Anda di halaman 1dari 13

UJIAN KUALIFIKASI PROGRAM MAGISTER (S2)

Mata Uji: Konten IPA


30 September 2020
Dikerjakan oleh:
ANNA NURUL ALFYAH (1906380)
BAGIAN A
1. Gelombang bunyi
a. Proses dihasilkannya bunyi. Bunyi atau suara dihasilkan melalui getaran benda, contoh suara
manusia yang dihasilkan dari getaran pita suara, suara benda dipukul, petikan getar dan lain-lainya
yang melibatkan terjadinya getaran benda.
Suara merambat melalui medium. Gelombang tekanan suara atau gelombang suara merupakan
gelombang longitudinal mekanik, sehingga dalam perambatannya diperlukan medium. Cara
perambatan suara pada medium yaitu dengan menggetarkan molekul di sekitarnya sehingga energi
gelombang suara akan diteruskan dari molekul satu ke molekul lainnya. Semakin padat suatu
medium, maka perambatan suara akan lebih cepat karena jarak antar molekul yang rapat sehingga
getaran antar molekul yang merambat semakin cepat.
b. Hewan menggunakan gelombang bunyi untuk berkomunikasi, mengidentfikasi lingkungan
dan identifikasi mangsa.
 Kelelawar memiliki organ telinga yang memungkinnya untuk mendengar suara ultrasonik, dan
mampu menggahasilkan panggilan ekolokasi. Kelelawar akan memancarkan panggilan ekolokasi
atau calling yang akan merambat ke lingkungan, dan menabrak berbagai benda dan makhluk
hidup di sekitarnya. Gema yang dihasilkan dari panggilan ekolokasi akan kembali oleh
kelelawar. Berdasarkan gema yang kembali diterima tersebut, kelelawar dapat menentukan jenis
objek, posisi objek, ukuran objek, jenis serangga, tekstur benda, menghindar benda di
lingkungan, menghindar tabrakan dengan individu lain dan lainnya-lainnya yang ditentukan
berdasarkan frekuensi gema yang kembali, time delay atau waktu yang diperlukan oleh gema itu
kembali terdengar oleh kelelawar, dan lain-lainnya. Kelelawar akan memperoleh pencitraan 3D
yang dihasilkan melalui kemampuan ekolokasi tersebut. Dengan kemampuan ekolokasi tersebut,
kelelawar dapat berkomunikasi dengan sesama spesiesnya, mengidentifikasi lingkungan
meskipun beraktivitas saat malam hari, dan mengidentifikasi mangsa seperti mengidentifikasi
jenis serangga (melalui acoustic glitch yang dihasilkan oleh kepakan sayap serangga tersebut),
dan lain-lainya.
 Ikan paus atau lumba-lumba menggunakan gelombang bunyi untuk berkomunikasi
menggunakan ekolokasi atau sonar. Dengan kemampuannya tersebut, mereka dapat
berkomunikasi dengan sesama spesiesnya yang berjarak jauh. Untuk berkomunikasi dengan
sesam spesiesnya, paus menggunakan kemampuan ekolokasinya dengan menghasilkan panggilan
ekolokasi berfrekuensi rendah, sedangkan lumba-lumba menghasilkan panggilan ekolokasi
berfrekuensi tinggi. Karena perbedaan frekuensi panggilan ekolokasi yang dihasilkan, paus yang
menghasilkan panggilan ekolokasi berfrekuensi rendah dapat berkomunikasi dengan spesiesnya
yang jaraknya lebih jauh dari jangkauan panggilan ekolokasi lumba-lumba yang berfrekuensi
tinggi. Panggilan ekolokasi tersebut akan merambat melalui air, hingga didengar oleh sesama
spesiesnya. Selain untuk berkomunikasi, paus dan lumba-lumba menggunakan ekolokasi untuk
mendeteksi kondisi lingkungan dan mangsa. Panggilan ekolokasi yang dipancarkan akan
bertumbukan dengan objek di lingkungan sekitar dan hewan lainnya, dengan gema yang diterima
oleh paus dan lumba-lumba, mereka dapat mengetahui keberadaan mangsa dan objek apa saja
yang ada di lingkungan. Pada lumba-lumba, panggilan ekolokasi untuk menginderai
lingkungannya adalah clicks atau decakan, sedangkan untuk berkomunikasi dengan sesama
spesiesnya lumba-lumba akan menghasilkan pangilan ekolokasi berupa whistle atau siulan.
 Hewan kecil di laut memanfaatkan gelombang suara atau pergerakan molekul pada air yang
dihasilkan oleh pergerakan makhluk hidup di sekitarnya. Dengan merasakan gelombang pada air,
hewan kecil dapat mengetahui keberadaan mangsa atau predator di sekitarnya, navigasi dan
untuk berkomunikasi.
c. Pemanfaatan gelombang bunyi ultrasonik dalam medis. Ultrasonik yang dimanfaatkan
sebagai media diagnostik memiliki prinsip yang sama dengan sonar. Alat sonar untuk diagnostik
akan memancarkan gelombang ultrasonik pada jaringan tubuh pada frekuensi tertentu, kemudian
jaringan-jaringan pada tubuh akan merefleksikan gembali gelombang ultrasoni tersebut. Gema
tersebut akan diterima kembali oleh alat dan dihasilkan pencitraan organ di dalam tubuh.
