Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan suatu sistem hidup dan suatu pedoman

hidup.Sebagai suatu pedoman hidup, ajaran Islam terdiri atas aturan-aturan

mencangkup keseluruhan sisi kehidupan manusia.Secara garis besar,

aturan-aturan tersebut dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu aqidah, akhlak

dan syari’ah.Dua bagaian pertama, aqidah dan akhlak bersifat konstan,

sedangkan syari’ah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan

perkembangan kehidupan manusia.

Sesuai dengan skema syara’, syari’ah terdiri atas bidang

mu’amalah (sosial) dan bidang ibadah (ritual). Ibadah merupakan saranan

manusia untuk berhubungan dengan sang pencipta-Nya, sedangkan

mu’amalah digunankan sebagai aturan main manusia dalam berhubungan

dengan sesamanya.1Mu’amlah merupakan kegiatan manusia yang berperan

sebagai Khalifah di muka bumi, yang bertugas menghidupkan dan

memakmurkan bumi dengan interaksi antara umat manusia.Status khalifah

atau pengemban amanatAllah itu berlaku umum bagi semua manusia, tidak

ada hak istimewa bagi individu atau bangsa tertentu sejauh berkaitan

dengan tugas kekhalifakan tersebut.2

1
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 1.
2
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam: Sejarah, Konsep, Instrument, Negara dan Pasar
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 30.
Kemudian dalam pembagian mu’amalah menurut al-Fikri terbagi

menjadi 2 bagian, antara lain:3

1. Mu’amalah al-mā ddiyah, ialah aturan-aturan yang ditinjau dari

segi obyeknya dan bersifat kebendaan (benda halal, haram serta

subhat dan untuk diperjual belikan) serta yang mandaratkan dan

benda-benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.

2. Mu’amalah al- adabiyyah, ialah aturan-aturan Allah yang wajib

diikuti yang mana dilihat dari segi obyeknya, yaitu tentang

ridhanya kedua belah pihak, ijā b qabū l, jual beli, menipu dan lain-

lain.

Dalam bingkai ajaran Islam bermu’amalah memiliki kaidah dan

prinsip-prinsip syari’ah.Allah telah menganjurkan kepada hamba-

hambanya untuk beribadah dengan segala upaya di muka bumi dan segala

jalan untuk mendapatkan rizki.Allah telah memberikan batasan dan

prinsip-prinsip etika dalam menjalankannya, agar usaha mereka benar-

benar mendapatkan hasil yang halal dan barokah dengan tanpa hawa nafsu

yang bergejola serta egoisme semata.4

Sebagian umat Islam menganggap hukum Islam adalah segala

ketentuan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan hadithNabi. Pandangan ini

membawa konsekuensi bagi masa depan hukum Islam, dimana hukum

Islam merupakan sesuatu yang final, tidak memiliki celah untuk

direformulasi dan diintervensi oleh manusia. Sebagaian yang lain memiliki


3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Grafindo Persada, 2005), 4.
4
Abdullah al-Mushlih danShalah ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam,Terj. Abu
Umar Basyir (Jakarta: Darul Haq, 2004), 329.
pandangan bahwa hukum Islam adalah hasil pemikiran (ijtihad)para

ilmuwan (al-mujtahidū n) terhadap isi al-Qur’an dan hadith Nabi.5Hukum

yang ada dalam al-Qur’an selalu teraplikasi dalam segala sikap dan

perbuatan Rasul yang disebut dengan hadith atau as-sunnah.Jika kedua

sumber hukum Islam tersebut tidak mencakup suatu masalah furu’iyah,

maka ra’yu atau ijtihad menjadi sumber hukum setelah al-Qur’an dan as-

sunnah.6

Perekonomian seakan menjadi nyawa bagi setiap bangsa dan

Negara. Disadari atau tidak bahwa setiap manusia di dunia ini tidak akan

bisa lepas dari yang namanya dunia perekonomian. Hal tersebut

dikarenakan, merupakan salah satu fitrah manusia dalam menjalani

kehidupannya, baik manusia tersebut memposisikan dirinya menjadi

seorang konsumen (pemakai), maupun menjadi seorang produsen

(penghasil) atau bisa juga disebut sebagai pelayanan jasa. Dari sinilah

kemudian terjadi saling hubungan, berinteraksi, maupun transaksi yang

disebut dengan proses jual beli.

Adapun definisi jual beli secara bahasa berarti al-mubadalah

(saling menukar).7 Sedangkan pengertian jual beli menurut syara’ berarti

tukar menukar dengan harta atas dasar kerelaan bersama atau pemindahan

milik dengan imbalan berdasarkan cara yang diizinkan.8Jual beli

5
Muhammad, Aspek Hukum dalam Mu’amalah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), 18.
6
Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqh Metode Istimbath dan Istidlal (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2013), 9.
7
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Teras, 2011), 51.
8
Ibrahim Muhammad al-Jamal,Fiqh Muslim, Terj. Zaid Husein Alhamid(Jakarta: Pustaka
Amani, 1999), 365.
merupakan salah satu bidang yang terdapat dalam mu’amalah yang paling

sering dilakukan oleh manusia.Jual beli disyariatkan berdasarkan al-

Qur’an, Sunnah, dan Ijma’.Firman Allah SWT dalam QS. al-Baqarah ayat

275:

... …

Artinya: “Padahal Allah telah menghalalkan jual beli


danmengharamkan riba”.9

Dari ayat tersebut telah dijelaskan bahwasanya Jual beli itu dihalalkan,

dibenarkan oleh agama, asal memenuhi syarat-syarat yang

diperlukan.Demikian hukum ini disepakati oleh para ahli ijma’.

Di zaman yang serba canggih ini perkembangan sistem ekonomi

sudah sangat pesat.Beragam sistem ditawarkan oleh para niagawan untuk

bersaing menggaet/menarik hati para pelanggan. Seorang niagawan

muslim yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan dunia sudah

semestinya cerdik dan senantiasa menganalisa fenomena yang ada agar

mengetahui bagaimana pandangan syariat terhadap transaksi tersebut.

Dengan demikian tidak mudah terjerumus ke dalam larangan-Nya.Di

antara sistem yang saat ini terus dikembangkan adalah sistem kredit.Kredit

merupakan sesuatu yang dibayar secara berangsur-angsur, baik itu jual beli

maupun dalam pinjam-meminjam. Dalam hal ini dikenal dengan istilah

bai` taqsī ṭ .Bai’ Taqsī ṭ merupakan transaksi jual beli dengan sistem bayar

9
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemah, 471.
cicilan (kredit) dalam batas waktu tertentu dengan thaman yang relatif

lebih tinggi dibanding thaman dengan sistem bayar cash.10

Dalam prakteknya adakalanya si tukang kredit memasang dua

harga, jika beli secara kredit harganya sekian dan kalau tunai harganya

sekian.Tetapi adakalanya memang si tukang kredit hanya menjual barang

secara kredit saja.Tentu harga jual barang secara kredit lebih mahal dari

pada jual kontan.Jual beli sistem kredit semacam ini datang menyeruak

diantara segala sistem bisnis yang ada.Sistem ini mulai diminati banyak

kalangan, karena rata-rata manusia itu kalangan menengah ke bawah, yang

mana kadang-kadang mereka terdesak untuk membeli barang tertentu yang

tidak bisa dibeli dengan kontan, maka kredit adalah pilihan yang mungkin

dirasa tepat.

Berangkat dari sebuah pengamatan, penulis mengambil masalah

tentang akad serta praktik jual beli dengan sistem kredit di Desa Singosaren

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo yaitu di Inul Collection yang

mana masih memerlukan telaah hukum, apakah sistem jual belinya sesuai

dengan ketentuan mu’amalah atau belum. Ditempat ini mempraktikakan

jual beli dengan sistem kredit, yaitu pembelian yang mana pembayarannya

diangsur sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak diawal setelah

terjadinya kesepakatan harga. Setelah terjadi kesepakatan keduanya, si

pembeli diperbolehkan membawa barang yang sudah ia beli dengan sistem

kredit tersebut. Meskipun si penjual, menjual atau memasarkan

10
Tim Laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah (Kediri: Lirboyo Press, 2013), 16.
dagangannya hanya dengan sistem kredit namun jika ada pembeli yang

mau membeli secara cashakan tetap dilayani. Perihal mengenai soal harga,

penjual hanya membandrol atau mematok harga cash maupun kredit

dengan harga yang sama. Meskipun demikian jika calon pembeli keberatan

dengan harga yang dibandrol oleh penjual, pembeli diperbolehkan untuk

menawar harga yang ditawarkan oleh penjual diawal. Namun, penjual

hanya menurukan harganya sedikit dari harga yang ditawarkan diawal tadi.

Alasan si penjual mengarahkan bisnisnya kekredit yang pertama,

membantu atau mempermudah orang-orang yang menginginkan baju baru

Atau mau membelikan anak atau keluarga namun tidak memiliki uang

secara cashuntuk membelinya.Yang kedua, dalam jual beli baju si penjual

mengalami kesusahan dalam memasarkan barang dagangannya karena

peminat baju, dominan lebih terjualnya hanya dihari raya idul fitri saja.Jika

dihari-hari biasa peminatnya hanya sedikit sebab bukan kebutuhan pokok,

yang ketiga dengan mengarhkan jual beli secara kredit penjualan terbilang

sangat tinggi dibanding dengan menjual secara cash. Misal, jika pembeli

membeli secara cash hanya membeli satu pakaian namun jika dengan

sistem kredit, pembeli bisa membeli lebih dari satu atau dua pakaian. Maka

dari itu penjual mengarahkan jual beli baju dengan sistem kredit dengan

alasan agar barang dagangannya cepat laku tidak hanya dihari raya Idul

Fitri saja serta barangnya bisa cepat berputar.

Meski harga yang dibandrol oleh si penjual lebih mahal dari harga

pasarannya, misal baju yang mana harga pasarannya Rp. 50.000,- (Lima
Puluh Ribu Rupiah) maka akan dijual dengan harga Rp. 100.000,- (Seratus

Ribu Rupiah). Namun sebelum terjadinya transakasi antar pejual dan calon

pembeli, pembeli memiliki hak pilih untuk melanjutkan atau membatalkan

karena si penjual tidak menerapkan unsur pemaksaan dalam

bisnisnya.Namun, banyak pembeli yang lebih memilih atau tertarik untuk

membeli pakaian di Inul Collection secara kredit dengan alasan tidak ada

atau belum mempunyai uang untuk membeli secara cash selain itu membeli

dengan cara mengkredit lebih mudah dan sangat meringankan bagi orang-

orang yang belum bisa membeli secara cash. Dengan pembiayaan kredit

harga mahal pun akan tidak terasa berat jika cara pembayarannya tidak

secara langsung namun secara berangsur.Ada juga pembeli yang beralasan

ingin membelikan atau menyenangkan anak namun tidak mempunyai uang

untuk membelikannya secara cash.

Setelah si pembeli memutuskan melanjutkan transaksi jual belinya,

dan pembeli telah sepakat dengan harga yang diberikan oleh penjual maka

langkah selanjutnya menentukan besarnya uang angsuran atau uang cicilan

yang akan dibayar mingguan, maupun bulanan sesuai dengan kesepakatan

kedua belah pihak. Keistimewaan di tempat ini yang belum tentu ada

ditempat lain yaitu pembeli dibolehkan menentukan besarnya angsuran atau

uang cicilan sesuai dengan kemampuan pembeli dan jangka waktupun tidak

ada ketentuannya bagi pelanggan yang sudah dikenal dan sudah mendapat

kepercayaan dari si penjual. Namun bagi pembeli yang baru atau belum

dikenal kepribadiannya oleh penjual maka jangka waktunya akanditentukan


dari kesepakatan diawal. Selain itu meskipun masih punya tanggungan

ditempat tersebut pembeli juga masih diperboleh mengambil barang lagi

untuk dikredit lagi.

Berpedoman dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

membahas ketentuan praktek jual beli secara kredit yang begitu menjamur

dan banyak peminatnya, terutama di Inul Collection Desa Singosaren

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo mengenai permasalahan

mengapa si penjual mengarahkan calon pembelinya ke pembelian kredit,

mengapa tidak ada batasan waktu dalam menggansur cicilannya, serta

mengapa konsumen lebih memilih membeli secara kredit, dalam bentuk

karya ilmiah yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Praktik

Jual Beli Pakaian Dengan Sistem Kredit DiInulCollection”

(StudiKasus Di Desa Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten

Ponorogo)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pandangan Hukum Islam Terhadap Akad Jual Beli

Pakaian Denagan Sistem Kredit DiInul Collection Desa Singosaren

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo?

2. Bagaimana Pandangan Hukum Islam Terhadap Operasional Jual Beli

Pakaian Di Inul Collection Desa Singosaren Kecamatan Jenangan

Kabupaten Ponorogo Dengan Sistem Kredit?


C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Untuk Menegtahui AkadJual Beli Pakaian Dengan Sistem Kredit Di

Inul Collection Desa Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten

Ponorogo.

2. Untuk MengetahuiTinjauan Normatif HukumIslam

TerhadapOperasional Jual Beli Pakaian Dengan Sistem Kredit Di Inul

Collection Desa Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Kajian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran

bagi pengembangan kajian, khususnya bagi fakultas syari’ah

mu’amalah serta menjadi referensi dan juga refleksi kajian berikutnya

yang berkaitan dengan jual beli dengan sistem kredit. Selain itu,

diharapkan hasil dari kajian ini dapat menarik perhatian peneliti lain,

baik dari kalangan muslim maupun non-muslim, untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentangmasalah yang serupa.

2. Secara Praktik

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberi

sumbangan pemikiran terkait tentang jual beli dengan sistem kredit


yang mana merupakan bagian dari perkembangan zaman moderisasi di

Indonesia khususnya.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka dalam penelitian ini, pada dasarnya adalah untuk

mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan

penelitian yang sejenis yang mungkin sudah dilakukan oleh peneliti lain

sebelumnya. Kajian terhadap jual beli, bukanlah pertama kali dilakukan,

akan tetapi sebelumnya telah ada skripsi yang menulis mengenai jual beli

terutamanya jual beli dengan sistem kredit diantaranyaadalah skripsi dari

Aida Rochman dengan judul “Jual Beli Emas Secara Kredit

Menurut Perspektif Islam Kontemporer (Studi Pada Pegadaian

Syariah Cabang Daanmogot-Tanggerang)”. Dari hasil penelitian

tersebut juga jual beli emas secara kredit menurut perspektif hukum Islam

terdapat 2 pendapat yaitu:

1. Dilarang: pendapat ini didukung oleh pendapat mayoritas fuqaha, dari

madzab Syafi’I, Hambali, Hanafi, Serta pendapat as-Syaikh Nashirudin

al-Abani, karena emas dan perak adalah tsaman (harga, alat

pembayaran, uang) yang tidak boleh dipertukarkan secara angsuran

maupun tangguh, karena itu menyebabkan riba.

2. Boleh: pendapat ini didukung oleh pendapat Ibn Taymī yah, Ibn Qayyim

dan ulama kontemporer, jual beli mas boleh dilakukan baik secara tunai
maupun kredit asalkan keduanya tidak dimaksudkan sebagai tsaman

(harga) melainkan sil’ah (barang).11

Skripsi dari ninis Novitasari dengan judul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Jual Beli Gerabah Secara Kredit Di Toko Gerabah

Desa Simo Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo”. Dari hasil

penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa, dalam perspektif hukum

Islam sudah jelas mengenai terganggunya hak khiyā r gerabah bermotif

bertentangan dengan hukum Islam karena dalam transaksi jual beli gerabah

yang terkemas rapi dalam glangsing tersebut ada pihak yang dirugikan.

Dengan adanya hak khiyā r pembeli bisa menuntut kerugian yang alaminya

dalam proses akad. Sedangkan mengenai penerapan denda dalam jual beli

gerabah kepada para pembeli sudah sesuai dengan konsep hukum Islam

karena di anggap sebagai sangsi telah merugikan penjual dengan adanya

penundaan pembayaran oleh pihak pembeli. Kesalahan dalam konteks

hukum Islamnya ialah informasi pemyampaian denda terhadap pembeli

yang terlambat membayar angsuran tidak tegas dinyatakan di awal

akadmeskipun pihak toko Gerabah Supri memberikan penangguhan waktu

dan kelonggaran.12

Skripsi dari Ali muhtarom dengan judul “Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Kredit Macet Dalam Operasional Perbankan Syariah

di BPR Al-Mabrur Jl. Soekarno Hatta Babadan Ponorogo”. Dari hasil

11
Aida Rochman, Jual Beli Emas Secara Kredit Menurut Perspektif Islam Kontemporer
(Skripsi S1, UIN-SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta, 2004), 65.
12
Ninis Novitasari, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Gerabah Secara Kredit Di
Toko Gerabah Supri Desa Simo Kecamatan Slakung Kabupaten Ponorogo (Skripsi S1, STAIN
Ponorogo, Ponorogo, 2016), 64.
penelitian Tersebut dalam Operasional Perbankan Syariah di BPR Al-

Mabrur Jl. Soekarno Hatta Babadan Ponorogo mengenai kredit macet

adalah tidak sesuai dalam hukum Islam karena pihak bank sudah

memperingatkan tiga kali.Hanya belum ada yang pernah dibebaskan dari

hutang.13

Sejauh pengamatan penulis, belum ada karya tulis yang membahas

mengenai jual beli pakaian dengan sistem kredit terkait dengan motif

penjual mengarahkan ke jual beli kredit, alasan penjual menerapkan tidak

adanya batasan waktu dalam pengangsuran, serta alasan pembeli membeli

pakaian secara kredit. Oleh karena itu penulis akan membahas “Analisis

Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Pakaian Dengan Sistem

Kredit Di InulCollection” (StudiKasus Di Desa Singosaren Kecamatan

Jenangan Kabupaten Ponorogo)

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil jenis penelitian

lapangan (field research), yang merupakan suatu metode yang

digunakan untuk menemukan secara khusus dan realistik apa yang

telah terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, penelitian ini

bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam

13
Ali Muhtarom, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kredit Macet Dalam Operasioanal
Perbankan Syariah di BPR Al-Mabrur Jl. Soekarno Hatta Babadn Ponorogo (Skripsi S1, STAIN
Ponorogo, Ponorogo, 2006), 67.
kehidupan sehari-hari.14Jadi, penelitian ini dilakukan secara

langsung di tempat penelitian guna memperoleh data yang valid

terhadap praktik jual beli pakaian dengan sistem kredit di Inul

Collection Desa Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten

Ponorogo.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian dengan

menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari subjek

penelitian.Para peneliti kualitatif membuat suatu gambaran yang

kompleks dan menyeluruh dengan deskripsi detail dari pandangan

para informan.15Melalui pendekatan ini, penulis melakukan

penelitian terhadap paktik jual beli pakaian secara alamiah sebagai

sumber data langsung dilapangan. Data-data yang diperoleh

dikumpulkan baik dalam bentuk kata-kata maupun penggambaran

situasi yang terlihat yang akan menjadi fokus dalam penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrument

sekaligus pengumpul data.Instrument peneliti disini dimaksudkan

sebagai alat pengumpulan data.Sementara instrument selain manusia

sebagai pendukung saja. Karena bertindak sebagai pengumpulan data

14
Aji Damanhuri, Metodologi Penelitian Mu’amalah (Ponorogo:STAIN Press, 2010), 6.
15
M. Djunaisi Rina Tyas Sari dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian
Kualitatif(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 51.
atau instrument, peneliti akan senantiasa berhubungan dengan

subjeknya.16

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil tempat di Inul Collection Desa

Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, dengan

pertimbangan transaksi jual beli ditempat ini sangatlah unik yaitu

dengan sistem kredit namun apabila ada yang membeli dengan sistem

cash masih tetap dilayani.Tetapi dimana biasanya jika kita mendengar

pembelian dengan sistem kredit pasti yang ada didalam benak pikiran

kita harga kredit lebih tinggi dari harga pembelian secara cash. Namun

ditempat ini harga yang ditawarkancashmaupun kredit sama tidak ada

perbedaanya. Hanya saja harga yang diberikan oleh penjual lebih tinggi

dari harga pasarannya. Meskipun harga cashsama dengan harga kredit,

calon pembeli masih diperbolehkan untuk menawarnya, namun penjual

hanya menurunkan sedikit dari harga yang ditawarkan diawal.

Meskipun demikian peminatnya sudah begitu banyak tidak hanya dari

kaum ibu-ibu saja namun remaja dewasa pun juga ada yang tertarik

dengan sistem kredit tersebut. Dengan hal tersebut peneliti tertarik

mengambil data ditempat tersebut untuk dianalisa secara hukum islam

mengenai praktik jual beli dengan sistem kredit.

4. Data dan Sumber Data

16
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosada Karya,
2010), 40.
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan

tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan

lainnya.Dengan demikian sumber data penelitian ini adalah kata-kata

dan tindakan sebagai sumber data utama, sedangkan sumber data

tertulis foto dan statistik adalah sebagai sumber data tambahan.17

Sumber-sumber data tersebut sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Dalam penelitian ini menggunakan sumber data lapangan

(sumber data primer) yang mana penulis bertemu langsung dengan

responden.Responden merupakan orang yang menjawab pertanyaan

yang diajukan peneliti untuk tujuan penelitian itu sendiri.Sumber

data yang diambil peneliti adalah melalui wawancara dan

observasi.Sumber data primer diperoleh langsung dari subjek

penelitian. Dalam hal ini instrument yang peneliti ambil terdiri dari:

1) Pemilik atau pelaku yang menerapkan sistem jual beli secara

kredit(Ibu Sringah)

2) Pembeli atau pelanggan

b. Sumber Data Sekunder

Pada penelitian ini menggunakan pula buku-buku

pendukung, untuk membantu menelaah data-data yang dihimpun

dan sebagai komparasi dari sumber data primer, antara lain: buku-

buku mengenai jual beli, jual beli secara kredit, ensiklopedi tokoh,

17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 204.
karya-karya yang mempunyai keterkaitan dengan objek penelitian

serta dokumen (data-data yang ada di Inul Collection).

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini selain membaca dan

menelaah bahan-bahan pustaka yang ada hubungannya dengan topik

yang dikaji adalah:

a. Observasi

Observasi merupakan alat pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala-gejala yang diselidiki.18 Dalam tiap pengamatan, peneliti

sebagai observer selalu mengaitkan dua hal,yaitu informasi (apa

yang terjadi) dan konteks (hal-hal yang terkait disekitarnya). Segala

sesuatu yang terjadi dalam dimensi waktu dan tempat tertentu.

Informasi yang lepas dari konteknya akan kehilangan makna. Jadi,

makna sesuatu hanya diperoleh dalam kaitan informasi dan

konteks. Dalam observasi, penelitian tidak hanya mencatat suatu

kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala sesuatu atau

sebanyak mungkin hal-hal yang diduga ada kaitannya. semakin

banyak informasi yang dikumpulkan semakin baik pula hasilnya.

