Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pada kesempatan ini kami telah dapat
merampungkan penulisan Modul Fisika Kuantum dengan materi Landasan Fisika Kuantum.
Harapan kami, melalui modul ini segala bentuk hambatan, seperti terdapatnya materi yang
tidak esensial, tingkat materi yang tidak sesuai, atau bobot pengajaran yang tidak memadai,
dapat teratasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Pembahasan dalam modul ini disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami.
Pembahasannya ringkas namun padat, disertai contoh-contoh soal pada tiap subbab, serta
Soal Mandiri pada akhir materi. Dengan demikian, mahasiswa dapat memahami konsep dasar
Landasan Fisika Kuantum, terampil menyelesaikan soal, serta dapat mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun modul ini. Umtuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata, kami mengucapkan terima
kasih dan selamat belajar.
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isis ii
Fisika yang
berkembang sampai
akhir abad sembilan belas dikenal sebagai fisika klasik dan mempunyai dua cabang utama
yaitu mekanika klasik Newtonian dan teori medan elektromagnetik Maxwellian. Mekanika
klasik dicirikan oleh kehadiran partikel sebagai sesuatu yang terkurung di dalam ruang.
Istilah terkurung secara sederhana dapat dikatakan sebagai adanya batas yang jelas antara
materi dan sesuatu di luar dirinya atau lingkungannya. Sedangkan medan elektromagnetik
dicirikan oleh kuantitas medan dari gelombang yang menyebar di dalam ruang. Medan
tersebar di dalam ruang bagai kabut dengan ketebalan yang berbeda dan menipis sampai
akhirnya benar-benar lenyap. Batas antara ruang bermedan dan ruang tanpa medan tidak jelas
atau kabur.
Ciri utama fisika klasik adalah sifatnya yang common sense dan deterministik.
Perhatikan partikel bermassa m yang pada saat t berada pada posisi = (t) ,
mempunyai kecepatan = (t) dan mengalami gaya F. Secara klasik partikel ini terikat oleh
hukum Newton:
F = m (t) (1.1)
dan akan bergerak dengan lintasan tertentu (definite path). Karena itu, jika posisi,
kecepatan, dan gaya saat ini diketahui maka keadaan masa lalu partikel dapat diketahui
secara pasti, demikian pula keadaan masa depannya. Inilah yang dimaksud dengan sifat
deterministik fisika klasik. Sifat ini secara grafik dapat dilukiskan sebagai berikut :
Dapat dikatakan, keadaan sistem partikel pada suatu saat t direpresentasikan oleh
nilai sesaat dari posisl r(t) dan kecepatan r(t).
Fenomena yang ada di dalam sistem partikel (mekanika klasik) adalah fenomena
tumbukan antara beberapa partikel yang memungkinkan terjadinya transfer momentum dan
energi.
. D= p
. B=0
B
x E=
t
D
x H=J + (1.2)
t
dengan D = E dan H = B yang mana E dan B adalah medan listrik dan medan
induksi magnetik, dan adalah permitivitas dan permeabilitas bahan, sedangkan p dan J
merupakan distribusi (sumber) muatan listrik dan distribusi arus listrik di dalam bahan.
Sampai menjelang abad kedua puluh, kedua teori tersebut ditambah termodinamika
dipandang sebagai teori puncak (ultimate theory) yang mampu menjelaskan semua fenomena
fisika. Sedangkan secara praktis, teori-teori tersebut telah memicu timbulnya revolusi
industri.
Fisika terus berkembang dan temuan baru terus didapatkan. Tetapi sayang, beberapa
fenomena fisis yang ditemukan di akhir abad sembilan belas berikut ini tidak dapat
dijelaskan oleh teori fisika klasik. Karenanya, orang mengatakan bahwa fisika klasik
mcngalami krisis!
