Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH FISIKA INTI

"Peluruhan Alfa"

Kelompok 2

Dosen : Dra. Hidayati, M.Si

Anggota : 1. Abdullah Idris (17033001)

2. Dona Fitri Ayu (17033010)

3. Fauziah Alkhoriza Syafni 17033012)

4. Nici Jumatul Fitri (17033029)

5. Revi Indriani (17033036)

Program Studi : Pendidikan Fisika B

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Fisika Inti tentang Peluruhan Alfa dan
menghadirkannya kepada pembaca dalam bentuk makalah.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan rasa syukur yang tak
terhingga kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dra. Hidayati, M.Si, selaku dosen Pembimbing mata kuliah Fisika Inti karena atas
bimbingan dan dorongan dari beliaulah makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman telah ikut serta
dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu.

Penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal kepada


mereka yang telah memberikan sumbangan moril dan materil dan semoga
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin. Selain itu
penulis juga berharap melalui penugasan ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
apa itu Peluruhan Alfa dan apa -apa saja yang termasuk dalam Peluruhan Alfa.
Sehingga menambah pengetahuan dan pemahaman pembaca tentang materi
Peluruhan Alfa.

Akhir kata, kami sebagai tim penulis menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna mengingat keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, penulis sangat megharapkan masukan, kritikan dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT
meridhai segala usaha kita dan apa yang diharapkan dapat dicapai dengan sempurna.
Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Padang, Februari 2020

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................I
DAFTAR ISI...............................................................................................................II
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Manfaat penulisan.............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Energetika Peluruhan alfa.................................................................................3
B. Pengukuran Energi dari Partikel Alfa...............................................................5
C. Range dan Ionisasi.............................................................................................7
D. Stoping Power dan Jangkauan Partikel.............................................................9
E. Teori Peluruhan Alfa ......................................................................................12
BAB III.......................................................................................................................17
PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan.....................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Radioaktivitas merupakan pemancaran spontan partikel-partikel radioaktif oleh inti-inti


atom yang tidak stabil. radioaktivitas ditemukan pertama kali oleh Henri Becquerel.
radioaktivitas ini digolongkan menjadi unsur-unsur radioaktif dan partikel-partikel
radioaktif. Unsur radioaktif adalah unsur-unsur yang memancarkan partikel-partikel
radioaktif secara spontan. Dalam setiap proses peluruhan akan dipancarkan radiasi. Bila
ketidakstailan inti disebabkan karena komposisi jumlah proton dan neutronnya yang tidak
seimbang, maka inti tersebut akan beruah dengan memancarkan radiasi alfa (α) atau radiasi
beta (β). Sedangkan bila ketidakstailannya disebabkan karena tingkat energinya yang tidak
berada pada keadaan dasar, maka akan beruah dengan memancarkan radiasi gamma (γ).
Terdapat tiga jenis peluruhan radioaktif secara spontan yaitu peluruhan alfa (α), peluruhan
beta (β), dan peluruhan gamma (γ). Jenis peluruhan atau jenis radiasi yang dipancarkan dari
suatu proses peluruhan ditentukan dari posisi inti atom yang tidak stabil tersebut dalam
diagram N-Z. Jika jumlah proton lebih besar dari jumlah netron (N < P), maka gaya
elektrostatis akan leih besar dari gaya inti, hal ini akan menyebakan inti atom berada dalam
keadan tidak stabil. Jika jumlah netron sama dengan jumlah protonnya (N = P) akan
membuat inti berada dalam keadaan stail. Partikel α ialah inti atom helium yang bernomor
atom dan bernomor massa 4. Jenis inti yang memancarkan radiasi α disebut inti pemancar α.
Selain dipancarkan oleh radionuklida (inti radioaktif) alam, misalnya radium, uranium dan
torium, partikel α dapat juga dipancarkan oleh radionuklida buatan. Proses pemancaran
partikel α oleh inti atom disertai peruahannya inti menjadi inti atom lain, disebut peluruhan
α. Partikel alfa sebenarnya adalah sebuah inti helium. Inti helium merupakan inti stail
dengan nomor massa dan nomor atom yang kekal. Peluruhan alfa dapat dianggap sebagai
seuah reaksi fisi nuklir sebab inti induk terpecah menjadi dua inti anak (daughter).
Peluruhan alfa adalah salah satu contoh dari efek terowongan dalam mekanika kuantum.
Tidak seperti peluruhan beta, peluruhan alfa diatur oleh gaya nuklir kuat.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan peluruhan alfa dan energetika peluruhan alfa ?

2. Bagaimana pengukuran energy dari partikel alfa ?

3. Apa yang yang dimaksut dengan range dan ionisasi?

4. Apa yang dimaksud dengan jangkauan dan stopping power ?

5. Apa yang dimaksud dengan teori peluruhan alfa ?

C. Manfaat penulisan

1. Untuk mengetahui tentang energetika peluruhan alfa .

2. Untuk mengetahui tentang pengukuran energi partikel alfa.

3. Untuk mengetahui tentang range dan ionisasi.

4. Untuk mengetahui tentang jangkauan dan stopping power.

5. Untuk mengetahui tentang teori partikel alfa.

5
BAB II
PEMBAHASAN

Peluruhan alfa merupakan suatu proses dimana inti induk meluruh menjadi inti anak dan
partikel alfa. Partikel alfa merupakan inti helium. Persamaan untuk peluruhan partikel alfa
yaitu :

...........................................1.1

Dimana merupakan inti induk, merupakan inti anak, merupakan


partikel alfa.

