Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 4

Laporan Fisika Eksperimen


Percobaan 3
Difraksi Elektron

Nama : Figo Swarna Yoga


Nim : 2103112631
Kelas : Fisika C

Dosen Pengampu :

Zulfa Nasir, S.Si., M.Si

Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau
Pekanbaru
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bentuk kisi yang dapat mendifraksikan elektron yaitu kisi yang


memiliki keteraturan dantersusun secara periodik, seperti halnya kisi pada
kristal. Berkas sinar monokromatik yang jatuhpada sebuah kristal akan
dihamburkan ke segala arah, akan tetapi karena keteraturan letak atom-atom,
pada arah tertentu gelombang hambur itu akan berinterferensi konstruktif
sedangkan yanglainnya berinterferensi destruktif. Sebagaimana telah dijelaskan
di atassyarat terjadinya difraksiadalah apabila panjanggelombang sinar sama
dengan lebar celah/kisi difraksi dan perilaku gelombang ditunjukkan
olehbeberapa gejala fisis, seperti interferensi dan difraksi. Namun manifestasi
gelombang yang tidakmempunyai analogi dalam perilaku partikel newtonian
adalah gejala difraksi.
Manifestasi gelombang yang tidak mempunyai analogi dalam
kelakuan partikelNewtonian ialah gejala difraksi. Dalam tahun 1927 Davisson
dan Germer di Amerika Serikat dandalam percobaanya Davisson dan Germer
secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie denganmenunjukan berkas
elektron terdifraksi bilaberkas itu dihamburkan oleh kisi atom yang teraturdari
suatu kristal..Davisson dan germer mempelajari electron yang terhambur oleh
zat padat dengan memakaiperalatan seperti bedil electron( penembak sinar
/berkas), Kristal tunggal nikel, detector electron.

1.2 TUJUAN EKSPERIMEN


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mahasiswa mengetahui set-up alat eksperimen yang digunakan dalam
eksperimen difraksi elektron (Davisson-Germer)
2. Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang electron dengan energi
(kecepatan tertentu) berdasarkan pola difraksi electron (pers Bragg)
3. Mahasiswa dapat membuktikan dualism gelombang partikel dari electron
dengan membandingkan hasil eksperimen dengan teori De Broglie.
4. Mahasiswa dapat menerangkan pengaruh jarak antar atom terhadap pola
difraksi electron.
5. Mahasiswa dapat menerangkan pengaruh jari jari atom terhadap pola
difraksi electron.

BAB II
DASAR TEORI

2.1 TEORI DASAR

Perilaku gelombang ditunjukkan oleh beberapa gejala fisis, seperti


interferensi dandifraksi. Namun manifestasi gelombang yang tidak mempunyai
analogi dalam perilaku partikel newtonian idalah gejala difraksi. Tahun 1927
Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan G. P. Thompson di Inggris secara
bebas meyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron
terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atomyang teratur dari suatu
kristal. Davisson dan Germer mempelajari elektron yang terhamburoleh kristal
dengan menggunakan peralatan seperti pada gambar 1. Energi elektron dalam
berkas primer, sudut jatuhnya pada target, dan kedudukan detektor dapat diubah-
ubah.Fisika klasik meramalkan bahwa elektron yang terhambur akan muncul
dalam berbagaiarah, dengan hanya sedikit kebergantungan dari intensitas terhadap
sudut hambur dan lebihsedikit lagi dari energi elektron primer. Dengan memakai
blok nikel sebagai target,Davisson dan Germer membuktikan ramalannya
(Wospakrik,2005).

Gambar 1.1 Eksperimen Davission & Germer


Eksperimen Davisson Germer Hipotesis de Broglie mendorong tafsiran
bahwa gelombang elektron didifraksikanoleh target sama seperti sinar X
didifraksikan oleh bidang-bidang atom dalam kristal. Dari beberapa percobaan
yang dilakukan pada akhirnya terbukti bahwa eksperimen Davissondan Germer
merupakan bukti langsung dari hipotesis de Broglie mengenai sifat gelombang
benda bergerak. Komplikasi lainnya timbul dari interferensi antara gelombang
yang didifraksi olehkeluarga lain dari bidang Bragg yang membatasi terjadinya
maksimum dan minimum yangmenjadi hanya kombinasi tertentu dari energi
elektron dan sudut datang sebagai penggantidari setiap kombinasi yang memenuhi
persamaan Bragg (Giancoli, 2001).
Ketika diteliti kembali kelihatannya agak ganjil bahwa sekitar dua puluh
tahun berlalu antara penemuan partikel dari gelombang dalam tahun 1905 dan
spekulasi bahwa partikel dapat menunjukkan sifat gelombang dalam tahun 1924.
Namun, harus disadari mengusulkan suatu hipotesis revolusioner untuk
menerangkan data yang tadinya penuh misteri adalah lain dengan mengajukan
hipotesis yang sama – sama revolusioner dalam ketiaadan mandate eksperimental
yang kuat. Hal kedua inilah yang dilakukan de Broglie pada tahun 1924 ketika ia
mengusulkan bahwa materi mempunyai sifat gelombang disamping partikel. Iklim
intelektual yang ditimbulkan oleh pengertian yang diajukan de Broglie yang
segera menarik perhatian pada permulaan abad itu, sangat berbeda dengan teori
kuatum yang diajukan oleh plank dan Einstein yang hampir tidak menimbulkan
reaksi walaupun didukun secara empiris (Serway, 2005).
Keberadaan gelombang de Broglie secara eksperimental di tunjukkan
orang dalam tahun 1927, dan prinsip dualitas yang dinyatakannya merupakan titik
pangkal dari perkembangan mekanika kuantum oleh schrodinger dalam tahun
tahun berikutnya. Pada tahun 1927 terjadi eksperimen davisson dan germer yang
disebabkan oleh hipotesa de Broglie tentang difraksi elektron (Krane,1992)
Ada beberapa macam difraksi yang dipakai dalam studi material yaitu:
difraksi sinar X, difraksi neutron(partikel inti atom yang tidak bermuatan) dan
difraksi elektron. Namun yang sekarang umum dipakai adalah difraksi sinar X dan
elektron. Dari metode difraksi kita dapat mengetahui secara langsung mengenai
jarak rata-rata antar bidang atom. Kemudian kita juga dapat menentukan orientasi
(peninjauan) dari kristal tunggal. Secara langsung mendeteksi struktur kristal dari
suatu material yang belum diketahui komposisinya. Kemudian secara tidak
langsung mengukur ukuran, bentuk dan internal stres dari suatu kristal. Prinsip
dari difraksi terjadi sebagai akibat dari pantulan elastis yang terjadi ketika sebuah
sinar berinteraksi dengan sebuah target. Pantulan yang tidak terjadi kehilangan
energi disebut pantulan elastis (elastic scatering) (Sariyanti, dkk 2014).
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya ditulis
sebagai e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur apapun
yang diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer. Elektron
memiliki massa sekitar 1/1836 massa proton. Momentum sudut (spin) instrinsik
elektron adalah setengah nilai integer dalam satuan h yang berarti bahwa ia
termasuk fermion (zara atau electron, proton atau neutron yang mematuhi fungsi
distribusi Fermi-direc dalam pendistribusiannya). Antipartikel elektron disebut
sebagai positron (electron dengan muatan positif) yang identik dengan elektron,
tapi bermuatan positif. Ketika sebuah elektron bertumbukan dengan positron,
keduanya kemungkinan dapat saling berhambur ataupun musnah total,
menghasilan sepasang (atau lebih) foton (kuantum radiasi elektromagnetik) sinar
gama (sinar sebagai hasil radiasi elektromagnetik yang mempunyai daya rambat
besar seperti sinar x berasal dari inti atom radioaktif (Livingston,1968).

