Daftar :
SKRIPSI
oleh
Najiyah Uthpah
NIM 170013
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS TASIKMALAYA
2021
STUDI KASUS KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI
DARI ORANG TUA TUNANETRA
oleh
Najiyah Uthpah
© Najiyah Uthpah
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2021
i
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SIDANG
NAJIYAH UTHPAH
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Dr.Elan, M.Pd
NIP. 197703072008011017
ii
PERNYATAAN
Najiyah Uthpah
NIM 1700131
iii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur panjatkan pada Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat
dan karunianya kepada penulis, skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak. Oleh Karena Itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar – besarnya kepada:
1. Yth. Bapak Dr. Nandang Rusmana, M.Pd., selaku Direktur Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya;
2. Yth. Bapak Dr. Heri Yusuf Muslihin, M.Pd., selaku Wakil Direktur
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.
3. Yth. Bapak Dr. Elan, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Indonesia
Kampus Tasikmalaya;
4. Yth. Bapak Drs. Edi Hendri Mulyadi, M.Pd., selaku pembimbing I yang
telah dengan sabar dan telaten, serta bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan serta bimbingan yang sangat membantu penulisan dari
awal hingga akhir penulisan skripsi ini selain itu juga sebagai dosen
pembimbing akademik yang memberikan arahan serta motivasi selama
menjalani perkuliahan s1 penulis;
5. Yth. Bapak Drs. H. Sumardi,M.Pd., selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan yang
sangat membantu penulisan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini;
6. Yth. seluruh Dosen dan Staff Universitas Pendidikan Indonesia Kampus
Tasikmalaya;
7. Kedua orang tua tercinta Ibu Yayah Dan Bapak Yoyo Suryana yang telah
mendukung baik dalam do’a, perhatian dan kasih sayang agar selalu
berusaha dengan maksimal serta senantiasa untuk bersyukur;
8. Untuk rekan Seperjuang, Nafisah Islamiati, Gina Nurul Iman, dan Dinaldha
Ananda, yang senantiasa menemani penulis selama proses perkuliahan,
serta selalu memberikan dukungan dan motivasi hingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini;
9. Desi Arianti Santika, S.Pd., dan Teh Resti Widayanti, S.Pd., yang selalu
iv
membimbing, memberi saran serta motivasi hingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
10. Terimakasih kepada rekan–rekan Akselerasi PGPAUD’17, Himpunan
Mahasiswa PGPAUD, dan rekan Satu Angkatan 2017/2018 Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.
11. Terakhir tak lupa terimakasih untuk diri sendiri yang tidak menyerah, yang
tetap kuat, dan mampu berdiri lagi setelah melewati banyak ujian dan
cobaan yang tiada henti, salah satunya tetap mengerjakan skripsi meski
sedang terkena Covid-19.
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
This research departs from the views of the surrounding community regarding
children who are cared for and raised by both blind parents. This study aims to describe
the social skills of early childhood from blind parents.
This study uses a qualitative case study design approach with the subject of
Rabbani Kindergarten students living with both parents who have visual impairments. Data
collection techniques in this study used observation, interviews, and documentation
techniques. The data obtained were analyzed by analytical techniques using data reduction
steps, data display, and drawing conclusions. Testing the validity of the data using a
credibility test by doing triangulation, reference materials, and member checks.
The results showed that judging from peer relations, the subject was just starting
to develop, it was based on the fact that the subject preferred friends of the same gender.
In the play group, the subject tends to have less interest in making new friends. The subject
is a quiet child. The subject spend more time alone and subjects also prefer to play with the
things. From the aspect of empathy, the subject develops according to expectations, this is
because the subject always offers help to his friend who is having trouble. Subjects can
adjust to the situation and conditions that are being experienced. The subject also often
accompanies his parents walking, as his guidance. In terms of independence, the subject is
very well developed. This is based on the subject who dares to decide on his own choice,
the subject always wants to go home alone after school, the subject can also do simple
things by himself, and the subject has a willingness to do better.
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
viii
1.6.6 Daftar Pustaka ................................................................................ 8
ix
3.5.1 Jenis data ...................................................................................... 25
4.1 Temuan................................................................................................ 66
5.2. Implikasi.............................................................................................. 74
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Keterampilan Sosial Anak Usia 5-6 Tahun...17
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4.1 Matrik Hubungan Rumusan Masalah Dengan Sumber Data .... 115
xiii
Lampiran 8.6 Wawancara ............................................................................. 134
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bekerja sama satu sama lain terutama ketika memainkan permainan yang
akan menjadi lawan dikalahkan. bahasa juga berkembang. anak-anak dari
berbagai latar belakang etnis berkumpul untuk bermain dan di proses,
mereka memilih satu atau dua ekspresi dari diri mereka sendiri. Pada saat
anak berusia 3 tahun, anak mulai menjalin hubungan dengan keluarganya
dan terlebih lagi dengan orang lain yang bukan individu dari keluarganya.
Mereka juga mencoba memikirkan sistem untuk menempatkan diri mereka
di luar sana dan beberapa pemikiran tentang menyelidiki seks.
Kemampuan sosial sebagai kapasitas untuk mengevaluasi apa
yang terjadi dalam situasi sosial; keahlian untuk melihat dan secara efektif
menguraikan kegiatan dan kebutuhan anak-anak dalam kelompok bermain:
kemampuan untuk membayangkan berbagai kegiatan potensial dan memilih
salah satu yang paling cocok. Menurut Sumardi, dkk. (2020) kemampuan
sosial adalah kemampuan berbicara, bekerja sama, berbagi, menaruh minat,
dan menyesuaikan diri (kasih sayang, simpati dan memiliki pilihan untuk
mengurus masalah dan disiplin sesuai prinsip dan standar yang relevan).
Anak-anak yang efektif dan arus utama secara sosial secara teratur
menunjukkan kapasitas ini, sementara anak-anak yang memiliki
kemampuan ramah rendah membutuhkan bimbingan langsung dengan
memperagakan, berpura-pura, atau menggunakan boneka untuk membantu
mereka mengembangkan kapasitas ini. Keluarga dan sekolah memiliki
tugas vital dalam peningkatan kemampuan sosial. Jika keluarga
mengabaikan kemampuan sosial anak, atau sering kurang memikirkan
kemampuan sosial anak, itu akan sangat mempengaruhi anak itu sendiri. on
the off chance that this issue is minimized and the preschool youngsters
don't get the assistance that they need to alter their social conduct issues in
preschool (e.g., families joke that this is exactly how he is a lot not he
adorable when he carries on, he is simply bossy and likes to be a pioneer,
she is simply excessively brilliant. (Tonya. H, 2020) Diartikan bahwa Jika
masalah ini diremehkan dan anak-anak prasekolah tidak menerima bantuan
yang mereka butuhkan untuk mengubah masalah perilaku sosial mereka di
prasekolah (misalnya, keluarga bercanda bahwa ini adalah bagaimana dia
3
dan tidak lucu ketika dia bertindak, dia hanya suka memerintah dan suka
menjadi pemimpin, dia terlalu pintar) hal tersebut akan membuat
keterampilan sosial anak menjadi renah. Efek yang terjadi anak akan sulit
berteman dan menjadi anak yang pendiam.
Definisi dari tujuan pembelajaran, kondisi dengan perkembangan
karakter titik, namun sayangnya baru-baru ini drama TV tanpa naskah hal-
hal yang sangat jauh berdasarkan apa yang umumnya diharapkan.
Menyikapi keadaan negara Indonesia dengan bahaya usia lanjut di
kemudian hari, maka sekolah kemampuan ramah tamah dipandang sangat
perlu ditanamkan pada anak-anak, khususnya remaja karena usia tersebut
merupakan usia yang cemerlang bagi anak-anak. Masa-masa ini merupakan
masa-masa yang sensitif dalam perkembangan bagian-bagian penalaran
yang sah yang mulai peka untuk mengakui berbagai upaya untuk
mengembangkan semua kapasitas terpendamnya. Sebenarnya kemampuan
sosial yang diterapkan di sekolah kurang memadai dan dapat dikonsumsi
oleh anak-anak, khususnya anak usia prasekolah. Dominquez Escalón and
Greenfield, 2009; Eccles, Wigfield, and Schiefele, 1998; mcwayne and
Cheung, 2009 (dalam A.H.David et al, 2012) Youngsters' sentiments about
school directed a few of the connections between friendly working and
scholastic advancement as anticipated, to such an extent that social and
scholarly improvement were less unequivocally related in kids with more
good sentiments about school. It is normal that good sentiments about
school assist with keeping up with commitment notwithstanding
dissatisfactions, steady with research on the significance of scholarly
interest, inspiration, and commitment overall. Diartikan bahwa Perasaan
anak-anak tentang sekolah memoderasi beberapa hubungan antara fungsi
sosial dan perkembangan akademik seperti yang diperkirakan, seperti
perkembangan sosial dan akademik kurang kuat terkait pada anak-anak
dengan perasaan yang lebih positif tentang sekolah. Diharapkan perasaan
positif tentang sekolah membantu mempertahankan keterlibatan dalam
menghadapi frustrasi, konsisten dengan penelitian tentang pentingnya minat
akademik, motivasi, dan keterlibatan secara umum. Oleh sebab itu keluarga
4
terjadi pada usia 8 tahun. tahun dan sisa 20% terjadi di tengah atau akhir
dekade berikutnya." Oleh karena itu, orang dewasa harus memberikan
dorongan kepada anak-anak setiap kali mereka akan berlalu. (Mutiah, 2010,
hal.7).
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat kasus
tersebut sebagai penelitian dengan judul “ Studi kasus keterampilan sosial
anak usia dini dari orang tua tunanetra”
1.2 Fokus Masalah
9
10
teman/oranglain
e. Berkomunikasi dengan
orang dewasa ketika melakukan sesuatu
f. Berkomunikasi dengan
teman ketika mengalami
Musibah
pembicaraan
c. Memberi respon terhadap karya orang
lain
Menggunakan cara yang a. Mampu menyelesaikan masalah
diterima secara sosial dalam secara logika
menyelesaikan masalah ( b. Dapat mendengarkan masukan teman
mengunakan fikiran untuk atau orang dewasa
menyelesaikan masalah)
Bersikap kooperatif dengan a. Dapat melaksanakan tugas kelompok
teman
b. Dapat bekerjasama dengan teman
2.4.1. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Avianingsih pada Tahun 2015
yang berjudul “Studi Kasus Perkembangan Sosial Anak Yang Tinggal
Dengan Orang Tua Yang Mengalami Hambatan Kejiwaan.”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan sosial
pada anak yang tinggal dengan orang tua yang mengalami hambatan
kejiwaan.
2.4.2. Penelitian yang dilakukan Rani Kartika pada Tahun 2018 dengan
judul “Pola Pengasuhan Anak Pada Orang Tua Tuna Netra (Studi
Kasus Klinik Pijat Tuna Netra Barokah)”. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan upaya yang dilakukan orang tua tunanetra dalam
mengatasi kendala dan keterbatasannya mengasuh anak yang normal.
2.7 Kerangka Berpikir
Penelitian ini mengacu pada permasalahan yang terjadi dilapangan.
Penelitian ini difokuskan pada keterampilan sosial anak usia dini dari orang
tua tunanetra. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di TK
Rabbani Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis yang telah dilakukan
peneliti, diperoleh bahwa ada anak yang tinggal dan dibesarkan oleh kedua
orang tua yang memiliki keterbatasan tunanetra. Hal tersebut membuat
peneliti tertarik untuk melangsungkan penelitian pada anak tersebut.
Kerangka berfikir ini beranjak dari pandangan-pandangan masyarakat
sekitar mengenai anak yang diurus dan dibesarkan oleh orang tua tunanetra.
22
Anak Usia Dini Yang Tinggal Bersama Kedua Orang Tua Tunanetra
Studi Pendahuluan
Triangulasi data
Kesimpulan
23
24
2) Mengetahui perasaan
temannya dan
merespon secara wajar
2) Menggunakan cara
yang diterima secara
sosial dalam
menyelesaikan
masalah(menggunakan
fikiran untuk
menyelesaikan
masalah)
2) Menyesuaikan
presentasi untuk
4) Memberi pengaruh
tidak langsung
untuk membangun
consensus dan
dukungan
5) Memadukan dan
menyelaraskan
peristiwa-peristiwa
dramatis agar
menghasilkan
sesuatu secara
efektif.
2) Menghadapi
masalah-masalah
sulit tanpa ditunda
3) Mendengarkan
dengan baik,
berusaha saling
memahami, dan
bersedia berbagi
informasi secara
utuh.
4) Menggalakkan
komunikasi terbuka
dan tetap bersedia
menerima kabar
buruk sebagai mana
kabar baik.
Kepemimpinan 1) Mengartikulasikan
dan
mengembangkan
semangat untuk
meraih visi serta
misi bersama.
29
2) Melangkah di
depan untuk
memimpin bila
diperlukan tidak
peduli sedang
dimana
3) Memandu kinerja
orang lain namun
tetap memberikan
tanggung jawab
kepada mereka.
4) Memimpin lewat
teladan
Katalisasor 1) menyadari
Perubahan perubahan dan
dihilangkannya
hambatan.
2) ) menantang status
untuk menyatakan
perlunya perubahan
3) menjadi pelopor
perubahan dan
mengajak orang
lain ke dalam
perjuangan itu
4) membuat model
perubahan seperti
yang diharapkan
oleh orang lain.
30
Mandiri 1) Kemampuan
menentukan pilihan
2) Berani memutuskan
atas pilihannya sendiri
3) Bertanggung jawab
atas pilihanya
4) Percaya diri
5) Mengarahkan diri
6) Mengembangkan diri
7) Menyesuaikan diri
dengan lingkungan
sosial anak usia dini yang tinggal bersama kedua orang tua tunanetra..
Persiapan dilakukan dengan berdiskusi dengan sahabat sejawat serta
mahasiswa S1 Program riset PGPAUD dan kedua orang tua peneliti,
mengumpulkan data, mencari literatur yang relevan serta membaca
studi- studi yang terdahulu yang berkaitan dengan riset ini. pada sesi
ini pula, periset menghasilkan ikatan yang harmonis dengan responden
penelitian. Berikutnya, penulis menetapkan subjek penelitian, mencari
serta membuat instrument penelitian, dan tata cara analisis
informasi.Untuk mewujudkan rasa ingin tahu yang mendalam tentang
isu- isu serta masalah- masalah riset yang diformulasikan sebagimana
ada bab I, hingga persiapan berikutnya merupakan menyusun proposal
penelitian yang diajukan untuk diseminarkan.
3.9.2. Tahap Eksplorasi, khususnya tahap pengumpulan informasi.
Kegiatan-kegiatan yang telah dicoba telah mendorong hal-hal yang
diyakini dapat diidentifikasi dengan titik fokus kasus. Data yang
dikumpulkan tidak bersifat umum, namun lebih terkoordinasi dan
terorganisir yang masih terbuka. Penekanannya adalah pada klarifikasi
yang muncul dari pemahaman tentang kolaborasi, praktik, dan
kesempatan. Dalam rangkaian ini, wawancara dengan responden dan
persepsi dilakukan secara teratur/terlibat, luar biasa, dan eskalasi.
Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan kepada responden
ditampilkan untuk membidik pada penyelidikan, yang diandalkan
untuk memberikan jawaban dengan cara yang unik, luas dan
menyeluruh (kedalaman). Selain memperhatikan perilaku zona
responden, pencipta membuat catatan lapangan tentang konsekuensi
pertemuan dan persepsi yang diusahakan secara hati-hati, mendalam,
spesifik, dan metodis. Kegiatan investigasi diusahakan untuk
menggambarkan dan menunjukkan data-data yang didapat dalam
pertemuan arah sehingga pada pertemuan berikutnya lebih banyak
poin demi poin dan isu-isu yang diantisipasi diperlukan untuk
memecah isu-isu penelitian.
3.9.3. Member check, pada tahap ini peneliti berusaha untuk mengecek
34
Data Condesation
Conclusion Drawing /
Verifying
Tabel 3.2
Hasil Triangulasi
Aspek Wawancara
Keterampilan Observasi Dokumentasi Kesimpulan
No Sosial Wali Kepala Ibu Ayah
Ibu Y Bapak YS
Kelas TK Subjek Subjek
“Dia tidak Apakah “Seperti “Apakah Saat itu
keadaan
bergaul pernah kelakuan subjek
jalan
dengan subjek subjek beda bisa didepan
rumah
temanya, menghadapi dengan yang berteman
subjek
terus diam. konflik lain. Karena dengan sanagat Gambar 5, & 6
Subjek Subjek
sepi, tidak
Saya kasih dengan berbeda dari teman bermain lebih
ada
Hubungan sendiri banyak
mainanpun teman- teman-teman sebayanya kendaraan
1 teman dengan menyendi
berlalu
sebaya dia hanya temanya ? - yang sebaya. “ ?” lalang sebuah ri, dan
bermain
main Belum, “ Bisa disekitaran ranting
pohon sendiri.
rumah.
sendiri. karena kita sekarang .
Peneliti
Nah terus tatap sudah melakukan
observasi
pas mulaimukanya lumayan
pada subjek
belajar hanya dua aktif. Gak yang
sedang
dirumah bulan hampir tau dengan
bermain
39
“Bu
apakah
subjek
pernah
dijaili
temanya ?”
“Selama
satu
semester
ini ya
41
sepertinya
tidak”
Apakah
subjek
suka
menjaili
temanya ?”
“Tid
ak
pern
ah “
“Subjek
berarti
tidak suka
berkelomp
ok bu ?”
“Iya sering
sendiri,
tapi kalau
misal sama
42
saya suka
diomongin
gini “ nih
ya ilham
ajak main
teman –
temannya.
”saya suka
gabungkan
dengan
teman-
temanya”.
43
Apakah Bagaiman
subjek a
memiliki lingkunga
teman n
dekat ?” pertemana
“Tidak nya ?”
ada, paling “Karena
dia kalau kakanya Subjek
ada yang perempua bermain
dengan
lari-lari, n, jadi teman
ikut lari- seringnya yang jenis
kelaminya
larian “ sama sama.
“Dia juga perempua
lebih dekat n, tapi
dengan katanya
anak laki- kalo
laki dari disekolah
pada sama laki-
perempuan laki.”
44
. Jadi
subjek mah
perlu
mendapatk
an ekstra
perhatian
lebih.
Cuma
memang
gitu tidak
pernah
bertanya,
dan
kebanyaka
n
bengong.”
45
“Berarti
dalam
pertemana
npun tidak
bisa
langsung
berteman
ya pak ?”
“Engga, Subjek
tidak bisa. memilih
teman
Diliat dulu bermainya
anak itu
keras atau
engga.
Kalau
keras dia
gak akan
mau. Gitu
jadi harus
46
sama-
sama baik.
Pengenny
a sama-
sama
baik.”
Diketahui
Apakah subjek dan
ayahnya
subjek
sering
memiliki melakukan
jalan pada
rasa Subjek
pagi hari,
Gambar 3, memiliki
2 Empati empati ? “ perjalanan
&4 rasa
itu dimulali
Iya, tinggi Empati
dari rumah
empatinya subjek, rute
yang
.
dilakukanp
un selalu
sama yaitu
47
pergi
kearah
timur dari
rumahnya.
jarak
tempuh
diperkiraka
n sekitar
300 meter
dengan satu
tanjakan
dan satu
turunan.
Aya
h subjek
tidak
mengunaka
n alas kaki
saat
berjalan,
sedangkan
subjek
mengunaka
n alas kaki.
Tampak
subjek
memegang
tangan
48
ayahnya
dengan
erat, subjek
menuntuny
a saat
berjalan.
Sambil
sesekali
meliahat
kearah
kanan dan
kiri
memperhat
ikan rumah
yang
berjejeran.
Keti
ka sedang
berjalan,
subjek
berjalan
mendekati
sebuah
selokan.
Dan
memperhat
ikan
mahluk
49
hidup yang
ada
diselokan
itu. Namun
tidak ada
obrolan
yang terjadi
dengan
keduanya.
Subjekpun
jongkok,
dan
memperhat
ikan sekitar
satu menit
lalu dia
kembali
berdiri dan
melajutkan
perjalanany
a. Selama
melakukan
jalan pagi
itu tangan
subjek
selalu
berpegang
erat pada
50
tangan
ayahnya.
pada
akhirnya
subjek
berhasil
menuntun
ayahnya
yang
seorang
tunanetra
sampai
rumahnya
kembali
dengan
selamat.
51
“Menurut ibu
dilingkungan
sekolahnya
apakah
subjek
memiliki
rasa empati
Subjek
pada suka
temanya ?” menawark
an bantuan
“Ada ada” pada
“Seperti teman
yang
bagaimana sedang
bu ?” kesulitan
“Misalkan
kalau
temanya
tidak bawa
pensil atau
patah. “
52
pakai aja
yang aku “.
Terus siapa
tu temenya,
dia suka lupa
engga
bawa,aduhhh
saya lupa lagi
namanya
siapa. Nah
dia itu gak
bawa pensil.
“ bunda
akumah lupa
gak dibawa
gitu. Nah
terus subjek
menawarkan.
“ pakai aja
53
yang aku.”
“Subjek, Apakah
subjek subjek
mandiri, menurut
maksudnya anda
begini sudah
3 Mandiri
sayakan tatap mandiri ?
muka hanya Alhamduli
beberapa lah, sejak
bulan, biasa dari TK
bergaul, Rabbani
54
cuman justru
mungkinkare perkemba
na belum nganya
pada kenal bagus
jadi kurang, pesat gitu,
kurang contonya
beradaptasi, gini,
terus sebelum
kemandirian TK kan
nya bagus, dia PAUD
percaya diri, dulu
gak mau disana ya
dibantu.terus di
gini ya, Cijengjing
misalkan . Kan kalo
kalo misalnya
menyelesaik bimbingan
an tugas, ibu iqra gitu,
akumah udah dia gak
55
emang
situasi
baru, atau
sentuhan
khusus
dari bunda
Epon gitu.
Memang
saya
curhat
sama
kepala
sekolahny
a. Saya
bilang
gini. “ bu,
saya nitip
anak saya,
soalnya
58
anak saya
beda dari
anak-anak
lain.
Diamah
kalo
belum
akrab
susah
komunika
sinya. “
jadi ibu
harus
sabar saat
menhadap
i dia,
karena
kalau
ditanya
59
susah
membuka
mulut,
kadang
hanya
membuka
satu kali.
Waktu di
TPA dia
tidak
merespon
60
“Ada
alhamdulilah
, terus
mandirinya
itu pas
pulang
dianterin,
terkadang
Ingin
suka pengen pulang
sendiri. Tapi sendiri
jika
“ jangan – pulang
jangan sekolah
sendiri.
Kasian ayah
“ dianterin,
padahal
dianyamah
pengen
sendiri.
61
Cuma kan
takut
ayahnya
nunggu
dimana. “
“Apakah
subjek
termasuk
anak yang
Bisa
mandiri ?” melakuka
n hal
“Mandiri
sederhana
itukan sendiri
kalau
untuk usia
seperti ini
62
belum
sepenuhny
a mandiri,
tapi kalau
anggapan
saya, hal-
hal
tertentu itu
dia
mandiri.
Misalnya
kaya
buang air
besar itu
mandiri,
ceboknya
udah bisa
sendiri,
Cuma
63
kadang
airnya
dibawain,
tapi
kadang
kadang
sendiri
juga. Kan
saya
krannya
aga jauh.
Dia mau
narik
sendiri
gak perlu
bantuan
orang tua.
Kecuali
hal-hal,
64
kadang –
kadang
bukan gak
ini, gak
mau
mungkin
ya,
sebenarny
a dia bisa
memakai
celana
,gak mau
dia, pingin
dipakekan
, padahal
itu hal
yang
sedikit
tapi dia
65
gak mau.
Kecuali
kalau dia
sibuk ,
pingin
buru-buru
nah baru
dia mau
pake
sendiri.
Tapi kalau
dia mau
santai, dia
engga
pinginya
sama kita.
“
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Temuan dan pembahasan merujuk pada rumusan penelitian, yang meliputi
hubungan subjek dengan teman sebaya, empati subjek terhadap orang lain, dan
kemandirian subjek. Hubungan subjek dengan teman sebaya berkaitan dengan
deskripsi subjek Penelitian dan Deskripsi hubungan teman subjek dengan teman
sebaya. Empati subjek berkaitan dengan deskripsi empati subjek terhadap orang
lain. Dan kemandirian subjek berkaitan dengan deskripsi kemandirian subjek.
Tentunya Peneliti juga memiliki keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga pada
bab ini peneliti memaparkan keterbatasan penelitian.
4.1 Temuan
4.1.1 Hubungan Subjek Dengan Teman Sebaya
66
67
pendiam atau lebih tertutup dari pada yang lain. Banyak Anak-anak
mungkin membutuhkan bantuan dengan perbedaan mereka dan dalam
:menemukan cara untuk belajar dari dan Menikmati kebersamaan satu
sama lain. Syamsu Yusuf (2007, hlm.125) menerangkan apabila zona
sosial, baik orang tua, sanak kerabat, ataupun orang berusia yang lain,
memfasilitasi serta membagikan kesempatan terhadap pertumbuhan
anak secara positif hingga anak hendak menggapai pekembangan sosial
yang matang. Tetapi apabila zona sosial itu kurang kondusif, (semacam
perlakuan orang tua yang agresif, kerap memarahi, acuh tidak acuh, tidak
membagikan bimbingan ataupun pembiasaan terhadap anak) dalam
mempraktikkan norma, baik agama, ataupun budi perkerti, anak
cenderung hendak menampakan sikap maladjustment. Sikap
maladjustment tersebut semacam (1) bersifat minder; (2) bahagia
mendominasi orang lain; (3) bersifat egois; (4) bahagia menyendiri; (5)
kurang mempunyai perasaan tenggang rasa; serta (6) kurang
memperdulikan norma dalam berperilaku. Begitu pula untuk komentar
Hurlock (2000, hlm. 256) jika anak yang dimanjakan dan anak yang
sangat dikontrol cenderung jadi tidak aktif, pendiam, menyendiri, tidak
suka melawan, serta keingintahuan dan kreativitasnya terhambat.
Menurut Neff, ( dalam Jurnal H.Goh, 2020) They tend to have low self-
esteem and will easily lose interest to socialize after being teased as they
would compare themselves to their more capable peers. Dapat diartikan
bahwa Mereka cenderung memiliki harga diri yang rendah dan akan
mudah kehilangan minat untuk bersosialisasi setelah diejek karena
mereka akan membandingkan diri mereka dengan rekan-rekan mereka
yang lebih mampu. Dari hasil penelitian pada jurnal L.Pier-Marie (2020)
didapatkan bahwa interaksi teman sebaya dan menggunakan permainan
dramatis mengurangi perilaku agresif pada anak laki-laki tetapi tidak
pada anak perempuan . Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki dan
perempuan dapat merespon secara berbeda terhadap program intervensi
perilaku yang mengganggu.
Rasa empati, dari penemuan dilapangan menampilkan kalau
71
otonomi anak bekerja lebih tinggi dibandingkan ibu yang tidak bekerja.
Otonomi anak-anak usia prasekolah dapat dikembangkan dengan
membiarkan anak-anak memiliki alternatif dan mengatakan keputusan
mereka sejak awal.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pada penelitian yang telah dilakukan. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, metode Studi kasus deskriptif
dalam keterampilan sosial anak usia dini dari orang tua tunanetra, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1. Dalam hal hubungan dengan teman sebaya, subjek baru mulai
berkembang, hal itu di tunjukan karena subjek lebih memilih teman
berjenis kelamin sama. Dalam kelompok bermain, subjek cenderung
kurang memiliki ketertarikan dengan teman yang baru
dikenalnya.Subjek merupakan anak yang pendiam. Subjek lebih
banyak menghabiskan waktu sendiri, dan subjek juga lebih senang
bermain dengan sebuah media, dari pda teman sebayanya.
5.1.2. Dari aspek empati, subjek berkembang sesuai harapan, hal itu
dikarenakan subjek selalu menawarkan bantuan kepada temanya
yang sedang kesulitan. Subjek bisa menyesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang sedang dialami. Subjek juga sering menemani orang
tuanya berjalan, sebagai tuntunannya.
5.1.3. Dalam hal kemandirian, subjek berkembang sangat baik. Hal itu di
tunjukan oleh subjek yang berani memutuskan atas pilihanya sendiri,
subjek selalu ingin pulang sendiri kalau kesekolah, subjek juga bisa
melakukan hal sederhana sendiri, serta subjek memiliki kemauan
untuk lebih baik lagi.
5.2. Implikasi
Penelitian yang peneliti lakukan ini telah membuktikan temuan
lapangan bahwa keterampilan sosial anak usia dini dari keluarga tunanetra
ada tiga aspek yaitu Pergaulan dengan teman sebaya, empati, dan
kemandirian. Keterampilan sosial anak usia dini memiliki fungsi dan peran
yang besar dalam kehidupan anak dimasa depan. Anak usia dini pada
umumnya merupakan masa dimana pembentukan karakter, atau dalam
kata lain masa ini disebut dengan golden age, sehingga anak usia dini
74
75
memerlukan keterampilan sosial yang baik dari guru, orang tua, serta
lingkungan sekitar anak.
Sehubungan dengan kesimpulan hasil penelitian ini, maka implikasi
dalam penelitian ini bahwa orang tua, guru, dan teman-teman itu harus
mendukung bagaimana supaya anak ini memiliki kemampuan bergaulan
yang sangat baik antara lain dengan cara : (1) anak harus diberi kesempatan
untuk bergaul, orang tua jangan terlalu mencegah apabila anak ingin
bergaul dengan anak lainya. (2) beri perlakuan dan motivasi kepada anak,
agar dia mau bergaul dengan anak lainya. (3) berikan pertanyaan-
pertanyaan singkat atau biarkan anak berkomentar mengenai anak lainya.
Kemudian unsur empati yang sangat bagus dari anak ini yang dapat
dijadikan contoh bagi anak-anak yang lainya. Dari segi kemandirian anak
ini memiliki modal untuk dapat dikembangkan dengan dukungan dari
orang-orang terdekat seperti, orang tua, saudara, guru, dan teman.
5.3. Rekomendasi
Dari hasil pengujian dan penggambaran di atas, peneliti memberikan
beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pemikiran tambahan untuk
yang akan datang., seperti:
5.3.1. Pihak sekolah hendaknya sanggup melayani anak didik secara pas
5.3.3. Orang tua ada baiknya lebih memahami kebutuhan anak, lebih
dapat diketahui secara lebih kritis, dan semoga penelitian ini bisa
77
78
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Wali Kelas “Bu apakah subjek pernah dijaili temanya ?” Lebih banyak diam
(wawancara 1) “Selama satu semester ini ya sepertinya tidak”
Apakah subjek suka menjaili temanya ?”
“Tidak pernah “
Wali Kelas “Apakah subjek memiliki teman dekat ?” Teman bermain berjenis
(wawancara 1) “Tidak ada, paling dia kalau ada yang lari-lari, ikut lari- kelamin sama
94
larian “
“Dia juga lebih dekat dengan anak laki-laki dari pada
perempuan. Jadi subjek mah perlu mendapatkan ekstra
perhatian lebih. Cuma memang gitu tidak pernah bertanya,
dan kebanyakan bengong.”
Kepala TK Apakah pernah subjek menghadapi konflik dengan teman- Lebih banyak diam
(Wawancara 4 ) temanya ?
Belum, karena kita tatap mukanya hanya dua bulan hampir
tiga bulan, jadi belum.
Ayah “ I” “Apakah subjek sering mengalah pada temanya ?” Banyak mengalah
(Wawancara 5) “Nah iyah, mengalah, bahkan kalau dengan kakanya, dia
mengalah, misal ada keributan dia langsung menenangkan
. “jangan buat keributan, saya pusing”. Misal ada
makanan, dikasihin dulu kekakanya supaya jadi gak ribut,
kalau misal ada makanan yang besar. “Mau yang mana
kamu “ jadi dia gitu pilih yang kecil aja supaya jangan
ribut.” Pusing aku dengar” jadi dia spontanitas bahasanya
bagus. “
Ayah I “Berarti dalam pertemananpun tidak bisa langsung Memilih dalam pertemanan
(wawancara 5) berteman ya pak ?”
“Engga, tidak bisa. Diliat dulu anak itu keras atau engga.
Kalau keras dia gak akan mau. Gitu jadi harus sama-sama
baik. Pengennya sama-sama baik.”
96
Ibu “ I” “Apakah subjek bisa berteman dengan teman sebayanya Bermain bersama teman
(Wawancara 6) ?” Sebaya
“ Bisa sekarang sudah lumayan aktif. Gak tau dengan cara
apa Bunda Epon. Soalnya sama saya di perhatikan.
Ternayata dia itu bisa gitu. Saking senengnya saya
langsung bilang ke gurunya. “
Observasi 3 Peneliti melakukan observasi pada subjek yang sedang Bermain sendiri
bermain sendiri dengan sebuah ranting pohon.
Dokumentasi Gambar 5, & 6 Bermain sendiri
Empati Observasi 2 Subjek mampu berempati pada ayahnya yang mengalami Memiliki rasa empati
tunanetra.
Kepala TK (wawancara “Menurut ibu dilingkungan sekolahnya apakah subjek Menawarkan bantuan
4) memiliki rasa empati pada temanya ?”
“Ada ada”
“Seperti bagaimana bu ?”
“Misalkan kalau temanya tidak bawa pensil atau patah. “
97
Kepala TK (wawancara “Apakah menurut ibu rasa empati dan kemandirian yang Keadaan yang memaksa
4) dimiliki subjek dilatar belakangi oleh keterbatasan yang
dimiliki oleh orang tuanya ?”
“Iyah sepertinya, karena keadaan yang menuntut subjek
yang mengharuskan dia seperti itu. Kan kalau anak yang
lainmah manja gitu, nah kalau subjek kan dituntut mandiri
jadi suka gak mau dibantu.
Dokumentasi Gambar 3, & 4 Memiliki rasa empati
Ibu “ I” (wawancara 6) Apakah subjek memiliki rasa empati ? Memiliki rasa empati
Iya, tinggi empatinya.
98
Mandiri Ibu Y “Apakah subjek merupakan anak yang mandiri ?” Belum mandiri
( Wawancara 2) “Belum mandiri, masih harus diantar kalau kekerumunan” dikerumunan asing
Kepala TK “Ada alhamdulilah, terus mandirinya itu pas pulang Ingin Pulang Sendiri
(Wawancara 4) dianterin, terkadang suka pengen sendiri. Tapi “ jangan –
jangan sendiri. Kasian ayah “ dianterin, padahal
dianyamah pengen sendiri. Cuma kan takut ayahnya
nunggu dimana. “
Ayah “I” “Apakah subjek termasuk anak yang mandiri ?” Bisa melakukan hal
(Wawancara 5) “Mandiri itukan kalau untuk usia seperti ini belum senderhana sendiri
sepenuhnya mandiri, tapi kalau anggapan saya, hal-hal
tertentu itu dia mandiri. Misalnya kaya buang air besar itu
mandiri, ceboknya udah bisa sendiri, Cuma kadang airnya
dibawain, tapi kadang kadang sendiri juga. Kan saya
krannya aga jauh. Dia mau narik sendiri gak perlu bantuan
orang tua. Kecuali hal-hal, kadang – kadang bukan gak
ini, gak mau mungkin ya, sebenarnya dia bisa memakai
celana ,gak mau dia, pingin dipakekan, padahal itu hal
yang sedikit tapi dia gak mau. Kecuali kalau dia sibuk ,
pingin buru-buru nah baru dia mau pake sendiri. Tapi
kalau dia mau santai, dia engga pinginya sama kita. “
100
A. Teman Sebaya
a) Wawancara
NO INDIKATOR SUMBER INFORMASI Kesimpulan Keterangan
1 Bermain dengan Wali kelas “Dia tidak bergaul dengan - Tidak bermain -
Teman Sebaya temanya, terus diam. Saya dengan teman
kasih mainanpun dia hanya sebaya.
main sendiri. Nah terus pas - Lebih banyak
mulai belajar dirumah saya. diam
Uhh…. Udah lari-lari kemana
mana sepertinya kalo tidak ada
pandemi dia bisa berinteraksi
dengan temanya.ih
sekarangmah lari – lari Ya
Allah, puter sini, masuk sini,
puter sana. Tapi menurut saya
motorik halusnya kurang.”
102
2 Bermain dengan Wali Kelas “Bu apakah subjek pernah - Tidak bermain -
Teman Sebaya dijaili temanya ?” dengan teman
“Selama satu semester ini ya sebaya.
sepertinya tidak” - Lebih banyak
Apakah subjek suka menjaili diam
temanya ?”
“Tidak pernah “
3 Teman Bermain Wali kelas “Apakah subjek memiliki Teman Bermain
berjenis kelamin teman dekat ?” berjenis kelamin sama
sama “Tidak ada, paling dia kalau
ada yang lari-lari, ikut lari-
larian “
“Dia juga lebih dekat dengan
anak laki-laki dari pada
perempuan. Jadi subjek mah
perlu mendapatkan ekstra
perhatian lebih. Cuma memang
gitu tidak pernah bertanya, dan
kebanyakan bengong.”
103
4 Bermain dengan Wali Kelas “Subjek berarti tidak suka - Lebih banyak -
Teman Sebaya berkelompok bu ?” diam
“Iya sering sendiri, tapi kalau
misal sama saya suka
diomongin gini “ nih ya ilham
ajak main teman –
temannya.”saya suka
gabungkan dengan teman-
temanya”.
6 Bermain dengan Bapak YS (Tetangga “Seperti kelakuan subjek beda Lebih banyak diam
Teman Sebaya Subyek) dengan yang lain. Karena
berbeda dari teman-teman yang
sebaya. “
7 Mengetahui perasaan Kepala TK Apakah pernah subjek - Tidak ada hasil -
temanya dan menghadapi konflik dengan - Belum terlaksana
merespon secara teman- temanya ?
wajar Belum, karena kita tatap
mukanya hanya dua bulan
hampir tiga bulan, jadi belum.
104
8 Berbagi dengan orang Ayah Subjek “Apakah subjek sering - Banyak mengalah -
lain mengalah pada temanya ?” - Sering
“Nah iyah, mengalah, bahkan mendahulukan
kalau dengan kakanya, dia orang lain
mengalah, misal ada keributan
dia langsung menenangkan .
“jangan buat keributan, saya
pusing”. Misal ada makanan,
dikasihin dulu kekakanya
supaya jadi gak ribut, kalau
misal ada makanan yang besar.
“Mau yang mana kamu “ jadi
dia gitu pilih yang kecil aja
supaya jangan ribut.” Pusing
aku dengar” jadi dia
spontanitas bahasanya bagus. “
baik.”
`10 Bermain dengan Ibu Subjek “Apakah subjek bisa berteman Memilih dalam
teman sebaya dengan teman sebayanya ?” pertemanan
“ Bisa sekarang sudah lumayan
aktif. Gak tau dengan cara apa
Bunda Epon. Soalnya sama
saya di perhatikan. Ternayata
dia itu bisa gitu. Saking
senengnya saya langsung
bilang ke gurunya. “
b) Observasi :
Saat itu keadaan jalan didepan rumah subjek sangat sepi, tidak ada kendaraan berlalu lalang disekitaran rumah. Peneliti
melakukan observasi pada subjek yang sedang bermain dengan sebuah ranting pohon. Sesekali subjek berbicara sendiri,
seolah ada lawan bicaranya. Subjek memainkan ranting tersebut digoyang-goyang dan sesekali berbicara sendiri, lalu
ranting itu dia patah kan satu demi satu. Setelah dipatahkan diapun membuangnya dan masuk kembali kedalam rumah.
Interpretasi:
Subjek bermain sendiri dijalan depan rumahnya.
106
c) Dokumen
107
B. Empati
a) Wawanacara
NO INDIKATOR SUMBER INFORMASI Kesimpulan
1 Membantu yang sedang Kepala TK “Menurut ibu dilingkungan Menawarkan bantuan
kesulitan sekolahnya apakah subjek memiliki pada temanya yang
rasa empati pada temanya ?” kesulitan
“Ada ada”
“Seperti bagaimana bu ?”
“Misalkan kalau temanya tidak bawa
pensil atau patah. “ pakai aja yang
aku “. Terus siapa tu temenya, dia
suka lupa engga bawa,aduhhh saya
lupa lagi namanya siapa. Nah dia itu
gak bawa pensil. “ bunda akumah
lupa gak dibawa gitu. Nah terus
subjek menawarkan. “ pakai aja yang
aku.”
108
2 Membantu yang sedang Kepala TK “Apakah menurut ibu rasa empati Bisa menyesuaikan
kesulitan dan kemandirian yang dimiliki subjek dengan situasi dan
dilatar belakangi oleh keterbatasan kondisi yang sedang
yang dimiliki oleh orang tuanya ?” terjadi
“Iyah sepertinya, karena keadaan
yang menuntut subjek yang
mengharuskan dia seperti itu. Kan
kalau anak yang lainmah manja gitu,
nah kalau subjek kan dituntut mandiri
jadi suka gak mau dibantu.
3 Menghargai hasil karya Ibu Subjek Apakah subjek memiliki rasa empati Memiliki rasa empati
orang lain ?
Iya, tinggi empatinya.
b) Observasi
Di pagi yang cerah pada hari kamis ketika peneliti keluar rumah, peneliti melihat subjek sedang jalan pagi dengan ayahnya.
penelitipun melakukan melakukan observasi dipagi hari itu.
Diketahui subjek dan ayahnya sering melakukan jalan pada pagi hari, perjalanan itu dimulali dari rumah subjek, rute yang
dilakukanpun selalu sama yaitu pergi kearah timur dari rumahnya. jarak tempuh diperkirakan sekitar 300 meter dengan satu
tanjakan dan satu turunan.
Ayah subjek tidak mengunakan alas kaki saat berjalan, sedangkan subjek mengunakan alas kaki. Tampak subjek memegang
tangan ayahnya dengan erat, subjek menuntunya saat berjalan. Sambil sesekali meliahat kearah kanan dan kiri
memperhatikan rumah yang berjejeran.
Ketika sedang berjalan, subjek berjalan mendekati sebuah selokan. Dan memperhatikan mahluk hidup yang ada diselokan
itu. Namun tidak ada obrolan yang terjadi dengan keduanya. Subjekpun jongkok, dan memperhatikan sekitar satu menit lalu
dia kembali berdiri dan melajutkan perjalananya. Selama melakukan jalan pagi itu tangan subjek selalu berpegang erat pada
tangan ayahnya. pada akhirnya subjek berhasil menuntun ayahnya yang seorang tunanetra sampai rumahnya kembali
dengan selamat.
109
Interpretasi:
Subjek mampu berempati pada ayahnya yang mengalami tunanetra. Hal tersebut diperkuat dengan gengaman tangan subjek
kepada ayahnya saat melakukan jalan dipagi hari tidak pernah dilepaskan, dia juga dengan sabar menuntun perjalanan
tersebut
c) Dokumentasi
110
C. Mandiri
a) Wawancara
NO INDIKATOR SUMBER INFORMASI Kesimpulan
1 Percaya diri Tetangga Subjek ““Apakah subjek merupakan Belum percaya
anak yang mandiri ?” diri jika bertemu
“Belum mandiri, masih harus orang baru, tapi
diantar kalau kekerumunan” jika dengan orang
lain percaya
dirinya ada.
2 Berani memutuskan Kepala TK “Subjek, subjek mandiri, Berani
atas pilihanya sendiri maksudnya begini sayakan tatap memutuskan atas
muka hanya beberapa bulan, pilihanya sendiri
biasa bergaul, cuman
mungkinkarena belum pada
kenal jadi kurang, kurang
beradaptasi, terus kemandirian
nya bagus, percaya diri, gak mau
dibantu.terus gini ya, misalkan
kalo menyelesaikan tugas, ibu
akumah udah lelah, udah we
gitu. Kan kalo yang lainmah,
harus misalkan, harus ini harus
selesai sekrarang. Engga subjek
mah.” Bun boleh engga ini
diselesaikannya dirumah, aku
sampai sini aja mengerjakanya
aku selesaikan dirumah.” Oh
iyah boleh. Nah gitu.jadi tidak
111
1. Belum percaya diri jika bertemu orang baru, tapi jika dengan
orang lain percaya dirinya ada.
2. Berani memutuskan atas pilihanya sendiri
Mandiri 3. Ingin pulang sendiri jika pulang sekolah
4. Bisa melakukan hal sederhana sendiri
5. Ada kemauan dari dirinya untuk lebih baik lagi
115
PEDOMAN WAWANCARA
STUDI KASUS KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DARI ORANG TUA
TUNANETRA
PEDOMAN OBSERVASI
STUDI KASUS KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DARI ORANG TUA
TUNANETRA
2. Dengan keluarga
3. Dengan guru
PEDOMAN DOKUMENTASI
STUDI KASUS KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DARI ORANG TUA
TUNANETRA
Dokumen Arsip
1. Data Kelembagaan
a. Sejarah
b. Pengelola Pembelajaran
2. Data Tentang Anak
3. Data Tentang Orang tua
120
Topik : Wawancara
Peneliti : Apakah ibu tau nama lengkap Subjek ?
Ibu EF : Siapa ya saya lupa lagi, padahal saya wali
kelasnya.karena sejak adanya pandemik jadi saya tidak
bertemu lagi dengan subjek.
Peneliti
Ibu EF : Apakah ibu tau berapa umur subjek ?
Peneliti : Sekarang dia berusia 5 tahun
Ibu EF : Disaat pandemi ini sudah berapa kali ibu bertemu subjek
?
Peneliti Sudah sekitar 10 kali, saat ada system yang
Ibu EF : mengharuskan guru keliling, tapi sepertinya hanya 7 kali
Peneliti : bertemu subjek.
: Kenapa subjek tidak masuk sekolah ?
Ibu EF Orang tunya mengira hari itu tidak ada jam kelas.
: Selama pandemi ini pembelajaran kan tidak disekolah ya
Peneliti bu ?
: Iyah benar tidak disekolah, kadang dirumah bu Ani, tapi
kadang juga dirumah saya.
Ibu EF Ibukan berarti sudah bertemu subjek 7 kali atau
: pertemuan dari hasil pertemuan itu adakah hal yang
merasa bahwa subjek berbeda dari anak normal pada
umumnya ?
Ibunya cerita ke saya kalau subjek ini, susah ditanya,
jarang bicara,beda dari yang lain, “ nitip ya bun” kata
orang ibunya. Lalu pas pertama kalinya saya beretemu
subjek saya tanya “ dek, namanya siapa ?” tapi dia tidak
respon hanya diam. Lalu saya ulang lagi pertanyaan
yang sama. “ dek, namanya siapa ?” dia hanya
menjawab dengan senyum tipis. Lalu saya memberikan
Peneliti sebuah boneka pada subjek. “ nih lihat ibu punya
: boneka”. Lalu saya bertanya lagi “ namanya siapa ?
Ibu EF ilham ya ?. dan diapun menjawab “ iya”. Jadi dia tertarik
sepertinya dari boneka itu. Lalu saya coba pertanyaan
121
Peneliti
Najiyah Uthpah
123
Topik : Wawancara
Peneliti : Bagaimana bentuk prilaku subjek menururt anda ?
Ibu Y : Anaknya pemalu, kadang tidak menjawab pertanyaan,
kalau disuruh jawab, baru jawab.
mengalami tunanetra ?
Ibu Y : Mengetahui, da suka dituntun kalau jalan jalan, kemesjid
Peneliti : .
Ibu Y : Bagaimana lingkungan pertemananya ?
Karena kakanya perempuan, jadi seringnya sama
Peneliti : perempuan, tapi katanya kalo disekolah sama laki-laki.
Apakah kakanya memiliki peran penting pada hidup
Ibu Y : subjek ?
Iyah , karena orang tua tidak melihat, jadi segalanya di
lakukan oleh kakanya.kakanya punya rasa tanggung
Peneliti : jawab pada adenya.
Ibu Y : Apakah subjek merupakan anak yang mandiri ?
Peneliti : Belum mandiri, masih harus diantar kalau kekerumunan
Apakah ada hubungan perilaku yang diterima dari orang
Ibu Y : tuanya dan perilaku subjek ?
Kemungkinan ada
Peneliti,
Najiyah Uthpah
125
Topik : Wawancara
Peneliti : Sejak kapan Anda mengenal subjek?
Pak YS : Dari tahun 2019
Peneliti : Sedekat apa anda dengan subjek ?
Pak YS : Seperti Anak
Peneliti : Apakah subjek memiliki pola perilaku yang kurang
Pak YS : baik?
Peneliti : Tidak
Pak YS : Mengapa anda sangat dekat dengan subjek ?
Peneliti : Karena anaknya perhatian.
Pak YS Contohnya seperti apa?
Seperti kelakuan subjek beda dengan yang lain. Karena
Peneliti : berbeda dari teman-teman yang sebaya.
Apakah subjek itu termasuk kategori anak yang sopan
Pak YS : atau tidak sopan ?
Peneliti : Sopan
Subjek itu tinggal bersama kedua orangtua yang
tunanetra ya Nah itu bagaimana Menurut tanggapan
Pak YS : Anda?
Peneliti : Ya itu komunikasi dengan orang tuanya dan anaknya
jadi tidak ada perbedaan lah itu.
Pak YS : Pernah tidak anda melihat sikap subjek terhadap orang
tuanya seperti apa ?
Peneliti : Iya begitulah kalau pendidikan dari nol kecil sampai
Pak YS anak -anak begitu mendidiknya.
Peneliti : Apakah ada prilaku menyimpang yang dimiliki subjek?
Pak YS : Tidak ada.
Peneliti : Kategori anak yang seperti apa yang lincah atau
Pak YS : pendiam?
Peneliti : Lincah, perilakunya lincah
Subjek ini merupakan anak yang cerdas?
Iya cerdas.
Pak YS : Apakah ada satu moment yang memperlihatkan kalau
subjek ini merupakan anak yang cerdas ? bisa anda
126
ceritakan?
kedengarannya dan kelihatannya kalau anak kecil itu
udah kelihatan dari kecil juga ini anaknya ini mau pinter
bisa menanggapi apa-apa dari orang tuanya. hafalan
Quran itu ini.
Peneliti,
Najiyah Uthpah
127
Topik : Wawancara
Peneliti : Bagaimana perilaku subjek disekolah ?
Kepala TK : Subjek, subjek mandiri, maksudnya begini sayakan tatap
muka hanya beberapa bulan, biasa bergaul, cuman
mungkinkarena belum pada kenal jadi kurang, kurang
beradaptasi, terus kemandirian nya bagus, percaya diri, gak
mau dibantu.terus gini ya, misalkan kalo menyelesaikan
tugas, ibu akumah udah lelah, udah we gitu. Kan kalo yang
lainmah, harus misalkan, harus ini harus selesai sekrarang.
Engga subjek mah.” Bun boleh engga ini diselesaikannya
dirumah, aku sampai sini aja mengerjakanya aku
selesaikan dirumah.” Oh iyah boleh. Nah gitu.jadi tidak
full gitu, kalo yang lain suka pengen sekrang sampai
ditungguin sama temennya.nah kalo bilal mah engga.
Peneliti : Tapi udah bisa berkomunikasi ke guru ?
Kepala TK : Bisa. Seperti Anak
Peneliti : Kalau pas pertama kata wali kelasnya kurang. Mungkin
sekarang sudah mulai terbiasa. Sudah mulai ada kemajuan.
Kepala TK : Iyah begitu sepertinya.
Peneliti : Sayakan sudah melakukan beberapa kali observasi
: terhadap subjek, dan subjek ternyata memiliki rasa empati
terhadap kedua orang tuanya. Empatinya itu terlihat ketika
subjek jalan pagi dengan ayahnya, dia suka menuntun jalan
ayahnya. Berartikan subjek sudah memahi keadaan orang
tuanya ya bu.
Kepala TK : Iya
Peneliti : Menurut ibu dilingkungan sekolahnya apakah subjek
memiliki rasa empati pada temanya ?
Kepala TK : Ada ada
Peneliti : Seperti bagaimana bu ?
Kepala TK : Misalkan kalau temanya tidak bawa pensil atau patah. “
pakai aja yang aku “. Terus siapa tu temenya, dia suka lupa
engga bawa,aduhhh saya lupa lagi namanya siapa. Nah dia
itu gak bawa pensil. “ bunda akumah lupa gak dibawa gitu.
128
Peneliti,
Najiyah Uthpah
130
Topik : Wawancara
Peneliti : Apakah subjek sering ngobrol intensiv dengan anda ?
Ayah “ I” : Kalau intensiv tergantung suasana ya.
Peneliti : Biasanya bagaimana ?
Ayah “ I” : Kalau dia lagi gak bermain sendiri, tapi kalau dia lagi
bermain sendiri itu biasanya dia tidak konsen sendirinya,
dia tidak mau diganggu. Tapi kalau dia tidak, misalnya
lagi dengan saya berdua. Dia maulah gitu bercerita.
Intensive tuh terus menerus ya. Berkelanjutan jadi rame
Peneliti : kan gitu.
Ayah “I” : Apakah subjek termasuk anak yang mandiri ?
Mandiri itukan kalau untuk usia seperti ini belum
sepenuhnya mandiri, tapi kalau anggapan saya, hal-hal
tertentu itu dia mandiri. Misalnya kaya buang air besar
itu mandiri, ceboknya udah bisa sendiri, Cuma kadang
airnya dibawain, tapi kadang kadang sendiri juga. Kan
saya krannya aga jauh. Dia mau narik sendiri gak perlu
bantuan orang tua. Kecuali hal-hal, kadang – kadang
bukan gak ini, gak mau mungkin ya, sebenarnya dia bisa
memakai celana ,gak mau dia, pingin dipakekan,
padahal itu hal yang sedikit tapi dia gak mau. Kecuali
kalau dia sibuk , pingin buru-buru nah baru dia mau
Peneliti : pake sendiri. Tapi kalau dia mau santai, dia engga
Ayah “I” : pinginya sama kita.
Apakah subjek suka mengeluh kepada anda ?
Peneliti : Tidak, dia jarang kalau murung-murung gitu. Dia
Ayah “ I” : orangnya ceria, tergantung suasana lah. Kalau melamun
gitu engga.
Apakah subjek sering mengawali percakapan duluan ?
Oh iyah, kalau dia bertanya, pohon itu dari mana, terbuat
dari apa, siapa yang membuat, Allah tuh darimana ko
gak bisa ngomong.ko gak ada sama kita gitu,katanya
Peneliti : Allah tu bisa ini bisa itu, gimana. Ko gak ada gitu.
131
Peneliti,
Najiyah Uthpah
134
Topik : Wawancara
Peneliti : Berapa usia subjek saat ini ?
Ibu “ I” : Sekarang 6,5 tahun sepertinya karena desember itu dia 7
tahun.
Peneliti : Di TK berarti baru 1 tahun ya bu ?
Ibu “ I” : Iyah baru satu tahun. Tahun kemarin pas sedang
Peneliti : pandemi. Jadi disekolahpun kurang intensive karena
daring terus ya bu ?
Ibu “I” : Iyah betul, tapi sempet beberapa bulan, sempat luring
tatap muka, begitu.
Peneliti : Apakah subjek dapat mengerjakan tugas-tugas dari
Ibu “I” : sekolah? Pas awal-awal semnagat tapi kesananya jadi
bosenan , kalau laki-laki begitu, beda, tidak seperti
perempuan. Jadi awalnya semnagat kesananya gitu.
Apalagi kalau misalnya menirukan huruf paling sulit.
Tapi setelah itu dengan sendirinya dia mau, jadi punya
dunia sendiri diamah. Apakah subjek dirumah sering
membantu orang tua ?
Kalau disuruh bisa. “ ade ambilkan ini”. Iyah dia bisa.
Sekali, duakali, tiga kali. Sebenarnya itu sengajakan
untuk membantu orang tua. Tapi kalau keseringan, “ ah
cape dedemah, bundamah ah te mandiri “. “ cepetan de “
kalau udah males mungkin dia. “ sabar atuh bunda teh,
Peneliti : banyak mengandung bahsa saya.
Ibu “ I” : Apakah subjek menurut anda sudah mandiri ?
Alhamdulilah, sejak dari TK Rabbani justru
perkembanganya bagus pesat gitu, contonya gini,
sebelum TK kan dia PAUD dulu disana ya di Cijengjing.
Kan kalo misalnya bimbingan iqra gitu, dia gak mau,
gak mau bersuara. Bahkan suka di salah-salahin, padahal
udah bisa dari alif – ja. “ lupa lagi dedemah” tapi
alhamdulilah selama di pegang sama bunda Epon. Pas
hari pertama juga kaget. Kalau baca iqra suranya keras,
langsung bagus melejit gitu. Perkembanganya hebat.
135
Peneliti,
Najiyah Uthpah
136
Topik : Observasi
Peneliti,
Najiyah Uthpah
137
Topik : Observasi
Di pagi yang cerah pada hari kamis ketika peneliti keluar rumah, peneliti
melihat subjek sedang jalan pagi dengan ayahnya. penelitipun melakukan
melakukan observasi dipagi hari itu.
Diketahui subjek dan ayahnya sering melakukan jalan pada pagi hari,
perjalanan itu dimulali dari rumah subjek, rute yang dilakukanpun selalu sama
yaitu pergi kearah timur dari rumahnya. jarak tempuh diperkirakan sekitar 300
meter dengan satu tanjakan dan satu turunan.
Ayah subjek tidak mengunakan alas kaki saat berjalan, sedangkan subjek
mengunakan alas kaki. Tampak subjek memegang tangan ayahnya dengan erat,
subjek menuntunya saat berjalan. Sambil sesekali meliahat kearah kanan dan kiri
memperhatikan rumah yang berjejeran.
Ketika sedang berjalan, subjek berjalan mendekati sebuah selokan. Dan
memperhatikan mahluk hidup yang ada diselokan itu. Namun tidak ada obrolan
yang terjadi dengan keduanya. Subjekpun jongkok, dan memperhatikan sekitar
satu menit lalu dia kembali berdiri dan melajutkan perjalananya. Selama
melakukan jalan pagi itu tangan subjek selalu berpegang erat pada tangan
ayahnya. pada akhirnya subjek berhasil menuntun ayahnya yang seorang
tunanetra sampai rumahnya kembali dengan selamat.
Interpretasi:
Subjek mampu berempati pada ayahnya yang mengalami tunanetra. Hal tersebut
diperkuat dengan gengaman tangan subjek kepada ayahnya saat melakukan jalan
dipagi hari tidak pernah dilepaskan, dia juga dengan sabar menuntun perjalanan
tersebut
Peneliti,
Najiyah Uthpah
138
Topik : Observasi
Saat itu keadaan jalan didepan rumah subjek sanagat sepi, tidak ada
kendaraan berlalu lalang disekitaran rumah. Peneliti melakukan observasi pada
subjek yang sedang bermain dengan sebuah ranting pohon. Sesekali subjek
berbicara sendiri, seolah ada lawan bicaranya. Subjek memainkan ranting tersebut
digoyang-goyang dan sesekali berbicara sendiri, lalu ranting itu dia patah kan satu
demi satu. Setelah dipatahkan diapun membuangnya dan masuk kembali kedalam
rumah.
Interpretasi:
Peneliti,
Najiyah Uthpah
139
Topik : Observasi
Subjek sedang bermain dengan ayah subjek didepan rumahnya, subjek dan
ayahnya saling behadapan. Subjek dan ayahnya duduk, ayahanya duduk didepan
pintu rumah, dan subjek duduk diserang ayahnya. Lalu subjek meleparkan
bolanya ke ayahnya, nampak subjek sangat bersemangat saat melempar bola,
namun ayahnya terlihat kurang bersemangat dia terlihat sangat lesu, namun meski
demikian ayahnya tetap menemani dan bermain melempar bola dengan subjek.
Tidak ada percakapan selama permainan berlangsung.
Interpretasi:
Subjek memiliki motorik kasar yang bagus karena bisa melempar dan
menangkap bola dengan baik.
Peneliti,
Najiyah Uthpah
140
PENGELOLA PEMBELAJARAN
Ayah Kandung
Nama : Nurzaman
Asal : Aceh
Alamat saat ini : Kertasari Ciamis
Status : Seorang Ayah dari 2 anak
Pekerjaan : Wiraswasta ( membuat telur asin )
Ibu Kandung
Nama : Eneng Indar Dewi
Asal : Tasikmalaya
Alamat saat ini : Kertasari Ciamis
Status : Seorang Ayah dari 2 anak
Pekerjaan : Guru Sekolah Luar Biasa
147