FISIKA STATISTIK
PRODI S1 DIKFIS-FMIPA
Skor Nilai:
NIM : 4171121028
Februari 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya yang senantiasa diberikan sampai saat ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini. Dengan
diberikannya tugas ini mengajarkan penulis untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan
tugas ini dan membantu penulis dalam memahami materi Fisika Statistik.
Tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap bagi pembaca agar
memberikan kritik dan saran yang dapat membangun agar penulis bisa lebih baik lagi
kedepannya.
Rika Wahyuni
4171121028
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Rekomendasi ................................................................................................. 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
C. Manfaat CBR
1. Dapat menyelesaikan tugas dari kurikulum KKNI.
2. Dapat membantu mencari buku atau bahan bacaan yang sesuai.
3. Dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari suatu buku atau bahan bacaan.
1
D. Identitas Buku yang direport
Buku Utama
2
Buku Pembanding
3
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. Ringkasan Isi Buku Utama
2.1. Bobot Statistik
Koordinat suatu bilik dalam ruang fase dapat di analogikan sebagai bilangan kuantum.
Berdasarkan prinsip larangan Pauli, tidak boleh ada dua partikel yang memiliki 4 bilangan
kuantum yang sama. Larangan Pauli berimplikasi bahwa ada dua partikel dalam satu bilik.
Alasannya, bilangan kuantum spin untuk partikel fermion hanya ada dua kemungkinan yaitu
+ ½ atau – ½.
Untuk keperluan perumusan bobot statistik, setiap bilik dibagi atas dua sub – bilik, dimana
masing – masing sub-bilik hanya dapat diisi oleh satu fermion. Dengan demikian jumlah
maxsimum titik representasi dalam satu sel adalah dua kali dari jumlah bilik. Tentu saja jika
ada bilik yang kosong, jumlah sesungguhnya akan berbeda.
Konsekuensi dari prinsip eksklusi Pauli adalah jumlah fermion harus lebih sedikit atau
sama dengan jumlah keadaan. Ini berbeda dengan sistem klasik atau boson di mana tidak ada
pembatasan jumlah partikel yang menempati keadaan tertentu. Berapa pun jumlah keadaan
yang tersedia, maka keadaan tersebut dapat menumpang partikel klasik maupun boson yang
jumlah berapa pun.
Untuk menurunkan fungsi distribusi Fermi – Dirac kita pun akan memulai dengan
membagi keadaan – keadaan atas kelompok – kelompok sebagai berikut:
4
karena satu keadaan maksimum menampung satu sistem maka harus terpenuhi n1 ≥ g1,
n2 ≥ g2, …………..≥ nM ≥ gM.
Selanjutnya kita akan menentukan bagaima cara menyusun n1 sistem pada g1, n2
kepada sistem pada g2,..., nM kepada sistem pada gM keadaan. Tinjau kelompok – 1. Di sini
ada g1 keadaan dan menampung n1 sistem. Kembali kita menganalogikan keadaan sebagai
wadah dan bola sebagai benda yang akan di tempatkan pada wadah masing – masing.
Untuk menentukan jumlah cara menempatkan bola ke wadah, kita menempatkan bola
pada wadahnya masing – masing. Pada satu wadah hanya boleh diletakan satu bola.
Penempatan ini menjamin bahwa tidak boleh lebih dari satu bola berada pada stu wadah.
Akibatnya didapat:
Kemudian dilakukan permutasi semua wadah yang ada, baik kosong maupun yang di
tempati bola. Karena bola sudah ditempati pada kursi, maka permutasi tidak memungkinkan
munculnya satu wadah yang mampu menampung lebih dari satu bola. Jumlah wadah yang
dipermutasi adalah g1 bola sehingga menghasilkan jumlah permutasi sebanyak g1! Cara. Tetapi
karena (g1 – n1) buah wadah kosong dan n1 buah wadah yang ditempati bola untuk
mendapatkan penyusunan yang berbeda. Jadi, jumlah penyusunan yang berbeda hanyalah
g 1!
( g1−n1 ) ! n1 !
Dengan cara yang sama di dapatkan jumlah cara penyusunan secara bersama – sama n1 sistem
pada g1 keadaan, n2 sistem pada g2 keadaan ……… nm sistem pada gm keadaan adalah:
m
gs!
∏
s=1 ( g s−n s ) ! ns !
Selanjutnya kita perlu menentukan berapa cara membawa N sistem dari luar
untuk didistribusikan ke dalam keadaan-keadaan di dalam assembli. Seperti yang
kita bahas pada assembli boson, untuk partikel tidak terbe- dakan jumlah cara
5
tersebut adalah N!/N! = 1. Akhirnya, jumlah cara penyusunan fermion untuk konfigurasi
di atas adalah
m
gs!
W = ∏
s=1 ( g s−n s ) ! ns !