1. Energetika Peluruhan Alfa

Dalam peluruhan partikel alfa berlaku hukum kekekalan energi dan hukum
kekekalan momentum, dimana energi sistem sebelum dan sesudah tumbukan sama.
Persamaannya yaitu :
Ei = Ef.............................................................. 1.2
2 2 2
Mp.c = Mdc +Kd+ Mαc +Kα............................1.3

Dimana Kd dan Kα adalah energi kinetik dari inti anak partikel dan partikel alfa.
Peluruhan hanya akan terjadi jika massa diam inti induk lebih besar dari jumlah massa inti
anak ditambah massa partikel alfa. Dengan demikian energi peluruhan (Q) pada proses ini
yaitu:

..............................
Q = Kd + Kα = (Mp-Md- Mα)c2 1.4

1.1. Peluruhan Spontan

Karena inti induk sebelum peluruhan diam, maka partikel anak dan partikel alfa
harus terpancar dalam arah berlawanan setelah peeluruhan berlangsung untuk
mengurangi momentum (Gambar 1 )

6
Untuk peluruhan spontan, Q harus positif. Dari Persamaan (1.4), kita
menyimpulkan bahwa peluruhan α akan berlangsung hanya jika massa diam inti induk
lebih besar dari jumlah massa sisa inti anak partikel ditambah dengan partikel alfa.

1.2. Energi Kinetik Dari Bagian Partikel Alfa

Dari hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi, kita telah lihat
pada (gambar 1.1)
P1= P2 ..................................1.5
MpVP = ( - Mdvd )+ Mαvα
MpVP = Mαvα - Mdvd (vd Bernilai negatif karena bergerak ke arah kiri)
0 = Mαvα - Mdvd (Vp bernilai nol karena inti induk diam)
Mαva = Mdvd

........................................1.6

dan Q = Kd + Kα

7
2. Pengukuran Energi dari Partikel Alfa

Terdapat dua hal penting dalam penentuan energi partikel alfa secara akurat;
pertama, untuk mengaplikasikan teori yang mengatur peluruhan alfa, dan kedua,
untuk membuat skema tingkat energi nuklir yang tepat. Banyak metode
yang telah digunakan untuk melakukan pengukuran energi partikel alfa. Metode
yang digunakan untuk pengukuran energi partikel alfa pada setiap partikel
bermuatan seperti proton, neutron, dan sejenisnya, dapat dikategorikan sebagai
berikut : (a) defleksi magnetik, (b) hubungan jangkauan energi, dan (c) analisis
pulsa-tinggi

2.1.Defleksi Magnetik

Salah satu metode tertua dan paling tepat untuk penentuan energi partikel alfa
adalah pengukuran defleksi dari jalur partikel alfa di bawah pengaruh medan
magnet.

++++++++++++++++++++++++++++++++

Muatan Pengamat

------------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

8
Gambar 2. Penembakan muatan partikel alfa pada dua plat

Pada gambar 2 menjelaskan eksperimen pada dua plat yang dialiri listrik.
Terdapat muatan partikel alfa yang ditembakkan pada dua plat yaitu plat positif
dan plat negatif. Pengamat tidak mampu melihat berkas partikel alfa yang
ditembakkan karena arah dari muatan partikel alfa jatuh kebawah (kearah plat
negatif). Berkas partikel alfa jatuh sesuai dengan arah arus listrik yang dialirkan
pada plat tersebut yaitu dari positif ke negatif. Pengamat hanya mampu melihat
berkas partikel alfa yang sejajar dengan posisi pengamat. Gaya yang berlaku
pada dua plat tersebut adalah sebagai berikut :

Fe = qE

dimana :

Fe= Gaya listrik (N)

q= Muatan (C)

E = Medan Listrik (N/C)

Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa medan magnet berfungsi untuk


membelokkan arah muatan partikel alfa. Muatan partikel yang ditembakkan
melewati garis lurus dari pengamat, sehingga pengamat dapat melihat muatan
partikel alfa yang ditembakkan. Kecepatan partikel alfa adalah konstan, sehingga
percepatannya bernilai 0. Gaya yang berpengaruh pada eksperiment tersebut
adalah gaya listrik dan gaya magnet, maka persamaannya menjadi :

9
Persamaan diatas tidak digunakan dalam pembahasan sub bab pada makalah ini,
karena pembahasan pada sub bab masalah ini menitik beratkan pada pembelokan
partikel alfa karena pengaruh medan magnet. Jadi gaya yang digunakan adalah
gaya medan magnet, sehigga perumusannya menjadi :

F=ma

qvB =

qvB =

v = (Br) ...................................................... 1.11

Energi kinetik yang berlaku pada persamaan ini adalah

Karena pergerakan dari partikel sangat cepat sehingga berlaku rumus


relativitas sebaai berikut :

10
maka energi kinetiknya adalah sebagai berikut:

11
2.2. Range energy relationship

Kisaran partikel alfa juga dapat diukur dengan memanfaatkan ruang awan (Cloud

Chamber).

Gambar 4. Ruang awan (Cloud


Chamber)

Cloud Chamber yang sederhana terdiri atas ruangan yang terisolasi,


sumber radioaktif, dry ice dan beberapa jenis sumber alkohol

Bagian paling penting dalam Cloud chamber yang paling sederhana adalah
ruangan yang berisi uap jenuh dari air atau alkohol. Ketika partikel bermuatan
berinteraksi dengan kabut dalam ruangan, kemudian kabut tersebut akan
terionisasi. Ion yang dihasilkan berlaku sebagai atom embunan di sekitar kabut.

Partikel bermuatan dengan energi tinggi mengionisasi kabut sepanjang lintasan


yang ditempuh. Lintasan memiliki bentuk yang berbeda untuk muatan partikel
yang berbeda. Bila di sekitarnya terdapat medan magnetik yang tegak
lurus dengan permukaan cloud chamber, muatan positif dan negatif akan
berbelok ke arah elektroda yang berlawanan. Adapun gambar yang menunjukan
jejak partikel alfa dalam ruang hampa, sebagai berikut:

12
Gambar 5. menunjukkan foto jejak partikel alfa dalam
ruang hampa.

Gambar 6. Tracks of alfa particles of about 50µ range in various


emulsion plates : a) Ilford C2 emulsion, b) Ilford El emulsion.

Pada gambar 6 menunjukkan jalan partikel alfa di piring emulsi nuklir pada
peristiwa cloud chamber. Jika kisaran tersebut diukur, adalah untuk mendapatkan energy
partikel alfa dari hubungan jarak-energi, yang akan kita bahas secara rinci pada bagian
berikutnya. Bentuk modifikasi dari ruang ionisasi (juga dibahas dalam bagian
berikutnya) adalah perangkat yang nyaman untuk mengukur rentang partikel alfa

Hubungan Range-energi

Range dari pertikel alfa dapat diukur menggunakan kamar kabut, pelat emulsi nuklir atau
kamar ion. Nilai Range tergantung pada energi kinetik awal dari partikel bermuatan dan
jenis material yang menyerap pertikel alfa.

13
Gambar. Kamar kabut

Ruang kabut Wilson ialah sebuah alat untuk memperoleh data mengenai partikel
unsur,misalnya elektron dan partikel α.

Apabila piston ini ditarik mendadak ke bawah sedikit,campuran udara-uap air-air ini
akan turun suhunya sampai di bawah titik pengembunan. Kalau airnya bersih sekali,uap
airnya yang telah menjadi dingin tidak segera mengembun,dan dikatakan uap itu terlampau
jenuh. Jika ada partikel yang melintas uap jenuh, partikel akan mengionisasi uap tersebut.
Ionisasi ini mengakibatkan timbulnya kondensasi (tetesan cairan)

Tempuhan sebuah partikel yang mengion melalui cairan tidak akan terlihat seperti
garis yang dibentuk butir-butir cairan,tetapi seperti garis yang terdiri atas gelembung-
gelembung uap.

Untuk memfoto jejak tempuhan ini diperlukan seberkas cahaya yang kuat,yang
secara melintang menembus ruang itu dan kamera diarahkan dari atas ruang.Yang dilihat
pada kamar kabut ini hanyalah jejak lintasan, bukan radiasi yang menimbulkan ionisasi.

2.3. High pulse analysis

Prinsip metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa ukuran pulse yang
dihasilkan sebanding dengan energi partikel alfa. Ini dapat ditentukan dengan
tiga cara yang berbeda.

14
(i) dengan menggunakan total ruang pengion atau counter
proporsional,

Sumber

Gambar 7. Counter proportional

Elektron-elektron primer yang terbentuk dari hasil proses ionisasi dalam detektor
dioperasikan pada daerah tegangan kerja proporsional yang tertarik ke elektroda
positif dan negatif akan mengakibatkan proses ionisasi sekunder sehingga faktor
amplifikasi akan menjadi lebih besar, dikarenakan bertambahnya ion sekunder
atau dengan kata lain terjadi multiplikasi gas dalam detektor yang kita kenal
dengan nama “Avalance”.

Semakin besar tegangan kerja kita naikan maka akan makin besar
juga “avalancehe”nya melalui penyebaran di sepanjang anoda. Selain tegangan
tinggi dan detektor, amplifikasi juga tergantung pada diameter anoda. Diameter
anoda mengecil, amplifikasi akan membesar dan juga tergantung pada tekanan
gas dalam detektor.

Secara teoritias detektor yang sama dapat digunakan sebagai ionization counter,
proportional atau geiger counter yang hanya berbeda pada tegangan kerja, tetapi
pada kenyataannya dan karena alasan ekonomis dan praktis maka dibuat alat
ukur untuk masing-masing counter. Proportional counter dapat
dipergunakan untuk membedakan energi partikel yang datang. Dapat
digunakan untuk mengukurradiasiAlphadanBeta.

15
(ii) dengan menggunakan counter solid
state,

Mengukur energi pada partikel alfa dengan menggunakan metode high


pulse analysis pada counter solid state sama dengan cara mengukur energi
partikel alfa pada counter proportional, yang membedakan hanya pada bagian
depan detector diberi lempengan padatan sehingga sumber radiokatif sebelum
masuk kedalam

detector melewati lempengan padatan


tersebut.

Lempengan

Padatan

Sumber

Intensitas
Gambar 8. Counter Solid State

Pada counter solid state sumber radioaktif berupa partikel alfa yang ditembakkan
kebagian dalam detector melewati lempengan padatan. Kemudian electron-
elektron yang ada didalam detector terionisasi. Semakin besar tegangan maka
elektroda positif dan negatif akan terionisasi lagi (ionisasi sekunder) sehingga
faktor amplifikasi akan menjadi lebih besar, dikarenakan bertambahnya ion
sekunder atau dengan kata lain terjadi multiplikasi gas dalam detektor yang kita
kenal dengan nama “Avalance”. Biasanya tegangan yang digunakan pada
counter solid state lebih dari 500 volt.

(iii) dengan menggunakan pencacah


sintilasi

16
Gambar 9. Pencacah Sintilasi

17
Scintillator merupakan material yang dapat memproduksi cahaya ketika
radiasi ion melewatinya. Penyerapan dari radiasi yang dating menyebabkan
electron dari atom-atom tersebut berada dalam tingkat eksitasi. Setelah kembali
ke keadaan dasar sentilator mengeluarkan foton pada jangkauan cahaya tampak.
Cahaya yang dihasilkan oleh sentilator berinteraksi dengan photokatoda dalam
tabung photomultiplayer yang sambil menghasilkan electron. Dengan
bantuan medan listrik, electron diarahkan menuju dynode pertama. Dynode
adalah bagian dari multiplayer oleh bahan yang dapat mengemisi electron.
Selanjutnya, electron dari dynode pertama bergerak ke dynode kedua dan
selanjutnya hingga dynode akhir.

Gambar 10. Pulse height spectra of alfa particles from a source containing
Am241, Am243, and Cm244 obtained by using a solid state detector of 25
mm2 sensitive area

Gambar 11. Pulse height spectra of alfa particles from the U230 series,
obtained by using a NaI crystal.

18
241 243 244
Gambar 10 dan 11 menunjukkan alfa spektrum (Am + + Am Cm )
230
danseri U diperoleh dengan menggunakan counter solid state dan pencacah
sintilasi, masing-masing. Perhatikan perbedaan yang nyata dalam resolusi dua
detektor

3. INTERAKSI ZARAH ALFA DENGAN MATERI

Interaksi radiasi dengan materi pada dasarnya merupakan interaksinya dengan


elektron di dalam orbital atom. Interaksi radiasi α dengan materi yang dominan
adalah terjadinya ionisasi dan eksitasi.Interaksi lainnya dengan probabilitas jauh
lebih kecil adalah reaksi inti, yaitu perubahan inti atom materi yang dilaluinya
menjadi inti atom yang lain, biasanya berubah menjadi inti atom yang tidak stabil.
Lintasan partikel alfa saat berinteraksi dengan materi adalah lurus dan
menghasilkan pasangan ion dengan kerapatan tinggi di sekitarnya.
Partikel alfa yang hilang selama melewati materi adalah hampir seluruhnya,
karena interaksinya dengan elektron orbital atom menghasilkan suatu pasangan ion
(elektron lepasan dan ion positifnya). Energi rata-rata yang diperlukan untuk
membentuk satu pasangan ion di udara adalah 35 ev. Sebuah partikel bermuatan
yang bergerak di dalam bahan penyerap akan kehilangan energi kinetiknya oleh
interaksi elektromagnetik dengan elektron atom dari bahan penyerap. Jika dalam
sebuah tumbukan sebuah elektron memperoleh cukup energi, elektron akan keluar
dari atom. Jika tidak, elektron akan tetap di dalam atom dalam keadaan eksitasi.

Pengukuran jangkauan merupakan metode yang mudah dan akurat untuk


menentukan energi partikel yang bermuatan. Partikel bermuatan bergerak lalu
menyerap atau kehilangan energi kinetik sebesar interaksi elektromagnetik dengan
elektron dari atom yang menyerap. Jika bertabrakan, sebuah elektron mendapatkan
energi yang cukup, elektron tersebut mungkin akan melepaskan diri dari atom.
sebaliknya elektron yang tersisa dalam keadaan terikat. Dalam pembahasan berikut
istilah "ionisasi" akan berarti baik tingkat terikat dan terikat eksitasi. energi rata-
rata yang dibutuhkan untuk ionisasi disebut potensial ionisasi rata-rata, dan
dilambangkan dengan I.
Jangkauan partikel alfa dapat didefinisikan sebagai jarak dari sumber ke
titik di mana energi kinetik bernilai nol, bergantung pada metode pengukuran nilai

19
jangkauan akan sedikit berbeda. Ada tiga jenis jangkauan antara lain : jangkauan
ekstrapolasi, jangkauan rata-rata, dan jangkauan ionisasi. Nilai jangkauan
bergantung pada energi kinetik inti dari partikel bermuatan, serta jenis bahan
penyerap. Standart penyerapan di udara yaitu pada 15°C dan 760 mmHg.
Pengukuran range dan ionisasi partikel alfa sepanjang lintasannya dapat
digunakan untuk menghitung energi awal partikel. Kita akan mendefinisikan ionisasi
spesifik

