Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FISIKA INTI

“ PELURUHAN BETA “

Oleh :
OKTAVIANI SYAPUTRI(17034021)
RENI FITRIA NENGSIH (17034023)

DOSEN PEMBIMBING : DR. RAMLI, M.SI

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik,dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman dan pengetahuam yang
penulis miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu penulis berharap kepada para
pembaca untuk memberikan masukkan-masukkan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Padang, Maret 2020

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A.        Latar Belakang............................................................................................................1

B.            Rumusan Masalah...................................................................................................1

C.           Tujuan.......................................................................................................................1

D.           Manfaat....................................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN...........................................................................................................2

A.  Peluruhan Beta (b).......................................................................................................2

B.       Pemancaran Beta (b)....................................................................................................8

C.       Sifat Radiasi Beta.........................................................................................................9

D. Energi dari Radiasi beta (β)..........................................................................................9

BAB III. PENUTUP.................................................................................................................11

A.           Kesimpulan............................................................................................................11

B.            Saran......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

BAB I. PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang

2
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak stabil untuk
memancarkan radiasi menjadi inti yang stabil. Besarnya radioaktivitas suatu unsure
radioaktif ditentukan oleh konstanta peluruhan (l), yang menyatakan laju peluruhan
tiap detik, dan waktu paro (t1/2). Kedua besaran tersebut bersifat khas untuk setiap
radionuklida. Berdasarkan sumbernya, radioaktivitas dibedakan atas radioaktivitas
alam dan buatan.
Peluruhan adalah perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom yang
lain, atau berubahnya suatu unsure yang lain. Sebuah inti radioaktif dapat melakukan
sejumlah reaksi peluruhan yang berbeda seperti peluruhan Alfa, Beta dan Gamma.
Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses dimana sebuah inti
atom yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi). Peluruhan
terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah nukleus anak. Ini adalah
sebuah proses acak sehingga sulit untuk memprediksi peluruhan sebuah atom. Suatu
atom yang tidak stabil dapat distabilkan dengan cara radioaktivitas. Didalam makalah
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai peluruhan beta (β).
B.            Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya peluruhan beta (β) ?
C.           Tujuan

Untuk mengetahui proses terjadinya peluruhan beta (b).

D.           Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan tentang proses terjadinya peluruhan beta (b) untuk
penulisan selanjutnya.
2. Menambah pemahaman bagi pembaca, serta dapat lebih mengaplikasikan hal-
hal yang ada dalam makalah.
3. Sebagai bahan yang dapat dijadikan literature.

BAB II. PEMBAHASAN


A.  Peluruhan Beta (b)

3
Menurut Ridwan (2015) Peluruhan beta adalah peluruhan radioaktivitas yang
memancarkan partikel beta (electron atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah
electron peluruhan ini disebut sebagai peluruhan beta minus (b-), sementara pada
pemancaran positron disebut sebagai beta plus (b+).

Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif.


•Mempunyai muatan -1 dan massa sekitar 1/2000 massa proton. Dengan
demikian partikel ini sama dengan elektron.
•Relatif cepat dan ringan
•Mempunyai daya tembus menengah dan dapat dihentikan dengan lembaran
aluminium atau plastik.
•Rapat mengionisasi atom-atom yang dilewatinya tetapi tidak sekuat daya
ionisasi partikel alfa.

Seperti peluruhan alfa, peluruhan beta merupakan suatu cara untuk inti dapat
merubah komposisinya supaya mencapai kemantapan yang lebih besar atau

4
peluruhan beta adalah peluruhan sebuah proton berubah menjadi neutron atau sebuah
neutron menjadi proton (Jumini, 2018). Peluruhan beta terjadi pada inti tidak stabil
yang relatif ringan. Dalam peluruhan ini akan dipancarkan partikel beta yang
mungkin bermuatan negatif (b-) atau bermuatan positif (b+). Partikel b- identik
dengan elektron sedangkan partikel b+ identik dengan elektron yang bermuatan
positif (positron). Pada diagram N-Z, peluruhan b- terjadi bila nuklida tidak stabil
berada di atas kurva kestabilan sedangkan peluruhan b+ terjadi bila nuklidanya
berada di bawah kurva kestabilan. Dalam proses peluruhan b- terjadi perubahan
neutron menjadi proton di dalam inti atom sehingga proses peluruhan ini dapat
dituliskan sebagai persamaan inti berikut:
z XA →Z+1YA + α - + í
contohnya adalah:
15 P32 →16Y32 + α - + í
Sedangkan dalam proses peluruhan (b+) terjadi perubahan proton menjadi
neutron di dalam inti atom sehgga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai
persamaan inti berikut.
z XA →Z-1YA + α - + í
contohnya adalah:
8 O15 →7Y15 + α - + í
Ada tiga jenis peluruhan b, yaitu :
1.    Pemancaran negatron (b-)
2.    Pemancaran positron (b+) dan
3.    Tangkapan elektron (EC)