Dalam notasi logaritma
M
gs!
ln W = ∑ ln
s=1 [ ( g s−n s ) ! ns ! ]
M
ln W = ∑ ln g s !−ln(gs −¿ ¿ n s) !−ln ns ! ¿ ¿
s=1
ln gs ! ∼= gs ln gs − gs
ln ns ! ∼= ns ln ns − ns
6
1
f ( E )= −α −βE
e +1
−1
Karena β= dan E F =αkT , maka
kT
1
f ( E )=
( E−E F )
exp[ kT
+1 ]
1
Dari persamaan di atas, jika E=EF maka f ( E )=
pada berapapun
2
suhu assembli. E Fadalah energi Fermi. Dengan demikian dapat
didefnisikan bahwa nergi Fermi sama dengan energi ketika fungsi
distribusi memiliki nilai tepat setengah.
( E−E F ) ( E−E F )
= =−∞
kT 0
Sehingga,
1
f ( E < E F ,T =0 )= −∞ =1
e +1
Dari dua persamaan trsebut dapat disimpulkan bahwa pada suhu
T=0, fungsi distribusi Fermi-Dirac bernilai 1 untuk semua energi di
bawah energi Fermi dan bernilai nol untuk semua energi di atas energi
Fermi, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.
EF ∞
N=V ∫ g ( E ) x 1 x dE+ V ∫ g ( E ) x 0 x dE
0 EF
EF
N=V ∫ g ( E ) dE
0
8
3 EF 1
V
N= 3 8 π √ 2 m 2 ∫ E 2 dE
h 0
3 3
V 2
N= 3 8 π √ 2 m2 x E F 2
h 3
3
3N 2m
8 πV (
= 2 EF
h ) 2
( ) = 2mh E
3N
8 πV
3
2 F
h2 3 N 2
EF= ( )
2 m 8 πV
3
EF
T F=
k
h2 3 N 2
T F= ( )
2mk 8 πV
3
9
4. Integral yang Mengandung Fungsi Fermi Dirac
Kita selanjutnya akan sering berhadapan dengan integral yang
mengandung fungsi distribusi Fermi-Dirac. Misalkan saat menghitung
energy rata-rata fermion, kita mengintegralkan energy dikali kerapatan
keadaan dikali fumgsi Fermi-Dirac. Khusus untuk suhu diatas 0 K,
integral yang melibatkan fungsi Fermi-Dirac sulit dilakukan. Suatu
pendekatan perlu ditempuh untuk mendapatkan hasil integral secara
analitik. Memang, dengan menggunakan software yang sesuai, seperti
matematika, kendala tersebut dapat diatasi dengan mudah. Tetapi
ketika ingin mendapatkan ungkapan secara analitik sederhana, mau
tidak mau kita mesti memecahkan integral tersebut dengan
aproksimasi yang reasonable.
Pada bagian ini kita mencari bentuk umum integral yang berupa
perkalian fungsi Fermi-Dirac dengan fungsi sembarang. Bentuk umum
tersebut dapat diperoleh berkat beberapa kekhasan dari fungsi Fermi-
Dirac. Mari kita pecahkan integral bentuk umum berikut ini
∞
I =∫ φ ( E ) f (E)dE
0
d ψ=φ ( E ) dE
sehingga,
10
∞
I =∫ f ( E) d ψ
0
[
I = 0 x ∫ φ ( E ) dE−1 x 0 −∫ ψ
0
] 0
dF
dE
dE
∞
dF
¿−∫ ψ dE
0 dE
dψ 1 d2 2
ψ ( E )=ψ ( E F ) + │E ( E−E F ) + │ ( E−E F )
dE F
2 d E2 E F
ψ ( EF )=∫ φ ( E ) dE
0
d ψ dφ dψ
= se h ingga │ =φ( E F )
dE dE dE E F
11
d 2 ψ dφ d2 ψ d2φ
= se hingga 2 │E = 2 │E
dE 2 dE dE dE F F
Sehingga,
EF
1 dφ
ψ ( E )=∫ φ ( E ) dE +φ(E F ) ( E−EF ) + │E ( E−E F )2
0
2 dE F
kemudian,
∞ EF
I =−∫
0
{∫
0
φ ( E ) dE+ φ ( EF ) ( E−E F ) +
1 dφ
2 dE
2
│E ( E−E F ) −
F
df
dE}dE
EF ∞ ∞
df df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE−∫ dE−¿ φ ( E F ) ∫ ( E−E F ) dE− │ E ( E−EF )2 dE ¿
0 0
dE 0
dE 2 dE dE F
EF ∞ ∞
df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE [ f ( ∞ )−f ( 0 ) ] −φ ( E F )∫ ( E− EF )
dE
dE− │
2 dE E F
∫ ( E−E F ) 2 dE dE
0 0 0
EF ∞ ∞
df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE [ f ( 0 )−f ( 1 ) ] −φ ( EF )∫ ( E−E F )
dE
dE− │
2 dE E F
∫ ( E−E F )2 dE dE
0 0 0
EF ∞ ∞
df 1 dφ df
¿−∫ φ ( E ) dE−φ ( E F ) ∫ ( E−E F ) dE− │ E ∫ ( E−E F )2 dE
0 0
dE 2 dE 0
dE F
12
df exp [ E−EF ] /kT 1
= 2 Untuk
dE (exp [ E−E F ]/kT + 1) kT
menyelesaikan integral di ruas kanan persamaan sebelumnya mari
kita definisikan x=( E−E F )/kT .
