Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KONSTANTA PLANCK

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktikum Fisika Atom


Dosen pembimbing Dra. Hartatiek, M.Si

Disusun oleh:

Nama : Faradhila Nurullaili

NIM : 200321614899

Offering :C

Kelompok :1

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Februari 2023
A. JUDUL
Penentuan Konstanta Planck

B. TUJUAN
Dalam eksperimen yang memanfaatkan fenomena fotolistrik pada kotak h/e,
praktikan diharapkan mampu:
1. Mengukur tegangan pada kotak h/e untuk bervariasi intensitas dari satu
warna cahaya yang menimpa katoda.
2. Mengukur tegangan pada kotak h/e untuk beberapa warna cahaya yang
menimpa logam dengan intensitas terkontrol tetap.
3. Mendapatkan hubungan antara energi kinetik elektron yang terpancar
dengan frekuensi cahaya yang menimpa katoda.
4. Menentukan konstanta alam Planck.
5. Menentukan fungsi kerja bahan lempeng katoda.

C. DASAR TEORI
Krisis teori fisika klasik bencana ultraviolet pada radiasi benda
hitam terjadi pada tahun 1900. Dalam fisika, bencana ultraviolet (ultraviolet
catastrophe), yang disebut juga “bencana Rayleigh-Jeans”, adalah
peramalan klasik, yang dibuat pada akhir abad ke-19, bahwa benda hitam
ideal pada kesetimbangan termal akan memancarkan radiasi dengan daya
tak hingga. Walaupun ramalan ini terbukti salah berdasarkan pengamatan,
ramalan ini merupakan tanda-tanda awal adanya masalah pada fisika klasik.
Pada tahun 1900, pemecahan Max Planck terhadap masalah ini bermuara
pada bagian-bagian awal mekanika kuantum.
Melalui teori kuanta energi radiasi elektromagnetik hal tersebut
dapat diatasi dengan usulan Max Planck.Planck bahwa energi radiasi harus
kuantitas diskrit yang sebanding dengan frekuensinya yang dirumuskan
dengan E = hv, dimana h merupakan konstanta alam Planck (Tim Praktikum
Atom dan Molekul, 2022). Konstanta Planck adalah konstanta yang bersifat
fundamental alam yang ada hubungan erat dengan konsep kuantum dalam
fisika modern (Beiser, 1990). Banyak orang yang ingin membuktikan
konstanta tersebut melalui beberapa eksperimen.
Dalam fisika kuantum terdapat teori fundamental yaitu cahaya
berperan sebagai partikel dan cahaya bertindak sebagai gelombang yang
dikenal dengan sifat dualisme cahaya(Renata Clara, 2019). Usulan Albert
Einstein tahun 1905 mengenai partikel foton bagi gelombang EM
(gelombang bertindak pertikel), hanya sekedar kuanta-energi
elektromagnetik pada umumnya dikarenakan adanya pergeseran teori fisika
klasik dalam mendeskripsikan data percobaan efek fotolistrik. Einstein
mendeskripsikan seperti suatu osilator dimana energi berpindah dan
memancarkangumpalan energi EM ke suatu keadaan tertentu dan dikenal
sebagai foton (Hamdani, 2007). Efek fotolistrik merupakan proses sebuah
cahaya yang memiliki frekuensi tinggi yang mengenai permukaan sebuah
logam dan dari permukaan logam itu terpancarkan sebuah elektron (Khairil
Anwar, 2020).

Gambar 1. Peristiwa fotolistrik sederhana

Efek fotolistrik adalah fenomena yang terjadi ketika cahaya


menyinari ke permukaan logam yang menyebabkan keluarnya elektron dari
logam tersebut dan akan menghasilkan arus listrik jika disambung ke
rangkaian tertutup. Ini merupakan suatu temuan dimana pada masa itu
Heinrich Rudolf Hertz menemukan fenomena efek Fotolistrik yang
membingungkan para Fisikawan waktu itu. Namun seiringnya waktu,
fenomena itu dapat di jawab oleh seorang Fisikawan Einstein.
Dalam eksperimen fotolistrik jumlah elektron yang terpancar dapat
diukur dalam arus listrik dengan menggunakan amperemeter, pemberian
potensial pelambat pada anoda untuk menentukan energi kinetic electron
sehingga elektron tidak mempunyai energi yang cukup untuk melebihi
tanggul potensial. Ketika amperemeter menunjuk angka nol dikenal dengan
potensial penghenti 𝑉𝑠 ketika tegangan pelambat terus diperbesar. Untuk
menentukan energi kinetic maksimum elektron 𝐾𝑚𝑎𝑥 dengan melakukan
pengukuran 𝑉𝑠.

𝐾𝑚𝑎𝑥 = 𝑒𝑉𝑠 (1)

Dimana e adalah muatan elektron. Nilai khas 𝑉𝑠 adalah


dalam orde bebrapa volt.

Gambar 2. Eksperimen efek fotolistrik

Berdasarkan teori klasik transfer energi dari foton keelectron sangat


berlawanan dengan transfer energi kontinu. Ketika energi foton lebih besar
dari fungsi kerja logam maka electron akan terlepas dari permukaan logam.
Intensitas yang besar daripada frekuensi tertentu akan berbanding lurus
dengan jumlah lebih besar dari foton tiap satuan waktu yang diserap. Azas
konversi energi yang digunakan Einstein untuk menciptakan perumusan
yang mendeskripsikan fenomena fotolistrik yang didapatkan

Energi yang diserahkan foton = Energi yang diterima elektron

Foton berfrekuensi v memberikan energi sebesar hv. Elektronfoto


menerima energi foton untuk melepaskan diri dari ikatan logam 𝜙 dan
bergerak dengan energi kinetic sebesar 𝐾𝑚𝑎𝑥, dirumuskan dengan

ℎ𝑣 = 𝜙 + 𝐾𝑚𝑎𝑥 (2)
menentukan kuantitas energi kinetik elektrofoton maka
𝐾𝑚𝑎𝑥 = ℎ𝑣 − 𝜙 (3)

Perubahan energi kinetic terhadap variasi frekuansi cahaya yang mengenai


logam saling berhubungan secara linier. Persamaan (1), energi kinetic
maksimum dapat diperoleh dari potensial penghenti 𝑉𝑠

𝑒𝑉𝑠 = ℎ𝑣 − ϕ

atau

ℎ ϕ
𝑉𝑠 = ( ) 𝑣 −
𝑒 𝑒

Potensial penghenti 𝑉𝑠 dapat diukur dengan voltmeter digital dan frekuensi


cahaya v dapat ditentukan dari tabel karakteristik dari sumber cahaya yang
digunakan Foton berfrekuensi v memberikan energi sebesar hv. Elektronfoto
menerima energi foton untuk melepaskan diri dari ikatan logam 𝜙 dan
bergerak dengan energi kinetik sebesar 𝐾𝑚𝑎𝑥, dirumuskan dengan

ℎ𝑣 = 𝜙 + 𝐾𝑚𝑎𝑥 (2)
menentukan kuantitas energi kinetik elektrofoton maka
𝐾𝑚𝑎𝑥 = ℎ𝑣 − 𝜙 (3)

Perubahan energi kinetik terhadap variasi frekuansi cahaya yang mengenai


logam saling berhubungan secara linier. Persamaan (1), energi kinetic
maksimum dapat diperoleh dari potensial penghenti 𝑉𝑠

𝑒𝑉𝑠 = ℎ𝑣 − ϕ

atau
ℎ ϕ
𝑉𝑠 = ( ) 𝑣 −
𝑒 𝑒
Potensial penghenti 𝑉𝑠 dapat diukur dengan voltmeter digital dan
frekuensi cahaya v dapat ditentukan dari tabel karakteristik dari sumber
cahaya yang digunakan
D. ALAT DAN BAHAN
Percobaan penentuan konstanta Planck terdiri dari peralatan bagian utama dan
peralatan bantu. Bagian utama terdiri dari:
1. Kotak h/e : untuk menghadirkan gejala efek fotolistrik

2. Kotak sumber cahaya Hg : untuk menghasilkan emisi cahaya polikromatis.

3. Filter cahaya tampak (Filter merah dan filter hijau) : untuk mempolarisasi
cahaya

Peralatan bantu terdiri dari:


1. Batang penghubung:untuk penghubung dari kotak h/e ke kotak sumber
cahaya Hg
2. Landasan penyangga : untuk penyangga kotak h/e

3. Peralatan lensa dan kisi transmisi yang dilekatkan pada sisi depan kotak
sumber cahaya Hg : untuk mentransmisikan cahaya yang lewat ke kisi

4. Voltmeter digital yang dihubungkan ke kotak h/e : untuk mengukur


tegangan
5. Kabel : untuk menghubungkan kotak h/e dengan voltmeter digital

6. Kipas : untuk mendinginkan kotak sumber cahaya

E. SKEMA PERCOBAAN
 Skema Percobaan

F. PROSEDUR PERCOBAAN
Persiapan
1. Memeriksa kelengkapan peralatan yang dibutuhkan dalam
praktikum
2. Memeriksa semua unit dalam keadaan OFF dan skala sumber
terkecil dan skala alat ukur terbesar.
3. Menyusun set rangkaian praktikum sesuai desain percobaan.

Percobaan 1 (Mengamati hubungan antara pengukuran potensial penghenti


dengan memvariasi intensitas cahaya)
1. Mengatur posisi tabung h/e dengan tepat maka akan ada satu warna yang
jatuh pada celah cahaya (pada papan pengatur cahaya) yang melewati
jendela memasuki menuju fotodioda, warna yang digunakan merah dan
hijau
2. Menempelkan filter transmisi di depan filter warna, memilih tingkat
transmisi 100% .
3. Mengukur beda potensial penghenti (dengan voltmeter) melalui terminal
output pada panel kotak h/e, lalu mencatat pada tabel.
4. Menekan tombol pelepas muatan push to zero lalu melepas tekanan dan
mengamati display pembaca voltmeter.
5. Mengukur beda potensial penghenti (seperti langkah 1, 2, 3, dan 4).
6. Mengulangi langkah 1, 2, 3, 4, 5 dengan memvariasikan tingkat
transmisi (80%, 60%, 40%, dan 20%).
7. Mengulangi langkah 1 sampai 6 dengan menggunakan filter warna hijau.

Percobaan 2 (Mengamati hubungan antara pengukuran potensial


penghenti dengan memvariasikan frekuensi cahaya tampak.
1. Memfokuskan cahaya spektrum difraksi tingkat pertama, dan
akan muncul warna ungu, hijau, jingga
2. Menjatuhkan spektrum cahaya warna kuning (pola interferensi)
orde pertama pada celah cahaya kotak h/e (pada papan pengatur
cahaya) supaya cahaya tersebut mengenai fotodioda.
3. Mengamati beda potensial penghenti pada voltmeter dan
mencatat pada tabel yang sesuai.
4. Mengulangi langkah 1 sampai 3 menggunakan warna
berikutnya.
5. Mengulangi langkah 1 sampai 4 untuk spektrum (pola
interferensi) orde kedua.

G. DATA PENGAMATAN
Nst Voltmeter : 0,01 V
Percobaan 1
Variabel bebas : Tingkat Transmisi
Variabel terikat : Potensial/Tegangan Penghenti (V)
Variabel Terkontrol : Filter Merah, Filter Hijau
Percobaan 2
Variabel bebas : Warna Ungu, Hijau, Jingga
Variabel Terikat : Potensial/Tegangan Penghenti (V)
Variabel Terkontrol : Tingkat Transmisi (60%)

Tabel 1. Data Pengamatan Percobaan 1 (Filter Merah)


No. Tingkat Transmisi 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠 (𝑉)
1 20% 0,18± 0,005
2 40% 0,19± 0,005
3 60% 0,18± 0,005
4 80% 0,18± 0,005
5 100% 0,18± 0,005
Tabel 2. Pengamatan Percobaan 1 (Filter Hijau)
No. Tingkat Transmisi 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠 (𝑉)
1 20% 0,06 ± 0,005
2 40% 0,07 ± 0,005
3 60% 0,08 ± 0,005
4 80% 0,06 ± 0,005
5 100% 0,07 ± 0,005

Tabel 3. Data Pengamatan Percobaan 2 (Orde Pertama)

No. Warna 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠 (𝑉)


1 Ungu 0,20± 0,005
2 Hijau 0,15± 0,005
3 Jingga 0,10± 0,005

Tabel 4. Data Pengamatan Percobaan 2 (Orde Kedua)

No. Warna 𝑉𝑠 ± ∆𝑉𝑠 (𝑉)


1 Ungu 0,01± 0,005
2 Hijau 0,02 ± 0,005
3 Jingga 0,03 ± 0,005

H. ANALISIS DATA
Percobaan 1 Filter Merah
Pengukuran 𝑉𝑠 pertama pada tingkat transmisi 100% yaitu 0,18 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
 Tingkat transmisi 80% 𝑉𝑠 = 0,18 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,18 − 0,18
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = 0% (4𝐴𝑃)
0,18
 Tingkat transmisi 60% 𝑉𝑠 = 0,18 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,18 − 0,18
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = 0% (4𝐴𝑃)
0,18
 Tingkat transmisi 40% 𝑉𝑠 = 0,19 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,18 − 0,19
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = −0,05% (4𝐴𝑃)
0,18
 Tingkat transmisi 20% 𝑉𝑠 = 0,18 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,18 − 0,18
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = 0% (4𝐴𝑃)
0,18

Grafik Percobaan 1 Filter Merah

Grafik Hubungan Tingkat Transmisi Dengan


Potensial Penghenti Filter Merah
0,192
Potensial Penghenti (V)

0,19
0,188
0,186 y = -5E-05x + 0,185
R² = 0,125
0,184
0,182
0,18
0,178
0 20 40 60 80 100 120
Tingkat Transmisi (%)

Percobaan 1 Filter Hijau


Pengukuran 𝑉𝑠 pertama pada tingkat transmisi 100% yaitu 0,07 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
 Tingkat transmisi 80% 𝑉𝑠 = 0,06 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,07 − 0,06
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = 0,14% (4𝐴𝑃)
0,07
 Tingkat transmisi 60% 𝑉𝑠 = 0,08 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,07 − 0,08
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = −0,14% (4𝐴𝑃)
0,07
 Tingkat transmisi 40% 𝑉𝑠 = 0,07 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,07 − 0,07
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = 0% (4𝐴𝑃)
0,07
 Tingkat transmisi 20% 𝑉𝑠 = 0,06 ± 0,005 𝑣𝑜𝑙𝑡
0,07 − 0,06
𝑅𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | 𝑥 100% = 0,14% (4𝐴𝑃)
0,07

Grafik Percobaan 1 Filter Hijau

Grafik Hubungan Tingkat Transmisi Dengan


Potensial Penghenti Filter Hijau
0,09
0,08
0,07
Potensial Penghenti (V)

0,06
0,05
0,04
y = 5E-05x + 0,065
0,03 R² = 0,0357
0,02
0,01
0
0 20 40 60 80 100 120
Tingkat Transmisi (%)
Percobaan 2 Orde Pertama

Warna X Y X2 Y2 XY
Ungu 7,89 𝑥 1014 0,2 62,2521 𝑥 1028 0,04 1,578 𝑥 1014
Hijau 6,06 𝑥 1014 0,15 36,7236 𝑥 1028 0,0225 0,909 𝑥 1014
Orange 5,08 𝑥 1014 0,1 25,8064 𝑥 1028 0,01 0,508 𝑥 1014
Jumlah 19,03 𝑥 1014 0,45 124,782 𝑥 1028 0,0725 2,995 𝑥 1014
Kuadrat
362,141 𝑥 1028 0,2025 15570,6 𝑥 1056 0,00526 8,97003 𝑥 1028
Jumlah

 Menentukan gradient garis (m)

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑚=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
3(2,995 𝑥 1014 ) − (19,03 𝑥 1014 )(0,45)
𝑚=
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(8,985 𝑥 1014 ) − (8,5635 𝑥 1014 )
𝑚=
(374,346 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(0,4215 𝑥 1014 )
𝑚=
(12,205 𝑥 1028 )
𝑚 = 3,4535 𝑥 10−16

 Menentukan titik potong


∑ 𝑌 ∑ 𝑋 2 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑋𝑌
𝐶=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
(0,45)(124,782 𝑥 1028 ) − (19,03 𝑥 1014 )(2,995 𝑥 1014 )
𝐶=
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(56,1519𝑥 1028 ) − (56,99485𝑥 1028 )
𝐶=
(374,346𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(−0,84295 𝑥 1028 )
𝐶=
(12,205 𝑥 1028 )
𝐶 = −0,069066
 Menentukan ketidak pastian grafik (𝑆𝑦 )

1 2 ∑ 𝑋 2 (∑ 𝑌)2 − 2 ∑ 𝑋 ∑ 𝑌 ∑ 𝑋𝑌 + 𝑛(∑ 𝑋𝑌)2


𝑆𝑦 = √ [∑ 𝑌 − ]
𝑛−2 𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

𝑆𝑦 =
1 (124,782 𝑥 1028 )(0,2025)−2(19,03 𝑥 1014 )(0,45)(2,995 𝑥 1014 )+3(8,97003 𝑥 1028 )
√ [0,0725 − ]
3−2 3(124,782 𝑥 1028 )−(362,141 𝑥 1028 )

(25,268355 𝑥 1028 ) − (51,295365 𝑥 1028 ) + (26,91009 𝑥 1028 )


𝑆𝑦 = √0,0725 −
(374,346𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

(0,88308 𝑥 1028 )
𝑆𝑦 = √0,0725 −
(12,205 𝑥 1028 )

𝑆𝑦 = √0,0725 − 0,072354
𝑆𝑦 = 0,012083

 Menentukan ketidakpastian gradient garis (𝑆𝑚 )

𝑛
𝑆𝑚 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

3
𝑆𝑚 = 0,012083√
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

3
𝑆𝑚 = 0,012083√
(12,205 𝑥 1028 )

𝑆𝑚 = (0,012083)(4,95783 𝑥 10−15
𝑆𝑚 = 5,99055 𝑥 10−17

 Menentukan ralat relatif gradien


𝑆𝑚
𝑅𝑚 = 𝑥 100%
𝑚
5,99055 𝑥 10−17
𝑅𝑚 = 𝑥 100%
3,4535 𝑥 10−16
𝑅𝑚 = 17,34632% (2AP)
 Menentukan konstanta alam Planck, dimana muatan elektron sebesar
1,6 𝑥 10−19 maka
ℎ = 𝑚. 𝑒 = (3,4535 𝑥 10−16 ).( 1,6 𝑥 10−19 )
ℎ = 5,5256 𝑥 10−35

 Menentukan ketidakpastian konstanta Planck

2 22
𝜕ℎ 2 𝜕(𝑚𝑒) 2 2

𝑆ℎ = | √
. 𝑠𝑚| = | √
. 𝑠𝑚| = | 𝑒. 𝑠𝑚|
𝜕𝑚 3 𝜕𝑚 3 3

2
2
𝑆ℎ = √| 𝑒. 𝑠𝑚|
3

2
2
√ −19 −17
𝑆ℎ = | ( 1,6 𝑥 10 )(5,99055 𝑥 10 )|
3
𝑆ℎ = 6,38992 𝑥 10−37

 Menentukan ralat konstanta Planck


𝑆ℎ
𝑅ℎ = 𝑥 100%

6,38992 𝑥 10−37
𝑅ℎ = 𝑥 100%
5,5256 𝑥 10−35
𝑅ℎ = 1,15642 % (4AP)
 Menentukan fungsi kerja bahan lempeng katoda
𝑤 = −𝑐. 𝑒 = −(−0,069066). ( 1,6 𝑥 10−19 ) = 1,10506 𝑥 10−20

 Menentukan ketidak pastian titik potong grafik sumbu y


∑ 𝑋2
𝑆𝑐 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

(124,782 𝑥 1028 )
𝑆𝑐 = 0,012083√
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

𝑆𝑐 = (0,012083)(3,19747)
𝑆𝑐 = (3,863503001 𝑥 10−2 )

 Menentukan ketidakpastian fungsi kerja

2
2

𝑆𝑤 = | 𝑒. 𝑠𝑐|
3

2
2
𝑆𝑤 = √| ( 1,6 𝑥 10−19 ). (3,863503001 𝑥 10−2 )|
3

𝑆𝑤 = 4,12107 𝑥 10−19

Menentukan ralat fungsi kerja


𝑆𝑤
𝑅𝑤 = 𝑥 100%
𝑤
4,12107 𝑥 10−19
𝑅𝑤 = 𝑥 100%
1,10506 𝑥 10−20
𝑅𝑤 = 37 % (2AP)
Grafik Percobaan 2 Orde Pertama

Grafik Hubungan Frekuensi Dengan Potensial


Pengganti
0,25

Potensial Pengganti (V) 0,2


y = 0,0345x - 0,0691
R² = 0,9704

0,15

0,1

0,05

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi (Hz)

Percobaan 2 Orde Kedua

Warna X Y X2 Y2 XY
Ungu 7,89 𝑥 1014 0,01 62,2521 𝑥 1028 0,0001 0,0789 𝑥 1014
Hijau 6,06 𝑥 1014 0,02 36,7236 𝑥 1028 0,0004 0,1212 𝑥 1014
Orange 5,08 𝑥 1014 0,03 25,8064 𝑥 1028 0,0009 0,1524 𝑥 1014
Jumlah 19,03 𝑥 1014 0,06 124,782 𝑥 1028 0,0014 0,3525 𝑥 1014
Kuadrat
362,141 𝑥 1028 0,0036 15570,6 𝑥 1056 0,000002 0,12426 𝑥 1028
Jumlah

 Menentukan gradient garis (m)

𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌
𝑚=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
3(0,3525 𝑥 1014 ) − (19,03 𝑥 1014 )(0,06)
𝑚=
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(1,0575 𝑥 1014 ) − (1,1418 𝑥 1014 )
𝑚=
(374,346 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(−0,0843 𝑥 1014 )
𝑚=
(12,205 𝑥 1028 )
𝑚 = −6,90701 𝑥 10−17

 Menentukan titik potong


∑ 𝑌 ∑ 𝑋 2 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑋𝑌
𝐶=
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2
(0,06)(124,782 𝑥 1028 ) − (19,03 𝑥 1014 )(0,3525 𝑥 1014 )
𝐶=
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(7,48692𝑥 1028 ) − (6,708075𝑥 1028 )
𝐶=
(374,346𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )
(0,778845 𝑥 1028 )
𝐶=
(12,205 𝑥 1028 )
𝐶 = 0,0638136
 Menentukan ketidak pastian grafik (𝑆𝑦 )

1 2 ∑ 𝑋 2 (∑ 𝑌)2 − 2 ∑ 𝑋 ∑ 𝑌 ∑ 𝑋𝑌 + 𝑛(∑ 𝑋𝑌)2


𝑆𝑦 = √ [∑ 𝑌 − ]
𝑛−2 𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

𝑆𝑦

1 (124,782 𝑥 1028 )(0,0036) − 2(19,03 𝑥 1014 )(0,06)(0,3525 𝑥 1014 ) + 3(0,124


=√ [0,0014 −
3−2 3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

(4,49215 𝑥 1027 ) − (8,04969 𝑥 1027 ) + (3,7278 𝑥 1027 )