Berdasarkan hasil visual tersebut, akan terlihat keberadaan organ di dalam tubuh, jaringan apa saja
yang ada dalam tubuh. Sehingga apabila terdapat objek asing atau jaringan asing pada tubuh seperti,
tumor, kanker, baju ginjal, dan lain-lainnya dapat terdeteksi dan diketahui ukuran hingga posisinya
pada tubuh.
Ultrasonik yang dimanfaatkan sebagai media teurapeutik memiliki prinsip kerja memberikan
efek termal (panas), mekanik (getaran) dan kavitasi yang dapat memberikan pengaruh terhadap objek
yang dituju, seperti tumor, baju ginjal dan lain-lainnya. Efek panas atau getaran dengan gelombang
ultrasonik yang dipancarkan digunakan untuk menhancurkan sel target (misal, tumor), getaran utnuk
menghancurkan jaringan atau objek target (contoh batu empedu, baju ginjal), dan kavitasi untuk
menghancurkan target. Ultrasonik teurapeutik dilakukan dalam waktu yang lama dan memerlukan
dilakukan berulang kali hingga target hancur atau mati. Ultrasonik yang memberikan efek kavitasi
memiliki mekanisme dengan pembentukan kavitasi atau gelembung cairan tubuh di sekitar sel target,
apabila kavitas yang terbentuk diberikan frekuensi ultrasonik pada ambang batas, maka kavitasi
tersebut akan meledak yang diharapkan akan merusak juga jaringan atau target yang diinginkan
(contoh tumor yang ikut meledak dengan meledaknya kavitasi di sekitar tumor tersebut).
d. Efek biologis gelombang ultrasonik pada makhluk hidup:
 Gelombang ultrasonik yang dipancarkan terus menerus pada makhluk hidup dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan. Ultrasonik dengan mekanisme teurapeutik panas dapat mempengaruhi
jaringan yang sehat di sekitar target, panas tersebut dapat merusak atau bahkan membunuh
jaringan sehat di sekitar target.
 Efek kavitasi yang diberikan pada target dapat mempengaruhi jaringan sehat lainnya di sekitar
target. Dengan meledaknya kavitasi, kemungkinan sel-sel sehat di sekitar objek akan ikut
mengalami kerusakan atau ikut meledak. Hal tersebut menyebabkan kerusakan sel tubuh.
e. Polusi bunyi adalah suara bising atau berfrekuensi tinggi yang menyebabkan ketidaknyamanan,
bahkan dapat menyebabkan kerusakan pendengaran apabila terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Polusi bunyi disebabkan oleh aktivitas manusia atau objek-objek yang menghasilkan suara bising.
Ide untuk mengurangi polusi bunyi adalah menggunakan peredam suara apabila suara yang
dihasilkan berada pada ruangan (contoh ruangan musik) sehingga suara yang dihasilkan dari ruangan
tersebut tidak tersebar menuju luar ruangan, kemudian menggunakan penutup telinga atau alat noise
cancelling yang dapat mencegah terdengarnya kebisingan dari luar. Selain itu, dengan menanam
pohon di sekitar rumah atau lingkungan dapat mengurangi polusi suara. Tumbuhan yang rimbun
dapat berperan sebagai penghalang, memberikan efek sound attenuation yang menyebabkan
berkurangnya intensitas suara. Dengan adanya vegetasi yang padat, pohon-pohon dapat
membelokkan suara, memantulkan suara, membiaskan suara, dan memberikan masking effect pada
polusi suara sehingga frekuensi suara yang terdengar mengalami penurunan.

2. Proses hilangnya panas tubuh


a. Proses hilangnya panas tubuh melalui radiasi. Manusia dapat kehilangan panas tubuh melalui radiasi
ke lingkungan. Hal tersebut terjadi apabila suhu lingkungan lebih rendah dari suhu tubuh manusia.
Secara fisika, suhu atau kalor akan berpindah/bergerak karena adanya gradien, yaitu dari suhu tinggi
menuju suhu rendah. Oleh karena itu, manusia dapat kehilangan panas tubuh, karena suhu tubuhnya
yang lebih tinggi daripada suhu lingkungan.
b. Proses hilangnya panas tubuh melalui konveksi. Secara fisika, perpindahan panas melalui konveksi
terjadi karena adanya molekul bergerak yang menerima panas. Manusia dapat kehilangan panas
melalui konveksi dengan melibatkan perpindahan panas dari pergerakan air atau udara. Air dan udara
yang menerima panas, akan bergerak dan memindahkan panas dari tubuh manusia.
c. Proses hilangnya panas tubuh melalui konduksi. Secara fisika, perpindahan panas melalui konduksi
terjadi karena kontak langsung dengan sumber panas, kemudian panas akan menyebar pada objek
atau molekul yang berkontak tersebut dengan menggetarkan atom-atom penyusun objek.