df ex 1
= x 2
dE ( e +1) kT
2 2 2
( E−E F ) = ( kT ) x
dE=kT dx
EF ∞
1 dφ −e x
¿ ∫ φ ( E ) dE+ │E ( kT )2 ∫ x 2 x dx
0
2 dE −E / kT
F
(e +1)
2
F
EF
1 dφ π2
¿ ∫ φ ( E ) dE+ │E ( kT )2
0
2 dE F
6
13
Persamaan tersebut di atas adalah bentuk umum yang akan
kita gunakan untuk mencari integral yang melibatkan fungsi Fermi
Dirac.
14
1.3 Hukum Distribusi Fermi Dirac
Elektron bebas mempunyai spin s=1/2, sehingga bilangan kuantum magnetiknya ms =
±1/2; dalam keadaan tidak ada medan magnet elektron memiliki 2 keadaan yang berenergi
sama (degenerate). Jadi gi=2. Elektron dalam atom memiliki fungsi keadaan yang ditandai
dengan bilangan-bilangan kuantum: n, l, ml , s, ms
Untuk suatu harga ℓ ada (2ℓ +1) buah harga m ℓ ; sedangkan dengan s = 1/2, ada dua
harga ms = 1/2, -1/2. Jadi, tanpa medan magnet, ada 2(2 ℓ +1) buah keadaan yang
degenerate. Jadi gi = 2(2 ℓ +1). Berdasarkan prinsip Pauli, untuk suatu pasangan n, l, ml ,
s, ms hanya bisa ditempati oleh satu elektron. Jadi ni ≤ gi.
Jika tingkat energi, Ei, akan diisi dengan ni buah elektron, maka dengan degenerasi gi,
jumlah cara mengisikan partikel adalah: gi(gi-1) (gi-2)…….. (gi-ni+1).
Energi eφadalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan sebuah elektron
dari logam. Dalam kasus efek fotolistrik, elektron dilepaskan jika foton hν≥eφ. Besaran
φadalah potensial yang disebut fungsi kerja dari logam. Pada suhu tinggi, beberapa
elektron menempati keadaan di atas energi EF (lihat gambar (b)). Pada suhu yang cukup
tinggi beberapa elektron memperoleh energi sebesar E=EF+eφ sehingga lepas dari logam.
Proses ini disebut emisi termionik, dan merupakan dasar bagi tabung elektron.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku
3.1.1 Kelebihan Buku
Dari aspek layout dan tata letak, buku utama terlihat buku klasik. Penggunaan font
pada buku pertama juga cukup jelas sehingga tidak menyulitkan untuk dibaca.
Dari aspek informasi yang diberikan, buku utama lebih banyak memberikan informasi.
Namun, pada buku pembanding juga ada memberikan informasi yang tidak ada di buku
utama.
15
Buku utama merupakan buku yang usianya sudah cukup tua dibandingkan dengan
buku pembanding. Namun, walupun begitu informasi yang diberikan pada buku utama tidak
sedikit.
Sub bab yang ada pada buku pembanding tidak begitu lengkap, sehingga untuk
beberapa informasi yang tidak ada di terdapat di buku pembanding harus dillihat lagi dari
buku utama atau dari buku referensi yang lain untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai
filsafat ilmu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada buku utama Fermi Dirac menjelaskan bahwa koordinat suatu bilik dalam ruang fase
dapat di analogikan sebagai bilangan kuantum. Berdasarkan prinsip larangan Pauli, tidak
boleh ada dua partikel yang memiliki 4 bilangan kuantum yang sama. Larangan Pauli
berimplikasi bahwa ada dua partikel dalam satu bilik. Alasannya, bilangan kuantum spin untuk
partikel fermion hanya ada dua kemungkinan yaitu + ½ atau – ½.
Sedangkan pada buku pembanding, Fermi Dirac menjelaskan bahwa untuk atom yang
memiliki lebih dari satu ellektron, misalnya Natrium, elekton-elektron tidak berkumpul
ditingkat energi rendah, karen amsing- masing status hanya boleh ditempati tidak lebih dari
16
satu elektron. Tingkat paling rendah ( n =1) hanya boleh ditempati oleh dua elektron, yang
satu spin nya keatas dan yang lainnya spinnya kebawah. Sedangkan tingkat energi berikutnya,
( n = 2), akan ditempati oleh 8 elektron, dan seterusnya, tingkat energi ke - n akan diisi oleh
2n2 elektorn dengan konfigurasi yang didasarkan kepada azas larangan Pauli.
4.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Rajagukguk Juniatel, Makmur Sirait, Nurdin Siregar, Rappel Situmorang. 2018. Dasar Fisika
Statistik Pendekatan Makroskopik dan Termodinamika. Tanggerang : Mahara
Publishing
Sukarmin. 2011. Fisika Statistik. Yogyakarta : PT Yuma Pustaka.
17