zona Brillouin pertama. Situasi ini berbeda
dengan masalah phonon. Permasalahan elektron seperti permasalahan
difraksi sinar-x karena medan elektromagnetik ada dimana-mana dalam
kristal dan tidak hanya pada ion.
Untuk menyelesaikan persamaan gelombang, substitusi (4) dalam (3)
untuk mendapatkan satu set persamaan aljabar linear untuk koefisien
Fourier. Persamaan energi kinetik;
1 2 1 d
p ψ ( x )= (i h )2 ψ ¿
2m 2m dx

Dan persamaan energi potensial


igx
e iGx C ( k ) e ikx
(∑ U e ) ψ ( x ) =∑ ∑ U
G
g
G k
G

Persamaan gelombang diperoleh sebagai jumlah


h 2 2 ( ) ikx
∑ 2 m k C k e + ∑ ∑ U G C ( k ) e i 9 k=G ¿ x ¿=ϵ ∑ C ( k ) e ikx
k G k k

Setiap komponen Fourier harus memiliki koefisien yang sama


pada kedua sisi persamaan. Sehingga ;

( λ k −ϵ ) C ( k ) + ∑ U G C ( k−G ) =0
G

Dengan notasi λ k =h2 k 2/2m


E. Jumlah elektron dalam pita
Fungsi gelombang elektron dalam suatu atom disebut orbital atom.
Karena kebolehjadian menemukan elektron dalam orbital molekul
sebanding dengan kuadrat fungsi gelombang, peta elektron nampak seperti
fungsi gelombang. Suatu fungsi gelombang mempunyai daerah
beramplitudo positif dan negatif yang disebut cuping (lobes). Tumpang
tindih cuping positif dengan positif atau negatif dengan negatif dalam
molekul akan memperkuat satu sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping
positif dengan negatif akan meniadakan satu sama lain tidak membentuk
ikatan. Besarnya efek interferensi ini mempengaruhi besarnya integral
tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Dalam pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih
menghasilkan orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam
molekul. Jumlah orbital molekul adalah jumlah atom dan orbital molekul
ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan, non-ikatan, atau anti
ikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam ikatan antar
atom. Kondisi pembentukan orbital molekul ikatan adalah sebagai berikut
[Syarat pembentukan orbital molekul ikatan]
1. Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
2. Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
3. Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari
orbital atom A dan B dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan
dibentuk antara A dan B bila syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila
tanda salah satu orbital atom dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital
molekul anti ikatan yang memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan
tanda berlawanan yang akan dihasilkan. Tingkat energi orbital molekul
ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital molekul anti ikatan
lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom penyusunnya. Semakin besar
selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan, semakin kuat ikatan. Bila tidak
ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A dan B, orbital molekul yang
dihasilkan adalah orbital non ikatan.
Elektron menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi
yang tertinggi. Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut
HOMO (highest occupied molecular orbital) dan orbital molekul kosong
berenergi terendah disebut LUMO (lowest unoccupied molecular orbital).
Ken'ichi Fukui (pemenang Nobel 1981) menamakan orbital-orbital ini
orbital-orbital terdepan (frontier). Bila dua fungsi gelombang dari dua
atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital molekul adalahkombinasi
linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals (LCAO))
diungkapkan sebagai ψ = CAφA + CBφBhanya orbital-orbital atom kulit
elektron valensi yang digunakan dalam metoda orbital molekul sederhana.
Pembentukan orbital molekul diilustrasikan di bawah ini untuk
kasus sederhana molekul dua atom. Semua tingkat di bawah HOMO terisi
dan semua tingkat di atas LUMO kosong. Dalam molekul hidrogen, H2,
tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hydrogen membentuk
orbital ikatan σg bila cupingnya mempunyai tanda yang sama dan
antiikatan σu bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi orbital
ikatan σg Dalam molekul dua atom periode dua, dari litium Li2 sampai
flourin F2, bila sumbu z adalah sumbu ikatan, 1σg dan 1σu dibentuk oleh
tumpang tindih orbital 2s dan 2σg dan 2σu dari orbital 2pz dan 1πu dan
1πg dari 2px, dan 2py. Tingkat energi orbital molekul dari Li2 sampai N2
tersusun dalam urutan 1σg < 1σu < 1πu < 2σg < 1πg < 2σu dan elektron
menempati tingkat-tingkat ini berturut-turut dari dasar. Contoh untuk
molekul N2 dengan 10 elektron valensi. Karena urutan orbital agak
berbeda di O2 dan F2, yakni orbital 2σg lebih rendah dari 1πu, orbital
molekul untuk O2.
Elektron ke-11 dan 12 akan mengisi orbital 1πg yang terdegenerasi
dalam keadaan dasar dan spinnya paralel sesuai aturan Hund dan oleh
karena itu oksigen memiliki dua elektron tidak berpasangan. Orbital
molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital
atom yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih
elektronegatif umumnya lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat
sifatnya pada orbital atom yang tingkat energinya lebih dekat. Oleh karena
itu, orbital ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-elektronegativan
lebih besar,dan orbital anti ikatan mempunyai karakter atom dengan ke-
elektronegativan lebih kecil. Misalnya, lima orbital molekul dalam
hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s hidrogen dan orbital 2s dan
2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Orbital ikatan 1σ mempunyai
karakter fluorin, dan orbital 3σ anti ikatan memiliki karakter 1s hidrogen.
Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih dengan
orbital 2p fluor dengan karakter π tidak efektif, dan orbital 2p fluor
menjadi orbital non ikatan. Karena HF memiliki delapan elektron valensi,
orbital non ikatan ini menjadi HOMO.