Tabung difraksi elektron digunakan untuk memperlihatkan pengaruh


berkas elektron terhadap Polycristaline graphite dan keberadaan dari elektron.
Emisi elektron dihasilkan oleh sinar tunggal berukuran kecil dari panas katoda
yang keluar melalui pin diagfragma, yang sebelumnya difokuskan oleh sistem
optik. Kejadian yang sangat mencolok ini dibatasi oleh berkas sinar
monokromatik pada lapisan Polycristaline graphite yang mana stuktur atom
disusun seperti kisi-kisi yang disebut bengan difraksi kisi. Tabung difraksi
elektron digunakan untuk memperlihatkan pengaruh berkas elektron terhadap
polycristaline graphite dan keberadaan dari elektron. Emisi elektron dihasilkan
oleh sinar tunggal berukuran kecil dari panas katoda yang keluar melalui pin
diafragma yang sebelumnya difokuskan oleh sistem optik. Kejadian yang sangat
mencolok ini dibatasi oleh berkas monokromatik pada lapisan polycristaline
graphite yang mana struktur atom disusun seperti kisi-kisi yang disebut sebagai
difraksi kisi (Giancoli, 1991)
Difraksi yang dihasilkan pad layar pendar berupa dua cincin sepusat yang
dinyatakan dengan difraksi elektron. Diameter cincin berubah-ubah sesuai dengan
panjang gelombang yang dihasilkan oleh percepatan tegangan dan masing-masing
dari kedua cincin berpedoman pad pantulan Bragg pada atom dibidang datar
graphite (Muljono,2003).

Difraksi yang dihasilkan pada layar pendar berupa dua cincin sepusat yang
dinyatakan dengan difraksi elektron. Diameter berubah-ubah sesuai dengan
panjang gelombang yang dihasilkan oleh percepatan tegangan yang masing-
masing dari kedua cincin berpedoman pada pantulan Bragg pada atom dibidang
datar graphite.
Pantulan berkas elektron dinyatakan dengan persamaan Bragg yaitu :
2d sin = n ………………………………….(1)
dimana :
d : Jarak antar kisi-kisi
 : Sudut pantulan
 : Panjang gelombang berkas electron

Efek pantulan terjadi jika hasil dari persamaan (1) di integralkan terhadap panjang
gelombang. Jika electron menumbuk lembaran graphite, maka beberapa dari
electron akan membentuk sudut radiasi insiden denagn persamaan (1). Seluruh
pantulan dari sumber kristal seakan-akan dikulit kerucut dengan berbasiskan
sumbu x. berkas electron yang telah didifraksikan kelayar pendar yang juga
merupakan bagian sumbu y kerucut tabung ternyata tampak seperti lingkaran
(Gemmi, dkk. 2019).

R1 R2

Gambar : Skema difraksi Elektron Debye-Sherrer


BAB III
METODE
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. 1 unit Tabung sinar electron
2. 1 unit multimeter
3. 1 unit power supply tegangan tinggi
4. Mistar plastic
5. Kabel-kabel yang dibutuhkan

3.2 Gambar Percobaan

3.3 Langkah Percobaan


Prosedur percobaan Difaksi Elektron adalah sebagai berikut yaitudengan
melihat Gambar 4 panel pada alat Franck-Hertz
1. Sebuah filament yang diberi tegangan rendah (54 V) menghasilkan
elektron yang dipercepat
2. Elektron akan menumbuk kisi kristal atom Ni pada kecepatan (v)
3. Set besar jarak atom (D) dan jari-jari atom (r) sebagai sasaran.
4. Berkas elektron yang terhambur akan ditangkap oleh detektor yang dapat
digerakkan membentuk sudut hambur.
5. Hasil pengamatan akan ditampilkan plot kurva intesitas terhadap sudut
hambur.
6. Tentukan panjang gelombang elektron dengan mengetahui sudut hambur
pada intensitas maksimum