Jika suatu benda dipanaskan, ia akan meradiasi. Hasil eksperimen yang menarik
adalah sifat distribusi energi atau spektrum energi dari radiasi benda hitam yang
bergantung pada frekuensi cahaya dan temperatur. Benda hitam didefinisikan sebagai
benda atau sesuatu yang menyerap semua radiasi yang diterimanya. Hasil eksperimen
tersebut untuk temperatur berbeda diungkapkan oleh Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Distribusi energi benda hitam
Teori klasik yang dirumuskan oleh Rayleigh dan Jeans sampai pada bentuk fungsi
distribusi energi :
8 kT
2
U(v, T) = c3 v (1.3)
dengan k = 1,38x10-16 erg/0K adalah konstanta Boltzman dan c adalah kecepatan cahaya.
Jelas, hasil perumusan Rayleigh dan Jeans (1.3) ini hanya sesuai untuk frekwensi kecil
tetapi gagal pada frekwensi tinggi. Kegagalan atau penyimpangan teori Rayleigh-Jeans pada
frekwensi besar inidikenal sebagai bencana ultraungu (ultraviolet catastrophe). Grafik
distribusi energi dari rumus Rayleigh-Jeans (1.3) diberikan oleh Gambar 1.3. Garis penuh
adalah prediksi Rayleigh-Jeans, sedangkan garis putus adalah hasil eksperimen.
Uraian hipotesis Planck di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut. Distribusi
energi dari osilator tidak kontinyu, melainkan terkuantisasi
En = nhv (1.4)
dengan n bilangan bulat (0, 1, 2, ...). Unsur utama dari kuantisasi (1.4), untuk frekuensi
tertentu yang diberikan maka selisih energi antara tingkat energi dua osilator berurutan adalah
Selanjutnya, kita hitung energi rata-rata setiap osilator. Fungsi distribusi untuk osilator
di dalam kotak hitam bertemperatur T adalah diskrit
Fn = Ce-En/kT (1.6)
x = hv/kT (1.8 a)
dan
z = e-x (1.8 b)
enhv /kT = z
n=0 n=0
= 1 + z + z2 + ...
1
= 1z (1.9)
d (enx)
-ne-nx = dx
sehingga
d enx
( nhv ) e nhv
kT
=hv n =0
dx
n=0
1
d( )
= -hv 1z
dx
z
= -hv ( (i z 2 ) ) (1.10)
Substitusi (1.9) dan (1.10) ke persamaan (1.7) serta mengingat permisalan (1.8 a) dan
(1.8 b) diperoleh
z hv
=
<E> = hv z1 hv (1.11)
e 1
kT
Sedangkan, jumlah gelombang berdiri yang bebas dengan frekuensi v di dalam kubus L 3 per
satuan volume
8 v 2
g (v) = c3 (1.12)
Kerapatan foton sebagai kuanta dari osilator harmonik adalah
Dengan demikian
8 h v 3 1
u ( v ,T )= 3 +hv /kT (1.14)
c e 1
Contoh 1.1 :
Perhatikan sepotong bahan pada temperatur 1500 K. Misalkan, pada frekuensi relatif
tinggi selisih energi antar tingkat osilator adalah 1 Ev. Hitung energi rata-rata per osilator.
Penyelesaian:
Kt = 0,13 Ev
E0 / kT
Jumlah atom dalam keadaan dasar N0 sebanding dengan e dengan E0 adalah energi
E0 = 0
Maka
E / kT
N0 = C e
0
=C
E / kT 1 /0,13 4
N1 = C e =e =C(4,6 10 )
1
E / kT
N2 = C e
2
=e2 /0,13 =C(4,6 104 )2
Dan seterusnya.
Contoh 1.2 :
Perlihatkan bahwa hukum radiasi planck dan hukum radiasi Rayleigh-Jeans identik
pada frekuensi rendah atau pada temperatur tinggi.
Penyelesaian:
Hukum radiasi Planck:
8 h v 3 1
u ( v ,T )= 3 +hv /kT
c e 1
Karena itu
8 h v 3 1 8 kT v 2
u= =
c3 hv c3
kT( )
Persamaan terakhir tidak lain adalah hukum distribusi Rayleigh-Jeans (1.3)
Contoh 1.3:
a. Ungkapkan fungsi distribusi (1.14) sebagai fungsi dari panjang gelombang
b. Dari hasil yang diperoleh soal (a), tentukan panjang gelombang yang memberikan harga
rapat energi maksimum.
c. Dari hasil (b), tentukan daerah panjang gelombang yang memberikan radiasi terbesar
dari suatu benda pada temperatur kamar.
Penyelesaian:
a. Fungsi (1.3) dan (1.4) merupakan rapat energi per satuan volume per satuan frekuensi
d 1 d
u ( v ,T )= =
d V dv
Sedangkan, fungsi distribusi u(I, T) merupakan rapat energi per satuan volume per satuan
panjang gelombang
u ( v ,T )=
d d d
=
d dv d ||
Tanda mutlak diperlukan karena makin besar panjang gelombang makin kecil frekuensi.
c
v=
{ }
hc hc/ kT
( )e
du
d |
= m
2
=8 h c 6 hc/ kT
e
+
5kT
1 7 e hc/ kT 1 = m
=0
Di dalam eksperimen ini intensitas dan frekuensi cahaya serta beda potensial antara kedua
pelat diubah-ubah. Hasil eksperimen dapat diungkapkan dalam grafik-grafik berikut:
Secara klasik, sebenarnya peristiwa terpancarnya elektron dari permukaan logam yang
disinari merupakan hal atau fenomena yang wajar. Hasil pengamatan yang tidak wajar dan
tidak dapat dijelaskan oleh pemahaman klasik adalah
Jelas, jika energi cahaya E kurang dari energi minimum 0 tidak ada elektron
terpancar.
Energi minimum 0 =e V 0 disebut fungsi kerja (work function) dari logam. Dari
pers. (1.17) diperoleh frekuensi radiasi minimum untuk melempar elektron, yaitu:
v 0 =0 / h (1.18)
Sehingga
Ek =h(vv 0 ) (1.19)
2. s > 0
Intensitas relatif untuk beberapa sudut dan model hamburan yang diajukan oleh
Dalam analisa matematisnya, G.E.M. Jauncey dan A.H. Compton mengajukan usul
yang berani, yaitu:
1. Foton mempunyai momentum seperti partikel
2. Proses hamburan adalah tumbukan elastis antara foton dan elektron
Dikatakan berani karena sampai saat itu, gelombang terpisah secara absolut dari
materi dalam arti keduanya mempunyai sifat dan perilaku yang khas dan tidak dapat saling
menggantikan. Momentum dan fenomena tumbukan merupakan sifat dan perilaku partikel
dan tidak pernah terjadi serta terumuskan untuk gelombang.
2 2 2 2 4
Dari ungkapan energi relativistik E = p c + m c maka untuk foton sebagai
partikel bermassa diam nol, E= pc . Sedangkan menurut konsep kuanta Max Plank,
= c ( 1cos ) (1.22)
Asumsi Compton diperkuat oleh hasil eksperimen Bothe dan Wilson yang mendeteksi
elektron terlempar (recoil elektrons), serta konfirmasi eksperimental Bless tentang energi
elektron terlempar.
Contoh 1.4
Foton dengan panjang gelombang 0,024 menumbuk atom target dan foton
sedangkan pers. (1.24) merupakan sifat gelombang ( ) dari suatu partikel bermomentum
( p ) . Hal terpenting, sebelum kedua perumusan ini sifat-sifat gelombang dan materi tidak
(dihipotesiskan berperilaku)
Partikel Gelombang
Louis de Broglie
Artinya, gelombang dapat bersifat sebagai partikel dan sebaliknya partikel dapat
bersifat gelombang.
Hipotesis de Broglie mampu menjelaskan hasil eksperimen yang dilakukan oleh C. J.
Davisson dan L. H. Germer satu tahun kemudian. Bagan dan hasil eksperimen tersebut
diberikan oleh gambar berikut:
Karena bekas yang digunakan adalah elektron, eksperimen ni lebih dikenal dengan
eksperimen difraksi elektron.