Gambar 1 : Diagram molekul orbital


Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki
orbital 2s dan 2p yang menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan
rangkap tiga dibentuk antar atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya
dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki molekul yang
isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai 3σ,
tingkat energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen.
Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-
elektronegativan lebih besar. Orbital antiikatan 2π dan 4σ memiliki
karakter 2p karbon. Metoda VB dikembangkan lebih lanjut oleh ilmuwan
Amerika termasuk John Clarke Slater (1900-1978) dan Linus Carl Pauling
(1901-1994). Namun, kini metoda orbital molekul (molecular orbital, MO)
jauh lebih populer. Konsep dasar metoda MO dapat dijelaskan dengan
mudah dengan mempelajari molekul tersederhana, ion molekul H2+ Ion
molekul hidrogen. Spesi ini adalah molekul terkecil, terdiri atas dua proton
dan satu elektron. Fungsi gelombang sistem ini didapatkan dengan
mensubstitusi potensialnya kedalam persamaan. Bila elektronnya di sekitar
inti 1, pengaruh inti 2 dapat diabaikan, dan orbitalnya dapat didekati
dengan fungsi gelombang 1s hidrogen di sekitar inti 1.
Demikian pula, bila elektronnya disekitar inti 2, pengaruh inti 1
dapat diabaikan, dan orbitalnya dapat didekati dengan fungsi gelombang
1s hidrogen di sekitar inti 2. Kemudian kombinasi linear dua fungsi
gelombang 1s dikenalkan sebagai orbital molekul pendekatan bagi orbital
molekul H2. Untuk setiap elektron 1 dan 2, orbital berikut didapatkan.
φ+(1) = a[1s1(1) + 1s2(1)] φ+(2) = a[1s1(2) + 1s2(2)] (3.4). Orbital untuk
molekul hidrogen haruslah merupakan hasilkali kedua orbital atom ini.
Jadi, Ψ+(1 , 2) = φ+(1)・ φ+(2) = a[1s1(1) + 1s2(1)] x a[1s1(2) + 1s2(2)] =
a2[1s1(1) 1s1(2) + 1s1(1) 1s2(2) + 1s1(2)1s2(1) + 1s2(1) 1s2(2)] (3.5).
Orbital ini melingkupi seluruh molekul, dan disebut dengan fungsi orbital
molekul, atau secara singkat orbital molekul. Seperti juga, orbital satu
elektron untuk atom disebut dengan fungsi orbital atom atau secara singkat
orbital atom.
F. Logam dan Isolator
Dalam sebuah konduktor, arus listrik dapat mengalir dengan bebas.
Logam seperti konduktor tipe tembaga, sedangkan sebagian besar padatan
non-logam dikatakan sebagai isolator yang baik, memiliki daya tahan
sangan tinggi terhadap aliran muatan yang melaluinya. ”Konduktor”
menyiratkan bahwa elektron terluar atom terikat secara longgar dan bebas
bergerak melalui materi. Sebagian besar atom berpegang erat pada
elektronnya dan merupakan isolator. Dalam tembaga, elektron valensi
pada dasarnya bebas dan saling tolak. Setiap pengaruh eksternal yang
menggerakkan salah satunya akan menyebabkan tolakan pada elektron lain
yang merambat, “mode domino” melalui konduktor.
Sederhananya, sebagian besar logam adalah konduktor listrik yang
baik, sebagian besar bukan logam. Logam juga umumnya merupakan
konduktor panas yang baik, sedangkan yang bukan logam tidak.
Isolator adalah bahan yang menghambat aliran arus listrik.
Kebalikan dari konduktor, yang memungkinkan partikel listrik mengalir
dengan bebas, isolator diterapkan pada barang-barang rumah tangga dan
sirkuit listrik sebagai perlindungan. Isolasi termal serupa, tetapi
menyempitkan aliran panas daripada listrik.

