N N
∑ mk R=∑ mk r k
k =1 k=1
∑ mk M
(1)
1 1 1
X = ∑ m k x k , Y = ∑ m k y k , Z= ∑ m k z k
M m M
(2)
1
v=R= m r (3)
M∑ k k
1 1 1
v x =x
M ∑ mk ẋ k , v y = ẏ= M ∑ mk ẏ k , v z = ż= M ∑ mk ż k A=π r 2 (4)
N
ṕ=∑ mk ṙ =M Ŕ˙ (8)
k=1
“Pusat massa pada sistem partikel bergerak seperti halnya partikel tunggal
bersama m (sistem massa total )bekerja pada gaya tunggal F́ sama dengan jumlah
semua gaya luar yang bekerja pada sistem.”
Fik=−F ik (10)
Kerja yang dilakukan oleh gaya internal Fik pada suatu simpangan
k
sesungguhnya δ r untuk partikel ke th adalah
δW k =F ik⋅δ r (11)
L=r×p=r×mr=r×m v (13)
(14)
Fikl sebagai gaya dalam yang bekrja pada partikel k th menuju partikel lth .
Suku kedua pada ruas kanan sama dengan nol, dalam hal ini :
N
∑ ¿ =( r k ×Fikl )×( r l ×Filk ) ¿ ¿
¿
N (16)
Oleh karena Fikl=−F ilk , maka persamaan
N
∑¿ ¿ =( r k ×Fikl )×( r l ×Filk ) ¿=( r k−r l×F ilk =r kl×F ikl ) ¿
N
(17)
D. KEKEKALAN ENERGI
Gerak partikel
k th dinyatakan sebagai :
¿
¿⋅¿=m v= F
k k
mk rk ¿ (20)
Yang merupakan hukum kekekalan energi.
Jika gaya luar tidak gayut pada posisi, maka gaya dalam dapat diturunkan dari
suatu fungsi potensial, sehingga
N
d( ¿
K +V i )= ∑ Fek⋅r l
dt k=1 (21)
i
Oleh V gayut pada posisi relative pasangan partikel, maka
i i i
V kl=V kl ( r kl ) =V kl ( r k−r l ) (22)
2. Besar
m0 /m , dala hal ini m0 merupakan massa awal roket dan bahan
bakar, sedang m sebagai massa akhir saat semua bahan bakar telah digunakan.
Untuk posisi roket dekat permukaan bumi. Maka gaya gravitasi tak dapat
dv dm
m =u +m g
dt dt (27)
Dan hasil integrasinya,
1 m 1
∫ d v=u ∫ m1 dm+g∫ dt
0 m0 0
m0
v =v 0 −u ln + g⋅t
m (28)
(29)
Momentum toal pada sistem , sabuk dan pasir pada sabuk yakni
P=( m+M ) v
(30)
Dalam hal ini F merupakan gaya digunakan pada sabuk-sabuk berjalan. Daya
yang disuplai oleh gaya agar sabu-berjalan dapat melaju v yakni :
dm d d 1 2
Daya = P = F . v =
v2 = mv 2 =2
dt dt dt 2
mv ( ) atau
d 1 dK
=
2 (
dt 2 )
( m+M ) v 2 =2
dt (32)
Ketika pasir mengenai sabuk berjalan maka harus dipercepat dari kelajuan nol
sampai kelajuan sabuk berjalan menempuh jarak tertentu. Pada pengamat yang
berada pada sabuk ,pasir yang jatuh kebawah harus bergerak horizontal dengan
kelajuan v pada arah berlawanan dengan sabuk.
F.
TUMBUKAN LENTING DAN HUKUM KEKEKALAN
berlaku kekekalan momentum linear dan energy kinetic, dan tumbukan elastic
kecepatan
v2 f , membentuk sudut ϕ dengan sumbu x.
