Anda di halaman 1dari 110

HUBUNGAN BODY SHAMING DENGAN

INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA


DI SMKN 7 TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu


Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh:

Ridha Putriana Sari

NIM. 11140541000020

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2020
ABSTRAK
Ridha Putriana Sari. Hubungan Body Shaming dengan Interaksi Sosial
Teman Sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan, 2020

Di zaman sekarang ini masyarakat begitu mudahnya menilai orang lain


salah satunya dengan melakukan body shaming. Body shaming adalah
tindakan mengkritik, mengomentari, menghina fisik diri sendiri maupun
orang lain. Body shaming termasuk ke dalam kategori perundungan secara
verbal, yang bisa terjadi pada siapa saja terutama kaum remaja yang paling
rentan mengalaminya, karena remaja selalu ingin mengikuti tren sehingga
remaja sangat memperhatikan penampilannya. Namun sayangnya,
masyarakat masih menganggap bahwa body shaming merupakan hal yang
sepele, sehingga perlakuan body shaming sudah menjadi suatu kebiasaan
meskipun dalam konteks candaan. Padahal terdapat dampak buruk yang akan
ditimbulkan bagi korbannya seperti ketidakpercayaan diri (Sripurwaningsih,
2017), gangguan makan (Chairani, 2018), depresi dan menutup diri dari
lingkungannya (Alexandara, 2018).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif


dengan jenis penelitian studi korelasional dan dilaksanakan di SMKN 7
Tangerang Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya di
SMKN 7 Tangerang Selatan. Tingkat body shaming siswa di SMKN 7
Tangerang Selatan berada dalam kategori sedang dengan presentase 60% dan
interaksi sosial teman sebaya berada dalam kategori sedang dengan
presentase 64,32%. Hasil korelasi menunjukkan arah hubungan negatif
antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya berdasarkan data
yang diperoleh nilai sebesar 0,865 dengan nilai Sig. sebesar 0,000
dan nilai sebesar 1,765. Artinya i (0,865) > i (1,765) dan
nilai probabilitas Sig (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya
semakin tinggi perlakuan body shaming yang diterima maka semakin rendah
interaksi sosial.

Kata Kunci : Body Shaming, Interaksi Sosial, Perundungan

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji bagi Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dalam memberikan banyak
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang senantiasa berjalan
di jalan Allah hingga akhir zaman dan membawa rahmat bagi semesta alam.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa selesainya skripsi
ini tidak terlepas dari dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, baik
bersifat moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:

1. Suparto, M.Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah
Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak
Dr. Sihabuddin Noor, M.A sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum. Bapak Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Hj.
Nunung Khoiriyah, MA sebagai Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih
atas kesediaan waktunya dalam membantu dan menerima penulis
untuk mengurus segala persyaratan dalam proses penyusunan skripsi
dari awal hingga akhir. Semoga bapak dan ibu dapat terus
memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan program studi.

iii
3. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing
Skripsi yang meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,
nasihat, serta motivasi kepada Penulis selama proses pengerjaan
skripsi ini. Terima kasih karena ibu sudah sangat sabar dalam
membimbing dan membantu.
4. Ibu Nurul Hidayat, MA, sebagai Dosen Pembimbing Akademik
5. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan ilmu, bimbingan serta arahannya selama proses
perkuliahan saya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta dalam
proses penyusunan skripsi ini. Semoga bapak dan ibu selalu diberikan
rahmat oleh Allah.
6. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terimakasih telah
membantu penulis dalam memberikan referensi buku, jurnal, maupun
skripsi.
7. Kedua orang tua yang Penulis hormati dan Penulis cintai, tanpa doa
dan dukungan mereka Penulis tidak bisa sampai di titik ini. Yang
tidak pernah bosan memberikan semangat dan menjadi grada
terdepan untuk mendukung baik secara moril maupun materi kepada
Penulis. Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan rasa terima
kasih Penulis kepada mereka, tidak sanggup rasanya membalas segala
kebaikan dan cinta tanpa syarat yang mereka berikan kepada Penulis.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan keberkahan
umur sehingga Penulis memiliki kesempatan untuk berbakti dan
membahagiakan mereka.
8. Kepada teman-teman, Ika Dwi Sayekti, Masliyah Anggi Purba, Sonia
Putri Partama, dan Inge Cyntiasari. Terima kasih sudah menjadi

iv
tempat berbagi keluh kesah, duka, dan canda tawa. Terimaksih atas
dukungan yang telah kalian berikan.
9. Kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2014, atas dukungan dan memori zaman kuliah yang tidak
akan penulis lupakan.
10. Kepada para informan siswa-siswa SMKN 7 Tangerang Selatan,
terima kasih atas informasi dan partisipasinya dalam pengumpulan
data untuk penelitian skripsi ini.
11. Kepada semua pihak yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu
atas bantuan dan dukungan sehingga Penulis dapat menyelesaikan
penelitian skripsi ini dengan baik.

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................... 8
1. Pembatasan Masalah .................................................................................. 8
2. Perumusan Masalah ................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 14
A. Body Shaming ............................................................................................. 14
1. Pengertian Body Shaming ........................................................................ 14
2. Aspek-aspek Body Shaming ..................................................................... 15
3. Jenis Body Shaming ................................................................................. 16
4. Dampak Body Shaming ............................................................................ 17
5. Standar Tubuh Ideal ................................................................................. 20
B. Interaksi Sosial ............................................................................................ 21
1. Pengertian Interaksi Sosial ....................................................................... 21
2. Aspek-aspek Interaksi Sosial ................................................................... 22
3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ................................................................ 23

vi
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Siswa .................... 26
C. Teman Sebaya ............................................................................................. 29
1. Pengertian Teman Sebaya ........................................................................ 29
2. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya ..................................................... 30
3. Fungsi Teman sebaya ............................................................................... 30
4. Penerimaan dan Penolakan Teman Sebaya .............................................. 31
5. Pentingnya Teman Sebaya bagi Perkembangan Remaja ......................... 33
D. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 38
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................. 38
B. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 39
1. Subjek dan Objek Peneletian ................................................................... 39
2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 39
3. Populasi dan Sampel ................................................................................ 39
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 40
D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 41
E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ........................................... 42
F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 43
G. Kisi-kisi Instrumen...................................................................................... 43
H. Uji Instrumen .............................................................................................. 46
I. Teknik Analisis Data................................................................................... 50
1. Analisis Unit ............................................................................................ 50
2. Uji Prasyarat Analisis .............................................................................. 53
3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 39
A. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................ 39
1. Body Shaming .......................................................................................... 39
2. Interaksi Sosial Teman Sebaya ................................................................ 57
B. Analisis Data ............................................................................................... 59

vii
1. Analisis Unit ............................................................................................ 59
2. Uji Prasyarat............................................................................................. 61
3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 63
C. Pembahasan ................................................................................................ 65
BAB V PENUTUP.................................................................................................. 57
A. Kesimpulan ................................................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 72
LAMPIRAN............................................................................................................ 75

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Variabel Penelitian ................................................................................. 47

Tabel 3,2 Skala Likert ............................................................................................ 48

Tabel 3.3 Blue Print Skala Body Shaming (Variabel X) ....................................... 49

Tabel 3.4 Blue Print Skala Interaksi Sosial (Variabel Y) ...................................... 50

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Body Shaming ......................................................... 52

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Interaksi Sosial Teman Sebaya ............................... 53

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Body Shaming ..................................................... 55

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Interaksi Sosial Teman Sebaya ........................... 56

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Body Shaming SMKN 7


Tangerang Selatan ................................................................................. 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Interkasi Sosial Teman Sebaya


SMKN 7 Tangerang Selatan.................................................................. 64

Tabel 4.3 Analisis Unit .......................................................................................... 67

Tabel 4.4 Gambaran Umum Subjek Berdasararkan Jenis Kelamin ....................... 67

Tabel 4.5 Deskripsi Data Uji Normalitas ............................................................... 68

Tabel 4.6 Deskripsi Data Uji Reliabilitas Anova................................................... 69

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi .................................................................................. 70

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Cover Judul Skripsi di Acc

Lampiran 2. Surat Tugas Bimbingan oleh Dosen Pembimbing

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 4. Surat Permohonan Judgment Instrument

Lampiran 5. Surat Keterangan Validasi Instrument Penelitian

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

Lampiran 7. Skor Angket Body Shaming

Lampiran 8. Skor Angket Interaksi Sosial

Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi

Lampiran 12. Dokumentasi

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pasti telah dianugerahi Tuhan mempunyai kelebihan serta


kekurangan baik dari segi fisik, keterampilan, kemampuan akademis, dan
semua kemampuan lainnya. Kondisi tubuh adalah salah satu bagian yang
mudah dilihat dari diri seseorang. Tubuh menjadi bagian yang pertama
dilihat dan sangat mudah dinilai oleh diri sendiri maupun orang lain. Adanya
fenomena mengenai standar tubuh yang ideal yaitu pria tampan memiliki
tubuh yang tegap dan berbadan tinggi, atau wanita yang cantik memiliki
tubuh yang langsing dan berkulit putih. Karena munculnya standar tubuh
ideal tersebut, terkadang orang lain menuntut dirinya atau seseorang untuk
merubah penampilannya sesuai dengan standar ideal yang diinginkan
masyarakat.

Informasi yang semakin mudah diakses menyebabkan banyaknya iklan


pada media mengenai gaya hidup, kecantikan, dan perawatan tubuh mampu
mengubah pandangan masyarakat terkait tubuh yang ideal sesuai dengan
konten iklan tersebut. Media memiliki peran yang besar dalam mengubah
persepsi masyarakat, dari berbagai tayangan iklan baik di telivisi maupun
media sosial, seolah menyampaikan pesan bahwa memiliki tubuh gemuk
atau tubuh pendek adalah hal yang memalukan. Ketika individu yang merasa
tubuhnya tidak ideal dan dengan mudah menerima penilaian yang
disampaikan oleh iklan atau media tersebut, hal ini akan menimbulkan
ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuhnya (Knauss, Paxton &
Alsaker, 2008). Disamping itu dengan banyaknya iklan yang sedang gencar-
gencarnya menampilkan tubuh yang ideal, dunia memang sudah mempunyai

1
2

penilaian terkait adanya bentuk tubuh yang dianggap ideal dan tidak ideal.
Akibatnya ketika individu tidak sesuai dengan standar tubuh ideal yang
ditetapkan oleh masyarakat akan timbulah penilaian dari orang lain dengan
cara mengkritik, mengomentari, bahkan menghina fisik yang disebut dengan
body shaming.

Body shaming adalah tindakan membandingkan, mengkritik atau


menghina fisik, penampilan, atau citra diri seseorang yang dilakukan oleh
orang lain ataupun diri sendiri yang akan menimbulkan perasaan malu
(Chaplin, 2005). Body shaming terjadi dalam tiga cara yang utama, yaitu
mengkritik diri sendiri, mengkritik orang lain, dan mengkritik orang lain
dibelakang mereka. Body shaming merupakan ketidakmampuan untuk
memenuhi standar-standar yang kemudian menghasilkan perasaan negatif
tentang tubuh seseorang dan melemahkan persepsi seseorang tentang dirinya
sendiri. Beberapa kasus body shaming yang dialami individu menjadi bahan
ejekan orang lain seperti terlalu pendek, terlalu kurus, gendut, berjerawat,
berkulit hitam, dan kalimat lain yang ditujukan untuk mengkritik fisik.

Dalam Islam menghina adalah hal yang dilarang. Ini dibuktikan dengan
ayat Al-Quran pada surat Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi:

َ ُ‫قَىْ ِم َع َسى أَ ْن يَ ُكىو‬


‫ىاخ ْيرًا ِم ْىهُ ْم والَوِ َسب ٌء ِم ْه‬ ‫يَبأَيُّهَبالَّ ِذيهَ اً َمىُىاالَيَ ْسخَرْ قَىْ ٌم ِم ْه‬
ُ ‫س ِاال ْس ُم ْالفُسُى‬
‫ق‬ َ ‫ة ثِ ْئ‬ِ ‫َوالَتَىَبثَ ُزواثِل ْْلَ ْلقَب‬ ‫وِ َسب ِء َع َسى أَ ْن يَ ُك َّه َخ ْيرًا ِم ْىه َُّه‬
َ‫ك هُ ْم الظَّبلِ ُمىن‬ َ ِ‫ثَ ْعد َْاْلي َمب ِن َو َم ْه لَ ْم يَتُتْ فَأُولَى‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok


kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih
baik dari mereka (yang mengolok-ngolok). Dan jangan pula wanita-wanita
(mengolk-ngolok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita
3

(yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-ngolok)


dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Dan janganlah kamu saling
memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak
bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim”.

Dalam kandungan ayat tersebut sangat jelas bahwa Allah SWT melarang
seseorang menghina ataupun merendahkan orang lain karena akan
menimbulkan perasaan malu yang dapat menjatuhkan harga diri orang
tersebut. Menurut (Fredrickson & Robert, 1997:180) penilaian terhadap
tubuh sendiri seperti “bagaimana aku dipandang orang lain” hal itu
menyebabkan individu hanya berfokus pada kekurangannya dan tidak
melihat kelebihan dalam dirinya atau potensi apa yang bisa dilakukan oleh
tubuhnya. Sehingga mencela diri sendiri hanya akan meningkatkan perasaan
malu pada suatu tubuh.

Body shaming sebenarnya sudah melekat di lingkungan sekitar kita,


dalam komunikasi sehari-hari tanpa disadari sering sekali terdapat kalimat
candaan yang mengarah pada body shaming. Body shaming bisa terjadi
dimana saja, seperti di lingkungan keluarga, sekolah, atau di lingkungan
pertemanan. Body shaming bisa terjadi pada siapapun terutama pada kaum
remaja yang paling rentan mengalami body shaming. Menurut Papalia dan
Olds (dalam Budiargo, 2015:3) pada saat remaja adalah waktu dimana
remaja akan mengalami masa transisi, hal itu pula yang menjadikan remaja
cenderung akan mengikuti tren agar tidak ketinggalan terkait soal gaya
hidup, perawatan tubuh, dan kecantikan. Dari tren tersebut yang berkembang
dikalangan remaja memungkinkan terjadinya tindakan body shaming bagi
mereka yang dianggap temannya tidak sesuai dengan tren.
4

Bagi remaja mendapat perlakuan body shaming dari teman atau lawan
jenisnya memberi kesan buruk dan paling membekas dalam hidup mereka.
Misalnya saja ketika remaja berada di lingkungan sekolah yang baru dan
teman-teman yang baru pula, adanya intimidasi tidak langsung yang
mengarah pada body shaming karena merasa berbeda dengan yang lainnya..
Terlebih saat berada di tempat ramai dan orang lain pun turut mendengar
ucapan body shaming kepada korban, hal itu akan semakin membuat korban
tertekan dan memberi ingatan yang buruk pada korban. Menghadapi body
shaming membutuhkan proses dan tidak cepat berakhir. Namun sayangnya,
baik masyarakat maupun remaja masih menganggap sepele terkait
permasalahan ini, mereka tidak menyadari terkait resiko yang ditumbulkan
dari body shaming. Seseorang akan mengalami perasaan malu, sakit hati,
tidak percaya diri, depresi, pendiam dan menutup diri dari lingkungannya
(Alexandra, 2018:7-8).

Bartky (dalam Stephen dan Dina, 2009:2) berpendapat bahwa rasa malu
tubuh yang dialami seseorang sesuai dengan sejauh mana ia telah
menginternalisasi standar budaya. Perasaan malu yang disebabkan penilaian
dari orang lain dan dirinya dapat mempengaruhi perilaku, kepribadian,
pikiran, perasaan serta situasi. Seseorang yang merasa tidak puas akan
bentuk tubuhnya akan memandang negatif terhadap tubuh, dengan
melakukan body checking, usaha kamuflase tubuh, merasa malu, dan
mejauhkan diri dari aktivitas sosial atau kontak fisik dengan orang lain
(Rosen dan Reiter.1995:263). Menurut dr. Yunias Setiawati (dalam BAS
Putri, et al, 2018:2) body shaming adalah salah satu bentuk dari perundungan
secara verbal dimana pelakunya sering kali tidak menyadari bahwa ia sedang
mendapat perlakuan body shaming karena dianggap wajar, padahal
kekerasan verbal yang mengandung kata-kata menyakitkan atau tidak
menyenangkan dapat menyebabkan trauma psikis.
5