Sebagian besar bahan padat diklasifikasikan sebagai isolator


karena mereka menawarkan resistensi yang sangat besar terhadap aliran
arus listrik. Logam diklasifikasikan sebagai konduktor karena elektron
terluarnya tidak terikat erat, tetapi pada sebagian besar material bahkan
elektron terluar terikat snagat erat sehingga pada dasarnya tidak ada aliran
elektron yang melewatinya dengan tegangan biasa.
Suatu presentasi secara skematik energy electron E terhadap k,
untuk model Kronig-Penney, tertera pada grafik di bawah. Grafik E =
E(k) memperlihatkan daerah energy yang diperkenankan dan terlarang
bagi electron. Tetapi energy ini masih bergantung pada jumlah electron
dalam kristal dan statistika energy electron.

Gambar 2 : Grafik Hubungan Antara Energi terhadap k untuk Model Kronig-


Penney
Perlu diingat bahwa model Kronig-Penney yang digunakan adalah
model satu dimensi dengan keberkalaan (a + b). Grafik E=E(k) tersebut
memperlihatkan daerah-daerah harga energy electron yang diperkenankan
dan pula daerah-daerah terlarang bagi harga energy electron. Daerah-
daerah kerja energy yang diperkenankan sesungguhnya merupakan
electron states yang tersedia bagi elekton dalam kristal. Apakah electron
states tersebut memang dihuni oleh electron masih bergantung dari jumlah
electron dalam kristal dan statistika elektronnya. Ada dua hal dimana
medan listrik luar tidak menghasilkan arus netto electron dalam kristal,
yaitu apabila:
1. Pita energy yang diperkenankan sama sekali tidak dihuni oleh electron.
2. Pita energy yang diperkenankan terisi penuh dengan electron, artinya
semua electron states yang ada terisi dengan electron.
Sekarang kita telaah perilaku satu electron dalam pita yang kosong.
Artinya, hanya ada satu electron dalam pita tersebut. Dalam gambar di
bawah ini electron dipresentasikan dengan A.