3.1. Pengukuran Jangkauan Partikel Alfa


Untuk pengukuran akurat dari jangkauan partikel alfa di udara ditunjukkan
oleh percobaan Holloway dan Livingstone pada tahun 1938. Terdiri dari ruangan
ionisasi yang terisolasi (kedalaman 1-2 mm). Kedalaman ruang dapat diubah
dengan memasang kembali pelat pada sekrup 1 mm pitch, yang menentukan
kedalaman dengan akurasi yang lebih dari 0,005 mm. Pelat belakang bergerak,
yang terhubung ke amplifier, merupakan piringan kuningan dengan diameter 3/4
inci dan dikelilingi oleh cincin penjaga. Bagian depan. yang membentuk elektroda
potensial tinggi, adalah layar nikel tenunan erat dengan lubang persegi panjang
0,20 x 0.40 mm. Sumber partikel alfa dipasang diantara mesin penjaga yang tegak
lurus dengan ruangan (chamber). Jarak antara ruang dan sumber dapat diubah
dengan memindahkan sekrup baja. Celah ditempatkan di depan sumber untuk
mendapatkan sinar collimated partikel alfa atau untuk memfokuskan sinar.

Gambar 12. Percobaan Chadwick

pada percobaan Chadwick tersebut, yang bertindak sebagai variabel manipulasi


yaitu jarak dan variabel responnya yaitu jumlah ion yang dihasilkan pada tabung
ionisasi
Ketika sumber memancarkan partikel alfa, partikel alfa akan masuk dalam
20
ruang ionisasi. Dimana dalam ruang ionisasi ini akan terjadi tabrakan antar partikel
yang menyebabkan partikel akan mengalami proses ionisasi, yaitu proses
pelepasan atau pengikatan electron. Laju hitungan diukur untuk jarak yang berbeda
antara sumber dan bagian depan ruang. Kurva 7.10 menunjukkan kurva jarak untuk
Po210 partikel alfa (hanya bagian ujung kurva yang ditampilkan). Itu menunjukkan
bahwa jumlah partikel alfa mencapai ruangan tetap konstan untuk jarak sekitar 3,7
cm, setelah itu laju hitungan jatuh sangat tajam menjadi sekitar 3,85 cm dan
kemudian menujujangkauan nol. Jangkauan ekstrapolasi, Rc didefinisikan sebagai
jarak dari titik asal ke titk yang bersinggungan ditarik ke kurva A. pada titik belok,
memotong sumbu jarak. seperti ditunjukkan pada gambar. 7.10 untuk Po210 partikel
alfa, Rc = 3,897 cm.
Kurva B pada gambar 7.10 disebut kurva jangkauan diferensial dan diperoleh
dengan mengambil turunan dari nomor - kurva jarak A pada jarak yang berbeda.
kurva yang dihasilkan menunjukkan maksimum pada titik infleksi A. jangkauan
rata-rata, R , didefinisikan sebagai jarak dari asal ke maksimum kurva jangkauan
diferensial.
Dalam hal ini R rata-rata = 3,482 cm. Sebuah makna penting dari jangkauan
rata-rata adalah bahwa setengah dari partikel alfa memiliki rebntang lebih dari R
rata-rata dan kurang dari setengah R rata-rata. Jangkauan rata-rata lebih sering
digunakan daripada jangkauan ekstrapolasi.

21
Gambar 13. Relative ionization vs distance curves for Po210 alpha particles

3.2. Straggling
Sebagaimana telah disebutkan, bahwa partikel alfa kehilangan energy melalui proses
ionisasi dan eksitasi. Kehilangan energy, terjadi dalam jumlah diskrit dan akan
menunjukkan fluktuasi statistik tentang rata-rata atau jangkauan yang paling mungkin.
Hal ini cukup jelas dari kurva A dan B pada Gambar 7.10 yang menunjukkan bahwa
semua partikel alfa tidak memiliki range yang sama. Jika semua partikel alfa memiliki
range yang sama, akan ada penurunan di akhir. Fluktuasi dalam range disebut range
straggling (kisaran terurai). Efek kisaran terurai juga terlihat dari gambar. 7.5 , yang
menunjukkan bahwa semua lintasan tidak memiliki panjang yang sama. kurva distribusi
B dapat diperkirakan ketat oleh fuction gausian , yaitu

Dimana f(x)dx adalah nomor fraksi total yang mempunyai kisaran akhir antara x

dan x+dx, R adalah mean range, dan x adalah parameter range straggling. yang

terakhir didefinisikan sebagai setengah dari lebar kurva distribusi pada 1/e
maksimal, dan α/ R adalah koefisien dimensi dari range straggling yang

disimbolkan dengan ρ.

