Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Islam
Oleh:
Rizka Hendariah
NIM 108011000043
Sltripsi:
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dar Kegur.ual (FITK)
untuk Memenuhi Peisyaratan Memperoleh Geiar Sarjana
Oleh :
Rizka Hendariah
108011000043
Di Barvah Bimbingan:
Yang mengesahkan,
Pcmbimbing
.lakarta,23 Ap l2013
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Panitia (ketua Jurusan/Prodi) Tanggal Tanda tangan
Bahrissalim. MA
NIP: 19803071 99803 1 002
Penguji I
Perguji II
engetahui:
it i Nawawi. MA
198103 1 001
STJRAT PE R]\ryATAATI KARYA ILIVIIA}I
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya
siap menerima segala konsekuensi apabila iertrukti bahwa skripsi ini bukar hasil
karya ssndfui.
Rizka Hendariah
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرّحمن الرّحيم
ii
iii
Rizka Hendariah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ..................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
F. Manfaat Hasil Penelitian .............................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORETIK ........................................................................ 10
A. Acuan Teori .................................................................................. 10
1. Konsep Pendidikan Anak ....................................................... 10
2. Konsep Pendidikan Keluarga ................................................. 22
3. Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga ............................ 34
4. Konsep Mendidik Anak Tanpa Kekerasan ............................ 37
B. Pandangan Islam Terhadap Kekerasan dalam Keluarga ............. 41
C. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 46
A. Objek dan Waktu Penelitian......................................................... 46
B. Metode Penelitian......................................................................... 46
C. Fokus Penelitian ........................................................................... 48
D. Prosedur Penelitian....................................................................... 48
BAB VI TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 49
A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif ...................................... 49
B. Temuan Hasil Analisis Kritis Komparatif.................................... 53
C. Pembahasan .................................................................................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 75
A. Kesimpulan .................................................................................. 75
B. Implikasi ....................................................................................... 76
vi
C. Saran ............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................................... 81
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tim Buku Pintar, Undang-Undang Dasar dan Perubahannya UUD No.23 Tahun
2002 BAB XA Tentang Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Buku Pintar, 2011), Cet. II, h. 32.
2
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV
Ruhama, 1995), Cet. II, h. 47.
1
2
generasi masa depan. Di bahu mereka terdapat harapan dan cita-cita bangsa
baik dengan tanggung jawab mereka atas masyarakat dan negara atau
tanggung jawab paling mulia yaitu menyebarkan dakwah Islam. Kondisi
anak saat ini akan sangat mempengaruhi terhadap kondisi bangsa yang akan
datang. Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan bagi orangtua untuk
memperhatikan anak-anak karena mereka memegang tanggung jawab di
hadapan Allah dalam mengasuh dan menunjukan anak kepada jalan kebaikan.
Melalui keluargalah anak-anak dapat belajar segala hal yang baik untuk bekal
kehidupan. Keluarga dimanapun harus mampu mengemban tugas mulia
menghasilkan generasi baru yang berkualitas. Kelak akan dijumpai
masyarakat yang sejahtera lahir dan batin serta damai, dan bermartabat,
demokratis, serta saling menghormati dalam keberagamaan. Menurut sabda
Rasulullah SAW., anak juga merupakan investasi akhirat:
ت
َ ِا ذَا مَا: ل
َ ل ا هللِ لَىَى اهللُ عَىَيْوِ وَسَىَمَ قَا
ُ ّن رَ سُو
َ ن اَبِى ىُرَ يْرَ َة َا
ْ َع
ٍن ثَىَاثٍ لَدَقَ ٍة جَارِيَ ٍة اَوْ عِىْ ٍم يُنْتَفَعُ بِ ِو اَ ْو وَّلَد
ْ ِن آدَ َم اِنْقَطَ َع عَمَىُ ُو اِّلَا م
ُ ْاب
) ح يَدْعُ ْو ّلَ ُو (رواه مسىم
ٍ ِلَاّل
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Jika seorang
anak Adam meninggal dunia, maka semua (pahala) amalnya
terputus, kecuali (pahala) shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
anak shalih yang selalu memanjatkan do’a untuknya.” (HR.
Muslim).3
3
Imam Nawawi, Ringkasan Riyadhush Shalihin, Terj. Dari Mukhtashor Riyaadhush
Shoolihiin oleh Abu Khodijah Ibnu Abdurrohim, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006), Cet.
I, h. 56.
3
kematangan intelektual, emosi, dan hubungan sosial. Pada masa ini, mereka
mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
yang umum, membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
makhluk yang sedang tumbuh, belajar menyesuaikan diri dengan teman-
teman seusianya, mulai mengembangkan peran sosialnya, mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar, untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Setiap hari baik melalui media cetak, elektronik, dan secara langsung
banyak ditemui adanya anak yang mendapat perlakuan kasar, diperlakukan
sewenang-wenang, disakiti, disiksa baik fisik maupun mentalnya. “Sekitar
60% orangtua diduga melakukan tindak kekerasan. Dengan dalih
mendisiplinkan anak dan mengatasnamakan pendidikan, mereka menjewer,
menampar, memukul, mencaci maki, padahal bukan kepatuhan yang muncul
setelahnya.”4
Berdasarkan data Komisi Pelindungan Anak, kasus tindak
kekerasan terhadap anak tahun 2004 mencapai 544 kasus. Tahun
2005 meningkat menjadi 736 kasus, dan Januari 2006 telah terjadi 69
kasus. Jumlah ini diyakini lebih banyak lagi dan merupakan
fenomena gunung es mengingat banyaknya kasus yang tidak
terlaporkan maupun yang sengaja dirahasiakan karena dianggap aib,
baik oleh korban, keluarga maupun masyarakat sekitar.5
4
Suryani, Kebutuhan Pelayanan Sosial Bagi Anak Korban Tindak Kekerasan dalam
Keluarga, Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Badan Pendidikan
dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, 1 Maret 2010), Vol. 34, h. 47.
5
Harian Kompas, 3 Maret 2006
6
Suryani, loc. cit. h. 36. Departemen Sosial Republik Indonesia,
dalamhttp//www.google.co.id/anakkorbantindakkekerasan
7
Kedaulatan Rakyat, Desember 2009.
4
harus dimulai dari keluarga. Hal yang perlu diperhatikan dalam memutus
siklus kekerasan dalam kehidupan bukan dimulai dengan mengajarkan apa itu
kekerasan pada anak, melainkan orang dewasalah atau orangtua sebagai
pendidik yang belajar untuk tidak melakukan kekerasan dalam keluarga atau
kehidupan. Keluarga memiliki potensi yang besar untuk menekan tindak
kekerasan terhadap anak. Untuk itu perlu adanya kasih sayang, perhatian, dan
perlindungan yang harus diberikan kepada anak agar tumbuh kembang dalam
atmosfer yang penuh dengan cinta kasih dan perdamaian.
Mendidik anak hendaknya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Dengan menyadari kembali bahwa anak adalah amanah Allah SWT., yang
harus dipertanggungjawabkan di akhir masa kehidupan setiap orangtua.
“Orangtua dan keluarga boleh saja tidak memiliki harta melimpah, tetapi
mereka tidak boleh kehilangan cinta dan kasih sayang terhadap anak. Sebab,
cinta dan kasih sayang adalah kebutuhan elementer yang mutlak harus
8
diperoleh seorang anak pada masa tumbuh kembang”. Anak yang
kehilangan cinta dan kasih sayang akan tumbuh dengan penuh deviasi dan
patologis (keadaan berupa penyimpangan perilaku dalam bentuk merugikan
atau merusak diri sendiri dan orang lain). Sebaliknya, anak yang tumbuh
dalam lingkungan keluarga yang kokoh, penuh cinta, dan jauh dari
eksploitasi, akan lahir sebagai generasi yang berkarakter, dan pada gilirannya
akan menjadi warga masyarakat dan warga negara yang berkarakter pula.
Walaupun pada umumnya masyarakat, khususnya para orangtua sudah
mengetahui betapa pentingnya peran orangtua bagi pertumbuhan dan
pendidikan anak, tetapi pada kenyataannya masih banyak orangtua yang tidak
melaksanakan cara-cara mendidik anak dengan baik. Masih saja ada orangtua
yang mendidik anaknya dengan cara yang keliru, seperti: menggunakan kata-
kata yang kasar untuk menasehati, kurangnya memberikan penghargaan
terhadap keberhasilan yang anak capai untuk membesarkan hatinya, perilaku
membanding-bandingan kasih sayang dan prestasi anak dengan anak yang
8
Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib, Parenting with Love, (Bandung: PT
Mizan Pustaka, 2010), Cet. I, h. 8.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang akan dimunculkan, diantaranya :
1. Sebagian orangtua masih menggunakan kata-kata kasar untuk menasehati
anak
2. Orangtua kurang memberikan penghargaan terhadap keberhasilan yang
anak capai untuk membesarkan hatinya
3. Masih terdapat kekeliruan orangtua dalam memberikan kasih sayang
kepada anak
4. Perilaku membanding-bandingan kasih sayang dan prestasi anak dengan
anak yang lain
5. Menggunakan kekerasan dalam mendidik seperti: memukul atau menyakiti
fisik
6. Kurang memperhatikan kebutuhan anak di rumah
7. Kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya atau
membuat anak takut bertanya, dan
8. Ada sebagian orangtua yang mengeksploitasi anak.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, karena cukup luasnya mengenai
masalah pendidikan anak dalam keluarga, maka penulis membatasi masalah
yang akan diteliti hanya pada masalah menggunakan kata-kata kasar untuk
9
Asadulloh Al-Faruq, Ibu Galak Kasihan Anak, (Solo: Kiswah Media, 2011), Cet.
I, h.14.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
dalam penulisan skripsi ini, masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai
berikut:
”Bagaimana cara mendidik anak dalam keluarga tanpa menggunakan
kekerasan? ”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh informasi tentang berbagai macam perilaku atau pola asuh
orangtua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga dengan
9
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut :
1. Memberikan informasi kepada para orangtua dan calon orangtua tentang
pentingnya mendidik anak dengan cinta dan kasih sayang serta
menghindari didikan dengan kekerasan
2. Sebagai informasi kepada umumnya masyarakat, khususnya keluarga atau
orangtua maupun calon orangtua tentang pandangan Islam dalam mendidik
anak di keluarga
3. Memberikan sumbangan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan
dalam lingkungan keluarga.
4. Memberikan kesadaran kepada masyarakat pada umumnya dan orangtua
pada khususnya, bahwa mendidik anak dengan kekerasan akan berakibat
buruk bagi perkembangan anak. Dengan demikian orangtua tidak akan
melakukan tindakan yang merugikan anak tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Acuan Teori
1. Konsep Pendidikan Anak
a. Pendidikan
Pengertian pendidikan telah banyak dikemukakan oleh para pakar
pendidikan, salah satunya sebagai berikut “Pendidikan adalah
pemindahan nilai-nilai, ilmu, dan keterampilan dari generasi tua kepada
generasi muda untuk melanjutkan dan memelihara identitas masyarakat
tersebut.”8 Manusia berbeda dengan makhluk lainnya karena kondisi
psikologisnya. Berkat kemampuan-kemampuan psikologis yang lebih
tinggi dan kompleks dibanding dengan binatang inilah yang menjadikan
manusia menjadi lebih maju, lebih banyak memiliki kecakapan,
pengetahuan, dan keterampilan.
“Kondisi atau kemampuan psikologis yang dimiliki manusia itu
merupakan karakteristik psikofisik seorang sebagai individu, yang
dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku dan interaksi dengan
lingkungannya. Perilaku-perilaku tersebut merupakan manifestasi
dan ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak
tampak, perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor”.9
8
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 163-164.
9
Abudin Nata, Ibid, h. 165.
10
11
10
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al- Husna,
1987), Cet. I, h. 4.
11
Maria Ulfah Anshor dan Abdullah Ghalib, Op.Cit., h. 25.
12
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006), h. 1.
13
UU Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 Ayat 1),
Lihat Departemen Agama RI Himpunan Peraturan Perundang-undangan Sistem Pendidikan
Nasional, (Dirjend. Binbaga Islam, Jakarta , 1991/1992), h. 3.
12
14
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional .
15
Muhammad Natsir, Kapita Selekta, (Bandung: Gravenhage, 1954), h. 87.
13
16
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h.2.
17
Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik Anak, (Jakarta: Al-Huda, 2006), Cet. I,
h. 4.
14
18
Mufidah Ch, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, (Malang: UIN-
Malang Press, 2008), Cet. I, h. 302.
19
Endang Sumiami, Penddekatan Hukum pada Penanganan Kekerasan dan
Penelantaran Anak, (Yogyakarta: UGM/RS. Dr Sardjito, 2002)
15
... ٍ۬سَبَىَا ٌَبۡ نَىَا مِهۡ أَصۡ ََٲجِىَا ََ ُرسِيَـٰتِىَا ُق َشةَ أَعۡيُه...
16
20
Mufidah Ch, Op.Cit., h. 300-301.
21
Mufidah Ch, Ibid., h. 299-300.
17
ََّْصشَاوًِِ أ
ِ َط َشةِ َفأَبََُايُ ُيٍَُِدَا ِوًِ أََْ يُى
ْ كُمُ مَُْنُُ ٍد يُُنَذُ عَهَى انْ ِف
ًُِيمَّجِسَا ِو
“Setiap anak lahir dalam keadaan suci, orangtua-nyalah yang
menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Ahmad,
Thabrani, dan Baihaqi). (311-312)
22
Kartini Kartono, Psikologi, (Bandung: Alumni, 1979)
18
b. Pendidikan Anak
Bagi orang yang beragama Islam, berbicara pendidikan anak tidak
lepas dari pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan anak didik untuk mengenal, memahami,
menghayati hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Tujuan pendidikan Islam adalah meningkatkan keimanan,
pemahaman, pengetahuan, pengalaman anak didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
serta berakhlak manusia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan
bernegara.
Dasar pendidikan Islam, dasar atau fundamen dari suatu
bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan,
keteguhan, serta tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon, dasar
itu adalah akarnya. Dasar pendidikan Islam itu adalah Firman Allah
SWT., dan Sunnah Rasulullah SAW. Kalau pendidikan diibaratkan
bangunan, maka isi Al-Qur’an dan Al-Sunnah-lah yang menjadi
fundamennya.23 Sebagaimana firman Allah SWT., dalam Q.S. An-
Nisa[4]: 59 sebagai berikut:
23
Abudin Nata, Op.Cit., h. 56.
19
Pendapat lain mengatakan bahwa “tujuan akhir dari pendidikan Islam itu
terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah,
baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia
secara keseluruhan.”26
... َََ َمآ ُأ ِمشَُٓاْ إِنَا نِ َيعۡبُذَُاْ ٱنَهًَ مُخۡهِّصِيهَ َنًُ ٱنذِيه
“Dan mereka tidak disuruh melainkan agar menyembah Allah
dan dengan ikhlas beragama kepada-Nya...” (Q.S. Al-Bayyinah
[98]: 5).
24
Moh. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Dari al-
Tarbiyyah al-Islamiyyah oleh H. Butami A. Gani, dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1974), Cet. II, hlm. 15.
25
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-
Ma’arif, 1980), Cet. VI, h. 48.
26
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bina Aksara, 1991), Cet. I, h. 41.
20
...ًََ۬إِرۡ قَالَ سَ ُبكَ نِهۡمَهَـٰٓٮِٕكَتِ إِوِى جَاعِمٌ۬ فِى ٱنَۡأسۡضِ خَهِيفَ ۖت
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi...” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30).
27
Second Word Conference on Muslim Education, International Seminar on
Islamic Concept and Curricula, Recommendation, (Islamabad, 15- to 20, March, 1980).
28
Abuddin Nata, Op.Cit., h. 62.
21
dapat ditemukan pada diri beliau. Itu sebabnya beliau dijadikan Allah
sebagai teladan bagi seluruh manusia.
2. Konsep Pendidikan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan “Keluarga:
Ibu, bapak dan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar
di masyarakat.”29 Keluarga (kawla warga) merupakan sebuah institusi
terkecil di dalam masyarakat yang memiliki tempat tinggal dan ditandai
kerjasama ekonomi, berkembang, mendidik, melindungi, merawat, dan
sebagainya, serta berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan
kehidupan yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta
dan kasih sayang anggotanya. Suatu ikatan hidup yang didasarkan karena
terjadinya perkawinan, juga bisa disebabkan karena persusuan atau
muncul perilaku pengasuhan.
Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua
orang yang berjanji hidup bersama yang memiliki komitmen atas
dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait
karena sebuah ikatan batin, atau hubungan perkawinan yang
kemudian melahirkan ikatan sedarah, terdapat pula nilai
kesepahaman, watak, kepribadian yang satu sama lain saling
mempengaruhi walaupun terdapat keragaman, menganut
ketentuan norma, adat, nilai, yang diyakini dalam membatasi
keluarga dan yang bukan keluarga. Keluarga merupakan unit
terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun di atas
perkawinan/pernikahan terdiri dari ayah/suami, ibu/istri, dan
anak.30
29
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 471.
30
Mufidah Ch, Op.Cit., h. 38.
31
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press,
2008), Cet. I, h. 203.
23
32
Mufidah Ch, Loc.Cit., h. 40. Lihat juga Atashendartini Habsjah, Jender dan Pola
Kekerabatan dalam TO Ihromi (ed), Bunga Ramapai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2004) h. 218.
33
Mufidah Ch, Ibid., h. 41. Liat juga Evelyn Suleema, Hubungan-hubungan dalam
Keluarga, dalam TO Ihromi (ed), Bunga Rampai Sosiologi Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2004), h. 91.
24
34
Mufidah Ch, Ibid., h. 45-46.
26
35
Mufidah Ch, Ibid., h. 42-47. Lihat juga Djudju Sudjana, dalam Jalaludin Rahmat,
(ed), Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosyda Karya, 1990).
36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 709.
28
37
Wendi Zarman, Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan lebih
Efektif, (Bandung: Ruang Kata, 2011), Cet. I, h. 8-10.
29
38
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 1991), h. 91-92.
30
39
Monty P, Satia darma, dan Fidelis F. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta:
Pustaka Populer Obor, 2003), h. 123-125.
32
40
Singgih D Gunarsa dan Ny. Singgih D Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), Cet. VII, h. 82-84.
33
41
Muchlis M. Hanafi, Tafsir Al-Qur’an Tematik; Pembangunan Generasi
Muda,(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011 ), h. 129.
35
42
Wendi Zarman, Op.Cit., h. 85.
43
Wendi Zarman, Ibid., h. 89.
36
44
Endang Sumiarni, Pendekatan Hukum pada Penanganan Kekerasan dan
Penelantaran Anak, (Yogyakarta: UGM Dr Sardjito, 2002)
38
b. Bentuk-bentuk kekerasan
Berdasarkan data yang direkam dari berbagai lembaga
pendampingan kekerasan dalam keluarga (rumah tangga) dan kasus yang
ditangani kepolisian, bentuk kekerasan yang terjadi adalah:
1) Kekerasan fisik, merupakan bentuk kekerasan dimana korban
mengalami penderitaan yang secara fisik baik dalam bentuk ringan
maupun berat. Kekerasan fisik dalam bentuk ringan misalnya
mencubit, menjambak, memukul dengan pukulan yang tidak
menyebabkan cidera, dan sejenisnya. Sebagaimana disebutkan pada
pasal 6 bahwa kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
huruf a adalah “perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh saki,
atau luka berat.”45 Kekerasan fisik kategori berat misalnya memukul
hingga cidera, menganiaya, melukai, membunuh, dan sejenisnya.
Kekerasan fisik dengan bekas yang dapat dilihat dengan kasat mata
biasanya mudah diproses melalui hukum, karena terdapat bukti
materiil yang digunakan sebagai alasan.
2) Kekerasan seksual, adalah kekerasan yang dapat berbentuk pelecehan
seksual seperti ucapan simbol, dan sikap yang mengarah pada porno,
perbuatan cabul, perkosaan, dan sejenisnya. Kekerasan seksual
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 huruf c meliputi: 1)
“pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang
menetap dalam lingkungan rumah tangga tersebut; 2) pemaksaan
hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkungan rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan
tertentu.”46
3) Kekerasan psikis, adalah bentuk kekerasan yang tidak tampak bukti
yang dapat dilihat secara kasat mata. Kekerasan psikis sering
menimbulkan dampak yang lebih lama, lebih dalam, dan memerlukan
rehabilitasi secara intensif. Bentuk kekerasan psikis antara lain
45
UU RI Penghapusan Kekerasan dalam rumah Tangga Nomor 23 tahun 2004
46
UU RI Penghapusan Kekerasan dalam rumah Tangga Nomor 23 tahun 2004
39
47
UU RI Penghapusan Kekerasan dalam rumah Tangga Nomor 23 tahun 2004
40
Kasih sayang merupakan pola hubungan yang unik antara dua orang
atau lebih. Kasih sayang yang berlebihan dari para orangtua kepada
anak merupakan hal yang dapat berdampak negatif bagi anak. Anak
yang dibesarkan dalam asuhan kasih sayang yang berlebihan dapat
menjadi anak yang rentan masalah, kehilangan kepercayaan diri,
tidak berani mengambil resiko, tidak mau melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang penting dan selalu mengharapkan uluran tangan
orang lain.
3) Menganggap pendidikan gaya keras lebih efektif
Setiap orangtua memiliki gaya yang berbeda-beda ketika
berkomunikasi dan berinteraksi dengan anaknya. Model pendidikan
yang belainan dan dipengaruhi oleh latar belakang serta lingkungan
masing-masing. Salah satu yang menjadi pilihan bagi orangtua
adalah pendidikan dengan gaya keras dan otoriter, cenderung
memaksa serta mudah memberikan hukuman. Pendidikan semacam
ini pada akhirnya akan melahirkan orangtua yang berkarakter keras,
meskipun ada kelebihan dan kekurangan di dalamnya.
4) Adanya tuntutan berlebihan pada anak atau harapan (espektasi) yang
berlebih pada anak
Faktor berikutnya yang dapat menjadikan orangtua memiliki
karakter keras dalam mendidik adalah harapan (espektasi) yang
berlebihan kepada anak. Orangtua sering kali tidak menyadari
manakala melampiaskan obsesi terpendamnya kepada anak, atau
keinginan orangtua untuk menjadikan anaknya seperti yang ia
kehendaki tanpa memperdulikan kemauan dan keinginan anak
merupakan pemicu paling umum terjadinya stres pada anak.
5) Suka membanding-bandingkan dengan orang lain
Tipe pendidikan gaya keras atau otoriter orangtua disebabkan keirian
orangtua kepada orang lain. Orangtua berharap anaknya bisa seperti
orang lain yang sukses. Orangtua yang demikian sering
membanding-bandingkan anaknya dengan orang lain. Kemudian
41
48
Abu Husain al-Qusyairi Al Naisaburi, Shahih Muslim Juz 4, (Beirut, Dar Fikr,
TT), h. 1996.
49
Tarsis Tarmudji, Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Agresifitas Remaja,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 2002, h. 504-518.
43
50
Tarsis Tarmudji, Ibid., h. 504-518.
51
Siti Wahyu Iryani, Pengaruh Sikap Orangtua terhadap Tingkat Kenakalan Anak,
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Badan Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan Sosial, September 2009), Vol. 33 nomor 3, h. 288.
52
Siti Wahyu Iryani, Relevansi Keluarga Harmonis terhadap Kenakalan Remaja,
Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Yogyakarta: Badan Pendidikan dan Penelitian
Kesejahteraan Sosial, Desember 2011), Vol. 35 nomor 4, h. 314.
44
B. Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode kepustakaan atau (Library Research)
yang mana penelitian ini dengan cara mengkaji pelbagai buku yang berkaitan
dengan penelitian di atas guna menemukan penyelesaian rumusan masalah
46
47
yang ada serta mengiterpretasikan hasil temuan yang ada atau disebut juga
riset kepustakaan. “Riset kepustakaan atau sering disebut studi pustaka, ialah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca, mencatat, serta mengolah bahan penelitian.”58 Seperti
yang dijelaskan diawal bahwa riset kepustakaan membatasi kegiatannya
hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa melakukan riset
lapangan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan
mengumpulkan buku-buku, jurnal-jurnal, dan hasil penelitian lainnya dari
berbagai perpustakaan seperti Perpustakaan Komisi Perlindungan Anak,
Perpustakaan Departemen Sosial Perpustakaan Nasional, Perpustakaan
daerah, Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Umum
lainnya guna mendapatkan literatur yang berkaitan dengan Konsep
Pendidikan Anak dalam Keluarga (Mendidik Anak Tanpa Kekerasan).
Analisis data, penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis)
yaitu dengan mengumpulkan data sistematis dan konsisten, kemudian
menganalisis, menyeleksi, menarasikan untuk diambil kesimpulan. “Dengan
analisis isi, peneliti bekerja secara objektif dan sistematis untuk
mendeskripsikan isi bahan komunikasi melalui pendekatan kuantitatif.”59
Analisis isi pada awalnya dianggap sebagai salah satu ciri metode kuantitatif
sebab memberikan intensitas pada objektivitas dan sistematis seperti
dipahami dalam ilmu positivistik. “Menurut Muhadjir, analisis isi dengan ciri
kuantitatif positivistik ini berkembang menjadi posivistik kualitatif,
naturalistik, dan analisis ini dengan ciri interaksi simbolik.”60 Pada penelitian
ini penulis menggunakan analisis isi (Content Analysis) dengan pendekatan
kualitatif. Langkah penelitian yang penulis lakukan adalah dengan mengkaji
Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga dari sumber primer yaitu pelbagai
58
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia,2008), Cet.II, h.3.
59
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005),
Cet. V, h. 321.
60
Nyoman Kutha Ratna, Metodelogi Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu Sosial
Humaniora Pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet.I, h.358.
48
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus kepada pengungkapan tentang bagaimana cara
atau konsep mendidik anak di dalam keluarga tanpa mengedepankan
kekerasan dalam penyampaiannya.
D. Prosedur Penelitian
1. Memiliki ide umum tentang topik penelitian yaitu: Konsep Pendidikan
Anak dalam Keluarga (Mendidik Anak Tanpa Kekerasan)
2. Mencari informasi pendukung (buku-buku yang relevan, ensiklopedi
umum dan khusus, abstrak penelitian, jurnal, dan lain-lain)
3. Mempertegas fokus pembahasan (mempersempit) dan mengorganisasikan
bahan bacaan
4. Mencari dan menemukan bahan yang diperlukan
5. Mengreorganisasikan bahan dan membuat catatan penelitian (paling
sentral)
6. Mereview dan memperkaya lagi bahan bacaan
7. Lalu mereorganisasikan kembali bahan atau catatan dan penyusunan
penulisan laporan penilitian.
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Buku karangan Maria Ulfah anshor dan Abdullah Ghalib dengan judul
Parenting with Love (Panduan Islami Mendidik Anak Penuh Cinta dan
Kasih Sayang).
Buku ini membahas pentingnya pendidikan bagi anak berbasis kasih
sayang dan cinta, sehingga bisa berpengaruh positif dalam pembentukan
karakternya. Islam sangat menekankan kepada orangtua untuk memenuhi
hak-hak anak, seperti pendidikan, perlakuan lembut, serta perawatan dan
pemeliharaan.
Buku karangan Maria Ulfah Anshor ini merupakan salah satu buku
yang relevan dengan topik atau materi penelitian yang peneliti cari atau kaji
yaitu “Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga (Mendidik Anak tanpa
Kekerasan)”. Relevansinya menurut buku ini memfokuskan terhadap
pendidikan yang ramah terhadap anak. Agar anak-anak dapat berkembang
secara baik membutuhkan pendidikan, keterampilan, serta rekreasi, dan
kegiatan seni budaya.
Orangtua memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-
anaknya seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Perintah tersebut
49
50
sangat beralasan karena kualitas sumber daya manusia di muka bumi sangat
ditentukan oleh faktor pendidikan dasar yang diberikan oleh orangtuanya.
Begitu juga dalam pandangan Islam, peran orangtua sangat penting dalam
menentukan masa depan anaknya. Pernyataan Rasulullah SAW., sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Bukhari menganalogikan peran orangtua terhadap
agama yang dianut anaknya sebagai berikut: “Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan suci, maka orangtuanya yang membuatnya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.”
Pendidikan yang ramah terhadap anak adalah pola pendidikan yang
menggunakan perspektif gender, yaitu suatu model pendidikan yang
meniscayakan keadilan, baik laki-laki mapun perempuan. Artinya penanaman
nilai dalam proses pendidikan anak ditekankan pada pemahaman bahwa sifat
feminin dan sifat maskulin memiliki nilai yang sama pentingnya dalam
kehidupan sosial. Menurut buku ini ada beberapa persyaratan yang harus
dilakukan dalam menerapkan pola pendidikan yang ramah terhadap anak,
anatara lain:
a. Tidak membeda-bedakan jenis kelamin
b. Menumbuhkan sikap kritis pada anak
c. Tidak diskriminatif dan menghargai perbedaan
d. Demokratis.
3. Buku yang ketiga yaitu buku karangan Wendi Zarman dengan judul
“Ternyata Mendidik Anak Cara Rasulullah itu Mudah dan Lebih
Efektif.”
Buku ini berisikan cara mendidik, gambaran kehidupan anak secara
Islami dalam keluarga muslim untuk mencetak anak hebat yang cocok di
terapkan untuk anak zaman sekarang. Memberikan sumbangan pemikiran,
inspirasi, gambaran kehidupan secara menyeluruh dan sangat berharga
terutama di saat bangsa ini sedang kehilangan jati dirinya. Buku ini juga
dapat menjadi solusi dan pendamping orangtua dan guru, ketika menjalankan
tugas sebagai pendidik untuk anak mendidik secara Islami tanpa
mengedepankan kekerasan tentunya.
Kontennya mengenai metode yang diterapkan Rasulullah SAW.,
dalam mendidik. Seperti yang pernah disebutkan dalam bab sebelumnya
orang yang paling sempurna penghambaannya kepada Allah SWT., adalah
Nabi Muhammad SAW. Hal itu tecermin dari perilakunya. Beliau adalah
contoh ideal dalam segala hal. Bila bicara tentang rumah tangga, beliau
adalah suami dan ayah yang terbaik. Bila bicara pendidikan, beliau adalah
guru yang paling baik. Bila bicara mengenai negara beliau adalah pemimpin
atau negarawan yang paling baik. Bila bicara mengenai peran di masyarakat,
beliau adalah anggota masyarakat yang paling baik. Bila bicara mengenai
perniagaan beliau adalah pedagang yang paling baik. Bila bicara mengenai
pergaulan beliau merupakan sahabat yang paling baik. Pendeknya, semua
kebaikan terhimpun pada diri beliau.
Metode pendidikan Rasulullah SAW., masih dapat diterapkan dalam
pendidikan di dalam rumah tangga ataupun di sekolah. Secara umum, metode
ini saling menunjang antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu tidak
bisa dikatakan bahwa cara yang satu lebih unggul daripada yang lain.
52
4. Buku yang keempat yaitu buku karangan Dr. Musthafa Abu Sa’ad
dengan judul Istratijiyyah at-Tarbiyyah al-Ijabiyyah (Judul Terjemahan:
Smart Parenting, 30 Strategi Mendidik Anak; Cerdas Emosional,
Spiritual, Intelektual) yang diterjemahkan oleh Fatkhurozi dan Nashirul
Haq.
Buku ini berisikan sejumlah wawasan baru tentang strategi
pendidikan yang dapat membentuk langkah-langkah yang positif dalam
membangun perilaku yang baik, akidah yang kokoh, nilai-nilai yang positif,
serta perasaan-perasaan yang istimewa. Strategi-strategi yang terdapat di
dalam buku ini adalah strategi pendidikan yang akan memberikan kekuatan
bagi orangtua maupun pendidik, yaitu kekuatan untuk berkomunikasi dan
membangun, serta akan memberikan kebahagiaan dalam mendidik anak.
Temuan dalam buku keempat sekaligus buku terakhir ini, akan diuraikan
sebagai berikut.
Menurut Dr. Musthafa Abu Sa‟ad banyak strategi yang dapat
digunakan dalam mendidik anak atau Smart Parenting, beberapa diantaranya
yaitu:
a. Fokus pada solusi
b. Ungkapkan perasaan (orangtua atau pendidik)
c. Bertanyalah, “kenapa?”
d. Berilah contoh, jangan hanya perintah
e. Jadi pendengar yang baik
53
Tabel 4.1
Hasil Analisis Komparatif Keempat Buku
C. Pembahasan
1. Konsep Pendidikan Anak dalam Keluarga (Mendidik Anak Tanpa
Kekerasan)
a. Buku karangan Maria Ulfah anshor dan Abdullah Ghalib dengan
judul Parenting with Love (Panduan Islami Mendidik Anak Penuh
Cinta dan Kasih Sayang).
Seperti yang telah disebutkan di atas menurut buku ini ada 4
persyaratan yang harus dilakukan dalam menerapkan pola pendidikan yang
ramah terhadap anak, yaitu:
1) Tidak membeda-bedakan jenis kelamin
Orangtua hendaknya tidak membeda-bedakan perlakuan anak
laki-laki dengan anak perempuan. Namun tetap pada awalnya anak
perlu diperkenalkan kepada hal-hal kecil. Misalnya pemilihan warna,
mainan, dan yang lainnya tidak disosialisasikan kepada anak secara
56
bagi anak. Meskipun orangtua normal tidak akan melakukan hal itu,
boleh jadi hal itu dilakukannya tanpa sadar. Terkadang orangtua tidak
berhati-hati sehingga mengucapkan sesuatu yang buruk, padahal itu
bisa menjadi do‟a yang dikabulkan oleh Allah SWT.
3) Pujian sebagai motivasi
Para orangtua dan pendidik dapat mempraktikan metode
motivasi Rasulullah yang sangat sederhana. Dengan sebaris kalimat
singkat, Rasulullah mampu memotivasi seorang anak untuk
mengerjakan suatu amal kebajikan sepanjang hidupnya. Inilah yang
dirasakan sahabat beliau, Abdullah bin Umar atau ibnu Umar.
Ibnu Umar bercerita, “Pada masa Rasulullah, ketika aku masih
muda dan belum menikah, aku sering tidur di masjid. Dalam tidurku
aku bermimpi seakan-akan ada dua malaikat yang membawaku ke
neraka.” Ibnu umar kemudian melanjutkan kisahnya,”Kami didatangi
oleh malaikat lain yang berkata, „kamu jangan takut‟.” Lalu ibnu
Umar menceritakan mimpinya kepada Hafshah. Lalu Hafshah
menceritakannya kepada Rasulullah SAW., mendengar cerita itu
Rasulullah SAW., bersabda, “Sebaik-baiknya lelaki adalah Abdullah,
seandainya ia mengerjakan sholat malam”. Sejak saat itu Ibnu Umar
senantiasa tidur hanya sebentar di malam hari dan memanfaatkannya
untuk mengerjakan shalat malam. Lihatlah, betapa efektifnya cara
Rasulullah SAW., memotivasi Ibnu Umar yaitu memujinya setinggi
langit kemudian menutupnya dengan nasihat.
Pada dasarnya setiap orangtua atau guru berkewajiban
mengkritik atau menasehati anak bila mereka melakukan kesalahan
atau kebiasaan buruk. Sayangnya ketika mengkritik, orangtua lebih
sering melakukan dengan pendekatan menyalahkan atau menyuruh
saja. Padahal kritikanpun dapat dilakukan dengan memulainya dengan
pujian tanpa menghilangkan esensi nasihat itu sendiri.
Tidak ada salahnya orangtua memuji anak di hadapan orang
lain saat sang anak berada di dekat sang orangtua. Sudah menjadi
63
Ada banyak kebaikan yang diperoleh dari sentuhan kasih sayang ini,
diantaranya:
a) Dapat mendekatkan jiwa orangtua dengan anak.
b) Adanya kepercayaan yang timbul dari ekspresi kasih sayang ini
menjadikan anak selalu terbuka kepada orangtua.
c) Dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosi
anak. Anak akan merasa berharga dan memiliki martabat,
sehingga menumbuhkan kepercayaan diri.
64
d. Buku karangan Dr. Musthafa Abu Sa’ad dengan judul Istratijiyyah at-
Tarbiyyah al-Ijabiyyah (Judul Terjemahan: 30 Strategi Mendidik
Anak; Cerdas Emosional, Spiritual, Intelektual) Smart Parenting yang
diterjemahkan oleh Fatkhurozi dan Nashirul Haq.
Hasil temuan mendidik anak tanpa kekerasan dari buku Smart
Parenting ini, diantaranya yaitu:
1) Fokus pada solusi
Bagi seorang pendidik yang baik, memfokuskan perhatian pada
pemecahan masalah termasuk langkah yang terpenting dalam
menyusun program pendidikan positif.
2) Ungkapkan perasaan (orangtua atau pendidik)
Setelah fokus pada penyelesaian masalah, teknik berikutnya adalah
mengungkapkan segenap perasaan orangtua kepada anak tentang
suatu perilaku negatif anak, tanpa menyinggung perasaannya. Tujuan
utama dari mengungkapkan perasaan dengan baik adalah agar
orangtua dapat menyampaikan pesan utama kepada anak tanpa harus
menyinggung perasaannya.
3) Bertanyalah, “kenapa?”
Ajukanlah sebuah pertanyaan ketika orangtua atau pendidik tidak
dapat memahami perilaku anak. Melalui bertanya, jadikanlah sang
anak mau mengungkapkan isi hatinya, karena hal tersebut lebih baik
daripada orangtua atau pendidik harus membuang-buang waktu hanya
sekedar menerka isi pikiran sang anak saja. Perlu diketahui
kesuksesan strategi “mengapa?” ini sangat tergantung kepada bahasa
dan raut wajah orang yang menanyakan dalam hal ini orangtua atau
pendidik.
4) Berilah contoh, jangan hanya perintah
Upaya membentuk pribadi anak yang baik diawali dengan
mendorongnya agar mau memerhatikan pernyataan sang orangtua,
sekaligus jawabannya. Diusahakan hindari pemberian perintah secara
kaku dan tidak disukai anak.
67
serta mendidik anak pada waktu mereka masih kecil, termasuk menanamkan
budi pekerti yang luhur (al-akhlak al-karimah).
Tidak ada satupun cara yang baku dan ideal untuk dapat mengasuh
dan mendidik anak menjadi seperti yang dicita-citakan oleh orangtuanya,
karena masing-masing anak memiliki karakter yang berbeda. Begitu juga
orangtua yang memiliki anak, secara pribadi mereka mempunyai keunikan
masing-masing dalam mengasuh anak-anaknya. Akan tetapi, pendidikan yang
baik dan seharusnya diberikan kepada anak adalah pendidikan yang ramah,
mengutamakan kelemahlembutan, dan menghindari adanya kekerasan di
dalam penyampaiannya. Tidak mudah memang menjalankan pendidikan yang
sempurna, tapi paling tidak mendekati sempurna insya Allah bisa.
Kesuksesan mendidik anak mensyaratkan adanya sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh orangtua yaitu sabar, penyayang, disiplin, dan tegas.
Orangtua sebagai pendidik harus sabar menghadapi berbagai tingkah
laku anak dengan beragam karakter. Apapun kondisinya harus mampu
bersikap penuh kasih sayang terhadap anak, bersikap tegas, dan disiplin
terhadap berbagai tindakan pelanggaran yang dapat membahayakan anak,
agar anak kelak menjadi anak yang shaleh dan shalihah. Anak yang shaleh
dan shalihah akan menjadi amal jariyah bagi orangtuanya, meskipun orangtua
tersebut telah meninggal dunia. pendidikan yang dianjurkan Islam adalah
pendidikan yang berdasarkan cinta dan kasih sayang. Sebagaimana hadis
Rasulullah SAW.,
“Tidaklah kelemahlembutan itu ada pada sesuatu kecuali pasti akan
memperindahnya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu kecuali pasti
memperburuknya” (H.R. Muslim)
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan konsep pendidikan anak dalam keluarga
(mendidik anak tanpa kekerasan) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dilihat dari kacamata Pendidikan Islam, pendidikan dengan kekerasan
bukanlah pendidikan yang dianjurkan oleh Allah SWT., dan Rasul-Nya.
2. Pendidikan melalui kekerasan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu
kekerasan verbal dan kekerasan non verbal (kekerasan psikologis dan
fisik).
3. Konsep pendidikan anak tanpa kekerasan dapat dilakukan dengan
memahami arti anak sesungguhnya dan mencintainya karena Allah SWT,
samakan pandangan orangtua, selalu mendoakan kebaikan kepada anak,
mendidik dengan keteladanan, menasehati melalui perkataan yang baik,
menjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, tidak
membedakan jenis kelamin, pendidikan yang demokratis bukan otoriter,
hargai perilaku baik anak, memberi hukuman yang tidak kasar dan tidak
menyakitkan.
4. Untuk menghindari pendidikan dengan kekerasan terhadap anak dengan
menggunakan prinsip dalam memberikan hukuman yaitu: beritahu
kesalahannya, hukuman bertahap, tidak keluar kata kasar, kesalahan anak
menjadi bahan evaluasi bagi orangtua, menghukum atas dasar prilaku,
adil dan konsisten dalam menghukum, serta hukuman bertujuan
memperbaiki bukan menyakiti.
75
76
B. Implikasi
Secara normal tidak ada orangtua yang tidak menyayangi anak-
anaknya. Namun masih banyak orangtua yang salah dalam perilaku
menyayangi anak. Misalnya memaksa sampai memukul anak untuk rajin
belajar agar kelak menjadi anak yang pandai. Cara seperti itu termasuk
kekerasan yang harus dihindari karena akan berakibat buruk bagi
perkembangan anak.
Mendidik anak dengan kasih sayang, memberi contoh, memuji, dan
dengan cara-cara yang santun membuat anak merasa diakui keberadaannya
dan mendorong anak untuk berperilaku baik. Cara-cara mendidik anak seperti
ini perlu dibiasakan dalam keluarga.
C. Saran
Pendidikan anak dengan menggunakan kekerasan masih banyak
dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya. Oleh karena itu, perlu adanya
penyuluhan dan bimbingan sosial terhadap keluarga dengan pembelajaran
keluarga untuk menghindari tindakan sewenang-wenang, dan penerapan pola
asuh yang bijaksana.
Khususnya kepada orangtua dan calon orangtua disarankan agar
menempuh cara-cara mendidik anak tanpa kekerasan sebagaimana yang telah
77
diajarkan oleh Allah SWT., dan Rasulullah SAW., serta cara-cara yang telah
dikemukakan dalam buku-buku yang dibahas pada skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Moh. Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Terj. Dari al-
Tarbiyyah al-Islamiyyah oleh H. Butami A. Gani, dan Djohar Bahry,
(Jakarta: Bulan Bintang, Cet. II, 1974.
Al-Faruq, Asadulloh. Ibu Galak Kasihan Anak. Solo: Kiswah Media, Cet. I, 2011.
Al Naisaburi, Abu Husain al-Qusyairi. Shahih Muslim Juz 4. Beirut, Dar Fikr, TT.
Al Tamimiy, Muhammad bin Hiban Abu Hatim. Shahih Ibnu Hibban, Juz I.
Beirut: Muasasah Risalah, 1993.
Al-Qur’an Al Karim
Amini, Ibrahim. Agar Tak Salah Mendidik Anak. Jakarta: Al-Huda, Cet. I, 2006.
Anshor, Maria Ulfah dan Abdullah Ghalib, Parenting with Love. Bandung: PT
Mizan Pustaka, Cet. I. 2010.
Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bina Aksara, Cet. I,
1991.
78
79
Iryani,Siti Wahyu Pengaruh Sikap Orang Tua terhadap Tingkat Kenakalan Anak,
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Badan
Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 33 nomor 3,
September 2009.
Tarmudji, Tarsis. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Agresifitas Remaja,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.2002.
UU Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Pasal 1 Ayat 1),
Lihat Departemen Agama RI Himpunan Peraturan Perundang-undangan
Sistem Pendidikan Nasional, (Dirjend. Binbaga Islam, Jakarta ,
1991/1992).
Paraf
No Judul Buku/Referensi
Pembimbing
BAB I
1. Zaktah Darudjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan
Sekolah, (IakaJtat Cy Ruhama, 1995), Cet. II, h. 47
2 Imam Nawawi, Ringkasan Riyadhush Shalihin, Terj. Dari
Mukhtashor Riyaadhush Shoolihiin oleh Abu Khodijah
Ibnu Abdurrohim, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006),
Cet. I, h. 56.
81
82
22
lnteftlisipliner, (Jakarta: Bina Aksara, l99l), Cet. I, h. 41. ,4rd
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besdr
Bahasa Indonesia. Edisl Kedu4 (Jakarta: Balai Pustaka,
1996),h.47t.
23 A. Falah Yasin, Di ensi-dimensi Pendidikan Islam.
(Malang: UIN Malang Press, 2008), Cet. I, h. 203.
24 Depafiemen Pendidikan daa Kebudayaan, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakana: Balai Pustaka, 1999),h.709.
25 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidiktn Teotits dan Praktis,
@andung: PT Remaja Rosda Ka.rya, t991).h.91-92.
26 Monty P, Satia darma, dan Fidelis F. Was*"t, Mendidik
Kecetddsak. (Jakafiai Pustaka Populer Obor, 2003), h.
123-12s.
,4r{
2',7 Singgih D Gunarsa daa Ny. Singgih D Guna.rsa, Psi,tologi
Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia,
BAB III
34 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, gakatlai
Yayasan Obor Indonesia,20O8), Cet.II, h.3.
35 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pe elitian, (Jakafia'. PT
Rineka Cipta, 2005), Cet. V, h.321. ,h{
36 Nyoman Kutha Ratna, Metodelogi Penelitian; Kqjiak
Budaya dan llmu Sosial Humaniora Pada Umumnya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet.I, h.358.
BAB IV
37 Maria Ulfah Anshor dan Abdullah chalib, Parcnti11g lith
Zove, @andung: PT Mizan Pustaka, 2010), Cet. I.