Gambar 3 : Sketsa Perilaku Elektron dalam Pita Kosong


Akibat medan listrik elektron di A akan bergerak ke arah –X dan
sampai pada kedudukan A’. Pada saat itu terjadi pantulan Bragg, dan
elektron muncul kembali di A’. Kemudian elektron menempuh siklus yang
sama. Proses berulang ini disebut sebagai osilasi Zener.Rapat arus yang
disumbangkan oleh pita energi yang tidak seluruhnya penuh, diberikan
oleh persamaan;
Untuk pembawa muatan electron.
Untuk pembawa muatan hole.
Model pita energi ini yang membedakan isolator, konduktor dan
semikonduktor.Model pita energi ini yang membedakan isolator,
konduktor dan semikonduktor berdasarkan diagram pita energi yang
dimilikinya. Diagram pita energy tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 3 : Skema Pita Energi Isolator, Konduktor, dan


Semikonduktor
Maknanya adalah sebagai berikut:
1. Pita penuh, semua electron statesnya terisi electron.
2. Pita yang secara sebagian terisi, ada electron tereksitasi melampuai EF,
tetapi masih berada dalam daerah pita energy yang sama, electron yang
tereksitasi tersebut meninggalkan kekosongan dalam electron states
dengan energy di bawah EF.
3. Pita yang hamper penuh, ada beberapa electron states yang kosong
karena electron hijrah ke pita energy di atasnya.
4. Pita energy yang hamper kosong, hanya terisi oleh electron yang hijrah
dari pita energy di bawahnya
5. Pita energy yang kosong sama sekali.
Skema untuk isolator:
1. Semua pita energy terisi penuh atau sama sekali kosong sehingga tidak
dapat terjadi konduksi.
2. Energi gap cukup besar sehingga electron dari pita energy yang penuh
tidah dapat melompat ke pita energy yang kosong.
3. Tingkat energy Fermi, EF melalui daerah harga energy yang terlarang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelompokan level energi yang berbeda ini disebut pita energi.
Namun, tingkat energi elektron orbit dalam tidak banyak terpengaruh oleh
kehadiran atom tetangga. Struktur pita merupakan sebuah kristal yang
seringkali dapat menjelaskan model elektron bebas terdekat karena pita
elektron diperlakukan sebagai pengusik oleh potensial periodik pada inti-
inti ion. Refleksi Bragg merupakan gambaran karakteristik gelombang
dalam kristal. Refleksi Bragg gelombang elektron dalam kristal adalah
penyebab celah energi. Dua gelombang berdiri diberi tanda ψ(+) atau ψ( -)
bergantung kepada berubah atau tidak nya gelombang tersebut ketika -x
disubstitusikan pada x. Kedua gelombang berdiri tersebut terbentuk dari
jumlah yang sama dari gelombang berjalan ke arah kiri dan kanan.
Kalau satu pita penuh berisi elektron yang lain kosong, maka
bahan bersifat isolator. Ini terjadi untuk jumlah elektron atom setiap sel
genap. Bila pita setengah penuh, maka bahan bersifat logam. Ini terjadi
kalau jumlah elektron atom setip sel gasal. Namun demikian masih perlu
ditinjau apakah ada struktur pita yang isi dan yang kosong tumpangsuh,
karena sifat pita yang tumpangsuh menjadikan bahan bersifat logam juga.
Hal lain adalah bahwa isolator memiliki energi Fermi diantara pita kondisi
dan pita valensi. Logam alkali bersifat logam karena memiliki elektron
valensi satu. Alkali tanah bersifat semi logam karena pitanya tumpangsuh.
Berbeda halnya dengan intan, silikon dan germanium bersifat isolator pada
nol mutlak karena elektronnya genap.
B. Saran
Diharapkan pembaca dapat memberikan saran maupun kriktikan
yang dapat membangun, dan makalah ini semoga dapat membantu para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Istiyono, E. (2015). Fisika Zat Padat Untuk Calon Dan Guru Fisika
serta Calon Fisikawan.Yogyakarta: UNY Press.
Morales, Arturo-Acevedo. 2009, Variable Band-Gap Semicondutors as The
Basis of New Solar Cells.Journal Of Solar Energy, 83;1466-1471
Pamungkas, G. (2017, Juni 12). Teori Pita Energy dalam Zat Padat .
Sze, S.M. 1969. Semilkkonduktor Fisika. New York: John & Willey, Inc.

Anda mungkin juga menyukai