BAB IV
ANALISA HASIL

4.1 Data Hasil Percobaan


4.1.1 Set-up alat eksperimen
Set-up Alat percobaan Difraxis Elektron Davison-Germer pada
percobaan ini Alat susperiman di set secara Virtual sedemikian rupa agar
memudahkan praktikan dalam membuktikan adanya dualism cahaya
yaitu Sebagai gelombang dan sabagal particel. Pada simulaci PhET ini
terdapat beberapa Alat sebagai berikut:
1. Kristal Nikel, berfungsi sebagai kini agar terjadinya difraksi pada
elektron
2. Pancaran elektron yang berasal dari sumbar berupa Pistol yang mana
difraksi dihasilkan.
3. 3. Jarak Antar atom kristal Nikal dan sudut difrak ditentukan dengan
penggaris dan busur.
4. Simulasi Juga dilengkapi dengan plot grafik intensitas dan kecepatan
daripada elektron yang terhambur.

4.1.2 Pembuktian hubungan energi kinetik elektron dengan panjang gelombang


elektron dengan energi (kecepatan tertentu) berdasarkan pola difraksi elektron
(Persamaan Bragg) dan panjang gelombang De Broglie.
No Sudut ∅ Kecepatan(v) Jarak atom (D) Jari-jari atom(r)
(0) (km/s) (nm) (nm)
1 50,423 1522 0,5 0,15
2 45,08 1408 0,5 0,15
3 37,775 1294 0,5 0,15
4 30,9 1180 0,5 0,15
5 29,749 952 0,5 0,15
Tabel Data 4.1.2 Menentukan panjang gelombang Bragg dan Broglie.

Gambar 4.1.2 Grafik data untuk menentukan panjang gelombang Bragg dan
Broglie

a) Menentukan panjang gelombang bragg


1. φ = 50,423 °
d = D sin 𝜑/2
d = 0,5 nm sin 50,423°/2
d = 0,5 nm × 0,426
d = 0,341 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,341 nm) sin (90 - 50,423°)/2
λ = 0,382 nm × sin (64,79)
λ = 0,346 nm

2. φ = 45,08°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,5 nm sin 45,08°/2
d = 0,5 nm × 0,383
d = 0,191 nm
λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,191 nm) sin (90 - 45,08°)/2
λ = 0,382 nm × sin (67,46)
λ = 0,353 nm

3. φ = 37,775°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,5 nm sin 37,775°/2
d = 0,5 nm × 0,323
d = 0,162 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,162 nm) sin (90 - 30,9°)/2
λ = 0,324 nm × sin (71,1125)
λ = 0,306 nm

4. φ = 30,9°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,5 nm sin 30,9°/2
d = 0,5 nm × 0,266
d = 0,133 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,133 nm) sin (90 - 30,9°)/2
λ = 0,256 × sin (15,45)
λ = 0,256 nm

5. φ = 29,749°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,5 nm sin 29,749°/2
d = 0,5 nm × 0,257
d = 0,128 nm
λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,128 nm) sin (90 - 29,749°)/2
λ = 0,256 nm × sin (75,1255)
λ = 0,248 nm

b). Menentukan panjang gelombang De Broglie

1.

2.

3.

4.

5.

4.1.3 Menerangkan pengaruh jarak antar atom terhadap pola difraksi


electron.

Kecepatan Electron(v) Sudut Jarak Jari-


Hamburan (φ) Atom jari
(D) Atom
(r)
1270 Km/s 30,554o 0,6 nm 0,15
nm
1270 Km/s 55,362o 0,7 nm 0,15
nm
1270 101,53o 0,8 nm 0,15 nm
1270 57,164o 0,9 nm 0,15 nm
1270 20,11o 1,0 nm 0,15 nm

Tabel Data 4.1.3 Menentukan panjang gelombang Bragg dan Broglie

Gambar 4.1.3 Grafik data untuk menentukan panjang gelombang


Bragg dan Broglie.