Perpindahan panas secara konduksi memerlukan terjadinya kontak. Benda atau tubuh makhluk hidup
dan sumber panas yang berkontak akan mengalami konduksi. Panas yang diterima akan
menggetarkan atom-atom penyusun objek atau tubuh, getaran atom tersebut akan menggetarkan
atom di sekitarnya, sehingga energi panas akan bergerak atau menyebar.
d. Proses hilangnya panas tubuh melalui evaporasi atau penguangan. Hilangnya panas melalui
evaporasi melibatkan penguapan cairan menjadi gas. Secara biologi, panas berlebih tubuh akan
dikeluarkan melalui keringat. Keringat sebagai bentuk melembabkan pada tubuh untuk menghindari
overheating juga memiliki peran untuk memindahkan panas menuju lingkungan. Keringat pada
manusia akan mengalami penguapan dan panas berpindah. Secara fisika, proses hilangnya panas
melalui penguapan dipengaruhi oleh kelembaban udara, apabila udara di sekitar tubuh telah jenuh
atau tidak dapat menerima partikel uap air lagi, maka evaporasi akan terhambat.
e. Proses termoregulasi pada manusia sehingga suhu tubuh tetap konstan
 Secara biologi, proses termoregulasi manusia dipengaruhi oleh kerja dari hipotalamus pada
tubuh. Fungsi dari hipotalamus adalah untuk pengaturan suhu tubuh. Hipotalamus
mempertahanakan suhu tubuh pada suhu optimal yang memungkinkan tubuh untuk melanjutkan
aktivitas selulernya yaitu tentan suhu 36-37°C. Pada rentan suhu tersebut, aktivitas seluler yang
melibatkan enzim dan hormon yang mengandung protein tetap dapat berlangsung. Apabila suhu
lebih rendah atau lebih tinggi dari suhu normal, maka aktivitas seluler tubuh akan mengalami
kegagalan akibat denaturasi atau rusaknya enzim tubuh, sehingga metabolisme tidak berjalan
dengan sesuai. Untuk mempertahankan termoregulasi, saat mengalami penurunan suhu tubuh
otak akan meningkatkan aktivitas otot yang dapat menghasilkan panas. Selain itu, peningkatan
metabolisme tubuh dapat meningkatkan suhu. Apabila semakin mendingin, maka akan terjadi
menggigil atau shivering yang akan meningkatkan produksi panas. Sedangkan apabila tubuh
mengalami overheating, panas akan dikeluarkan menuju lingkungan melalui beberapa
mekanisme seperti radiasi, konveksi, konduksi dan penguapan. Aliran darah berperan dalam
proses pengeluaran panas, dengan memindahkan panas berlebih dari tubuh ke permukaan tubuh
sehingga panas akan lebih mudah berpindah ke lingkungan.
 Secara fisika, proses termoregulasi pada manusia berlangsung saat terjadinya perpindahan panas
melalui proses radiasi, konveksi, konduski dan penguapan. Perpindahan kalor terjadi karena
adanya perbedaan gradien suhu antara tubuh dan lingkungan. Kalor akan berpindah dari suhu
tinggi menuju suhu rendah. Saat lingkungan memiliki suhu lebih rendah, maka tubuh akan
mengalami perpindahan kalor. Untuk mengimbangi perpindahan kalor tersebut, tubuh akan
meningkatkan aktivitas otot, metabolisme dan lain-lainnya untuk mempertahankan suhu (secara
biologi). Berdasarkan hal tersebut, mekanisme biologi dan fisika dari termoregulasi manusia
saling berkesinambungan.
f. Pengaruh aktivitas manusia pada proses kehilangan panas tubuh seperti olahraga. Secara
biologi, kalor tubuh diperoleh dari proses metabolisme tubuh yang menghasilkan ATP atau energi
serta kalor. Meningkatnya aktivitas manusia seperti melalui olahraga, maka pada tubuh juga
berlangsung metabolisme untuk menghasilkan energi bagi otot dan organ lainnya yang aktif saat
berolahraga. Olahraga yang terus menerus berlangsung menyebabkan suhu tubuh meningkat karena
terjadinya peningkatan metabolisme dan aktivitas otot. Untuk mempertahankan suhu tubuh tetap
pada rentan yang normal, maka terjadi pengaturan termoregulasi tubuh dengan melakukan
mekanisme pembuangan panas dari tubuh. Salah satu mekanisme perpindahan panas tubuh adalah
melalui aliran darah. Hormon pada tubuh akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga
akan meningkatkan laju pergerakan darah dan luas permukaan pembuluh darah meningkat untuk
memindahkan panas melalui darah. Selain itu, akan terjadinya pembentukan keringat pada kulit.
Keringat memiliki peran untuk melembabkan kulit dan memindahkan kalor dari tubuh. Dari sini
mekanisme fisika menjadi lebih utama dalam perpindahan kalor. Keringat tersebut akan terbentuk
dan membawa panas. Keringat pada permukaan kulit akan mengalami evaporasi. Selain evaporasi,
tubuh juga kehilangan panas melalui konveksi, konduksi dan radiasi. Hal tersebut merupakan
mekanisme untuk mempertahankan suhu saat aktivitas tinggi, sehingga suhu tidak meningkat secara
tajam.

3. Mendeteksi berbagai hal di lingkungan.


a. Mekansime makhluk hidup mendeteksi adanya sentuhan, tekanan, dan gravitasi di
lingkungan.