14
Menggunakan persamaan (7.16) kita dapat menunjukkan bahwa kuantitas S, yang
didefinisikan sebagai selisih antara kisaran rata-rata dan kisaran ekstrapolasi, diberikan
oleh:

Untuk partikel alfa Po210, nilai eksperimen dari α = 0,060 cm memberikan S = 0,055 cm. S
juga dapat dihitung langsung dari selisih antara R dan Rc, dalam kondisi suhu dan tekanan

standar, memberikan S = 0,070 cm . yang dihitung dari gradien garis lurus yang digunakan
dalam yinterpolasi perhitungan nilai setengah maksimum, S = 0.074 cm. dengan demikian,
straggling parameter total untuk partikel alfa Po210 diberikan oleh

3.3. Ionization Range (jangkauan ionisasi).

Proses ionisasi adalah peristiwa lepasnya elektron dari orbitnya karena ditarik atau
ditolak oleh radiasi partikel bermuatan. Elektron yang lepas menjadi elektron bebas
sedang sisa atomnya menjadi ion positif. Setelah melakukan ionisasi energi radiasi akan
berkurang sebesar energi ionisasi elektron. Peristiwa ini akan berlangsung terus sampai
energi radiasi partikel bermuatan habis terserap. Radiasi alpha yang mempunyai massa
maupun muatan lebih besar mempunyai daya ionisasi yang lebih besar daripada radiasi
yang lain.

14
Perhitungan dari jangkauan dan ionisasi sepanjang garis dari partikel alfa dapat
digunakan untuk menghitung energi awal. kita mendefinisikan ionisasi spesifik sebagai
jumlah ionisasi per satuan panjang dari garis balok. Ionisasi relatif spesifik dihasilkan
oleh sinar partikel alfa pada jarak yang berbeda dari sumber, dapat diukur dengan
bantuan ruang ionisasi yang dijelaskan sebelumnya. untuk tujuan ini, amplifier dari
ruang ionisasi dirancang sedemikian rupa sehingga ketinggian pulsa tegangan keluaran
sebanding dengan jumlah pasangan ion yang terbentuk dalam chamber. plot ionisasi
spesifik terhadap jarak dari akhir rentang disebut kurva Bragg. dua kurva tersebut untuk
Po210 dan Po214 alpha partikel ditunjukkan pada gambar 7.11 (kurva D pada gambar 7.10
juga merupakan kurva Bragg). kurva tersebut menunjukkan bahwa ionisasi relatif
spesifik tetap konstan sampai jarak tertentu, naik dengan cepat dan diikuti oleh
penurunan tajam. Partikel alfa Po214 memiliki massa yang lebih besar dari Po210. Untuk
mencapai ionisasi yang sama besar, Po214 memerlukan waktu yang lebih lama dan jarak
yang lebih jauh serta dengan kecepatan yang lebih rendah dari Po210. Jangkauan ionisasi
ekstrapolasi , Ri, didefinisikan sebagai jarak dari titik asal ke titik dimana kurva ionisasi
bersinggungan, pada titik infleksi, memotong sumbu axis. dari kurva D pada gambar
7.10 kita mendapatkan Ri = 3,870 cm.
Pada kurva 7.12 dimana koreksi telah dibuat untuk kedalaman ruang yang terbatas.
Dalam hubungan ini kita mendefinisikan perbedaan ionisasi spesifik sebagai nilai yang
didekati oleh ionisasi spesifik. Dalam semua diskusi kita sebelumnya, kita telah
membahas tentang jenis dari tabrakan. Ketika partikel bermuatan dengan energi tinggi
bertabrakan dengan elektron, Sebagian besar dari energinya diberikan kepada elektron
dalam tabrakan tunggal. Elektron yang dihasilkan dengan cara ini disebut sinar delta.

14
Gambar 14. Jangkauan ionisasi Po210

3.4. Eksitasi

Proses eksitasi adalah peristiwa “loncatnya” (tidak sampai lepas) elektron dari orbit yang
dalam ke orbit yang lebih luar karena gaya tarik atau gaya tolak radiasi partikel
bermuatan.Atom yang mengalami eksitasi ini disebut dalam keadaan tereksitasi (excited state)
dan akan kembali kekeadaan dasar (ground state) dengan memancarkan radiasi sinar-x.

14
4. STOPPING POWER DAN JANGKAUAN PARTIKEL

Gambar 15 Daya tembus sinar


radioaktif

Gambar di atas menunjukkan daya tembus sinar radioaktif. Partikel sinar


alfa tidak bisa menembus kertas, sedangkan partikel sinar beta dan gamma dapat
menembus kertas. Artinya daya tembus sinar beta dan gamma lebih baik dari sinar
alfa.

Daya tembus sinar dipegaruhi oleh adaya gaya yang menghentikan laju
partikel ketika partikel tersebut melewati suatu medium tertentu. Gaya tersebut
disebut sebagai stopping power. Stopping power adalah besarnya sejumlah energi
yang hilang oleh partikel dalam bahan tertentu karena terjadi penyerapan partikel
bermuatan oleh bahan per satuan panjang.

Besarnya stopping power dirumuskan sebagai berikut.

Dimana S(E) adalah fungsi energi kinetik dari partikel E, nilainya berbeda
untuk medium yang berbeda pula. I adalah nilai rata-rata ionisasi spesifik yang
dihitung berdasarkan jumlah pasangan ion yang dibentuk per satuan panjang dari
lintasan yang dilewati partikel dalam medium. ω adalah energi yang

14
dibutuhkan untuk menghasilkan pasangan ion. - adalah laju dari hilangnya

energi partikel bermuatan dalam melewati medium.

Jika nilai stopping power diketahui maka jarak terjauh yang mampu ditempuh
partikel dalam medium diberikan dalam persamaan berikut.