a). Menentukan panjang gelombang Bragg

1. φ = 30,554°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,6 nm sin 30,554°/2
d = 0,6 nm sin15,277 d = 0,6 nm × 0,263
d = 0,158 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,158 nm) sin (90 - 30,554°)/2
λ = 0,136 nm sin (90 – 15,277)
λ = 0,136 nm sin 74,723
λ = 0,131 nm

2. φ = 55,362°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,7 nm sin 55,362°/2
d = 0,7 nm sin 26,681
d = 0,7 nm × 0,500
d = 0,35 nm
λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,35 nm) sin (90 - 55,362°)2
λ = 0,7 nm sin (90 – 26,681)
λ = 0,7 nm sin 63,32
λ = 0,625 nm

3. φ = 101,53°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,8 nm sin 101,53°/2
d = 0,8 nm sin 50,765
d = 0,8 nm × 0,775
d = 0,62 nm
λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,62 nm) sin (90 - 101,53°)/2
λ = 1,24 nm sin (90 – 50,765)
λ = 1,24 nm sin 39,235
λ = 0,784 nm

4. φ = 57,164°
d = D sin 𝜑/2
d = 0,9 nm sin 57,164°/2
d = 0,9 nm sin 28,582
d = 0,9 nm × 0,478
d = 0,431 nm
λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,431 nm) sin (90 - 57,164°)/2
λ = 0,862 nm sin (90 – 39,235)
λ = 0,862 nm sin 39,235
λ = 0,545 nm

5. φ = 20,11°
d = D sin 𝜑/2
d = 1,0 nm sin 20,11°/2
d = 1,0 nm sin 10,005
d = 1,0 nm × 0,175
d = 0,003 nm
λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,003 nm) sin (90 - 20,11𝑜)2
λ = 0,006 nm sin (90 – 10,005)
λ = 0,006 nm sin 79,995
λ = 0,0059 nm
b). Menentukan panjang gelombang De Broglie
Diketahui :
v = 1270 𝐾𝑚 = 1,270 × 106 𝑚
𝑠 𝑠
6,63 ×10−3 𝑠
1. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,270 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,573 nm

6,63 ×10−3 𝑠
2. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,270 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,573 nm

6,63 ×10−3 𝑠
3. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,270 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,573 nm

6,63 ×10−3 𝑠
4. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,270 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,573 nm
6,63 ×10−3 𝑠
5. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,270 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,573 nm

4.1.4 Pengaruh jari-jari atom terhadap pola difraksi elektron

Kecepatan Sudut Hamburan Jarak Atom Jari-jari


Electron (v) (φ) (D) Atom
(r)
1498 Km/s 35,208o 1,0 nm 0,05 nm
1498 Km/s 151,734o 1,0 nm 0,10 nm
1498 Km/s 28,893o 1,0 nm 0,15 nm
1498 Km/s 26,809o 1,0 nm 0,20 nm
1498 Km/s 23,055o 1,0 nm 0,25 nm
Tabel Data 4.1.4 Menentukan panjang gelombang Bragg dan Broglie

Gambar 4.3 Data-data untuk menentukan panjang gelombang Bragg dan Broglie.
a). Menentukan panjang gelombang Bragg
r = 0,05 nm
1. φ = 35,208 o
d = D sin 𝜑/2
d = 1,0 nm sin 35,208 o/2
d = 1,0 nm sin 17,604
d = 1,0 nm × 0,302
d = 0,302 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,302 nm) sin (90 - 35,208 o)/2
λ = 0,604 nm sin (90 – 17,604)
λ = 0,604 nm sin 72,4
λ = 0,576 nm

2. φ = 151,734 o
d = D sin 𝜑/2
d = 1,0 nm sin 151,734 o/2
d = 1,0 nm sin 75,87
d = 1,0 nm × 0,970
d = 0,970 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,970 nm) sin (90 - 151,734 o)/2
λ = 1,94 nm sin (90 – 75,87)
λ = 1,94 nm × 0,970
λ = 1,882 nm