𝑆𝑦 = √0,0014 −
(374,346𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

(1,7026 𝑥 1026 )
𝑆𝑦 = √0,0014 −
(12,205 𝑥 1028 )

𝑆𝑦 = √0,0014 − 0,001395
𝑆𝑦 = 0,00223607

 Menentukan ketidakpastian gradient garis (𝑆𝑚 )


𝑛
𝑆𝑚 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑋 − (∑ 𝑋)2
2

3
𝑆𝑚 = 0,00223607√
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

3
𝑆𝑚 = 0,00223607√
(12,205 𝑥 1028 )

𝑆𝑚 = (0,00223607)(4,95783 𝑥 10−15
𝑆𝑚 = 1,10861 𝑥 10−17

 Menentukan ralat relatif gradien


𝑆𝑚
𝑅𝑚 = 𝑥 100%
𝑚
1,10861 𝑥 10−17
𝑅𝑚 = 𝑥 100%
−6,90701 𝑥 10−17
𝑅𝑚 = −0,160505% (4AP)
 Menentukan konstanta alam Planck, dimana muatan elektron sebesar
1,6 𝑥 10−19 maka
ℎ = 𝑚. 𝑒 = (−6,90701 𝑥 10−17 ).( 1,6 𝑥 10−19 )
ℎ = −1,1051216 𝑥 10−35

 Menentukan ketidakpastian konstanta Planck

2 2 2
𝜕ℎ 2 𝜕(𝑚𝑒) 2 2
𝑆ℎ = √| √
. 𝑠𝑚| = | √
. 𝑠𝑚| = | 𝑒. 𝑠𝑚|
𝜕𝑚 3 𝜕𝑚 3 3

2
2
𝑆ℎ = √| 𝑒. 𝑠𝑚|
3

2
2
√ −19 −17
𝑆ℎ = | ( 1,6 𝑥 10 )(1,10861 𝑥 10 )|
3
𝑆ℎ = 1,182517 𝑥 10−35

 Menentukan ralat konstanta Planck


𝑆ℎ
𝑅ℎ = 𝑥 100%

1,182517 𝑥 10−35
𝑅ℎ = 𝑥 100%
−1,1051216 𝑥 10−35
𝑅ℎ = −1,07003 % (3AP)
 Menentukan fungsi kerja bahan lempeng katoda
𝑤 = −𝑐. 𝑒 = −(−0,0638136 ). ( 1,6 𝑥 10−19 ) = −1,02102 𝑥 10−20

 Menentukan ketidak pastian titik potong grafik sumbu y

∑ 𝑋2
𝑆𝑐 = 𝑆𝑦 √
𝑛 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2

(124,782 𝑥 1028 )
𝑆𝑐 = 0,00223607√
3(124,782 𝑥 1028 ) − (362,141 𝑥 1028 )

𝑆𝑐 = (0,00223607)(3,19747)
𝑆𝑐 = (7,1497667429 𝑥 10−3 )

 Menentukan ketidak pastian fungsi kerja

2
2
𝑆𝑤 = √| 𝑒. 𝑠𝑐|
3

2
2
√ −19 −3
𝑆𝑤 = | ( 1,6 𝑥 10 ). (7,1497667429 𝑥 10 )|
3

𝑆𝑤 = 7,62642 𝑥 10−22
 Menentukan ralat fungsi kerja
𝑆𝑤
𝑅𝑤 = 𝑥 100%
𝑤
7,62642 𝑥 10−22
𝑅𝑤 = 𝑥 100%
−1,02102 𝑥 10−20
𝑅𝑤 = −7,46941 % (3AP)
 Grafik Percobaan 2 Orde Kedua

Grafik Hubungan Frekuensi Dengan Potensial


Pengganti
0,035
Potensial Pengganti (V)

0,03
0,025
0,02
0,015
y = -0,0069x + 0,0638
0,01 R² = 0,9704

0,005
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Frekuensi (Hz)

I. PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, proses dimana cahaya yang
berfrekuensi tinggi mengenai permukaan sebuah logam kemudian permukaan
logam itu memancarkan sebuah elektron dikenal dengan efek fotolistrik. Aliran
listrik dapat terjadi karena adanya tarikan elektron ke kutub positif. Secara teori,
cahaya terdiri dari partikel foton dimana energi sebanding dengan frekuensi
cahaya itu sendiri. Jika frekuensi cahaya tinggi, foton mempunyai energi yang
lebih sehingga dapat menyebabkan elektron keluar dari permukaan logam
tersebut.
Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan, peningkatan intensitas cahaya
tidak akan mempengaruhi potensial penghenti yang dihasilkan. Hal tersebut
dijelaskan dalam rumus E=hf, dimana yang mempengaruhi energi foton
hanyalah besarnya frekuensi gelombang bukan tingkat intensitasnya. Seperti
halnya dalam percobaan kedua, ketika tingkat transmisi dibuat sama yaitu 60%
maka potensial penghentinya yang didapatkan akan berubah- ubah seiring
dengan variasi panjang gelombang yang diterima.
Pada percobaan pertama menggunakan filter merah dan filter hijau
didapatkan hasil bahwa pada tingkat transmisi 100%, potensi penghenti yang
didapatkan bernilai tinggi, untuk filter merah bernilai 0,18 volt sedangkan
untuk filter hijau didapatkan 0,07 volt, namun ketika menggunakan transmisi
20%, potensi penghenti yang didapatkan bernilai rendah untuk filter merah
bernilai 0,18 volt sedangkan untuk filter hijau didapatkan 0,06 volt, didapatkan
pula grafik hubungan antara tingkat transmisi dan potensial penghenti yang
berbanding lurus, dimana hasil dari data tersebut langsung diplotkan ke dalam
bentuk grafik, semakin besar transmisi yang digunakan nilai potensial
penghenti masih tetap tidak berubah pada filter merah. Hal tersebut sesuai
dengan teori, dimana pada tingkat intensitas yang berbeda, potensi penghenti
bernilai tetap. Sedangkan pada filter hijau tidak bersesuaian karena potensial
penghenti haruslah bernilai tetap.