Sedangkan bila diketahui jarak terjauh, nilai energi dapat dicari melalui persamaan
berikut.

Dan stopping power dapat dicari dengan mendiferensialkan energi terhadap jarak
sebagai berikut.

Dengan tanda minus (-) merepresentasikan bahwa energi berkurang seiring dengan
bertambahnya jarak. Adanya tanda minus pada persamaan tersebut membuat S (E)
berharga positif.

Untuk jenis medium yang berbeda, perhitungan stopping power tidak perlu
dilakukan secara eksperimental karena dapat dianalisa melalui perhitungan secara
klasik maupun kuantum (secara detail akan dibahas di sub bab berikutnya). Berikut
adalah persamaan yang menyatakan besarnya stopping power berdasarkan
mekanika kuantum.

Dengan adalah kecepatan partikel, adalah nomor atom dan adalah muatan
elektron, dan adalah massa elektron, N adalah jumlah atom per satuan volume
dalam penyerap, Z adalah nomor atom bahan penyerap, adalah potensial ionisasi
efektif. β = v / c kecepatan patitikel relatif terhadap kecepatan cahaya, adalah

14
kecepatan cahaya, adalah fraksi rata-rata elektron atom penyerap diambil oleh
ion positif .

Jika energi kinetik ion positif sangat kecil dibandingkan dengan energi massa
rehatnya atau β << 1, maka persamaan di atas dapat direduksi menjadi

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa laju hilangnya energi semua partikel
bermuatan yang bergerak dengan laju yang sama pada suatu penyerap adalah
berbanding lurus dengan kuadrat muatannya. Dengan demikian laju hilangnya
energi proton yang berenergi E, deuteron yang berenergi 2E, dan triton yang
berenergi 3E adalah sama satu dengan yang lain, dan sama dengan seperempat 3He
yang berenergi 3E atau partikel alfa berenergi 4E. Ketentuan tersebut berlaku jika
radiasi ion positif dapat mengambil (mengosongkan) semua elektron dari atom
penyusun penyerap (γ = l) dan hilangnya energi karena penghentian nuklir dapat
diabaikan. Ion-ion yang sangat ringan seperti hidrogen dan helium dapat
mengambil dan mengosongkan semua elektronnya pada energi diatas MeV/u.
Untuk boron sampai dengan neon, energi yang diperlukan sekitar 10 MeV/amu,
sedangkan untuk uranium mendekati beberapa ratus MeV/u.

Seperti yang dijelaskan pada persamaan di atas, stopping power adalah fungsi dari
kecepatan. Stopping power relative yang dimana kecepatannya sendiri didefinisikan
sebagai rasio stopping power dari penyerap untuk beberapa penyerap standar, jika
angka 0 menunjuk kesubstansi maka :

Dengan x adalah jangkauan partikel alfa.

Lebih lanjut ketebalan suatu bahan yang diperlukan untuk menyerap sejumlah
partikel alfa (ketebalan setara) dapat ditentukan melalui persamaan berikut

L = xρ

14
Dengan adalah jangkauan partikel alfa dalam medium dan adalah massa jenis
mediun.

14
5. Teori Peluruhan   Alfa

Salah satu keberhasilan awal dari mekanika kuantum adalah aplikasinya terhadap teori
peluruhan alfa. Prediksi dari teori kuantum berbeda dengan teori klasik. Pada peristiwa
hamburan partikel alfa Rutherford partikel alfa yang berenergi 7,68 Mev tidak ada yang
dapat menembus potensial barier dari U 238, sementara U238 menghasilkan partikel alfa
berenergi 4,20 Mev. Kontradiksi ini dapat dijelaskan dari pandangan mekanika kuantum.
Dalam pembahasan efek terobosan seberkas partikel yang berenergi kinetik K jatuh pada
rintangan potensial persegi yang tingginya V yang lebih besar dari K. Rasio antara
banyaknya partikel yang melewati rintangan dan banyaknya partikel yang datang secara
pendekatan besarnya adalah

T = e-2kL (5.20)

dengan

2m(V  K )
k  (5.21)

dimana L menyatakan tebal rintangan.

Energi potensial listrik sebuah partikel alfa pada jarak x dari pusat inti yang bermuatan
Ze adalah

2 Ze 2
V ( x)  (5.22)
4 0 x

Dengan demikian diperoleh

1/ 2 1/ 2
2m(V  K )  2m   2 Ze 2 
k  2    K  (5.23)
    4 0 x 

Karena V = K ketika x = R
2 Ze 2
K  (5.24)
4 0 R

Sehingga

1/ 2 1/ 2
 2m  R 
k  2    1 (5.25)
  x 

Jika

lnT = -2kL (5.26)

dan dalam bentuk integral

L R
ln T  2  k ( x )dx   2  k ( x)dx (5.27)
0 R0

maka diperoleh

R 1/ 2 R 1/ 2
 2mK  R 
ln T  2  k ( x )dx  2 2  R  x  1 dx (5.28)
R0  h  0

 2mK 
1/ 2
 1  R0 
1/ 2 1/ 2
 R0   R0  
1/ 2

ln T  2 2  R cos     1    (5.29)


 h    R   R   R  

1/ 2 1/ 2
R    R0 
cos 1  0    
 R  2  R 

1/ 2
 R 
1  0  1
 R 

sehingga
 2mK 
1/ 2
  R0  
1/ 2

ln T  2 2  R   2   (5.30)
    2  R  

Dari persamaan

2 Ze 2
R (5.31)
4 0 K

Sehingga
1/ 2 1/ 2
4e  m  e2  m 
ln T    Z 1 / 2 R0    ZK 1 / 2 (5.32)
   0   0  2 