3. φ = 28,893 o
d = D sin 𝜑/2
d = 1,0 nm sin 28,893 o/2
d = 1,0 nm sin 14,447
d = 1,0 nm × 0,250
d = 0,250 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,250 nm) sin (90 - 28,893 o)/2
λ = 0,5 nm sin (90 – 14,447)
λ = 0,5 nm sin 75,553
λ = 0,5 nm × 0,968
λ = 0,484 nm

4. φ = 26,809 o
d = D sin 𝜑/2
d = 1,0 nm sin 26,809 o/2
d = 1,0 nm sin 13,405
d = 1,0 nm × 0,232
d = 0,232 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,232 nm) sin (90 - 26,809 o)/2
λ = 0,464 nm sin (90 – 14,447)
λ = 0,464 nm sin 13,405
λ = 0,464 nm × 0,232
λ = 0,108 nm

5. φ = 23,055 o
d = D sin 𝜑/2
d = 1,0 nm sin 23,055 o/2
d = 1,0 nm sin 11,528
d = 1,0 nm × 0,200
d = 0,200 nm

λ = 2 d sin θ
λ = 2 (0,200 nm) sin (90 - 23,055 o)/2
λ = 0,400 nm sin (90 – 11,528)
λ = 0,400 nm sin 78,472
λ = 0,400 nm × 0,980
λ = 0,392 nm
b). Menentukan panjang gelombang De Broglie
Diketahui :

v = 1498 𝐾𝑚 = 1,498 × 106 𝑚


𝑠 𝑠
6,63 ×10−3 𝑠
1. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,498 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,486 nm

6,63 ×10−3 𝑠
2. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,498 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,486 nm

6,63 ×10−3 𝑠
3. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,498 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,486 nm
6,63 ×10−3 𝑠
4. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,498 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,486 nm

6,63 ×10−3 𝑠
5. λ = =
𝑚𝑣 9,11 ×10−31𝐾g 1,498 ×106𝑚/𝑠
λ = 0,486 nm
BAB V

PEMBAHASAN & ANALISA DATA

5.1 Pembahasan

Pada eksperimen kali ini kami memperoleh data dari hasil percobaan

difraksi elektron dengan tegangan V awal adalah 2 kv,sehingga diperolehlah

R1=1,7 cm dan R2= 2 cm, data diambil sampai tegangan V= 5 kv. Kami

mengamati dari cincin bagian dalam. Dalam percobaan ini diperoleh h dengan

nilai yang perubahannya tidak konstan mungkin dikarenakan kesalahan dalam

menghitung pada teori sehingga diperoleh grafik yang kurang tidak stabil.

Difraksi yang dihasilkan pada layar berupa dua cincin sepusat yaitu R1dan

R2 yang dinyatakan dengan difraksi elektron. Diameter cincin berubah-ubah

sesuai dengan panjang gelombang yang dihasilkan oleh kenaikan tegangan dan

masing-masing dari kedua cincin berpedoman pada pantulan Bragg pada atom di

bidang datar Graphite.Dari data yang sudah didapatkan, diperoleh bahwa semakin

tinggi tegangan semakin kecil jari-jari lingkaran yang dihasilkan.Semakin kecil

jari-jari lingkaran, maka panjang gelomabang nya pun juga akan semakin kecil.

Lalu panjang gelombang ini juga akan mempengaruhi nilai konstanta Planck hasil

perhitungan data eksperimen.

5.2 Analisa Data

5.2.1 Terangkan fungsi masing-masing komponen yang ada pada percobaan

Davissson- Germer

Jawaban :
Percobaan Davisson-Germer adalah sebuah percobaan difraksi
elektron yang dilakukan untuk membuktikan sifat dualitas partikel dan
gelombang elektron. Komponen-komponen dalam percobaan ini
adalah:
1. High Tension (HT) - Komponen ini digunakan untuk
memberikan tegangan tinggi pada electron gun, sehingga dapat
mempercepat elektron-elektron yang ditembakkan ke target.