v1 f v if m 1 −m 2
=1 atau =
v 1i v 1i m1 +m 2 (35)
Tidak terjadi bertumbukan
v if
=1
v2f = 0, jika v 1i (36)
m 2 −m
1 22
cos 2 θ≥
m
12 (37)
Dan untuk
θ = θm
m 2 −m m
1 22 22 π
cos 2 θ = =1 − , 0 ≤ θm ≤
m m 2
12 12 (38)
π
2
≤θ≤θ
, nilai dibawah tanda akar mejadi negatif. Dalam hal ini
θm
π
θ≤θ maks , dan 0<θ <
2
untuk kasus (c) m1<m2, dalam hal ini tak ada batasan nilai sudut hamburan, suatu
π
keadaan sudut θ lebih besar dari 2 maka dihasilkan hamburan balik. Jika
v1 m1−m2 v2 f m1 −m2
= =
v2 m1 +m2 dan v 1i m1 + m2
(39)
(40)
v 1i =v 1 f . cos ( θ )
(42)
m1 v́1
v́ 2= (45)
m1 +m2
−m2
Q=K 1 (46)
m1 +m 2
Yang bernilai negative dan tumbukannya bersifat endoergenik. Jadi energy
minimumnya (energy ambang) dinyatakan dengan persamaan,
m1
(K1)ambang = 1+ ( )| |
m2
Q (47)
Suatu sistem berisi 2dua objek bermassa m1 dan m2 pada jarak r1 dan r2 dari titik
asal O. F́ e1 dan F́ e2 merupakan gaya luar yang bekerja pada m1 dan m2, sedangkan
F́ i12 adalah gaya dalam yang bekerja antara m1 dan m2, dan F́ i21 sebagai gaya dalam
yang bekerja antara m2 dan m1, sesuai dengan hokum III Newton
m 1 ŕ 1+ m2 ŕ 2
Koordinat pusat massa Ŕ=
m 1+ m2
Dimana vc=dxc/dt, ẋ 1=v1 dan ẋ 2=0 , sehingga kecepatan pusat massa vc terhadap
SKL diberikan oleh
m1 v 1i μ
v c= = v (54)
m1 +m2 m 1i
' m1 m2 μ
v1 i=v 1 i−v c =v 1 i− v 1i = v = v (55)
m 1+ m2 m 1 +m 2 1 i m 1 1 i
−m1 −μ
v'2i=v 2 i−v c = v = v (56)
m1 +m2 1 i m2 1 i
' ' m 1 m2
p1 i=m 1 v 1 i= v (57)
m1 +m 2 1 i
−m1 m2
p'2 i=m2 v '2 i= v (58)
m1+ m2 1 i
Jadi momentum linear total dari system dalam SKPM sebelum tumbukan adalah
sinθc
tanθ L =
m1 v 1i (60)
+cosθc
m2 v 1 f
Kasus (a) : Jika m1=m2, seperti dalam kasus tumbukan antara neutron dan
proton dapat di tuliskan sebagai:
tanθ L =
sinθc
=
2 sin ( θc2 )cos ( θc2 )=tan c (62)
θc
1+ cosθc 2(
2
) 2
2 cos
Sehingga
θc
θ L= (63)
2
Karena dalam SKPM θc dapat memiliki nilai antara 0 dan π, maka θ L dapat
memiliki nilai maksimum π /2.
sinθc
tanθ L ≈ =tan θC (64)
cosθc
Sehingga θ L ≈ θC (65)
Kasus (c): Jika m 1 >m2,partikel yang menumbuk lebih berat dibandingkan partikel
sasaran. Dalam kasus ini, θ L harus sangat kecil, tidak peduli berapa nilai θC . Hal
ini bersesuaian dengan persamaaan (90) yang menyatakan bahwa θ L tidak dapat
lebih besar nilainya dibandingkan nilai maksimum θmaks .
2 E L2
e= 1+
√ m K2
(67)
Menyarankan agar e>1 sehingga lintasan partikel alpha yang datang berbentuk
hiperbolik. Sudut hamburan θ yangmerupakan sudut antara kedua a simptot
adalah
θ π
2 2 (
tan =tan −α =cotα ) (68)
a( e2−1)
r=
1−ecosθ
(69)
Untuk partikel yang berada di tak hingga r=r = , danθ=α, persamaan di atas
menjadi
θ m K2
tan =
2 √
2 E L2
(70)
2
σ = πb
(72)
Sehingga
d σ = 2 πb db
(73)
K sinθ
b= 2
2m v 0 sin2 θ (74)
()
2
kQq sin θ c
dσ =2 π
( )
2 μ v 20 θ
dθ
(75)
sin c
4
2 ( )
Pada kasus m1= m2 maka θc =2θ L =2θ sehingga
kQq sin 2 θ
dσ =2 π
( )
2 μ v 20 sin4 ( θ )
dθ (76)