Pada percobaan kedua, pengukuran potensial penghenti untuk warna yang


berbeda yaitu warna ungu, hijau, dan jingga/orange dengan transmisi yang sama
yaitu 60% untuk orde pertama maupun orde kedua. Data yang didapatkan untuk
orde pertama warna ungu sebesar 0,20 volt, warna hijau sebesar 0,15 volt, dan
warna jingga/orange sebesar 0,10 volt. Sedangkan untuk orde kedua warna ungu
sebesar 0,01 volt, warna hijau sebesar 0,02 volt, dan warna jingga/orange sebesar
0,03 volt, didapatkan pula grafik hubungan antara frekuensi dengan potensial
penghenti untuk orde pertama dan orde kedua berupa grafik berbanding lurus,
dimana warna ungu memiliki potensial penghenti tertinggi daripada warna hijau
dan jingga pada orde pertama, sedangkan pada filter hijau memiliki nilai potensial
paling rendah.
Dalam percobaan kali ini juga diperoleh nilai konstanta Planck dan fungsi
kerja sebagai berikut:
a. Pada orde pertama, konstanta Planck diperoleh sebesar 5,5256 𝑥 10−35 ±
6,38992 𝑥 10−37 𝐽𝑠, dengan besar ralat relatif sebesar 1,15642 %
(3AP), sedangkan untuk fungsi kerja diperoleh sebesar 1,10506 𝑥 10−20
± 4,12107 𝑥 10−19 Joule dengan besar ralat relatif sebesar 37 % (2AP).
b. Pada orde kedua, konstanta Planck diperoleh
sebesar −1,1051216 𝑥 10−35 ± 1,182517 𝑥 10−35 𝐽. 𝑠 dengan besar ralat
relatif sebesar −1,07003 % (3AP), sedangkan untuk fungsi kerja
diperoleh sebesar −1,02102 𝑥 10−20 ± 7,62642 𝑥 10−22 Joule dengan
besar ralat relatif sebesar −7,46941 % (3AP).

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan didapatkan nilai


ketidakpastian dan ralat yang didapatkan bernilai cukup besar hal ini dikarenakan
terdapat kesalahan pembacaan tegangan penghenti dan kurangnya ketelitian saat
pengambilan data. Adapun mungkin terdapat kerusakan alat pada voltmeter
dikarenakan voltemeter tiba-tiba bernilai negatif sehingga menyebabkan data yang
dihasilkan kurang akurat.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan penentuan konstanta Planck dengan menggunakan
fenomena fotolistrik didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai
berikut:
1. Tegangan penghenti selalu bernilai tetap atau konstan dan besarnya
intensitas cahaya yang ditembakkan pada pelat katoda tidak mempengaruhi
tegangan penghentinya.
2. Tegangan pada kotak h/e yang diukur dengan intensitas terkontrol tetap
untuk beberapa variasi warna menghasilkan tegangan penghenti yang
bernilai sesuai panjang gelombang yang berbeda ataupun berbanding lurus,
dimana tegangan penghentinya akan semakin besar ketika frekuensi cahaya
yang ditembakkan pada pelat katoda tersebut.
3. Hubungan antara energi kinetik elektron yang terpancar dengan frekuensi
cahaya yang menimpa katoda dapat diketahui melalui persamaan 𝐾𝑚𝑎𝑥 =
ℎ𝑣 – 𝜙
4. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh nilai konstanta
Planck sebagai berikut:
 Pada orde pertama, konstanta Planck diperoleh sebesar
5,5256 𝑥 10−35 ± 6,38992 𝑥 10−37 𝐽. 𝑠 dengan besar ralat konstanta
Planck (h) sebesar 1,15642 % (3AP)
 Pada orde kedua, konstanta Planck diperoleh sebesar
−1,1051216 𝑥 10−35 ± 1,182517 𝑥 10−35 𝐽. 𝑠 dengan besar ralat
konstanta Planck (h) −1,07003 % (3AP)
5. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai fungsi kerja
sebagai berikut :
 Pada orde pertama, fungsi kerja diperoleh sebesar 1,10506 𝑥 10−20 ±
4,12107 𝑥 10−19 Joule dengan besar ralat fungsi kerja
(W) sebesar 37 % (2AP).
 Pada orde kedua, fungsi kerja diperoleh sebesar −1,02102 𝑥 10−20 ±
7,62642 𝑥 10−22 Joule dengan besar ralat fungsi kerja (W) sebesar
−7,46941 % (3AP)
K. DAFTAR PUSTAKA
Khairil Anwar, M.Isnaini, Linda Sekar. 2020. Eksperimen Efek Fotolistrik
Berbasis
Simulasi PhET. Jurnal Kajian Penelitian dan Pengembangan Kependidikan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan: UM Mataran. Vol 4 No 2.
Tim Praktikum Atom dan Molekul. 2022. Modul Praktikum Atom dan
Molekul. Jurusan Fisika: Universitas Negeri Malang.
Beiser. 1990. Concepts of Modern Physics, Fourth Edition. Jakarta: Erlangga.
L. LAMPIRAN
1. Tugas
1) Deskripsikan hasil pengukuran potensial penghenti untuk berbagai
intensitas cahaya yang menimpa plat katoda dengan satu warna filter
cahaya yang dikontrol tetap.
Jawaban :
Berdasarkan hasil data pengamatan percobaan 1 menggunakan
filter merah dan filter hijau didapatkan hasil ketika pada tingkat
transmisi tertinggi 100%, potensi penghenti yang didapatkan
bernilai tinggi, ketika menggunakan transmisi terendah 20%,
potensi penghenti yang didapatkan bernilai rendah, maka besarnya
tingkat transmisi akan berbanding lurus dengan potensi penghenti
yang dihasilkan, pada filter merah memenuhi teori karena bernilai
tetap, sedangkan pada filter hijau tidak memenuhi teori karena nilai
nya berubah menurun.
Secara teori fisika modern, distribusi energi elektron terpancar
tidak bergantung dari intensitas cahaya. Foton akan mempunyai
energi banyak ketika frekuensi cahayanya tinggi sehingga dapat
memukul elektron keluar dari permukaan logam tersebut, begitupun
sebaliknya.
2) Deskripsikan hasil pengukuran potensial penghenti dengan
frekuensi cahaya yang menimpa pelat katoda jika intensitas cahaya
dikontrol tetap.
Jawaban:
Berdasarkan data percobaan 2, pengukuran potensial penghenti
untuk warna yang berbeda yaitu warna ungu, hijau, dan
jingga/orange dengan transmisi yang sama yaitu 60% untuk orde
pertama maupun orde kedua didapatkan data potensi penghenti
sebanding dengan besar frekuensi cahaya yang ditembakkan pada
pelat katoda, untuk warna ungu didapatkan potensial penghenti
lebih tinggi daripada warna hijau dan jingga, namun untuk filter
ungu bernilai paling rendah untuk orde kedua. Hal ini sesuai teori
pada percobaan orde pertama karena cahaya ungu melepas sedikit
elektron.
3) Dapatkan hubungan antara energi potensial penghenti dengan
frekuensi cahaya yang menimpa pelat katoda jika intensitas cahaya
dikontrol tetap. Mewakili besaran apakah potensial penghenti
Jawaban:
Energi yang diserahkan foton = Energi yang diterima electron
Foton berfrekuensi v menyerahkan energi sebesar hv. Elektronfoto
menerima energi foton untuk melepaskan diri dari ikatan logam 𝜙
dan bergerak dengan energi kinetik sebesar 𝐾𝑚𝑎𝑥, dirumuskan
sebagai :
ℎ𝑣 = 𝜙 + 𝐾𝑚𝑎𝑥 (2)
menentukan kuantitas energi kinetic elektrofoton maka
𝐾𝑚𝑎𝑥 = ℎ𝑣 − 𝜙 (3)
Perubahan energi kinetik terhadap variasi frekuansi cahaya yang
mengenai logam saling berhubungan secara linier. Persamaan (1),
energi kinetic maksimum dapat diperoleh dari potensial penghenti 𝑉𝑠

𝑒𝑉𝑠 = ℎ𝑣 − ϕ
atau
ℎ ϕ
𝑉𝑠 = ( ) 𝑣 −
𝑒 𝑒
Dimana v merupakan frekuensi cahaya, 𝜙 merupakan fungsi kerja, e
merupakan muatan elektron sebesar 1,6 × 10−19, dan h merupakan konstanta
alam Planck.
4) Dengan metode kuadrat terkecil,
a. Tentukan konstanta Planck.
Jawaban :
 Orde Pertama
Untuk tabel orde pertama dan perhitungan lengkap terdapat
pada bagian analisis dengan ditemukan :
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan diperoleh
nilai konstanta Planck (h) 5,5256 𝑥 10−35 ±
−37
6,38992 𝑥 10 𝐽. 𝑠 dengan besar ralat konstanta Planck
(h) sebesar 1,15642 % (4AP)

Besar penyimpangan konstanta Planck antara hasil


eksperimen dengan nilai dari referensi/ literature yaitu
ℎ𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 −ℎ𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑅=| | × 100%
ℎ𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖
5,5256 𝑥 10−35 − 6,626 × 10−34
𝑅=| | × 100%
6,626 × 10−34
𝑅 = ⋯ . % (4 𝐴𝑃)
Terdapat penyimpangan konstanta Planck sebesar …%

 Orde Kedua
Untuk tabel orde kedua dan perhitungan lengkap terdapat
pada bagian analisis dengan ditemukan :
berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan
diperoleh
nilai konstanta Planck (h) untuk orde kedua sebesar
−1,1051216 𝑥 10−35 ± 1,182517 𝑥 10−35 𝐽. 𝑠
dengan besar ralat konstanta Planck (h) sebesar
−1,07003 % (3AP)

Besar penyimpangan konstanta Planck antara hasil


eksperimen dengan nilai dari referensi/ literature yaitu
ℎ𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 −ℎ𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑅=| | × 100%
ℎ𝑟𝑒𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑠𝑖
−1,1051216 𝑥 10−35 − 6,626 × 10−34
𝑅=| | × 100%
6,626 × 10−34
𝑅 = ⋯.
Terdapat penyimpangan konstanta Planck sebesar ….%

b. Tentukan fungsi kerja logam yang digunakan sebagai anoda.


Jawaban :

 Orde Pertama
Untuk tabel orde pertama dan perhitungan lengkap terdapat pada
bagian analisis dengan ditemukan :
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan diperoleh
nilai fungsi kerja (W) untuk orde pertama sebesar
1,10506 𝑥 10−20 ± 4,12107 𝑥 10−19 Joule dengan besar ralat
relatif sebesar 37 % (2AP).

 Orde Kedua
Untuk tabel orde kedua dan perhitungan lengkap terdapat pada
bagian analisis dengan ditemukan :
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan diperoleh
nilai fungsi kerja (W) untuk orde pertama sebesar
−1,02102 𝑥 10−20 ± 7,62642 𝑥 10−22 Joule dengan besar ralat
relatif sebesar −7,46941 % (3AP).

5) Buat paparan tentang fenomena 3 dan 4 ini andai digunakan konsep


fisika klasik, bandingkan dengan kerangka fisika modern.
Jawaban:
Berdasarkan konsep fisika klasik, fenomena wajar ketika
permukaan logam yang disinari memancarkan elektron. Namun
yang tidak wajar ketika tidak ada keterlambatan waktu antara
datangnya cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya
electron. Secara klasik, permukaan logam (natrium), energi EMnya
10−6 arus fotolistrik dapat diamati yang terserap oleh permukaan.
Ketika cahaya datang diserap oleh lapisan atas dari atom-atom
natrium, maka setiap atom akan menerima energi rata-rata dengan
laju 10−25𝑊 dan natrium membutuhkan waktu 1,6 . 106 detik untuk
mengumpulkan energi sebesar 1 eV, yang dinamakan energi
fotoelektron. Energi fotoelektron ini bergantung pada frekuensi
cahaya yang digunakan, tidak ada electron yang terpancar dibawah
frekuensi tertentu meskipun intensitas diperbesar, dirumuskan
dengan :

𝐸𝑘 = 𝐸 − ϕ0

Dari persamaan diatas terlihat jelas bahwa energi cahaya E kurang


dari energi minimum ϕ0 maka tidak ada electron yang terpancar.

6) Bersandar pada data hasil ekperimen, bahaslah


tingkat ketelitian hasil percobaan.
Jawaban :
Berdasarkan hasil eksperimen, tingkat ketelitian dari hasil
percobaan masih bisa dikatakan minimum dikarenakan ralat
yang didapatkan masih cukup tinggi dan banyak kekurangan
dalam pengambilan data, adapun karena voltmeter yang
digunakan kadang-kadang menunjukkan hasil minus, sehingga
data yang didapatkan kurang akurat.

2) Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data diatas metode
kuadrat terkecil:
 Untuk tabel 1 dan tabel 2, menggunakan rumus ralat sebagai
berikut:
𝑉𝑠 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 100%) − 𝑉𝑠 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑟𝑖)
𝑉𝑠 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 100%)
 Untuk tabel 3 dan tabel 4 menggunakan metode kuadrat terkecil,
sedangkan untuk menentukan konstanta Planck dan fungsi kerja
bahan lempeng katoda menggunakan ralat rambat. Menentukan
hubungan antara energi kinetik elektron yang terpancar dengan
frekuensi cahaya yang menimpa katoda dapat dirumuskan sebagai
berikut:

𝐸𝑘𝑚𝑎𝑥 = 𝑒𝑉0
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑥 = 𝐸 − 𝑊
𝐸𝑘𝑚𝑎𝑥 = ℎ𝑣 − 𝑊
𝑒𝑉0 = ℎ𝑣 − 𝑊
ℎ 𝑊
𝑉0 = ( ) 𝑣 + (− ) ↔ 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
𝑒 𝑒

ℎ 𝑊
𝑉0 = 𝑦; (𝑒 ) = 𝑚; 𝑣 = 𝑥; (− 𝑒 ) = 𝑐

 Kemudian mencari nilai gradien menggunakan persamaan :


𝑛𝛴𝑥𝑦 − Σ𝑥Σ𝑦
𝑚=
𝑛𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
 Mencari nilai titik potong :
𝛴𝑦𝛴𝑥 2 − 𝛴𝑥𝛴𝑥𝑦
𝑐=
𝑛𝛴𝑥 2 − (𝛴𝑥)2
 Mencari Nilai Ralat Ra,bat menggunakan persamaan :

⃗⃗⃗⃗
1 𝛴𝑥(𝛴𝑦)2 − 2𝛴𝑥𝛴𝑥𝑦𝛴𝑦 + 𝑛(𝛴𝑥𝑦)2
𝑆𝑦 = √( ) [𝛴𝑦2 − ( )]
𝑛−2 𝑛𝛴𝑥2 − (𝛴𝑥)2

⃗⃗⃗⃗⃗ 𝑛
𝑆𝑚 = ⃗⃗⃗⃗
𝑆𝑦 √
𝑛𝛴𝑥2 − (𝛴𝑥)2
 Sehingga nilai ralat relatifnya dapat dirumuskan :
𝑆𝑚
𝑅𝑚 = × 100%
𝑚
 Kemudian, menentukan konstanta planck melalui persamaan :

( )= 𝑚→ℎ=𝑚×𝑒
𝑒
 Untuk mencari nilai konstanta planck harus diperlukan ralat
rambat
2 2
⃗⃗⃗⃗ 𝜕ℎ 2 ⃗⃗⃗⃗⃗ 𝜕(𝑚𝑒) 2 ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑆ℎ = √| 𝑆𝑚 | = √| 𝑆𝑚 |
𝜕𝑚 3 𝜕𝑚 3
2
⃗⃗⃗⃗ 2
𝑆ℎ = √| 𝑒. ⃗⃗⃗⃗⃗
𝑆𝑚 |
3
 Sehingga ralat relatifnya :
𝑆ℎ
𝑅ℎ = × 100%

 Mencari fungsi kerja lempeng bahan menggunakan perumusan :
𝑊
(− ) = 𝑐 → 𝑊 = −𝑐 × 𝑒
𝑒
⃗⃗⃗⃗
𝛴𝑥2
𝑆𝑐 = ⃗⃗⃗⃗
𝑆𝑦 √
𝑛𝛴𝑥2 − (𝛴𝑥)2

 Kemudian, ralat rambatnya ditentukan menggunakan rumus :


2 2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ 𝜕𝑊 2 ⃗⃗⃗⃗ 𝜕(−𝑐 × 𝑒) 2 ⃗⃗⃗⃗
𝑆𝑊 = √ | 𝑆𝑐 | = √ | 𝑆𝑐 |
𝜕𝑐 3 𝜕𝑐 3
2
⃗⃗⃗⃗⃗⃗
2
⃗⃗⃗⃗𝑐 |
𝑆𝑊 = √| 𝑒𝑆
3
 Sehingga ralat relatifnya dirumuskan :
𝑆𝑊
𝑅𝑊 = × 100%
𝑊
4) Dokumentasi
5) Plagiasi

Anda mungkin juga menyukai