Oleh sebab itu pengamatan harus seluas mungkin dan catatan

18
Cholid Narbukodkk ,Metodologi Penelitian(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 70.
observasi harus selengkap mungkin.19 Tehnik ini dilakukan dengan

cara pngamatan langsung di InulCollection Desa Singosaren

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo.

b. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian

yang berdasarkan secara lisan, dua orang atau lebih bertatapan

muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau

keterangan-keteranagn. Dewasa ini tehnik wawancara banyak

dilakukan di Indonesia sebab merupakan salah satu bagian yang

terpenting dalam setiap surve. Tanpa wawancara penelitian akan

kehilangan informasi yang hanya dapat diperoleh dengan bertanya

langsung kepada responden.20 Dalam hal ini peneliti mengadakan

wawancara dengan pemilik atau pelaku tranaksi jual beli secara

kredit di Inul Collection. Adapun model wawancarnya dengan cara

mengajukan beberapa pertanyaan yang diajukan kepada pemilik

atau pelaku tranaksi jual beli secara kredit di Inul Collection.

Wawancara yang peneliti lakukan adalah dalam bentuk percakapan

informal, yang mengandung unsur spontanitas, kesantaian, tanpa

pola atau arah yang ditentukan sebelumnya.

c. Dekomentasi

19
Aji, Metodologi Penelitian, 150.
20
Cholid, Metodologi Penelitian, 83.
Data dalam penelitian naturalistik diperoleh dari sumber

manusia melalui observasi dan wawancara, namun data dari

sumber non manusia seperti dokumentasi, foto dan bahan statistik

perlu mendapatkan perhatian selakyaknya.21 Metode ini merupakan

suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan

penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga

diperoleh data yang lengkap sah dan bukan berdasarkan

perkiraan.22Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya ialah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.23

Dalam dokumentasi ini penulis telah mengumpulkan data-

data yang berisikan tentang sejarah berdirinya atau asal usul mulai

merintisnya usaha Inul Collection, mekanisme kerja dan informasi

lain yang dipandang relevan dengan fokus penelitian ini. Semua

data yang diperoleh dari observasi, wawancara serta dokumentasi

dikategorikan sesuai dengan masalah penelitian, kemudian diolah

serta dianalisis.Dalam pengolahan data, peneliti menguji tingkat

validitas dan realiabilitasnya.24

6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

21
Aji, metodologi Penelitian,151.
22
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta:Rineka Cipta, 2008),
158.
23
Aji, Metodologi Penelitian, 83.
24
Basrowi dan Suwandi, Memahami,191.
dan bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan pada orang lain. Langkah-langkah menganalisa data

tersebut antarlain:25

a. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang

penting, dan membuat kategori.Dengan demikian data yang telah

direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

b. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data adalah menyajikan data dalam pola yang

dilakukan dalam bentuk uraian yang dapat dipahami secara

jelas.Dengan ini lebih memudahkan untuk merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan data yang telah ada.

c. Conclution/ Drawing/ Verification

Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah

penarikan kesimpualn dan verifikasi.Kesimpualan dalam penelitian

kualitatif yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Selanjutnya menyajikan data ke dalam pola

baku, memilih yang penting yang selanjutnya akan disajikan dalam

bentuk kesimpulan.

25
Mattev B Milles dan A Michael Huberman, Analisa Data Kualitatif(Jakarta: UI-Press,
1992), 20.
Adapun analisa yang digunakan dalam penelitian kualitatif

ini dilakukan secara analisis induktif yaitusuatu cara berfikir yang

diawali dengan menggunakandalil-dalil atau ketentuan yang bersifat

khusus yang selanjutnya dikemukakan dengan kenyataan yang

bersifat umum.26 Dalam hal ini, penulis memaparkan secara umum

tentang jual beli pakaian dari sudut pandang hukum Islam yang

kemudian dipakai untuk menganalisa praktik jual beli pakaian

dengan sistem kredit yang terjadi di Inul Collection Desa

Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo. Dari

analisis tersebut akan ditarik kesimpulan tentang ada tidaknya

penyimpangan yang dilakukan dalam praktik jual beli pakaian

dengansistem kredit menurut hukum Islam.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Derajat kepercayaan keabsahan data (kreadabilitas data) dapat

diadakan pengecekan dengan tekhnik:27

a. Ketekunan pengamatan

Tujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam

situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari dan kemudian memutuskan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan penelitian

dengan terperinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor

26
Sutrisno Hadi, MetodologoResearth Jilid 2 (Yogyakarta: Andi Offset, 1980), 43.
27
Ibid., 46.
yang menonjol.Ketekunan pengamatan ini dilaksanakan peneliti

dengan cara:

1) Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara

berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang

ada hubungannya dengan pelaksanaan jual beli pakaian dengan

sistem kredit di Inul Collection Desa

SingosarenKecamatanJenangan Kabupaten Ponorogo.

2) Menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada

pemeriksaan tahap awal tampak salah satu atau seluruh faktor

yang ditelaah sudah difahami dengan cara yang biasa.

b. Kecukupan Referensi

Untuk menguatkan data yang diperoleh, peneliti mengambil

referensi yang cukup, sehingga konsep-konsep dan teori-teori yang

di ambil dari referensi tersebut dapat menompang hasil penelitian.

c. Triagulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat

macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.Dalam penelitian

ini, digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti

membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu


informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang

situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang

waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan

berbagaipendapat dan pandangan orang yangberpendidikan

menengah dan tinggi, orangberada, sertaorang pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang

berkaitan.28

G. Sistematika Pembahasan

Dalam rangka mempermudah pembahasan, maka penulis

menyusun skripsi ini kedalam lima bab, yang mana masing-masing bab

terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan satu sama lain, sehingga

diperoleh pemahaman yang utuh dan padu. Dengan demikian, terbentuklah

satu kesatuan sistem penulisan ilmiah yang linier, sehingga dalam

pembahasannya nanti terlihat adanya suatu sistematika yang mempunyai

hubungan yang logisdan komprehensif.

28
Sutrisno, Metodologi Researth,178.
Sistematika dalam pembahasan Skripsi ini secara garis besar

adalah:

Bab Pertama, merupakan pola dasar yang memberikan gambaran secara

umum dari seluruh isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka,

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, Berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk

menganalisis data dalam penulisan skripsi ini yang didalamnya meliputi

Asas Hukum Jual Beli Dalam Islamjual beli, Rukun dan Syarat Jual Beli,

KonsepDari Jual Beli Kredit, serta Asas Kemaslahatan Dalam Jual Beli

Kredit.

Bab Ketiga, Dalam bab ini penulis menyajikan hasil riset tentang praktik

jual beli pakaian dengan sistem kredit di Inul Collection Desa Singosaren

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, yang mana terdiri dari

gambaran umum lokasi penelitian, Sejarah Berdirinya Inul Collection Desa

Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo, akad yang terjadi di

Inul Collection serta operasional jual beli kredit di Inul Collection Desa

Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo

Bab Keempat, Merupakan analisis hukum Islam terhadap praktik jual beli

pakaian dengan sistem kredit di Inul Collection Desa Singosaren

Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo meliputi: analisis hukum Islam

terhadap akad jual beli kredit serta analisis terhadap operasionaljual beli
kreditdi Inul CollectionDesa Singosaren Kecamatan Jenangan Kabupaten

Ponorogo.

Bab Kelima, Merupakan bagian penutup dari penelitian ini yang berisi

tentang kesimpulan dan saran-saran. Yang mana berfungsi sebagai suatu

kesimpulan dari semua bab dan hasil analisa pada bab empat, serta berisi

saran-saran yang dianggap penting mengenai skripsi dan kritik yang

membangun.

Selain itu dalam penyususnan skripsi ini penyusun juga menyertakan daftar

pustaka dan beberapa lampiran yang dirasa perlu dalam melaporkan dan

menganalisis hasil penelitian.

Anda mungkin juga menyukai