Ruang Lingkup
Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia,
seperti social, ekonomi, politik hukum dan sebagainya. Aspek ekonomi dalam
kajian fiqih sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang
artinya adalah suatu cara bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat
pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak
terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas.
Dalam kajian fiqih ruang lingkup muamalah yakni; Harta, Hak Milik, Fungsi
Uang, Buyu (tentang jual beli), Ar-Rahn (tentang pegadaian), Hiwalah
(pengalihan hutang), Ash-Shulhu (perdamaian bisnis), Adh-Dhaman (jaminan,
asuransi), Syirkah (tentang perkongsian), Wakalah (tentang per-wakilan),
Wadiah (tentang penitipan), Ariyah (tentang peminjaman), Mudharabah
(syirkah modal dan tenaga), Musaqat (syirkah dalam pengairan kebun),
Muzaraah (kerjasama per-tanian), Kafalah (pen-jaminan), Taflis (jatuh
bangkrut), Al-Hajru (batasan ber-tindak), Jialah (sayembara, pemberian fee),
Qaradh (pejaman), transaksi valas, Urbun (panjar/DP), Ijarah (sewamenyewa), Riba, konsep uang dan kebi-jakan moneter, Shukuk (surat utang
atau obligasi), Faraidh (warisan), Luqthah (barang tercecer), Waqaf, Hibah,
Washiat, Iqrar, Qismul fai wal ghanimah (pem-bagian fai dan ghanimah),
Qism ash-Shadaqat (tentang pembagian zakat), Ibrak (pembebasan hutang),
Muqasah (Discount), Kharaj, Jizyah, Dharibah,Ushur, Baitul Mal dan Jihbiz,
Kebijakan fiskal Islam, Keadilan Distribusi, Perburuhan (hubungan buruh dan
ma-jikan, upah buruh), monopoli, Pasar modal Islami dan Reksadana,
Asuransi Islam, Bank Islam, Pegadaian, MLM, dan lain-lain.[4]
Sumber-sumber
Sumber-sumber fiqih secara umum berasal dari dua sumber utama, yaitu
dalil naqly yang berupa Al-Quran dan Al-Hadits, dan dalil Aqly yang berupa
akal (ijtihad). Penerapan sumber fiqih islam ke dalam tiga sumber, yaitu AlQuran, Al-Hadits,dan ijtihad.
Al-Quran
Al-Quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW
dengan bahasa arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia,
yang berlaku di dunia dan akhirat. Al-Quran merupakan referensi utama
umat
islam,
termasuk
di
dalamnya
masalah
hokum
dan
perundangundangan.
Menghindari eksploitasi
Memberikan toleransi
b. Firman Allah,
"Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (QS. Al-Baqarah:
275)
c. Ibnu 'Umar ra menyatakan bahwa Rasulullah saw. melarang jual beli
gharar (mengandung ketidakjelasan). (HR. Muslim, 10/157 dan al-Baihaqiy di
dalam as-Sunanul Kubra, 5/338)
2. Pada asalnya, hukum segala jenis muamalah adalah boleh. Tidak ada satu
model/jenis muamalah pun yang tidak diperbolehkan, kecuali jika didapati
adanya nash shahih yang melarangnya, atau model/jenis muamalah itu
bertentangan dengan prinsip muamalah Islam. Dasarnya adalah firman
Allah, "Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku tentang rizki yang diturunkan
Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya
halal.' Katakanlah, 'Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang
ini), ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah.'." (QS. Yunus: 59).
3. Fiqh mu'amalah mengompromikan karakter tsabat dan murunah. Tsubut
artinya tetap, konsisten, dan tidak berubah-ubah. Maknanya, prinsip-prinsip
Islam baik dalam hal akidah, ibadah, maupun muamalah, bersifat tetap,
konsisten, dan tidak berubah-ubah sampai kapan pun.
Namun demikian, dalam tataran praktis, Islamkhususnya dalam muamalah
bersifat murunah. Murunah artinya lentur, menerima perubahan dan
adaptasi sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi,
selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang tsubut.
4. Fiqh muamalah dibangun di atas prinsip menjaga kemaslahatan dan 'illah
(alasan disyariatkannya suatu hukum). Tujuan dari disyariatkannya
muamalah adalah menjaga dharuriyat, hajiyat, dan tahsiniyat. Prinsip-prinsip
muamalah kembali kepada hifzhulmaal (penjagaan terhadap harta), dan itu
salah satu dharuriyatul khamsah (dharurat yang lima). Sedangkan berbagai
akadseperti jual beli, sewa menyewa, dlsb.disyariatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dan menyingkirkan kesulitan dari mereka.
Bertolak dari sini, banyak hukum muamalah yang berjalan seiring dengan
maslahat yang dikehendaki Syari' ada padanya. Maknanya, jika maslahatnya
berubah, atau maslahatnya hilang, maka hukum muamalah itu pun berubah.
Al-'Izz bin 'Abdussalam menyatakan, "Setiap aktivitas
yang tujuan disyariatkannya tidak terwujud, aktivitas itu hukumnya batal."
Dengan bahasa yang berbeda, asy-Syathibiy sependapat dengan al-'Izz..
Asy-Syathibiy berkata, "Memperhatikan hasil akhir dari berbagai perbuatan
adalah sesuatu yang mu'tabar (diakui) menurut syariat."[6]
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa,
bahkan jasa dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada
prinsipnya obyek transaksi dapat dibedakan kedalam:
1. obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang
keberadaannya atau segera dapat diperoleh manfaatnya.
sudah
jelas
2. obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul
akibat suatu transaksi yang tidak tunai.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1. Aqad mudharaba
Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan
atau pencampuran berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha
dengan Pemilik Harta.
2. Aqad musyarakah
Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan
atau pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik
Usaha.
3. Aqad perdagangan
Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan
atas suatu transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas
penundaan pembayaran atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau
penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat
transaksi.
4. Aqad ijarah
Aqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui
penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu
dengan membayar imbalan kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan
leasing namun tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijarah
dilandasi adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan
kepemilikan.[7]
Transformasi Fikih Muamalah Ke dalam Sistem Hukum Nasional
Dari perspektif sistem hukum nasional, bentuk negara kesatuan RI bukan
sekedar fenomena yuridis-konstitusional, tetapi merupakan suatu yang oleh
Friedman disebut sebagai people attitudes yang mengandung hal-hal
seperti di atas yakni: beliefs, values, ideas, expectations. Paham negara
kesatuan bagi bangsa Indonesia adalah suatu keyakinan, suatu nilai, suatu
cita dan harapan-harapan. Dengan unsur-unsur tersebut, paham negara
kesatuan bagi rakyat Indonesia mempunyai makna ideologis bahkan filosofis,
bukan sekedar yuridis-formal. Dengan perkataan lain, sistem hukum nasional
http://an-nuur.org/index.php?
option=com_content&task=blogcategory&id=14&Itemid=30
H.Hendi Suhendi,Msi. Fiqh Muamalah, Raja grafindo persada.Jakarta2007
Lihat:Masadi, Ghufron. 2002. Fikih Muamalah Kontekstual. Pt. Raja Grafindo
Persada : Jakarta, hal 12
Drs. M. Yatimin Abdullah, MA, Studi Islam Kontemporer, Cet I, Amzah, Jakarta,
Hal. 157
[1] Lihat:Masadi, Ghufron. 2002. Fikih Muamalah Kontekstual. Pt. Raja
Grafindo Persada : Jakarta, hal 12
[2] Drs. M. Yatimin Abdullah, MA, Studi Islam Kontemporer, Cet I, Amzah,
Jakarta, Hal. 157
[3] Drs. M. Yatimin Abdullah, op.cit, hal. 160
[4] http://hitsuke.blogspot.com/2009/11/akad-fiqih-muamalah.html
[5] .H.Hendi Suhendi,Msi. Fiqh Muamalah, Raja grafindo persada.Jakarta2007,
hal 59
[6]
http://an-nuur.org/index.php?
option=com_content&task=blogcategory&id=14&Itemid=30
[7] H.Hendi Suhendi,Msi, op.cit hal 89