Anda di halaman 1dari 7

BAB IX

MUAMALAH DAN PERMASLAHANNYA


A. Pendahuluan
Muamalah merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Islam
memberikan aturan-aturan yang global untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan
hidup manusia yang seiring dengan berkembangnya zaman, berbedanya tempat serta situasi.
Persoalan muamalah merupakan persoalan yang senantiasa aktual di tengah-tengah
masyarakat. Karena ia berkembang sesuai dengan perkembangan dan peradaban pengetahuan
dan kebutuhan manusia itu sendiri. Dengan demikian persoalan muamalah suatu hal yang
pokok dan menjadi tujuan penting agama Islam dalam memperbaiki kehidupan manusia. Atas
dasar itulah hukum muamalah diturunkan oleh Allah dalam bentuk global dan umum saja
dengan mengemukakan prinsip dan norma antara sesama manusia. Manusia kapanpun dan di
manapun harus senantiasa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, sekalipun
dalam perkara yang bersifat duniawi sebab segala aktivitas manusia akan dimintai
pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dengan kata lain, dalam Islam tidak ada pemisahan
antara amal dunia dan amal akhirat, sebab sekecil apapun aktivitas manusia di dunia harus
didasarkan pada ketetapan Allah SWT agar kelak selamat di akhirat.
B. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada materi ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman dasar tentang konsep dasar Muamalah

2. Memberikan pemahaman tentang dasar dan hukum muamalah

3. Mahasiswa dapat berpikir kritis, logis, dan sistematis dalam menganalisis suatu
fenomena dan dapat mengaitkan dengan Muamalah.

4. Mahasiswa dapat memberikan koreksi dan penilaian terhadap beberapa permasalahan


dan fenomena yang muncul dalam bidang keilmuan dan menganalisisnya berasaskan
pada Muamalah dalam Islam.

C. Konsep Dasar Mumalah

Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial atau hablum minanas.
Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan kepada
manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang penting dan
mendasar berupa larangan Allah dalam Al Quran atau larangan Rasul-Nya yang didapatkan
dalam As-Sunnah.
Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata aamala, yuamilu, muamalat yang berarti
perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini
adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain
saling melakukan pekerjaan secara aktif, sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita
dari satu terhadap yang lainnya.
Pengertian Muamalah dari segi istilah dapat diartikan dengan arti yang luas dan dapat
pula dengan arti yang sempit. Di bawah ini dikemukakan beberapa pengertian muamalah,
yaitu :
 Menurut Louis Ma’luf, pengertian muamalah adalah hukum-hukum syara yang berkaitan
dengan urusan dunia, dan kehidupan manusia, seperti jual beli, perdagangan, dan lain
sebagainya.
 Menurut Ahmad Ibrahim, menyatakan muamalah adalah peraturan-peraturan mengenai
tiap yang berhubungan dengan urusan dunia, seperti perdagangan dan semua mengenai
kebendaan, perkawinan, thalak, sanksi-sanksi, peradilan dan yang berhubungan dengan
manajemen perkantoran, baik umum ataupun khusus, yang telah ditetapkan dasar
dasarnya secara umum atau global dan terperinci untuk dijadikan petunjuk bagi manusia
dalam bertukar manfaat di antara mereka.
 Arti sempit muamalah adalah semua transaksi atau perjanjian yang dilakukan oleh
manusia dalam hal tukar menukar manfaat.
Dari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalah adalah
segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama
maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia
dengan alam sekitarnya.
Syekh Abdul Sattar menyimpulkan bahwa hukum muamalah adalah sunnah para Nabi
sepanjang sejarah.

‫وهذه سنت هطردة في االنبياء عليهن السالم كوا قال تعالى‬

Artinya :
Muamalah ini adalah sunnah yang terus-menerus dilaksanakan para Nabi AS sebagaimana
firman Allah.

Islam bukan hanya ibadah, zikir dan melulu spiritual, tetapi sangat lengkap, termasuk
didalamnya membahas ekonomi islam/muamalah. Dengan demikian Islam sangat
menganjurkan manusia untuk giat berusaha diantara motifator dalam Islam adalah :

1. Para Nabi berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya(QS:34:11,12)


(QS:67:15)
2. Dalam perintah zakat disitu menandung arti bahwa manusia harus berusaha
3. Rasul dalam do’anya agar dilapangkan rizkinya. Salah satu do’anya : Ya Allah ya
Tuhan kami ampunilah aku dari dosa-dosaku dan lapangkanlah rumahku, dan
berikanlah keberkahan rizki-ku Dsb.

D. Ruang Lingkup Muamalah


Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang
muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33), meliputi :
1. Ahkam al-ahwal al- syakhshiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum – hukum yang
mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini dimaksudkan untuk
memelihara dan membangun keluarga sebagai unit terkecil.
2. Al-ahkam al-maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan usaha
perorangan seperti jual beli (Al-Bai’ wal Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan
(syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (‘uqud). Hukum ini dimaksudkan untuk
mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaan dan pemeliharaan hak-haknya.
3. Al-ahkam al-jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian dengan tindak
kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara ketentraman
hidup manusia dan harta kekayaannya, kehormatannnya dan hak-haknya, serta
membatasi hubungan antara pelaku tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
4. Al-hkam al-murafa’at (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan dengan
peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-yamin), hukum ini
dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna meralisasikan keadilan antar
manusia.
5. Al-ahkam al-dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu hukum yang
berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubungan hakim dengan
terhukum serta menetapkan hak-hak perorangandan kelompok.
6. Al-ahkam al-duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang berkaitan dengan
hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara. Maksud hukum ini
adalah membatasi hubungan antar negara dalam masa damai, dan masa perang, serta
membatasi hubungan antar umat Islam dengan yang lain di dalam negara.
7. Al-ahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah (Hukum Ekonomi dan Keuangan), yaitu
hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di dalam harta orang kaya,
mengatur sumber-sumber pendapatan dan maslah pembelanjaan negara. Dimaksudkan
untuk mengatur hubungan ekonomiantar orang kaya (agniya), dengan orang fakir
miskin dan antara hak-hak keuangan negara dengan perseorangan.

E. Jual Beli Dalam Islam


Perdagangan atau jual beli menurut bahasa al- Bai’, al- Tijarah dan al- Mubadalah,
sebagaimana Allah. SWT. Berfirman :

.)٩٢: ‫ير جو ن تجا ر ة له تبو ر (فا طر‬


Mereka mengharapkan tijarah (perdagangan ) yang tidak akan rugi (Fatir : 29)

Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai berikut:
Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jualan melepaskan hak
milik dari satu yang lain atas dasar saling merelakan.

‫تمليك عيه ما ليت بمعا و ضت با ذ شرعي‬


“Pemilikan harta benda dengan tukar-menukar yang sesuai dengan aturan Syara. (Nawawi)