Bila suatu inti mempunyai kelebihan netron, relatif terhadap isobar yang lebih
stabil, kestabilan yang lebih besar akan dicapai dengan perubahan satu netron
menjadi proton. Pemancaran negatron atau peluruhan negatron    1n  →  1p + -1e   + 

v. Bila suatu inti mempunyai kelebihan proton relatif terhadap isobar yang lebih
stabil, kestabilan yang lebih besar dicapai dengan pengubahan suatu proton menjadi

5
netron, pengubahan ini dapat dilakukan dengan pemancaran positron (peluruhan
positron) atau dengan penangkapan elektron.
Pemancaran positron  
1
p    →   1n    +   +1e    +  v
Bila dua inti saling berdekatan, penyusunan kembali nukleon dapat terjadi
sehingga terbentuk satu atau lebih inti baru. Proses seperti ini disebut reaksi nuklir.
Inti bermuatan positif dan gaya tolak antara keduanya cukup besar untuk mencegah
keduanya untuk berdekatan sehingga bereaksi, kecuali jika keduanya saling
mendekati dengan kecepatan tinggi. Dalam laboratorium, orang mudah menimbulkan
reaksi nuklir dalam skala kecil yaitu dengan memakai partikel alpa yang dipancarkan
oleh radionuklida atau proton atau inti lebih berat yang dipercepat dengan berbagai
cara. Akan tetapi hanya satu reaksi nuklir yang terbukti merupakan sumber energi
yang praktis dibumi, yaitu fisi inti tertentu bila ditumbuk oleh neutron.
Dalam reaksi nuklir sebenarnya berkaitan dengan dua langkah terpisah.
Pertama partikel datang menumbuk inti target dan keduanya bergabung untuk
membentuk inti baru yang disebut inti majemuk yang nomor atomik dan nomor
massanya merupakan penjumlahan dari nomor atomik partikel-partikel semula dan
penjumlahan nomor-nomor massanya.
Inti majemuk tidak memiliki “ingatan” bagaimana terbentuknya, karena
nukleonnya tercampur tidak tergantung pada asalnya dan energi yang membawanya
menjadi keadaan tersebut oleh partikel datang dibagi-bagi diantara nukleon-nukleon
tersebut. Dibawah ini beberapa reaksi yang menghasilkan inti majemuk 14N7* (tanda
bintang menyatakan keadaan eksitasi; inti mjemuk biasanya tereksitasi dengan
jumlah energi sekurang-kurangnya sama dengan energi ikat partikel-partikel yang
datang)
13
N7  +  1N0 ®14N7* (10,5 MeV)
13
N6  +  1H1 ®14N7* (7,5 MeV)
12
C6  +  2H1 ®14N7* (10,3 MeV)
11
C6  +  3H1 ®14N7* (22,7 MeV)