2. Electron Beam Gun - Merupakan komponen utama percobaan,


yang berfungsi untuk memancarkan dan mengarahkan elektron
ke target nikel.

3. Electron - Partikel bermuatan negatif yang dipancarkan oleh


electron gun dan akan menghantam target nikel.

4. Low Tension (LT) - Digunakan untuk mengontrol intensitas


electron beam gun dan arus yang dikeluarkan.

5. Movable Collector - Komponen ini berfungsi untuk menangkap


elektron yang telah terdifraksi oleh target nikel.

6. Nickel Target - Target nikel ini berfungsi sebagai penghalang


bagi elektron beam gun. Saat elektron mengenai target nikel,
elektron akan mengalami difraksi dan memancarkan diffracted
electron beam.

7. Diffracted Electron Beam - Merupakan elektron yang telah


terdifraksi oleh target nikel dan akan bergerak ke arah kolektor
elektron.

8. Vacuum Chamber - Komponen ini berfungsi untuk


menciptakan kondisi hampa udara dalam percobaan, sehingga
dapat mencegah terjadinya interaksi elektron dengan molekul
udara.

9. Galvanometer - Digunakan untuk mengukur arus listrik yang


dihasilkan oleh elektron yang tertangkap oleh kolektor
elektron.
Dalam percobaan ini, elektron beam gun akan memancarkan elektron
ke arah target nikel yang ada dalam vacuum chamber. Ketika elektron
mengenai target nikel, elektron akan mengalami difraksi dan
memancarkan diffracted electron beam. Elektron yang telah terdifraksi
tersebut akan bergerak ke arah kolektor elektron dan akan
menghasilkan arus listrik. Arus listrik tersebut kemudian dapat diukur
menggunakan galvanometer untuk menunjukkan pola difraksi elektron
yang terjadi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah:
1. Semakin besar tegangan yang diberikan pada kisi, maka jarak R1 akan
semakin keciL
2. Semakin besar tegangan yang diberikan pada kisi, maka jarak R2 akan
semakin kecil
3. Panjang gelombang akan semakin kecil akibat pengaruh kenaikan
tegangan
4. nilai R1 lebih kecil daripada nilai R2.
5. Difraksi yang dihasilkan pada layar berupa dua cincin sepusat yang
dinyatakan dengan difraksi elektron. Diameter cincin berubah – ubah
sesuai dengan panjang gelombang yang dihasilkan oleh percepatan
tegangan.
6. Semakin besar tegangan, panjang gelombang semakin kecil
7. Semakin kecil jari-jari, panjang gelombang juga semakin kecil

7.2 SARAN
Dalam melakukan percobaan pratikum ini tentu banyak kekurangan dan
kesalahan kami dalam menggunakan alat dan menganalisa data, sebaiknya
menggunakan alat dan mengambil data dilakukan dengan teliti karena sangat
berpengaruh pada laporan hasil pratikum.
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, D.C. 1991. Physiscs Third Edition. New Jersey, Practice Hall

Giancoli, D.C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi 5. Jakarta, Erlangga

Gemmi,dkk. 2019. 3D Electron difravtion : The Nanocytalography Revolution.

Jurnal Chemical Society:Vol(9/3) : 1-2

Krane, Kanneth S.1992. Fisika Modern. Jakarta, Universitas Indonesia .

Livingston,M.S.1968. Practice Physics : The High-Energy Frontier. Erlangga,

Jakarta.

Muljono. 2003. Fisika Modern. Andi, Jakarta.

Sariyanto,dkk. 2014. Pengukuran panajang gelombang lampu monokromatis

dari pola difraksi elektron cahaya berbasis webcam dan borland

delphi. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. Vol (02): 2-12.

Serway, R.A. 2005. Modern Physics. Jakarta, Erlangga.

Sutarto. 2015. Fisika Nuklir dan Partikel. Jakarta, Erlangga.

Wospakrik, H.J. 2005. Dari Atomos Hingga Quarck. Jakarta, Gramedia

Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai