Anda di halaman 1dari 153

PENGARUH POLA ASUH IBU BEKERJA DAN

IBU TIDAK BEKERJA TERHADAP


KEMANDIRIAN ANAK
Studi Pada Rw 02 Kelurahan Cinere

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)

Ahmad Imam Hidayat


NIM 11150541000073

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
PENGARUH POLA ASUH IBU BEKERJA DAN IBU
TIDAK BEKERJA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK
Studi Pada Rw 02 Kelurahan Cinere

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos)
Oleh:

Ahmad Imam Hidayat


NIM. 11150541000073

Di bawah bimbingan

Dr. Wahyu Prasetyawan, M.A.


NIP. 196610171994031003

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2020 M
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ahmad Imam Hidayat
NIM : 11150541000073
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
PENGARUH POLA ASUH IBU BEKERJA DAN IBU TIDAK
BEKERJA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK, Studi Pada
Rw 02 Kelurahan Cinere adalah benar karya saya sendiri dan
tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun
kutipan dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber
kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang
semestinya sesuai dengan peraturan perundungan yang berlaku
jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan
plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya
Depok, 05 Desember 2020

Ahmad Imam Hidayat


NIM. 11150541000073
ABSTRAK

Ahmad Imam Hidayat, 11150541000073, Pengaruh Pola Asuh


Ibu Bekerja Dan Ibu Tidak Bekerja Terhadap Kemandirian
Anak, Studi Pada Rw 02 Kelurahan Cinere
Pola asuh merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang
tua dan anak dalam aktivitas dan interaksi pengasuhan. Kegiatan
pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, disiplin,
aturan, reward dan punishment, serta merespon keinginan anak.
Sebagai orang tua, sikap dan perilaku orang tua selalu dilihat,
dinilai, dan ditiru oleh anak, kemudian diserap oleh orang tua
secara sadar atau tidak sadar, dan menjadi kebiasaan anak.
Kemandirian merupakan suatu individu yang memiliki
kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertanggung jawab
tanpa tidak ada pengawasan dari orang lain ataupun orang tua.
Dengan demikian tiap anak butuh dilatih buat meningkatkan
kemandirian sesuai kapasitas serta tahapan perkembangannya.
Pola asuh orang tua memiliki perbedaan tersendiri dalam
mengasuh anak untuk membentu kemandirian anak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah perbedaan dan jenis
pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap kemandirian
anak dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan teknik
sampling pengambilan sampel Non Probability Sampling
menggunakan tipe purposive sampling dan jumlah sampel
sebanyak 31 ibu bekerja dan 48 ibu tidak bekerja di RW 02 Cinere.
Hasil penelitian yang diperoleh pada ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja melalui analisis statistik deskriptif yaitu, rata-rata ibu
bekerja sebesar 29.23 dengan jenis pola asuh permisif sedangkan
rata-rata ibu tidak bekerja sebesar 28.62 dengan jenis pola asuh
demokratis. Hasil analisa data dengan uji Independent Sample t test
menunjukkan bahwa nilai signifkan (2-tailed) yang diperoleh
0.016. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara pola asuh ibu bekerja dan pola asuh ibu yang
tidak bekerja terhadap kemandirian anak di RW 02 Cinere.
Kata Kunci: Pola Asuh, Ibu Bekerja, Ibu Tidak Bekerja,
Kemandirian Anak

i
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT karena atas semua limpahan rahmat, nikmat dan
bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Perngaruh Pola Asuh Ibu Bekerja dan Pola Asuh
Ibu Tidak Bekerja Terhadap Kemandirian, Studi Pada Rw 02
Kelurahan Cinere”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya dan para pengikutnya yang senantiasa berjalan di jalan
Allah sampai akhir zaman dan membawa ajarain Islam sebagai
rahmat bagi alam semesta.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, baik kekurangan dari segi isi ataupun dari teknik
penulisan, sekalipun peneliti telah berusaha melakukan yang
terbaik. Untuk itu, saran dan kritikan yang membangun sungguh
merupakan masukan bagi peneliti agar dapat memperbaiki kembali
sehingga bisa menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik lagi.
Berkat keridhoan dari Allah SWT, akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Serta tak lupa peneliti menyampaikan ungkapan
banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, motivasi, dan arahan-arahan terhadap peneliti sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skiripsi ini. Dengan segala
kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih
kepada:

ii
1. Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti
Napsiyah Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si sebagai Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, MA
sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Hj.
Nunung Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Wahyu Prasetyawan, M.A., sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan memberikan motivasi hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai dosen pembimbing
akademik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan wawasan dan keilimuan serta membimbing
peneliti selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
dan Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan
wawasan dan keilmuan dan membimbing peneliti selama
menjalani perkulian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

iii
peneliti ucapkan terimakasih karena telah membantu dalam
memberikan referensi buku, jurnal, maupun skripsi dari
penelitian-penelitian terdahulu.
8. Kedua orang tuaku yakni Ba’wani dan Umyati, S.Pd, yang
tidak pernah henti memberikan dukungan baik moril maupun
materil, kasih sayang, dan cinta yang tak pernah ada habisnya.
Tidak pernah bosan untuk memberikan semangat kepada
peneliti.
9. Kepada Kakak dan juga adikku, Ima Alfiana yang sudah
memberikan selalu contoh baik dalam hidup dan Lisa
Khoirunisa yang selalu mendukung agar tetap berjuang dan
semangat.
10. Kepada Alfia Yunita Rachmah, Adelia Nurrizki, Galuh Hari
Setiawan, Irfan Ardiansyah, Ashabul Fatli Nasution, Sal Sal
Billah, Afni Alfiyani, M. Khaerul Fadilah dan teman-teman
seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2015 yang selalu
memberikan dukungan dan menemani kepada peneliti selama
menjalani perkuliahan.
11. Kepada Bapak Pupung Purwawijaya, S.Ip, M.Si beserta
jajarannya dan Bapak RW dan RT yang sudah mengizinkan
dan membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.
Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan, besar harapan
peneliti agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pembaca pada umumnya dan bagi peneliti sendiri.

Depok, Desember 2020


Ahmad Imam Hidayat

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 5
C. Batasan Masalah ................................................................ 5
D. Rumusan Masalah ............................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
G. Kajian Terdahulu............................................................... 7
H. Sistematika Penulisan ...................................................... 11

BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 14


A. Teori Peran ....................................................................... 14
B. Pola Asuh ................................................................... 15
1. Pengertian Pola Asuh ........................................ 15
2. Jenis-jenis Pola Asuh ........................................ 17
3. Aspek-Aspek Pola Asuh ................................... 19
4. Faktor-faktor Pola Asuh Orang Tua .................. 20
5. Indikator Pola Asuh .......................................... 22
C. Anak-anak ................................................................. 24

v
1. Pengertian Anak Usia Dini dan Usia Sekolah ......
........................................................................... 24
2. Karakteristik Anak-anak ................................... 25
D. Kemandirian..................................................................... 30
1. Pengertian Kemandirian .................................... 30
2. Faktor-faktor Kemandirian................................ 32
3. Ciri-ciri Kemandirian ........................................ 34
4. Aspek-aspek Kemandirian ................................ 35
5. Indikator Kemandirian ...................................... 36
E. Pengaruh Pola Asuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja
Terhadap Kemandirian Anak ................................................ 37
F. Kerangka Pemikiran ....................................................... 39
G. Hipotesis ............................................................................ 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................... 42


A. Metode Penelitian............................................................. 42
B. Definisi Variabel dan Operasional Variabel ................. 42
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ................... 44
1. Populasi ............................................................. 44
2. Sampel ............................................................... 44
3. Teknik Pengambilan Sampling ......................... 44
D. Sumber Data ..................................................................... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................. 47
F. Teknik Pengolahan Data ................................................. 48
G. Instrumen Penelitian ....................................................... 49
1. Variabel Independen (Bebas) ............................ 50
2. Variabel Dependen (Terikat)............................. 53
H. Teknik Analisis Data........................................................ 57

vi
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................. 58
I. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 61
1. Uji Normalitas ................................................... 61
2. Uji Homogenitas ............................................... 61
J. Uji Hipotesis ..................................................................... 62
1. Uji Independent Sample T test .......................... 62

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA ........................... 64


A. Karakteristik Subjek Penelitian ..................................... 64
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan .
........................................................................... 64
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ...... 65
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir .................................................................... 66
B. Uji Validitas ...................................................................... 67
C. Uji Reliabilitas .................................................................. 71
D. Uji Asumsi Klasik ............................................................ 73
1. Uji Normalitas ................................................... 73
2. Uji Homogenitas ............................................... 74
E. Uji Hipotesis ..................................................................... 76
1. Uji Independent Sample t Test .......................... 76
F. Interpretasi Hasil Penelitian ........................................... 77
1. Hasil Penemuan Pola Asuh Ibu Bekerja ........... 78
2. Hasil Penemuan Pola Asuh Ibu Tidak Bekerja .....
........................................................................... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................... 82


DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 84

vii
LAMPIRAN ............................................................................... 88

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Skala Likert Pola Asuh Ibu yang Bekerja dan Ibu yang
Tidak Bekerja .............................................................................. 48
Tabel 1. 2 Skala Likert Kemandirian Anak ................................ 48
Tabel 1. 3 Blue Print Skala Pola Asuh ........................................ 51
Tabel 1. 4 Blue Print Skala Kemandirian.................................... 55
Tabel 1. 5 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ........ 64
Tabel 1. 6 karakteristik responden berdasarkan usia .................. 65
Tabel 1. 7 karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhir ........................................................................................ 66
Tabel 1. 8 Hasil Uji Validitas Ibu Bekerja .................................. 67
Tabel 1. 9 Hasil Uji Validitas Ibu Tidak Bekerja........................ 69
Tabel 1. 10 Hasil Uji Reliabilitas Pola Asuh Ibu Bekerja (X1) .. 71
Tabel 1. 11 Hasil Uji Relabilitas Kemandirian Anak (Y) ........... 71
Tabel 1. 12 Hasil Uji Reliabilitas Pola Asuh Ibu Tidak Bekerja
(X2) ............................................................................................. 72
Tabel 1. 13 Hasil Uji Reliabilitas Kemandirian Anak (Y) .......... 72
Tabel 1. 14 Hasil Uji Normalitas Kelompok Ibu Bekerja dengan
Shapiro Wilk ............................................................................... 73
Tabel 1. 15 Hasil Uji Normalitas Kelompok Ibu Tidak Bekerja
dengan Shapiro Wilk ................................................................... 73
Tabel 1. 16 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Ibu Bekerja
dengan Uji Levene ...................................................................... 74
Tabel 1. 17 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Ibu Tidak Bekerja
dengan Uji Levene ...................................................................... 75
Tabel 1. 18 Hasil Uji Independent Sample t Test ....................... 76
Tabel 1. 19 Hasil Kuesioner ibu bekerja ..................................... 78
Tabel 1. 20 Hasil kuesioner ibu tidak bekerja ............................. 79

ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Kerangka Pemikiran .............................................................. 40

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Surat Pernyataan Lulus Seminar Proposal........... 89


Lampiran 1. 2 Surat Izin Penelitian............................................. 90
Lampiran 1. 3 Lembar Kuesioner ............................................... 91
Lampiran 1. 4 Tabulasi Data ..................................................... 106
Lampiran 1. 5 Uji Validitas ....................................................... 110
Lampiran 1. 6 Uji Reliabilitas ................................................... 137
Lampiran 1. 7 Uji Normalitas Ibu Bekerja dengan Shapiro-Wilk
................................................................................................... 138
Lampiran 1. 8 Uji Normalitas Ibu Tidak Bekerja dengan Shapiro-
Wilk ........................................................................................... 138
Lampiran 1. 9 Uji Homogenitas Ibu Bekerja ............................ 138
Lampiran 1. 10 Uji Homogenitas Ibu Tidak Bekerja ................ 139
Lampiran 1. 11 Uji Independent Sample T test ........................ 139

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ibu merupakan istilah yang menghormati kodrat perempuan,
sebagai satu-satunya perempuan yang mampu melahirkan anak,
sudah menikah atau tidak mempunyai kedudukan, ibu adalah
ibu, dan istilah ibu mengacu pada ibu yang sudah menikah yang
mempunyai anak. Peran ibu dianggap paling penting dibanding
peran lainnya. Ibu adalah ciptaan Allah SWT, yang dedikasinya
tak ada habisnya dan tidak mengharapkan balasan apapun.
Wanita muslimah tidak akan pernah lupa bahwa tanggung jawab
ibu dalam mengasuh dan membentuk kepribadian anak lebih
besar dari pada ayah (Muhammad Ali al-Hasyimi, 2004:251-
252).
Menurut (Adil Fathi Abdullah, 2005:121) Ibu yang ideal
adalah ibu yang berhasil melakukan yang terbaik sebagai ibu. Ia
harus mampu membaca karakter anak, permasalahan dan
permasalahan yang dihadapinya, bagaimana berinteraksi,
mendidik, mengajarkan Al-quran dan isu-isu yang berdasarkan
agama dan pendidikan, perlu mempunyai pengetahuan mengenai
fasilitas pendidikan modern dan bagaimana memanfaatkannya.
Perubahan sosial dan perubahan jaman dapat membawa
perubahan gaya hidup. Perubahan ini juga dapat mengubah
konsep parenting, dimana banyak ibu yang bekerja di sana
berusaha membantu mereka menghidupi keluarganya. Namun
tidak semua ibu dapat keluar dari pekerjaannya sehingga mereka
tinggal di rumah bersama anak-anaknya. Kombinasi antara

1
pekerjaan dan pengasuhan merupakan tantangan bagi laki-laki
dan perempuan (Sri Lestari, 2012).
Ibu bekerja merupakan seorang ibu yang bekerja di luar rumah
untuk mendapatkan penghasilan di samping membesarkan dan
mengurus anak di rumah. Resiko sebagai ibu bekerja adalah
perubahan hidup dalam keluarga juga mengakibatkan pengasuhan
kepada anak. Sebagian besar waktu ibu bekerja habis untuk
kepentingan pekerjaan, sehingga pertemuan antara ibu dan anak
berkurang. Sedangkan, ibu yang tidak bekerja tentunya memiliki
banyak waktu yang dapat dihabiskan bersama anak dan mereka
juga dapat melatih dan mendidik anak, sehingga perkembangan
anak lebih baik.
Menurut Jus’at dalam (Padjrin, 2016:2) Pola asuh merupakan
sikap dan praktek yang dilakukan oleh masyarakat, termasuk
cara mengasuh anak, memberikan stimulasi, dan memberikan
kasih sayang, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara normal. Orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak
sering kali tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang
bagaimana mendidik anaknya seperti yang digambarkan oleh
para nabi dalam merawat dan mendidik anaknya. Anak yang
saleh merupakan harapan semua orang tua, anak yang taat
terbentuk karena orang tua memperhatikan asupan makanan dan
pengasuhan yang tepat dalam Islam. Rasulullah Saw, bersabda:
‫الؤ لد الصا لح ر يحا نة من ر يا حين ا لجنة‬
Artinya: “anak yang shaleh adalah bunga surga”. (al-hadist)
Pola asuh orang tua merupakan gambaran sikap dan perilaku
orang tua dan anak ketika berkomunikasi dan berinteraksi dalam

2
kegiatan pengasuhan. Pola asuh orang tua adalah bagaimana cara
orang tua mendidik, memperlakukan, membimbing dan
mendidik anak untuk mencapai norma-norma yang secara umum
yang diharapkan oleh masyarakat (Septiari, 2012:162).
Menurut Baumrind dalam (Santrock, 2003) pola asuh orang
tua terhadap anak terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1) pola asuh
otoriter, pola asuh orang tua yang mengharuskan anak patuh pada
segala kehendak orang tua; 2) pola asuh demokratis, pola asuh
yang memberi kebebasan kepada anak tapi dengan pengawasan
orang tua sehingga anak akan menjadi seorang individu yang
mempercayai orang lain, tanggung jawab terhadap tindakannya
dan anak akan menjadi individu yang jujur; 3) pola asuh permisif,
apa yang dilakukan anak diperbolehkan orang tua sehingga anak
menjadi kurang disiplin, anak akan menjadi semena-mena dan
anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara
bertanggung jawab.
Menurut (Yamin, 2012:26) Kemandirian bagi anak usia
sekolah, bertujuan untuk menjadikan anak mampu bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukannya dan mampu mengatasi
persoalan yang menghadangnya. Kemandirian merupakan salah
satu aspek perkembangan dalam diri setiap orang yang
bentuknya sangat beragam, tergantung dari proses
perkembangan, gaya pengasuhan dan proses pembelajaran yang
dialami oleh setiap orang.
Kemandirian bertitik tolak pada paradigma yang menyatakan
bahwa setiap individu atau kelompok bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Kemandirian merupakan bagian dari tugas

3
perkembangan anak melalui proses pengasuhan, ada beberapa
tujuan pengasuhan yaitu: 1) menjamin kesehatan fisik dan
kelangsungan hidup; 2) menyiapkan agar anak menjadi orang
dewasa dan bertanggung jawab; 3) mendorong perilaku individu
yang positif, kemampuan intelektual dan kemampuan
berinteraksi sosial dengan orang lain agar dapat bertanggung
jaws dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar. (Mustika
Dewanggi, 2012).
Dari penjelasan di atas dapat simpulkan bahwa pola asuh
orang tua sangat erat hubungannya dengan kemandirian anak.
Karena keluarga merupakan komunitas kecil dan pertama dalam
membentuk anak menjadi pribadi yang lebih baik di dalam
keluarga, maka dari itu orang tualah yang berperan dalam
membimbing, mengasuh, dan mengarahkan anak untuk menjadi
pribadi yang baik dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat
dominan dalam membentuk kemandirian anak. Apabila pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua buruk, maka perilaku anak pun juga
akan mengikuti perilaku orang tuanya.
Penjelasan di atas membuat peneliti tertarik untuk
memfokuskan penelitiannya kepada pengaruh pola asuh ibu yang
bekerja dan ibu yang tidak bekerja. Untuk mengetahui
perbandingan pengaruh pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja
terhadap kemandirian anak maka dalam penelitian ini peneliti akan
menguji tentang pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di RW
02 Kelurahan Cinere.

4
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian terhadap perbandingan pengaruh pola asuh ibu bekerja
dan ibu tidak bekerja dengan kemandirian anak. Peneliti akan
melakukan penelitiannya di RW 02 Kelurahan Cinere. Oleh karena
itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul:
“Pengaruh Pola Asuh Ibu yang Bekerja dan Ibu yang Tidak
Bekerja Terhadap Kemandirian Anak, Studi pada RW 02
Kelurahan Cinere”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas penulis,
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: Mengetahui
perbedaan dan jenis pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja
terhadap kemandirian anak.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah di paparkan penulis,
dan dengan keterbatasan waktu yang ada serta fokus penelitian
yang akan dilakukan, penulis membatasi permasalahan pada
perbandingan pengaruh pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja terhadap kemandirian anak pada lokasi penelitian yaitu
Rw 02 Cinere, Kota Depok.

5
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
Adakah perbedaan pengaruh pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja terhadap kemandirian anak pada lokasi penelitian Rw 02
Kelurahan Cinere?

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui adakah perbedaan pola asuh ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap kemandirian
anak usia dini.
b. Untuk mengetahui jenis pola asuh apa yang digunakan
oleh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap
kemandirian anak usia dini.
2. Tujuan khusus
Seberapa besarkah perbandingan pengaruh pola asuh ibu
bekerja dan tidak bekerja terhadap kemandirian anak.

F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan studi kesejahteraan sosial,
khususnya yang berkaitan dengan pola asuh ibu bekerja
dan ibu tidak bekerja terhadap kemandirian anak.

6
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
informasi yang berguna bagi pembaca, khususnya bagi
mahasiswa/i kesejahteraan sosial dalam mengetahui
perbandingan pengaruh pola asuh ibu bekerja dan ibu
tidak bekerja terhadap kemandirian anak, pada lokasi
penelitian di RW 02 Cinere, Kota Depok.

G. Kajian Terdahulu
Untuk memperkuat penelitian maka diperlukan tinjauan
terhadap penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan, baik
kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu juga peneliti
menggali informasi dari jurnal maupun skripsi dalam rangka
mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang teori
yang berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh
landasan teori ilmiah. Adapun penelitian-penelitiannya
diantaranya:
Nama Marina Rahmayanti

Universitas Universitas Negeri Makassar, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Jurusan Matematika, 2017.

Judul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Antara


Siswa yang Diajar Menggunakan Model
Pengajaran Langsung dan Discovery Learning
Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1
Wonomulyo
Skripsi tersebut membahas tentang apakah terdapat
perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar
menggunakan model pengajaran langsung dengan model discovery

7
learning. Dalam penelitian di atas, penelitian tersebut
menggunakan metode eksperimen yang artinya metode penelitian
yang berusaha mencari hubungan variabel tertentu terhadap
variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Hasil dari
penelitian di atas adalah adanya perbedaan hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
pengajaran langsung dan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model discovery learning yang diperoleh nilai probabilitas
0.000, karena 0.000 < 0.05 maka hasil penelitian tersebut dapat
dikatakan terdapat perbedaan secara signifikan.
Nama Bahtiar Afwan

Universitas Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan


Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, 2017.

Judul Perbandingan Hasil Belajar Antara Siswa yang


Tinggal Di Asrama Dengan Siswa yang Tinggal
Di Rumah Orang Tua Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kelas X SMA Al-Kautsar
Skripsi tersebut membahas tentang apakah ada perbedaan
hasil belajar kognitif siswa yang tinggal di asrama dan siswa yang
tinggal di rumah orang tua. Dalam penelitian di atas, penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian komparatif
independent yang artinya penelitian yang membandingkan
variabel yang sama dengan kriteria sampel terpisah secara tegas.
Hasil dari penelitian di atas adalah bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar dalam pembelajaran sejarah di kelas X SMA Al-Kautsar.
Hasil yang didapatkan 0.029 yaitu dapat dikatakan terdapat
perbedaan antara siswa yang tinggal di asrama dengan siswa yang
tinggal di rumah orang tua karena nilai uji yang didapatkan < 0.05.

8
Nama A.Karmila Haerudin

Judul Perbandingan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe
Talking Chips dan Snowball
Throwing Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran
Biologi Kelas XI IPA MAN 1
Sinjai Utara.

Universitas Universitas Islam Negeri


Alauddin Makassar, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Biologi, 2017
Skripsi tersebut membahas tentang apakah terdapat
perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran biologi antara
model pembelajaran kooperatif tipe talking chips dan snowball
throwing. Dalam penelitian di atas, penelitian tersebut
menggunakan metode Quasi Experimental Design yang artinya
desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Hasil dari penelitian
di atas adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Talking Chips dengan hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing, yang
dimana nilai Thitung lebih besar dari pada nilai Ttabel yaitu 5.62
> 1.67 yang dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

9
Nama Dias Astisa
Judul Perbandingan Hasil Belajar
Siswa Antara Model
Pembelajaran Kooperatif Group
Investigation dengan Two Stay
Two Stray Pada Kelas IX MTS
Madani Pao-pao.

Universitas Islam Negeri


Universitas Alauddin Makassar, Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan
Pendidikan Biologi, 2016.
Skripsi di atas tersebut membahas tentang apakah ada
perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif Group Investigation dengan Two Stay
Two Stray Pada Siswa Kelas IX MTs Madani Pao-Pao. Dalam
penelitian di atas, penelitian tersebut menggunakan metode Quasi
Experimental Design yaitu eksperimen semu yang artinya untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi
yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam
keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan. Hasil penelitian di
atas adalah terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation
dan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray pada
siswa kelas IX MTs Madani Pap-pao, yang dimana Thitung 8.29 >
Ttabel 2.011 dan signifikan 0.000 < 0.05, dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Nama Nur Chayyi

Judul Perbandingan Hasil Belajar


Siswa Antara Kelas yang
Menggunakan Metode

10
Pemecahan Masalah (Problem
Sloving) Dengan Kelas yang
Menggunakan Metode
Konvensional Pada Materi
Indeks Harga dan Inflasi Siswa
Kelas X Madrasah Aliyah
Matholi’ul Huda Troso
Pecangaan Jepara.

Universitas Universitas Negeri Semarang,


Fakultas Ekonomi, Jurusan
Pendidikan Ekonomi, 2013.
Skripsi di atas membahas tentang untuk menganalisis
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan
metode pemecahan masalah (problem solving) dengan kelas yang
menggunakan metode konvensional. Dalam penelitian di atas,
penelitian tersebut menggunakan metode Quasi Eksperimental
Design dengan design penelitian Nonequivalent Control Group
Design yang artinya design ini hampir sama dengan pretest-
posttest control group, tetapi subjek yang diambil tidak secara
random, baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk
kelompok kontrol. Hasil dari penelitian di atas adalah ada
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan
metode pemecahan masalah (problem solving) dengan kelas yang
menggunakan metode konvensional pada materi indeks harga dan
inflasi siswa kelas X Madrasah Aliyah Matholi’ul Huda Troso
Pecangaan Jepara.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulisan menerapkan
sistematika penulisan karya ilmiah sesuai dengan Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang dibuat

11
oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah diperbarui pada
tahun 2017.
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang
diuraikan dan mempermudah dalam memahami secara
menyeluruh mengenai penelitian ini, maka secara sistematis
penulisannya dibagi menjadi lima bab dan terdiri dari beberapa
sub bab, seperti berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan
Manfaat Penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab yang berisikan teori yang melandasi pemikiran dalam
menganalisa data-data yang sudah terkumpul. Landasan teori
yang digunakan merupakan teori-teori yang berkaitan seperti teori
Pola Asuh dan Kemandirian Anak. Kemudian definisi dari
Kemandirian, indikator pola asuh dan kemandirian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang metode penelitian yang berkenaan
dengan skripsi, yaitu: pendekatan dan desain penelitian, ruang
lingkup penelitian, metode penentuan sampel, metode
pengumpulan data, variabel penelitian, hipotesis penelitian,
definisi operasional dan indikator variabel penelitian, uji
instrument, dan teknik analisa data.

12
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Bentuk analisa serta pembahasan tentang Pengaruh Pola Asuh
Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja Terhadap Kemandirian Anak,
Studi Pada Rw 02 Kelurahan Cinere.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan ditarik kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah didapat, dan disertakan saran-saran sebagai bentuk dari
hasil penelitian.

13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Peran
Teori peran merupakan teori yang menjelaskan mengenai
interaksi dengan orang lain dan juga bagaimana harapan serta
reaksi orang lain mempengaruhi kita untuk meresponnya.
Menurut Malcolm Payne dalam (Siti Napsiyah dan Lisma.
2011:61) ada dua bentuk teori peran, diantaranya:
1. Teori peran structural fungsional yang dimana
mengasumsikan bahwa mannusia memiliki kedudukan
dalam struktur sosial. Setiap posisi memiliki peran
yang diasosiasikan dengan posisi tersebut. Peran
merupakan serangkaian harapan atau perilaku yang
diasosiasikan dengan posisi seseorang dalam struktur
masyarakat. Bagaimana kita melihat peran
mempengaruhi seberapa baik kita mengelola
perubahan.
2. Teori peran dramaturgical yang dimana peran sebagai
pengejawantahan dari harapan sosial yang dilekatkan
dalam status sosial. Orang akan melabeli seseorang
dalam interaksi sosialnya. Kita mempengaruhi
pandangan orang lain terhadap kita dengan cara
mengelola infonnasi yg kita berikan kepadanya.
Peran orang tua dalam mengembangkan kemandirian
pada anak yaitu menciptakan suasana rumah yang aman
untuk eksplorasi, menjadi pemandu bagi anak, melibatkan
anak dalam berbagai aktivitas, hindari perintah dan

14
ultimatum yang menekan anak, menunjukkan rasa cinta
kepada anak. Orang tua harus memberikan kesempatan
kepada anak untuk melakukan segala sesuatu dengan sendiri
tanpa perlu merasa khawatir kepada anaknya dengan
memberikan sikap positif kepada anak dengan seperti
memuji dan mendukung usaha mandiri yang dilakukan anak.
ada beberapa peran dalam keluarga, diantaranya:
a. Peranan Ayah: Ayah sebagai pemimpin keluarga
mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung/ pengayon, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga dan juga sebagai anggota
masyarakat kelompok sosial tertentu.
b. Peranan Ibu: ibu sebagai pengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik anak anak, pelindung keluarga
dan pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat sosial tertentu.
c. Peran Anak: Anak-anak melaksanakan peranan
psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Setiadi,
2008:45)

B. Pola Asuh
1. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh merupakan sikap interaksi antara orang tua
dan anak, sikap tersebut termasuk cara dan aturan yang
diperhatikan orang tua. Pola asuh merupakan perlakuan bagi
orang tua untuk memberikan perlindungan dan pendidikan

15
bagi kehidupan sehari-hari anak untuk memenuhi
kebutuhannya. Pengertian pola asuh adalah bagaimana orang
tua memperlakukan anaknya, mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan, serta melindungi anak untuk mencapai
kedewasaan, hingga berusaha membentuk norma yang
diharapkan masyarakat (Casmini, 2007:47)
Menurut (Desmita, 2013:8) metode pengasuhan anak
adalah dengan mengedepankan interaksi dan komunikasi
yang penuh perhatian, sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang dewasa, serta dapat
menciptakan kondisi harmonis dalam keluarga dan
lingkungan masyarakat. Sedangkan pola mengacu pada
model, bentuk, struktur, dan proses dalam melakukan
sesuatu.
Berdasarkan pengertian di atas maka pola asuh dapat
diartikan sebagai gambaran tentang sikap dan perilaku orang
tua dan anak dalam aktivitas dan interaksi pengasuhan.
Dalam kegiatan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan
perhatian, disiplin, aturan, reward dan punishment, serta
merespon keinginan anak. Sikap, kebiasaan dan perilaku
orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anak,
kemudian diserap oleh orang tua secara sadar atau tidak
sadar, dan kemudian menjadi kebiasaan anak (Desmita,
2013:64).
Menurut (Hurlock, 2013) sebagai orang tua, orang tua
tidak hanya dapat bertukar fakta, ide dan pengetahuan, tetapi
juga membantu mengembangkan kepribadian anak. Pola

16
asuh merupakan cara terbaik yang ditempuh orang tua untuk
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab
kepada anak (Thoha, 1996:109).

2. Jenis-jenis Pola Asuh


Menurut Baumrid dalam (Santrock, 2003:185) ada tiga
bentuk pola asuh orang tua dalam mendidik dan memberikan
metode disiplin kepada anak, yaitu:
a. Pola asuh otoriter
Adalah gaya yang membatasi dan menghukum,
dimana orang tua mendesak anak untuk mengikuti
arahan mereka dan menghormati pekerjaan dan upaya
mereka. Pola asuh otoriter merupakan bentuk pola
asuh yang menuntut anak agar patuh dan tunduk
terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh
orang tua tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau
mengemukakan pendapatnya sendiri (Gunarsa,
1995:87). Pola asuh otoriter biasanya menerapkan
batas kendali yang tegas pada anak dan menimalisir
perdebatan verbal. Orang tua yang otoriter akan
membuat anak sering kali tidak bahagia, minder, dan
ketakutan ketika membandingankan diri dengan
orang lain, anak juga akan mempunyai bentuk
komunikasi yang lemah dan tidak mampu memulai
aktivitas.

17
b. Pola asuh demokratis
Pola asuh yang memberikan kebebasan kepada anak
tetapi masih bisa mengendalikannya dan mendorong
anak untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab,
serta orang tua bersikap hangat dan penyayang
terhadap anak. Orang tua yang memiliki pola asuh ini
menunjukkan dukungan dan kesenangan sebagai
respon terhadap perilaku konstruktif anak. Anak yang
memiliki pola asuh orang tua demokratis biasanya
sering kali bisa mengendalikan diri dan mandiri, ceria,
dan beroerientasi pada prestasi.
c. Pola asuh permisif
Pola asuh ini memberikan kebebasan yang sangat
longgar terhadap anak. Memberikan kesempatan pada
anaknya tanpa pengawasan dari orang tua. Orang tua
yang memiliki pola asuh ini biasanya cenderung tidak
memperingatkan atau menegur ketika anak dalam
masalah. Anak yang memiliki pola asuh orang tua
permisif biasanya kehidupan orang tua lebih penting
dari pada mereka. Anak cenderung tidak memiliki
kemampuan sosial. Banyak diantaranya memiliki
pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri,
mereka juga sering kali memilikki harga diri yang
rendah, tidak dewasa, dan mungkin terasing dari
keluarga.

18
3. Aspek-Aspek Pola Asuh
Menurut (Mussen, 1994) menyatakan bahwa terdapat
empat aspek penting dalam mengasuh anak, yaitu:
1. Aspek kontrol
Merupakan usaha yang dilakukan orang tua untuk
mempengaruhi aktivitas anak untuk mencapai
tujuan, memodifikasi ekspresi ketergantungan,
agresivitas, tingkah laku dan bermain anak. Namun
orang tua senantiasa menjaga keselamatan anak-
anak (over protection) dan mengambil tindakan-
tindakan yang berlebihan agar anak-anaknya
terhindar dari bermacam-macam bahaya akan
menghasilkan perkembangan anak dengan ciri-ciri
sangat tergantung kepada orang tuanya dalam
bertingkah laku.
2. Aspek tuntutan kedewasaan
Orang tua menekankan kepada anak untuk
mencapai suatu tingkat kemampuan secara
intelektual, sosial dan emosional. Orang tua
memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengalami pahit getirnya kehidupan, menghadapi
dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
anak dengan harapan agar anak dapat belajar dari
pengalaman dan menjadi dewasa. Namun orang
tua tetap tidak mengubah dan mengarahkan proses-
proses perkembangan pada seluruh aspek

19
kepribadian anak sebagai upaya dalam
mempersiapkan anak menghadapi masa remaja.
3. Aspek komunikasi anak dan orang tua
Aspek ini meliputi penggunaan nalar dalam
memecahkan masalah, menanyakan bagaimana
pendapat dan perasaan anak.
4. Aspek kasih sayang
Aspek ini meliputi penghargaan dan pujian
terhadap prestasi anak. Komunkasi keluarga dapat
dilakukan dengan gerakan, sentuhan, senyuman,
mimik wajah dan ungkapan kata. Melalui pola
komunikasi keluarga yang demikian dapat
meningkatkan keakraban, keintiman, saling
memiliki, rasa melindungi anak oleh orang tuanya
menjadi semakin besar.

4. Faktor-faktor Pola Asuh Orang Tua


Menurut Hurlock dalam (Adawiah, 2017:36) ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua,
yaitu:
1. Kepribadian orang tua.
Setiap orang tua berbeda dalam tingkat energi,
kesabaran, intelegensi , sikap dan kematangannya.
Karakteristik tersebut akan mempengaruhi
kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan peran
sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensifitas
orang tua terhadap kebutuhan anak-anaknya.

20
2. Keyakinan.
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai
pengasuhan akan mempengaruhi nilai dari pola asuh
dan akan mempengaruhi tingkah lakunya dalam
mengasuh anak-anaknya.
3. Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua.
Bila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu
berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan
baik, maka mereka akan menggunakan teknik serupa
dalam mengasuh anak dalam bila mereka merasa pola
asuh yang digunakan orang tua mereka tidak tepat,
maka orang tua akan beralih ke teknik pola asuh yang
lain:
a) Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang
lebih muda dan kurang berpengalaman lebih
dipengaruhi oleh apa yang dianggap anggota
kelompok (bisa berupa keluarga besar,
masyarakat) merupakan cara terbaik dalam
mendidik anak.
b) Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih
demokratis dan permissive bila dibandingkan
dengan orang tua yang berusia tua.
c) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapatkan Pendidikan
yang tinggi, dan mengikuti kursus dalam

21
mengasuh anak lebih menggunakan teknik
pengasuhan authoritative dibandingkan dengan
orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan
dan pelatihan dalam mengasuh anak.
d) Jenis kelamin
Ibu pada umumnya lebih mengerti anak dan
mereka cenderung kurang otoriter bila
dibandingkan dengan bapak.
e) Status social ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah
cenderung lebih keras, memaksa dan kurang
toleran dibandingkan dengan orang tua dari kelas
atas.

5. Indikator Pola Asuh


Menurut Gunarsa dalam (Priayudana, 2018:57) indikator
dari pola asuh terhadap anak dapat dikelompokkan sebagi
berikut:
1. Pola asuh otoritan (Authoritian Parenting), antara
lain:
a) Orang tua menerapkan peraturan yang ketat.
b) Tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan
pendapat.
c) Segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi oleh
anak.
d) Berorientasi pada hukuman (fisik maupun
verbal)

22
e) Orang tua jarang memberikan hadiah ataupun
pujian.
2. Pola asuh otoritatif (Authoritatif Parenting), antara
lain:
a) Adanya kesempatan bagi anak untuk
berpendapat.
b) Hukuman diberikan akibat perilaku salah.
c) Memberi pujian ataupun hadiah kepada
perilaku yang benar.
d) Orang tua membimbing dan mengarahkan
tanpa memaksakan kehendak kepada anak.
e) Orang tua memberi penjelasan secara rasional
jika pendapat anak tidak sesuai.
f) Orang tua mempunyai pandangan masa depan
yang jelas terhadap anak.
3. Pola asuh permisif (Permisive Parenting), antara lain:
a) Memberikan kebebasan akepada anak tanpa
ada batasana dan aturan dari orang tua.
b) Anak tidak mendapatkan hadiah ataupun
pujian meski anak berperilaku sosial baik.
c) Anak tidak mendapatkan hukuman meski
anak melanggar peraturan.
d) Orang tua kurang kontrol terhadap perilaku
dan kegiatan anak sehari-hari.
e) Orang tua hanya berperan sebagai pemberi
fasilitas.

23
C. Anak-anak
1. Pengertian Anak Usia Dini dan Usia Sekolah
Pengertian anak menurut UU No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak tertera dalam pasal I butir 1 yang
menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia
18 tahun , termasuk anak yang masih di dalam kandungan.
Anak merupakan potensi generasi penerus bangsa, dan anak
juga merupakan potensi sumber daya manusia bagi
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, anak membutuhkan
bimbingan dan perlindungan agar kelak bisa menjadi penerus
bangsa yang handal.
Menurut NAEYC (National Assosiation Education for
Young Chlidren) dalam (Priyanto, 2014:42) mengungkapkan
bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada
pada rentang usia antara 0 – 8 tahun. Sedangkan, menurut
(Sumantri, 2005:11) fase anak-anak adalah fase
perkembangan mulai umur 1 atau 2 tahun sampai 10 – 12
tahun, fase ini diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu early
childhood (anak kecil) yang berumur 1-6 tahun, dan later
childhood (anak besar) yang berumur 6-12 tahun.
Anak usia dini merupakan sekelompok manusia yang
berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Ada
perbedaan batasan usia dan pemahaman pada anak usia dini,
tergantung dari perspektif yang digunakan. Secara
tradisional pengertian anak biasanya dianggap sebagai
manusia dewasa mini, masih lugu, tidak mampu berbuat apa-
apa, atau dengan kata lain tidak mampu berpikir.

24
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan
melihat sebutan yang mengatas namakan anak usia dini,
maka pengertian anak usia dini merupakan batasan usia dan
pemahaman yang beragam tergantung sudut pandang yang
digunakan. Pada penelitian ini, peneliti menemukkan umur
anak usia dini di tempat penelitian dengan mayoritas umur 5-
9 tahun.

2. Karakteristik Anak-anak
Menurut (Hibama S Rahman, 2005:43-44) ada beberapa
karakteristik anak usia dini, diantaranya:
1. Usia 0-1 tahun
Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami
perkembangan fisik yang paling cepat, karena anak-
anak pada usia tersebut telah mempelajari
kemampuan dan keterampilan dasar. Kemampuan
dan keterampilan dasar inilah yang menjadi modal
proses tumbuh kembang anak selanjutnya. Adapun
karakteristik anak usia bayi, yaitu:
a. keterampilan motorik antara lain anak mulai
berguling, merangkak, duduk, berdiri dan
berjalan.
b. keterampilan menggunakan panca indera yaitu
anak melihat atau mengamati, meraba,
mendengar, mencium, dan mengecap dengan
memasukkan setiap benda ke mulutnya.

25
c. komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari
orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
2. Usia 2-3 tahun
Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang
pesat pada perkembangan fisiknya. Adapun
karakteristik anak usia 2-3 tahun, yaitu:
a. anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-
benda yang ada di sekitarnya. Eksplorasi yang
dilakukan anak terhadap benda yang ditemui
merupakan proses belajar yang sangat efektif.
b. Anak mulai belajar mengembangkan
kemampuan berbahasa yaitu dengan berbicara.
Anak belajar berkomunikasi, memahami
pembicaraan orang lain dan belajar
mengungkapkan isi hati dan pikiran.
c. anak belajar mengembangkan emosi yang
didasarkan pada faktor lingkungan karena
emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.
3. Usia 4-6 tahun
Pada usia ini anak sudah memasuki Taman Kanak-
kanak. Karakteristik yang dimiliki anak usia 4-6 tahun,
yaitu:
a. perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam
berbagai kegiatan sehingga dapat membantu
mengembangkan otot-otot anak.

26
b. perkembangan bahasa semakin baik anak
mampu memahami pembicaraan orang lain dan
mampu mengungkapkan pikirannya.
c. perkembangan kognitif (daya pikir) sangat
pesat ditunjukkan dengan rasa keingintahuan
anak terhadap lingkungan sekitarnya. Anak
sering bertanya tentang apa yang dilihatnya.
d. bentuk permainan anak masih bersifat individu
walaupun dilakukan anak secara bersama-
sama.
3. Usia 7-8 tahun
Pada usia ini karakteristik anak dapat dilihat, sebagai
berikut:
a. dalam perkembangan kognitif, anak mampu
berpikir secara analisis dan sintesis, deduktif
dan induktif.
b. perkembangan sosial, anak mulai ingin
melepaskan diri dari orangtuanya. Anak sering
bermain di luar rumah bergaul dengan teman
sebayanya.
c. anak mulai menyukai permainan yang
melibatkan banyak orang dengan saling
berinteraksi.
d. perkembangan emosi anak mulai berbentuk
dan tampak sebagai bagian dari kepribadian
anak.

27
Ciri khas anak usia dini merupakan individu yang
memiliki tingkat perkembangan yang relatif cepat atau
dapat merespon semua aspek perkembangan yang ada.
Sedangkan, menurut (Hartati, 2005:8-9) fase anak usia dini
berbeda dengan anak lainnya. Beberapa karakteristik anak
usia dini sebagai berikut:
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia di
sekitar mereka. Mereka ingin tahu apa yang terjadi
di sekitar mereka. Pada masa bayi, ketertarikan ini
ditunjukkan dengan meraih dan memasukkannya
ke dalam mulut benda apa saja yang berada dalam
jangkauannya. Pada usia 3-4 tahun, selain sering
membongkar pasang segala sesuatu untuk
memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga mulai
gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih
sangat sederhana.
2. Merupakan pribadi yang unik
Meskipun model perkembangan umum memiliki
banyak kesamaan, namun setiap anak, bahkan anak
kembar, memiliki ciri khasnya masing-masing,
seperti gaya belajar, minat dan latar belakang
keluarga. Keunikan ini bisa berasal dari faktor
genetik (misalnya dari segi ciri fisik) atau
lingkungan (misalnya dari segi minat). Dengan
keunikan tersebut, orang tua perlu melakukan
pendekatan yang berbeda dari pendekatan kolektif

28
agar keunikan setiap anak dapat terakomodir
dengan baik.
3. Suka berfantasi dan berimajinasi
Anak usia dini suka membayangkan dan
mengembangkan hal-hal yang jauh di luar kondisi.
Sekalipun hasil khayalannya, anak bisa
menceritakan sesuatu dengan meyakinkan, seolah-
olah dia pernah melihat atau mengalaminya sendiri.
Fantasi dan imajinasi anak sangat penting untuk
perkembangan kreativitas dan bahasa. Oleh karena
itu, selain dibimbing, biarkan anak perlahan
memahami perbedaan antara fantasi dan kenyataan,
fantasi dan imajinasi juga perlu dikembangkan
melalui berbagai kegiatan seperti mendongeng atau
mendongeng.
4. Masa paling potensial untuk belajar
Anak usia dini sering disebut sebagai masa
keemasan atau golden age, karena pada usia ini
anak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
dalam segala aspek. Misalnya dalam
perkembangan otak, terjadi proses pertumbuhan
otak yang sangat cepat pada 2 tahun pertama usia
anak. Oleh karena itu, usia dini terutama di bawah
usia 2 tahun, merupakan masa paling sensitif dan
potensial bagi anak untuk mempelajari
pengetahuan tertentu. Orang tua perlu memberikan
segala macam stimuli yang tepat agar masa sensitif

29
ini tidak hanya diabaikan, tetapi juga penuh dengan
hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh
kembang anak.
5. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Kita sering melihat bahwa anak usia dini bergeser
dengan cepat dari satu aktivitas ke aktivitas
lainnya. Rentang perhatian anak pada usia ini
memang sangat pendek sehingga perhatiannya
mudah dialihkan dari aktivitas lain. Ini terjadi
terutama ketika aktivitas sebelumnya tidak lagi
menarik perhatiannya. Sebagai orang tua kita perlu
memperhatikan ciri-ciri tersebut agar kita selalu
berusaha untuk menciptakan suasana pendidikan
yang menyenangkan.

D. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Menurut Steinberg dalam (Patriana, 2007:20)
kemandirian mengacu pada seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri secara
bertanggung jawab bahkan tanpa pengawasan orang tuanya
atau orang lain. Beberapa ahli juga mempunyai pengertian
dari segi hal yang berbeda, namun pada dasarnya memiliki
tujuan dan fokus yang sama.
Menurut Masrun, dkk dalam (Patriyana, 2007:21)
kemandirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang
untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu secara impulsif

30
sesuai dengan kebutuhannya, mengejar prestasi, penuh
ketekunan, dan keinginan untuk melakukan sesuatu tanpa
orang lain, mampu berfikir dan mengambil orisinalitas,
kreatifitas dan inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan
orang lain, percaya pada kemampuan sendiri, menghargai
keadaan sendiri, dan mendapatkan kepuasan dari usaha
sendiri. Sementara itu, kemandirian sebagai kebebasan
bertindak, tidak bergantung pada individu lain, tidak
terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan
sendiri (Nuryoto, 1993:51).
Menurut Dowling dalam (Sa'diyah, 2017:35)
kemampuan anak untuk berpikir dan melakukan sesuatu
secara mandiri untuk memenuhi kebutuhannya sendiri,
sehingga tidak lagi bergantung pada orang lain, tetapi dapat
menjadi individu yang dapat berdiri sendiri. Dengan
demikian tiap anak butuh dilatih buat meningkatkan
kemandirian sesuai kapasitas serta tahapan
perkembangannya.
Berdasarkan pengertian kemandirian dari beberapa
pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kemandirian
adalah suatu individu yang memiliki kemampuan untuk
mengatur diri sendiri secara bertanggung jawab tanpa tidak
ada pengawasan dari orang lain ataupun orang tua.
Kemampuan anak untuk menjalankan aktivitas dan tugas
sehari-hari sendiri atau dengan sedikit bimbingan sesuai
dengan tahapan dan kemampuan tumbuh kembangnya
sendiri. Kemandirian berarti anak tidak hanya bisa

31
mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tetapi
juga bisa membedakan mana yang baik dan buruk.

2. Faktor-faktor Kemandirian
Menurut (Asrori, 2010:118) faktor yang mempengaruhi
kemandirian, diantaranya:
a. Keturunan orang tua
Orang tua dengan derajat kemandirian yang tinggi
biasanya juga menghasilkan anak dengan derajat
kemandirian yang tinggi. Namun faktor genetik ini
masih diperdebatkan, karena sebagian orang
beranggapan bahwa yang diwariskan kepada anak
sebenarnya bukanlah kemandirian orang tua,
melainkan watak orang tua yang dilandasi cara orang
tua mendidik anaknya.
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan
mempengaruhi perkembangan anak kemandirian
anak. Orang tua selalu melarang atau mengeluarkan
kata "jangan" kepada anaknya tanpa penjelasan yang
rasional, yang akan menghambat perkembangan
kemandirian anak. Di sisi lain, orang tua yang
menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarga
akan terpacu untuk mendorong kelancaran tumbuh
kembang anaknya. Begitu pula dengan orang tua
yang cenderung membandingkan satu anak dengan
anak lainnya seringkali berdampak negatif terhadap
perkembangan kemandirian anaknya.

32
b. Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak
mengembangkan demokratisasi pendidikan dan
cenderung mengedepankan indoktrinasi tanpa
kontroversi akan menghambat perkembangan
kemandirian anak. Begitu pula dengan proses
pendidikan yang menekankan pentingnya sanksi atau
hukuman juga dapat menghambat perkembangan
kemandirian anak. Di sisi lain, proses pendidikan
yang menekankan pentingnya menghargai potensi
anak, memberi penghargaan dan menciptakan
kemampuan positif akan mendorong perkembangan
kemandirian.
c. Sistem kehidupan masyarakat
Dalam masyarakat, penekanan yang berlebihan pada
pentingnya tatanan sosial, kurangnya rasa aman atau
mencekam, dan sistem kehidupan yang tidak
menghargai potensi penampilan anak dalam kegiatan
produksi akan menghambat kelancaran
perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya,
lingkungan masyarakat yang aman harus menghargai
ekspresi potensi anak dalam bentuk berbagai
kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis, yang akan
merangsang dan mendorong perkembangan
kemandirian anak.

33
3. Ciri-ciri Kemandirian
Menurut Covey dalam (Budijanto, 1997:38-39) ciri khas
kemandirian pada anak diantaranya mereka memiliki
kecenderungan dan kemampuan dalam memecahkan
masalah dari pada berkutat dalam kekhawatiran ketika
mempunyai masalah. Ciri-ciri kemandirian, diantaranya:
a. Secara fisik mampu bekerja sendiri.
b. Secara mental dapat bepikir sendiri.
c. Secara kreatif mampu mengekspresikan gagasannya
dengan cara yang mudah dipahami.
d. Secara emosional kegiatan yang dilakukannya
dipertanggung jawabkan sendiri.
Sedangkan menurut (Afiatin, 1993:7-13) kemandirian
memiliki ciri-ciri, yaitu:
a. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku,
membuat keputusan sendiri, dan tidak merasa cemas,
takut, malu jika keputusan yang diambil tidak sesuai
dengan keyakinan dan pilihan orang lain.
b. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar
masalah, mencari alternatif permasalahan, mengatasi
masalah dan berani menghadapi tantangan serta
kesulitan tanpa bimbingan orang lain.
c. Mampu mengontrol dirinya dan perasaan agar tidak
memiliki rasa takut, ragu, cemas, tergantung yang
berlebihan dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Mengendalikan diri untuk menjadi penilaian
mengenai apa yang terbaik bagi dirinya.

34
e. Bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan
orang lain, yang diwujudkan dan membedakan
kehidupan dirinya dengan orang lain, namun tetap
menunjukan loyalitasnya.

4. Aspek-aspek Kemandirian
Selain uraian tentang ciri-ciri kemandirian perlu dipahami
bahwa ada beberapa aspek kemandirian. Menurut
Havinghurst dalam (Desmita, 2010:186-187) kemandirian
dalam konteks individu memiliki aspek yang lebih luas dari
sekedar aspek fisik, yaitu:
a. Kemandirian emosi, aspek ini ditunjukkan dengan
kemampuan mengontrol emosi dan tidak
tergantungnya kebutuhan emosi dan individu lain.
b. Kemandirian ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan
kemampuan mengatur ekonomi dan tidak
bergantungnya kebutuhan ekonomi pada individu
lain.
c. Kemandirian intelektual, kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
d. Kemandirian sosial, kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan individu lain dan tidak tergantung
atau menunggu aksi dari individu lain.
Berdasarkan uraian diatas bahwa dapat disimpulkan,
aspek-aspek kemandirian terdiri dari kemandirian emosi,
kemandirian ekonomi, kemandirian intelektual dan
kemandirian sosial.

35
5. Indikator Kemandirian
Menurut (Yamin, 2012:61) mengemukakan beberapa
indikator dari munculnya kemandirian, diantaranya:
a. Kemampuan Fisik
Dalam hal ini mencakup kemampuan anak dalam hal
memenuhi kebutuhannya sendiri. Misalnya anak
butuh makan, maka secara mandiri anak harus bisa
makan sendiri.
b. Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu sikap individu
yang menunjukan bahwa dirinya dapat
mengembangkan rasa dihargai. Perwujudan
kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan
untuk berani memilih, percaya akan kemampuannya
dalam mengorganisasikan diri.
c. Bertanggung Jawab
Dalam hal ini kemampuan seseorang ditunjukkan
untuk berani mengambil resiko atas konsekuensi dari
keputusan yang telah diambil.
d. Disiplin
Dalam hal ini kemampuan untuk mengendalikan diri,
karakter dan keadaan secara tertib dan rapih.
e. Pandai Bergaul
Merupakan kemampuan diri dalam berinteraksi
dengan sesamanya dimana pun berada.

36
f. Saling Berbagi
Merupakan kemampuan memahami kebutuhan orang
lain dan bersedia memberikan apa yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan orang lain.
g. Mengendalikan Emosi
Dalam hal ini kemampuan untuk mengatasi rasa tidak
puas pada saat mengalami kejadian yang tidak sesuai
dengan keinginannya.

E. Pengaruh Pola Asuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja


Terhadap Kemandirian Anak
Sebagai seorang ibu yang memiliki peran penting di dalam
keluarga, maka seorang ibu memiliki tanggung jawab atau tugas-
tugas yang harus dijalankan dengan baik. Adapun tugas-tugas
seorang ibu, diantaranya:
1. Mengasuh, mengajar, membina, mendidik seorang bayi
hingga tumbuh menjadi anak, remaja dan dewasa.
2. Mengembangkan karier untuk mencari nafkah guna
menopang ekonomi keluarga.
3. Melakukan tugas-tugas domestik kerumahtanggaan
seperti; memasak, mencuci, dan menjaga kebersihan
rumah.
4. Mengajar dan mendidik bayi untuk menerima makanan
yang bermanfaat bagi pertumbuhannya.
5. Melatih bayi agar mampu berjalan, berbicara, dan bergaul
dengan orangtua dalam keluarga (Dariyo, 2013:134).

37
Seorang ibu yang bekerja juga memiliki kewajiban untuk
mengasuh anak-anaknya disela waktunya setelah bekerja. Untuk
dapat memberikan kualitas yang baik, seorang ibu yang bekerja
harus dapat mengimbangi waktu antara pekerjaan dan
keluarganya. Seorang ibu juga harus tetap menghadapi anak-
anaknya dengan akrab dan ceria meskipun lelah setelah pulang
bekerja, baik itu untuk kegiatan mendongeng, permainan kreatif,
bertanya kepada anak tentang kegiatan sehariannya. Melalui
pendekatan yang efektif dan penuh kasih sayang, dapat
mengembangkan kemampuan anak yang dimiliki, termasuk
kemandirian.
Menurut Lerner dalam (Widyasari dan Fridari, 2013) dalam
Encyclopedia of Children’s Health, ibu bekerja merupakan suatu
keadaan dimana seorang Ibu bekerja di luar rumah untuk
mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan
mengurus anak di rumah. Sedangkan, Ibu yang tidak bekerja
merupakan ibu rumah tangga yang tidak terlibat dalam kegiatan
yang secara langsung menghasilkan uang atau barang dapat
berkontribusi untuk pendapatan keluarga dan fokus pada urusan
keluarga.
Selain dari menggunakan waktu sebaik mungkin, ibu juga
harus menentukan pola asuh yang benar dan sesuai untuk anak-
anaknya. pola asuh adalah bagaimana orang tua memperlakukan
anaknya, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan, serta
melindungi anak untuk mencapai kedewasaan, hingga berusaha
membentuk norma yang diharapkan masyarakat (Casmini,
2007:47). Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk mengetahui

38
cara mengasuh anaknya dengan benar agar dapat menghasilkan
anak yang berkualitas sesuai keinginan orang tuanya.
Kemandirian anak akan tercapai apabila orang tua melakukan
upaya melalui berbagai kegiatan yang mendukung perkembangan
kemandirian anak.
Menurut Steinberg dalam (Patriana, 2007:20) kemandirian
mengacu pada seseorang yang memiliki kemampuan untuk
mengatur dirinya sendiri secara bertanggung jawab bahkan tanpa
pengawasan orang tuanya atau orang lain. Dalam menumbuhkan
sifat kemandirian anak, orang tua dapat melaksanakan pelatihan
kemandirian sejak dini. Dalam proses mengembangkan sikap
mandiri, orang tua perlu mengajarkannya secara perlahan sesuai
dengan tahap pertumbuhan anak. Kemandirian anak harus dilalui
secara bertahap di bawah pengawasan dan bimbingan orang tua.
Memberikan kasih sayang, memberikan dorongan, dan
pengertian dapat diberikan dengan menggunakan kata-kata pujian
yang tulus tetapi tidak berlebihan.

F. Kerangka Pemikiran
Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak
mendapatkan didikan dan mengenal nilai-nilai ataupun peraturan-
peraturan yang dimana harus diikutinya yang mendasari anak
untuk berinteraksi sosial dengan lingkungan.
Perubahan gaya hidup dalam keluarga dapat membawa
perubahan konsep pola asuh, dimana banyak ibu yang bekerja
untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Namun, tidak semua ibu
dapat keluar dari pekerjaannya sehingga mereka lebih baik tinggal

39
di rumah untuk mengurus anak-anaknya. ibu bekerja merupakan
suatu keadaan dimana seorang Ibu bekerja di luar rumah untuk
mendapatkan penghasilan disamping membesarkan dan mengurus
anak di rumah (Widyasari dan Fridari, 2013). Sedangkan, Ibu yang
tidak bekerja merupakan ibu rumah tangga yang tidak terlibat
dalam kegiatan yang secara langsung menghasilkan uang atau
barang dapat berkontribusi untuk pendapatan keluarga dan fokus
pada urusan keluarga.
Menurut Baumrid dalam (Santrock, 2003:185),
mengungkapkan ada tiga bentuk pola asuh dalam mendidik dan
memberikan metode disiplin kepada anak seperti pola asuh
otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Bentuk pola
asuh tersebut harus ada dalam pola pengasuhan setiap orang tua,
guna membentuk anak menjadi mandiri dalam aspek apapun.
Sedangkan, indikator untuk mengukur kemandirian menurut
yamin terdiri dari kemampuan fisik, percaya diri, bertanggung
jawab, disiplin, pandai bergaul, saling berbagi, dan mengendalikan
emosi.

Bagan 1 Kerangka Pemikiran

Kemandirian
Pola Asuh
Anak

Ibu
Bekerja

Ibu
Tidak Bekerja

40
G. Hipotesis
Menurut (Sugiyono, 2017:99-102) hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan hanya berdasarkan teori yang relevan, bukan fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Oleh karena
itu, hipotesis ini juga dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis
untuk pertanyaan penelitian, daripada jawaban empiris.
Berdasarkan pemamparan teori dan kerangka berfikir diatas maka
dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat perbedaan antara pola asuh ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap kemandirian
anak.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara pola
asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap
kemandirian anak.

41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif karena hasil dan data akhir dilakukan
dengan perhitungan secara statistik. Sedangkan metode yang
digunakan peneliti adalah metode komparatif yang bertujuan untuk
membandingkan keberadaan satu variable atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.
Menurut Arikunto dalam (Sudijono, 2010:274) tujuan dari
penelitian komparatif adalah cari tahu persamaan dan perbedaan
antara objek, orang, proses kerja, ide, kritik orang, kelompok, ide
atau prosedur kerja. Selain itu juga dapat membandingkan
persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta dan karakteristik
objek yang dipelajari sesuai dengan kerangka pemikiran tertentu.
untuk menentukan mana yang lebih baik atau mana yang harus
dipilih, dan untuk menyelidiki suatu hubungan sebab-akibat
dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada
dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab
melalui data tertentu.

B. Definisi Variabel dan Operasional Variabel


Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel
bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent
variabel). Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi, menjelaskan dan juga menerangkan variabel
lainnya. Sedangkan, variabel terikat merupakan variabel yang

42
dipengaruhi dan diterangkan oleh variabel lain tetapi tidak
mempengaruhi variabel lain (Yusuf M. , 2017:102).
Menurut (Sugiyono, 2017:38) variabel dapat diartikan
sebagai atribut seseorang atau objek, yang berubah antara satu
orang dengan lainnya atau antara satu objek dengan objek
lainnya. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
menyebabkan perubahan atau terjadinya variabel terikat.
Sedangkan, karena adanya variabel bebas maka variabel terikat
adalah variabel yang terpengaruh atau variabel hasil. Dalam
penelitian ini variabel bebas (independent variabel) adalah pola
asuh ibu yang bekerja dan ibu tidak bekerja, dan variabel terikat
(dependent variabel) adalah kemandirian anak.
Dalam penelitian ini dirumuskan definisi operasional variabel
sebagai berikut:
1. Pola asuh adalah kemampuan orang tua dalam
menyediakan waktu untuk mengasuh, membimbing,
serta mengarahkan anaknya menjadi lebih baik. Dari cara
perlakuan orang tua akan mencerminkan karakteristik
tersendiri yang mempengaruhi pola sikap anak.
2. Kemandirian adalah kemampuan seseorang untuk dapat
mengambil keputusan sendiri tanpa bantuan orang lain,
berpikir dan bertindak atas kemauan sendiri, memilih
dan menentukan pilihan sendiri, percaya pada
kemampuannya sendiri, dan bertanggung jawab atas apa
yang dilakukannya.

43
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut (Sugiyono, 2017:80) populasi adalah wilayah
umum, meliputi: objek atau topik dengan kualitas dan
karakteristik tertentu, objek atau topik tersebut ditentukan
oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi pada penelitian ini terdiri dari dua
populasi, yaitu ibu bekerja dan ibu tidak bekerja. Populasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu bekerja dan
ibu tidak bekerja di RW 02 Kelurahan Cinere.
2. Sampel
Menurut (Arikunto, 2006:131) sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Apabila
penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi maka
bisa dibilang penelitian tersebut penelitian sampel.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja di RW 02 Kelurahan
Cinere.
3. Teknik Pengambilan Sampling
Menurut (Sugiyono, 2017:81) teknik sampling adalah
untuk menentukan teknik pengambilan sampel dari
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yang
digunakan Non Probability Sampling dengan jenis
purposive sampling. Non Probability Sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak dapat memberikan

44
kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap elemen
atau anggota populasi yang dipilih sebagai sampel
penelitian. Sementara itu, Purposive sampling adalah
sampel dipilih berdasarkan karakteristik atau karakteristik
tertentu, yang dianggap mirip dengan karakteristik yang
diketahui sebelumnya atau karakteristik keseluruhan.
Adapaun kriteria yang dipilih dalam menentukan sampel
penelitian antara lain:
1. Responden adalah ibu yang bekerja dan ibu yang
tidak bekerja di RW 02 Kelurahan Cinere.
2. Responden hanya mengisi 1 kali (1 kuesioner).
3. Tidak ada paksaan.
Dalam menentukan sampel peneliti mengambil sampel
31 dengan kriteria ibu yang bekerja dan peneliti
mengambil sampel 48 dengan kriteria ibu yang tidak
bekerja di RW 02 Kelurahan Cinere.

45
D. Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh melalui data primer dan
data sekunder sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden melalui observasi. Data diambil dengan
prosedur sebagai berikut:
a) Peneliti mengajukan permohonan izin
penelitian dari institusi yaitu Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
ditujukan kepada ketua Rukun Warga (RW) 02
Cinere Kota Depok agar bersedia dan
memberikan izin penelitian menjadi lokasi atau
tempat diadakan penelitian.
b) Setelah mendapat izin dari instansi, maka
peneliti mengadakan pendekatan dengan calon
responden, kemudian memberikan penjelasan
tentang penelitian ini. Dan jika calon responden
bersedia, maka peneliti akan mempersilahkan
calon responden untuk mendatangani lembar
persetujuan responden.
c) Setelah responden mendatangani lembar
persetujuan, maka lembar kuesioner mulai
dilaksanakan.

46
2. Data Sekunder
Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dengan
cara menelusuri dan memilih literature, serta data yang
diperoleh dari ketua RW 02 Cinere.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian adalah berupa kuesioner. Metode
kuesioner adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,
2006:151). Data diambil dengan cara menggunakan skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2017:93). Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
didapatkan dari responden. Teknik pengumpulan data dari
responden dengan menyusun pernyataan pada kolom yang
sudah disediakan dengan membaca petunjuk pengisian
kuesioner. Lalu, hasil yang diperoleh berupa rasio atau
interval 1 sampai 4 yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju,
dan sangat tidak setuju.

47
Tabel 1. 1 Skala Likert Pola Asuh Ibu yang Bekerja dan Ibu
yang Tidak Bekerja
Pernyataan Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

Tabel 1. 2 Skala Likert Kemandirian Anak


Pernyataan Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

F. Teknik Pengolahan Data


Setelah mengumpulkan data, dilakukan pengolahan
data dengan bantuan computer, dalam hal ini peneliti
menggunakan perhitungan dengan bantuan perangkat
lunak SPSS for windows 25.0 sebagai teknik pengolahan
data. Cara yang dilakukan dalam teknik pengolahan data
diantaranya:
1. Tahap Editing
Tahapan ini bersifat korektif, dengan fungsi
pengecekan dan koreksi data yang terkumpul
bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan
pada proses pencatatan di lapangan.

48
2. Tahap Koding
Tahap pengkodean adalah tahap di mana setiap data
yang termasuk dalam kategori yang sama disediakan.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memberikan
identitas atau petunjuk pada data untuk dianalisis.
Peneliti kemudian memberikan petunjuk berupa angka
atau huruf untuk mengevaluasi data yang diperoleh.
3. Pemberian Skor atau Nilai
Peneliti menggunakan skala Likert pada tahap
pemberian skor atau nilai sebagai salah satu cara untuk
menentukan skor suatu data.
4. Entri Data (Tabulasi)
Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang
terkumpul ke dalam tabel utama, kemudian
melakukan distribusi frekuensi sederhana atau
membuat tabel kontigensi. Analisis data dapat
dilakukan secara deskriptif, dengan melihat persentase
data yang terkumpul dan ditampilkan pada tabel
distribusi frekuensi, kemudian mencari persentase
jawaban masing-masing responden, kemudian
menggunakan teori literatur yang ada untuk
pembahasannya.

G. Instrumen Penelitian
Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa
kuesioner atau angket sebagai alat bantu dalam
mengumpulkan data. Meneliti dengan data yang sudah ada

49
lebih tepat kalau dinamakan membuat laporan dari pada
melakukan penelitian. Namun demikian dalam skala yang
paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai
bentuk penelitian (Sugiyono, 2017:102). Berikut
penjelasan definisi operasional variabel penelitian:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen atau bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Pola Asuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja. Pola
asuh menurut Baumrid dalam (Santrock, 2003:185) ada
tiga bentuk pola asuh dalam mendidik dan memberikan
metode disiplin kepada anak, yaitu:
a. Pola asuh otoritan
Pola asuh otoritan merupakan pola asuh yang
menerapkan peraturan yang ketat, tidak adanya
kesempatan untuk mengemukakan pendapat
dan segala peraturan yang dibuat harus dipatuhi
oleh anak.
b. Pola asuh otoritatif
Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang
memberikan kebebasan kepada anak tetapi
masih bisa mengendalikannya dan mendorong
anak untuk menjadi mandiri dan bertanggung
jawab.

50
c. Pola asuh permisif
Pola asuh permisif merupakan pola asuh yang
yang memberikan kebebasan yang longgar
kepada anak dan memberikan kesempatan ada
anak tanpa adanya pengawasan dari orang tua.
Tabel 1. 3 Blue Print Skala Pola Asuh

No Variabel Jenis Indikator Fav Unfav Total

1. Pola Pola Asuh 1. Orang tua menerapkan 1,2,3,4


Asuh Ibu Otoriter peraturan yang ketat.
2. Tidak adanya
Bekerja 5 6,7
kesempatan untuk
dan Ibu mengemukakan
Tidak pendapat.
3. Segala peraturan yang
Bekerja 9,10 8
dibuat harus dipatuhi
oleh anak.
4. Berorientasi pada 12 11
hukuman (fisik
maupun verbal).
5. Orangtua jarang
memberikan hadiah 13
ataupun pujian

51
Pola Asuh 1. Adanya kesempatan 14,15,16
Demokratis bagi anak untuk
berpendapat.
2. Hukuman diberikan
akibat perilaku salah. 18,19 17
3. Memberi pujian dan
atau hadiah kepada
20,21
perilaku yang benar.
4. Orang tua
membimbing dan 22,23
mengarahkan tanpa
memaksakan
kehendak kepada
anak. 24
5. Memberi tanggapan 25,26
6. Komunikasi yang
baik

52
Pola Asuh 1. Memberikan 27,28
Permisif kebebasan penuh
tanpa ada batasan dan
aturan dari orangtua.
2. Tidak adanya hadiah
atau pun pujian meski 30 29,31
anak berperilaku
sosial baik.
3. Tidak ada nya
hukuman meski anak 32,33
melanggar peraturan.
4. Kurang kontrol
terhadap perilaku dan 34
kegiatan anak sehari-
hari.
5. Orangtua hanya
37 35,36
berperan sebagai
pemberi fasilitas.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel Dependen merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2017:39). Pada penelitian ini
variabel dependen (terikat) adalah Kemandirian Anak,
Menurut Steinberg dalam (Patriana, 2007:20)
kemandirian mengacu pada seseorang yang memiliki
kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri secara
bertanggung jawab bahkan tanpa pengawasan orang
tuanya atau orang lain.
Kemandirian dapat diukur dengan beberapa
indikator diantaranya:

53
a. Kemampuan fisik
Dimana kemampuan anak dalam hal ini
membutuhkannya sendiri.
b. Percaya diri
Merupakan sikap individu yang menunjukan
keyakinan bahwa dirinya dapat
mengembangkan rasa harga diri.
c. Bertanggung jawab
Kemampuan seseorang untuk berani
menanggung resiko.
d. Disiplin
Kemampuan anak untuk mengendalikan diri,
karakter, dan keadaan secara tertib.
e. Pandai bergaul
Kemampuan anak menempatkan diri dalam
berinteraksi sesamanya.
f. Saling berbagi
Kemampuan anak memahami kebutuhan
orang lain dan bersedia memberikan apa yang
dimiliki.
g. Mengendalikan emosi
Kemampuan anak untuk mengatasi rasa tidak
puas karena tidak sesuai dengan keinginannya.

54
Tabel 1. 4 Blue Print Skala Kemandirian
No Variabel Indikator Sub Indikator Fav Unfav Total
1. Kemandirian Kemampuan 1. Anak bisa 1
Fisik menggosok gigi
sendiri.
2. Anak bisa melepas
dan memakai 2
sepatu.
3. Anak bisa pergi ke
3
toilet sendiri.
4. Anak bisa makan
sendiri . 4
Percaya Diri 1. Anak mengerjakan 5
tugas sendiri.
2. Anak berani
6
bertanya bila tidak
mengerti.
3. Anak tidak takut 7
pergi ke sekolah.
4. Anak bisa ditinggal
saat sekolah. 8
Bertanggung 1. Anak bisa 9
Jawab merapikan
mainanya ketempat
semula setelah
selesai bermain.
2. Anak bisa
merapikan buku 10
sendiri.
3. Anak bisa
merapikan 11

55
sepatu/sendal
sesudah bermain.
4. Anak
menyelesaikan tugas 12
sampai selesai.
Disiplin 1. Anak tidak telat 13
pergi sekolah.
2. Anak membuang
14
sampah pada
tempatnya.
3. Anak selalu menaati 15
peraturan yang ada
disekolah.
4. Anak selalu duduk
rapi saat belajar. 16
Pandai Bergaul 1. Anak senang 17
bermain dengan
teman-temannya.
2. Anak tidak
menggangu 18
temannya saat
bermain.
3. Anak disenangin
temannya. 19
4. Anak tidak bersikap
kasar dengan
20
temannya.
Saling Berbagi 1. Anak senang 21
berbagi makanan
dengan temannya.
2. Anak senang
berbagi mainan 22
dengan temannya.

56
3. Anak senang 23
berbagi minuman
dengan temannya.
4. Anak mau
meminjamkan alat 24
tulisnya dengan
temannya.
Mengendalikan 1. Anak tidak
Emosi membentakbentak 25
ketika dimarahi.
2. Anak tidak
menangis bila
menginginkan 26
sesuatu.
3. Anak tidak marah
apabila temannya
mengejek. 27
4. Anak tidak
berteriak saat
28
diganggu
temannya.

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data merupakan metode atau cara untuk
mengolah sebuah data menjadi informasi sehingga
karakteristik data menjadi mudah untuk dipahami dan
bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan
penelitian yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan dari
hasil penelitian. Kegiatan tersebut meliputi
pengelompokan data menurut variabel dan jenis
responden, mentabulasi data berdasarkan variabel semua
responden, menampilkan data dari masing-masing

57
variabel penelitian, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk uji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2017:147).
Hasil data yang dikumpulkan dengan menyebarkan
kuesioner kemudian diolah secara kuantitatif
menggunakan Software Windows SPSS (Statistical
Software Package for Social Sciences) versi 25.0.
Kemudian menganalisis data yang telah dikumpulkan dan
lulus tes prasyarat sebagai berikut :
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum dan generalisasi. Data yang disajikan melalui grafik,
tabel, pictogram, diagram lingkaran, perhitungan modus,
median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan
desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan
prosentase (Sugiyono, 2017:148). Uji kualitas data berupa
uji validitas dan uji realibitas digunakan dalam melakukan
analisis data yang akan dijelaskan sebagai berikut:

58
a. Uji Validitas
Menurut (Sugiyono, 2017:121) validitas merupakan
derajat ketetapan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh
penelitian. Hasil penelitian dikatakan valid jika terjadi
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Kriteria dalam uji validitas ialah apabila rhitung ≥
rtabel (uji 2 dengan sig 0,05) maka instrumen pernyataan
berkorelasi signifikan terhadap skor faktor dan skor total
dan dinyatakan valid. Apabila rhitung ≤ rtabel atau
instrument pernyataan penelitian tidak berhubungan
secara signifikan terhadap skor faktor dan skor total, maka
instrument dinyatakan tidak valid.
Rumus uji validitas:

𝑛. ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
𝑟 2 2
𝑥𝑦= √{𝑛.∑ 𝑥 2−(∑ 𝑥 }{𝑛.∑ 𝑌 2−(∑ 𝑌) }

Keterangan:
rxy : koefisian korelasi
ΣX : jumlah skor item
ΣY : skor total seluruh pernyataan
N : jumlah responden uji coba
b. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono dalam (Ni Luh Eka Ari Artini,
2014:5-6) uji reliabilitas merupakan instrument yang

59
digunakan untuk mengukur objek yang sama dengan alat
pengukuran yang sama akan menghasilkan data yang
sama. Realiabilitas diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan berikutnya. Bila koefisien
korelasi positif dan signifikan, maka instrument
dinyatakan reliable. Setelah dilakukan uji validitas
digunakan software SPSS 25 versi untuk uji reliabilitas
dan rtabel dibandingkan dengan rhitung. Jika nilai alpha
lebih besar dari konstanta 0,06 (Cronbach's Alpha> 0,06)
berarti variabel tersebut reliabel. Teknik penghitungan uji
reliabilitas yang menggunakan Alpha Cronbach:

2
𝑛 ∑𝜎
𝑟11 = (𝑛−1)(1− 2𝑡 )
𝜎
𝑡
Keterangan:
r11 : realibilitas instrument
K : banyaknya butir pernyataan
2
𝛴𝜎 : jumlah varian butir
𝑡
2
𝜎 : varian total
𝑡
Koefisien alpha berada pada nilai 0 sampai 1
digunakan untuk menggambarkan reliabel faktor-faktor
yang diekstraksi dari pembagian (pernyataan dengan dua
kemungkinan jawaban) dan kuesioner atau skala yang
diformat multipoint, semakin tinggi skor maka semakin
diandalkan skala yang dihasilkan seperti 1 sampai 4.

60
I. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa regresi
linier yang diperoleh konsisten, tidak bias dan konsisten dalam
estimasi. Uji asumsi klasik terdiri dari:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menilai sebaran data
pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah sebaran
data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Data yang
berdistribusi normal dapat dilihat dari sebaran data pada
grafik sumbu diagonal dalam proses pengambilan
keputusan. Namun, jika data tersebar di sekitar diagonal
atau mengikuti arah diagonal, model regresi tersebut
memenuhi normalitas. Sebaliknya, jika data tersebar
jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah diagonal,
maka model regresi tidak sesuai dengan normalitas. Pada
penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji
Shapiro-Wilk. Ada beberapa cara melihat residual
distribusi normal atau tidak dengan analisis grafik dan uji
statistic (Ghozali, 2016:154).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas merupakan pengujian mengenai sama
tidaknya variansi-variansi dua buah distribusi atau lebih.
Untuk melakukan uji homogenitas peneliti harus
melakukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Variansi data homogen.
H1 : Variansi data tidak homogen.

61
Pada penelitian ini uji homogenitas yang
digunakan adalah uji Levene dan perangkat lunak
SPSS for windows 25.0 untuk menghitung uji
homogenitas. Kriteria homogenitas data yaitu
“apabila p-value (sig. > 0,05 maka H0 diterima”.
Demikian dapat disimpulkan bahwa sampel sebagai
populasi yang homogen.
J. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat terpenuhi, maka dapat melakukan
pengujian hipotesis yang telah diajukan. Uji hipotesis secara
statistic merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi
(parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian (statistik) (Sugiyono, 2017:160).
Maksudnya adalah taksiran keadaan populasi melalui data sampel,
oleh karena itu dalam statistik yang diuji adalah hipotesis nol.
Hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara
parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol
adalah hipotesis alternatif, yang menyatakan ada perbedaan antara
parameter dan statistik.
Dalam perhitungan uji statistik dinyatakan signifikan apabila
nilai uji statistiknya berada di daerah kritis dimana H0 ditolak
begitu pula sebaliknya dinyatakan tidak signifikan apabila uji
statistik berada pada H0 diterima (Ghozali, 2016:93). Dalam
penelitian ini uji hipotesis yang dilakukan adalah:
1. Uji Independent Sample T test
Analisis yang digunakan untuk uji hipotesis
penelitian yaitu uji beda atau uji T. Uji T yang

62
digunakan yaitu Uji Independent Sample T-test. Uji
Independent Sample T-test ini digunakan untuk
mengetahui perbedaan atau membandingkan rata-rata
dari dua grup yang tidak saling berhubungan (Santoso,
2014:270). Pada prinsipnya uji Independent Sample T-
Test berfungsi untuk mengetahui apakah ada perbedaan
mean antara 2 populasi dengan membandingkan dua
mean sampelnya.

63
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
ibu bekerja dan ibu tidak bekerja di Rukun Warga (RW) 02
Kelurahan Cinere sebanyak 79 responden yang terdiri dari 31 ibu
bekerja dan 48 ibu tidak bekerja. Karakteristik responden dapat
dilihat berdasarkan pekerjaan, usia, dan pendidikan terakhir.
Karakteristik responden akan dijelaskan dengan diagram lingkaran
sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 1. 5 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Jumlah Presentase
Nama Pekerjaan
Responden (%)
PNS 5 responden 6%
Guru 9 responden 11%
Ibu Rumah Tangga 49 responden 62%
(IRT)
Karyawati 16 responden 20 %
Berdasarkan pada tabel 1.5, karakteristik status
pekerjaan responden pada keseluruhan sampel sebanyak 79
responden terlihat bahwa status pekerjaan responden adalah
ibu rumah tangga (IRT) yang terdiri dari 49 responden
dengan 62%, maka dari data yang diperoleh dapat dikatakan
bahwa responden dari penelitian ini sebagian besar status
pekerjaannya adalah ibu rumah tangga. Lalu, karyawati

64
yang terdiri dari 16 responden dengan 20%, guru yang
terdiri dari 9 responden dengan 11%, dan pegawai negeri
sipil (PNS) terdiri dari 5 responden dengan 6%.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 1. 6 karakteristik responden berdasarkan usia
Jumlah
Usia Responden Presentase (%)
Responden
22-25 tahun 12 responden 15%
26-30 tahun 17 responden 22%
31-35 tahun 15 responden 19%
36-40 tahun 22 responden 28%
41-45 tahun 6 responden 8%
46-50 tahun 4 responden 5%
51-55 tahun 3 responden 4%
Berdasarkan pada tabel 1.6, karakteristik usia pada
keseluruhan sampel sebanyak 79 responden terlihat bahwa
mayoritas usia responden dikisaran usia 36-40 tahun terdiri
dari 22 responden dengan 28%, maka dari data yang didapat
dari penelitian ini bahwa sebagian besar usia responden
berkisaran 36-40 tahun. Lalu, usia 26-30 tahun terdiri dari
17 responden dengan 22%, usia 31-35 tahun terdiri dari 15
responden dengan 19%, usia 22-25 tahun terdiri dari 12
responden dengan 15%, usia 41-45 tahun terdiri dari 6
responden dengan 8%, usia 46-50 tahun terdiri dari 4
responden dengan 5%, dan usia 51-55 tahun terdiri dari 3
responden dengan 4%.

65
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Tabel 1. 7 karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhir
Jumlah
Nama Pendidikan Presentase (%)
Responden
SD 1 responden 1%
SLTP/SMP 5 responden 6%
SLTA/SMA 36 responden 46%
Diploma 10 responden 13%
Sarjana 27 responden 34%
Berdasarkan pada tabel 1.7, karakteristik
pendidikan terakhir responden pada keseluruhan sampel
sebanyak 79 responden terlihat bahwa responden sudah
banyak yang berpendidikan menengah dan tinggi, dimana
yang berpendidikan SLTA/SMA terdiri dari 36 responden
dengan 46%, sarjana terdiri dari 27 responden dengan 34%,
diploma terdiri dari 10 responden dengan 13%, SLTP/SMP
terdiri dari 5 responden dengan 6%, dan SD terdiri dari 1
responden dengan 1%.

66
B. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengukur kemampuan
menyatakan item dalam kuisioner sehingga item tersebut dapat
menunjukkan hasil survei. Untuk mendapatkan hasil valid atau
tidak validnya suatu butir pernyataan maka dilakukan
perbandingan pada nilai rhitung dengan rtabel dengan tingkat
signikafasi 0.05.
Hasil Uji Validitas
Tabel 1. 8 Hasil Uji Validitas Ibu Bekerja
No rHitung rTabel Keterangan
item
P1 0,5441 0,463 Valid
P2 0,5023 0,463 Valid
P3 0,605 0,463 Valid
P4 0,5317 0,463 Valid
P5 0,5189 0,463 Valid
P6 0,0493 0,463 Tidak Valid
P7 0,5179 0,463 Valid
P8 0,4812 0,463 Valid
P9 0,5262 0,463 Valid
P10 0,2229 0,463 Tidak Valid
P11 0,4775 0,463 Valid
P12 0,5216 0,463 Valid
P13 0,1425 0,463 Tidak Valid
P14 0,5109 0,463 Valid
P15 0,5143 0,463 Valid

67
P16 0,5425 0,463 Valid
P17 0,5203 0,463 Valid
P18 0,5134 0,463 Valid
P19 0,5049 0,463 Valid
P20 0,5195 0,463 Valid
P21 0,5097 0,463 Valid
P22 0,478 0,463 Valid
P23 0,1094 0,463 Tidak Valid
P24 0,5424 0,463 Valid
P25 0,5029 0,463 Valid
P26 0,5106 0,463 Valid
P27 0,5019 0,463 Valid
P28 0,501 0,463 Valid
P29 0,5049 0,463 Valid
P30 0,479 0,463 Valid
P31 0,1209 0,463 Tidak Valid
P32 0,0749 0,463 Tidak Valid
P33 0,4719 0,463 Valid
P34 0,4989 0,463 Valid
P35 0,5174 0,463 Valid
P36 0,5247 0,463 Valid
P37 0,4864 0,463 Valid
Berdasarkan pada tabel 1.8, hasil uji validitas
menggunakan perhitungan tabulasi data menggunakan Microsoft
excel dengan melakukan rhitung. Setiap butir pernyataan dapat
dikatakan valid jika rhitung > (lebih besar) dari rtabel. Dari hasil

68
perhitungan di atas, maka didapatkan 31 butir pernyataan
dikatakan valid dari 37 pernyataan yang ada, dan 6 butir
pernyataan yang tidak valid karena rhitung < (lebih kecil) dari
rtabel.
Tabel 1. 9 Hasil Uji Validitas Ibu Tidak Bekerja
No rHitung rTabel Keterangan
Item
P1 0,5224 0,463 Valid
P2 0,5394 0,463 Valid
P3 0,4851 0,463 Valid
P4 0,5334 0,463 Valid
P5 0,3902 0,463 Tidak Valid
P6 0,5486 0,463 Valid
P7 0,5037 0,463 Valid
P8 0,5392 0,463 Valid
P9 0,5194 0,463 Valid
P10 0,5732 0,463 Valid
P11 0,183 0,463 Tidak Valid
P12 0,5137 0,463 Valid
P13 0,5185 0,463 Valid
P14 0,5009 0,463 Valid
P15 0,2192 0,463 Tidak Valid
P16 0,4834 0,463 Valid
P17 0,4668 0,463 Valid
P18 0,5163 0,463 Valid
P19 0,5437 0,463 Valid

69
P20 0,4944 0,463 Valid
P21 0,4823 0,463 Valid
P22 0,220 0,463 Tidak Valid
P23 0,4745 0,463 Valid
P24 0,476 0,463 Valid
P25 0,4744 0,463 Valid
P26 0,3492 0,463 Tidak Valid
P27 0,4767 0,463 Valid
P28 0,4815 0,463 Valid
P29 0,4769 0,463 Valid
P30 0,4771 0,463 Valid
P31 0,1376 0,463 Tidak valid
P32 0,258 0,463 Tidak valid
P33 0,4744 0,463 Valid
P34 0,4786 0,463 Valid
P35 0,5172 0,463 Valid
P36 0,4657 0,463 Valid
P37 0,1217 0,463 Tidak Valid
Berdasarkan pada tabel 1.9, hasil uji validitas
menggunakan perhitungan tabulasi data menggunakan Microsoft
excel dengan melakukan rhitung. Setiap butir pernyataan dapat
dikatakan valid jika rhitung > (lebih besar) dari rtabel. Dari hasil
perhitungan di atas, maka didapatkan 29 butir pernyataan
dikatakan valid dari 37 pernyataan yang ada, dan 8 butir
pernyataan yang tidak valid karena rhitung < (lebih kecil) dari
rtabel.

70
C. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dapat dikatakan reliable jika nilai alpha lebih
besar dari 0,06 (Alpha Cronbach > 0,06), maka instrument dapat
dikatakan reliable. Peneliti menggunakan IBM SPSS versi 25.0
untuk melakukan uji reliabilitas dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. 10 Hasil Uji Reliabilitas Pola Asuh Ibu Bekerja (X1)
Realibility Statistics

Cronbach’s N of
Alpha Item
0,909 31
Berdasarkan
pada tabel 1.10, hasil perhitungan tabel hasil uji reliabilitas
pada variabel pola asuh ibu bekerja dapat dilihat pada
kolom Cronbach’s Alpha, variabel pola asuh ibu bekerja
sebesar 0.909 yang berarti cronbach’s alpha > 0,6 dan dapat
dikatakan bahwa instrumen pada kuesioner reliabel.
Tabel 1. 11 Hasil Uji Relabilitas Kemandirian Anak (Y)
Realibility Statistics
Cronbach’s N of
Alpha Item
0,891 22
Berdasarkan
pada tabel 1.11, hasil perhitungan tabel hasil uji reliabilitas
pada variabel kemandirian anak dapat dilihat pada kolom
Cronbach’s Alpha, variabel kemandirian anak sebesar
0.891 yang berarti cronbach’s alpha > 0,6 dan dapat
dikatakan bahwa instrumen pada kuesioner reliabel.

71
Tabel 1. 12 Hasil Uji Reliabilitas Pola Asuh Ibu Tidak Bekerja
(X2)
Realibility Statistics
Cronbach’s N of
Alpha Item
0,897 29
Berdasarkan pada tabel 1.12, hasil perhitungan
tabel hasil uji reliabilitas pada variabel pola asuh ibu tidak
bekerja dapat dilihat pada kolom Cronbach’s Alpha,
variabel pola asuh ibu tidak bekerja sebesar 0.897 yang
berarti cronbach’s alpha > 0,6 dan dapat dikatakan bahwa
instrumen pada kuesioner reliabel.
Tabel 1. 13 Hasil Uji Reliabilitas Kemandirian Anak (Y)
Realibility Statistics
Cronbach’s N of
Alpha Item
0,872 24
Berdasarkan pada tabel 1.13, hasil perhitungan
tabel hasil uji reliabilitas pada variabel kemandirian anak
dapat dilihat pada kolom Cronbach’s Alpha, variabel
kemandirian anak sebesar 0.872 yang berarti cronbach’s
alpha > 0,6 dan dapat dikatakan bahwa instrumen pada
kuesioner reliabel.
Dari keempat tabel di atas dapat disimpulkan,
bahwa nilai cronbach’s alpha mempunyai nilai yang lebih
besar dari 0,60. Setiap item pernyataan yang digunakan
mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti

72
pernyataan tersebut jika diajukan kembali akan
memperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban
yang sebelumnya.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tabel 1. 14 Hasil Uji Normalitas Kelompok Ibu Bekerja dengan
Shapiro Wilk
Shapiro-Wilk Kesimpulan
Ibu Statistics df Sig.
Bekerja .953 31 .193 Normal
Berdasarkan pada tabel 1.14, hasil pada pengujian
normalitas bahwa nilai signifakansi yang diperoleh sebesar
0.193 lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
untuk kelompok pola asuh ibu bekerja terhadap
kemandirian anak berdistribusi normal.
Tabel 1. 15 Hasil Uji Normalitas Kelompok Ibu Tidak Bekerja
dengan Shapiro Wilk
Shapiro-Wilk Kesimpulan
Ibu Tidak Statistics df Sig.
Bekerja .977 48 .476 Normal
Berdasarkan pada tabel 1.15, hasil pengujian
normalitas bahwa nilai signifikansi yang diperoleh sebesar
0.476 lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa
untuk kelompok pola asuh ibu tidak bekerja terhadap
kemandirian anak usia dini berdistribusi normal.

73
2. Uji Homogenitas
Pengujian ini berguna supaya mengetahui data sampel
berasal dari populasi homogen atau tidaknya. Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan Uji Levene.
Tabel 1. 16 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Ibu Bekerja
dengan Uji Levene
Kelompok Ibu Levene df1 df2 Sig.
Bekerja Statistics
Pola Asuh Otoriter 1.110 6 18 .395
Pola Asuh 2.405 6 18 .070
Demokratis
Pola Asuh Permisif 1.129 6 18 .385
Berdasarkan pada tabel 1.16, hasil uji
homogenitas dengan Uji Levene bahwa nilai
signifikansi pola asuh otoriter 0.395 lebih besar dari
0.05, pola asuh demokratis 0.070 lebih besar dari 0.05,
dan pola asuh permisif 0.385 lebih besar dari 0.05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok pola asuh
ibu bekerja dengan indikator pola asuh tersebut
berdistribusi homogen.

74
Tabel 1. 17 Hasil Uji Homogenitas Kelompok Ibu Tidak
Bekerja dengan Uji Levene
Kelompok Ibu Tidak Levene df1 df2 Sig.
Bekerja Statistics

Pola Asuh Otoriter 1.892 6 35 .110


Pola Asuh .940 6 35 .479
Demokratis
Pola Asuh Permisif .574 6 35 .748
Berdasarkan pada tabel 1.17, hasil uji
homogenitas dengan Uji Levene bahwa nilai signifikansi
pola asuh otoriter 0.110 lebih besar dari 0.05, pola asuh
demokratis 0.479 lebih besar dari 0.05 dan pola asuh
permisif 0.748 lebih besar dari 0.05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa kelompok pola asuh ibu tidak
bekerja dengan indikator pola asuh tersebut berdistribusi
homogen.
Maka dari kedua tabel di atas dapat disimpulkan,
bahwa nilai uji homogenitas yang diperoleh peneliti
mempunyai nilai yang lebih besar dari 0.05, yang berarti
kedua tabel tersebut dapat dikatakan berdistribusi
homogen.

75
E. Uji Hipotesis
1. Uji Independent Sample t Test
Tabel 1. 18 Hasil Uji Independent Sample t Test
Kelom Jumlah Rata- F Sig. t df Sig.
pok Respon Rata (2
den (N) (Mean) taile
d)
Ibu 31 64.19
Bekerj
a
Ibu 48 66.48 4.578 0.36 -2.473 77 .016
Tidak
Bekerj
a
Pada tabel 1.18, hasil uji independent sample t test
diketahui nilai t = -2.473 dengan 77 df (derajat kebebasan),
dengan menghasilkan nilai signifikan (2 – tailed) sebesar
0.016, karena nilai signifikan (2-tailed) lebih rendah dari
nilai alpha = 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan antara pola asuh ibu bekerja dengan
pola asuh ibu tidak bekerja, karena nilai signifikan (2 –
tailed) lebih rendah dari nilai alpha yang berarti Ha
diterima karena adanya perbedaan dan apabila nilai
signifikan (2 – tailed) lebih besar dari nilai alpha yang
berarti Ho ditolak karena tidak adanya perbedaan.
Dan dapat dibuktikan pula dari hasil
membandingkan t-hitung dengan t-tabel dengan

76
pengambilan keputusan melalui perbandingan t-hitung
dengan t-tabel, apabila t-hitung lebih besar dari t-tabel
maka terdapat perbedaan, apabila t-hitung lebih kecil dari
t-tabel maka tidak terdapat perbedaan. Dalam uji
independent sample t test di atas, menunjukan bahwa nilai
t-hitung sebesar 2.473 > t-tabel 1.994, yang berarti bahwa
terdapat perbedaan kelompok pola asuh ibu bekerja dengan
kelompok pola asuh ibu tidak bekerja terhadap
kemandirian anak usia dini (5-10 tahun).
F. Interpretasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terlihat bahwa
adanya perbedaan antara pola asuh ibu bekerja dengan pola asuh
ibu tidak bekerja terhadap kemandirian anak usia dini. Dimana
pada hasil penelitian penulis, bahwa pola asuh ibu yang bekerja
lebih sedikit mempunyai waktu bersama anak untuk mendidik,
mengontrol, dan membimbing anak. Sedangkan pada pola asuh
ibu yang tidak bekerja yaitu, lebih banyak mempunyai waktu
bersama anak untuk mendidik, mengontrol, dan membimbing
anak. Adapun hasil kuesioner yang diperoleh berdasarkan
kelompok, diantaranya:

77
1. Hasil Penemuan Pola Asuh Ibu Bekerja
Tabel 1. 19 Hasil Kuesioner ibu bekerja
Kelomp Jenis Pola Jumlah Mini Maxim Mean
ok Asuh Respond mun um
en
Ibu Pola Asuh 31 19 29 23.97
Bekerja Otoriter
Pola Asuh 31 7 13 11.00
Demokratis
Pola Asuh 31 25 35 29.23
Permisif
Berdasarkan pada tabel 1.19, menunjukkan bahwa
kelompok ibu bekerja untuk pola asuh otoriter nilai terkecil
(minimum) adalah 19 dan nilai tertinggi (maximum) adalah 29
dengan mean (rata-rata) 23.97, pola asuh demokratis nilai terkecil
adalah 7 dan nilai tertinggi adalah 13 dengan mean 11.00, dan pola
asuh permisif nilai terkecil adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 35
dengan mean 29.23.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh ibu yang
bekerja menggunakan pola asuh permisif, karena nilai terkecil
yang didapat sebesar 25 dan nilai tertinggi sebesar 35 dengan nilai
rata-rata sebesar 29.23. Hal tersebut telah dijelaskan di bab II
halaman 17, berdasarkan teori pola asuh menurut Baumrind dalam
(Santrock, 2003:185), bahwasanya pola asuh permisif merupakan
pola asuh yang memberikan kebebasan secara longgar, tidak
adanya pengawasan dari orang tua, dan kehidupan orang tua lebih
penting dari pada anak. Hal ini dikarenakan kehidupan orang tua

78
lebih berarti dari pada anak dan menghabiskan lebih sedikit
waktu dengan anaknya, karena anak yang dibesarkan dengan pola
asuh permisif akan membuat anak menjadi kurang terkontrol, dan
terkadang anak tidak dapat bertanggung jawab atas tindakannya.
Oleh karena itu, hal ini juga dapat membatasi kemandirian anak,
karena anak akan menjadi bergantung pada orang tua, yang
menghambat kedewasaan mereka dan mengurangi rasa tanggung
jawab dan pengendalian diri, serta menyulitkan anak untuk
beradaptasi dengan lingkungan, egois, menuntut, mudah
memberontak dan kurang motivasi belajar.
2. Hasil Penemuan Pola Asuh Ibu Tidak Bekerja
Tabel 1. 20 hasil kuesioner ibu tidak bekerja
Kelomp Jenis Pola Jumlah Mini Maxim Mean
ok Asuh Respond mun um
en
Ibu Pola Asuh 48 20 29 25.15
Tidak Otoriter
Bekerja Pola Asuh 48 23 35 28.62
Demokratis
Pola Asuh 48 8 16 12.71
Permisif
Berdasarkan pada tabel 1.20, menunjukkan bahwa
kelompok ibu tidak bekerja untuk pola asuh otoriter nilai terkecil
adalah 20 dan nilai tertinggi adalah 29 dengan mean 25.15, pola
asuh demokratis nilai terkecil adalah 23 dan nilai tertinggi adalah
35 dengan mean 28.62, dan pola asuh permisif nilai terkecil adalah
8 dan nilai tertinggi adalah 16 dengan mean 12.71.

79
Dapat disimpulkan bahwa pola asuh ibu tidak bekerja
menggunakan pola asuh demokratis, karena nilai terkecil yang
didapat sebesar 23 dan nilai tertinggi sebesar 35 dengan nilai rata-
rata sebesar 28.62. Hal tersebut telah di jelaskan pada bab II
halaman 17, berdasarkan teori pola asuh menurut Baumrind dalam
(Santrock, 2003:185), pola asuh demokratis merupakan pola asuh
yang dimana orang tua secara penuh dapat mengendalikan dan
mendorong anak karena faktor waktu yang cukup untuk anak. Hal
ini dikarenakan waktu yang dimiliki orang tua sangat cukup
dengan anak, karena orang tua lebih mengutamakan pemahaman
terhadap perasaan, keinginan, dan tidak banyak dalam
menggunakan kontrol, sehingga anak yang dibesarkan dengan
pola asuh demokratis memungkinkan anak dapat
mengekspresikan pendapatnya dengan bebas dan melakukan apa
yang diinginkan tanpa harus melewati batas atau aturan yang
ditetapkan oleh orang tuanya, sehingga anak akan mampu
menggunakan hal-hal yang diterima secara sosial untuk
mengontrol perilakunya. Maka dari itu jika anak bisa meraih
kesuksesan, orang tua tetap akan memberikan pujian, dukungan
emosional dan penghargaan serta dapat mendorong anak untuk
berdiri sendiri, bertanggung jawab dan percaya diri.
Dari dua hasil penemuan di atas dapat dikatakan adanya
perbedaan antara pola asuh ibu bekerja dan pola asuh ibu tidak
bekerja terhadap kemandirian anak, yang dimana dari hasil
penemuan pada pola asuh ibu bekerja mendapatkan nilai rata-rata
(mean) yaitu 29.23 yang artinya ibu bekerja lebih menggunakan
pola asuh permisif. Sedangkan, dari hasil penemuan pada pola

80
asuh ibu tidak bekerja mendapatkan nilai rata-rata yaitu 28.62
yang artinya ibu tidak bekerja lebih menggunakan pola asuh
demokratis.

81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah
perbedaan pengaruh pola asuh ibu bekerja dan ibu tidak
bekerja terhadap kemandirian anak, studi pada Rw 02
Kelurahan Cinere. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisa data yang dilakukan, variabel pola
asuh ibu bekerja (X1) menunjukkan nilai terkecil yang
didapat sebesar 25 dan nilai tertinggi sebesar 35 dengan
nilai rata-rata sebesar 29.23 dengan standar deviasi
2.741. Sedangkan pola asuh ibu tidak bekerja (X2)
menunjukkan nilai terkecil yang didapat sebesar 23 dan
nilai tertinggi sebesar 35 dengan nilai rata-rata sebesar
28.62 dengan standar deviasi 3.253.
2. Pada hasil analisa data dengan uji Indpendent Sample t
test, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara
signifikan dengan menghasilkan nilai signifikan (2-
tailed) yang didapat sebesar 0.016, karena nilai
signifikan (2-tailed) lebih rendah dari nilai alpha = 0.05.
Maka secara deskriptif terlihat adanya perbedaan pola
asuh ibu bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap
kemandirian anak.

82
B. Saran
1. Saran Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan memperbanyak referensi pada
perkembangan ilmu kesejahteraan sosial khususnya
yang berkaitan dengan pola asuh.
b. Untuk menambah penelitian terkait pola asuh ibu
bekerja dan ibu tidak bekerja terhadap kemandirian
anak usia dini, maka hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi perbandingan dengan
penelitian terdahulu ataupun penelitian yang akan
datang.
2. Saran Praktis
Bagi ibu, diharapkan dapat mempertahankan dan
meningkatkan kemandirian anak dengan cara;
mengontrol perilaku anak, dan mengajarkan anak
selalu menjadi pribadi yang mandiri. Karena, orang tua
adalah faktor utama suksesnya anak menjadi pribadi
yang mandiri.

83
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Adil Fathi. “Menjadi Ibu Ideal,” 121. Jakarta: Al-
Kautsar, 2005.
Afiatin. “Persepsi Laki-laki dan Perempuan Terhadap
Kemandirian,” 1993, 7–13.
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik,” 131. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Aris Priyanto. “PENGEMBANGAN KREATIVITAS PADA
ANAK USIA DINI MELALUI AKTIVITAS BERMAIN.”
Jurnal Ilmiah Guru, 2014, 42.
Asrori, Mohammad Ali, Mohammad. “Psikologi Remaja
Perkembangan Peserta Didik,” 118. Jakarta: Bumi Aksara,
2010.
Budijanto. “The Seven Habits of Highly Effective People,” 38–39.
Jakarta: Binarupa Aksara, 1997.
Casmini. “Emotional Parenting Dasar-Dasar Pengasuhan,” 47.
Yogyakarta: Pilar Media, 2007.
Dariyo, Agoes. “Dasar-dasar Pedagogi Modern,” 134. Jakarta:
Indeks, 2013.
Diawati, Siti Napsiyah, Lisma. “Belajar Teori Pekerjaan sosial,”
61. 1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011.
El-Idhami, Desmita. “Psikologi Perkembangan,” 8. Jakarta:
Rosda, 2013.
———. “Psikologi Perkembangan,” 64. Jakarta: Rosda, 2013.
———. “Psikologi Perkembangan Peserta Didik,” 186–87.
Bandung: Rosda Karya, 2010.

84
Ghozali, I. “Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM
SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII.,” 154. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2016.
Gunarsa, Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. “Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja,” 87. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 1995.
Hasyimi, Muhammad Ali al-. Muslimah Ideal. Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2004.
Herawati, Ni Luh Eka Ari Artini, I Made Pradana Adiputra,
Nyoman Trisna. “Pengaruh Budaya Etis Organisasi dan
Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jembrana,” 2014, 5–
6.
Hernawati, Mustika Dewanggi, Dwi Hastuti, Neti. “Pengasuhan
Orang Tua dan Kemandirian Anak Usia 3-5 Tahun
Berdasarkan Gender di Kampung Adat Urug” 5 (2012): 20.
Lestari, Sri. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan
Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana,
2012.
Mussen. “Perkembangan dan kepribadian anak,” 395. Jakarta:
Erlangga, 1994.
Nuryoto, S. “Kemandirian remaja ditinjau dari tahap
perkembangan, jenis kelamin, dan peran jenis,” 1993, 51.
Padjrin. “Pola Asuh Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam” 5
(Juni 2016): 2.
Patriyana, Pradnya. “Hubungan Antara Kemandirian Dengan

85
Motivasi Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat Pada
Mahasiswa Di Semarang,” 2007, 20.
———. “Hubungan Antara Kemandirian Dengan Motivasi
Bekerja Sebagai Pengajar Les Privat Pada Mahasiswa Di
Semarang,” 2007, 21.
Priayudana, Maygie. “Penerapan Pola Orang Tua Asuh Terhadap
Remaja Putus” 7 (2018): 57.
Puspitacandri, Pirous Apreviadizy, Ardhiana. “Perbedaan Stres
Ditinjau dari Ibu bekerja dan Ibu Tidak Bekerja.” JURNAL
PSIKOLOGI TABULARASA 9 (2014): 59.
Rabiatul, Adawiah. “Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya
Terhadap Pendidikan Anak” 7 (2017): 36.
Rahman, Hibama S. “Konsep Dasar Pendidikan anak Usia Dini,”
43–44. Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2005.
Sa’diyah, Rika. “Pentingnya Melatih Kemandirian Anak” XVI
(2017): 35.
Sanan, Martinis Yamin, Jamilah Sabri. “Panduan Pendidikan Anak
Usia Dini,” 26. Jambi: Gaung Persada Press Jakarta, 2012.
———. “Panduan Pendidikan Anak Usia Dini,” 61. Jambi: Gaung
Persada Press Jakarta, 2012.
Santoso, Singgih. “Panduan Lengkap SPSS Versi 20 Edisi Revisi,”
270. Jakarta: Elex Media Komputindo, 2014.
Santrock, John W. “Perkembangan Remaja,” 185. Jakarta:
Erlangga, 2003.
Septiari. “Mencetak Balita Cerdas,” 162. Yogyakarta: Nuha
Medika, 2012.
Sofia, Hartati. “Perkembangan Belajar Pada Anak Usia Dini,” 8–

86
9. Jakarta: Dikti Depdiknas, 2005.
Sudijono, Anas. “Pengantar Statistik Pendidikan,” 274. Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 2010.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(cetakan ke-26),” 99–102. Bandung: Alfabeta, 2017.
———. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(cetakan ke-26),” 38. Bandung: Alfabeta, 2017.
Sumantri. “Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak
Usia Dini.” Jakarta: Depdiknas, 2005.
Thoha, M. Chabib. “Kapita Selekta Pendidikan Islam,” 109.
Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996.
Undang-undang No.23 Tahun 2002 “Perlindungan Anak” Pasal I
butir 1.
Widyasari, Fridari. “Dinamika Kontrol Diri pada Ibu Bekerja yang
Menjalani Latihan Yoga.” Jurnal Psikologi Udayana 1
(2013).
Yunita, Rosana Dewi. “Dilema Ibu Bekerja.” Majalah Ilmiah
Psikologi 3 (1999): 8.
Yusuf, Muri. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, &
Penelitian Gabungan (cetakan ke-4),” 102. Jakarta:
Kencana, 2017.

87
LAMPIRAN

88
Lampiran 1. 1 Surat Pernyataan Lulus Seminar Proposal

89
Lampiran 1. 2 Surat Izin Penelitian

90
Lampiran 1. 3 Lembar Kuesioner

91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
Lampiran 1. 4 Tabulasi Data
a. Pola Asuh Ibu Bekerja (X1)

106
b. Pola Asuh Ibu Tidak Bekerja (X2)

107
c. Kemandirian (Y)
a) Ibu Bekerja

108
b) Ibu Tidak Bekerja

109
Lampiran 1. 5 Uji Validitas
a. Uji Validitas Ibu Bekerja (X1)
a) Pola Asuh

110
111
112
113
114
b) Kemandirian

115
116
117
118
b. Uji Validitas Ibu Tidak Bekerja (X2)
a) Pola Asuh

119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
b) Kemandirian

129
130
131
132
133
134
135
136
Lampiran 1. 6 Uji Reliabilitas
a. Ibu Bekerja (X1)
a) Variabel Pola Asuh

b) Variabel Kemandirian (Y)

b. Ibu Tidak Bekerja (X2)


a) Variabel Pola Asuh

b) Variabel Kemandirian (Y)

137
Lampiran 1. 7 Uji Normalitas Ibu Bekerja dengan Shapiro-
Wilk

Lampiran 1. 8 Uji Normalitas Ibu Tidak Bekerja dengan


Shapiro-Wilk

Lampiran 1. 9 Uji Homogenitas Ibu Bekerja

138
Lampiran 1. 10 Uji Homogenitas Ibu Tidak Bekerja

Lampiran 1. 11 Uji Independent Sample T test

139

Anda mungkin juga menyukai