Anda di halaman 1dari 10

BAB II

SYARIAH DAN MUAMALAH

Kemampuan Akhir Yang Di Rencanakan

1. Mampu memahami Syariat (hukum) dan Muamalah dalam sudut pandang


ajaran Islam dengan baik.
2. Menafsirkan dan menjelaskan syariat Islam (hukum Islam) secara baik dan
benar dan muamalah sebagai wujud pengamalan dalam beragama.

Materi

A. Pengertian Dan Ruang Lingkup Syariah Dan Muamalah


1. Pengertian dan Ruang Lingkup Syariah
Secara etimologis “Syari‟ah” berarti jalan aturan, atau undang-undang
Allah SWT. Syari‟at dalam bahasa Arab berasal dari kata Syar‟i, secara harfiah
berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Selain Aqidah sebagai
pegangan hidup, Akhlak sebagai sikap hidup, Syari‟at adalah salah satu bagian
agama Islam yaitu jalan hidup. Menurut ajaran Islam, Syari‟at di tetapkan Allah
menjadi patokan hidup setiap muslim. Menurut Imam Syafi‟i dalam kitab ar
Risalah, syari‟at adalah peraturan-peraturan lahir yang bersumber dari wahyu
dan kesimpulan-kesimpulan yang berasal dari wahyu yang mengenai tingkah
laku manusia.
Dilihat dari segi ilmu hukum syari‟at adalah norma hukum dasar yang
diwahyukan Allah, yang wajib di ikuti oleh orang Islam, baik dalam
berhubungan dengan Allah maupun dalam berhubungan dengan sesama
manusia dan benda dalam masyarakat. Norma hukum dasar ini dijelaskan dan
atau dirinci lebih lanjut oleh Nabi Muhammad sebagai RasulNya. Karena itu,
syari‟at terdapat dalam Al-Quran dan kitab-kitab Hadis. Syari‟ah adalah
sebutan terhadap pokok ajaran Allah dan Rasulnya yang merupakan jalan atau
pedoman hidup manusia dalam melakukan hubungan vertikal kepada Pencipta,
Allah SWT, dan juga kepada sesama manusia.

7
Ruang Lingkup Syari’ah
Hukum Islam sebagai tatanan dalam hukum modern dan salah satu sistem
hukum yang berlaku di dunia ini, substansinya mencakup seluruh aspek
kehidupan manusia, yakni :
1. Mencakup aspek ibadah yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan al-Khaliq.
2. Mencakup hukum yang berhubungan dengan keluarga seperti nikah, talak,
rujuk, wasiat, waris.
3. Aspek muamalah (hukum sipil) yaitu hukum yang mengatur berhubungan
antar manusia, seperti transaksi jual beli, utang piutang dan sebagainya yang
bertujuan yang mengatur agar terjadi keserasian dan ketertiban.
4. Mencakup aspek ekonomi, seperti hal-hal yang berkaitan dengan
perkembangan kekayaan dan pemakaiannya hukum zakat, pajak dan
sebagainya.
Dalam hukum Islam terdapat lima hukum dasar (alahkamul khamsah), yakni
wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Adapun Kategorisasi Syariah yaitu :
a) Manusia dengan Allah meliputi Aqidah dan Ibadah, b) manusia dengan dirinya
meliputi Makanan, minuman, pakaian, akhlak, c) Manusia dengan sesama
meliputi Muamalah yaitu Ekonomi, pendidikan, sosial, politik, pemerintahan,
pertahanan, keamanan dan lain-lain.
Dalam Penerapan Syariat Islam terdapat penjagaan antara lain :
a. penjagaan terhadap akal (Pelarangan pengkonsumsian segala sesuatu yang
memabukan seperti narkoba, minuman khamr dan lain-lain).
b. penjagaan terhadap jiwa manusia (Pemberian sanksi bagi pembunuhan.
c. penjagaan terhadap keturunan (pemberian sanksi bagi pezina yaitu cambuk dan
rajam).
d. penjagaan terhadap harta [sanksi potong tangan bagi pencuri dengan ¼ dinar
(1 dinar=4,25g).
e. penjagaan terhadap kemuliaan/kehormatan (pengharaman ghibah, menolong
bagi yang teraniaya).

8
f. Penjagaan terhadap keamanan (pemberian sanksi bagi pembegal/perompak).
g. Penjagaan terhadap agama (tidak ada paksaan untuk masuk Islam).
h. Penjagaan terhadap Negara (Negara bertanggung jawab terhadap penerapan
syariat secara keseluruhan).
Sedangkan fungsi hukum Islam ada dua yaitu sebagai pencegah tindak
kejahatan dan sebagai penebus dosa bagi pelaku kejahatan.
2. Pengertian dan ruang lingkup Muamalah
Dari segi bahasa, muamalah bersal dari kata „aamala, yu‟amilu, mu‟amalat
yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan
(seperti jual-beli, sewa dsb). Sedangkan secara terminologis muamalah berarti
bagian hukum amaliah selain ibadah yang mengatur hubungan orang-orang
mukallaf antara yang satu dengan lainnya baik secara individu, dalam keluarga,
maupun bermasyarakat. Maka pengertian muamalah secara luas adalah segala
peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya dalam hidup dan kehidupan di dunia (pergaulan sosial) mencapai
suksesnya kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan muamalah secara sempit
yaitu aturan-aturan Allah SWT yang Mengatur hubungan manusia dengan
manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang baik (Syam & Arif, 2022).
Ruang lingkup muamalah
Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang
muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf, meliputi :
1. Ahkam al-Ahwal al-Syakhiyyah (Hukum Keluarga), yaitu hukum-hukum
yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Ini
dimaksudkan untuk memelihara dan membangun keluarga sebagai unit
terkecil.
2. al-Ahkam al-Maliyah (Hukum Perdata), yaitu hukum tentang perbuatan
usaha perorangan seperti jual beli (Al-Bai‟ wal Ijarah), pegadaian (rahn),
perserikatan (syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian („uqud).
Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan
kekayaan dan pemeliharaan hak-haknya.

9
3. Al-Ahkam al-Jinaiyyah (Hukum Pidana), yaitu hukum yang bertalian
dengan tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk
memelihara ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya,
kehormatannnya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara pelaku
tindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.
4. al-Ahkam al-Murafa‟at (Hukum Acara), yaitu hukum yang berhubungan
dengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al-
yamin), hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan guna
meralisasikan keadilan antar manusia.
5. Al-Ahkam al-Dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan), yaitu hukum
yang berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi
hubungan hakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangan
dan kelompok.
6. al-Ahkam al-Duwaliyyah (Hukum Kenegaraan), yaitu hukum yang
berkaitan dengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan
antar negara. Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara
dalam masa damai, dan masa perang, serta membatasi hubungan antar umat
Islam dengan yang lain di dalam negara.
7. al-Ahkam al-Iqtishadiyyah wa al-Maliyyah (Hukum Ekonomi dan
Keuangan), yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin di
dalam harta orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan masalah
pembelanjaan negara. Dimaksudkan untuk mengatur hubungan ekonomi
antar orang kaya (agniya), dengan orang fakir miskin dan antara hak-hak
keuangan negara dengan perseorangan.
Demikianlah pembagian hukum muamalah yang meliputi tujuh bagian hukum
yang objek kajiannya berbeda-beda. Pembagian seperti itu tentunya bisa saja
berbeda antara ahli hukum yang satu dengan yang lainnya. Yang pasti hukum Islam
tidak dapat dipisahkan secara tegas antara hukum publik dan hukum privat. Hampir
semua ketentuan hukum Islam bisa terkait dengan masalah umum (publik) dan juga
terkait dengan masalah individu (privat).

10
B. Tujuan, kedudukan, dan hikmah ibadah
1. Tujuan Ibadah
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dimuliakan (QS.
At-Tin (95):4); dan manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini bukan
sekedar untuk hidup di dunia tanpa pertanggungan jawab, tetapi manusia
diciptakan oleh Allah untuk beribadah, hal ini dapat dipahami dari firman Allah
(QS. AlMukminun (23):115) Artinya: Apakah kamu mengira, bahwa
sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (tanpa ada maksud)
dan bahwa kamu tidak dikembalikan kepada kami. Dan Fiman Allah dalam
(QS. Aż-Źȃriyȃt (51):56) Artinya: Dan aku tidak menciptakan Jin dan Manusia,
melainkan agar mereka beribadah kepadaku (menyembahku). Adapun tujuan
pokok beribadah adalah: Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah dan
mengkonsentrasikan niat dalam setiap keadaan, agar mencapai derajat yang
lebih tinggi (mencapai taqwa); Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan
menghindarkan diri dari perbuatan keji dan mungkar; Artinya, manusia itu
tidak terlepas dari disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah dan menjauhi
larangan, maka berlakulah pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah.
2. Kedudukan Ibadah
Ibadah kepada Allah memiliki kedudukan atau peran yang sangat besar
dan strategis dalam pembentukan karakteter imani, islami dan ihsani dalam
hidup seorang Mukmin, karena : 1) Ibadah kepada Allah adalah misi hidup. 2)
Menguatkan iman, 3) Melahirkan ketenangan hati dan jiwa. 4) Menanamkan
keberanian dan optimisme dalam diri. 5) Mengusir ketakutan dan pesimisme
dari dalam diri. 6) Menuai pahala dan segaligus menghapus dosa. 7)
Mendatangkan rezeki yang halal. 8) jalan menuju taqwa pada Allah. 9)
menyebabkan turunnya keberkahan dari langit dan bumi pada diri, keluarga dan
negeri. 10) menjauhkan diri dari azab Allah baik di dunia maupun akhirat. 11)
jalan taqarrub pada Allah dan meraih kasih sayang (Rahmat) serta
ridhoNya.12) cara terbaik meraih ma'iyyatullah (pendampingan Allah). 13)
sarana komunikasi dengan Allah agar selalu dapat terhubung dengan-Nya
setiap detik waktu dan detak jantung kita. 14) Jalan ke Syurga dan menghindar
dari neraka.
11
3. Hikmah Ibadah
Ada beberapa hikmah dibalik keutamaan dan menetapkan pokok-pokok
diwajibkannya beribadah antara lain : 1) Allah mewajibkan beriman, dengan
maksud untuk membersihkan hati dari syirik. 2) Kewajiban Ṣalat untuk
mensucikan diri dari takabbur. 3) Diwajibkannya zakat untuk menjadi sebab
diperolehnya rizki. 4) Mewajibkan berpuasa untuk menguji kesabaran
keikhlasan manusia. 5) Mewajibkan haji untuk mendekatkan umat Islam antara
satu dengan yang lainnya. 6) Mewajibkan jihad untuk kebenaran Islam. 7)
Mewajibkan amar ma‟ruf untuk kemaslahatan orang awam. 8) Mewajibkan
nahi munkar untuk menjadikan cambuk bagi orang-orang yang kurang akalnya.
9) Allah mewajibkan qişaş untuk memelihara dan meng-hargai darah manusia,
menegakkan hukum pidana untuk membuktikan bahwa betapa besarnya
keburukan dari barang yang diharamkan. 10) Mewajibkan untuk menjauhkan
diri dari minuman yang memabukkan dimaksudkan untuk memelihara akal,
mewajibkan untuk menjauhkan diri dari pencurian dimakudkan untuk
mewujudkan pemeliharaan harta dan diri. 11) Mewajibkan kita menjauhi zina
(juga lesbian dan homosex) dimaksudkan untuk memelihara keturunan,
memperbanyak keturunan. 12) Mewajibkan suatu kesaksian untuk
memperlihatkan sesuatu yang benar itu adalah benar. 13) Mewajibkan
menjauhi dusta untuk memuliakan dan menghargai kebenaran. 14)
Mewajibkan perdamaian dimaksudkan untuk memelihara amanah untuk
menjaga keseragaman hidup menuju jalan-jalan lurus, dan mewajibkan taat
untuk menghormati dan menjunjung tinggi nilainilai kepemimpinan dalam
suatu Negara.
Dengan memahami dan mempelajari hikmah ibadah, mudah-mudahan
dapat terlaksana kekhusukan, keikhlasan dan kenyamanan, sehingga
pelaksanaan ibadah dapat tercapai sesuai kehendak Allah.

C. Pernikahan, Warisan dalam Islam, Prinsip Kerja sama Umat beragama


1. Pernikahan
Kata nikah berasal dari bahasa Arab yang berarti (al-jam‟u) atau

12
”bertemu, berkumpul”. Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir batin
antara seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu
rumah tangga melalui akad yang dilakukan menurut hukum syariat Islam.
Hukum asal nikah Menurut sebagian besar ulama adalah mubah dalam
artian boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Walaupun demikian ditinjau
dari segi kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat
berubah menjadi wajib, sunah, makruh, dan haram. Adapun penjelasannya
adalah sebagi berikut :
a. Jaiz atau mubah, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar
hukum nikah.
b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah. Bila
tidak menikah, khawatir ia akan terjerumus ke dalam perzinaan.
c. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih
sanggup mengendalikan dirinya dari godaan yang menjurus kepada
perzinaan.
d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah
memiliki keinginan atau hasrat, tetapi ia belum mempunyai bekal
untuk memberikan nafkah tanggungannya.
e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan, tetapi ia
mempunyai niat yang buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau
niat buruk lainnya.
Adapun tujuan pernikahan dalam Islam yaitu : 1) Melaksanakan perintah
Allah dan sunnah Rasul-Nya. 2) Menciptakan keluarga Sakinah. 3) Menyalurkan
libido seksual (nafsu secara naluri). 4) Mendapatkan keturunan yang sah dan
sholeh. 5) Menghindari diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
Sedangkan rukun nikah ada 4 hal yang harus terpenuhi yaitu : a. Calon
suami, syaratnya: Islam, pria, tidak terpaksa, bukan mahram calon istri, tidak
sedang ihram haji/umrah), b. Calon istri, syaratnya: Islam, perempuan, bukan
mahram calon suami, tidak sedang haji/umrah, c. Sighat, akad yang terdiri dari
ijab dan qabul, d. Wali mempelai perempuan. Adapun syarat untuk wali, sebagai
berikut: 1. Berakal, 2. Baligh. 3. Merdeka (bukan budak), 4. Kesamaan agama.

2. Warisan dalam Islam


Hukum waris Islam adalah pengaturan peralihan harta dari seseorang yang
telah meninggal kepada ahli waris dan berapa bagian yang diperoleh.
Perumusannya tidak lepas dari nilai-nilai Islam dalam Alquran. Yang disebut

13
sebagai waris atau ahli waris adalah orang-orang yang berhak menerima warisan.
Sementara muwaris atau pewaris merupakan orang yang meninggal dunia dan
harta benda peninggalannya diwariskan.
Warisan yang dibagikan kepada ahli waris dapat berupa harta bergerak
seperti logam mulia serta kendaraan dan harta tidak bergerak seperti tanah serta
rumah. Harta tersebut dapat dibagikan kepada ahli waris setelah dikurangi untuk
biaya perawatan jenazah, pelunasan utang, dan pelaksanaan wasiat. Jadi,
dibuatkan daftar harta dan utang seseorang yang telah meninggal dunia. Jika
orang itu meninggalkan utang yang belum dibayar, utang perlu dilunasi terlebih
dahulu. Harta peninggalannya dapat dikurangi untuk pelunasan utang tersebut.
Sementara itu, contoh pelaksanaan wasiat yakni jika seseorang meninggal dunia
dan saat hidup ia berwasiat bahwa sebagian dari hartanya akan diberikan kepada
sebuah lembaga. Maka, tentu wasiat itu wajib dilaksanakan sebelum harta
peninggalannya dibagikan kepada ahli waris.
3. Prinsip Kerja sama Umat beragama
Persaudaraan sesama manusia disebut dengan ukhuwah insaniyah.
Persaudaraan ini dilandasi oleh ajaran bahwa semua umat manusia adalah
makhluk Allah. Manusia diciptakan Allah pada dasarnya berasal dari unsur yang
satu. Perbedaan keyakinan dan agama juga merupakan kebebasan pilihan yang
diberikan Allah. Hal ini harus dihargai dan dihormati. Dalam hal muamalah,
toleransi harus selalu dijaga, dan tidak ada larangan untuk saling membantu.
Namun jika sudah menyangkut urusan aqidah dan ibadah kembali kepada
konsep: “lakum dinukum wa li yadin”
Toleransi antar umat beragama sudah termaktub dalam Piagam Madinah,
paling tidak ada dua ajaran pokok, yaitu pemeluk Islam adalah satu umat
walaupun mereka berbeda suku bangsa; dan hubungan antara komunitas muslim
dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip : 1) Berinteraksi secara baik dengan
sesama tetangga; 2) Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama; 3)
Membela mereka yang teraniaya; 4) Saling menasehati; 5) Menghormati
kebebasan beragama.

14
TUGAS
1. Simpulkan materi di atas dari hasil diskusi.
2. Amati dan Analisa pelaksanaan Syariah dan muamalah di lingkungan
sekitarnya

15

Anda mungkin juga menyukai