Contoh 1.5
Neutron termal pada temperatur kamar 270C digunakan untuk menentukan jarakantar
budang kristal NaCl. Hitung :
Penyelesaian :
a. Energi kinetik rata rata neutron dengan energi molekul gas ideal pada temperatur yang
sama,
3
Erata = kT
2
3
= 2 1,281 x 10-21 . 300 J
= 6,2145 x 10-21 J
p2
Karena Erata = Ekinetik = 2 mN , maka
= 2,82 A
Saat itu Rutherford telah membuat model atom yang mengambil analogi sistem tata
surya yang mana planet planet bergerak mengitari matahri. Model planet untuk sustu atom
Rutherford bermuara pada kesimpulan :
i) Elektron atom hidrogen yang beredar disekitar inti hnaya mempunyai waktu edar
sekitar 10-6 detik, kemudian elektron tersebut jatuh ke dalam inti. Hal ini terjadi
karena dalam pemahaman klasik elektron akan memancarkan energinya selama
mengitari inti atom.
ii) Spektrum optik dari atom hidrogen ( atau atom yang lain ) adalah spektrum kontinu.
Dua kesimpulan tersebut tenyata tidak sesuai dengan hasil eksperimen Bairner yang
berupa spektrum garis (diksrit) untuk hidrogen dan spektrum pita untuk gas hidrogen.
Untuk mengatasi masalah ini Neils Bohr mengajukan model atom hidrogen yang
berdasarkan pada postutat postutat berikut :
1. Elektron bergerak mengitari proton di dalam atom hidrogen dengan gerak melingkar
proton di dalam gaya coulomb dan sesuai dengan hukum newton.
2. Orbit yang dijinkan hanya orbit yang di ijinkan, elektron adalah kelipatan bulat dari
h/2 , yaitu
L = m v r = n , n = 1, 2,3 K (1.27)
3. Jika elektron berada pada orbit yang diijinkan, elektron tidak memancarkan energi.
4. Jika elektron melompat dari lintasan ke i menuju ke-j, maka foton dengan frekuensi
v.
E iE j
V= h (1.28)
Dipancarkan (untuk Ei > Ej) atau diserap ( untuk Ei > Ej ) oleh atom hidrogen.
Konsekuensi konsekuensi dari postutat Bohr di atas adalah sebagai berikut :
Postutat pertama, sesuai hukum Newton
Gambar 1.10 Gaya gaya pada elektron
Gaya Coulomb antara proton dan elektron (F) sama dengan atau diimbangi gaya
sentrifugal (f) yang mengarah mebjauh proton sebagai pusat lingkaran.
1 e 2 m e2
= (1.29)
4 0 r2 r
Kuantitas lainnya, energi total elektron tidak lain adalah kinetik dan energi potensial.
mv
2
1
E = Ek + Ep = (1.30)
2 4 0
Dari persamaan kesetimbangan (1.29) didapatkan
2
1 e
E = 8 0 r (1.31)
Atau
2
4 0 h
r rn = 2
n2 =a0 n2 (1.33)
me
dengan
2
4 0 h
a0 = 2
=0,53 A (1.34)
me e
Dikenal sebagai radius Bohr yang bersesuaian dengan haisl eksperimen. Hasil diatas
menyatakan bahwa jari jari elektron mengitari inti tidak dapat sembarang ini melinkan
kuadrat bilangan bulat kali radius Bohr. Singkat kata, jari jari atom juga terkuantisasi.
Selanjutnya, subtitusi radius ( 1.32) ke dalam persamaan (1.31) diperoleh ungkapan
energi.
me 4 1
E = En = - 32 0 h n2
2 2 2 ( ) (1.35)
Hasil ini juga mampu menjelaskan hasil atom hidrogen secara memuaskan. Model
atom bohr untuk hidrogen memperkenalkan syarat kunatum baru yaitu momentum sudut
merupakan kelipatan bulat h. Bilangan n yang mengidentifikasi keadaan stasioner ini disebut
bilangan kuantum uatama ( principle quantum number).