6
Pembentukan dan peluruhan inti majemuk mempunyai tafsiran yang sangat
menarik berdasarkan model nuklir tetes-cairan. Menurut model ini, inti tereksitasi
memiliki keserupaan dengan tetes cairan panas dengan energi ikat partikel yang
dipancarkan bersesuaian dengan kalor penguapan molekul cairan. Tetes cairan
seperti itu pada akhirnya akan menguapkan sebuah atau lebih molekulnya, sehingga
mendinginkannya. Proses penguapan terjadi jika fluktusi acak dalam distribusi energi
dalam tetesan menyebabkan molekul tertentu memiliki energi cukup untuk
melepaskan diri. Demikian juga, inti majemuk mempertahankan eksitasinya, sampai
suatu nukleon tertentu atau sekelompok nukleon tertentu dalam sesaat ternyata bisa
memiliki fraksi yang cukup besar dari energi eksitasi untuk melepaskan diri dari inti
tersebut.
Peluruhan beta pada hakekatnya merupakan konversi spontandari netron nukril
menjadi proton dan elektron, kesukaran tersebut dapat diatasi dengan mengnggap
bahwa elektron meninggalkan inti setelah elekron itu tercipta. Energi elektron yang
teramamati secara malar dari 0 hingga harga maksimum Kmaks = yang merupakan
karakteristik nukluidenya. Dalam setiap kasus , energi maksimumnya ialah
Emaks = m0 c2 + Kmaks
Yang dibawa oleh elektron peluruhan sama dengan energi setara dari beda
massa antara inti induk dan inti anak. Hanya saja, sangat jarang elektron didapatkan
terpancar dengan energi Kmaks .pada suatu ketika, diduga bahwa energi yang hilang
terjadi ketika tumbukan antara elektron yang dipancarkan dan dan elektron atomik
yang mengelilingi inti. Momentum linier dan momentum sudut didapatkan tidak
kekal dalam peluruhan beta. Dalam peluruhan beta nuklide tertentu arah elektron
yang terpancar dan inti rekoil dapat diamati, ternyata arah tersebut tidak selalu tepat
berlawanan seperti yang diramalkan oleh hukum kekekalan momentum linier.
Ketakkekekalan momentum sudut diturunkan dari spin ½ dari elektron, proton dan
netron. Peluruhan beta menyangkut konversi netron nuklir menjadi proton :
n  → p + e-
Karena spin masing – masing partikel yang tersangkut ialah ½ , reaksi tersebut
tidak dapat terjadi jika spin ( jadi momentum sudutnya ) harus kekal. Dalam tahun
1930, Pauli mengusulkan jika sebuah partikel bermuatan dengan massa kecil atau nol

7
dan spin ½ dipancarkan bersama – sama dengan elektron ketika terjadi peluruhan
beta, penyimpanan momentum linier dan momentum sudut, sehingga diduga sebagai
neutrino , membawa energi yang sama dengan selisih antara Kmaks dan energi kinetik
elektron yang sebenarnya. Kemudian ditemukan terdapat dua neutrino yang
tersangkut dalam peluruhan beta, neutrino itu sendiri ʋ dan anti neutrino anti ʋ.
Dalam peluruhan beta yang biasa neutrinolah yang dipancarkan
n  → p + e- + ʋ        ( peluruhan beta )
hipotesis neutrino ternyata berhasil. Massa neutrino diduga tidak lebih dari fraksi
kecil dari massa elektron, karena Tmaks teramati sama, sekarang massa neutrino
diperkirakan sama dengan nol atau paling besar setara dengan beberapa volt.
Penyebab tak terdeteksinya neutrino secara eksperimental ialah interaksinya denagn
materi yang sangat lemah. Neutrino yang tak bermuatan dan tak bermassa, dan tidak
memiliki sifat elektromagnetik seperti foton, dapat melalui materi yang jumlahnya
besar tak terhalang. Sebuah neutrino bisa melintasi rata – rata lebih dari 100 tahun
cahaya dalam besi sebelum berinteraksi.
Elektron positif baiasanya disebut positron. Sifat positron identik dengan
elektron, kecuali muatan yang dibawanya adalah +e sebagai pengganti –e.
Pemancaran positron sebagai bersesuaian dengan konversi proton proton nuklir
menjadi neutron, positron dan neutrino.
p → n + e+ + ʋ     ( pemancaran positron)
Neutron di luar inti mengalami peluruhan beta negatif menjadi proton karena
massanya lebih besar daripada proton yang lebih ringan tidak dapat bertransformasi
menjadi neutron, kecuali didalam inti. Pemancaran positron menghasilkan inti – anak
yang nomor atomiknya lebih rendah dari Z, sedangkan nomor massaya tak berubah.
Dekat hubungannya dengan pemancaran positron yaitu penangkapan elektron. Dalam
elektron sebuah inti menyerap sebuah orbital elektron orbitalnya, sehingga hasilnya
ialah sebuah proton nuklir menjadi sebuah neutron dan sebuah neutrino terpancar.
Jadi reaksi pokok dari penangkapan elektron ialah
P + e- → n + ʋ
Biasanya elektron diserap oleh kulit K, dan foton sinar – x terpancar, ketika
elektron atomik yang lebih luar jatuh mengisi keadaan yang kosong. Panjang

8
gelombang foton merupakan karakteristik dari unsur inti – anak, bukan inti asalnya,
dan proses itu dapat dikenal atas dasar itu. Penangkapan elektron bersaing dengan
pemancaran positron, karena kedua proses itu menghasilkan transformasi nuklir yang
sama. Penangkapan elektron terjadi lebih sering daripada pemancaran positron dalam
unsur berat karena orbit elektron unsur seperti itu memiliki jari – jari yang lebih
kecil; elektron yang lebih dekat ini memungkinkan interaksi yang lebih kuat dari
intinya. Karena hampir semua inti tak mantab dalam alam Z – nya tinggi. Peluruhan
beta proton dalam inti mengikuti skema sebagai berikut:
p → n + e+ + ʋ
karena penyerapan elektron oleh inti setara dengan pemancaran positron, reaksi
penangkapan elektron adalah :
P + e- → n + ʋ
Pada intinya antineutrino setara dengan pemancaran neutrino, sehingga reaksi
P + ʋ → n + e+
Menyangkut proses fisis yang sama dengan peluruhan beta. Reaksi yang kedua ini,
disebut peluruhan beta balik. Dua reaksi peluruhan beta balik
P + ύ  → n + e+
n + ʋ → p + e-
mempunyai peluang yang sangat rendah, sehingga neutrino mampu menembus
sejumlah materi besar. Jumlah fluks neutrino yang sangat besar diahsilkan dalam
matahari dan bintang lain ketikaka terjadi badai nuklir didalamnya, dan fluks ini
kelihatannya dapat bergerak bebas kesegala penjuru semesta. Beberapa persen dari
energi yang dilepaskan dalam reaksi seperti itu dibawa neitrino.
Interaksi nuklir yang kuat yang mengikat nukleon bersama untuk membentuk
inti tidak bisa menerangkan peluruhan beta. Interaksi berjangkauan pendek yang lain
ternyata bertanggung jawab untuk gejala itu : interaksi lemah. Sejumlah struktur
materi yang dipersoalkan, peranan interaksi lemah kelihatannya terbatas pada
penyebab peluruhan beta didalam inti yang rasio neutron/proton tidak memadai
untuk menjaga kemantapan. Interaksi ini juga mempengaruhi partikel elementer yang
bukan merupakan bagian dari inti dan dapat menyebabkan transformasi menjadi
partikel lain. Nama “ interaksi lemah “ timbul karena gaya berjangkauan pendek lain

9
yang mempengaruhi nukleon sangat kuat seperti yang ditunjukan oleh energi ikat
yang sangat tinggi dari inti. Interaksi gravitasional lebuh lemah dari pada interaksi
lemah pada jarak di mana yang kedua merupakan faktor penting.
Jadi ada empat interaksi pokok yang dipandang cukup untuk mengatur struktur
dan perilaku seluruh alam semesta fisis, dari atom sampai galaksi bintang :
gravitasional, elektromagnetik, nuklir kuat, nuklir lemah.

B.            Pemancaran Beta (b)


Pemancaran elektron (b- ) atau positron (b + ), atau menangkap elektron pada
orbit terluar oleh inti induk (menangkap elektron), disebut pemancaran radiasi b
(Umar, 2008) . Pada pemancaran radiasi b- , meskipun jumlah inti tidak berubah,
tetapi jumlah atomnya bertambah 1, sedang pada pemancaran radiasi b+ dan
menangkap elektron, jumlah atomnya berkurang 1. Energi elektron yang dipancarkan

secara kontinu tidak berubah. Radiasi b seringkali Disertai Oleh radiasi γ.


Sebagian besar pemancar beta ini dihasilkan melalui penembakan partikel
neutron pada nuklida stabil. Oleh karena itu di dalam reaktor nuklir didapatkan
berbagai macam pemancar beta. Energi radiasi beta bersifat kontinu. Pemancar beta
sering digunakan dalam kedokteran dan juga dalam industri untuk mengukur
ketebalan materi. Pemancar beta yang sering digunakan dalam kedokteran misalnya
Sr-90, Y-90, P-32, Re-188, sedangkan untuk industri sering digunakan Sr-90, P-32,
Tl-208. Contoh reaksi inti untuk menghasilkan pemancar beta adalah :

13Si31 + 0n1 → α+ 15P32 +β-

10
C.           Sifat Radiasi Beta
1. Daya ionisasinya di udara 1/100 kali dari partikel α.

2. Jarak jangkauannya lebih jauh daripada partikel α , di udara dapat beberapa cm.
3. Kecepatan partikel β berkisar antara 1/100 hingga 99/100 kecepatan cahaya.
4. Karena sangat ringan, maka partikel β mudah sekali dihamburkan jika melewati
medium.
5. Partikel β akan dibelokkan jika melewati medan magnet atau medan listrik.

D. Energi dari Radiasi beta (β)


Berbeda dengan Spektrum energi Yang dipancarkan Oleh partikel α Yang
bersifat diskrit, Spektrum energi partikel β (Elektron Dan positron) bersifat kontinu,
yang Berarti bahwa besarnya energi mempunyai Rentang Dari harga terkecil
Tertentu Sampai harga Terbesar Tertentu. Hal ini pertama kali ditemukan oleh
Chadwick pada tahun 1914.

11
Pada tahun 1927, CD Ellis dan WA Wooster memasukkan RaE (Bi-210) ke
dalam pengukur panas, dan mengukur energi semua radiasi yang mengandung
partikel β yang dipancarkan. Jumlah energi yang dikeluarkan 1 inti atom RaE yang
dipancarkan rata-rata sebesar 350 ± 40 keV. Besarnya energi Penyanyi LEBIH Kecil
Dari Nilai Maksimum Spektrum energi partikel β Yang dipancarkan Oleh Rae, Yaitu
sebesar 1050 keV, tetapi hampir sama DENGAN Nilai rata-rata Spektrum Yaitu 390
± 40 keV. Dengan kenyataan ini, dapat disangkal bahwa partikel b yang dipancarkan
memiliki spektrum energi yang kontinu.
Energi radiasi β (Q) adalah energi gerak dari elektron dan neutrino.
Q = Ee + E n (1)

12
BAB III. PENUTUP

A.           Kesimpulan
Peluruhan beta merupakan suatu cara untuk inti dapat merubah komposisinya
supaya mencapai kemantapan yang lebih besar atau peluruhan beta adalah peluruhan
sebuah proton berubah menjadi neutron atau sebuah neutron menjadi proton.
Peluruhan b- terjadi bila nuklida tidak stabil berada di atas kurva kestabilan
sedangkan peluruhan b+ terjadi bila nuklidanya berada di bawah kurva kestabilan.
Dalam proses peluruhan b- terjadi perubahan neutron menjadi proton di dalam inti
atom sehingga proses peluruhan ini dapat dituliskan sebagai persamaan inti berikut:

zXA →Z+1YA + α - + í. Sedangkan dalam proses peluruhan b+ terjadi perubahan


proton menjadi neutron di dalam inti atom sehgga proses peluruhan ini dapat
dituliskan sebagai persamaan inti berikut: zXA →Z-1YA + α - + í.
Pemancar beta sering digunakan dalam kedokteran dan juga dalam industri
untuk mengukur ketebalan materi. Pemancar beta yang sering digunakan dalam
kedokteran misalnya Sr-90, Y-90, P-32, Re-188, sedangkan untuk industri sering
digunakan Sr-90, P-32, Tl-208. Contoh reaksi inti untuk menghasilkan pemancar
beta adalah : 13Si31 + 0N1 → α + 15P32 + β-.

B.            Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca pembaca semuanya demi untuk perbaikan makalah peneulis yang
berikutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, R. (2011). Radioisotop Teknesium-99m dan kegunaannya. Buletin Alara, 13(2).

Ariyanto, S. (1998). Perhitungan Penahan Radiasi Alpha, Beta Dan Gamma (Theoretical
Calculation Of Shielding Against Alpha, Beta And Gamma Radiations).
Widyanuklida, 1(2), 27-41.

Beiser, Artur.1986. Konsep Fisika Modern Edisi Empat Alih Bahasa The Hou Liong. Jakarta :
Erlangga.

Fitriawan, M. (2014). Kajian Teori Dasar Pada Nanomaterial Timbal Sebagai Proteksi
Radiasi. Volume, 2, 1411-1349.

Jumini, S. (2018). Fisika Inti. Penerbit Mangku Bumi.

Kranee, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Erlangga

Oktova, R. (2006). Perhitungan Karakteristik Peluruhan Beta pada Inti Terdeformasi dengan
Hampiran Qrpa Proton-neutron Matriks-penuh secara Swakonslsten. Jurnal Sains dan
Teknologi Nuklir Indonesia, 7(2), 7.

Rianti, E. D. D. (2013). Pemanfaatan Sinar Infra Merah Terhadap Kesehatan Manusia. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 2(1), 1-11.

Ridwan P, J. A. T. U. (2015). Simulasi Numerik Massa Peluruhan Inti Zat Radioaktif Unsur
Uranium-238 dengan Metode Aljabar Matriks.

Umar, E. (2008). Buku Pintar Fisika. Niaga Swadaya.

14
15

Anda mungkin juga menyukai