Secara umum informasi sensoris diterima oleh hewan melalui organ reseptor dan disampaikan
menuju system saraf pusat melalui proses berikut ini:
1) Stimulasi, rangsangan atau stimulus dari luar tubuh berupa mekanoreseptor, kemoreseptor, atau
fotoreseptor akan diterima oleh organ reseptor atau neuron/sel saraf sensoris
2) Transduksi, energi stimulus yang diterima oleh neuron sensoris akan menghasilkan implus saraf
elektrokimia.
3) Transmisi, impuls saraf yang dihasilkan pada transduksi akan mengalirkan potensial aksi
sepanjang jalur aferen menuju system saraf pusat (otak atau sumsum tulang belakang)
4) Interpretasi, system saraf pusat menghasilkan persepsi sensoris melalui sinyal elektrokimia
yang dialirkan melalui jalur eferen sehingga akan terjadinya respon melalui organ efektor atau
merangsang organ lainnya.
Sel sensoris yang peka terhadap sentuhan (mekanoreseptor) adalah korpus Meissner dan sel
Merkel yang berada pada permukaan kulit. Setuhan yang diterima oleh korpus Meissner atau sel
Merkel akan menghasilkan impuls elektrokimia yang ditrasnmisikan menuju sistem saraf pusat,
kemudian diinterpretasikan dengan mentransmisikan sinyal elektrokimia ke efektor atau organ
lainnya.
Sel sensoris yang peka terhadap tekanan (mekanoreseptor) adalah corpus Pacinian yang berada di
bagian dalam kulit. Tekanan eksternal yang diterima akan menghasilkan impuls yang ditransmisikan
menuju sistem saraf pusat untuk diinterpretasikan melalui transmisi sinyak elektrokimia menunju
efektor atau organ lainnya. Interpretasi tekanan pada kulit yang menyebabkan sakit maka tubuh akan
merespon seperti berteriak kesakitan atau berusaha menghilangkan sumber tekanan dengan
berpindah dan lain-lainnya.
Sel sensoris atau reseptor yang peka terhadap gravitasi berada dalam telinga dalam bernama
utriculus dan sakulus yang berada pada labirin bermembran di telinga. Pada utriculus dan sakulus
terdapat sel rambut dengan stereosilia dan kinosilium yang tertanam pada membrane gelatin yang
mengandung kristal kalsium karbonat yang dikenal sebagai membrane otolith. Labirin yang
terdapat utriculus dan sacculus bersambungan dengan saluran semi sirkuler atau setengah lingkaran.
Di ujung saluran terdapat ampullae berupa kumpulan sel-sel rambut lainnya. Ujung silia ersebut
tertanam di dalam pengampit berbentuk seperti layer yang mengandung gelatin disebut kupula.
Kupula tersebut menonjol menuju cairan endolimfe. Utriculus, sacculus dan saluran setengah
lingakaran disebut juga vestibular apparatus yang berperan dalam menerima informasi mengenai
posisi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan equilibrium.
b. Mekanisme makhluk hidup mendeteksi adanya getaran, bunyi (infrasonik atau ultrasonik).
Hewan dapat mendeteksi getaran, bunyi dengan adanya indera pendengaran. Pada vertebrata untuk
mendeteksi adanya getaran, bunyi dapat dilakukan oleh telinga melalui proses berikut.
1) Gelombang tekanan di udara yang dihasilkan oleh suara akan diterima oleh telinga dan masuk
menuju saluran telinga menuju gendang telinga atau membrane timfani yang mengubah suara
menjadi getaran.
2) Getaran tersebut akan menggetarkan atau menggerakkan tulang pendengaran di bagian telinga
tengah yaitu malleus, incus dan stapes.
3) Stapes akan menggetarkan tingkap oval atau oval window yang mengarah menuju bagian
telinga dalam yang terdapat rumah siput atau koklea.
4) Getaran dari tingkap oval akan dilanjutkan menuju koklea di telinga dalam yang berisi cairan.
Cairan dalam koklea akan bergetar. Hal tersebut menyebbakan sel rambut di koklea berbelok dan
menstransuksikan suara menjadi potensial aksi atau impuls yang akan ditransmisikan menuju
sistem saraf pusat. Otak akan menginterpretasikan suara. Frekuensi suara yang berbeda akan
menggetarkan atau membelokkan sel rambut (sel sensoris) yang berbeda pula. Sehingga hewan
dapat membedakan suara berdasarkan pitch atau rendah tingginya suara.
Organ pendengaran untuk hewan yang mampu mendengar infrasonic dan ultrasonic memiliki
modifikasi lebih sehingga mempertajam kemampuannya untuk mendengar suara dengan frekuensi
rendah hingga berfrekuensi tinggi. Sebagai contoh hewan yang memiliki modifikasi organ
pendengaran sehingga mampu menengar infrasonik dan ultrasonik yaitu daun telinga yang lebih
lebar sehingga mampu mendengar suara infrasonik dan ultrasonik.
c. Mekanisme ular mendeteksi adanya binatang lain pada malam hari.
Ular dapat mendeteksi binatang lain dalam kegelapan dengan mendeteksi gelombang inframerah dari
panas tubuh hewan lainnya. Ular memiliki organ yang dapat mempersepsikan panas bernama pit
organ yang berada di bagian kepala antara mata dan lubang hidungnya. Radiasi inframerah akan
memanaskan atau menghangatkan organ pit, kemudia reseptor panas pada membrane organ pit akan
terstimulus menghasilkan impuls yang ditransimisikan menuju otak, otak akan memperseprikan
panas tersebut menjadi informasi stereoskopik. Bagian otak ular yang memproses impuls dari organ
pit adalah pusat penglihatan.
d. Mekanisme hewan laut seperti ikan paus atau ikan pari mendeteksi mangsa.
Paus, hiu, ikan pari dapat mendeteksi mangsa melalui aliran listrik yang dihasilkan oleh pegerakan
atau kontraksi otot hewan mangsa. Reseptor penerima listrik atau elektroreseptor pada makhluk laut
tersebut adalah ampullae Lorenzini. Ampullae Lonrezini berada pada kantung yang memiliki
bukaan dengan kanal berisi jeli yang berhubungan dengan pori di permukaan tubuh. Jeli tersebut
merupakan konduktor listrik yang baik, aliran listrik di bukaan kanal kantung tersebut dapat
menyebabkan depolarisasi pada reseptor menyebabkan dihasilkannya neurotransmitter dan
meningkatkan aktivitas sel saraf sensoris.

4. Gelombang elektromagnetik
a. Pemasangan jaringan listrik PLN sebaiknya digantung pada tiang listrik. Meskipun listrik dapat
memancarkan gelombang elektromagnetik, tetapi listrik juga merambatkan aliran listrik. Aliran
listrik merambat melalui medium. Apabila jaringan listrik dipasang di dalam tanah, hal tersebut
dapat beresiko. Bencana alam seperti gempa, pergerakan lapisan tanah dan lain-lainnya dapat
memberikan resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan listrik yang apabila terjadi aliran listrik dapat
merambat melalui tanah. Selain itu, apabila terjadi kerusakan listrik yang ditanam di tanah akan sulit
untuk diperbaiki. Meskipun pemasangan jaringan listrik di tiang listrik memiliki resiko yang tinggi
pula akibat cuaca, tetapi apabila terjadi kerusakan maka akan lebih terlihat dan mudah untuk dicegah
dengan menggunakan peralatan yang mampu mencegah terjadinya aliran listrik merambat.
Untuk instalasi pemasangan listrik di rumah sebaiknya ditanam pada dinding untuk mengurangi efek
dari gelombang elektromagnetik yang dihasilkan.
b. Apabila manusia terpapar sinar ultraviolet secara langsung dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang bahkan menyebabkan mutasi. Sinar ultraviolet memiliki energi yang tinggi yang dapat merusak
jaringan hidup apabila terpapara. Salah satunya mutasi sel-sel apabila dipandang dari sudut bidang
biologi. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan DNA. DNA diperlukan tubuh untuk
metabolisme seperti sintesis protein dan lain-lainnya. Kerusakan DNA yang terjadi dapat
menyebabkan sintesis protein berlangsung tidak sesuai dengan seharunya. Padahal, protein
merupakan komponen penting bagi tubuh untuk hidup. Protein merupakan komponen utama dari
enzim-ezim yang bekerja dalam tubuh. Dengan rusaknya protein, kemungkinan besar akan
mempengaruhi metabolisme tubuh karena protein pada enzim-enzim yang mekatalis reaksi pada
tubuh mengalami kerusakan. Akibatnya reaksi pada tubuh menjadi tidak sesuai dengan seharusnya
dan mulai muncul berbagai ketidaknormalan pada tubuh, seperti rusaknya jaringan kulit, mata,
munculnya penyakit seperti tumor, kanker, rusaknya materi genetik dan lain-lainnya.
c. Radiasi elektromagentik dihasilkan oleh perangkat seperti handphone. Komunikasi penggunaan
handphone memanfaatkan gelombang elektromagentik yang diperoleh dari stasiun provider sehingga
kita dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berjarak jauh. Handphone memancarkan
gelombang elektromagentik berupa gelombang frekuensi radio yang diperoleh dari stasiun provider.
Paparan radiasi elektromagentik yang dihasilkan oleh handphone umumnya diserap paling banyak
oleh kulit dan jaringan superfisial yang menyebabkan peningkatan suhu pada kulit dan jaringan
superfisial. Paparan radiasi elektromagnetik handphone jangka pendek berakibat pada aktivitas
elektrik otak, fungsi kognitif, siklus tidur, detak jantung hingga tekanan darah. Sedangkan pada
jangka panjang dapat berakibat tumor otak.
d. Dampak yang terjadi pada organisme yang dalam jangka panjang berada di wilayah gardu listrik
bertegangan tinggi dapat menyebabkan organisme menjadi “hypersensitivity” terhadap gelombang
elektromagnetik. Hal tersebut terjadi karena selalu terpapar bidang gelombang elektromagentik
berkekuatan tinggi. Kepekaan yang tinggi terhadap gelombang elektromagentik yang tinggi dapat
memberikan dampak pada otak, menyebabkan pusing, depresi, lesu (kurangnya energi), kekurangan
tidur dan lain-lainnya. Terdapat laporan lainnya bahwa paparan elektromagentik dapat menyebabkan
kanker.