Selanjutnya, perhatikan jika bilangan kuantum n sangat besar, persamaan (1.28) dan
persamaan (1.34) memberikan
m e2 1 1
v= 2 3 2
2
8 0 h n f n i ( ) (1.36)
yang diperoleh rumusan klasik. Kesetaraan antara perumusan kuantum dan perumusan klasik
untuk n besar ini dikenal sebagai prinsip korenpondensi. Artinya, hasil klasik tidak lain
merupakan limit dari kuantum.
Keberhasilan teori Bohr mendorong A. Sommerfeld dan W. Wilson untuk melakukan
perluasan kuantisasi.
p1 d q1=n 1 h , i = 1,2,3 k
Dengan q, adalah koordinat umum (generalized coordinate) dan p 1 adalah momentum
kojugatenya. Syarat (1.38) hanya dapat diterapkan di dalam kasus gerak periodik untuk setiap
pasangan variabel (q1, p1), (q2, p2), ... (qN, pN), dan dikenal sebagai kaidah kuantum wilson
sommerrfeld. Kaidah (1.23) bersama postutat Bohr did epan, sekarang dikenal sebagai teori
kuantum lama.
Contoh 1.6
Partikel meson atau lebih dikenal sebagai moun, mempunyai massa 210 kali
massa elektron tertangkap proton dan membentuk atom mirip hidrogen. Hitung :
a. Energi foton yang dipancarkan jika mpun jatuh dari keadaan tereksitasi pertama ke
keadaan dasar.
b. Jejari orbit bohr pertama
c. Kecepatan moun di dalem orbit bohr ke n
Penyelesaian :
a. Jika partikel yang jatuh adalah elektron, menggunakan ungkapan (1.35) diperoleh energi
foton terpancar.
1 1
Ee =13,6
(
1 n2 )
= 10,2 eV, unruk n = 2
Dengan ungkapan energi (1.34) tampak bahwa energi sebanding dengan massa partikel.
Dari ungkapan radius Bohr tampak bahwa a0 berbanding terbalik terhadap massa. Karena
itu, jejari (radius) Bohr untuk kasus moun.
2 2
4 0 4 0
a = 2
= 2
m e 210 m e e
a0
210
0,0023
b. Ungkapkan postulat momentum sudut (1.27) dan jari-jari (1.32) memberi hubungan
kecepatan elektron dalam mengitari inti
e2 c
v =v n= =
4 0 n n
Dengan a= 2 mE dan b= 2 E /k
pdx=luas nh
ellips=ab
Uraiannya,
( amE ) ( 2kE )= 2 E mk
2 E /
nh
Dengan demikian,
b. Benda jatuh bebas dan mengalami pemantulan elastis, mempunyai persamaan energi
dalam momentum dan posisi
p2
E= +mgy
2m
atau
p= 2mE 2 m2 gy
Kurvanya
Menurut postulat Wilson-Sommerfeld
4 E
pdy=luas parabola= 3 2 mE mg =nh
Diperoleh
1 /3
9 mh 2 g2
E n=( 32 ) n2 /3
2 ( x ,t )= A cos ( 2 tk 2 x ) (1.39)
A R cos
[( 1+ 2
2 ) (k +k
t 1 2 x
2 )] (1.40)
dengan amplitudo AR
A R=2 A cos
[( ) ( ) ]
1 +2
2
k +k
t 1 2 x
2
Grafiknya,
Gambar. 1.11 Superposisi dua gelombang tunggal
1 , k 1
2 , k 2
3 , k 3
n , k n
Dari gambar 1.12 tampak bahwa paket gelombang terlokalisasi di daerah sebesar x
+
f ( x )= g ( k ) eikx dk (1.42)
iax |
1 ikx a/2
e
a/2
1 e ia x/ 2eia x/ 2
ax i
2
ax /
2 sin
Grafiknya,
Dari uraian contoh dan gambar transformasi Fourier di atas diperoleh hubungan antara
jika paket gelombang berbentuk fungsi Gaussian yang bertransformasi Fourier juga dalam
fungsi Gaussian. Untuk paket Gaussian, jika x dan k diambil deviasi standar dari
1
x k = (1.43)
2
1
x k (1.44)
2
xp (1.45)
2
"Tidak mungkin mengetahui atau mendapatkan posisi dan momentum suatu partikel
dengan tepaf secara serempak atau bersamaan
Prinsip ini merupakan fakta mendasar dari alam dan bukan sekedar disebabkan oleh
keterbatasan dan ketelitian pengukuran. Untuk mengatakan bahwa suatu partikel berada pada
titik x dan bermomentum p berarti kita harus mengukur secara serempak koordinat
x dan momentum p , karena tanpa pengukuran kita tidak mempunyai informasi apa-
apa.
-Momentum foton terhambur pt =h/ , dan untuk menembus obyektif, foton harus
Contoh 1.8
a) Bila paket gelombang dalam komponen ruangnya saja f (x) berbentuk Gaussian
1
bahwa perkalian x k = 2
Penyelesaian:
f ( x )={ } e
2
Dengan |f ( x )| dx=1 Maka pasangan transformasi Fouriemya
1
g (x )=
2
f ( x ) eikx dx
1
1 2 2
{ }2 e x / 2 ikx
g (x )= e dx
2
2 2
{ }
2
ik
x+ 2 / 2 k 2
12
1 2
{ } e 2
g (x )= e dx
2
2
1 k
g (x )=
1
{ }2 e 2
2
2
2
2
2 k
1
() e
2
2
g (x )=
x x >
( 2 = x 2 x 2
x=
2 2
x
Karena x fungsi ganjil sedangkan e
fungsi genap.
1 2 2
2
Sehingga
x= x 2 x 2 =
1
2 2
0=
1
2
Selanjutnya
2 2
k g ( k ) k f ( k ) dk=( ) k ek / dk=0
Dan
2 2 2
k g ( k ) k f ( k ) dk =( ) k 2 ek / dk =
2 2
2
Sehingga
k = k 2 k 2=
2
2
0=
2
Dengan demikian
1 1
( x )( k )= ( )( )
2
=
2 2
Mengingat sedemikian kecilnya nilai h, prinsip ketaktentuan ini tidak relevan atau tidak
tampak di dalam dunia makroskopik. Di dalam konteks ini, mekanika klasik untuk dunia
makroskopik bersifat deterministik sedangkan dunia mikroskopik secara esensial non-
deterministik. Karena itu, di dalam dunia mikroskopik tidak dikenal lintasan eksak.
f ( x ,t )= g ( k ) ei ( kxt ) dk (1.50)
t
mempunyai maksimum di titik X ).
dX ( t )
V g= (1.51)
dt
Seperti diperiihatkan pada Gambar 1.16 di depan, amplitudo g(k) bemilai maksimum,
misalkan pada kodan tak no1 hanya di sekitar harga kotersebut. Hal ini diambil atau
diasumsikan agar momentum terdefinisi dengan baik. Dengan alasan serupa, frekuensi juga
seperti itu, yaitu berharga di sekitar oo=o(ko). Karena itu, o dapat diekspansi Taylor di sekitar
k,
d
0 + ( kk 0 ) k=k
dk 0
(1.52)
( k )=
dengan mengabaikan suku ekspansi orde dua dan seterusnya. Kembali pada persoalan
kecepatan grup v,. Karena f(x,f) maksimum di X(t), maka
f
( )
x x=X
=0= g ( k ) ik ei [ kX (t )t ] dk
(1.53)
d
k v g{0 + ( kk 0 ) k=k }
dk 0
g ( k ) i2 k
0=
d
v g k=k }
dk 0
d
0 k 0 k=k }
dk 0
d d
v g k=k } 0 k 0 k=k }
dk 0 dk 0
=
i
d
v g k=k }
dk 0
2 f
umum x=X tidak sama dengan nol. Karena itu,
x2
d
v g k=k =0
dk 0
Atau
d
v g= k=k
dk 0
(1.55)
Contoh 1.9
Perlihatakan bahwa kecepatan grup untuk partikel bebas tidak lain adalah kecepatan
partikel itu.
Penyelesaian:
Energi partikel bebas tidak lain adalah energi kinetik Ek
m
E=E k = v 2
2
Daftar Pustaka