‫مقا يا لت ما بليه للتصر ف با ايجا ب و قبو ل علي ا لو جه ا لما ذ و ن فيه‬


“Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul,
dengan cara yang sesuai dengan Syara (Kifayatul Ahyat).
‫مقا بلت ما ل بما ل علي و جه مخصو ص‬
“ Tukar-menukar benda dengan benda lain dengan cara yang khusus (diperbolehkan).
‫مبا د لت ما ل بما ل سبيل ا لتر ا ضي ا و وقل ملك بعو ض علي ا لو جه ا لما ذ و ن فيه‬
“ Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak
milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan”(Ash- Shiddiqie, Peng. Fiqh
Muamalah).
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian
tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara pihak yang
menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai dengan perjanjian atau ketentuan
yang telah dibenarkan Syara’ dan disepakati.
Benda dapat mencakup pengertian barang dan uang , sedangkan sifat benda tersebut
dapat dinilai, yakni benda-benda yang berharga dan dapat dibenarkan penggunaannya
menurut Syara’. Benda itu adakalanya bergerak (dipindahkan), dan ada kalanya tetap (tidak
dapat dipindahkan), ada yang dapat dibagi-bagi, ada kalanya tidak dapat dibagi-bagi, ada
harta yang ada perumpamaannya (mitsli) dan tidak ada yang menyerupainya (qimi).
Penggunaan harta tersebut diperbolehkan sepanjang tidak dilarang syara.
Benda-benda seperti alkohol, babi dan barang terlarang lainnya haram diperjual belikan
sehingga jual beli tersebut dipandang batal dan jika dijadikan harga penukar, maka jual beli
tersebut sianggap fasid (rusak). Adapun hukum jual beli dalam islam adalah sebagai berikut:
1. Mubah ini adalah hukum asal
2. Wajib, seperti wali menjual harta anak yatim karena terpaksa, atau qodi menjual harta
muflis (orang yang banyak utang dari pada hartanya)
3. Haram, yaitu jual beli barang yang terlarang seperti tersebut diatas
4. Sunat, misalnya jual beli kepada sahabat atau famili yang dikasihi dan pada orang yang
sangat membutuhkan.

F. Rukun Jual Beli


Secara umum Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang
berakad (penjual dan pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad).
Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan dengan hati, kerelaan
dapat diketahui melalui tanda- tanda lahirnya, tanda yang jelas menunjukan kerelaan adalah
ijab dan kabul, Rasulullah Saw.bersabda :

“Dari abi Hurairah r.a dari Nabi Saw. Bersabda: jangan dua orang yang jual beli, sebelum
saling meridhai” (Riwayat Abu Daud dan Tirmidzi)
‫قا ل ا لىبي ص م ا وما ا لبيع عه تر ا ض‬
“Rasulullah Saw, bersabda : sesungguhnya jual beli hanya sah dengan saling merelakan) “
(Riwayat Ibn Hibban dan Ibn Majah).

Adapun secara khusus Rukun jual beli sebagai berikut:


1. Penjual dengan syarat: Berakal, Kehendak sendiri, dan Baligh
2. Pembeli dg syarat sama dengan syarat penjual
3. Barang yg dijual dengan syarat: Suci dan ada manfaatnya
4. Barang dapat diserah terimakan, Barang milik penjual atau yang dikuasakan, Barang
diketahui oleh dua belah pihak
5. Uang/ alat tukar dg syarat: Yang dianggap sah, bukan yg najis/haram, diperoleh dengan
cara yang halal
6. Dengan lafad ijab kabul

Jual beli yang menjadi kebiasaan, misalnya jual beli sesuatu yang menjadi kebutuhan
sehari-hari tidak di syariatkan ijab dan kabul, ini adalah pendapat jumhur (dalam kitab
Subulas Salam). Menurut fatwa Ulama Syafi’iyah, jual beli barang-barang yang kecil pun
harus ijab dan kabul, tetapi menurut Imam Al- Nawawi dan Ulama Muta’akhirin Syafi’iyah
berpendiriaan bahwa boleh jual beli barang-barang yang kecil denga tidak ijab dan kabul
seperti membeli sebungkus roti.

G. Jenis Jual Beli Dalam Islam


Jual beli dapat ditinju dalam beberapa segi. Ditinju dari segi hukumnya, jual beli ada
dua macam, jual beli yang sah menurut hukum dan batal menurut hukum, dari segi objek jual
beli dan segi pelaku jual beli.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan objek jual beli dapat dikemukakan pendapat
Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi menjadi tiga bentuk, diantaranya
1. Jual beli yang kelihatan
Jual beli yang keliatan ialah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang
yang diperjual belikan ada di depan penjual dan pembeli. Seperti membeli beras di pasar.
2. Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji
Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam (pesanan).
Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah jual beli yang tidak tunai (kontan),
salam pada awalnya meminjam barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu, maksudnya ialah perjanjian yang penyerahan barang-barangnya ditangguhkan
hingga masa tertentu, sebagai imbalan harga yang telah ditetapkan ketika kad.
3. Jual beli yang tidak ada
Jual beli yang tida ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh agama
islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap sehingga dikhawatirkan barang
tersebut diperoleh dari curian atau barang titipan yang akibanya dabat menimbulkan
kerugian salah satu pihak. Sementara itu, merugikan dan menghancurkan harta benda
seseorang tidak diperbolehkan, seperti yang dijelaskan oleh Muhamad Syarbini Khatib
bahwa penjualan bawang merah dan wortel serta yang lainnya yang berada di dalam
tanah adalah batal sebab hal tersebut merupakan perbuatan ghoror.
Di dalam transaksi salam, disaratkan pula agar disebutkan tempat penyerahan barang
pesanan, jika transaksi salam dilakukan disuatu tempat yang tidak layak sebagai tempat
penyerahan barang, atau karena penyerahan barang memerlukan biaya untuk menyangkutkan
ketempat tersebut.
Seandainya pemesanan barang dapat menerima barang yang dipesannya sesudah waktu
penyerahan telah jatuh tempo ditempat penyerahan yang bukan semestinya karena melakukan
penyerahan ditempat yang semestinya memerlukan biaya angkutan, maka pihak yang
dipesani tidak wajib menyerahkan barang pesanan di tempat yang semestinya, dan orang
yang dipesani tidak boleh menuntut biaya angkutan kepada pihak pemesan.
Transaksi salam sah dilakukan secara kontan dan juga sah dilakukan (penyerahan barang
yang dipesan) dalam batas waktu yang ditentukan, bukan yang tidak diketahui batasan
waktunya. Transaksi salam yang dilakukan dengan lafaz yang mutlak berarti “jadi di saat itu
juga”, dan lafaz yang mutlak dalam transaksi salam menunjukkan arti bahwa barang yang
dipesan adalah berkualitas baik.
Adapun pada pelaksanaannya jenis jual beli ada 2 yaitu: 1) jual beli tidak sah dan 2) jual beli
sah tapi terlarang.
1. Jual Beli Tidak Sah
a. Menjual belikan seperma jantan, tidak sah karena Rasulullah Saw yang artinya. ”
Dari jabir sesungguhnya Nabi Saw telah melarang menjual belikan pejantan. (HR.
Muslim dan Nasa’i).
b. Menjual suatu barang yang baru dibeli sebelum diterimanya, karena dianggap
miliknya belum sempurna sebab barang itu masih dalam tanggungan sipenjual.
Rasulullah bersabda: ” Tidak boleh menjual atau membeli sesuatu sehingga telah
diserah terimakan terlebih dahulu.(HR. Ahmad dan Baihaqi).
c. Menjual buah-buahan sebelum nyata pantas untuk dimakan dipetik atau dengan kata
lain jual beli dengan cara ijon hal ini didasarka kepada hadits Rasulullah Saw yang
artinya.” Dari IbnuUmar ” Nabi Saw telah melarang menjual buah-buahan sebelum
buahnya tampak masak (pantas diambil) (HR. Bukhari Muslim).

2. Jual Beli Sah Tapi Terlarang


a. Membeli barang dengan harga yang terlalu mahal dari pada harga pasar
b. Membeli barang yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam masa khiyar, hal ini
didasarkan kepada hadits Rasulullah Saw yang artinya. ” Dari Abu Hurairah ’
Rasulullah Saw telah bersabda, janganlah diantara kamu menjual sesuatu yang telah
dibeli oleh orang lain (HR. Bukhari Muslim).
c. Mencegat barang sebelum sampai kepasar dan sebelum mereka tahu harga pasar,
hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah Dari Ibnu Abas, Rasulullah Saw tlh
bersabda jangan kamu mencegat orang yang akan pergi kepasar dijalan sblum
mereka samp dipasar.(HR.Syaekhana)
d. Menyetok barang untuk ditahan dan dijual dengan harga mahal), sedangkan
masyarakat umum membutuhkan barang itu, hal ini didasarkan kepada hadits
Rasulullah Saw yang artinya, ”Tidak ada orang yang menahan barang kecuali orang
yang durhaka (salah) (HR. Muslim)
e. Menjual barang yang berguna dan tahu barang itu dijadikan maksiat oleh orang yang
membelinya, ini didasarkan kepada (QS: 5:2)
f. Jual beli yang disertai tipuan (gharar), dan Rasulullah Saw menambahkan jika ada
orang yang melakukan jual beli dengan disertai penipuan maka itu bukan umatku.

H. Khiyar Dalam Jual Beli


Khiyar artinya boleh memilih untuk melanjutkan atau mengurungkan jual beli, dan dilihat
dari macamnya khiyar ada tiga kata gori yaitu :
1. Khiyar majelis, artinya sipembeli dan sipenjual , boleh memilih melanjutkan atau
mengurungkan jual beli selama dia ada ditempat jual beli, hal ini didasarkan kepada
hadits Rasulullah Saw yang artinya, ” Dua orang yang berjual beli boleh memilih
(akan meneruskan jual beli mereka atau tidak) selama keduanya belum berpisah dari
tempat akad. (HR. Bukhari Muslim)
2. Khiyar syarat artinya khiyar dijadikan syarat ketika akad oleh keduanya atau oleh
salah seorang misalnya: Ini barang saya dijual sekian dengan syarat tiga hari lagi,
atau satu minggu, atau satu bulan lagi dan sebagainya.
3. Khiyar aibi (cacat) artinya sipembeli boleh Mengembalikan barang yang dibelinya
jika cacat alasannya pernah Rasul menyuruh mengembalikan budak kepada penjual,
itu pengaduan Aisyah karena cacat ( HR. Ahmad Abu Daud dan Tirmizi).

I. Ringkasan
1. Muamalah adalah segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia,
baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya, dan
antara manusia dengan alam sekitarnya.
2. Muamalah merupakan Sunnah Para Nabi
3. Ruang lingkup bidang muamalah diantaranya: 1) Ahkam al-ahwal al- syakhshiyyah
(Hukum Keluarga), 2) Al-ahkam al-maliyah (Hukum Perdata), 3) Al-ahkam al-jinaiyyah
(Hukum Pidana), 4) Al-hkam al-murafa’at ( Hukum Acara ), 5) Al-ahkam al-dusturiyyah
(Hukum Perundang-undangan), 6) Al-ahkam al-duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), 7) Al-
ahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah (Hukum Ekonomi dan Keuangan).
4. Jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela di antara pihak yang menerima benda-benda dan pihak lain menerima
sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan Syara’ dan disepakati.
5. Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang berakad (penjual dan
pembeli), dan ma’kud alaih (objek akad).
6. Ditinju dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam, jual beli yang sah menurut hukum
dan batal menurut hukum, dari segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli. Dari segi
pelaksanaanya jenis jual beli ada 2 yaitu: jual beli tidak sah dan jual beli sah tapi
terlarang.
7. Jenis-jenis khiyar dalam jual beli: Khiyar majelis, khiyar syarat, khiyar aibi (cacat).

J. Latihan

Kerjakanlah latihan berikut ini untuk mengetahui tingkat pemahaman anda!

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Muamalah!


2. Jelaskan kedudukan dan ruang lingkup muamalah dalam islam?
3. Jelaskan pengertian jual beli beserta hukumnya!
4. Uraikan secara terperinci jenis jual beli dalam Islam!
5. Sebutkan macam-macam khiyar dalam jual beli! Berikan contohnya!

Anda mungkin juga menyukai