4. Gelombang elektromagnetik
a. Pemasangan jaringan listrik PLN sebaiknya digantung pada tiang listrik. Meskipun listrik dapat
memancarkan gelombang elektromagnetik, tetapi listrik juga merambatkan aliran listrik. Aliran
listrik merambat melalui medium. Apabila jaringan listrik dipasang di dalam tanah, hal tersebut
dapat beresiko. Bencana alam seperti gempa, pergerakan lapisan tanah dan lain-lainnya dapat
memberikan resiko tinggi terhadap kerusakan jaringan listrik yang apabila terjadi aliran listrik dapat
merambat melalui tanah. Selain itu, apabila terjadi kerusakan listrik yang ditanam di tanah akan sulit
untuk diperbaiki. Meskipun pemasangan jaringan listrik di tiang listrik memiliki resiko yang tinggi
pula akibat cuaca, tetapi apabila terjadi kerusakan maka akan lebih terlihat dan mudah untuk dicegah
dengan menggunakan peralatan yang mampu mencegah terjadinya aliran listrik merambat.
Untuk instalasi pemasangan listrik di rumah sebaiknya ditanam pada dinding untuk mengurangi efek
dari gelombang elektromagnetik yang dihasilkan.
b. Apabila manusia terpapar sinar ultraviolet secara langsung dapat menyebabkan kerusakan jaringan
yang bahkan menyebabkan mutasi. Sinar ultraviolet memiliki energi yang tinggi yang dapat merusak
jaringan hidup apabila terpapara. Salah satunya mutasi sel-sel apabila dipandang dari sudut bidang
biologi. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kerusakan DNA. DNA diperlukan tubuh untuk
metabolisme seperti sintesis protein dan lain-lainnya. Kerusakan DNA yang terjadi dapat
menyebabkan sintesis protein berlangsung tidak sesuai dengan seharunya. Padahal, protein
merupakan komponen penting bagi tubuh untuk hidup. Protein merupakan komponen utama dari
enzim-ezim yang bekerja dalam tubuh. Dengan rusaknya protein, kemungkinan besar akan
mempengaruhi metabolisme tubuh karena protein pada enzim-enzim yang mekatalis reaksi pada
tubuh mengalami kerusakan. Akibatnya reaksi pada tubuh menjadi tidak sesuai dengan seharusnya
dan mulai muncul berbagai ketidaknormalan pada tubuh, seperti rusaknya jaringan kulit, mata,
munculnya penyakit seperti tumor, kanker, rusaknya materi genetik dan lain-lainnya.
c. Radiasi elektromagentik dihasilkan oleh perangkat seperti handphone. Komunikasi penggunaan
handphone memanfaatkan gelombang elektromagentik yang diperoleh dari stasiun provider sehingga
kita dapat berkomunikasi dengan orang lain yang berjarak jauh. Handphone memancarkan
gelombang elektromagentik berupa gelombang frekuensi radio yang diperoleh dari stasiun provider.
Paparan radiasi elektromagentik yang dihasilkan oleh handphone umumnya diserap paling banyak
oleh kulit dan jaringan superfisial yang menyebabkan peningkatan suhu pada kulit dan jaringan
superfisial. Paparan radiasi elektromagnetik handphone jangka pendek berakibat pada aktivitas
elektrik otak, fungsi kognitif, siklus tidur, detak jantung hingga tekanan darah. Sedangkan pada
jangka panjang dapat berakibat tumor otak.
d. Dampak yang terjadi pada organisme yang dalam jangka panjang berada di wilayah gardu listrik
bertegangan tinggi dapat menyebabkan organisme menjadi “hypersensitivity” terhadap gelombang
elektromagnetik. Hal tersebut terjadi karena selalu terpapar bidang gelombang elektromagentik
berkekuatan tinggi. Kepekaan yang tinggi terhadap gelombang elektromagentik yang tinggi dapat
memberikan dampak pada otak, menyebabkan pusing, depresi, lesu (kurangnya energi), kekurangan
tidur dan lain-lainnya. Terdapat laporan lainnya bahwa paparan elektromagentik dapat menyebabkan
kanker.
BAGIAN B
1. Metabolisme aerobik and anaerobik
a. Di antara gerak aerobik dan anaerobic yang memerlukan energi yang paling besar adalah
gerak anaerobic. Berdasarkan dari jenis aktivitasnya, olahraga anaerobic memiliki intensitas yang
lebih tinggi sehingga memerlukan energi yang relatif lebih cepat. Untuk memperoleh energi yang
cepat tersebut maka diperlukan metabolisme yang cepat pula yaitu metabolisme anaerobic sehingga
diperoleh ATP yang diperlukan saat itu pula. Sedangakan olahraga aerobic memiliki intensitas yang
rendah yang dilakukan dalam intensitas waktu yang panjang, sehingga proses metabolisme yang
dilakukan adalah metabolisme aerobic yang menggunakan suplai oksigen yang cukup untuk
menghasilkan energi yang dapat digunakan saat beraktivitas jangka panjang saat olahra aerobik.
b. Proses respirasi sel:
Energi dapat diperoleh melalui respirasi seluler yang terdiri dari 1) glikolisis, 2) siklus asam sitrat, 3)
fosforilasi oksidatif.
Glikolisis
Glikolisis terjadi di sitosol, memecah molekul glukosa (berkarbon 6) menjadi 2 gula (berkarbon
3), dan gula berkarbon 3 diubah menjadi piruvat yang akan digunakan ke tahap selanjutnya. Hasil
dari glikolisis dari 1 molekul glukosa adalah 2 piruvat, 2 NADH dan 2 ATP. Sebelum memasuki
siklus asam sitrat, piruvat diubah menjadi asetil KoA di membrane mitokondria sebelum
digunakan pasa siklus asam sitrat.
Siklus Asam Sitrat
Asetil KoA yang berasal dari piruvat dari glikolisis digunakan untuk menghasilkan 6 NADH, 2
FADH2, dan 2 ATP.
Fosforilasi Oksidatif
Pada tahap ini, NADH dan FADH yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan diubah menjadi
energi melalui transport electron. 1 molekul NADH dapat diubah menjadi 3 ATP, dan 1 molekul
FADH dapat diubah menjadi 2 ATP.
c. Pada aktivitas aerobic dan anaerobic aliran darah menjadi lebih cepat. Hal tersebut terjadi
karena adanya peningkatan aktivitas tubuh. Aktivitas tubuh seperti pergerakan otot memerlukan
energi melalui metabolisme berupa respirasi sel. Respirasi aerobic akan menghasilkan ATP yang
banyak dengan menggunakan oksigen yang banyak pula, sedangkan anaerobic akan menghasilkan
sedikit ATP tanpa menggunakan oksigen daslam waktu yang cepat dibandingkan respirasi aerobic.
Peningkatan aliran darah merupakan mekanisme untuk mempercepat supply oksigen bagi sel-sel
tubuh saat pengingkatan aktivitas fisik, di mana oksigen tersebut akan digunakan untuk respirasi sel
sehingga diperoleh energi. Peredaran darah yang terjadi cepat begitu pula dengan frekuensi bernapas
yang lebih cepat pula.
2. Pencemaran lingkungan
a. Keterkaitan antara aktivitas manusia, gas rumah kaca, pemanasan global, iklim dan
dampaknya bagi kehidupan tumbuhan dan hewan/manusia.
Gas rumah kaca secara alami telah berada di atmosfir bumi yang memiliki fungsi untuk
mempertahankan suhu bumi pada rentan suhu yang dapat mendukung keberlangsungan kehidupan.
Sebagai contoh gas CO2 yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat mengabsorbsi energi
inframerah yang menyebabkan molekul CO2 bervibrasi, kemudian molekul gas CO2 tersebut akan
mengemisikan kembali energi yang telah diserap dalam bentuk energi panas.
Aktivitas manusia seperti industry, penggunakan bahan bakar fosil, penggundulan hutan merupakan
contoh aktivitas yang dapat mempengaruhi atau berkaitan dengan efek rumah kaca. Aktivitas
tersebut dapat mengakibatkan peningkatan CO2 di atmosfir bumi. Meningkatnya gas rumah kaca
akan menyebabkan terjadi peningkatan suhu karena banyaknya energi panas yang dipancarkan oleh
gas rumah kaca.
Selain efek rumah kaca, aktivitas manusia juga menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon bumi
yang memiliki peran untuk memfilter radiasi matahari, sehingga hanya sebagian radiasi matahari
yang dapat mencapai permukaan bumi. Gas-gas rumah kaca lainnya seperti freon, CFC dengan
peningkatan suhu yang terjadi dapat menyebabkan O3 mengalami penguraian, sehingga lapisan ozon
menipis. Penipisan lapisan ozon menyebabkan radiasi matahari dengan Panjang gelombang yang
berbeda dapat mencapai permukaan bumi. Hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan suhu di
bumi, kemudian radiasi matahari juga memiliki dampak yang buruk bagi kehidupan di bumi.
Paparan radiasi matahari yang berkepanjangan dapat menyebabkan mutasi pada sel-sel tubuh,
menyebabkan kerusakan tubuh, mengganggu kehidupan di bumi. Perubahan iklim yang terjadi dapat
mempengaruhi tingkat keberlangsungan hidup berbagai spesies, dan mempengaruhi kondisi
lingkungan yang merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup. Perubahan iklim juga
mempengaruhi vektor-vektor penyakit, menyebabkan organisme menjadi lebih rentan terhadap
penyakit, penyebaran penyakit yang lebih luas dan lain-lainya.
b. Kaitan COVID-19 dengan pencemaran lingkungan.
COVID-19 memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Manusia yang memiliki peran terhadap
terjadinya pencermaran lingkungan, secara tidak langsung COVID-19 juga mempengaruhi
pencemaran lingkungan. Dengan pembatasan aktivitas manusia, maka kegiatan manusia seperti
industri, ekonomi, pendidikan dan sektor lainnya menurun, menyebabkan produktivitas menjadi
menurun. Penurunan aktivitas tersebut menyebabkan kegiatan yang mempercepat proses pencemaran
menurun. Seperti berkurangnya penggunaan bahan bakar fosil akibat berkurangnya mobilisasi
manusia, dan lain-lainnya. Hal tersebut mengurangi pencemaran lingkungan, terutama pencemaran
udara. Terdapat riset yang menunjukkan peningkatan kualitas udara di kota-kota yang terdampak
COVID-19 karena penurunan aktivitas manusia. Tetapi, dengan peningkatan kembali aktivitas
manusia, efek peningkatan kualitas udara ini akan menghilang.
Dari sisi lain, COVID-19 juga meningkatkan pencemaran lingkungan. Sampah-sampah alat medis
sekali pakai yang menjadi kebutuhan saat COVID-19 menjadi salah satu pertimbangan. Masker
media, APD dan sampah lainnya dapat mencemari lingkungan apabila tidak diperhatikan, tidak di-
treatment sehingga menjadi salah satu sumber masalah sampah di kemudian hari.
Pencemaran lingkungan juga mempengaruhi penyebaran COVID-19. Berdasarkan hasil riset
sebelumnya saat wabah SARS, terdapat kaitan antara polusi udara dengan penyebaran dan tingkat
kematian akibat SARS. Hal ini diindikasikan oleh partikel polusi udara yang menyebabkan
penurunan kesehatan paru-paru yang mempermudah infeksi oleh virus SARS. Penelitian serupa
lainnya yang dilakukan di Italia saat wabah COVID-19 terjadi, menunjukkan terdapat penyebaran
wabah.
Selain itu, menurut saya pencemaran lingkungan juga dapat mempengaruhi Corona Virus itu
tersendiri. Adanya partikel pencemar di lingkungan dapat menyebabkan Corona Virus bermutasi dan
berdampak pada wabah, mulai dari meningkatnya ketahanan virus terhadap berbagai perbedaan
kondisi lingkungan, penyebaran yang semakin mudah dan meluas, manusia yang semakin mudah
diinfeksi akibat rendahnya imunitas tubuh yang disebabkan oleh pencemaran lingkungan itu sendiri
dan lain sebagainya.