Anda di halaman 1dari 7

NAVIGASI PADA LUMBA-

LUMBA

OLEH

OKTAVIANI SYAPUTRI (17034021)

Dosen Pembimbing :
Dr. Ratnawulan,M.Si

Mulai
Terlepas dari kesadaran manusia, ternyata beberapa hewan juga mampu
berinteraksi dengan ilmu fisika, misalnya lumba-lumba.Lumba-lumba
menggunakan suara untuk “melihat”. Mereka mengeluarkan suara dan
mendengarkan pantulannya untuk mencari makanan dan navigasi sebagai
pendeteksi kejadian seperti gempa. 
Gempa, getaran, dan bunyi saling berkaitan dalam hal yang satu
membangkitkan yang lain. Gempa menyebabkan getaran, getaran
menyebabkan bunyi. Jumlah getaran per detik adalah frekuensi. Getaran
dan bunyi merambat melalui gerak gelombang. Maka dari satu titik asal
gempa, efek getaran, bunyi, dan kerusakan yang disebabkannya bisa
dirasakan dalam kawasan yang luas.

PERLU DIKETAHUI !!!


Pada saat hendak terjadi gempa Kobe 1995 banyak orang melaporkan merasakan
getaran dan mendengar bunyi berfrekuensi rendah dari bawah tanah. Fenomena
ini telah menginspirasi para ahli gempa memasang seismograf dan hidrofon di
bawah permukaan tanah atau di dasar laut. Lumba-lumba, memang bermain di
kisaran bunyi berfrekuensi tinggi (ultrasonik) di antara 40.000 - 100.000 Hz
(Ridgeway, 1990). Frekuensi bunyi setinggi itu sudah tak bisa ditangkap
manusia sebab telinga manusia peka di frekuensi rendah (infrasonik) 20 - 17.000
Hz. Lumba-lumba moncong botol bisa mendengar frekuensi rendah 1000 Hz,
asal cukup keras.
Gempa menghasilkan energi akustik berfrekuensi 5-100 Hz. Frekuensi serendah
itu tidak akan bisa diindrai lumba-lumba.
Gambar.1 Bagian tubuh ikan lumba-lumba
Gelombang EM diduga akan dibentuk oleh perubahan-perubahan stress (tekanan) yang dialami
wilayah hiposentrum sebelum gempa terjadi. Gelombang EM ini naik ke atas ke permukaan Bumi
juga menuju atmosfer dengan berbagai nilai konduktivitas listriknya. Gelombang EM dan
konduktivitas listrik yang disebabkannya akan menyebabkan polarisasi awan terlihat tegak lurus
di atmosfer. 
Lumba-lumba punya sensor biomagnetit yang memberikannya electromagnetic sense yang dapat
menghubungkan respon otaknya dengan berbagai fenomena elektromagnetik. Apakah semburan
gelombang elektromagnetik dari gempa besar telah mengacaukan respon otak lumba-lumba
sehingga kehilangan daya navigasinya.
Lumba-lumba bernapas melalui lubang yang ada di atas kepalanya. Tepat di
bawah lubang tersebut terdapat kantung-kantung kecil berisi udara. Dengan
mengalirkan udara melalui kantung-kantung itu, mereka dapat menghasilkan
suara berfrekuensi tinggi (gelombang ultrasonik). Kantung udara ini berperan
sebagai cermin akustik yang memfokuskan suara yang dihasilkan gumpalan kecil
jaringan lemak yang berada tepat di bawah lubang pernapasan. Kemudian, suara
ekolokasi ini dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus. Suara lumba-
lumba segera memantul kembali bila membentur benda. Gelombang suara yang
dipantulkan benda kemudian akan ditangkap kembali oleh lumba-lumba dengan
menggunakan “jendela akustik” yang terletak di bagian rahang.

Sistem sonar frekuensi tinggi ini tidak hanya berfungsi mengindera benda-benda di
lautan. Lumba-lumba juga menggunakannya untuk mencari makan. Lumba-lumba
dalam suatu kelompok mengarahkan gelombang suara kuat ini pada sekelompok ikan.
Dengan cara ini mereka membuyarkan kawanan ikan dan dengan mudah
menangkapnya. Ikan dilumpuhkan dengan senjata ini, dan turut menjadi mangsa
mudah bagi burung-burung laut.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai