Anda di halaman 1dari 123

BIMBINGAN KEAGAMAAN UNTUK MENCEGAH KENAKALAN

PADA SISWA
(Penelitian Pada Siswa Kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu
Ciparay Jalan Raya Laswi Km.02 Baranangsiang, Kecamatan
Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial


Pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam
UIN Sunan Gunung Djati

Oleh:
Wulan Fikriani
1174010170

2021 M / 1442 H
ABSTRAK

Wulan Fikriani: Bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa


(Penelitian pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay).
Masa remaja atau siswa merupakan suatu fase pertumbuhan dan
perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Dalam periode ini terjadi
perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental dan sosial. Masa ini juga
merupakan masa periode pencarian identitas diri, sehingga remaja sangat mudah
terpengaruh oleh lingkungan. Dalam kehidupan usia remaja sering mengalami
permasalahan, baik itu hubungan dengan guru, hubungan dengan teman sebaya,
hubungan dengan lawan jenis, masa depan, masalah belajar dan lain-lain. Semua
keadaan tersebut ada yang mampu menyelesaikannya dengan baik tanpa bantuan
orang lain, ada juga yang tidak mampu, sehingga menimbulkan reaksi yang
sifatnya negatif dalam diri remaja. Reaksi-reaksi negatif tersebut apabila tidak
dapat dikendalikan dan diarahkan akan menjadi perilaku yang menyimpang.
Perilaku menyimpang tersebut sering dikenal sebagai kenakalan siswa.
Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui: (1) program
bimbingan keagamaan yang ada di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay, (2) proses
pelaksanaan bimbingan keagamaan di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay, (3) serta
mengetahui hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan untuk mencegah
kenakalan siswa.
Penelitian ini bertolak dari kajian teoritis yang menyatakan bahwa
bimbingan keagamaan merupakan segala kegiatan yang di lakukan oleh seseorang
dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami
kesulitankesulitan rohaniyah maupun batiniyah dalam lingkungan hidupnya agar
supaya orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul kesadaran atau
penyerahan diri terhadap kekuasaan Allah SWT.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deksriptif kualitatif,
sedangkan teknik yang diambil dalam pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Adapun sampel siswa yang bermasalah
sebanyak 3 orang, dan guru bk.
Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan menunjukan bahwa bimbingan
keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay
dari pelaksanaannya dapat dikatakan berhasil. Adapun untuk hasil yang diperoleh
dari bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa di SMA Plus Tebar
Ilmu Ciparay terbukti dapat mencegah terjadinya kenakalan siswa, dari 3 orang
siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa mereka terbukti mengalami
perubahan setelah mengikuti bimbingan keagamaan. Siswa merasa berdosa,
bersalah, dan menyesal atas tindakan kenakalan yang dilakukannya tersebut, dan
mereka berkomitmen untuk tidak mengulangi kenakalan itu kembali, baik dimasa
sekarang maupun masa yang akan datang.
Kata Kunci: Bimbingan Keagamaan, Kenakalan Siswa.

i
LEMBAR

BIMBINGAN KEAGAMAAN UNTUK MENCEGAH KENAKALAN

PADA SISWA

(Penelitian Pada Siswa Kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay


Jalan Raya Laswi Km.02 Baranangsiang, Kecamatan Ciparay,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat)

Oleh :
WULAN FIKRIANI
NIM: 1174010170

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Isep Zaenal Arifin, M.Ag. Sugandi Miharja, S.Ag., M.Pd., Ph.D.
NIP. 19660926199303102 NIP. 197203132009011003

Mengetahui :
Ketua Jurusan Bimbingan
Konseling Islam,

Dr. Dudy Imanuddin Effendi, M.Ag.


NIP. 197201012007011063

i
LEMBAR

Skripsi berjudul Bimbingan Keagamaan Untuk Mencegah Kenakalan Pada


Siswa (Penelitian Pada Siswa Kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay, Jalan
Raya Laswi Km.02 Baranangsiang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat), telah dipertanggungjawabkan dalam Sidang Munaqosah Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung pada tanggal 24
Juni 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Bimbingan Konseling Islam.

Bandung, 01 Juli 2021

Sidang Munaqosah Majelis I


Ketua Majelis, Sekretaris Majelis,

Dudi Imanuddin Efffendi, M.Ag. Dede Lukman, S.Sos.I.,


NIP. 197201012007011063 M.Ag. NIP.
197908072007101003
Mengetahui :
Penguji I, Penguji II,

Dr. Dadang Ahmad Fajar, M.Ag. Drs. A. Bachrun Rifa’i, M.Ag.


NIP. 196712312006041269 NIP. 19571030198303100

i
PERNYATAA

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : WULAN FIKRIANI
Nomor Induk Mahasiswa 1174010170
Tempat dan Tanggal Lahir : Ciamis, 31 Juli 1999.
Jurusan : Bimbingan Konseling Islam.
Alamat Lengkap : Dsn Pangsor, Desa Ciulu, RT 03 RW 01
Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis 46383
Dengan menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Bimbingan Keagamaan
untuk Mencegah Kenakalan Siswa” adalah hasil karya tulis ilmiah sendiri
bukan hasil menyalin atau plagiasi dari karya tulis (skripsi) orang lain.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya. Apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima segala konsekuensinya sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Bandung, 09 Mei 2021


Penulis,

WULAN FIKRIANI
NIM: 1174010170

i
KATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT, atas ridha dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Bimbingan Keagamaan untuk

Mencegah Kenakalan Siswa (Penelitian pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay). Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, besera keluarga, sahabat, dan umatnya. Aamiin.

Penulis menyadari banyak sekali hambatan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini. Tetapi Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan ini

tentunya dengan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Heri Herdiana dan Ibu Esih Sukaesih, S.Pd

yang selalu mendo’akan yang terbaik, memberi dukungan baik secara moral

maupun materi juga selalu memberi semangat selama menempuh pendidikan

ini.

2. Keluarga besar alm Bapak H. Iswara Mas’un dan alm Bapak Baeri,

khususnya kakak kandung penulis Heru Nuryana, S.Pd., M.Pd. dan Tantan

Triansyah, serta adik kandung penulis Risa Dhea Puspita yang senantiasa

selalu memberikan dukungan kepada penulis.

3. Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si selaku rektor dan seluruh civitas akademika

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Sarbini, M.Ag., Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

v
5. Bapak Dr. Dudy Imanuddin Effendi, M.Ag, dan Dede Lukman, S.Sos.I,

M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan.

6. Bapak Dr. H. Isep Zaenal Arifin, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing I dan

Bapak Sugandi Miharja, S.Ag., M.Pd.,Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan nya dengan penuh kesabaran juga

memberi pengarahan yang baik kepada penulis dalam proses pembuatan

skripsi ini.

7. Seluruh civitas Akademik yang telah memfasilitasi dalam proses studi

Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

8. SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian di sekolah.

9. Dinah Zulfa F, Dini Agustin, Yuni Wulandari F, Tarisa Sri Lestari, selaku

sahabat dari awal masuk perkuliahan yang selalu mendengarkan keluh kesah

juga memberikan semangat dalam situasi apapun.

10. Dwi Yanti Nurmila, Tafidah Rizky, Indrawati, selaku sahabat bermain

dirumah juga selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

11. Seluruh mahasiswa BKI 2017 terutaa kelas keputrian BKI D yang telah

membersamai kegiatan perkuliahan selama empat tahun ini.

12. Tiara F, Rizky Putri, Elin M, Sheni, Salma, Siska, Seli, Rifa Fauziah, selaku

sahabat terdekat di kelas yang selalu saling support, dan saling

menginngatkan.

13. Febi Fadila Zulfikar selaku abang penulis yang senantiasa memberikan

motivasi dan mendengarkan keluh kesah selama penelitian ini berlangsung.

vi
14. Sintia Rahayu Agustina selaku kakak penulis yang senantiasa memberikan

motivasi dan mendengarkan keluh kesah selama penelitian ini berlangsung.

15. Seluruh pihak yang membantu dan memberikan do’a terbaiknya untuk

penulis dalam rangka menyelesaikan penelitian ini, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

16. Last but not least, i wanna thank me, for believing in me, for doing all this

hard work, for having days off, for never quitting, for just being me at all

times.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan

dan perlu penyempurnaan, sekalipun demikian penulis berharap mudah-mudahan

bermanfaat bagi pengembangan khasanah pengetahuan, khususnya dalam

Bimbingan Konseling Islam dan civitas akademika Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Bimbingan Konseling Islam

pada umumnya.

Bandung, 09 Mei 2021

Penulis,

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................ii

PERNYATAAN...................................................................................................iii

KATA PENGANTAR.........................................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................xiii

MOTTO HIDUP..................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................1

B. Fokus Penelitian...............................................................................5

C. Tujuan Penelitian.............................................................................6

D. Kegunaan Penelitian........................................................................6

E. Landasan Pemikiran.........................................................................7

1. Hasil Penelitian Sebelumnya....................................................7

2. Landasan Pemikiran..................................................................9

3. Kerangka Konseptual................................................................14

F. Langkah-Langkah Penelitian............................................................15

1. Lokasi Penelitian.......................................................................15

2. Metode Penelitian.....................................................................15

vi
3. Jenis Data dan Sumber Data.....................................................16

4. Informan atau Unit Analisis......................................................17

5. Teknik Pengumpulan Data........................................................18

6. Teknik Analisis Data................................................................20

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BIMBINGAN KEAGAMAAN DAN KENAKALAN SISWA

A. Kajian Konseptual............................................................................22

1. Konsep-konsep dalam Bimbingan Keagamaan........................22

2. Kenakalan Siswa.......................................................................23

B. Kajian Teori.....................................................................................25

1. Bimbingan Keagamaan.............................................................25

2. Kenakalan Siswa.......................................................................46

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay...........................65

1. Sejarah Berdirinya SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay..................65

2. Visi dan Misi SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay...........................65

3. Tujuan Pendidikan SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay..................66

4. Kondisi nyata, Kondisi Ideal serta Potensi dan Karakteristik

SMA Plus Tebar Ilmu...............................................................67

5. Lokasi dan Infrastruktur SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.........72

B. Hasil Penelitian................................................................................73

1. Program Bimbingan Keagamaan di SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay......................................................................................73

2. Proses pelaksanaan bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.........76


ix
3. Hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.........79

C. Pembahasan......................................................................................84

1. Program Bimbingan Keagamaan..............................................84

2. Proses Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan.............................87

3. Hasil yang Dicapai dari Bimbingan Keagamaan untuk

Mencegah Kenakalan Pada Siswa............................................90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................91

B. Saran................................................................................................93

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................95

x
DAFTAR

Tabel 2.1 Data Ruang Kelas/Perpustakaan/Laboratorium SMA Plus

Tebar Ilmu.............................................................................................72

x
DAFTAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual........................................................................14

x
DAFTAR

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan.................................................................98

Lampiran 2. Sk Pembimbing dan Penyusunan Skripsi....................................99

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian dari Kampus UIN Sunan Gunung Djati

Bandung.....................................................................................100

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay.......................................................................................101

Lampiran 5. Pedoman Wawancara.................................................................102

xi
RIWAYAT

Wulan Fikriani, lahir di Ciamis, pada hari Sabtu 31 Juli

1999, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Yang beralamat di Dusun Pangsor, Desa Ciulu, RT/RW

03/01, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa

Barat.

Penulis menempuh Pendidikan:

1. TK Matlaul Khoir Ciulu (2003-2005)

2. SDN 2 Ciulu (2005-2011)

3. MTsN Wanayasa (2011-2014)

4. SMAN 1 Banjarsari (2014-2017)

5. Dan melanjutkan studi ke perguruan tinggi pada tahun 2017 di Universitas

Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam.

Selama perkuliahan penulis juga mengisi kegiatan kampus dengan

mengikuti organisasi dan bergabung menjadi anggota BNN (Badan Narkotika

Nasional) Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Bandung, 09 Mei 2021


Penulis,

Wulan Fikriani

xi
MOTTO

“Memulai dengan penuh Keyakinan, Menjalankan dengan penuh Keikhlasan,

Menyelesaikan dengan penuh Kebahagiaan”

x
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pembelajaran yang didapatkan didalam maupun

diluar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas atau sekolah dan di alam bebas

lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman, perkampungan pertanian

atau nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat kepetualangan, serta

pengembangan aspek pengetahuan yang relevan. Kedudukan sekolah berfungsi

untuk meningkatkan martabat sekaligus sebagai agen pembelajaran, yaitu

berfungsi melaksanakan tujuan pendidikan nasional yakni mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga negara yang demokratis sera bertanggung jawab (Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3).

Sekolah sebagai tempat berlangsungnya pendidikan tentu saja

memungkinkan siswa untuk melakukan sosialisasi. Dari pergaulan dengan teman

sebagay, guru, teman satu sekolah, lingkungan dekat sekolah, semuanya akan

mempercepat proses sosialisai yang akan merubah tingkah laku dan perilakunya.

Cepat atau lambat terjadinya proses sosialisasi tersebut adalah kedekatan

anak di dalam kelompok bermainnya. Apalagi anak sedang mengalami masalah di

dalam keluarganya, sehingga anak menemukan tempat untuk mencurahkan

1
2

perasaannya itu dalam kelompok bermain. Dalam kelompok bermain, jika anak

mempunyai teman-teman yang memiliki perilaku buruk, seperti suka melawan,

suka berkelahi maka anakpun memiliki kecenderungan untuk meniru perilaku

temannya tersebut. Dengan kata lain kuantitas pergaulan anak turut menentukan

atau mempengaruhi bagaimana terbentuknya perilaku anak.

Siswa yang menunjukkan perilaku demikian kemungkinan besar disebabkan

tidak adanya kesesuaian tingkat perkembangan dan tidak sesuai dengan nilai

moral yang berlaku. Perilaku ini tentu saja akan mengganggu siswa untuk

mencapai perkembangan berikutnya, bahkan tidak sedikit yang mengakibatkan

kegagalan dalam belajar.

Keadaan siswa di sekolah merupakan tanggung jawab pihak sekolah. Siswa

perlu mendapatkan perhatian serta perlakuan secara bijak. Ini bisa dilakukan

melallui proses pendidikan, dan bimbingan.

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan individu yang tengah

berada pada tahap perkembangan remaja. Pada masa remaja, anak mengalami

perkembangan fisik dan alat reproduksi menjadi sempurna.

Pada umumnya remaja tidak mau dikekang atau dibatsi secara kaku

terutama dengan aturan keluarga. Krena pemikiran mereka cenderung egosentris,

sulit memahami pola pikir orang lain. seringkali anak usia remaja terlibat konflik

dengan orang tua karena perbedaan pandangan.

Menurut Santrock (2013: 65) “ciri lain yang cukup menonjol pada diri

remaja ialah sifat revolusioner, pemberontak, progresif yang cenderung ingin

mengubah kondisi mapan. Apabila sifat ini terarah dengan baik, maka mereka
3

dapat menjadi pemimpin yang baik dimasa depan, sebaliknya bila tidak

terbimbing dengan baik, mereka cenderung akan merusak tatanan dan nilai-nilai

sosial masyarakat”.

Remaja sedang dalam proses mewujudkan jati diri, sehingga ingin

memperoleh kesempatann mengembangkan diri. Seperti dijelaskan Menurut Erik

Erikson ( 2013:72) bahwa mereka sedang menghadapi tugas perkembangan untuk

meraih identitas diri. Berbagai masalah harus dihadapi untuk mengembangkan

komitmen, agar mereka memiliki identitas yang baik dan matang.

Usia anak tingkat Sekolah Menengah Atas adalah usia yang memasuki

tingkat remaja, dimana pada usia ini seringkali dihubungkan dengan mitos dan

stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat

dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan,

gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang

dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun

akibat perubahan lingkungan.

Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja,

mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa

kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk

pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus

dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka

akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan, tetapi

apabila tugas perkembangan itu gagal di laksanakan dengan baik maka yang

terjadi adalah remaja atau peserta didik akan menjadi individu yang gagal dan
4

cenderung berperilaku menyimpang. Keberhasilan individu memenuhi tugas-

tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas

perkembangan pada fase berikutnya, begitupun ketika individu atau remaja itu

gagal juga akan mempengaruhi pada tugas perkembangan selanjutnya.

Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self

identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan

perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal

menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity

confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan

menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi

emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat

berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa

tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku

agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan

emosinya.

SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay merupakan lembaga pendidikan yang

mempunyai misi berprestasi dalam akademis dan nonakademis serta luhur dalam

budi pekerti, dengan tujuan membentuk lulusan yang unggul dalam mutu dan

memiliki kepribadian yang luhur yang menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi,

terciptanya lulusan yang unggul dalam keimanan dan ketaqwaan, sehingga dapat

diteladani oleh siswa lain dan masyarakat, dan terciptanya ketertiban yang

berlandaskan nilai-nilai luhur kemanusiaan.


5

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay yang memberikan bimbingan keagamaaan dalam upaya

mencegah kenakalan pada siswa. Adapun kenakalan siswa yang ada di SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay ini seperti bolos pada jam pelajaran atau bolos tidak masuk

sekolah, merokok di lingkungan sekolah, berkelahi dengan sesama teman,

berkomunikasi dengan bahasa yang tidak sopan, meminum minuman keras atau

obat-obatan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, di sinilah pentingnya peran bimbingan keagamaan bagi

para siswa, dimana dengan adanya bimbingan tersebut para siswa atau peserta

didik mampu bertindak dan mengarahkan dirinya sesuai dengan tuntunan Al-

Qur’an dan Hadits, sehingga dengan adanya bimbingan keagamaan ini dapat

mempengaruhi perubahan sikap peserta didik atau siswa menjadi lebih positif dan

lebih baik lagi.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Bimbingan Keagamaan Untuk Mencegah Kenakalan

Pada Siswa Kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay”.

B. Fokus Penelitian

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian,

sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya

melalui penelitian. Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas,

maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana program bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan pada

siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?


6

2. Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

3. Bagaimana hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan apa yang sudah dituliskan dalam rumusan masalah yang

dibuat peneliti dari fokus penelitian diatas, adapun tujuan dari penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui program bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan untuk mencegah kenakalan pada siswa

kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

3. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan untuk

mencegah kenakalan pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini akan berguna bagi:

1. SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Penelitian ini dapat berguna bagi SMA Plus Tebar Ciparay dalam menambah

dan memperkaya pembendaharaan mengenai bimbingan keagamaan.

2. Guru BK atau Siswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi siswa atau guru BK dalam

mengetahui penyebab terjadinya kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay
7

2. Peneliti

Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan informasi peneliti

mengenai bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan pada siswa.

E. Landasan Pemikiran

1. Hasil Penelitian Sebelumnya

a. Skripsi Neti Sulistiani, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam dari UIN Sunan Gunung Djati

Bandung, Tahun 2013 dengan berjudul “Bimbingan Keagamaan Dalam

Upaya Mengurangi Kenakalan Remaja (Penelitian di SMA Negeri 21

Bandung)”. Hasil penelitian ini bimbingan keagamaan dalam upaya

mengurangi kenakalan remaja di SMA Negeri 21 Bandung bila dilihat dari

mutu dan pelaksanaannya dapat dikategorikan baik. Ini ditujukan dengan

adanya pilihan pendekatan dan metode yang digunakan dalam kegiatan

bimbingan keagamaan. Adapaun pendekatan bimbingan keagamaan yang

digunakan meliputi pendekatan preventif, kuratif dan bahkan kuratif khusus

atau pembinaan. Pendekatan preventif yaitu upaya pencegahan agar siswa

tidak melakukan kenakalan secara berkelanjutan, pendekatan preventif ini

berupa bimbingan membaca Al-Qur’an yang dilakukan sebelum melalui

kegiatan belajar mengajar.

b. Skripsi Qonaah Anggun Subekti, Mahasiswi Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan Bimbingn dan Penyuluhan Islam dari UIN Walisongo

Semangat, Tahun 2018 dengan berjudul “Bimbingn dan Konseling Islam

Sebagai Upaya Mencegah Perilaku Free Sex Pada Siswa Kelas XI SMK
8

Cokroaminoto Wanadadi Kabupaten Banjarnegara”. Hasil dari penelitian

ini pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam di SMK Cokroaminoto

dalam mencegah perilaku free sec lebih difokuskan pada materi dan metode.

Pada penyampaian materi khususnya tentang perilaku free sex, seperti adab

pergaulan dengan pria atau wanita, dampak free sex, materi tentang aqidah,

puasa, memanfaatkan waktu luang dan materi-materi yang berhubungan

dengan perilaku seksual, guru BK di sekolah tersebut mampu

menyampaikannya yang disesuaikan dengan daya tangkap siswa dan tidak

terlalu vulgar, penyampaian materi mengikuti jadwal yang sudah ada.

Sedangkan metode yang digunakan adalah metode konseling kelompok,

konsleing individu, metode ceramah dan metode pemutaran film.

c. Jurnal Lina Revilla Malik, Tahun 2018 dengan berjudul “Strategi Sekolah

Dalam Mencegah Pergaulan Bebas Pada Remaja di MAN 1 Samarinda”.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi sekolah dalam

mencegah pergaulan bebas pada remaja di MAN 1 Samarinda secara garis

besar dilakukan dengan cara antara lain: melalui kegiatan: pembelajaran

dengan menekankan Adab, terhadap lingkungan dan dengan sesama

manusia, menjalin komunikasi dengan peserta didik, peran guru sebagai

teladan dan motivator, mendidik untuk berbakti kepada orang tua. Upaya

yang dilakukan sekolah dalam mencegah pergaulan bebas melalui tiga

tindakan yaitu tindakan preventif, tindakan represif dan tindakan kuratif

yang masing-masing dilaksanakan berdasarkan dari latar belakang siswa-

siswi tersebut.
9

2. Landasan Pemikiran

A. Pengertian Bimbingan Keagamaan

1. Pengertian Bimbingan

Menurut Syamsul Munir Amin (2015: 3), Secara etimologis kata bimbingan

merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance” kata “guidance”

merupakan kata dalam bentuk mashdar (kata benda) yang berasal dari kata kerja

“to guide” artinya menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan

yang benar. Namun secara istilah ada beberapa pendapat, di antaranya:

Menurut Sugandi Miharja (2020: 14) menyatakan bahwa dalam membuat sebuah

karya ilmiah jenis penelitian, definisi bimbingan konseling Islam tidak mudah,

terlebih lagi sifat bimbingan konseling Islam merupakan integrasi religi, teoritis,

dan empiris.

a. Menurut Sofyan S Willis (2013: 11) mengartikan bimbingan sebagi “The

help given by one person to another in making choices and adjustment and in

solving problems”. Pengertian bimbingan yang dikemukakan Sofyan ini amat

sederhanan yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni

pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si

terbimbing sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan,

menyesuaikan diri, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

b. Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd. (2011: 7) menyatakan bahwa,

“bimbingan merupakan upaya bimbingan untuk membantu mengoptimalkan

individu”.
1

Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa bimbingan

adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara terus-menerus oleh

seorang pembimbing agar terbimbing dapat menjadi individu yang shaleh.

Individu yang shaleh merupakan individu yang bisa berlaku baik terhadap dirinya,

agama (Tuhan-nya) dan lingkungannya.

2. Pengertian Keagamaan

Agama, menurut asal katanya tidak berasal dari kata bahasa Arab tapi

berasal dari bahasa Sansekerta, karena tafsir agama tidak mungkin dibahas

berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an yang diwahyukan Allah dalam bahasa Arab,

selain itu kata agama tidak ada dalam bahasa Arab.

Adapun pengertian Agama menurut Didiek Ahmad Supadie (2011: 35), kata

agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa Arab dan

Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi) agama

berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi

turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai,

memudahkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.

Berdasarkan pengertian agama yang telah dikemukakan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa agama adalah suatu sistem kepercayaan kepada kekuatan

yang Maha Gaib (Tuhan) sebagai pencipta, pengawas alam semesta dan

penyembahan kepada Tuhan yang didasarkan atas keyakinan tertentu serta yang

mempengaruhi terhadap segala aktivitas manusia untuk mencapai kebahagiaan

hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat.


1

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan

keagamaan adalah: usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami

kesulitan baik lahiriyah maupun bathiniyah yang menyangkut kehidupan masa

kini dan masa mendatang.

Bantuan tersebut berupa pertolongan mental dan spiritual agar orang yang

bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya

sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Allah serta untuk

menselaraskan kehidupannya dengan ketentuan dan petunjuk Allah untuk

mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Bimbingan keagamaan dapat dilakukan melalui beberapa jenis layanan,

diantaranya dapat dilakukan melalui shalat, dzikir, shaum, nasihat.

Shalat merupakan bentuk kegiatan yang menggabungkan antara kegiatan

fisik dan non fisik. Beberapa pakar ilmu jiwa mencoba melakukan tajribat (uji

coba) terhadap pengaruh shalat bagi kesehatan jiwa. Dzikir diyakini dapat

membuat hati menjadi tenang. Ketenangan hati membuahkan bersihnya pikiran

dan sehatnya jasmani. Selain dzikir sebagai ibadah yang diwajibkan Allah,

sebagaimana shalat dan ibadah lainnya. Dzikir juga dinilai mempunyai efek terapi

terhadap mereka yang sedang mengalami gangguan jiwa. Dzikir memiliki nilai

magis, di samping berfungsis sebagai bagian dari seni, dzikir juga memiliki daya

sentuh pada proses penyehatan jiwa. Shaum merupakan ibadah yang

membutuhkan kesabaran. Seseorang akan dididik disiplin meskipun tidak ada

orang lain yang melihatnya. Shaum adalah sebuah pengabdian dengan cara

menahan makan dan minum, termasuk menahan diri dari segala yang membuat
1

kerusakan shaum. Shaum juga termasuk jenis terapi jiwa yang pelakunya hampir

tidak menyadari. Kaum muslimin dituntut untuk menahan hal-hal yang dianggap

dapat membatalkannya. Dalam hal ini jiwa dilatih untuk menuju manusia yang

berakhlaq al-karimah. Mengatasi atau menasehati, bahkan membimbing ke arah

jalan Allah merupakan cara utama dalam bimbingan konseling keagamaan.

Nasihat sendiri merupakan cara efektif untuk memberikan peringatan ataupun

pengajaran kepada manusia agar terbebas dari segala bentuk kebodohan. Nasihat

yang baik mengandung bimbingan disamping setumpuk penjelasan atau ceramah-

ceramah. Nasihat yang mudah untuk dicerna adalah yang sesuai dengan

kebutuhan jiwanya. Juga dielaraskan dengan kemampuan berpikir dan

kemampuan akalnya. Bimbingan menggunakan nasihat merupakan upaya

konselor untuk menjelaskan sisi penyebab dan akibat kepada konseli (siswa). Dan

juga memberikan arahan mengenai keadaan yang benar berdasarkan ilmu

pengetahuan. Konselor Islam dibekali tentang ilmu dakwah dalam menyampaikan

nasihat (Fajar, 2015: 67).

B. Tujuan Bimbingan Keagamaan

Sebelum mengarah kepada pemahaman tujuan bimbingan keagamaan, maka

perlu diuraikan tujuan bimbingan keagamaan dalam paradigma bimbingan secara

umum. Secara umum dan luas, program bimbingan dilaksanakan dengan tujuan

sebagai berikut:

1. Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi;

2. Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif

dalam masyarakat;
1

3. Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu

yang lain; dan

4. Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan

yang dimilikinya

Bimbingan dapat dikatakan berhasil apabila individu yang mendapatkan

bimbingan itu berhasil mencapai keempat tujuan tersebut secara bersama-sama

(Amin, 2015: 38-39).

C. Metode Bimbingan Keagamaan

Dalam memberikan bimbingan diperlukan adanya pendekatan atau metode

yang sesuai dengan kondisi obyek tersebut. Hal ini penting karena bimbingan

tanpa ada sebuah metode yang digunakan maka akan sulit digunakan, metode

yang digunakan agar lebih menyesuaikan kondisi kesulitan yang dialami

seseorang. Adapun unsur-unsur bimbingan, meliputi:

1. Penyuluh atau pembimbing.

2. Objek, dalam kasus ini adalah anak yang bersangkutan atau berperilaku tidak

baik.

3. Metode yang digunakan yaitu metode melalui ceramah langsung, metode

non direktif, metode direktif.

4. Media yang digunakan adalah papan tulis, kitab, buku keagamaan lainnya.

5. Materi yang disampaikan tentang ilmu keagamaan.

D. Kenakalan Siswa

Menurut Sofyan S. Willis (2012: 90) kenakalan juga bisa dikatakan

“tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan agama dan norma-norma


1

yang terjadi di masyarakat”. Pengertian diatas menunjukkan bahwa, kenakalan

merupakan suatu perbuatan yang menyalahkan norma atau sikap siswa yang

bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku.

Anak yang keras kepala, tidak mau patuh kepada orangtua, sering

bertengkar, berkelahi, suka menyakiti dan mengganggu orang lain, mencuri,

melakukan hal-hal yang terlarang, malas sekolah, tidak mau belajar dan

sebagainya adalah ciri nakal. Sofyan S Willis (2017: 93), berpendapat penyebab

kenakalan remaja bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu:

1. Faktor-faktor di dalam anak itu sendiri.

2. Faktor-faktor di rumah tangga.

3. Faktor-faktor di masyarakat

4. Faktor-faktor yang berasal dari sekolah.

3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis metode konseptual

variabel-variabel penelitian, tentang bagaimana teori-teori yang berhubungan

dengan variabel-variabel penelitian yang ingin diteliti, yaiitu variabel bebas

dengan variabel terikat.

Guru Bimbingna Metode Siswayang termaskudalam


Konsleing Media Materi Kenakalan pada

Hasil Bimbingan Keagamaan

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual


1

F. Langkah-Langkah Penelitian

Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam penyusunan penelitian yang

dilakukan:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay untuk

melaksanakan kasus ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu yang

pertama keterjangkauan lokasi penelitian oleh peneliti, baik bisa dilihat dari segi

tenaga ataupun segi efisien waktu, adanya pertimbangan bahwa di SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay terdapat populasi yang sesuai dengan penelitian ini dan pihak

sekolah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay yang beralamat di Jalan Raya Laswi km 02, Barangnangsiang,

Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian ini pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif kualitatif. Deksriptif ini

merupakan metode terhadap pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan

menghasilkan data deksriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati secara sistematis dan actual mengenai fakta penelitian,

yakni untuk mendeksripsikan tahap pelaksanaan bimbingan keagamaan di SMA

Plus Tebar Ilmu Ciparay untuk mencegah kenakalan pada siswa. Pendekatan

kualitatif menggunakan latar alamiah, menggunakan manusia sebagai instrumen

utama, menggunakan pengamatan, wawancara atau studi dokumentasi sebagai


1

metode, menjaring data, menganalisis data secara induktif, menyusun teori

dibawah ke atas, menganalisis data secara deksriptif, mementingkan proses dari

pada hasil, membatasi penelitian focus menggunakan kriteria sendiri (Moelong,

2010:10-13).

3. Jenis Data dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang akan diteliti mencangkup hal-hal sebagai berikut:

1) Data tentang mengenai gambaran lokasi SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

2) Data tentang program bimbingan keagamaan utnuk mencegah kenakalan

pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

3) Data tentang proses pelaksanaan untuk mencegah kenakalan pada siswa

kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

4) Data tentang hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

b. Sumber Data

Terdapat dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data

sekunder, sumber data primer adalah sumber data yang memberikan langsung

data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data sekunder adalah sumber

data yang tidak memberikan langsung data kepada pengumpul data, misalnya

perantara orang lain.

1) Sumber Data Primer

Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individu ataupun

kelompok, hasil observasi terhadap suatu kejadian, kegiatan observasi ini terhadap
1

suatu benda (fisik) dalam penelitian ini peneliti mengambil data kepada Guru

Bimbingan Konseling, serta beberapa siswa yang telah di konseling oleh

konselornya.

Peneliti bekerja menyesuaikan bidang kajian yang menjadi obyek

penelitiannya. Peneliti bekerja dengan cara mengumpulkan data dari induktif

secara kumulatif yang nantinya di buat laporan yang lebih lengkap. Pelaporan

dibuat dengan mengelompokkan data-data yang sejenis dan diberi kode tersendiri.

Data-data yang dikumpulkan dengan cara cara interview (wawancara), observasi

(pengamatan), dan dokumentasi (pengumpulan bukti, pemelihan, pengolahan, dan

penyimpanan informasi).

2) Sumber Data Sekunder

Adapun yang menjadi data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari

dokumen atau referensi yang menunjang atas penelitian ini.

4. Informan atau Unit Analisis

a. Informan

Informan yaitu orang yang bisa memberi informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian. Adapun orang yang akan dipilih sebagai informan yaitu

Guru BK dan siswa yang dikategorikan khusus bahwa siswa mulai terjun ke

kenakalan siswa tersebut.

b. Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

pusposive sampling, yaitu teknik pengambilan sample didasarkan atas tujuan

tertentu (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sample


1

(Sugiono, 2011:85). Informan ini dibutuhkan untuk mengetahui kondisi sesuai

dengan fenomena yang terjadi di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

c. Unit Analisis

Unit analisis yaitu batasan satuan objek yang dianalisis sesuai dengan fokus

penelitian. Yaitu mengenai bagaimana bimbingan keagamaan, bagaimana kondisi

perilaku siswa, dan bagaimana hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan

untuk mencegah kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah langkah yang paling penting dalam melakukan

penelitian, karena tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengumpulkan data-data

yang diperlukan (Sugiyono, 2013: 224)). Ada tiga metode pengumpulan data yang

digunakan yaitu: Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara ini secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden menggunakan pedoman wawancara. Wawancara

yang akan dilakukan diantaranya bertujuan mendapatkan informasi komprehensif

dari responden yang telah ditentukan (Prastowo, 2011: 212).

Menurut Sugiyono (2013: 231) wawancara merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik

wawancara, dalam penelitian kualitatiif khususnya dilakukan dengan bentuk yang


1

disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing). Teknik wawancara ini

yang paling banyak digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama pada

penelitian lapangan. Tujuan wawancara adalah untuk bisa menyajikan konstruksi

saat sekarang dala suatu konteks mengenai pribadi, peristiwa aktivitas, organisasi,

perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan untuk

merekonstruksikan beragam hal.

Sedangkan wawancara yang penulis lakukan adalah peneliti menyampaikan

pertanyaan-pertanyaan pada pihak yang terkait secara lisan terhadap program

yang dilakukan mengenai bimbingan keagamaan dan kenakalan siswa.

Wawancara ini diajukan kepada guru BK dan 3 perwakilan siswa kelas XI

yang merupakan siswa bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan pada

siswa. Kemudian wawancara ini ditujukan untuk mendapatkan data terkait

bimbingan keagamaan yang merupakan preventif untuk mencegah kenakalan,

dengan kata lain menjadi acuan pada latar belakang, fokus penelitian. Selain itu

juga wawancara dilakukan untuk melengkapi data mengenai guru BK berdasarkan

pendidikan, jabatan, serta data sarana dan prasarana BK.

2. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan. Dengan

melakukan observasi peneliti dapat mengamati obyek penelitian dengan lebih

cermat dan detail, misalnya peneliti dapat mengamti kegiatan obyek yang akan

diteliti. Pengamatan itu selanjutnya dapat dituangkan ke dalam bahasa verbal.

Observasi ini berfungsi untuk memperoleh gambaran pengetahuan serta

pemahaman mengenai data konseling dan untuk menunjang serta untuk


2

melengkapi bahan-bahan yang diperoleh elalui wawancara. Dalam observasi ini

mengamati segala aspek yang meliputi perilaku-perilaku yang terjadi pada siswa.

Pada penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung, agar bisa

mengetahui situasi dan kondisi lokasi maka penelitian ini secara obyektif. Yang

bertujuan untuk mencegah kenakalan pada siswa kelas XI di SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi

bisa berbetuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Alasan peneliti mengambil study dokumentasi adalah agar menjadi pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain,

sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013: 244).

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan

dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Sebelum melakukan penelitian, seorang

peneliti biasanya telah memiliki dugaan berdasarkan teori yang ia gunakan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,


2

mengarahkan membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

c. Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi

data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat

ditarik dan diverifikasi.

d. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu dalam pengumpulan data peneliti harus

mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan dengan

menyusun pola-pola pengaruh dan sebab akibat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BIMBINGAN KEAGAMAAN DAN KENAKALAN SISWA

A. Kajian Konseptual

1. Konsep-konsep dalam Bimbingan Keagamaan

Konsep mengenai bimbingan keagamaan dimulai dari adanya penyampaian

definisi bimbingan yang pertama dalam buku Year’s Book to Education 1955.

Menurut Samsul (2013: 4) menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu proses

membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan

mengembangkan kemampuannnya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

kemanfaatan sosial.

Bimbingan menurut etimologis merupakan terjemahan dari bahasa inggris

“guidance” memiliki arti pemberian petunjuk; pemberian bimbingan atau

tuntunan kepada orang lain yang membutuhkan (Amin, 2013: 3).

Bimbingan merupakan suatu proses membantu individu melalui usahanya

sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuan agar memperoleh

kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial (Chodijah, 2017 :31).

Bimbingan keagamaan merupakan proses pemberian bantuan kepada

individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa selaras dengan

ketentuan dan petujuk Allah Swt. Sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat. Bimbingan keagamaan merupakan proses bantuan yang

dilakukan oleh seseorang yang ahli dalam memberikan bimbingan terhadap

individu yang membutuhkan agar:

22
2

a. Memahami bagaimana ketentuan dan petunjuk Allah Swt tentang kehidupan

beragama.

b. Menghayati segala ketentuan dan petunjuk Allah Swt.

c. Mau dan mampu untuk menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah Swt dalam

melaksanakan perintah agama dengan baik (beragama islam) sehingga umat

manusia dapat menjalankan kehidupan dengan penuh kebahagiaan baik di

dunia dan akhirat. Karena terhindar dari resiko dalam menghadapi masalah-

masalah yang bersangkutan dengan agama.

Bimbingan keagamaan juga memiliki tujuan untuk menuntut, memelihara,

dan meningkatkan pengalaman ajaran agamanya kepada Allah Swt, bimbingan

keagamaan juga menjadi tujuan dakwah islam, karena dakwah yang terarah

adalah memberikan bimbingan kepada umat islam agar mencapai keseimbangan

hidup dunia dan akhirat.

2. Kenakalan Siswa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kenakalan dengan kata dasar nakal

adalah suka berbuat tidak baik, suka mengganggu, dan suka tidak menurut.

Sedangkan kenakalan adalah perbuatan nakal, perbuatan tidak baik dan bersifat

mengganggu ketenangan orang lain, tingkah laku yang melanggar norma

kehidupan masyarakat.

Istilah kenakalan remaja merupakan kata lain dari kenakalan anak yang

terjemahan dari “ juvenile delinquency”. Kata juvenile berasal dari bahasa Latin

“juvenilis” yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa muda,

sifat-sifat khas pada periode remaja. Sedangkan kata delinquent juga berasal dari
2

bahasa Latin “delinquere” yang artinya terabaikan, mengabaikan; yang kemudian

diperluas artinya menjadi jahat, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut,

pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjana dan dursila. (Kartini

Kartono, 2019: 6).

Pengertian juvenile delinquent secara terminology, banyak para tokoh-tokoh

yang mendefinisikannya. Menurut Drs. B. Simanjutak S.H, pengertian juvenile

delinquency ialah suatu perbuatan yang disebut delinquent apabila perbuatan-

perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat

dimana ia hidup.

Menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed, mendefinisikan bahwa kenakalan remaja

(juvenile delinquency) adalah tingkah laku atau perbuatan yang berlawanan

dengan hukum yang berlaku yang dilakukan oleh anak-anak antara umur 10 tahun

sampai umur 18 tahun. Perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak dibawah usia 10

tahun dan dibawah usia 18 tahun, dengan sendirinya tidak dikategorikan dalam

apa yang disebut kenakalan (delinquency). (Samsul Munir A, 2010: 368).

Dari definisi yang dipaparkan oleh para tokoh diatas dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan kenakalan remaja atau anak (juvenile delinquency)

adalah perbuatan atau tingkah laku melawan norma-norma yang ada di

lingkungan kehidupan remaja atau anak yang berusia 10 sampai 18 tahun dan jika

perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
2

B. Kajian Teori

1. Bimbingan Keagamaan

a. Pengertian Bimbingan Keagamaan

Sebelum masuk pada uraian berbagai hal yang berkaitan dengan bimbingan

keagamaan, terlebih dahulu penulis kemukaan tentang pengertian bimbingan.

Bimbingan berasal dari kata bahasa Inggris “guidance” yang artinya

bantuan atau tuntunan (Siti Chodijah, 2016: 12). Sedangkan Menurut Samsul

Munir (2013: 5) Istilah bimbingan secara etimologis bimbingan berasal dari kata

“guide” yang artinya mengarahkan (direct), menunjukkan (pilot), mengatur

(manage), Menyeter (steer).

Adapun beberapa pendapat tentang pengertian bimbingan secara istilah,

diantaranya:

1) Menurut Menurut Sutirna (2013: 25) menyatakan Bimbingan itu merupakan

bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas atau tepat

dalam penyesuain kehidupan mereka. Tujuan yang sangat mendasar dari

bimbingan menurut Jones adalah mengembangkan setiap individu untuk

mencapai batas yang optimal, yaitu dapat memecahkan permasalahannya

sendiri dan membuat keputusan yang sesuai dengan keadaan dirinya sendiri.

2) Menurut Siti Chodijah (2016: 12) mengemukakan bahwa bimbingan adalah

suatu proses yang terus-menerus dalam membantu perkembangan individu

untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dan mengarahkan manfaat

yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun masyarakat.


2

3) Sedangkan Menurut Tohorin (2014: 18) bimbingan merupakan suatu proses

yang berkelanjutan. Artinya aktifitas bimbingan tidak dilaksanakan secara

kebetulan, insidentalm tidak sengaja, berencana, sistematis dan terarah

kepada tujuan tertentu.

Menurut Anwar Sutoyo (2013:78), menyatakan bahwa Irsyad (bimbingan)

dalam Islam adalah suatu aktivitas yang tidak hanya sebatas pemberian informasi

(stimulus) melainkan juga bagaimana informasi itu ditanamkan pada jiwa

individu sehingga terjadi pemahaman dan penerimaan, tahap berikutnya individu

dituntun untuk mampu dengan baik melaksanakan informasi (stimulus) di atas

sehingga sikap dan perilakunya benar-benar berubah sesuai dengan ajaran Islam.

Dalam irsyad ada proses memperkenalkan dan membimbing (memberikan

bantuan) pengalaman ajaran Islam terhadap seorang individu (Nafsiyah), dua

orang individu dan kelompok kecil dengan solusi masalah psikologisnya. Fitrah

nafs merupakan panduan integral antara fitrah jasmani (biologis) dengan fitrah

rohani (psikologis). Ia memiliki tiga komponen yaitu: kalbu, akal dan nafsu yang

saling berinteraksi dan tewujud dalam bentuk kepribadian.

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Prayitno dalam buku Hamdani

(2012: 79) menyatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang

dilakukan oleh orang yang ahli kepada individu atau sekelompok individu agar

orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuannya berdasarkan

norma-norma yang berlaku.

Begitu pula menurut Anwar Sutoyo (2013: 120), mengemukakan bahwa

bimbingan adalah upaya pemberian bantuan dan dorongan kepada individu untuk
2

mempelajari serta mengamalkan ajaran agamanya agar kembali kepada fitrah

(iman) sehingga bisa berkembang dengan baik dan menjadi hamba Allah yang

muttaqin, mutawakkilin, dan mukhlasin.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau

kelompok, karena sifatnya hanya membantu maka bimbingan tidak memaksa,

melainkan membantu atau menolong, mengarahkan individu atau kelompok

kearah suatu tujuan yang seusai dengan potensinya secara maksimal sehingga

mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa

tergantung pada orang lain.

Setelah kita mengetahui pengertian bimbingan dari sudut pandang umurm

maka perlu dikemukakan juga pengertian bimbingan dari sudut pandang agama.

Adapun pengertian Agama menurut Didiek Ahmad Supadie (2011: 35), kata

agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din” dalam bahasa Arab dan

Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti bahasa (etimologi) agama

berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi

turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang arti antara lain menguasai,

memudahkan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan.

Secara istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa

walaupun agama, din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi

sendirisendiri, mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam

pengertian teknis terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang

sama, yaitu:
2

a. Agama, din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata

keyakinan) atas adanya Yang Maha Mutlak di luar diri manusia;

b. Agama juga adalah satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang

dianggapnya Maha Mutlak tersebut;

c. Di samping merupakan satu sistem credo dan satu sistem ritus, agama juga

adalah sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan

manusia sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai

dan sejalan dan tata keimanan dan tata peribadatan termaktub di atas.

Menurut Durkheim, dalam buku Didiek Ahmad Supadie (2011:36), agama

adalah sistem kepercayaan dan praktik yang telah dipersatukan yang berkaitan

dengan hal-hal yang kudus. Bagi Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap

sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara Dewey, menyatakan bahwa agama adalah

pencarian manusia terhadap cita-cita umum dan abadi meskipun dihadapkan pada

tantangan yang dapat mengancam jiwanya; agama adalah pengenalan manusia

terhadap kekuatan gaib yang hebat.

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Anwar Sutoyo (2013: 22)

menjelaskan bahwa bimbingan keagamaan adalah upaya membantu individu

untuk belajar memahami dan melaksanakan tuntunan Allah dan Rasul-Nya

berdasarkan al-Qur’an dan sunah Rasul dengan cara memberdayakan iman, akal,

dan kemauan yang dikaruniakan oleh Allah kepada individu itu sendiri agar

selamat dan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sementara itu menurut Jalaludin (2012:25) bimbingan keagamaan adalah

proses pemberian bantuan yang diarahkan kepada pembentukan nilai-nilai imani,


2

agar individu diharapkan dapat menjadi manusia yang beriman (mempunyai

kesadaran agama) dan beramal sholeh (pengalaman agama).

Jadi, bimbingan keagamaan yang penulis maksud adalah proses pemberian

bantuan atau pertolongan kepada anak didik dalam rangka menghadapi tantangan

hidup di masa sekarang atau masa yang akan datang, juga anak didik yang

mengalami kesulitan-kesulitan rohaniah maupun batiniah dalam lingkungan

hidupnya dengan dibekali ilmu pengetahuan dan keterampilan agar anak didik

mengadakan reaksi agamis yang timbul dengan kesadaran yang diharapkan

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.

a. Tujuan dan Kegunaan Bimbingan Keagamaan

Tujuan dan kegunaan bimbingan secara umum dapat dirumuskan sebagai

membantu individu agar dapat mencapai perkembangan secara optimal sesuai

dengan bakat, kemampuan minat, dan nilai-nilai serta terpecahkan masalah-

masalah yang dihadapi individu (klien) dan membantu individu agar dapat

mandiri dengna ciri-ciri mampu memahami dan menerima dirinya sendiri dan

lingkungannya, membuat keputusan dan rencana yang realistis, mengarahkan diri

sendiri dengan keputusan dan rencananya itu, serta pada akhirnya mewujudkan

diri sendiri.

Tujuan yang ingin dicapai melalui bimbingan keagamaan menurut Anwar

Sutoyo (2013: 207) adalah agar individu dapat meningkatkan iman, Islam, dan

ikhsan, serta ketaatan dalam beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya sehingga menjadi pribadi yang utuh, dan pada akhirnya

bisa hidup bahagia di dunia dan akhirat.


3

Sedangkan menurut Fenti Hikmawati (2015: 74-75) tujuan bimbingan

keagamaan ada 2 yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan

jangka pendek bimbingan keagamaan adalah agar individu yang dibimbing tidak

mengikuti hawa nafsu dan mampu mengikuti petunjuk yang diberikan Allah Swt.

dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, dan tuntunan agama untuk

menerima dan menyelasaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan sabar

dan tawakal sehingga individu menjadi pribadi yang kokoh, selamat, bahagia dan

sejahtera dalam naungan Allah Swt.

Ada pula tujuan jangka panjang bimbingan keagamaan sebagai berikut:

1) Agar klien selalu memiliki komitmen terhadap seluruh ajaran agamanya yang

termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari;

2) Memiliki tingkat komitmen beragama yang tinggi mendorong terhindarnya

klien dari gangguan stres yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengatasi

masalahnya;

3) Mendapatkan kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.

Sementara itu menurut Aunur Rahim Faqih (2012: 36-37) tujuan bimbingan

keagamaan secara umum yaitu untuk membantu individu mewujudkan dirinya

menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan

akhirat. Kemudian tujuan bimbingan keagamaan secara khususadalah membantu

individu mengatasi masalah yang dihadapinya, memelihara dan mengembangkan

situasi dan kondisi yang baik, atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang

lain.
3

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, tujuan bimbingan keagamaan adalah

untuk membantu individu atau kelompok memecahkan masalah yang dihadapinya

agar mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b. Fungsi Bimbingan Keagamaan

Dalam memperhatikan tujua umum dan khusus bimbingan Islam tersebut di

atas, dapatlah dirumuskan fungsi (kelompok tugas atau kegiatan sejenis) dari

bimbingan dan konseling itu sebagai berikut:

1) Fungsi prevenif: yakni membantu inividu mrnjaga atau mencegah timbulnya

masalah bagi dirinya.

2) Fungsi kuratif atau korektif: yakni membantu individu memecahkan masalah

yang sedang dihadapi atau di alaminya.

3) Fungsi preservatif: yakni membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik

(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

Menurut Samsul Munir A (2013: 349) Islam adalah agama rahmatan lil

alamin, yakni sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam. itulah

misi utama yang dibawa oleh ajaran Nabi Muhammad Saw. kehadiran agama

islam adalah untuk menuntun umat manusia kepada jalan kebenaran, sesuai

dengan nilai-nilai kebenaran yang hakiki.

Keberadaan bimbingan keagamaan mempunyai fungsi yang merujuk kepada

fungsi bimbingan secara umum, yaitu diantaranya:


3

a) Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman

terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan

norma agama).

b) Preventif, yaitu upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai

masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya

tidak dialami oleh peserta bimbingan.

c) Pengembangan, yaitu pembimbing senantiasa berupaya untuk menciptakan

lingkungan yang kondusif yang memfasilitasi terjadinya perkembangan.

d) Perbaikan (penyembuhan), yaitu pemberi bantuan kepada peserta bimbing

yang mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi maupun sosial.

e) Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu seperti

menentukan program studi dan menetapkan penguasaan karir atau jabatan

yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

f) Adaptasi, yaitu membantu mengadaptasikan peserta bimbing terhadap latar

belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu. Dengan

menggunakan informasi yang memadai mengenai individu tersebut.

g) Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu agar dapat

menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program

pendidikan, peraturan, atau norma agama.

c. Dasar-dasar Bimbingan Keagamaan

Manusia diperintahkan untuk saling membantu dengan sesamanya,

mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan, secara tidak langsung

bimbingan keagamaan berpengaruh dalam hal tersebut, kegiatan bimbingan


3

keagamaan merupakan salah satu bentuk sumber berpengaruh dalam kehidupan

manusia.

Dalam realitas kehidupan ini manusia sering menghadapi persoalan yang

silih berganti yang mana antar satu dengan yang lain berbeda-beda baik dalam

sikap maupun kemampuannya.

Dasar adalah fondasi atau landasan berdirinya sesuatu Ibarat sebuah rumah,

tanpa fondasi maka rumah itu akan mudah runtuh. Untuk mencapai keberhasilan

bimbingan sesuai dengan tujuannya, maka dibutuhkan sebuah landasan guna

memperkuat dan memperkokoh bimbingan tersebut.

Adapun dasar atau landasan bimbingan agama menurut Aep Kusnawan

(2011: 13-17) dalam bukunya “Panduan Baca Tulis Hafal Al-Qur’an dab Hadits

ke-BPI-an” sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an disebutkan beberapa ayat sebagai berikut:

a. Manusia tidak akan bahagia tanpa agama. Sesuai dengan QS. Taahaa 124-127

‫حش ˚رَت ِنى‬ ٤٢١)‫َي ˚و َم ٱ ˚لقِ ع َم ٰى‬ ˝ ِ ‫ َو َم ˚ن أ َ ض عن ذ فِإ ۥُه‬-


‫ل َم‬ ‫ضن ˚ح‬
‫رب‬ ‫( َقا َل‬ ‫َي ٰـ َم ِة َأ ش ُر ُهۥ‬ َ‫ ون‬, ‫ة‬, ‫ع‬ ‫˚ك ِرى ن‬ ‫ر‬
‫˝كا‬ ‫ي ش‬
‫م‬ ‫ع‬

‫ ( و ن ˚ج ِزى‬٦٢١ )‫س ٰى‬


َ ‫أََت ءا َي فنَ سـ ه و َي ˚و َم‬ ‫ ( َقا ك‬٥٢١ )‫را‬, ˝ ‫َب‬ ‫َأع َم ٰى و‬
َٰ ‫َق‬
‫َك ذ لِ ك‬ ‫يت ا ۖ َك ُتن ك ٱ‬ ‫َل صي َذ ˚تك ك ٰـُتنَا‬ ‫كنت‬
‫˚ل‬ ‫ذ ِل‬َ ‫ِل‬ ‫˚د‬

(٧٢١ )‫وأَ ˚بَق ٰ ˘ى‬


‫َر د‬ ‫َع‬ ‫ن ر ب‬² ‫م ˚ن أَ َر ˚م ُي ˚ؤ ِم‬
َ‫ِة أ‬ ‫َذاب ٱ‬ ‫بَِـ اَي ٰـ وَل ِۦه ۚ ت‬ ‫ف‬
´
‫خ ش‬ َ
‫ول‬ ‫س‬

Artinya: “dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka

sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan

menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya
3
Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal

aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’. Allah berfirman: “Demikianlah,


3

telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu

(pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan Demikianlah Kami membalas

orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan

sesungguhnya azab di akhriat ini lebih berat dan lebih kekal”. (Kemenag, 2021:

320-321)

Berdasarkan ayat tersebut, bahwa barangsiapa yang berpaling dari

peringatan-Ku yaitu Al-Qur’an, maka pada hari kiamat dalam keadaan buta

penglihatannya. Maka Al-Qur’an merupakan dasar atau landasan dan petunjuk

bagi manusia agar selamat serta bahagia di dunia dan di akhirat.

b. Pentingnya saling menasehati QS. Al-Ashr 1-3

‫وتَ ص ˚و˙ـا‬ ‫ِ بٱ ˚ل‬ ‫ءا ِملُو˙ـ ص ٰـ ت وت‬ ‫„ر) ( ِإ ّل ٱل‬ ‫ ( ِإ ن س ٰـ َن‬١ )‫ِ ر‬ ‫َو‬
‫َوا‬ ‫َحق ص‬ ‫َوا‬ ‫َمنُو˙ـ ا ٱل وع ِل َح‬ ‫ِذي َن‬ ‫ خس‬٢ ‫َل فِ ى‬ ‫ٱ ˚ ِْلن ˚ص‬
‫˚و˙ا‬ ‫ٰـ‬ ‫ا‬ ‫ٱ‬
)‫˚ب ِر‬
‫(ص‬٣ ˚

‫ل‬

‫َع‬

‫ِبٱ‬

‫ل‬

Artinya: “Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam

kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan

nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya

menetapi kesabaran”. (Kemenag, 2021: 601)

Dapat disimpulkan bahwa QS. Al-Ashr ayat 1-3 tersebut yaitu agar manusia

tidak dalam keadaan merugi, caranya adalah saling nasehat-menasehati

(memberikan bimbingan) satu sama lainnya.

c. Perkembangan ke arah yang lebih menguntungkan QS. As-Syamsu 7-10

) ‫ها‬ (٠١
3
‫ٰى س‬ ٩ )‫˚د ها‬
‫( َ خاب م‬ ‫ ( َق ˚د أ ز ك‬٨ )‫ُجو ˚ق ها‬ َ ( ٧ )‫ها‬ ‫و س‬ ‫ َوَن ˚ف‬-
‫ن‬ ‫و‬ ‫˚فلَح ٰى من‬ ‫َرهـا َو ٰى‬ ‫َفأَـ ˚ل م‬ ‫َما وى‬
‫َق‬ ‫وَت‬ ‫ها‬ ‫س‬
‫د‬ ‫ه‬

Artinya: “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwannya. Sesungguhnya


3

beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang

yang mengotorinya”. (Kemenag, 2021: 595)

Berdasarkan QS. As-Syamsu 7-10 tersebut menunjukan pengertian bahwa

manusia telah dikaruniai kemampuan dasar kejiwaan yang mengandung

kemungkinan untuk berkembang ke arah tingkat perkembangan hidup yang

menguntungkan dan tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan bimbingan

yang dapat menghindarkan dirinya dari perkembangan yang merugikan hidupnya.

2. Hadits

Agama adalah nasehat

‫قا َل‬
ِ ‫ح دث ـَنَا د ˚د قا ح ˚ح ِإ َ عي قا ح ق س ب ُن ِ ز ع ج ِري ˚ب‬
‫ِر بن ِد ّلال‬ ˚ ‫أَ ِبي „م‬ ‫مس َل دث َيى ع م َل َل دثَ ِني ˚ي‬
‫ع‬ ‫حا ن‬ ‫˚ن ا‬ ‫َنا‬
‫س‬

‫ص ح مس ِل „م‬
ِ ‫ن‬ ‫و ِإيتَا ِء ال‬ ‫عل إ َقا ِم ََل‬ ‫ِل صـ ّل ُال ˚ي وسلَم‬
ّ ‫َب ا َي ˚عت رسو‬
‫ِ ل ُك‬ ‫ز َكا ِة‬ ‫ا ل ِة‬ ‫ى‬ ‫ِه‬ ‫ال ل ى‬ ‫َل‬
‫ل‬ ‫او‬ ‫ص‬ ‫عَل‬
‫ل‬

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah

menceritakan kepada kami Yahya dari Isma’il berkata, telah menceritakan

kepadaku Qais bin Abu Hazim dari Jarir bin Abdullah berkata: “Aku telah

membai’at Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan

menasehati kepada setiap muslim” (Bukhari, Kitab: Iman, Bab : Agama adalah

nasehat (loyalitas) kepada Allah Rasul-Nya dan para pemimpin, No. Hadist : 55).

‫ر ˚ح س ِم ˚عت‬ ‫ش ب قا َم ب‬ ‫ع ˚ن ا‬ ‫قا ح دث ـَنَا ا وه ˚ن‬ ‫ح دث ـَنَا ِع ب‬


‫َمن ع‬ ‫ه قا َل ˚ي ُد ُن‬ ‫˚بن س‬ ‫˚ب ُن ب ُيونُ ع‬ ‫ي ُد ُن „ر َل‬
‫˚ب ِد ال‬ ‫ح‬ ‫ا َل‬ ‫ع‬ ‫س‬
‫َف‬
‫˚ي‬

‫و ِإن‬ ‫س‬
‫َما أََنا‬ ‫ا ل د ي ـن‬ ‫ِب ˝را ُي َفق‬ ‫وسل َم ˚ن ُي‬ ‫صـ ّل ُال ˚ي‬ ‫الـن‬ ِ ‫خ يقُو‬ ‫و َي‬
‫في‬ ‫ِه لّ ُال ˚ههُ خ ˚ي‬ ‫َي قُول ِر ˚د‬ ‫ِه‬ ‫لى‬ ‫ِبي ت‬ ‫م‬ ‫طي ل‬
‫م‬ َ‫عل‬ ‫˚ع‬ ‫ب˝ ا‬
3
‫م َعا‬

‫ِّلال‬
‫حت ِ ˚م‬ ‫ُ ه‬ ‫ر‬ ّ ‫˚ن ت ِه ا ˚لُ َم َأ ˚م‬ ‫يُ ˚عطي‬ ‫َقا ˚م‬
‫ى ت ُر‬ ‫˚م‬ ˚ ‫ُه‬ ‫ل‬ ‫مةُ ه ِذ ة˝ ِر علَى‬ ‫َزا َل‬ ‫ّلال‬ ‫و‬
َ‫ي أ‬ َ‫خالَف‬ ‫˚م ن‬ ‫ِّلال‬ ‫قا ِئ‬ ‫وَل‬ ‫س‬
‫أ‬ ‫ض م‬
˚

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sa’id bin ‘Ufair Telah

menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab berkata,

Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar Mu’awiyyah memberikan


3

khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar Nabi shallalahu ‘alaihi

wasallam bersabda: “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah

faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah

yang memberi. Dan senantiasa ummat ini akan tegak diatas perintah Allah,

mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka

hinga datang keputusan Allah” (Bukhari, Kitab: Ilmu, Bab: Siapa yang

dikehendaki baik oleh Allah, maka Allah pahamkan dia tentang agama, No.

Hadits : 69).

d. Unsur-unsur Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan terdiri dari beberapa unsur bimbingan keagamaan

meliputi:

1) Konselor atau pembimbing

2) Klien atau objek

3) Metode

4) Media

5) Materi

Berikut dijumpai beberapa pendapat lain mengenai unsur-unsur yang ada

dalam bimbingan, diantaranya adalah:

a) Pembimbing atau Konselor

Pembimbing atau Konselor adalah orang yang bersedia dengan sepenuh hati

untuk membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada

keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Adapun syarat yang harus

dimiliki oleh pembimbing adalah:


4

a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, ramah dan

kreatif.

c. Mempunyai kemampuan, keterampilan dan keahlian (profesional) serta

berwawasan luas dalam bidang konseling (Syamsu, 2011: 80).

b) Klien

Klien yaitu individu atau sekelompok orang yang sedang mengalami

kesulitan, sehingga membutuhkan bantuan dari orang yang ahli untuk

menyelesaikan tugas-tugas dalam kehidupannya.

Dari uraian diatas yang dimaksud klien dapat diambil kesimpulan bahwa

klien adalah seorang atau sekelompok orang yang mengalami kesulitan-kesulitan

rohaniah dalam lingkungan hidupnya yang tak mampu mengatasinya sendiri,

sehingga memerlukan bantuan orang lain. dengan bantuan ini klien diharapkan

dapat mengatasi masalahnya sendiri karena telah ada kesadaran atau penyerahan

diri terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

c) Metode Bimbingan Keagamaan

Metode diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh

hasil yang memuaskan. Metode bimbingan keagamaan dapat diklasifikasikan

berdasarkan segi komunikasi tersebut. Pengelompokkannya menjadi: (1) metode

komunikasi langsung atau disingkat metode langsung, dan (2) metode komunikasi

tidak langsung atau metode tidak langsung.


4

1. Metode Langsung

Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode yang

dilakukan oleh pembimbingan dengan komunikasi langsung (bertatap muka)

dengan orang yang dibimbingnya. Metode ini dapat dibagi lagi menjadi:

a) Metode Individual

Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara

individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan tekhnik:

(1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatp muka

dengan pihak yang di bimbing;

(2) Kunjungan rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog

dengan kliennya tetapi dilaksanakan di rumah klien sekaligus untuk

mengamati keadaan rumah klien dan lingkungannya;

(3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseling jabatan,

melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien di

lingkungannya.

b) Metode Kelompok

Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan klien dalam

kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik diantaranya:

(1) Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan bimbingan dengan cara

mengadakan diskusi dengn kelompok atau klien yang mempunyai masalah

yang sama.
4

(2) Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung

dengan mempergunakan ajang karyawisata sebagai forumnya.

(3) Sosiodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain peran

untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis);

(4) Psikodrama, yakni bimbingan yang dilakukan dengan cara bermain peran

untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis).

(5) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dengan memberikan materi

bimbingan tertentu (ceramah) kepada kelompok yang telah disiapkan.

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung (metode komunikasi tidak langsung) adalah metode

bimbingan yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat

dilakukan secara individual maupun kelompok, bahkan massal.

a. Metode individual yaitu melalaui surat menyurat, telepon, dan sebagainya.

b. Metode kelompok atau massal yaitu melalui papan bimbingan, surat kabar

atau majalah, browsur, radio (media audio), dan televisi.

Berbeda pendapat dengan Fenti Hikmawati (2015: 23-24) metode

bimbingan keagamaan secara umum ada 3, yaitu:

1) Metode direktif adalah metode bimbingan yang bersifat langsung dan

terkesan otoriter, karena dalam metode ini pembimbing mengambil posisi

aktif dalam mengarahkan yang dibimbing dalam memecahkan masalahnya.

Contoh teknik yang termasuk ke dalam metode ini adalah: ceramah, nasihat

yang baik, dan lain-lain.


4

2) Metode nondirektif disebut juga dengan metode clien centred (metode yang

terpusat pada klien). Dengan menggunakan metode ini, individu yang

dibimbing diberikan keleluasaan untuk mengutarakan isi hati dan pikirannya.

Dan peran pembimbing hanya sebagai fasilitator agar individu dapat

mengemukakan masalah yang dihadapinya.

3) Metode Elektif adalah metode yang memadukan antara metode direktif dan

non direktif. Dengan metode ini, pembimbing tidak hanya terfokus pada suatu

metode saja. Akan tetapi lebih fleksibel dalam menggunakan metode-metode

yang sesuai situasi dan kondisi tertentu, dalam masalah dan kesulitan yang

berbeda.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa metode dan teknik

bimbingan keagamaan dapat dilakukan secara langsung (lisan) dan tidak langsung

(komunikasi massa) dengan menggunakan metode direktif, non direktif, dan

elektif.

4) Media Bimbingan Keagamaan

Media bimbingan keagamaan merupakan alat objektif yang menjai saluran

untuk menghubungkan ide atau gagasan dengan orang yang dibimbing. Media

bimbingan keagamaan menurut bentuk penyampaiannya dapat digolongkan

menjadi lima, diantaranya:

a. Lisan, yaitu melalui khotbah, pidato, ceramah, diskusi, musyawarah, nasehat.

b. Tulisan, dilakukan dengan perantaraan tulisan seperti buku, majalah, surat

kabar.
4

c. Lukisan, yaitu gambaran hasil seni lukis, foto yang dapat menarik perhatian

banyak orang dan dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran yang

ingin disampaikan kepada orang lain.

d. Audio visual, yaitu cara penyampaian yang merangsang pendengaran atau

penglihatan, seperti televisi, slide, internet dan sebagainya.

e. Akhlak, metupakan suatu cara penyampaian langsung ditunjukkan dalam

bentuk perbuatan yang nyata.

Sedangkan media bimbingan keagamaan berdasarkan jenis dan peralatan

yang melengkapinya terdiri dari:

1) Media tradisional, yaitu media yang berhubungan dengan kebudayaan, seperti

tubuh-tubuhan (gendang, rebana, bedug, dan lain-lain yang dapat menarik

perhatian banyak orang).

2) Media modern, berdasarkan jenis dan sifatnya yaitu sebagai berikut:

a) Media auditif, meliput telepon, radio, dan tape recorder

b) Media visual, yaitu media yang tertulis atau tercetak. Seperti surat kabar,

buku, majalah, brosur, pamflet, foto dan lukisan.

c) Media audivisual meliputi televisi, video, internet dan lain-lain.

3) Perpaduan media tradisional dan modern, contohnya seperti pagelaran

wayang, sandiwara yang bernuansa Islam, atau ceramah di mimbar yang

ditanyakan di televisi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa media

bimbingan keagamaan terdiri dari media lisan, media visual atau media pandang
4

dan media audio visual serta akhlak yang berupa perbuatan yang dilakukan oleh

pembimbing.

5) Materi Bimbingan Keagamaan

Materi bimbingan keagamaan termasuk pada materi dakwah, karea

bimbingan keagamaan merupajan dimensi atau kegiatan dari berdakwah. Materi

bimbingan keagamaan merupakan pesan atau sesuatu yang disampaikan oleh

pembimbing kepada orang yang dibimbing berdasarkan ajaran Islam yaitu Al-

Qur’an dan Sunnah Rasulullah dan disusun sesuai dengan masalah yang dihadapi

oleh orang yang dibimbing.

Adapun rincian-rincian tentang materi bimbingan keagamaan diantaranya

sebagai berikut:

a. Aqidah, yaitu rukun iman (iman kepada Allah SWT. Iman kepada malaikat-

Nya, Iman kepada kitab-kitabnya, Iman kepada rasul-rasulnya, iman kepada

hari akhir, iman kepada Qodho dan qodhar.

b. Syari’ah, yaitu ibadah Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji serta

Muamalah.

c. Akhlak, terdiri dari akhlak terhadap Allah SWT, akhlak terhadap makhluk

yang meliputi akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat

lainnya, akhla terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa materi

bimbingan keagamaan adalah berasal dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.

yaitu seluruh ajaran Islam yang sering disebut syari’at Islam yang tersiri dari

aqidah, syari’ah, muamalah, dan akhlak.


4

e. Tahapan Bimbingan Keagamaan bagi Siswa

Agar memudahkan dalam melakukan layanan Bimbingan Keagamaan di

sekolah, hendaknya perlu kita diketahui langkah-langkah yang harus dilakukan

dalam memberikan layanan Bimbingan Keagamaan pada siswa, terutama mereka

yang mempunyai masalah. Adapun tahapan bimbingan yang dapat digunakan

menurut S. Miharja (2010: 16-22) dalam buku “Teknik Konseling” adalah sebagai

berikut:

a) Tahapan dengan menggunakan Sistematika Carkhuf

1. Keterlibatan

Pembimbing melibatkan diri dengan klien, yaitu menggunakan attending

skills, seperti mengamati isyarat-isyarat nonverbal; mendengarkan dan

menunjukkan penerimaan.

2. Eksplorasi

Pembimbing membantu klien menggali aspek-aspek penting dengan

menggunakan responding skills, seperti refleksi dan klarifikasi perasaan;

permintaan untuk melanjutkan; pertanyaan-pertanyaan spesifik.

3. Pemahaman

Pembimbing membantu klien memahami diri berkaitan dengan masalah yang

dihadapi dan menerima tanggung jawab terhadap masalah itu, dengan

menggunakan personalizing skills, seperti refleksi, klarifikasi, interpretasi,

konfrontasi, diagnosis, penyajian alternatif-alternatif, dan pemberian umpan

balik.
4

4. Bertindak

Pembimbing membantu konseli menuangkan kemauan untuk mencapai

tujuan dalam bentuk rencana urutan langkah kerja yang konkret, dengan

menggunakan initiating skills, seperti pemberian informasi, saran, dan

pemberian umpan balik.

b) Tahapan dengan Menggunakan Pendekatan Klinikal

1. Identifikasi Masalah

Pada langkah ini yang harus diperhatikan pembimbing atau guru adalah

mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa.

Maksudnya dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukkan tingkah

laku yang berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala

awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati

dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan

selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-hal

yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai

gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa.

2. Pengumpulan Data

Setelah menentukan masalah yang akan dibicarakan dalam bimbingan,

selanjutnya adalah mengumpulkan data klien yang bersangkutan. Data klien

yang dikumpulkan harus secara komprehensif (menyeluruh) yang meliputi:

data diri, data orang tua (ayah ibu), data pendidikan, data kesehatan, dan data

lingkungan.
4

3. Analisis Data

Data-data klien yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis. Data hasil tes

dapat dianalisis secara kuantitatif dan data hasil nontes dapat dianalisis secara

kualitatif.

4. Diagnosis

Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan “masalah”

berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya

masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai

berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala

yang muncul.

5. Prognosis

Latar prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang

akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan mengenai jenis dan

bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu. Dalam menetapkan

prognosis, pembimbing perlu memperhatikan: 1) pendekatan yang akan

diberikan atau dilakukan secara perorangan atau kelompok, 2) siapa yang

akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu lain

yang lebih ahli, 3) kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang

perlu dipertimbangkan.

6. Terapi atau Pemberian Bantuan

Setelah pembimbing atau guru merencanakan pemberian bantuan, maka

dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan

berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya. Langkah


4

pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik

pemberian bantuan.

7. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Setelah pembimbing dan klien melakukan beberapa kali pertemuan, dan

mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan selama proses

pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunaja beberapa teknik,

seperti melalui wawancara, angket, observasi diskusi, dokumentasi dan

sebagainya.

2. Kenakalan Siswa

a. Pengertian Kenakalan Siswa

Perilaku yang meyimpang tersebut sering kita kenal sebagai kenakalan,

kenakalan merupakan suatu kelakuan atau perbuatan yang biasa dilakukan dan

tergolong kebiasaan negatif. Kenakalan adalah “tingkah laku atau kebiasaan-

kebiasaan negatif atau tingkah laku yang tidak tepat, yaitu tingkah laku yang tidak

sesuai dengan tuntutan lingkungan” (Hamdani, 2012: 179). Kenakalan juga bisa

dikatakan “tindakan atau perbuatan yang bertentangan dengan agama dan norma-

norma yang terjadi di masyarakat” (Sofyan S. Willis, 2012: 90). Pengertian diatas

menunjukkan bahwa, kenakalan merupakan suatu perbuatan yang menyalahkan

norma atau sikap siswa yang bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku.

Siswa adalah objek dari kegiatan pembelajaran. Siswa sering kita sebut

dengan peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik merupakan bagian dari
5

komponen sistem pendidikan. Orang (anak) yang sedang mengikuti proses

kegiatan pendidikan atau proses belajar-mengajar untuk bertumbuh kembangnya

potensi yang dimilikinya.

Pengertian peserta didik atau siswa ialah setiap orang atau sekelompok

orang, tanpa ada batasan usia tertentu, yang menjadi sasaran pengaruh kegiatan

pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka tercapainya pendidikan.

(Mangun Budiyanto, 2013: 92)

Kenakalan siswa dalam hal ini dilakukan oleh orang yang belum dewasa

atau sering disebut dengan remaja. Gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka

mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.

Dari pengertian diatas kenakalan dan siswa dapat dipahami kenakalan siswa

merupakan suatu perbuatan yang menyimpang dari kebiasaan yang sering

dilakukan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan dengan atau tanpa sengaja

yang dapat menimbulkan kerugian pada diri anak itu sendiri dan orang lain di

sekitarnya yang melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

b. Perkembangan dan Perubahan pada Siswa

Tingkat-tingkat perkembangan dalam masa siswa atau remaja dapat dibagi-

bagi dalam berbagai cara. Salah satu pembagian tahapan perkembangan siswa ini

disampaikan oleh “the American School Counselor (Association ASCA)”, yang

terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut: (1) Remaja Awal, 12-14 tahun; (2)

Remaja Pertengahan, 15-16 tahun; (3) Remaja Akhir, 17-19 tahun (Sarlito, 2010:

76).
5

Dalam buku Remaja dan Masalahnya karya Sofyan S. Willis (2017:23)

bahwa di dalam fase-fase perkembangan, kedudukan usia remaja dijelaskan oleh

beberapa ahli seperti:

1) Aristoteles, membagi fase perkembangan manusia dalam 3 kali 7 tahu: 0-7

tahun masa kanak-kanak, 7-14 tahun masa anak sekolah, dan 14-21 tahun

masa remaja atau pubertas.

2) Menurut Stanley Hall masa remaja itu berkisar dari umur 15 sampai dengan

23 tahun.

3) Sedangkan menurut DR. Zakiah Darajat masa remaja itu lebih kurang antara

13-21 tahun.

4) Pembagian fase-fase perkembangan yang dijelaskan oleh Arthur T. Jersild

cs. Bahwa masa remaja 15-18 tahun (Sofyan S Willis, 2017: 23).

Pada usia tersebut, tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut:

a) Mencapai hubungan yang baru dan lebih masak dengan teman sebaya baik

sesama jenis maupun lawan jenis.

b) Mencapai peran sosial maskulin dan feminin.

c) Menerima keadaan fisik dan dapat mempergunakannya secara efektif.

d) Mencapai kemandirian secara emosional dari orangtua dan orang dewasa

lainnya.

e) Mencapai kepastian untuk mandiri secara ekonomi.

f) Memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja.

g) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan dan kehidupan keluarga.


5

h) Mengembangkan kemampuan dan konsep-konsep intelektual untuk

tercapainya kompetensi sebagai warga negara.

i) Menginginkan dan mencapai perilaku yang dapat dipertanggungjawabkan

secara sosial.

j) Memperoleh rangkaian sistem nilai dan etika sebagai pedoman perilaku

(Sofyan, 2017: 8).

Adapun perubahan yang terjadi dan menjadi ciri utama pada masa remaja

atau pubertasnya yaitu:

1. Ciri Primer

Yaitu matangnya objek seksual yang ditandai dengan adanya menstruasi

(menarche) pertama pada anak wanita dan produksi cairan sperma pertama

(nocturnal seminal emission) pada anak laki-laki.

2. Ciri Sekunder

Meliputi perubahan pada bentuk tubuh pada kedua jenis kelamin itu. Anak

wanita mulai tumbuh buah dada, pinggul membesar, paha membesar karena

tumpukkan zat lemak, dan tumbuh bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak. Pada

anak laki-laki terjadi perubahan otot, bahu melebar, suara mulai berubah, tumbuh

bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak, serta kumis pada bibir. Disamping itu

terjadi pula pertambahan berat badan pada kedua jenis kelamin itu.

3. Ciri Tertier

Yang dimaksud dengan ciri tertier adalah ciri-ciri yang tampak pada

perubahan tingkah laku. Perubahan itu erat juga sangkut pautnya dengan

perubahan psikis yaitu perubahan tingkah laku yang tampak seperti perubahan
5

minat, antara lain minat belajar berkurang, timbul minat terhadap jenis kelamin

lainnya. Anak perempuan mulai sering memperhatikan dirinya. Perubahan lain

juga tampak pada emosi, pandangan hidup, sikap dan sebagainya (Sofyan S

Willis, 2017: 20). Ciri-ciri masa pubertas itu sebagai berikut:

1) Berkurangnya kapasitas kerja disekolah maupun di rumah.

2) Mengabaikan kegemaran (hobi) dan kewajiban-kewajiban lainnya, sehingga

pekerjaan seringkali gagal.

3) Mempunyai perasaan gelisah.

4) Dasar dari perasaannya ialah perasaan kurang senang.

5) Anak pubertas menentang lingkungan.

6) Kadang-kadang bersifat sombong, kadang-kadang bersifat lemah.

7) Mudah terpengaruh kepada lingkungan yang buruk.

8) Mudah terjadi pelanggaran moral.

Ciri-ciri tersebut masih terbawa ke masa remaja, hanya saja pada masa ini

sifat-sifat negatif sedikit gak berkurang, diganti dengan timbulnya ide-ide baru

tentang hidup berdiri sendiri, ingin melepaskan diri dari orang tua, kebebasan

dalam memilih jalan hidup sendiri. Yang menonjol pada remaja adalah

bekerjanya kelenjar seks dengan aktif sehingga tampak perubahan tingkah

lakunya seperti cinta birahi terhadap jenis kelamin lain (Sofyan S. Willis, 2017:

24).

c. Masalah atau Problem Siswa

Dalam buku “Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah” karya

Tohirin (2011: 111) menyebutkan bahwa tingkah laku yang sangat berbeda
5

dengan tingkah laku orang kebanyakan mengakibatkan pribadi yang bersangkutan

terhambat dalam melaksanakan peranan sosialnya sehingga timbul suatu masalah.

Jadi yang dimaksud masalah adalah suatu yang menghambat, merintangi, dan

mempersulit dalam usaha untuk mencapai tujuan, hal yang semacam ini perlu

ditangani oleh konselor bersama-sama klien. Masih dalam sumber yang sama,

menurut H. Hamdan mengklarifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai

berikut:

a. Masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya

b. Masalah individu yang berhubungan dengan dirinya sendiri

c. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan keluarga

d. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan kerja

e. Masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya

Adapun problem remaja menurut Sofyan S Willis (2017: 55) dalam

bukunya “Remaja dan Masalahnya” adalah sebagai berikut:

1) Problem Penyesuaian Diri

a) Penyesuaian diri di dalam keluarga.

b) Penyesuaian diri di sekolah.

c) Penyesuaian diri di masyarakat

2) Problem Beragama

a) Keyakinan dan kesadaran beragama

b) Pelaksanaan ajaran agama secara teratur

c) Perubahan tingkah laku karena ajaran agama


5

3) Problem Kesehatan

4) Problem Ekonomi dan Mendapatkan Pekerjaan

5) Problem Perkawinan dan Hidup Berumah Tangga

6) Problem ingin Berperan di Masyarakat

7) Problem Mengisi Waktu Luang

8) Problem Pekerjaan dan Pengangguran

9) Dampak Pengangguran Orang Muda

10) Kebebasan Seks

d. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kenakalan Siswa

Kenakalan siswa bisa disebabkan oleh faktor dari anak itu sendiri (internal)

maupun faktor dari luar (eksternal). B. Simanjuntak menyebutkan sebab-sebab

terjadinya kenakalan siswa dari faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Faktor intern ialah faktor yang datangnya dari dalam tubuh manusia sendiri,

tanpa pengaruh lingkungan sekitar, termasuk dalam faktor ini adalah kepribadian,

kenis kelamin dan kedudukan dalam keluarga. Kepribadian seseorang dapat

menjadi penyebab kenakalan. Mempersoalkan tentang kepribadian seseorang,

maka yang menjadi perhatian adalah tingkah laku ini erat hubungannya dengan

pemenuhan kebutuhan. Tiap anak mempunyai diposisi untuk mengalami

pertumbuhan, baik psikis maupun fisik. Potensi anak ada yang dapat mengarah

pada hal-hal yang positif, tetapi juga ada yang mengarah pada hal-hal yang

negative tergantung pada lingkungannya masing-masing. Hal yang negative itulah

yang dapat menyebabkan kenakalan.


5

Pada umumnya siswa sekarang penuh dengan berbagai masalah, terkadang

siswa tidak terbuka kepada orang tuanya sehingga mereka merasa bahwa mereka

mampu mengatasi masalah itu sendiri ternyata mereka tidak sanggup. Contoh

masalahnya berpacaran ketika putus cinta terkadang mereka tidak mau

menceritakan hal ini kepada orang tua tetapi mereka melakukan tindakan

memendam sendiri dan akhirnya mereka sendiri yang depresi dan akhirnya lari ke

hal-hal yang tidak baik, mabuk-mabukan, merokok, dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal

Kemungkinan kenakalan siswa bukan karena murni dari dalam diri remaja

itu sendiri tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal

yang tidak dapat ditanggulangi oleh siswa dalam keluarganya. Bahkan orang tua

sendiri pun tidak mampu mengatasinya, akibatnya remaja menjadi korban dari

keadaan keluarga tersebut. Faktor-faktor terjadinya kenakalan siswa antara lain:

a) Masalah yang datang dari lingkungan keluarga berantakan

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling utama dalam

membentuk jiwa dan kepribadian anak, keluarga yang baik tentu akan sangat

berperan penting dalam pembentukan dan perkembangan pribadi anak.

Lingkungan keluarga secara potensial dapat membentuk pribadi anak menjadi

hidup secara bertanggung jawab, apabila usaha pendidikan dalam keluarga itu

gagal, maka terebentuk seorang anak yang lebih cenderung melakukan tindakan-

tindakan kriminal.

Lingkungan keluarga yang kurang menerapkan disiplin kepada anak-

anaknya biasanya dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan siswa atau remaja.


5

Penyebab paling utama dilingkungan keluarga adalah karena sifat egoisnya dari

anak tersebut. Penyebab ini bisa diartikan sebagai kemauan dari si anak itu sendiri

atau dengan kata lain kenakalan itu terjadi karena berasal dari individu itu sendiri.

Kemarahan orang tua yang berlebihan terhadap anak juga dapat menimbulkan

bermacam reaksi dari anak yang pada akhirnya akan menyeret anak untuk

melakukan kenakalan (Imam Musbikin, 2020: 24). Biasanya disintegritas di

dalam keluarga yang dapat disebabkan oleh:

a. Broken home, struktur keluarga yang tak lengkap seperti ada yang

meninggal dunia, bercerai atau ada yang tidak bisa hadir di tengah keluarga

dalam rentang waktu yang cukup panjang.

b. Quasi broken home, kedua orang tua yang terlalu sibuk dengan tugas dan

pekerjaan sehingga kesempatan memperhatikan anak sangatlah kurang.

Pada dua penyebab diatas, diperbuat deliquent dapat muncul yang dilatar

belakangi oleh tidak diterimanya kasih sayang yang penuh oleh sang anak,

sehingga dia menyalurkan keingin tersebut dengan berbagai cara dan kesempatan,

manakala itu juga tidak terpuaskan, maka ia akan mewujudkannya dalam bentuk

tindakan lain, yang kadang kala termasuk dalam perbuatan deliquent yang

merugikan.

b) Masalah yang datang dari Lembaga Pendidikan Formal Secara Umum

Upaya yang dilakukan oleh Sekolah adalah dalam rangka membentuk

kepribadian yang utuh bagi para peserta didiknya, namun tidaklah dapat

dipungkiri di sekolah juga dapat membantu anak (tentu relatif kecil) untuk
5

menjadi deliquent. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya deliquent bagi

peserta didik, adalah:

a. Pengaruh Teman

Dalam keseharian anak senantiasa berinteraksi dengan teman-temannya dan

karena memang tidak semua anak yang berada di Sekolah sudah baik

perilakunya, sehingga hal yang tidak dapat dipungkiri sering akan membawa

pengaruh negatif bgai kepribadian anak. Besarnya pengaruh teman ini dapat

dibuktikan dengan adanya perilaku seperti senasib sepenanggungan yang

diakui tingkat solidaritasnya sangat tinggi, namun berkembang ke arah

negatif dan deliquent yaitu solider “membela teman” yang berkembang ke

arah pembelaan yang tidak mau melihat yang “salah”. Maka terjadilah

fenomena baru saling keroyok antar kelompok di suatu sekolah dan bahkan

antar sekolah juga bisa menimbulkan gejala distorsi moral lainnya seperti

perilaku terlalu bebas, sangat berani membantah, tidak tetap pendirian dan

bahkan mudah putus asa.

b. Tindakan tenaga pendidik

Tidak dapat dipungkiri ditengah sekian banyak pendidik, ada segelintir

pendidik yang tidak profesional yang tindakannya kadang yang dapat

membuat anak putus asa, seperti menghukum tidak didasarkan atas dasar

pandangan “harus mendidik” memperlakukan anak yang bersalah seperti

kesakitan, jarang masuk, mengajar dan lain sebagainya. Akan mengundang

jiwa anak untuk menantang dan melanggar disiplin yang berlaku dan ini
5

kalau tidak teratasi dengan cepat bisa mengarah dan berkembang ke tindakan-

tindakan deliquent.

c. Lingkungan Sekolah

Keadaan lingkungan sekolah yang kurang nyaman, ditambah lagi dengan

kegiatan yang sangat padat tapi tidak dikemas dalam bentuk yang

menyenangkan akan menyebabkan anak merasa tidak betah bahkan merasa

tidak aman berada di sekolah, hal ini yang menyebabkan anak mau

secepatnya tidak berada di lingkungan sekolah yang menyebabkan terjadinya

anak membolos yang akhirnya dapat mengundang tindakan deliquent.

d. Lingkungan Masyarakat

Tindakan meresahkan lebih mudah terjangkit pada remaja yang memiliki

masyarakat yang kurang sekali dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama

yang dianutnya, bahkan melupakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-

hari dengan demikian penyimpangan yang dilakukan oleh siswa juga menjadi

tanggung jawab semua anggota masyarakat.

e. Masalah yang datang dari masyarakat

Perkembangan intek dan perkembangan kehidupan telah memberi pengaruh

pada akselerasi perubahan sosial yang ditandai dengan berbagai peristiwa

yang menimbulkan ketegangan jiwa seperti pesaingan perekonomian,

ketenagakerjaan, berita media massa, ketimpangan sosial, dan lain-lain.

ketegangan-ketegangan yang terjadi di masyarakat akan banyak

mempengaruhi kejiwaan para siswa seperti adanya yang merasa rendah diri
6

atau direndahkan dan sebagai yang mengundang lahirnya tindakan-tindakan

deliquent.

Berbagai wujud tindakan deliquent yang sering dilakukan oleh para siswa,

antara lain: kejahatan dengan kekerasan, pembuhunahan, pencurian, penggelapan,

penipuan, pemerasan, gelandangan, penggunaan narkoba dan lain sebagainya.

Adapun faktor dan sebab-sebab kenakalan siswa menurut Sofyan S Willis

(2017: 92) dapat dibagi atau dikelompokkan pada tempat atau sumber kenakalan

yang terjadi, diantaranya:

1) Penyebab Kenakalan Siswa yang Berasal dari Diri Sendiri

a. Predisposing Factor

Faktor-faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap perilaku siswa.

Faktor tersebut dibawa sejak lahir atau oleh kejadian-kejadian ketika

kelahiran bayi, yang disebut birth injury, yaitu luka di kepala ketika bayi

ditarik dari perut ibu. Predisposing factor yang lain berupa kelainan kejiwaan

seperti schizophrenia. Penyakit jiwa ini bisa juga dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga yang keras atau penuh tekanan terhadap anak-anak.

b. Lemahnya Pertahanan Diri

Lemahnya pertahanan siswa disebabkan karena orang tua tidak memberi

kesempatan anak untuk mandiri, kreatif dan memiliki daya kritis serta mampu

bertanggungjawab. Akibatnya hingga siswa yaitu saat-saat penting untuk

menjadi orang dewasa tidak menjadi kenyataan dan akhirnya siswa akan

mudah dimanfaatkan dan terjerat oleh deliquent atau kenakalan.


6

c. Kurangnya Kemampuan Penyesuaian Diri

Inti persoalan ini adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap

lingkungan sosial, akibatnya siswa akan bergaul dengan siswa yang tersesat

dengan alasan teman-teman menghargainya.

d. Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di dalam Diri Siswa

Agama adalah benteng dari siswa dalam meghargai berbagai cobaan yang

datang kepadanya sekarang dan masa yang akan datang, tetapi siswa sekarang

lebih termakan kampanye barat dengan meniru gaya hidup yang bebas dan

tidak lagi menghiraukan agamanya.

2) Penyebab Kenakalan yang Berasal dari Lingkungan Keluarga

a. Anak Kurang Mendapatkan Kasih Sayang dan Perhatian Orang Tua

Karena kurangnya mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua, maka

apa yang amat dibutuhkannya itu terpaksa dicari diluar rumah, seperti di

dalam kelompok teman-temannya yang tidak semuanya berkelakuan baik.

b. Lemahnya Keadaan Ekonomi Orang Tua

Anak dan siswa menuntut supaya orang tuanya dapat membelikannya barang-

barang mewah seperti TV, recorder, sepeda motor, dan bahkan mobil. Bila

orang tua tidak mampu memenuhi keinginannya maka siswa merasa rendah

diri dan akibatnya timbullah berbagai kenakalan yang terjadi.

c. Kehidupan Keluarga yang tidak Harmonis

Adanya pertengkaran yang sering terjadi diantara ayah dan ibunya, atau

struktur keluarga yang tidak utuh lagi seperti kematian salah satu orang tua

atau perceraian, maka membuat anak merasa ragu akan kebenaran yang harus
6

ditegakkan di dalam keluarganya, dan inilah permulaan terjadinya kenakalan

yang terjadi pada anak dan siswa.

3) Penyebab Kenakalan Siswa yang Berasal dari Lingkungan Masyarakat

c) Macam-Macam dan Bentuk Kenakalan Siswa

Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang kenakalan remaja dan macam-

macam nya, adalah :

1. Berdasarkan Akibat Yang Ditimbulkan

Menurut Sarlita Wirawan membagi menjadi empat jenis atau bentuk

kenakalan remaja dengan berdasarkan pendapat Jensen, adalah:

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti:

perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dan sebagainya.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti: perusakan, pencurian,

pencopetan, pemerasan, dan sebagainya.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain, seperti:

pelacuran, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, di Indonesia termasuk juga

hubungan seks sebelum nikah.

d. Kenakalan yang melawan status, seperti: mengingkari status anak sebagai

pelajar dengan cara membolos mengingkari status orangtua dengan cara pergi

dari rumah atau membantah perintah orang tua, dan sebagainya

2. Berdasarkan Sikap dan Corak Perbuatan

Kenakalan remaja jika ditinjau dari segi sikap dan corak perbutan, menurut

Sudarsono dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:


6

a. Delequent sosiologis, yaitu: apabila anak memusuhi seluruh konteks

kemasyarakatan kecuali konteks masyarakat atau kelompoknya sendiri dalam

kondisi tersebut kebanyakan anak tidak merasa berdosa walau mencuri hak

milik orang lain asal bukan kelompok sendiri yang dirugikan.

b. Delequent individual, yaitu: apabila anak itu memusuhi orang, baik tetangga,

kawan, dalam sekolah atau sanak saudara bahkan termasuk kedua orang

tuanya sendiri.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan tentang

berbagai macam kenakalan remaja menjadi dua bagian besar, yaitu:

1) Kenakalan yang bersifat asocial yang belum sampai kepada pelanggaran

hukum positif.

2) Kenakalan yang telah melanggar hukum positif dan termasuk tindakan

kejahatan kriminal.

Mengenai macam-macam dan bentuk kenakalan remaja disepanjang zaman

tetap ada saja, hanya frekuensi dan akibat-akibatnya pada zaman sekarang, zaman

teknologi modern ini agak meningkat sesuai dengan kemajuan tersebut.

d) Bimbingan Keagamaan dalam Upaya Untuk Mencegah Kenakalan Siswa

Adapun Bimbingan keagamaan yang dapat di berikan dalam upaya

mengurangi kenakalan remaja menurut Sofyan S Willis (2017: 127) diantaranya,

adalah:
6

1. Upaya Preventif

Yang dimaksud dengan upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan

secara sistematis, berencana dan terarah untuk menjaga agar kenakalan itu tidak

timbul kembali. Berikut upaya preventif yang dapat dilakukan:

a. Orang Tua Menciptakan Kehidupan Rumah Tangga Yang Beragama

Artinya membuat suasana rumah atau keluarga menjadi kehidupaan yang taat

dan taqwa kepada Allah didalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat

dilakukan dengan sholat berjamaah, pengajian Al-quran, keteladanan akhlak

mulia, ucapan-ucapan serta doa-doa tertentu seperti mengucapkan salam

ketika akan masuk rumah dan pergi, membaca basmallah ketika akan

melakukan perbuatan baik dan sebagainya

b. Mengintensifkan Bimbingan dan Pelajaran Agama

Hal ini perlu diperhatikan, karena dengan bimbingan dan pelajaran agama

yang intensif dapat membantu mencegah adanya kenakalan disekolah, dan

hendaknya pembimbing dan pengajar mengetahui dan memahami peranan

agama bagi pembinaan manusia.

c. Memberikan Kegiatan Yang Bersifat Hobi, Keterampilan Berorganisasi

Maupun Kegiatan Sosial

Mengisi waktu luang selepas mereka pulang sekolah merupakan salah satu

alternatif yang bisa dilakukan oleh remaja. Adapun waktu luang itu dapat

diisi dengan kegiatan yang bersifat hobi seperti seni tari, seni lukis,

elektronika, philatelis, mencintai alam, atau photography. Selain itu dapat

juga yang bersifat keterampilan berorganisasi seperti aktif dalam Ikatan


6

Remaja Masjid, atau pramuka, dan kegiatan yang bersifat sosial seperti

Palang Merah Remaja dan sebagaianya.

2. Upaya Kuratif

Yang dimaksud dengan upaya kuratif dalam menanggulangi masalah

kenakalan remaja adalah upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan

tersebut, supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan orang lain. Yaitu

dengan diberikannya bimbingan baik oleh guru atau pembimbing di sekolah,

ataupun orangtua dalam lingkungan keluarganya.

3. Upaya Pembinaan

Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku kenakalan

atau yang telah menjalani sesuatu hukuman karena kenakalannya. Hal ini perlu

dibina agar supaya mereka tidak mengulagi lagi kenakalannya. Adapun upaya

tersebut adalah:

Bimbingan Keagamaan dalam Upaya Pembinaan Mental dan Kepribadian

Beragama, maksudnya adalah Pembimbing berupaya agar remaja itu memahami

arti agama dan manfaatnya untuk kehidupan manusia. Dengan jalan demikian

tumbuhlah keyakinan beragama pada diri remaja. Jika telah tumbuh keyakinan

beragama harus diupayakan latihan-latihan beribadah secara terus-menerus,

karena itu tempat bimbingan remaja yang nakal hendaklah dilengkapi dengan

rumah ibadah, penyediaan pembimbing agama yang sesuai dengan kebutuhan

anak-anak atau remaja nakal. Jika latihan beribadah sudah mendarah daging maka

akan tumbuh kesadaran pada anak akan pentingnya peranan agama dalam
6

kesehatan mental dan menghalangi orang dari perbuatan-perbuatan tercela dengan

kata lain agama dapat membentengi diri mereka.

Upaya pembinaan keagamaan bagi remaja yang nakal adalah:

a. Mengintensifikasikan pelaksanaan hari-hari besar Islam, seperti

menyongsong tahun baru hijriyah.

b. Meningkatkan kegiatan keagamaan yang bersifat membina remaja, seperti

adzan, membaca puisi islami, membaca al-quran dan sebagainya.

c. Melatih membiasakan diri menghargai hak milik orang lain.

d. Melatih bertingkah laku jujur dan terus terang.

e. Melatih tolong menolong untuk kepentingan bersama maupun perorangan

dalam hal yang baik dan benar.

f. Melatih rajin dan taat beribadah menjalankan sholat fardhu lima waktu, dll.

Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama para remaja sebenarnya

tergantung dari kemampuan mereka menyelesaikan keraguan dan konflik batin

yang terjadi dalam diri. Adapun penyelesaian yang mungkin dilakukan sangat

bergantung dari kemampuan memilih. Bila tingkat rasa bersalah dan berdosa lebih

dominan, biasanya remaja cenderung untuk kembali mencari jalan

“pengampunan”. Sebaliknya bila perilaku menyimpang dianggap sebagai

“pembenaran”, maka keterlibatan mereka akan semakin besar terhadap tindak

kenakalan yang terjadi.

Menghadapi gejala seperti ini, nilai-nilai ajaran agama sebenarnya dapat

difungsikan, pemuka dan pendidik agama perlu merumuskan tugas bimbingannya.

Setidaknya bimbingan keagamaan bagi para remaja perlu dirumuskan dengan


6

berorientasi pada pendekatan psikologi, perkembangan yang serasi dengan

karakteristik yang dimiliki remaja.

Ajaran agama mampu menampilkan nilai-nilai yang berkaitan dengan

peradaban manusia secara utuh, didalamnya terkemas aspek kognitif, afektif dan

psikomotorik secara berimbang. Pada aspek kognitif nilai-nilai ajaran agama

diharapkan dapat mendorong remaja untuk mengembangkan kemampuan

intelektualnya secara optimal. Sedangkan aspek afektif diharapkan nilai-nilai

ajaran agama dapat memperteguh sikap dan perilaku keagamaan. Demikian pula

psikomotor diharapkan akan mampu menanamkan keterikatan dan keterampilan

lakon keagamaan.

Melalui pendekatan dan pemetaan nilai-nilai ajaran agama yang lengkap dan

utuh seperti itu, setidaknya akan memberi kesadaran baru bagi remaja, bahwa

agama bukan alat pemasung kreativitas manusia, melainkan sebagai pendorong

utama. Dengan demikian, diharapkan remaja akan termotivasi untuk mengenal

ajaran agama dalam bentuk yang sebenarnya. Agama yang mengandung nilai-

nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia, universal, dan mampu bertumpu

pada pembentukan sikap akhlak mulia.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

1. Sejarah Berdirinya SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Pertama awal mula berdirinya SMA Plus Tebar Ilmu berdiri dibangunan

bekas bangunan PGRI UPTD Kecamatan Ciparay, mulai lah satu kelas dengan

jumlah murid hanya 19 siswa, secara berjalannya waktu pendiri pada tahun 2005

yaitu Yayasan Tebar Ilmu yang dipimpin oleh ketua Yayasan H. Isak Syarif, dan

Kepala sekolah yang bernama Drs. Tedi Hermanto, mulai pada tahun 2006 yang

mempunyai bangunan sendiri yang terletak di Jl. Raya Laswi km. 2 Barang Siang,

pada mulai tahun 2007 siswa mulai pindah dan secara bertahap dan kelas semakin

bertambah, pada tahun 2010 ada pergantian kepala Sekolah yaitu Dra, Hj. Cucu

Sutriamah sampai sekarang, jumlah kelas maupun jumlah siswanya dengan

bangunannya yang betambah untuk meneruskan pendidikan anak bangsa. Status

SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay saat ini swasta dan berakreditasi A dengan

menggunakan kurikulum 2013.

2. Visi dan Misi SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Visi Sekolah antara lain “Terwujudnya Sekolah yang berkualitas,

menghasilkan insan yang Religius, Unggul, Terampil dan berdaya saing”.

Sedangkan Misi Sekolah yaitu “Meningkatkan iman dan Taqwa bagi warga

sekolah, dan menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,

dan menyenang; serta terwujudnya Prestasi Akademik dan Non Akademik; dan

meningkatkan kedisiplinan dan sikap tanggung jawab warga sekolah; serta

65
6

menumbuhkan penghayatan terhadap budaya dan seni daerah sehingga menjadi

salah satu sumber kearifan berperilaku dan bermasyarakat; sehingga mewujudkan

warga sekolah yang memiliki sikap peduli terhadap lingkungan”.

3. Tujuan Pendidikan SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Tujuan pendidikan yaitu meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut dengan memiliki keseimbangan sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang terpadu dalam kehidupan sehari-hari. Secara lebih rinci tujuan

SMA Plus Tebar Ilmu Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat adalah sebagai

berikut :

1. Berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang di anut sesuai dengan

perkembangan remaja.

2. Menyediakan sarana prasarana pendidikan yang memadai;

3. Melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien, sesuai

dengan tuntutan Kurikulum 2013 dengan menerapkan pembelajaran saintifik

yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta

melakukan penilaian autentik;

4. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya;

5. Meningkatkan kinerja masing-masing komponen sekolah (Kepala sekolah,

tenaga pendidik, karyawan, peserta didik, dan komite sekolah) untuk

bersama-sama melaksanakan kegiatan yang inovatif sesuai dengan Tugas

Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing;


6

6. Meningkatkan program ekstrakurikuler dengan mewajibkan kegiatan

kepramukaan bagi seluruh warga, melalui kegiatan Gugus Depan, MPLSS,

dan Kegiatan Akhir Pekan;

7. Mewujudkan peningkatkan kualitas lulusan yang memiliki sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang seimbang, serta meningkatkan jumlah

lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi;

4. Kondisi nyata, Kondisi Ideal serta Potensi dan Karakteristik SMA Plus

Tebar Ilmu

SMA Plus Tebar Ilmu adalah salah satu SMA swasta yang berada

dilingkungan kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung Provinsi Jawa barat, telah

menyusun KTSP yang mengacu pada standar isi dan standar kelulusan serta

berpedoman pada Panduan Penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP)

yang dikeluarkan oleh BNSP.

SMA Plus Tebar Ilmu memiliki ciri khas yang berbeda dengan sekolah

swasta lainnya di kecamatan Ciparay. Ciri khas SMA Plus Tebar Ilmu adalah

mengedepankan keunggulan lokal, melalui penambahan muatan lokal bahasa

sunda, BTQ dan pengembangan diri atau ekstrakulikuler seni musik modern dan

tradisional dalam rangka menumbuhkan kecintaan terhadap budaya dan seni

daerah, sehingga hal ini bisa menjadi salah satu sumber kearifan berprilaku dan

bermasyarakat. Berikut dibawah ini kondisi nyata dan kondisi ideal, diantaranya:

a. Standar isi : Kerangka dasar dan struktur kurikulum, - beban belajar, -

kurikulum sekolah, kalender pendidikan.


6

Kondisi ideal: - muatan kurikulum harus di sesuaikan dengan ketentuan yang

telah disusun BNSP, - Sesuai dengan standar isi. Sedangkan kondisi nyata: -

Muatan kurikulum sudah sesuai dengan ketentuan BNSP diantaranya memuat

5 kelompok matpel kurikulum mulok, program pengembangan diri, beban

belajar, kriteria ketuntasan belajar, pendidikan kecakapan hidup, - Sudah

sesuai, diantaranya jam belajar untuk SMA 45 menit. Jumlah jam tatap untuk

kelas 10, 11 dan 12 Sebanyak 50 Jam, - Pengembangan kurikulum sekolah

didasarkan pada 7 prinsip pengembangan kurikulum dimana

pengembangannya bukan hanya dilakukan dengan mengadopsi dan

mengadaptasi model yang dikembangkan BNSP, tetapi juga dikembangkan

secara mandiri dan melalui kegiatan MGMP, - Memiliki rincian minggu

efektif 34-38 minggu, jeda tengah semester, jeda akhir tahun, dan kegiatan

khusus sekolah.

b. Standar Kompetensi Kelulusan

Kondisi ideal: penentuan KKM melalui rapat dewan guru. Kelulusan 100%

dan rata-rata nilainya cenderung meningkat untuk setiap tahunnya.

Sedangkan kondisi nyata: Rata-rata KKM yang tercapai oleh setiap siswa

untuk setiap mata pelajaran minimal adalah 65 untuk kelas 10, 11 dan 12.

Target kelulusan 100% sudah tercapai dan perlu dipertahannya setiap

tahunnya terutama peningkatan nialinya. Untuk bidang akademik sekolah

Belum berhasil menjuarai, hanya sebagai partisipan. Untuk bidang non

akademik, pernah menjuarai lomba pasanggiri tingkat kabupaten dan

mendapat peringkat ke 2.
6

c. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Kondisi ideal: 100% berkualifikasi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Sedangkan kondisi nyata: Masih ada pendidik dan tenaga berpendidikan yang

belum menempuh S1 susai dengan kompetensinya.

d. Standar Proses

Kondisi ideal: terpenuhinya kebutuhan untuk kegiatan belajar mengajar

seperti menyusun perangkat pembelajaran yang lengkap, melakukan

penilaian, supervisi, evaluasi dan tindak lanjut. Sedangkan kondisi nyata:

Masih ada beberapa guru yang belum menyelesaikan perangkat

pembelajaran. Sebagian perangkat pembelajaran guru masih menggunakan

sistem copy paste dari internet. Evaluasi sudah dilakukan namun belum

ditindak lanjuti.

e. Standar Penilaian

Kondisi ideal: penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai

teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perorangan atau kelompok,

dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik komponen dan tingkat

perkembangan peserta didik. Sedangkan kondisi nyata: Pendidik telah

melaksanakan penilaian dengan teknik penilaian berupa tes, penugasan, dan

bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat

perkembangan peserta didik. Guru melaksanakan penilaian sesuai dengan

indikator penilaian yang dibuat.


7

f. Standar Pengelolaan

Kondisi ideal: menggunakan analisis SWOT dalam mengelola sekolah.

Sedangkan kondisi nyata: Sekolah berusaha memenuhi Rencana Kerja yang

telah dibuat.

Dalam menyusun dan mengembangkan KTSP perlu juga menganalisis

faktor SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman) berkaiatan dengan

eksistensi satuan pendidikan Analisis SWOT tersebut menyangkut faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman).

Berikut adalah hasil analisis SWOT satuan pendidikan SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay, antara lain:

1) Ketenagakerjaan/Kepegawaian

Ketenagakerjaan memiliki kekuatan dengan Jumlah guru cukup memadai,

Kualifikasi guru min D3 sebanyak 1 orang, S-1 sebanyak 25 orang dan S-2

sebanyak 2 Orang, Guru yang berdedikasi tinggi. Serta memiliki Kelemahan

diantaranya: Masih ada guru yang tidak sesuai antara mengajar dengan Ijazah

yang dimiliki, Masih banyak GTT, Masih terdapat satu guru yang belum

memenuhi kulifikasi Pendidikan, Pengalaman mengajar guru. Adapun Peluang

diikutsertakan dalam pelatihan PTK, KTSP dan seminar, Mengikuti MGMP,

workshop, Meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Ada ancaman

Kebijakan pemerintah dengan adanya kurikulum baru, Diberlakukannya UU guru

dan dosen No. 1 tahun 2005, Angka sertifikasi susah di capai.


7

2) Kesiswaaan

Kesiswaan mempunyai kekuatan semakin meningkatnya jumlah siswa yang

masuk ke sekolah. Adapun kelemahannya diantaranya Rendahnya status sosial

ekonomi orang tua siswa, Prestasi belajar kurang, Perhatian terhadap kemajuan

sekolah kurang. Sedangkan peluangnya Pelaksanaan tata tertib sekolah, Mencari

donatur untuk mengadakan perlombaan perlombaan yang meningkatkan

kreatifitas anak, Mengadakan pelajaran tambahan, Mengadakan pengembangan

ekskul. Dan ada ancaman Turunnya motivasi belajar siswadan Belum kompaknya

tindakan

3) Sarana Prasarana

Sarana Prasarana memiliki kekuatan Kondisi gedung yang cukup memadai,

Lahan luas di sekitar sekolah. Sedangkan kekurangannya yaitu Kurangnya alat

penunjang pembelajaran, Kurangnya buku referensi, Kurang maksimalnya sarpras

olahraga dan pemeliharaan lapang, Rendahnya status sosial, Kurangnya ruangan

kelas sehingga tidak bisa menampung seluruh pendaftar. Dan ada peluangnya

Mengatur permohonan bantuan kepada donatur, pengusaha dan dinas. Sedangkan

ancamannya yaitu kekurangan dana untuk melengkapi saran prasarana.

4) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah mempunyai Kekuatan yaitu Jalan mudah dilalui

kendaraan, Berada dalam jaringan yang baikdi jalan raya. Selain itu ada

kelemahannya yaitu Kekurangan dana dan kurangnya keamanan. Adapun

peluangnya yaitu mengajukan permohonan perbaikan jalan. Sedangkan


7

ancamannya yaitu Tidak menjadi skala prioritas pada keindahan, Belum dibuat

Zebra Cross pada jalan raya depan sekolah.

5. Lokasi dan Infrastruktur SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay berlokasi di Jalan Raya Laswi Km.02

Baranangsiang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, melalui

insfrastuktur yang cukup memadai pada tahun 2020-2021 terdiri dari 12 kelas,

dimana tiap tingkatnya memiliki jumlah kelas yang tidak sama, yaitu kelas X

memiliki 4 kelas, kelas XI memiliki 4 kelas, dan kelas XII memiliki 4 kelas.

Berikut data siswa dan data ruangan yang diperoleh dari hasil penelitian

yang dilakukan:

Data Siswa SMA Tebar Ilmu Ciparay

Laki-laki : 253 siswa

Perempuan : 152 siswa

Jumlah Siswa : 405 siswa

Adapun mengenai data ruangan, baik itu data ruang belajar maupun data

ruangan-ruangan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Data Ruang Kelas/Perpustakaan/Laboratorium

SMA Plus Tebar Ilmu

No. Nama Ruang Jumlah Ruang Keterangan


1. Ruang Kelas 12 Kelas -
2. Ruang Tamu 1 -
3. Ruang Perpustakaan 1 -
4. Ruang Kepala Sekolah 1 -
5. Ruang Guru 1 -
6. Ruang BK/BP 1 -
7. Ruang TU 1 -
7

8. Ruang Wakil Kep Sekolah 1 -


9. Ruang Lab. Ipa 1
10. Ruang Lab. Fisika - Tidak ada
11. Ruang Lab. Biologi - Tidak ada
12. Ruang Lab. Kimia - Tidak ada
13. Ruang Lab. Bahasa 1 -
14. Ruang UKS 1 -
15. Ruang Praktek Komputer 1 -
16. Koperasi/Toko/Kantin 1 -
17. Ruang Osis 1 -
18. Kamar Mandi/WC Murid 2 -
19. Gudang 2 -
20. Aula - Tidak ada
21. Ruang Ibadah/Mushola 1 -
22. Rumah Dinah Kep Sekolah - Tidak ada
23. Rumah Penjaga Sekolah 1 -
24. Pos Penjaga Sekolah 1 -
25. Kamar Mandi/WC Guru 1 -

B. Hasil Penelitian

Dari hasil wawancara dengan guru BK yaitu Ibu Yasmin Khoerunnisa

Aprilia, S.Sos pada hari Rabu, 21 April 2021 pukul 10.00 WIB yaitu bentuk

bentuk kenakalan siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay sama seperti di sekolah

pada umumnya, yang paling dominan yaitu bolos sekolah, jarang masuk kelas,

kabur, lalu ada juga yang merokok di lingkungan sekolah, membawa obat-obatan

karena di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay dominan nya adalah laki-laki. Ada juga

perkelahian antar kedua kelompok yang berbeda, kareghna masa remaja adalah

identik dengan berkelompok.

1. Program Bimbingan Keagamaan di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru BK (Ibu Yasmin Khoerunnisa,

S.Sos pada tanggal 21 April 2021) dan mengacu pada pedoman wawancara,
7

mengatakan bahwa program bimbingan keagamaan yang ada di SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay ada beberapa, diantaranya:

a. Kegiatan shalat Dzuhur berjamaah dimana kegiatan tersebut harus dilakukan

oleh semua siswa dan merupakan kegiatan wajib yang harus di ikuti oleh

semua siswa-siswi SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay. Biasanya siswa ketika

mendengar adzan Dzuhur langsung keluar kelas dan segera mengambil air

wudhu dan segera mengisi saf barisan untuk shalat berjamaah. Hal ini juga

sudah dibiasakan dari mulai kelas X sehingga hal ini menjadi kebiasaan di

kelas XI hingga XII.

b. Kegiatan shalat Jum’at berjamaah bagi siswa laki-laki. Hal ini menjadi hal

yang wajib juga dan diagendakan oleh sekolah. Biasanya shalat jum’at

berjamaah ini dipimpin oleh guru dan dilakukan secara bergantian.

Sedangkan untuk siswi perempuan ketika siswa laki-laki melaksanakan shalat

jumat, siswi perempuan juga selalu ada kegiatan dimana kegiatannya itu

keputrian, kegiatan keputrian itu biasanya dipandu oleh guru secara

bergantian, dengan materi yang berbeda-beda setiap minggunya.

c. Setiap harinya seluruh siswa/i untuk diwajibkan shalat duha secara

bergantian, waktu pelaksanaan shalat duha sebelum waktu istirahat.

d. Jum’at Religi, kegiatan ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap

hari jum’at pagi dan merupakan program dari guru Agama. Dalam kegiatan

jum’at Religi ini siswa diajarkan bagaimana membaca ayat suci al-qur’an

dengan baik dan tajwid yang benar. Tidak hanya belajar ngaji dan tajwid saja

siswa/i juga belajar serta diberi penjelasan dan pemahaman tentang arti ayat
7

Al-Qur’an yang dibaca. Kegiatan Jum’at religi ini dilakukan dengan secara

merolling kelas, hal tersebut dilakukan karena tidak semua siswa/i

tertampung di dalam masjid, sehingga setiap jum’at bergantian kelas yang

masuk untuk mengikuti kegiatan jum’at religi ini. Kegiatan ini dilakukan

untuk memperdalam pengetahuan para siswa/i tentang isi kandungan Al-

Qur’an sekaligus untuk menyaring siswa/i yang belum bisa membaca Al-

Qur’an.

e. Membaca surat-surat pendek dalam Al-Qur’an sebelum pembelajaran

dimulai, hal ini menjadi rutinitas sehari-hari bagi siswa/i SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay dimana sebelum memulai pelajaran dan sebelum guru memulai

pelajaran siswa diharuskan mengaji Al-Qur’an yang bisanya berupa surta-

surat pendek. Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Kelas dan biasanya

pembacaan surat pendek tersebut sudah terjadwal setiap harinya.

f. Pelaksanaan program tahunan, yaitu berupa pembagian zakat fitrah dan

daging kurban yang dilakukan setiap tahun yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul

Adha. Petugasnya sendiri biasanya Guru dan dibantu oleh OSIS dan

diberikan kembali kepada siswa yang membutuhkan. Kegiatan ini juga

dilakukan bertujuan untuk melatih dan membiasakan siswa untuk dapat

berbagi kepada sesama muslim terutama kepada orang yang lebih

membutuhkan. Selain pembagian zakat dan daging kurban, ada juga kegiatan

PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) yaitu peringatan Isra’ Mi’raj dan Maulid

Nabi Muhammad SAW. dan kegiatan ini biasanya bekerja sama dengan

Rohis.
7

g. Pesantren Kilat, kegiatan ini dilaksanakan pada Bulan Ramadhan selama dua

minggu. Dalam kegiatan ini siswa akan dibimbing dan diarahkan secara

intents penuh dalam kegiatan keagamaannya. Materi yang disampaikan

biasanya yaitu pengkajian Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak

hanya di baca dan tahu artinya tapi siswa juga diharapkan untuk paham

sehingga bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Juga ada

kegiatan dakwah atau ceramah yang dilakukan oleh para siswa dengan materi

yang berbeda-beda setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk melatih mental

siswa agar mampu berbicara di depan umum, dan bisa memberikan manfaat

dari apa yang dipelajarinya.

2. Proses pelaksanaan bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan

pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Setiap penanganan masalah perlu adanya identifikasi masalah dan

melakukan diagnosa terhadap masalah tersebut terlebih dahulu. Apa masalahnya?,

apa pemicu atau penyebabnya?, serta bagaimana cara penanganannya?

Menurut keterangan dari Ibu Yasmin selaku koordinator BK di SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay, ketika ada permasalahan pada siswa seperti perkelahian,

penanganannya sesuai dengan prosedur yang berlaku disana ialah mulai dari

pengawas harian kemudian pengawas harian menindak lanjuti ke wali kelas yang

bersangkutan. Setelah itu wali kelas menindak lanjuti kepada guru BK, setelah

permasalahannya singkron pihak sekolah mengeluarkan surat pemanggilan

kepada orang tua yang bersangkutan.


7

Adapun upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam

mencegah kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay ialah melalui:

a) Kegiatan Layanan

1) Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

dilaksanakan secara insidental, karena disana jam kelas hanya tebatas untuk guru

BK yaitu satu minggu sekali dalam waktu 2 jam saja. Jadi layanan ini diberikan

kepada siswa yang memang dianggap perlu diberikan konseling kelompok dengan

harapan melalui konseling kelompok siswa dapat mengembangkan sikap dan

membentuk perilaku yang lebih baik serta mampu mengembangkan keterampilan

sosialnya.

Salah satu layanan konseling kelompok yang pernah dilakukan ialah

terhadap siswa yang pernah berperilaku agresif akibat pengaruh dari obat-obatan

yang dikonsumsinya. Guru BK memberikan pemahaman kepada mereka dengan

memutarkan video yang berkaitan dengan dampak negatif dari perilaku yang

mereka lakukan.

2) Layanan Konseling Individual

Layanan konseling individual merupakan layanan yang sering dilakukan di

SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay, karena dengan layanan konseling individual guru

BK lebih mudah menangani permasalahan siswa.

Hasil observasi yang penulis peroleh mengenai layanan konseling individual

ialah dengan layanan ini banyak permasalahan siswa yang berhasil di ungkap,

terutama masalah yang berkaitan dengan masalah yang dilatar belakangi oleh
7

broken home. Tidak sedikit siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay yang

berperilaku kenakalan siswa disebabkan oleh faktor keluarga yang membuat

siswa tersebut menjadi frustrasi. Sehingga untuk mengurangi rasa frustrasi

tersebut guru BK mengajak siswa tersebut untuk berfikir dan memberikan

pemahaman tentang makna kehidupan yang sebenarnya serta masa depan yang

lebih cerah.

3) Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok diberikan kepada sekelompok siswa agar

mampu menyusun rencana dan mengambil keputusan yang tepat. Melalui layanan

bimbingan kelompok diharapkan perilaku siswa yang agresif khususnya mulai

berkurang dan seluruh siswa mampu berinteraksi dengan teman, keluarga,

masyarakat.

Layanan bimbingan kelompok ini diberikan di dalam kelas ketika ada kelas

kosong (guru pelajaran tersebut sedang dinas luar). Adapun materi yang

disampaikan ketika layanan bimbingan kelompok ialah tentang tata krama, cara

bergaul yang baik, cara bertutur kata yang baik, dan sebagainya.

Selain dilaksanakan di dalam kelas, terkadang layanan bimbingan kelompok

ini juga disampaikan langsung ketika upacara dan melalui micro phone yang ada

di pengawas harian.

4) Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten diberikan kepada individu (siswa) baik sendiri

maupun dalam kelompok agar menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu

melalui kegiatan belajar. Isi yang disampaikan dalam layanan penguasaan konten
7

ini mencakup: (a) pengembangan kehidupan pribadi, (b) pengembangan

kemampuan hubungan sosial, (c) pengembangan kegiatan belajar, (d)

pengembangan dan perencanaan karier, (e) pengembangan kehidupan

berkeluarga, (f) pengembangan kehidupan beragama.

5) Layanan Informasi

Layanan informasi diberikan agar siswa menerima dan memahami berbagai

informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan

keputusan untuk kepentingan siswa. Layanan ini tidak hanya ditujukan kepada

peserta didik, akan tetapi juga orang tua/wali sebagai orang yang mempunyai

pengaruh besar terhadap peserta didik.

Adapun informasi yang disampaikan ialah tentang pemahaman diri dan

orang lain, pembinaan jalinan hubungan sosial, dan informasi tentang

pemahaman, penerimaan, serta penyesuaian diri terhadap berbagai kondisi dalam

kehidupan keluarga, termasuk beraneka tantangan yang ditimbulkan oleh harapan

keluarga.

Usaha atau tindakan yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam

mencegah kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay yaitu dengan

Pendekatan bimbingan konseling secara umum diantaranya:

a. Pendekatan personal/individu

Bimbingan yang ditunjukan untuk penyembuhan seperti konseling dan

psikoterapi individual. Sanksi diberikan misanya berupa pemberian nasihat secara

lisan, hafalan-hafalan surah pendek maupun hadits-hadits dan sebagainya.


8

b. Pendekatan kelompok

Bimbingan yang umumnya ditunjukan untuk mendorong kegiatan seperti

pembelajaran di kelas, kunjungan kelompok, kelompok belajar, organisasi,

diskusi kelompok. Sanksi yang diberikan misalnya meminta siswa membersihkan

kelas, musholla, halaman sekitar sekolah dan sebagainya.

Usaha atau tindakan yang biasanya dilakukan guru bimbingan konseling

dalam mencegah kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay yaitu

dengan cara pendekatan pada siswa yakni dengan:

1. Memberikan nasihat dan bimbingan kepada siswa

2. Jika diperlukan pemanggilan orang tua untuk sama-sama melakukan

pengawasan terhadap siswa.

3. Guru bimbingan konseling berperan dalam mengetahui sebab-sebab yang

melatar belakangi sikap dan tindakan siswa tersebut.

4. Hasil yang dicapai dari bimbingan keagamaan untuk mencegah

kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

Untuk mengetahui hasil yang dicapai dari proses bimbingan keagamaan

untuk mencegah kenakalan siswa di SMA Pus Tebar Ilmu Ciparay. Peneliti

mengajukan beberapa pertanyaan dengan mengadakan wawancara langsung

dengan guru BK dan beberapa siswa kelas XI yang sudah dikategorikan khusus

bahwa mereka pernah melakukan kenakalan siswa tetapi wawancara dengan

siswa ini dilakukan melalui via Video grup WhatsApp.

Peneliti merangkum pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara

penelitian. Dalam hal ini peneliti menganalisis data yang sudah diperoleh selama
8

penelitian observasi dan wawancara. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan guru BK, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana kualifikasi pengajar BK di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

“Kualifikasi pengajar BK harus bisa cakap, terbuka, dekat dengan siswa dan
mengganggap siswa itu seperti teman atau bahkan seperti anak sendiri sehingga
siswa tersebut menjadi tidak canggung, dan tidak takut untuk mengungkapkan
masalah yang sedang dihadapinya serta membuat siswa tersebut nyaman saat
berada di ruang BK”.

2. Kenakalan Siswa apa saja yang sering dilakukan remaja/siswa SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay?

“Kenakalan remaja yang sering saya dapatkan masih terbilang umum, seperti
tidak ada keterangan (alfa), bolos, dan pacaran, merokok dilingkungan sekolah,
membawa obat-obatan, karena di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay dominan nya
adalah laki-laki. Dan alhamdulillah siswa-siswi dari kelas X, XI, dan XII selalu
berbaur tidak saling egois satu sama lain”.

3. Bagaimana latar belakang keluarga, ekonomi, dan sosial siswa yang

melakukan kenakalan di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

“Dari latar belakang keluarga, siswa tersebut berasal dari keluarga broken home
itu yang merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan siswa ini bertindak
kenakalan juga karena mungkin kurangnya perhatianlg dari orang tua, kurang
kasih sayang makanya siswa bertindak yang tidak wajar dari anak-anak yang lain.
Dari ekonomi, keluarga dari beberapa siswa itu 50% menengah ke bawah
pekerjaannya ada yang menjadi buruh, pekerja pabrik dan ibu rumah tangga
sehingga orangtua siswa menyekolahkan anaknya ke sekolah yang biasa atau
masih terjangkau biayanya oleh mereka. Sedangkan mengenai sosialnya, antara
kampung satu dengan kampung yang lain tidak saling merendahkan”.

4. Bagaimana proses bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh guru BK di

SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

“Proses bimbingan keagamaan yang saya lakukan biasanya seminggu sekali


dalam waktu 2 jam, itu juga disesuaikan dengan kesepakatan antara Guru BK dan
siswa, jadwal tersebut dilaksanakan sebelum pandemic (covid-19).”
8

5. Metode yang digunakan dalam melakukan bimbingan keagamaan di SMA

Plus Tebar Ilmu Ciparay?

“Metode yang saat ini saya lakukan dalam bimbingan keagamaan yaitu dengan
cara Bimbingan Individual, dimana bimbingan ini dilakukan untuk masalah yang
memang masalahnya berada pada diri sendiri sehingga siswa/klien akan lebih
leluasa menceritakan segala permasalahannya hanya kepada beliau, selain itu ada
juga metode yang digunakan yaitu Bimbingan Kelompok dimana bimbingan ini
dapat dilaku’akan ketika siswa/klien mengalami kesulitan beradaptasi atau
bersosialisai dengan baik sehingga dengan adanya bimbingan kelompok ini klien
akan merasa banyak teman atau orang yang membantunya dalam menyelesaikan
masalah tanpa harus menunjukkan pada orang bahwa klien/siswa tersebut
bermasalah”.

6. Bagaimana hasil yang dicapai dari proses bimbingan keagamaan untuk

mencegah kenakalan siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

“Hasil yang ingin dicapai dalam bimbingan kegamaan disini yaitu agar siswa
dapat meningkatkan pengetahuan untuk mengembangan dirinya sejalan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang dijiwai oleh ajaran Islam dan
tidak menyalahgunakan teknologi yang sudah ada. Serta mengarahkan siswa
untuk kearah yang lebih baik sehingga siswa terhindar dari perbuatan yang
negatif. Tapi, hasil yang dicapai setelah diadakannya dari program bimbingan
keagamaan ini benar-benar sangat berguna untuk mengarahkan siswa agar dapat
memilih pergaulan yang dapat memberikan manfaat dan yang dapat
menjerumuskan dirinya kepada hal yang merusak dirinya sendiri. Dan dengan
adanya bimbingan ini dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah, tidak
ragu untuk mengutarakan masalah yang sedang dihadapi dan dapat membantu
meringankan tugas wali kelas”.

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa siswa dan

mengacu pada pedoman wawancara, mereka mengatakan bahwa dengan adanya

bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh guru bk ini mereka merasakan adanya

perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Pada dasarnya mereka mengatakan bahwa

bimbingan keagamaan itu perlu dilakukan kepada siswa agar kita merasa dekat

kepada Allah SWT, sehingga sedapat mungkin tidak melakukan segala sesuatu
8

yang dilarang, baik oleh Allah SWT maupun aturan yang ada di sekolah ataupun

di lingkungan masyarakat.

Sebelum diberikan bimbingan mereka merasa tidak tenang, gelisah dan

merasa takut, tetapi setelah mengikuti setiap arahan dan bimbingan yang

diberikan oleh guru bk mereka merasakan ketenangan batinnya, dan mereka

mengaku bahwa hatinya tenang, perasaan dan pikiran mereka merasa plong dan

bebas dari segala permasalahan yang selama ini mereka rasakan. Hal ini terbukti

dengan hasil wawancara yang dilakukan (wawancara dilakukan melalui video call

grup terhadap 3 orang siswa yang bermasalah dan telah mengalami perubahan,

pada tanggal 22 April 2021).

a. Agung Saefulloh (17) Tahun

“Iya ka, saya merasakan perubahan ke arah yang lebih baik dari yang biasanya
suka bolos sekolah dan tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh
sekolah, peringkat selalu terakhir, setelah dilakukannya arahan dan bimbingan
dari Ibu Yasmin saya merasakan banyak perubahan di diri saya, dan menurut saya
dengan di adakannya bimbingan seperti yang dilakukan oleh Ibu Yasmin ini
benar-benar membantu saya dan teman-teman yang lain juga dan membawa ke
hal-hal yang lebih positif, karena saya juga meraskannya dari yang tadinya tidak
tenang hati dan gelisah, setelah dilakukan bimbingan tersebut saya menjadi
tenang dan tidak gelisah lagi, dan merasa lebih dekat saja dengan Allah SWT”

Agung Saefulloh merupakan salah satu siswa yang dikategorikan khusus

bahwa dia termasuk siswa yang pernah melakukan kenakalan siswa di sekolah,

Agung menyimpulkan bahwa hasil dari bimbingan keagamaan ini dapat

mengubah dirinya walaupun tidak secepat yang diharapkan guru tetapi dirinya

sudah mengikuti arahan dan bimbingan dari guru bk dengan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam diri Agung sendiri sekarang sudah megalami


8

peningkatan dari sebelumnya, yang tadinya hanya biasa-biasa saja atau bahkan

menurun dibawah teman-teman yang lain, sekarang dia sudah ada peningkatan

dalam belajar, baik pemahaman maupun pengetahuannya.

b. Dzaril Alghifari (17 tahun)

“Dari bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh Ibu Yasmin terhadap saya dan
teman-teman yang lain, saya merasa bahwa perbutan saya sebelum diberi arahan
dan bimbingan dari Ibu Yasmin jauh berbeda dengan setelah diberikannya arahan
dan bimbingan tersebut. Karena mungkin waktu itu pikiran saya belum terbuka
bahwa perbuatan kenakalan tersebut bersifat negatif dan saya akan tidak mau
mengulanginya lagi karena merugikan diri saya sendiri. Dan Ibu Yasmin selalu
memberikan bimbingn ke hal-hal yang lebih positif”.

Dzaril sebagai siswa yang dikategorikan khusus bahwa dia melakukan

tindakan kenakalan, dia menyimpulkan bahwa dirinya sangat menyadari kalau

perbuatan kenakalan yang dilakukannya tersebut tidak pantas, tetapi setelah di

berikan arahan dan bimbingan dari ibu Yasmin, dia sendiri merasakan ada hal

yang berubah pada dirinya yaitu lebih ke arah yang lebih positif dan mengaku

tidak akan mau mengulangi lagi perbuatan kenakalan tersebut.

c. Aditya Permana (17 tahun)

“Bimbingan Keagamaan yang dilakukan oleh Ibu Yasmin ataupun pihak sekolah
menurut saya itu sangat berguna dan bermanfaat bagi siswa-siswi di sekolah ini,
karena saya termasuk salah satu siswa yang sering dipanggil oleh guru bk, karena
mungkin waktu itu saya pernah merokok di lingkungan sekolah dan ketahuan oleh
satpam lalu dipanggil lah ke ruang bk, setelah dipanggil ke ruang bk saya diberi
bimbingan langsung oleh ibu Yasmin tentang bagaimana berperilaku yang
sepantasnya. Ibu Yasmin memberikan arahan dan bimbingan untuk saya lebih
menuruti aturan yang ada sekolah, dan berperilaku baik agar tidak merugikan diri
saya sendiri karena jika orang tua saya tau mungkin perbuatan saya akan lebih
menyakiti hati orang tua saya sendiri, dan saya sangat menyesal telah melakukan
perbuatan tersebut dan tidak mau mengulanginya lagi”.

Dari hasil bimbingan keagamaan yang dilakukan terhadap Aditya Permana

ini sangat-sangat jelas bahwa bimbingan keagamaan benar-benar penting dan


8

berguna untuk siswa/i lainnya. Dimana jika seorang siswa harus berperilaku yang

sepantasnya dilakukan apalagi dilingkungan sekolah harus benar-benar mentaati

aturan yang ada disekolah.

Bila dilihat dari hasil wawancara diatas, maka bimbingan keagamaan ini

sudah dapat dikatakan berhasil karena siswa yang sudah dikatakan berhasil

menunjukkan perilaku yang baik. Mengenai bimbingan keagamaan yang

dilakukan sejauh ini mereka rasakan yaitu adanya ketenangan batin setelah

diberikan bimbingan dan arahan, beban menjadi berkurang, selain itu juga

bimbingan dilakukan pada kondisi dan situasi yang nyaman sehingga sangat

membantu siswa dalam menjalankan bimbingan.

Pandangan siswa terhadap kenakalan yang pernah dilakukan adalah bahwa

mereka benar-benar benci dan tidak ingin mengulangi kenakalan itu lagi,

kebencian mereka karena mereka sudah menyadari sendiri bahwa kenakalan yang

mereka perbuat nantinya akan merugikan dan menyakiti banyak orang, seperti

keluarga, teman-teman dan adik-adik.

C. Pembahasan

1. Program Bimbingan Keagamaan

Program bimbingan keagamaan yang peneliti dapatkan di sekolah SMA

Plus Tebar Ilmu dengan teori menurut Sofyan S Willis (2017:127) dalam buku

“Remaja dan Masalahnya”, diantaranya:

Dalam menangani kenakalan yang dilakukan oleh siswa ini, di SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay ini menggunakan tiga macam tindakan, yaitu tindakan
8

preventif, repretif dan kuratif. Karena tindakan tersebut dianggap cukup efektif

dalam menangani kenakalan siswa. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Tindakan Preventif

Mengadakan program sholat dzuhur berjamaah di musholla setiap hari dan

siswa dilatih untuk sholat sunnah dhuha serta mendengarkan ceramah yang

diberikan oleh guru agama.

Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk pemantapan kebiasaan dan

mengambangkan sikap dalam beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dalam

setiap ucapan dan tindakan yang dilakukan oleh siswa. Solusi ini digunakan untuk

mencegah siswa melakukan perbuatan penyimpangan yakni suka berbicara kotor

dan saling menghina, merusak sarana dan prasarana sekolah.

a. Mengadakan kegiatan ekstra kulikuler bagi siswa

Kegiatan ini diadakan tujuan memberikan pemahaman atau mengarahkan

siswa agar dapat menyakurkan bakat dan minatnya secara positif terhadap setiap

kegiatan yang diadakan di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay. Sehingga dapat

mengantisipasi dan mengurangi tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan

perilaku siswa yang menyimpang di masyakarat. Solusi ini digunakan untuk

mencegah perilaku siswa diantaranya kebut-kebutan di jalan, bermain game

online secara berlebihan,berkelahi, perbuatan asusila lain-lain.

b. Memberikan pemahaman penyuluhan dengan memberikan mata pelajaran

bimbingan konseling

Pemberian penyuluhan yang berupa layanan informasi ini diberikan untuk

siswa kelas, dari kelas VII sampai IX dalam waktu yang berbeda-beda, materinya
8

diantaranya bahaya narkoba, bahaya miras, pergaulan yang sehat, cara belajar

yang baik dan sebagainya. Dan pelaksanaan penyuluhan ini diberikan seminggu

seklai dengan durasi 2 jam.

c. Mengadakan penyuluhan dari dinas terkait( misalnya dari kepolisian,

koramil, kesehatan).

d. Kegiatan penyuluhan ini diadakan dengan tujuan untuk memberikan

informasi, arahan dan akibat supaya siswa dapat mengetahui, memahami

dan mengerti jika melakukan perilaku yang menyimpang. Solusi ini

digunakan untuk mencegah siswa yang menyimpang. Solusi ini digunakan

unutuk mencegah siswa yang mengendari motor tanpa surat-surat yang

lengkap, kebut-kebutan dijalan, melakukan pencurian, terlambat kesekolah,

suka menghindari pelajaran, membolos, merokok di lingkungan sekolah.

2. Tindakan Represif

Adapun kasus-kasus yang ditemui peneliti data yang ditangani dengan

tindakan represif adalah sebagai berikut:

a. Berbicara atau menggangu temannya ketika pelajaran berlangsung.

Tindakan yang dilakukan adalah dengan menegur dan menasehati agar

siswa tidak mengganggu dan membuat kegaduhan di dalam kelas dan jika

masih melanggarnya maka siswa dipersilahkan keluar untuk tidak mengikuti

pelajaran.

b. Berkelahi. Tindakan yang dilakukan yakni dengan mendamaikan dan

memberi peringatan arahan kepada siswa supaya tidak berkelanjutan diluar

sekolah dan membuat surat pernyataan. Jika pelanggaran asih tetap


8

dilakukan maka tindakan yang dilakukan adalah dengan memberikan poin

pelanggaran, memanggil orang tua murid atau wali murid untuk diamati

kerja sama dan kesepakatan dalam rangka mengatasi masalah anaknya

tersebut serta agar diketahui juga perbuatan murid tersebut agar oleh orang

tuanya.

c. Membolos. Tindakan represif bagi siswa yang membolos tiga hari berturut-

turut tanpa keterangan adalah dengan melakukan home visit kerumah siswa

yang melakukan pelanggaran tersebut, kemudian membuat surat pernyataan

dan memberikan poin pelanggaran terhadap siswa tersebut.

3. Tindakan Kuratif

a. Indentifikasi masalah (mencari latar belakang masalah penanganan setelah

terjadi pelanggaran.

b. Menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi dengan mengambil

keputisan yang bijaksana dan adi.

c. Menasehati dengan hati yang ramah tanpa emosi

d. Pembinaan personal bagi siswa dengan yang sering melanggar peraturan

sekolah.

e. Menjaga agar hubungan anatar siswa dengan siswa dan siswa dengan

pendidik tetap terjalin dengan baik.

f. Semua pihak memberikan keteladanan dalam setiap aktivitas sehari-hari.


8

2. Proses Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan

Adapun dalam tahapan-tahapan pelaksanaan bimbingan keagamaan dengan

menggunakan pendekatan klinikal menurut S. Miharja (2010: 16-22) dalam buku

“Teknik Konseling”, diantaranya sebagai berikut:

a. Indentifikasi masalah (mencari latar belakang masalah penanganan setelah

terjadi pelanggaran

b. Menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi dengan mengambil

keputusan yang bijaksana dan adil

c. Menasehati dengan hati yang ramah tanpa emosi

d. Pembinaan personal bagi siswa dengan yang sering melanggar peraturan

sekolah

e. Menjaga agar hubungan antara siswa dengan siswa, dan siswa dengan

pendidik tetap terjalin dengan baik

f. Semua pihak memberikan keteladanan dalam setiap aktivitas sehari-hari

Dapat disimpulkan bahwa proses pelaksaan bimbingan keagamaan ini

sangat baik dan sangat terinci bahwa yang sudah tertera di dalam teori proses

pelaksanaan Ibu Yasmin dapat menyelesaikan pelaksanaannya dengan baik dan

mengacu kepada teori-teori yang ada. Dan masalah-masalah dalam melaksanakan

bimbingan keagamaan ini Ibu Yasmin menggunakan metode-metode sesuai

dengan masalah yang terjadi pada siswanya, karena tidak akan mungkin

menangani masalah yang berbeda dengan metode yang sama.


9

3. Hasil yang Dicapai dari Bimbingan Keagamaan untuk Mencegah

Kenakalan Pada Siswa

Hasil keseluruhan dari bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan

siswa itu dengan adanya beberapa teori-teori, diantaranya:

Menurut Aunur Rahim Faqih (2012: 36-37) tujuan bimbingan keagamaan

secara umum yaitu untuk membantu individu dapat meningkatkan Iman, Islam,

dan Ikhsan serta mewujudkan ketaatan dalam beribah dengan mematuhi segala

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sehingga dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kemudian

tujuan bimbingan keagamaan secara khususadalah membantu individu mengatasi

masalah yang dihadapinya, memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi

yang baik, atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga

tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.

Dan dapat disimpulkan bahwa dari hasil program pelaksanaan bimbingan

keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa ini sudah cukup bagus dan sesuai

dengan teori-teori diatas mempunyai masalah kenakalan siswa ini sudah berubah

ke arah yang lebih baik dan banyak perubahan yang meningkat dalam dirinya.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai bimbingan keagamaan

untuk mencegah kenakalan pada siswa, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Bimbingan keagamaan di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay bila dilihat dari

mutu dan program bimbingannya dapat dikategorikan cukup baik. Ini

ditunjukan dengan adanya upaya yang digunakan dalam kegiatan bimbingan

keagamaan. Adapun upaya bimbingan keagamaan yang digunakan meliputi

upaya preventif, kuratif dan bahkan pembinaan atau khusus. Dalam upaya

preventif yaitu upaya pencegahan agar siswa tidak melakukan kenakalan

secara berkelanjutan, upaya preventif ini berupa bimbingan membaca surat-

surat pendek dalam Al-Qur’an sebelum pembelajaran dimulai, dan shalat

duha. Upaya kuratif yaitu upaya yang dilakukan untuk mencegah kenakalan

siswa yang terjadi, upaya kuratif ini berupa bimbingan keagamaan yang

diberikan, baik itu bersifat individual maupun kelompok. Upaya kuratif

khusus atau pembinaan merupakan alternatif lain dalam mencegah tidak

terjadi kenakalan siswa, diantaranya pembinaan tersebut yaitu mengarahkan

siswa untuk ikut Jum’at Religi, Pesantren Kilat, shalat Dzuhur berjamaah,

atau ikut kegiatan-kegiatan lain yang lebih berguna dan bermanfaat bagi

siswa.

91
9

2. Proses pelaksanaan program bimbingan keagamaan memiliki 7 tahapan,

diantaranya: Proses usaha atau tindakan yang dilakukan guru bimbingan

konseling dalam mencegah kenakalan pada siswa di SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay. Upaya yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam

mencegah kenakalan pada siswa yaitu melalui: (a) kegiatan layanan yang

meliputi: (1) layanan konseling kelompok; (2) layanan konseling individual;

(3) layanan bimbingan kelompok; (4) layanan penguasaan konten; dan (5)

layanan informasi. Dan melalui teknik penanganan perilaku agresif siswa

yaitu: (1) memberikan kepercayaan berupa tanggung jawab; (2) membuat

surat pernyataan, dan (3) panggilan orang tua siswa/wali murid.

3. Hasil dari bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa di SMA

Plus Tebar Ilmu Ciparay ini dapat terbukti yaitu bahwa di dalam bimbingan

keagamaan akan terlihat bagaimana siswa dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan siswa akan mendapatkan informasi, pengalaman baru dari

materi yang diberikan. Bimbingan keagamaan dapat membuat siswa berubah

menjadi ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian tentang

bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa yang terjadi pada

siswa di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay setelah diberikannya bimbingan

keagamaan ini membuktikan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa SMA Plus Tebar

Ilmu Ciparay.
9

B. Saran

Setelah menjelaskan dan mendeskripsikan dalam Bab II dari analisis data

mengenai bimbingan keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa, maka peneliti

dapat memberi saran kepada pihak SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay 98agar lebih

baik lagi untuk kedepannya. Saran yang diberikan, yaitu:

1. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama kali yang ditiru oleh anak

dan dapat mempelajari hal-hal tertentu. Oleh sebab itu, sebaiknya lingkungan

keluarga (orangtua) memberikan teladan yang baik kepada anggota

keluarganya dan lebih tegas kepada anak agar tidak melanggar tata tertib

(pulang sebelum KBM selesai, kesiangan, merokok dan pacaran). Jangan

sampai rasa sayang orangtua mengakibatkan anak mengalami hambatan

dalam perkembangan masa depannya.

2. Bagi guru BK diharapkan dapat lebih meningkatkan tata tertib yang lebih

ketat dan tegas kepada siswa, agar menambah kesadaran siswa pentingnya

mencegah kenakalan siswa jangan sampai terpengaruh teman yang mengajak

kearah yang salah. Dan kerjasama antara para staff guru harus lebih

ditingkatkan, sehingga tidak hanya satu atau dua guru saja yang dapat

mengontrol siswa saat KBM berlangsung.

3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti faktor-faktor lain yang

merupakan terjadinya siswa bolos, pacaran, merokok dan pulang saat KBM

masih berlangsung. Sehingga dapat digunakan sebagai data dan

pengembangan untuk upaya mengurangi jumlah siswa yang bolos, pacaran,


9

merokok dan pulang saat KBM masih berlangsung di SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay.
DAFTAR PUSTAKA

Aep, K. (2011). Panduan Baca, Tulis dan Hafal Al-Qur'an dan Hadits Ke-BPI-an.

Bandung: Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.

Amin. (2015). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: AMZAH.

Chodijah, S. (2016). Pengantar Bimbingan Konseling Pendidikan. Bandung: CV.

Mimbar Pustaka.

Fadhilah, I. (2018). Bimbingan Keagamaan untuk Meningkatkan Emotional

intelligence. Volume 6, No 2, hal 223-242.

Faqih, A. R. (2012). Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.

Gufron, M. N. (2012). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamdani. (2012). Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung: Pustaka Setia.

Hikmawati, F. (2015). Bimbingan Konseling Perspektif Islam. Jakarta: Rajawali

Press.

Jalaludin, H. (2012). Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kementerian, A. (2021). Al-Qur'an dan Terjemahan. Surabaya: Surya Cipta

Aksara.

Mangun, B. (2013). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ombak.

Miharja, S. (2010). Teknik Konseling. Aleogama Porto Guidance-Counseling.

Miharja, S. (2020). Menegaskan Definisi Bimbingan Konseling Islam, Suatu

Pandangan Ontologis. Jurnal At-Taujih, Vol, 3 No. 1.

95
96

Mlaik, L. R. (2018). Strategi Sekolah Dalam Mencegah Pergaulan Bebas Pada

Remaja di MAN 1 Samarinda. e-Buhuth, Vol 1, no 1.

Munir, A. S. (2013). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: AMZAH.

Musbikin, I. (2020). Mengatasi Kenakalan Siswa Remaja. Paman Tampan

Pekanbaru Riau: Zanapa Publishing.

Samsul, M. (2013). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: IKAPI.

Supadie, D. A. (2011). Pengantar Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sutirna. (2013). Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal, dan

Informal. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sutoyo, A. (2013). Bimbingan dan Konseling Islam (Teori dan Praktek).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Syamhudin, M. H. (2015). Akhlak Tasawuf. Malang: Madani Media.

Tohirin. (2011). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta: PT Grafindo Persada.

Tohirin. (2014). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Willis, S. S. (2012). Remaja dan Masalahnya. Bandung: ALFABETA.

Willis, S. S. (2017). Remaja dan Masalahnya. Bandung: ALFABETA.


9

LAMPIRAN-LAMPIRAN
9

1. Dokumentasi Kegiatan

(SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay, Lapangan Upacara, Ruang Kelas)

(Halaman Sekolah dan Proses Bimbingan Keagamaan)

(Photo Bersama Guru BK SMA Plus Tebar ilmu Ciparay)


9

2. SK Skripsi
10

3. Surat Izin Penelitian Dari Kampus


10

4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


10

5. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

A. Pertanyaan tentang gambaran umum SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay

1. Bagaimana sejarah berdirinya SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

2. Apa visi dan misi SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

3. Apa tujuan didirikannya SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

4. Bagaimana kondisi nyata, kondisi ideal serta potensi dan karakteristik

yang ada di SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

5. Dimana lokasi dan infrastruktur SMA Plus Tebar Ilmu Ciparay?

6. Ada berapa jumlah siswa dan kelas yang ada di SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay?

7. Apa saja kegiatan-kegiatan yang sering dilaksanakan di SMA Plus

Tebar Ilmu Ciparay?

B. Wawancara dengan Guru BK

1. Layanan Bimbingan Keagamaan apa saja yang Ibu berikan kepada siswa?

2. Apakah ada tujuan bimbingan keagamaan dapat memecahkan masalah

uang berkaitan dengan kehidupan keagamaan siswa, jika ada seperti apa?

3. Apa yang ibu lakukan ketika ada siswa yang melakukan tindakan

kenakalan siswa?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan dilakukan oleh Ibu atau Pihak sekolah

melalui Bimbingan Keagamaan dalam mengantisipasi gejala-gejala

kenakalan siswa?
10

5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Ibu atau Pihak Sekolah melalui

bimbingan keagamaan dalam menangani siswa yang mengalami masalah

kenakalan siswa tersebut?

6. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Ibu atau Pihak sekolah melalui

bimbingan keagamaan dalam menjaga agar kenakalan siswa tersebut tidak

terulang kembali?

7. Apa saja bentuk kenakalan siswa yang terjadi di SMA Plus Tebar Ilmu

Ciparay?

8. Faktor apa saja yang menjadi penyebab kenakalan pada siswa tersebut?

9. Sanksi atau hukuman apa yang dilakukan dalam menghadapi siswa yang

dikategorikan nakal tersebut?

10. Metode apa yang dilakukan oleh Ibu saat pelaksanaannya bimbingan

keagamaan untuk mencegah kenakalan tersebut?

11. Media apa yang dilakukan oleh Ibu saat pelaksanaannya bimbingan

keagamaan untuk mencegah kenakalan tersebut?

12. Materi apa yang diberikan oleh Ibu saat pelaksanaannya bimbingan

keagamaan untuk mencegah kenakalan siswa atersebut?

C. Wawancara dengan Siswa

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Kelas :

Media :
10

1. Apakah kamu pernah dipanggil guru BK karena melakukan kenakalan?

2. Kenakalan apa yang kamu atau temanmu lakukan sehingga dipanggil guru

BK?

3. Layanan Bimbingan Keagamaan seperti apa yang diberikan oleh guru BK

ketika anda mendapatkan masalah?

4. Bagaimana guru BK memberikan solusi untuk menyelesaikan masalah

yang anda hadapi?

5. Jika anda melakukan tindakan kenakalan siswa, tindakan apa yang

diberikan guru BK atau pihak sekolah?

6. Siapa saja yang menangani anda ketika anda menghadapi masalah?

7. Hukuman apa yang biasa diberikan guru ketika melakukan kenakalan?

8. Apakah guru BK atau pihak sekolah selalu memberikan nasehat atau

bimbingan untuk tidak mengulangi kenakalan yang dilakukan?

9. Menurutmu apakah guru BK di sekolah sudah menjalankan layanan

bimbingan keagamaan dengan baik? Apa alasannya?

Anda mungkin juga menyukai