5. Efek rumah kaca


a. Greenhouse effect atau efek rumah kaca adalah proses penyerapan dan emisi radiasi inframerah oleh
gas-gas di atmosfir bumi untuk menghangatkan atmosfir bumi di bagian bawah dan permukaan
bumi. Gas efek rumah kaca yang tersedia secara alami adalah karbon dioksida (CO2) dan uap air
(H2O) yang dapat menangkap panas dari sinar matahari pada atmosfir yang menyebabkan efek
rumah kaca. Tanpa adanya gas-gas rumah kaca, suhu di bumi akan menjadi sangat dingin yang tidak
memungkinkan untuk keberlangsungan kehidupan.
Hal ini menjadi inspirasi untuk bidang botani dengan membuat rumah kaca yang memiliki prinsip
efek rumah kaca, dengan mengatur suhu dalam rumah kaca untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Dengan adanya rumah kaca, bahkan tumbuhan tertentu yang tidak dapat
hidup di suatu wilayah dapat hidup dan berkembang karena dikembangbiakkan di dalam rumah kaca.
Pengaturan suhu, karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) yang lebih sesuai untuk tumbuhan akan
mengoptimalisasi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan yang hidup di dalam rumah kaca,
sehingga tumbuhan yang hidup di rumah kaca lebih cepat berbunga dan berbuah. Selain pengaturan
suhu, gas, kelembaban dan lainnya, pada rumah kaca juga diperhatikan nutrisinya.
b. Gas rumah kaca, jenis gas rumah kaca dan sumber gas rumah kaca.
Greenhouse gas atau gas rumah kaca adalah gas-gas yang dapat menyerap dan memancarkan
radiasi inframerah ke atmosfir yang menyebabkan peningkatan suhu. Gas rumah kaca yang secara
alami tersedia di atmosfir bumi adalah CO2 (9-26% berkontribusi dalam efek rumah kaca), H2O (36-
70% berkontribusi dalam efek rumah kaca), CH4 / metana (4-9% kontribusi dalam efek rumah kaca)
dan O3 / ozon (kontribusi 3-7%). Selain itu, terdapat gas rumah kaca sintesis berupa CFC atau gas
fluorida.
Aktivitas manusia menyebabkan meningkatnya gas rumah kaca seperti CO 2, metana, ozon troposfer,
CFC dan N2O / oksida nitrogen. Peningkatan gas CO2 disebabkan oleh pembakaran bahan bakar
fosil. Selain itu CO2 juga dihasilkan dari materi biologi lainnya dan reaksi kimia lainnya. Metana
dihasilkan saat proses produksi dan transport batu baru, has alam dan minyak. Metana juga
dihasilkan dari proses pembusukan zat sisa organisme. Oksida nitrogen berasal dari aktivitas
pertanian dan indsutri, pembakaran bahan bakar fosil dan sampah padat, serta dihasilkan pula saat
proses treatment limbah air. Gas fluoride atau CFC yang merupakan gas rumah kaca sintesis yang
dihasilkan dari beragam aktivitas industry, selain itu juga dihasilkan dari mesin pendingin seperti
pendingin ruangan hingga lemari es.
c. Dampak adanya lapisan gas rumah kaca di atmosfir bumi.
Proses pemanasan global atau global warming terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas rumah
kaca di bumi yang memiliki peran untuk menghangatkan bumi. Gas rumah kaca memiliki
kemampuan untuk menyerap, dan memancarkan kembali radiasi inframerah ke atmosfir. Sumber
energi panas yang diperoleh oleh bumi adalah berasal dari radiasi sinar matahari. Matahari
mengemisikan energi melalui radiasi gelombang elektromagentik dengan berbagai panjang
gelombang, salah satunya adalah gelombang inframerah yang dapat diserap dan diemisikan kembali
oleh gas rumah kaca. Gas rumah kaca memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengemisikan
inframerah karena adanya ketidakseimbangan muatan, untuk memperoleh keseimbangan muatan
molekul akan bervibrasi dan menyerap inframerah.
Global warming berkaitan dengan hukum Termodinamika II mengenai entropi energi. Secara
umum bumi memancarkan energi dengan jumlah yang sama yang diterimanya. Gas rumah kaca yang
berperan dalam menyerap radiasi matahari mengalami peningkatan konsentrasi di atmosfer bumi,
sehingga radiasi matahari yang diserap oleh bumi pun akan meningkat. Dengan begitu, bumi akan
meradiasikan kembali energi panas dengan jumlah yang sama. Radiasi tersebut menyebabkan
peningkatan suhu. Saat gas rumah kaca meningkat, maka suhu meningkat dan peningkatan suhu
tersebut menyebabkan bumi meradiasikan lebih banyak panas sebagai akibat dari meninggkatnya
energi panas yang diserap oleh atmosfir bumi.
d. Bukti konkret terjadinya peningkatan suhu secara global.
Suhu berkaitan dengan iklim (berkiatan dengan suhu, presipitasi atau angin). Dengan meningkatnya
suhu, maka iklim global pun akan berubah. Sebagai contoh iklim di kutub yang berubah karena
peningkatan suhu, menyebabkan badan es di wilayah kutub berkurang karena mencair. Hal ini akan
menyebabkan peningkatan air laut. Peningkatan air laut menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau
kecil. Selain itu, air di daratan berkurang karena penguapan yang lebih cepat karena meningkatnya
suhu bumi.
e. Dampak pemanasan global bagi daratan, laut, cuaca dan makhluk hidup.
Global warming yang terjadi dengan adanya peningkatan suhu planet mempengaruhi kehidupan di
bumi. Daratan mengalami kekurangan air, karena peningkatan suhu yang menyebabkan penguapan
air di daratan lebih cepat, hal ini juga mempengaruhi kehidupan di daratan. Selain itu, peningkatan
suhu juga mempercepat melelehnya permukaan es di kutub. Hal itu akan mempengaruhi lautan
dengan terjadinya peningkatan permukaan laut. Selain kehidupan di permukaan, kehidupan di lautan
pun mengalami dampak berupa peningkatan suhu air laut yang mempengaruhi makhluk yang hidup
di dalamnya. Makhluk hidup di darat dan di laut akan mengalami kesulitan karena terjadinya
peningkatan suhu di sekitarnya.
Global warming juga mempengaruhi cuaca atau iklim secara global. Peningkatan suhu berkaiatan
dengan komponen dari iklim seperti suhu, tekanan, angin, dan precipitasi. Hal tersebut dipengaruhi
oleh suhu. Peningkatan suhu yang terjadi menyebabkan perubahan iklim, bahkan dapat
menyebabkan bencana seperti topan, badai dan lain-lainnya.
Selain itu, peningkatan suhu di bumi menyebabkan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus,
bakteri, dan lain-lainya menjadi lebih menular. Peningkatan suhu menyebabkan meluasnya wilayah
untuk virus, bakteri bahkan hingga vector penyakit, dengan luasnya wilayah tempat hidup penyebab
penyakit akan menyebabkan meluasnya pula penularan penyakit.
f. Usaha untuk mengurangi atau memperlambat pemanasan global.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi global warming adalah mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil dengan menggunakan kendaran public. Kemudian menanam kembali hutan gundul,
memperbanyak lahan hijau sehingga meningkatnya populasi tumbuhan yang dapat mengurangi CO 2
di atmosfer melalui fotosintesis. Selain itu, gas CO 2 yang dihasilkan dari aktivitas industry manusia
dengan mengolahnya terlebih dahulu menjadi bentuk cair dan dibuang ke dalam lapisan bumi seperti
yang telah dilakukan di Norwegia.

BAGIAN B
1. Metabolisme aerobik and anaerobik
a. Di antara gerak aerobik dan anaerobic yang memerlukan energi yang paling besar adalah
gerak anaerobic. Berdasarkan dari jenis aktivitasnya, olahraga anaerobic memiliki intensitas yang
lebih tinggi sehingga memerlukan energi yang relatif lebih cepat. Untuk memperoleh energi yang
cepat tersebut maka diperlukan metabolisme yang cepat pula yaitu metabolisme anaerobic sehingga
diperoleh ATP yang diperlukan saat itu pula. Sedangakan olahraga aerobic memiliki intensitas yang
rendah yang dilakukan dalam intensitas waktu yang panjang, sehingga proses metabolisme yang
dilakukan adalah metabolisme aerobic yang menggunakan suplai oksigen yang cukup untuk
menghasilkan energi yang dapat digunakan saat beraktivitas jangka panjang saat olahra aerobik.
b. Proses respirasi sel:
Energi dapat diperoleh melalui respirasi seluler yang terdiri dari 1) glikolisis, 2) siklus asam sitrat, 3)
fosforilasi oksidatif.
 Glikolisis
Glikolisis terjadi di sitosol, memecah molekul glukosa (berkarbon 6) menjadi 2 gula (berkarbon
3), dan gula berkarbon 3 diubah menjadi piruvat yang akan digunakan ke tahap selanjutnya. Hasil
dari glikolisis dari 1 molekul glukosa adalah 2 piruvat, 2 NADH dan 2 ATP. Sebelum memasuki
siklus asam sitrat, piruvat diubah menjadi asetil KoA di membrane mitokondria sebelum
digunakan pasa siklus asam sitrat.
 Siklus Asam Sitrat
Asetil KoA yang berasal dari piruvat dari glikolisis digunakan untuk menghasilkan 6 NADH, 2
FADH2, dan 2 ATP.
 Fosforilasi Oksidatif
Pada tahap ini, NADH dan FADH yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan diubah menjadi
energi melalui transport electron. 1 molekul NADH dapat diubah menjadi 3 ATP, dan 1 molekul
FADH dapat diubah menjadi 2 ATP.
c. Pada aktivitas aerobic dan anaerobic aliran darah menjadi lebih cepat. Hal tersebut terjadi
karena adanya peningkatan aktivitas tubuh. Aktivitas tubuh seperti pergerakan otot memerlukan
energi melalui metabolisme berupa respirasi sel. Respirasi aerobic akan menghasilkan ATP yang
banyak dengan menggunakan oksigen yang banyak pula, sedangkan anaerobic akan menghasilkan
sedikit ATP tanpa menggunakan oksigen daslam waktu yang cepat dibandingkan respirasi aerobic.
Peningkatan aliran darah merupakan mekanisme untuk mempercepat supply oksigen bagi sel-sel
tubuh saat pengingkatan aktivitas fisik, di mana oksigen tersebut akan digunakan untuk respirasi sel
sehingga diperoleh energi. Peredaran darah yang terjadi cepat begitu pula dengan frekuensi bernapas
yang lebih cepat pula.

2. Pencemaran lingkungan
a. Keterkaitan antara aktivitas manusia, gas rumah kaca, pemanasan global, iklim dan
dampaknya bagi kehidupan tumbuhan dan hewan/manusia.
Gas rumah kaca secara alami telah berada di atmosfir bumi yang memiliki fungsi untuk
mempertahankan suhu bumi pada rentan suhu yang dapat mendukung keberlangsungan kehidupan.
Sebagai contoh gas CO2 yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat mengabsorbsi energi
inframerah yang menyebabkan molekul CO2 bervibrasi, kemudian molekul gas CO2 tersebut akan
mengemisikan kembali energi yang telah diserap dalam bentuk energi panas.
Aktivitas manusia seperti industry, penggunakan bahan bakar fosil, penggundulan hutan merupakan
contoh aktivitas yang dapat mempengaruhi atau berkaitan dengan efek rumah kaca. Aktivitas
tersebut dapat mengakibatkan peningkatan CO2 di atmosfir bumi. Meningkatnya gas rumah kaca
akan menyebabkan terjadi peningkatan suhu karena banyaknya energi panas yang dipancarkan oleh
gas rumah kaca.
Selain efek rumah kaca, aktivitas manusia juga menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon bumi
yang memiliki peran untuk memfilter radiasi matahari, sehingga hanya sebagian radiasi matahari
yang dapat mencapai permukaan bumi. Gas-gas rumah kaca lainnya seperti freon, CFC dengan
peningkatan suhu yang terjadi dapat menyebabkan O3 mengalami penguraian, sehingga lapisan ozon
menipis. Penipisan lapisan ozon menyebabkan radiasi matahari dengan Panjang gelombang yang
berbeda dapat mencapai permukaan bumi. Hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan suhu di
bumi, kemudian radiasi matahari juga memiliki dampak yang buruk bagi kehidupan di bumi.
Paparan radiasi matahari yang berkepanjangan dapat menyebabkan mutasi pada sel-sel tubuh,
menyebabkan kerusakan tubuh, mengganggu kehidupan di bumi. Perubahan iklim yang terjadi dapat
mempengaruhi tingkat keberlangsungan hidup berbagai spesies, dan mempengaruhi kondisi
lingkungan yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup. Perubahan iklim juga
mempengaruhi vektor-vektor penyakit, menyebabkan organisme menjadi lebih rentan terhadap
penyakit, penyebaran penyakit yang lebih luas dan lain-lainya.
b. Kaitan COVID-19 dengan pencemaran lingkungan.
COVID-19 memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Manusia yang memiliki peran terhadap
terjadinya pencermaran lingkungan, secara tidak langsung COVID-19 juga mempengaruhi
pencemaran lingkungan. Dengan pembatasan aktivitas manusia, maka kegiatan manusia seperti
industri, ekonomi, pendidikan dan sektor lainnya menurun, menyebabkan produktivitas menjadi
menurun. Penurunan aktivitas tersebut menyebabkan kegiatan yang mempercepat proses pencemaran
menurun. Seperti berkurangnya penggunaan bahan bakar fosil akibat berkurangnya mobilisasi
manusia, dan lain-lainnya. Hal tersebut mengurangi pencemaran lingkungan, terutama pencemaran
udara. Terdapat riset yang menunjukkan peningkatan kualitas udara di kota-kota yang terdampak
COVID-19 karena penurunan aktivitas manusia. Tetapi, dengan peningkatan kembali aktivitas
manusia, efek peningkatan kualitas udara ini akan menghilang.
Dari sisi lain, COVID-19 juga meningkatkan pencemaran lingkungan. Sampah-sampah alat medis
sekali pakai yang menjadi kebutuhan saat COVID-19 menjadi salah satu pertimbangan. Masker
media, APD dan sampah lainnya dapat mencemari lingkungan apabila tidak diperhatikan, tidak di-
treatment sehingga menjadi salah satu sumber masalah sampah di kemudian hari.
Pencemaran lingkungan juga mempengaruhi penyebaran COVID-19. Berdasarkan hasil riset
sebelumnya saat wabah SARS, terdapat kaitan antara polusi udara dengan penyebaran dan tingkat
kematian akibat SARS. Hal ini diindikasikan oleh partikel polusi udara yang menyebabkan
penurunan kesehatan paru-paru yang mempermudah infeksi oleh virus SARS. Penelitian serupa
lainnya yang dilakukan di Italia saat wabah COVID-19 terjadi, menunjukkan terdapat penyebaran
wabah.
Selain itu, menurut saya pencemaran lingkungan juga dapat mempengaruhi Corona Virus itu
tersendiri. Adanya partikel pencemar di lingkungan dapat menyebabkan Corona Virus bermutasi dan
berdampak pada wabah, mulai dari meningkatnya ketahanan virus terhadap berbagai perbedaan
kondisi lingkungan, penyebaran yang semakin mudah dan meluas, manusia yang semakin mudah
diinfeksi akibat rendahnya imunitas tubuh yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan itu sendiri
dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai