Anda di halaman 1dari 33

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL

BELI SAPI MENGGUNAKAN CESH TEMPO DI DESA


KABUL KECAMATAN PRAYA BARAT DAYA KABUPATEN
LOMBOK TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepaa fakultas agama islam


universitas hasyim asy’ari
untuk memenuhi sebagai syarat penulisan skripsi

Disusun Oleh:
ANISA SAPUTRI
NIM/NIMKO: 17102403/2017.4.007.0204.1.00075

Dosen Pembimbing:
Ninik Azizah, S.Hi., M.H
NIY.UHA.01.0333

UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH TEBUIRENG
JOMBANG JAWA TIMUR
2020

1
BAB I

PENAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat merupakan sekumpulan manusia, yang biasa disebut
dengan makhluk sosial. Manusia juga merupakan makhluk sosial yang
ramah dan juga saling tolong-menolong terhadap sesama (At-Ta’awun).
Oleh karena itu, manusia diciptkan oleh Allah saling membutuhkan antara
manusia satu dengan manusia yang lain supaya mereka saling tolong-
menolong, karena manusia tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Tolong menolong ini juga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
diantaranya, tukar menukar sesuai keperluan masing-masing baik dalam
hal sewa-menyewa, jual beli, bercocok tanam dan lain-lain.1 Dalam syariat
Islam, jual beli merupakan pekerjaan yang mulia. Jual beli juga
mempunyai aturan-aturan agar mendapat keberkahan dan juga meneladani
sifat dan pekerjaan Rasulullah dalam berdagang pada masa dulu
diantaranya, sesuai dengan ketentuan syarat wajib dan sahnya jual beli.
Selain dibenarkan oleh syariat Islam, jual beli disini juga mempunyai nilai
ibadah.2 Dan apabila salah satu syarat wajib dan sahnya tidak terpenuhi,
maka jual beli tersebut dikatakan tidak sah. Jual beli adalah saling tukar
menukar antara benda dengan harta benda atau harta benda dengan uang
ataupun saling memberikan sesuatu kepada pihak lain,dengan menerima
imbalan terhadap imbalan tersebut dengan menggunakan transaksi yang
didasari saling ridhoa yang dilakukan secara umum
Syariat Islam telah Allah turunkan dan diperuntukkan tak lain
hanya untuk hamba-hambaNya serta memperbolehkan mereka melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang membawa kemaslahatan bagi mereka untuk
membangun hidup serta menumbuhkan perekonomian sehingga dapat

1
Sulaiman Rasjid, Alfiqhul Islam (Fiqh Islam), (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2017), 278.
2
Ahmad Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001), 113.

2
memberikan kebaikan bagi mereka didunia dan diakhirat . Sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 2:

َ ‫ۖ َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا‬
‫ب‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.3

Oleh karna itu diharamkan kepada orang-orang yang melakukan


pekerjaan-pekerjaan buruk yang dapat merusak akhlaknya serta dapat
meruntuhkan kemasyarakatan dan perekonomian. Adapun pekerjaan yang
diperbolehkan oleh Allah Swt. diantaranya ialah jual beli dan yang
diharamkan adalah riba.4
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna karena diberikan
akal oleh Allah swt sebagai bentuk kelebihan dibandingkan makhluk
lainnya. Oleh karena itu,Allah memberikan aturan-aturan dalam
menjalankan hidup sehari-hari supaya manusia berpikir bagaimana cara
menjalankan hidup dengan baik dan benar, agar tidak dapat merugikan
orang lain dan dapat hidup lebih baik dari hari kehari.

Keberhasilan dalam suatu masyarakat baik individual maupun


sosial ditentukan oleh beberapa hal, seperti lingkungan sekitar. Dalam
kata-kata bijak dikatakan “keberhasilan ditentukan oleh kekuatan, namun
tidak ada kekuatan tanpa dengan cara kerja sama, dan kerja sama dapat
dicapai dengan saling menghormati antara satu dan yang lainnya, kecuali
dengan menegakkan aturan”.

Oleh karena itu, denganadanya aturan dari seseorang atau


sekelompok orang dapat mencapai keberhasilan. Allah telah menjadikan
3
Al-Qur’an Tajwid & Terjemahnya, Kementrian Agama RI, (Bandung: PT. Sygma Exagrafika,
2010), 106.
4
Syekh Abdurrahman as-Sa’di, dkk, Fiqh Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah,
(Jakarta: Senayan Publishing, 2008), 141.

3
manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain
supaya mereka tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala
urusan kepentingan hidup masing-masing baik dengan jalan sewa
menyewa maupun jual beli.

Pada umumnya, orang memerlukan benda yang ada pada orang


lain (pemili knya) untuk dapat dimiliki dengan mudah, tetapi pemiliknya
kadang-kadang tidak mau memberikanya. Dengan adanya syarat jual beli
menjadi wasilah (jalan) untuk mendapatkan keinginan tersebut tanpa
berbuat salah. Jual beli yang dimaksud adalah menukar barang dengan
barang atau barang dengan uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan
hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.

Dengan adanya jual beli, kebutuhan manusia dapat terpenuhi


melalui suatu jalan yang lebih baik, halal dan lebih mudah tanpa takut
berbuat salah dan dosa. Tukar menukar barang dengan anggota masyarakat
secara suka rela adalah suatu jalan yang adil dan benar.

Jual beli tidak selamanya dilakukan secara langsung penyerahan


uang maupun penerimaan barang yang dilakukan dalam satu waktu dalam
bersamaan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa kabul kecamatan
praya barat daya Kabupaten Lombok Tengah, mereka melakukan
teransaksi jual beli hewan ternak sapi dengan cara tidang tunai melainkan
dengan cara sistem cesh tempo (pembayaran diakhir,sesuai dengan
kesepakatan di awal).

Desa kabul adalah salah satu desa yang Praya Barat Daya,
Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggagara Barat, desa kabul
ini berada dibawah kaki gunung merejez. Msyarakat desa kabul termasuk
masyarakat sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karna itu
secara ekonomi masyarakat desa kabul sudah tentu ada yang tergolong
mampu dan ada juga yang tergolong tidak mampu. Faktor kebutuhan

4
inilah yang yang dapat menyebabkan orang terdorong untuk melakukan
jual beli dengan menggunakan sistem cesh tempo.

Dalam penerapannya di Desa Kabul Kecamatan Praya Barat Daya


Kabupaten Lombok Tengah terdapat masyarakat yang melakukan
transaksi jual beli barang dengan uang tetapi tidak dengan cara tunai
melainkan dengan cara cesh tempo (pembayaran di akhir sesuai dengan
kesepakatan di awal). Jual beli binatang ternak sapi dengan sistem cesh
tempo (pembayaran di akhir sesuai dengan kesepakatan di awal) telah
dipraktekan oleh sebagian besar masyarakat desa kabul.

Dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk meneliti


tentang bagaimana praktek jual beli sapi menggunakan cesh tempo
(pembayaran diakhir sesuai dengan kesepakatan di awal) di desa kabul
kecamatan praya barat daya kabupaten lombok tengah, dan penulis susun
dalam bentuk skripsi yang berjudul “TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SAPI MENGGUNAKAN
CESH TEMPO DI DESA KABUL KECAMATAN PRAYA
BARATDAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan
beberapa masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana praktek jual beli sapi di desa kabul kecamatan praya barat
daya kota lombok tengah?
b. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap praktek jual beli sapi
menggunakan kas tempo?

C. Tujuan Penelitian

5
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti mengetahui
tujuan penelitian sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui Bagaimana praktek jual beli sapi di desa kabul
kecamatan praya barat daya kota lombok tengah
b. Untuk mengetahui Bagaiman tinjauan hukum praktek jual beli sapi
menggunakan kas tempo.

D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian dan penulisan, penulis berharap dapat
memberikan manfaat kepada penulis utamanya pembaca yaitu antara
lain:
a. Teoritik, penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang bagaimana praktek jual beli sapi di desa kabul
kecamatan praya barat daya kota lombok tengah
b. Praktis, sebagai upaya untuk memberi masukan kepada pelaku usaha
tentang pentingnya mengetahui bagaiman tinjauan hukum praktek jual
beli sapi menggunakan kas tempo . Selain itu, manfaat penelitian ini
bagi penulis adalah untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
S1 Sarjana Hukum pada Prodi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Hasyim Asy’ari.

E. Penegasan Judul
Dari uraian diatas, skripsi ini berjudul tentang “PRAKTEK JUAL
BELI SAPI MENGGUNAKAN CESH TEMPO DI DESA KABUL
KECAMATAN PRAYA BARATDAYA KABUPATEN LOMBOK
TENGAH”.
Untuk mempermudah pembahasan yang penulis teliti, maka
penulis akan menjelaskan dan menguraikan beberapa kata, agar tidak
terjadi kesalah pahaman pada judul yang ada sebagaimana berikut:
Jual beli : adalah suatu transaksi tukar menukar barang yang
mempunyai nilai,yang dimana salah satu pihak menjual

6
barang tersebut,dan pihak lain membelinya sesuai dengan
kesepakatan.
Cesh tempo : adalah modal jual beli dengan cara konsumen mengambil
barang dari penjual, lalu diakhir priode dibayar total
seluruh harganya disebut dengan jual beli cesh tempo.
Sapi : adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anak
suku Bovinae. sapi yang telah dikebiri dan biasanya
digunakan untuk membajak sawah dinamakan lembu. Sapi
dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya
sebagai pangan manusia.
Desa kabul : adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Praya
Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggagara Barat,indonesia. Desa ini sebagian besar
penduduknya besuku sasak.

F. kajian Pustaka Terdahulu

Kajian pustaka merupakan bahan pustaka yang berkaitan dengan


masalah penelitian, berupa sajian hasil atau bahasan ringkas dari hasil
temuan penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian.
Dibawah ini akan disebutkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang
membahas tentang jual beli di dalam skripsi di beberapa Universitas dalam
penelitian sebelumnya ditemukan beberapa masalah yang berkaitan
dengan “Praktek Jual Beli Sapi Menggunakan Cesh Tempo Di Desa Kabul
Kecamatan Praya Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah” Judul- judul
tersebut yaitu :

a. Usman arifin,praktek simsar dalam jual beli kambing di Desa Pandan


Indah Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah
( Perspektif Fiqh Muamalah).

7
Skripsi saudara usman arifin memilih fokus penelitian praktik
simsar dalam jual beli kambing di Ds. Pandan Indah Kec. Praya Barat
Daya, perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti
adalah saudara usman Arifin pokus pada proses jual beli kambing
yang dilakukan oleh pemake;laran dengan peternak. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah prakti jual
beli sapi menggunakan ces tempo Di Desa Kabul Kecamatan Praya
Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah, prakteknya adalah sama-sama
meneliti praktik jual beli yang dilakukan oleh pelaku usaha atau yang
bertransaksi dengan objek hewan dan ditinjau dari perspektif hukum
islam.

b. Samsul Patriadi, tinjauan hukum Islamterhadap perubahan harga dalam


praktek jual beli sapi di Ds. Saba Kec, Janapria, yang diajukan kepada
fakultas syariah dan ekonomi Islam negri (IAIN Mataram 2016).

Fokus penelitian skripsi ini adalah bagaimana bentuk


perubahan warga dalam praktek jual beli di Ds, Saba Kec, Janpria.
Disis lain fokus penelitian saudara Samsul Patriadi terletak pada
bagaimana tinjauan hukum Isklam terhadap perubahan harga dalam
praktek jual beli sapi di Ds, Saba Kec. Janapria.

c. Harianto, tinjauan hukum Islam terhadap jual beli hewan ternak dengan
sistem tempo di Ds. Lekor Kec. Janapria Kab. Lombok Tengah.

Dalam penelitian skripsi ini, penelitian skripsi saudara


Hariamnto yang menjadi fokus penelitiannya adalah praktik jual beli
hewan ternak dengan sistem tempo di Ds. Lekor Kec. Janapria Kab.
Lombok Tengah. Dan penyebab terjadinya jual beli dengan sistem
tempo dalam jual beli hewan ternak sapi di Ds. Lekor Kec. Janapria
Kab. Lombok Tengah.

8
G. Landasan Teori
1. Pengertian Jual Beli
Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling
membutuhkan satu sama lain,agar mereka saling tolong menolong,
tukar menukar keprluan dalam segala urusan kepentingan sendiri
maupun untuk kemaslahatan bersama. Jual beli disebut ba’i dalam
bahasa arab, ba’i adalah suatu transaksi yang dilakukan dengan pihak
pembeli terhadap suatu barang dengan harga yang disepakati5.
Adapun definisi sebagaian ulama yang mengatakan jual beli
adalah menukar satu harta dengan harta yang lain dengan cara khusus
merupakan definisi yang bersifat toleran karena menjadikan jual beli
sebagai saling menukar, sebab pada dasarnya akad tidak harus ada
saling tukar akan tetapi menjadi bagian dari konsekuensinya kecuali
jika dikatakan : “akad yang mempunyai sifat saling tukar menukar
artinya menuntut adanya satu pertukaran”.
Jual beli secara etimologi atau bahasa pertukaran barang dengan
barang (barter)6. Jual beli merupakan istilah yang dapat digunagan
untuk menyebut dari dua sisi transaksi yang terjadi sekaligus yaitu
menjual dan membeli7
Sedangkan menurut terminologi atau istilah yang dimaksud
dengan jual beli adalah menukar barang dengan barang atau menukar
barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari satu
orang kepada yang lain atas dasar saling merelakan. Dari definisi
diatas dapat dipahami bahwa inti dari jual beli adalah suatu perjanjian
tukar menukar bnda atau barang yang mempunyai nilai yang secara
sukarela diantara kedua belah pihak, sesuai yang dibenarkan oleh
syara 8
5
Zainudin Ali, Hukumperdata islam di indonesia (jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 134.
6
Imam Mustofa, Fikih Muamalah Kontemporer (Jakarta: RajawaliPers. 2016), h. 21.
7
Ibid,
8

9
Dari beberapa uraian pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa jual beli adalah pemindahan suatu hak pemilikan atas satu
benda dengan cara tukar menukar harta atau juga memindahkan hak
milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu dengan alat tukar
yang sah dalam ruang lingkup perdagangan.
Jual beli adalah suatu tindakan transaksi yang telah
disyari’atkan dalam arti telah tegas dan sah untuk dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat yang telah ada hukumnya dalam islam.

2. Dasar Hukum Jual Beli


Di dalam islam jual beli merupakan sarana tolong menolong
antara sesama manusia yang yang memiliki landasan kuat dalam
islam. Jual beli merupakan sebagian dari muamalah yang mempunyai
dasar hukum yang jelas baik dari segi Al-qur’an, Assun-nah setelah
menjadi ijma’ ulama dan juga para kaum muslimin. Bahkan jual
bukan hanya sekedar muamalah, akan tetapi menjadi salah satu media
dalam melakukan kegiatan saling tolong menolong. Adapun landasan
hukum islam dalam jual beli tersebut adalah sebagai berikut ;
a. Landasan Al-Qur’an

Al-ba’I atau jual beli adalah sebuah akad yang


diperbolehkan. Hal tersebut dikarenakan dalil-dalil yang terdapat
dalam Al-qur’an. Sebagaimana yang di kutip dalam surah Al-
baqarah ayat 275 yang berbunyi:

ِّ ‫َواَ َح َّل ال ٰلّهُ ا ۡلبَ ۡي َع َو َحَّر َم‬


‫الر ٰبوا‬

“Dan Allah telah meghalalkan jual-beli dan


mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah : 275)

Riba itu ada dua macam: fadl dan nasiah. Riba fadl disebut
juga riba buyu’, yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang

10
sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mitslan bi
mitslin), sama kuantitasnya (saqa-an bi sawa-in) dan sama waktu
penyerahannya (yadan bi yadin). Riba nasi’ah ialah menunda
menangguhkan, atau menunggu, dan mengacu pada waktu yang
diberikan bagi pengutang untuk membayar kembali utang dengan
memberikan “tambahan” atau “premi”.

b. Landasan As-sunnah

Jual beli juga dijelaskan dalam hadist, mengingat hadist


merupakan pedoman kedua bagi umat Islam setalah Al-
Qur‟an,sehingga penjelasan-penjelasan dalam hadist yang
disabdakan oleh nabi Muhammad SAW. Hendaknya
dilaksanakan, karena hal tersebut bernilai sunnah

Dalam literatur syar’ah dalam islam Dalam literatur


syari‟ah Islam, jual beli atau sekarang istilah modernnya bisnis
termasuk dalam kategori mu‟amalah. Istilah yang digunakan
untuk muamalah ini adalah al-bai', asy-syiro' dan at-tijaroh.

Bagi seorang muslim yang memiliki kesibukan diri


dengan urusan muamalah, hendaknya mempelajari hukum-hukum
yang bersangkutan dengannya secara rinci dan seksama agar ia
mampu berinteraksi dalam koridor syariat dan terhindar dari
tindakan-tindakan yang dilarang syariat dan merugikan sesama
manusia.

Bila kedua pihak semuanya berdiri dan pergi bersama-


sama,maka hak khiyar tetap ada. Kemudian Rasulullah SAW
menyebutkan sebagian dari sebab-sebab keberkahan dan
pertumbuhan, sebagian dari sebab-sebab kerugian dan kerusakan.
Sebab-sebab barakah, keuntungan dan pertumbuhan adalah
kejujuran dalam muamalah, menjelaskan aib, cacat, dan
kekurangan atau sejenisnya dalam barang yang dijual. Adapaun

11
sebab-sebab kerugian dan ketiadaan barakah ialah yang
menyembunyikan cacat, dusta dan memalsukan barang dagangan.

Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadist:

‫عن رفاعة بن رافع رضي اهلل عنه أن النيب صلى اهلل عليه وسلم سئل‬

‫ أطيب؟ قال عمل الرجل بيده وكل بيع مربور‬4‫أي الكسب‬

Artinya: “Dari Rifa’ah ibnu Rafi’ bahwa Nabi Muhammad


SAW, pernah ditanya: Apakah profesi yang paling baik?
Rasulullah menjawab: “Usaha tangan manusia sendiri dan setiap
jual beli yang diberkati”. (HR. Al-Barzaar dan Al-Hakim).

Dari pemaparan hadist diatas dapat kita ketahui bahwa jual


beli merupakan usaha atau pekerjaan yang baik, keuntungan
adalah kejujuran dalam muamalah. Adapun sebab-sebab kerugian
dan ketiadaan barakah ialah yang berdusta dan memalsukan
barang.

Ijma atau kosensus, sumber hukum syariat ketiga setelah


Al-Qur’an dan As-Sunnah, didefinisikan sebagai persetujuan para
ahli hukum Islam pada masa tertentu tentang masalah hukum.

Menurut bahasa, Ijma’ adalah kata benda verbal (mashdar)


dari kata ‫ أجمع‬yang mempunyai dua makna, memutuskan dan
menyepakati sesuatu. Contoh pertama: ajma’ fulan ala kadza (si
A memutuskan begini). Contoh kedua: ajma’ al-qaum ‘ala
kadza(orang-orang sepakat bulat tentang begini). Makna kedua
dan pertama sering digabung, di mana bila ada kesepakatan bulat
tentang sesuatu, maka juga ada keputusan tentang soal itu

Ijma’ adalah kesepakatan mayoritas mujtahidin diantara


orang Islam pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW.

12
Atas hukum syara‟’mengenai suatu kejadian atau kasus. Ulama
telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa
bantuan dari orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang
milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan
barang yang lainnya yang sesuai.

Dalam penetapan rukun jual beli, diantara para ulama


terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiyah rukun jual
beli hanyalah satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli)
dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka yang
menjadi rukun dalam jual beli itu hanyalah kerelaan (rida atau
tara’dhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jual beli.
Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu merupakan unsur hati yang
sulit untuk diukur sehingga tidak kelihatan.

Maka di perlukan indikator yang menunjukan kerelaan itu


dari kedua belah pihak. indikator yang menunjukan kerelaan
kedua belah pihak yang melakukan transaksi jual beli, menurut
mereka boleh tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara
saling memberikan barang dan harga barang(ta’a-thi).

Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat, yaitu:

a) Ba’i dan Mustari (penjual dan pembeli)

b) Sighat (ijab dan qabul)

c) Ma’qud ‘alaih (benda atau barang)

d) Ada nilai tukar pengganti barang

Menurut ulama hanafiyah, orang yang berakad, barang


yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syarat,
bukan rukun jual beli.

13
3. Syarat Jual Beli
Syarat adalah unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh rukun itu
sendiri. Transaksi jual beli haruslah memenuhi syarat, baik tentang
subjeknya, objeknya, dan tentang lafadz. Adapun syarat jual beli yang
dikemukakan oleh jumhur ulama adalah sebagai berikut: a) Syarat
orang yang berakad
a. Berakal
Jual beli hendaknya dilakukan dalam keadaan sehat dan
sadar. Jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal,
orang yang gila atau bodoh tidak sah melakukan jual beli karena
tidak sesuai dengan ketentuan syara’. menurut ulama hanafiyah,
apabila akad yang dilakukannya membawa keuntungan bagi
dirinya, seperti menerima hibah, wasiat, dan sedekah, maka
akadnya sah. Sebaliknya, apabila akad itu membawa kerugian
bagi dirinya, seperti meminjamkan hartanya kepada orang lain,
mewakafkan, atau menghibahkannya, maka tindakan hukumnya
ini tidak boleh di laksanakan.

b. Baligh
Baligh adalah masa kedewasaan seseoarang yang menurut
kebanyakan para ulama yaitu apabila seseorang telah mencapai
usia 15 tahun atau orang yang belum mencapai umur yang
dimaksud, akan tetapi sudah dapat bertanggung jawab secara
hukum.
c. Dengan kehendak sendiri
Prinsip jual beli adalah suka sama suka tanpa adanya
paksaan dari pihak manapun, baik antara si penjual atau si
pembeli. Jika terdapat paksaan kepada salah satu pihak maka jual
beli itu tidak sah.
4. Rukun Dan Syarat Jual Beli
a. Rukun jual beli

14
Jual-beli adalah menukar suatu barang dengan barang
yang lain dengan cara yang tertentu. Mengenai rukun dan syarat
jual-beli, para ulama berbeda pendapat. Menurut kalangan
Hanafiah rukun jual-beli hanya ijab dan kabul saja. Mereka
mengatakan, yang menjadi rukun dalam jual-beli itu hanyalah
kerelaan antara kedua belah pihak untuk berjual-beli. Namun,
karena unsur kerelaan berhubungan dengan hati yang sering tidak
kelihatan, maka diperlukan indikator (Qarinah) yang
menunjukkan kerelaan tersebut dari kedua belah pihak. Dapat
dalam bentuk perkataan ijab dan kabul atau dalam bentuk
perbuatan, yaitu saling memberi (penyerahan barang dan
penerimaan uang).
Akan tetapi, Jumhur Ulama menyatakan bahwa rukun jual
beli itu ada empat, yaitu:
1) Ada orang yang berakad atau al-muta ‘aqidain (penjual dan
pembeli).

2) Ada sighat (lafal ijab dan kabul).

3) Ada barang yang dibeli.

4) Ada nilai tukar pengganti barang.

Menurut Ulama Hanafiyah, orang yang berakad, barang


yang dibeli dan nilai tukar barang termasuk ke dalam syarat-
syarat jual-beli, bukan rukun jual-beli.
Menurut Jumuhur Ulama, bahwa syarat jual-beli sesuai
dengan rukun jual-beli yang disebutkan di atas adalah sebagai
berikut:
1) Syarat orang yang berakad

Ulama fiqh sepakat, bahwa orang yang melakukan


akad jual-beli harus memenuhi syarat:

15
a) Berakal. Oleh sebab itu, jual beli yang dilakukan anak
kecil yang belum berakal hukumnya tidak sah.

b) Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang


berbeda. Maksudnya, seseorang tidak dapat bertindak
sebagai pembeli dan penjual dalam waktu yang
bersamaan.

2) Syarat yang terkait dengan ijab dan kabul

Para ulama fiqh sepakat bahwa unsur utama dari jual


beli yaitu kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah
pihak dapat dilihat dari ijab dan kabul yang dilangsungkan.
Menurut mereka, ijab dan kabul perlu diungkapkan secara
jelas dalam transaksi-transaksi yang bersifat mengikat kedua
belah pihak, seperti akad jual beli, sewa menyewa, dan nikah.

3) Syarat-syarat barang yang diperjual belikan (Ma’qud ‘alaih)

a) Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak


penjual menyatakan kesanggupannya untuk
mengadakan barang itu.

b) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.

c) Milik seseorang. Barang yang sifatnya belum dimiliki


seseorang, tidak boleh diperjual belikan, seperti
memperjual belikan emas dalam tanah, karena emas itu
belum dimiliki penjual.

d) Boleh diserahkan pada saat akad berlangsung, atau


pada waktu yang telah disepakati bersama ketika akad
berlangsung

b. Syarat Jual Beli

16
Syarat jual beli terbagi menjadi tiga, yakni: syarat terkain
sabjek, syarat terkait objek, dan syarat terkait lafadz.9
1) Syarat terkait subjek, antara lain:
a) Berakal, agar tidak terkicuh, orang gila atau bodoh
tidak sah jual-belinya
b) Dengan kemauannya sendiri (tidak dipaksa)
c) Tidak mubadzir (pemboros)
d) Baligh (berumur 15 tahun ke atas atau dewasa). Anak
keci tidak sah jual belinya. Adapun anak kecil yang
sudah mengetahui, akan tetapi belum mencapai umur
dewasa, menurut sebagian ulama’ ada yang
memperbolehkannya dalam artian sah jual belinya,
karena jika hal ini dilarang maka akan menyebabkan
kesulitan dan kesukaran.
2) Syarat terkait objek
Syarat terkait objek antara lain:
a) Bersih barangnya, yakni barang yang diperjual
belikan ini bukan termasuk barang yang najis, atau
barang yang haram untuk diperjualbelikan. Akan
tetapi ada barang yang mengandung najis itu
diperbolehkan untuk diperjualbelikan karena hal itu
hanya sebatas saja tidak untuk dikonsumsi.
b) Dapat dimanfaatkan, yakni barang yang
diperjualbelikan dapat memberikan manfaat, seperti
manfaat untuk dikonsumsi, dinikmati keindahannya,
dan lain sebagainya.
c) Milik orang yang melakukan akad, yakni barang yang
perjualbelikan itu milik pribadi dari salah seorang
yang melakukan akad.

9
Nurul Inayah, Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Buah Melon Dengan Sistem
Tebas (Studi Kasus di Desa Buluagung Kecamatan Siliragung Kabupaten Banyuwangi), 2018

17
d) Mampu menyerahkan, yakni barang yang
diperjualbelikan mampu untuk diserahkan,
maksudnya barang harus ada atau wujud atau nyata.
e) Mengetahui, yakni barang tersebut dapat diketahui
baik keadaannya, jumlahnya, takarannya, maupun
kualitasnya.
3) Syarat terkait lafadz
Syarat terkait lafadz, antara lain:
a) Adanya kesesuain antara ijab dan kabul.
Pernyataan ijab kabul (sighat al-aqd) dalam majelis
tertentu

5. Macam-Macam Jual Beli


Dari berbagai tinjauan, jual beli dapat dibagi menjadi
beberapa bentuk, berikut ini adalah macam-maccam jual beli:
a. Ditinjau dari segi sifatnya

Ditinjau dari segi sifatnya jual beli terbagi menjadi dua


bagian yaitu jual beli shahih dan jual beli ghair shahih. Pengertian
ual beli shahih adalah jual beli yang tidak terjadi kerusakan, baik
pada rukun, dan maupun syaratnya. Pengertian ghair shahih
adalah jual beli yang tidak dibenarkan sama sekali oleh syara’.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa jual beli yang rukun dan
syarat nya tidak terpenuhi sama sekali, ataupun yang rukun nya
terpenuhi tetapi syarat nya tidak terpenuhi.

b. Dilihat dari shighatnya

Dilihat dari segi shighatnya jual beli dapat dibagi menjadi


dua yaitu: jual beli mutlaq dang ghair mutlaq. Pengertian dari jual
beli mutlaq adalah jual beli yang dinyatakan dengan shighat yang

18
bebas dari kaitannya dengan syarat dan sandaran kepada masa
yang akan datang.

Sedangkan ghair mutlaq adalah jual beli yang shighatnya


atau disandarkan kepada masa yang akan datang.

c. Dilihat dari segi objek jual beli, dibagi menjadi tiga macam:

1) Jual beli muthlaqah, tukar-menukar uang dengan barang


atau jasa. Misalnya: tukar-menukar rupiah dengan mobil.

2) Jual beli muqayyadhah, tukar-menukar barang dengan


barang (barter). Misalnya : tukar-menukar buku dengan
jam.

3) Jual beli sharf, tukar-menukar uang dengan uang. Misalnya:


tukar-menukar uang rupiah (Indonesia) dengan riyal (Saudi
Arabia).

d. Dilihat dari segi cara menetapkan harga, jual beli dibagi menjadi
empat macam:

1) Jual beli Musawamah (jual beli dengan cara tawar menawar),


yaitu jual beli dimana pihak penjual tidak menyebutkan harga
pokok barang, akan tetapi menetapkan harga tertentu dengan
tujuan membuka peluang untuk ditawar.

2) Jual beli amanah, yaitu jual beli dimana pihak penjual


menyebutkan harga pokok barang lalu menyebutkan harga
jual barang tersebut. Jual beli amanah dibagi menjadi tiga
bagian:

3) Jual beli Muzayyadah (lelang), yaitu jual beli dengan


penawaran dari penjual dan para pembeli menawar.
Penawaran tertinggi terpilih menjadi pembeli.

19
e. Dilihat dari segi pembayaran atau waktu serah terima, jual beli
dibagi menjadi empat macam:

1) Jual beli tunai, yaitu dengan pembayaran dan penyerahan


secara langsung.

2) Jual beli dengan pembayaran tertunda (ba’i muajjal), yaitu


jual beli yang penyerahan barang secara langsung dan
pembayaran yang dilakukan kemudian.

3) Jual beli dengan penyerahan barang yang tertunda (pesanan),


terdapat dua macam:

a) Jual beli salam Yaitu jual beli dengan sistem pesanan,


pembayaran dimuka, sementara barang diserahkan
diwaktu kemudian.

b) Jual beli Istisna Yaitu jual beli istisna’ ini sebagai


kelanjutan dari jual beli salam, yang membedakannya
yaitu dari segi cara pembayarannya, kalau salam
pembayarannya harus dimuka, sedang istisna’ bisa
luwes, artinya tidak harus kontan tetapi bisa diangsur
sesuai kesepakatan.

6. Jual beli yang dilarang

Jual beli yang dilarang adalah sebagai berikut:

a. Barang yang dihukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi,


berhala, bangkai, dan khamar.

b. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor


domba jantan dengan betina agar dapat memperoleh keturunan.

20
c. Jual beli anak binatang yang masih berada dalam kandungan
perut induknya. Jual beli seperti ini dilarang, karena barangnya
belum ada dan tidak tampak.

d. Jual beli dengan muhaqallah. Baqallah berarti tanah, sawah, dan


kebun, maksud muhaqallah disini ialah menjual tanam-tanaman
yang masih di ladang atau di sawah. Hal ini dilarang karena
takut ada prasangkaan riba didalamnya.

e. Jual beli dengan mukhadharah, yaitu menjual buah-buahan yang


belum pantas untuk dipanen, seperti menjual rambutan yang
masih hijau, mangga yang masih kecil-kecil, dan yang lainnya.
Hal ini dilarang karena barang tersebut masih samar, dalam
artian mungkin saja buah tersebut jatuh tertiup angin kencang
atau yang lainnya sebelum diambil oleh si pembelinya.

f. Jual beli muammassah, yaitu jual beli secara sentuh menyentuh,


misalkan seseorang menyentuh ssehelai kain dengan tangannya
di waktu malam atau siang hari, maka orang yang menyentuh
berarti telah membeli kain tersebut. Hal ini dilarang karena
mengandung tipuan dan kemungkinan akan menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak.

g. Jual beli dengan muzabanah, yaitu menjual buah yang basah


dengan buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan
bayaran padi basah, sedangkan ukurannya dengan dikilo maka
akan merugikan pemilik padi kering.

h. Menentukan dua harga untuk satu barang yang diperjualbelikan.


Menurut Syafi‟i penjualan seperti ini mengandung dua arti,
yang pertama seperti seseorang berkata “Kujual pena ini seharga
Rp.1000.- dengan tunai atau Rp.2000.- dengan cara utang”. Arti
kedua ialah seperti seseorang berkata “Aku jual pena ini

21
kepadamu dengan syarat kamu harus menjual bukumu
kepadaku”.

i. Jual beli dengan syarat (iwadh mahjul), jual beli seperti ini,
hampir sama dengan jual beli yang menentukan dua harga ,
hanya saja disini dianggap sebagai syarat.

j. Jual beli gharar, yaitu jual beli yang samar sehingga ada
kemungkinan terjadi penipuan, seperti penjualan ikan yang
masih di kolam atau menjual kacang tanah yang atasnya
kelihatan bagus tetapi bawahnya jelek.

H. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sebuah metode guna
menyelesaikan masalah yang muncul. Dalam upaya pengumpulan, data
yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini digunakan beberapa metode
pendekatan yaitu:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
lapangan yang bersifat kualitatif dan juga penelitian yuridis empiris
yang telah disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang meneliti
masalah yang datanya masih remang-remang. Oleh karena itu,
masalah yang ada dalam penelitian kualitatif ini sifatnya hanya
sementara dan nantinya akan berkembang setelah peneliti ini berada
ditempat atau dilapangan.10 Sedangkan penenelitian yuridis empiris
merupakan sebuah kenyataan yang terjadi sebagai realitas yang ada di
masyarakat, baik berupa berita massa media, penemuan orang lain

10
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
205.

22
dari hasil penelitian, data statistik, pengamatan langsung atau juga
pengalaman yang terjadi pada diri sendiri (pribadi).11
Dalam penelitian kualitatif ini terjadi tiga masalah diantaranya,
yang pertama masalah yang dibawa oleh peneliti itu tetap, sehingga
penelitian dari awal sampai akhir itu sama. Kedua, yang dibawah oleh
peneliti ini masalah setelah memasuki penelitian yang nantinya
berkembang yakni memperluas atau memperdalam masalah yang
telah disiapkan. Yang ketiga, masalah yang dibawa oleh peneliti akan
berubah total dan mengganti masalah setelah memasuki lapangan.12
Metode ini digunakan karena adanya beberapa pertimbangan
yang mudah menyesuaikan apabila terdapat kenyataan ganda
dilapangan. Dalam penelitian metode kualitatif ini peneliti langsung
terjun kelapangan untuk melihat secara langsung masalah yang terjadi
di masyarakat dan lingkungan sekitar yang kegunaannya untuk diteliti.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam metode kualitatif merupakan unsur
penting. Karena peneliti sebagai perencana, harus melaksanakan
kegiatan pengumpulan data, penentuan fokus tingkat pembaruan
informasi yang diperoleh dari lapangan dan dianalisis dengan teori
yang telah ditentukan dan dilaporkan sebagai hasil dari
penelitiannya.13
Kehadiran peneliti merupakan unsur penting dalam penilitian,
karena penelitian ini merupakan sebuah perencana yang kegiatannya
harus melaksanakan kegiatan pengumpulan data, dan dianalisis yang
akhirnya melaporkan hasil penelitiannya. Selain itu peneliti memiliki
peran utama yang harus mengumpulkan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Sehingga untuk mengumpulkan data dan

11
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 81.
12
Ibid, 205.
13
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
209.

23
informasi tersebut, peneliti wajib hadir dan terjun langsung dilokasi
penelitian. Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti diketahui statusnya
dan peneliti juga berperan sebagai pengamat partisipan. Peneliti selalu
berusaha menghindari pengaruh subyektif dan menjaga lingkungan
tetap alamiah sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan
harapan yang telah direncanakan sebelumnya.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah Pulau Lombok
tepatnya di Desa Kabul Kecamatan Praya Baratdaya Kabupaten
Lombok Tengah. Penulis mengambil lokasi ini karena penulis berasal
dari Lombok tengah sendiri sehingga penulis bisa mengakses data
dengan jarak yang mudah dijangkau, sehingga mempermudah peneliti
dalam melaksanakan dan memaksimalkan penelitian.
4. Sumber data
Sumber data sebagaimana diungkapkan suharisni adalah
subyek darimana data yang diperoleh, dengan demikian sumber data
yang di maksud dalam penelitian ini adalah subjek (informan) dimana
penelitian ini mengambil data, dimana tujuan pokok dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana praktik akad jual beli hewan
ternak sapi denga sisten cesh tempo ( ambil dulu bayar belakangan) di
dusun Orok Solong Desa Kabul Kecamatan Praya Baratdaya
Kabupaten Lombok Tengah serta bagaimana analisis fiqih muamalah
terhadap akad jual beli hewan ternak sapi dengan sistem cesh tempo
di Solong Desa Kabul Kecamatan Praya Baratdaya Kabupaten
Lombok Tengah, sumber data dalam penelitian ini adalah subyek
penelitian atau obyek informan atau subye darimana itu diperoleh dan
dalam penelitian ini tentu yang menjadi sumber datanya adalah
pemilik barang atau orang orang yang menjualnya kepada pihak
pembeli.
5. Jenis data

24
Adapun jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam
yaitu data primer dan skunder

a. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama


baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara
yang biasa dilakukan oleh peneliti. Adapun yang termasuk data
primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancar dengan pihakk
penjual,pembeli,tokoh agama, dan tokoh adat.
b. Data skunder, adalah data yang mnguntip dari data-data yang lain,
seperti sumber dokumenter dan buku-buku yang dikarang oleh
para ahli. Yang berkenaan dengan penelitian yang akan diteliti
yakni tentang praktek jual beli sapi menggunakan ces tempo di
Desa Kabul yang data skundernya bisa berupa kitab-kitab hukum
tentang jual beli, fiqih muamalah dan hukum islam.
6. Teknik Pengumpulan Data
Para peneliti yang menggunakan metode penelitian kualitatif
menggunakan teknik pengumpulan data yang memungkinkan mereka
untuk mendapatkan kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia
sebanyak-banyaknya. Teknik yang biasanya dipakai oleh para peneliti
untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan data lapangan


1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah jalan untuk mendapatkan
informasi dan pertemuan dua orang dengan cara bertanya
langsung kepada responden mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan topik penelitian.14 Seorang peneliti tidak melakukan
wawancara berdasarkan sejumlah pertanyaan yang telah

14
Sugiyono. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015),
231.

25
disusun secara mendetail dengan alternatif jawaban yang
telah dibuat sebelum melakukan wawancara, berdasarkan
pertanyaan yang umum kemudian didetailkan dan
dikembangkan ketika melakukan wawancara berikutnya.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara
sistematis gejala-gejala yang diselidiki.15 Dalam penelitian
ini, melakukan observasi secara langsung ke lokasi penelitian
yang berada di Pulau Bawean Sawah Mulya Kecamatan
Sangkapura Kabupaten Gresik. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data informasi.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu sumber data
sekunder yang diperlukan dalam sebuah penelitian yang
berupa bahan tertulis seperti buku-buku, dokumen, peraturan-
peraturan dan sebagainya.16 Yang penulis ambil adalah data
dari dokumen yang merupakan suatu pencatatan formal
dengan bukti otentik. Pengumpulan dokumen ini mungkin
dilakukan untuk mengecek kebenaran atau ketetapan
informasi yang diperoleh dengan melakukan wawancara.
b. Pengumpulan Data Kepustakaan
Data dalam bentuk kepustakaan dikumpulkan dengan cara
membaca, mengklarifikasi bagian-bagian yang relevan dengan
bab pembahasan yang selanjutnya mendeskripsikan data-data
tersebut semua data dikumpulkan dan dipaparkan agar nantinya
lebih mudah menganalisis data-data tersebut.
7. Teknik Analisis Data

15
Ibid, 226.
16
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Cet VII, (Jakarta: Rineka Cipta,
2005), 149.

26
Setelah data terkumpul maka perlu dilaksanakan sebuah
analisis. Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah suatu kegiatan
dalam sebuah penelitian yang berupa kajian terhadap hasil
pengelolaan data yang di bantu dengan teori-teori yang telah
didapatkan sebelumnya. Secara sederhana analisis data ini disebut
juga sebagai kegiatan yang memberikan telaah, yang berarti
menentang, mengkritik, mendukung, memberi komentar dan
kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan
pikiran sendiri dan bantuan teori yang telah dikuasainya.17
Teknis analisis data yang peneliti gunakan dalam penulisan
skripsi adalah:
1. Induktif yaitu penelitian pengambilan dimulai dari pernyataan
atau fakta-fakta khusus yang menuju pada kesimpulan umum.
Data dan fakta hasil pengamatan empiris disusun, dikelola, dikaji
untuk kemudian ditarik maknanya dalam bentuk pernyataan atau
kesimpulan yang bersifat umum.18 Metode penilitian ini
digunakan untuk memaparkan praktek jual beli sapi
menggunakan ces tempo. Kemudian penulis akan melakukan
analisis yang sama yang nantinya akan menghasilkan kesimpulan
yang bersifat umum.
2. Deduktif yaitu dalil teori generalisasi yang bersifat umum
selanjutnya dikemukakan kenyataan-kenyataan yang bersifat
khusus. Dalam aplikasinya dilakukan dengan cara mengambil
teori terkait jual beli, kemudian dari teori tersebut ditarik pada
kasus lapangan. Tujuannya untuk membuat gambaran secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta.
8. Metode Pendekatan

17
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 183.
18
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Cet IV, (Bandung: Sinar Baru
Algessindo, 2010), 6.

27
Dalam pembahasan penelitian ini mudah difahami dan terarah,
maka perlu adanya pendekatan masalah, adapun pendekatan yang
sesuai dengan pembahasan ini adalah pendekatan socio-ligel research.
Adapun definisinya sebagai berikut:
a. Pendekatan Socio-ligel Research (Penelitian sosiolegal)
Yaitu penelitian yang hanya menempatkan pada hukum sebagai
gejala sosial. Hal ini hukum hanya dipandang dari segi luarnya
saja dan dalam hal ini penelitian sosiolegal hukum selalu
dikaitkan dengan masalah-masalah sosial yang nantinya dititik
beratkan pada perilaku individu atau masyarakat yang ada
kaitannya dengan hukum. Dalam hal tersebut yang paling sering
menjadi pokok pembasahan dalam penelitian sosioligel ini adalah
mengenai masalah efektivitas aturan hukum, kepatuhan terhadap
aturan hukum, peranan lembaga atau institusi hukum dalam
penegakan hukum, implementasi aturan hukum, pengaruh aturan
hukum terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya, pengaruh
masalah sosial tertentu terhadap aturan hukum.19
I. Sistematika Pembahasan
Secara sistematika proposal skripsi ini terdiri dari enam bab,
dimana masing-masing bab mempunyai sub pembahasan. Untuk
mempermudah pemahaman dan pembahasan yang diangkat, maka
pembahasannya disusun secara sistematik sesuai dengan urutan dan
pemahaman yang ada. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan
pembahasan diantaranya, latar belakang masalah yang
menjelaskan mengenai sebab musabab atau hal-hal yang
mendorong peneliti untuk mengangkat masalah ini dan
menjadikannya sebuah rumusan masalah. Dari latar
belakang masalah ini dapat ditarik beberapa permasalahan

19
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), 128.

28
yang nantinya akan menimbulkan sebuah pertanyaan,
kemudian dilanjutkan pada rumusan masalah yang
menjelaskan lebih spesifik pada objek yang akan diteliti.
Selanjutnya tujuan diadakannya sebuah penelitian dan
kegunaan dari penelitian yang menjelaskan aspek
kemanfaatan dari hasil penelitian. Kemudian dilanjutkan
dengan kajian pustaka atau kajian penelitian terdahulu
yakni pembanding dari skripsi sebelumnya. Selanjutnya
penegasan judul yang membahas dan menegaskan kepada
peneliti arti tiap kata yang terkandung dalam judul
penelitian tersebut, yang terakhir mengenai sistematika
pembahasan yang akan membandingkan judul yang telah
diteliti oleh peneliti dengan judul skripsi yang lain.
BAB II : PAPARAN DATA DAN TEMUAN
Bab ini Meliputi tentang hal-hal yang berhubungan dalam
sebuah teori yang digunakan dalam pembahasan untuk
memfokuskan pada suatu obyek penelitian, maka penulis
mengambil dua fokus penelitian. Pertama tentaang tinjauan
hukum islam. Kedua tentang tinjauan umum praktek jual
beli.

BAB III : METODE PENELITIAN


Dalam bab ini memuat tentang metode penelitian dan
langkah-langkah penelitian secara operasional yang
diuraikan dalam beberapa sub yaitu pendekatan dan jenis
penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, jenis data,
sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data
dan metode atau cara pendekatan.
BAB IV : DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PRAKTEK JUAL
BELI SAPI MENGGUNAKAN CESH TEMPO DI

29
DESA KABUL KECAMATAN PRAYA BARATDAYA
KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Pada bab ini membahas tentang obyek penelitian yang
secara menyeluruh. Dalam skripsi ini obyek yang diteliti
adalah pelaku usaha di Desa Kabul Kecamatan Praya
Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah. Yang diawali
dengan gambaran umum di wilayah desa tersebut dan
praktek jual beli sapi dengan sistem cesh tempo pada
pelaku usaha di wilayah tersebut.

BAB V :TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP


PRAKTEK JUAL BELI SAPI MENGGUNAKAN
CESH TEMPO DI DESA KABUL KECAMATAN
PRAYA BARATDAYA KABUPATEN LOMBOK
TENGAH
Pada bab ini berisikan analisis data yang digunakan
dalam penelitian yaitu, analisis tentang praktek Praktek
Jual Beli Sapi Menggunakan Cesh Tempo di Desa Kabul
Kecamatan Praya Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah.

BAB VI : PENUTUP
Dalam bab ini merupakan akhir dari penelitian serta
kesimpulan dari rangkuman. Pada bab ini berisi tentang
kesimpulan yang merupakan jawaban dari pokok
permasalahan dan diakhiri dengan saran yang diberikan
oleh penulis setelah penulis melakukan penelitian di Pulau
lombok yang berada di Desa Kabul Kecamatan Praya
Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah.

RENCANA DAFTAR ISI

30
HALAMAN JUDUL LUAR
HALAMAN JUDUL DALAM
HALAMAN NOTA PEMBIMBIN
HALAMAN NOTA PENGESAHAN
HALAMAN MOTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Penegasan Judul
F. kajian Pustaka
G. Landasan Teori
H. Metode Penelitian

BAB II : JUAL BELI DALAM ISLAM


A. Pengertian Jual Beli
B. Dasar Hukum Jual Beli
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli
D. Macam-Macam Jual Beli
E. Jual Beli Yang Di Larang
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Kehadiran Penelitian
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data

31
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik analisis data
G. Metode Pendekatan
BAB IV : DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Obyek Penelitian
B. Praktek Jual Beli Sapi Menggunakan Metode Cesh Tempo Di
Desa Kabul Kabul
BAB V : Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Praktek Jual Beli
Sapi Menggunakan Cesh Tempo Di Desa Kabul Kecamatan
Praya Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah
A. Praktek Jual Beli Sapi Dengan Menggunakan Metode Cesh
Tempo Di Desa Kabul Kecamatan Praya Baratdaya Kabupaten
Lombok Tengah.
B. Tinjauan Hukum Bisnis Islam Terhadap Praktek Jual Beli Sapi
Menggunakan Cesh Tempo Di Desa Kabul Kecamatan Praya
Baratdaya Kabupaten Lombok Tengah.
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimulan
B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

32
Sulaiman Rasjid, Alfiqhul Islam Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2017.
Ahmad Mustaq, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001.
Al-Qur’an Tajwid & Terjemahnya, Kementrian Agama RI, (Bandung: PT.
Sygma Exagrafika, 2010.
Syekh Abdurrahman as-Sa’di, dkk, Fiqh Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis
Syariah, Jakarta: Senayan Publishing, 2008.
Zainudin Ali, Hukum perdata islam di indonesia, jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Imam Mustofa, Fikih Muamalah Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers. 2016.

Nurul Inayah, Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Buah Melon
Dengan Sistem Tebas (Studi Kasus di Desa Buluagung Kecamatan
Siliragung Kabupaten Banyuwangi), 2018.

Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta, 2015.
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2017
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2015
Sugiyono. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2015
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Edisi Revisi, Cet VII, Jakarta:
Rineka Cipta, 2005, 149.
Mukti Fajar dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &
Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah, Cet IV, Bandung: Sinar
Baru Algessindo, 2010.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian hukum, Jakarta: Prenadamedia Group, 2011.

33

Anda mungkin juga menyukai