Dengan memasukkan berbagai besaran dan konstanta diperoleh

ln T  2,971 / 2 Z 1 / 2 R0  3,95ZK 1 / 2 (5.33)

Dari konstanta peluruhan alfa diperoleh

v
  vT  T (5.34)
2 R0

Dengan mengambil logaritma alamiah dari kedua ruas dan mensubsitusikan peluang
transmisi T didapatkan

 v 
ln   ln   2,97 Z 1 / 2 R01 / 2  3,95ZK 1 / 2 (5.35)
 2 R0 

Dari hubungan logaritma alamiah dengan logritma biasa

log10 A log10 A
ln A  
log10 e 0,4343

Diperoleh

 v
log10   log10 


  0,4343 2,97 Z 1 / 2 R0 1 / 2  3,95ZK 1 / 2 
 2 R0 
 v 
 log 10    1,29 R01 / 2  1,72ZK 1 / 2 (5.36)
 2 R0 

Plot log10  terhadap ZK 1/ 2 merupakan garis lurus. Kurva ini cocok dengan data
eksperimen yang mempunyai tangent atau kemiringan sebesar -1,72. Kemiringan ini juga
dapat digunakan untuk menghitung jari-jari nuklir R0 yang juga sama dengan yang diperoleh
dengan menggunakan hamburan nuklir. Hal kedua yang juga penting yang diperoleh dari
teori peluruhan alfa ialah adanya peluang dari partikel yang memiliki energi kinetik K yang
lebih kecil dari potensial penghalang V hal mana tidak mungkin terjadi pada mekanika
klasik yang hanya memiliki peluang nol.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1.  Peluruhan alpha adalah jenis peluruhan radioaktif dimana inti atom yang
memancarkan partikel alpha, dan dengan demikian menguah (meluruh) menjadi
atom dengan nomor massa 4 dan nomor atom. ) Pada peluruhan alfa terjadi
pemeasan energi (hal ini diseakan karena inti anaknya mempunyai energi ikat per
nukleon yang leih tinggi diandingkan yang dipunyai inti induk). Energi yang
dieaskan (Q) ini akan menjadi energi kinetik partikel alfa (Kα) dan inti anak (Kd).

2. Terdapat dua hal penting dalam penentuan energi partikel alfa secara akurat;
pertama, untuk mengaplikasikan teori yang mengatur peluruhan alfa, dan kedua,
untuk membuat skema tingkat energi nuklir yang tepat.. Metode yang
digunakan untuk pengukuran energi partikel alfa pada setiap partikel bermuatan
seperti proton, neutron, dan sejenisnya, dapat dikategorikan sebagai berikut : (a)
defleksi magnetik, (b) hubungan jangkauan energi, dan (c) analisis pulsa-tinggi
3. Pengukuran range dan ionisasi partikel alfa sepanjang lintasannya dapat digunakan
untuk menghitung energi awal partikel
4. stopping power adalah fungsi dari kecepatan. Stopping power relative yang dimana
kecepatannya sendiri didefinisikan sebagai rasio stopping power dari penyerap
untuk beberapa penyerap standar
5. Hal yang penting yang diperoleh dari teori peluruhan alfa ialah adanya peluang dari
partikel yang memiliki energi kinetik K yang lebih kecil dari potensial penghalang V
hal mana tidak mungkin terjadi pada mekanika klasik yang hanya memiliki peluang
nol.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, penulis berharap agar pembaca dapat memahami materi
yang telah tim kami tulis. Namun makalah ini masih belum begitu lengkap
informasinya , jadi diharapkan kepada pembaca untuk mencari sumber lain yang
relevan dengan materi tersebut. Sehingga menambah pengetahuan wawasan pembaca
mengenai materi peluruhan alfa

DAFTAR PUSTAKA
Beiser.A. 1995.Concept of Modern Physics, 5th ed., New York, McGraw Hill.

Hidayati dan Mahrizal.2015. Pendahuluan Fisika Inti.Padang:Jurusan Fisika FMIPA UNP

Krane,Kenneth.1992. Fisika Modern. Jakarta:Erlangga.

Mardiana, Iko, Trapsilo Prihandono, and Yushardi Yushardi. "KAJIAN KESTABILAN


INTI UNSUR-UNSUR PADA PROSES PELURUHAN ZAT RADIOAKTIF
DENGAN PENDEKATAN ENERGI IKAT INTI MODEL TETES CAIRAN."
JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA 8.2 (2019): 101-106.

Putri, N.G. and Setiawati, E., 2015. Deteksi Thorium pada Kaos Lampu Petromaks
Menggunakan Spektrometer Beta dengan Detektor Sintilasi dari Bahan Organik
Naftalen. Youngster Physics Journal, 4(4), pp.299-304.

Anda mungkin juga menyukai