Body shaming merupakan bagian dari kekerasan verbal atau perundungan


secara verbal, Sejiwa menjelaskan bahwa perilaku perundungan penghambat
besar bagi individu untuk mengaktualisasi diri. Sehingga orang yang pernah
mengalami perundungan tidak bisa mengeksploitasi dirinya dengan baik dan
menghambat interaksi sosialnya menyebabkan hubungan sosial dengan
teman sebaya menjadi renggang. Begitu pula yang terjadi saat individu
mendapat perlakukan body shaming, ketika orang-orang di lingkungan
sekitarnya sering melontarkan kalimat-kalimat buruk yang mengarah pada
fisik seperti menghina dan merendahkan, yang kemudian semua hinaan
tersebut akan menumpuk dalam hati seseorang dan akan membuat mereka
merasa kurang percaya diri, selain itu juga akan berpengaruh pada aspek
kehidupan pribadi maupun kehidupan sesialnya.

Bonner (dalam Gerungan, 2004:62) menyebutkan interaksi sosial adalah


suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, dimana tingkah laku
individu yang satu mempengaruhi, mengubah, memperbaiki tingkah individu
yang lain. Ketidakmampuan atau permasalahan siswa dalam melakukan
interaksi sosial akan berdampak besar terhadap kenyamanan. Interaksi sosial
yang baik sangat diperlukan oleh siswa sehingga siswa mampu bersosialisasi
dan bergaul dengan lingkungannya tanpa ada tekanan. Oleh karena itu dapat
diterima oleh kelompok teman sebaya merupakan bagian yang sangat
penting bagi siswa, penerimaan atau penolakan berkontribusi besar terhadap
kehidupan sosial remaja itu sendiri. Ketika remaja dapat diterima oleh
lingkungan teman sebayanya, hal tersebut berpengaruh terhadap kesempatan
remaja untuk belajar berinteraksi dengan teman sebayanya dan ikut
berpartisipasi dalam kelompok. Sedangkan, remaja yang mendapat
penolakan akan menyebabkan remaja sulit berinteraksi dengan teman
6

sebayanya sehingga remaja menjadi pribadi yang kurang percaya diri,


tertutup, dan sulit bekerjasama dengan teman sebaya lainnya.

Survey yang dilakukan di Amerika menunjukkan 94% remaja perempuan


dan 64% remaja laki-laki pernah mengalami body shaming, pengalaman
mendapat ejekan mengenai penampilan mereka dari orang-orang dalam
kehidupan mereka, seperti orang tua hingga teman yang membuat mereka
merasa lebih buruk tentang diri mereka sendiri (WCNC, 2017). Kasus body
shaming yang terjadi di Thailand pada tahun 2018 remaja berusia 17 tahun
bunuh dari akibat tidak tahan karena selalu diejek gendut oleh teman-teman
di sekolahnya. Di Indonesia sendiri telah dilaporkan dari seluruh Indonesia
sepanjang tahun 2018 terdapat 966 kasus penghinaan fisik yang ditangani
polisi, sebanyak 374 kasus telah diselesaikan, baik melalui penegakan hukum
maupun pendekatan mediasi antara korban dan pelaku. Komisioner KPAI
Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan kekerasan fisik dan
perundungan adalah kasus yang terbanyak terjadi di sepanjang tahun 2018,
salah satunya adalah kasus Cyberbully yang meningkat cukup signifikan
dikalangan para siswa seiring dengan penggunaan internet dan media sosial
dikalangan anak-anak, termasuk kasus body shaming (Lazuardi, 2018).
Penelitian lain yang dilakukan Brigittan Anggraeni di Surabaya dalam
kampanye “Sister’s Project” sebagai upaya pencegahan body shaming,
ditemukan fakta sebanyak 96% siswa SMA negeri maupun swasta pernah
menjadi korban body shaming dalam lingkup pergaulan mereka (BAS Putri,
et al, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Alexandra dan Meg, 2018)


dalam jurnalnya “Weight Shame, Social Connection, and Depressive
Symptoms” di salah satu Universitas Amerika menujukkan hasil yang
signifikan bahwa mereka yang pernah mengalami body shaming memiliki
7

lingkup pertemanan yang rendah, baik perempuan maupun laki-laki mereka


cenderung menutup diri dari lingkungannya. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Rizki Nur Khalifah dalam jurnalnya yang berjudul “Hubungan Perilaku
Bullying dengan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Sekolah Dasar”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
perilaku perundungan dengan kemampuan interaksi sosial. Perilaku
perundungan memberikan dampak bagi interaksi sosial siswa sehingga
membuat anak yang tidak memiliki teman semakin terkucil serta tidak dapat
berinteraksi dengan baik dilingkungannya. Hal ini juga dijelaskan oleh
Dolezal (2015) rasa malu tubuh memainkan peran penting dalam hubungan
sosial. Dimana penerimaan dan pengakuan diri sendiri menjadi suatu hal
yang penting.

Salah satu contoh kasus body shaming yang baru baru ini terjadi pada
Agustus 2019 di SMKN 7 Tangerang Selatan, remaja usia 16 tahun
berinisial HV mengalami perlakuan body shaming oleh kakak kelasnya
karena seragam sekolahnya terlalu ketat, karena kakak kelasnya tidak senang
akhirnya mereka menegur korban yang diperparah dengan kekerasan fisik.
perlakuan yang didapatkan korban di tampar oleh 8 kakak kelasnya. Yang
lebih parahnya lagi berawal dari perilaku body shaming ini merambah pada
kekerasan fisik. (Hambali, 2019).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti


mengenai “Hubungan Body Shaming Dengan Interaksi Sosial Teman
Sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan”.
8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Agar pembatasan dalam penelitian ini lebih terarah, makan peneliti
mencoba memberikan batasan permasalahan yang akan diteliti.
a. Responden yang penulis teliti adalah siswa baik laki-laki maupun
perempuan kelas 3 di SMKN 7 Tangerang Selatan.
b. Penulis hanya meneliti apakah body shaming berhubungan
dengan interaksi sosial teman sebaya di SMKN 7 Tangerang
Selatan.
2. Perumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan Body Shaming dengan Interaksi Sosial
Teman Sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan?
2. Bagaimana tingkat body shaming siswa kelas XII SMKN 7
Tangerang Selatan?
3. Bagaimana tingkat interaksi sosial siswa kelas XII SMKN 7
Tangerang Selatan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat body shaming siswa kelas XII SMKN 7
Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial siswa kelas XII SMKN 7
Tangerang Selatan.
3. Untuk mengetahui hubungan body shaming dengan interaksi sosial
teman sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan.
9

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis
a. Secara akademis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan kepada bidang Ilmu Kesejahteraan
Sosial
b. Diharapkan dapat memperkaya literatur bagi pengembangan
penelitian serupa di masa yang akan datang.
c. Dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan teori,
konsep, dan metodologi penelitian
2. Manfaat sosial
Secara sosial penelitian ini diharapkan dapat membantu
masyarakat untuk lebih menerima perbedaan, agar masyarakat bisa
melihat dan menilai diri sendiri ataupun menilai orang lain bahwa
setiap manusia mempunyai keunikan masing-masing.
3. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat
menjadi bahan bacaan serta masukan bagi peneliti dan masyarakat
mengenai gambaran body shaming, dampak yang akan ditimbulkan,
bagaimana menyikapi perlakuan body shaming. Dengan begitu baik
peniliti maupun masyarakat bisa menyadari dan memberikan
perhatian lebih terkait body shaming.
E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah tinjauan atas kepustakaan (literatur) yang


berhubungan dengan topik pembahasan suatu penelitian yang dilakukan pada
penulisan skripsi. Tinjauan pustaka digunakan sebagai referensi untuk
membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian yang akan dilakukan
untuk penulisan skripsi (Hamid Nasuki, et al, 2007). Dalam melakukan
10

penelitian dan penulisan judul ini penulis terlebih dahulu melakukan


peninjauan pustaka terhadap beberapa karya ilmiah sebelumnya yang
menjadi ide awal dilakukannya penelitian ini dan menjadi tolak ukur dalam
penulisan karya ilmiah ini. Adapun tinjauan pustaka dalam penulisan skripsi
ini sebagai berikut;

1. Karya ilmiah skripsi dengan judul “Dinamika Psikologis Perempuan


Mengalami Body Shame” yang ditulis oleh Tuti Marianna Damanik dari
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Hasil
penelitian ini menunjukkan body shaming berpotensi menjadi gangguan
mental jika dilakukan terus menerus dan kebiasaan menginteralisasi
pengamatan dapat menyebabkan perempuan mengalami kondisi
kehilangan diri (loss of self).
2. Jurnal ilmiah dengan judul “Hubungan Perilaku Bullying dengan
Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Sekolah Dasar” yang ditulis oleh
Rizki Nur Khalifah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku bullying dengan kemampuan
interaksi sosial. Hasil uji hipotesis sebesar 0,0832 termasuk dalam
kategori sangat kuat, hal ini menunjukkan bahwa apabila perilaku
bullying tinggi maka kemampuan interaksi sosial rendah.
3. Jurnal ilmiah dengan judul “Hubungan antara Perilaku Bullying (Korban
Bullying) dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Remaja SMA” yang
ditulis oleh Wahyu Endang Setiowati dkk dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung Tirtayasa. Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan antara perilaku bullying (korban
bullying) dengan kemampuan interaksi sosial.
4. Jurnal Internasional dengan judul “Why Weight Matters: Addressing
Body Shaming in the Social Justice Community” yang ditulis oleh Farah
11

Fathi dari Columbia Social Work Review. Hasil penelitian ini berfokus
pada individu yang mengalami kelebihan berat badan dan mengalami
diskriminasi di lingkungan dimanapun mereka berada. Dalam penelitian
ini penulis berupaya menyoroti diskriminasi yang dilakukan terhadap
individu yang mempunyai berat badan berlebih sebagai masalah keadilan
sosial. Stigma yang diberikan akan berdampak buruk pada kesejahteraan
orang gemuk.
5. Jurnal Internasional dengan judul “Is Body Shaming Predicting Poor
Physical Health and Is There a Gender Difference?” yang ditulis oleh
Eva Lind Fells Eliasdottir dari Departement of Psychology. Dalam
penelitian ini menjelaskan dampak body shaming bagi kesehatan fisik,
selain itu dalam penelitian ini juga menunjukkan perbedaan gender,
dimana wanita lebih tinggi mengalami body shaming dibandingkan
dengan pria. Perempuan lebih mungkin melaporkan kesehatan fisik
mereka dibandingkan dengan pria.
F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman keseluruhan isi skripsi ini, maka


penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,


pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan landasan teori yang berkaitan dengan


permasalahan penelitian. Membahas landasan teori tentang
12

pengertian body shaming serta jenis-jenis body shaming ,


pengertian interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial,
pengertian teman sebaya serta penerimaan dan penolakan antar
teman sebaya.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan metodologi penelitian, pendekatan dan


desain penelitian, definisi dan operesional variabel, pengukuran
variabel, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, hipotesis
penelitian, uji instrument, dan teknik analisa data, rekapitulasi
validitas dan reabilitas instrument.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Pada bab ini merupakan hasil penelitian yang membahas mengenai


persiapan alat ukur, uji pengolahan instrument, dan analisis data
penelitian.

BAB V: PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Body Shaming
1. Pengertian Body Shaming

Menurut Dolezal (2015:6) body shaming merupakan tindakan


mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik orang lain maupun
dirinya sendiri. Dalam kamus Oxford dijelaskan bahwa body shaming ialah
tindakan menghina, mengomentari, dan mengkritik tentang tubuh atau
ukuran tubuh baik dilakukan oleh orang lain maupun diri sendiri yang
bertujuan untuk mempermalukan individu. Menurut Fredikson & Robert
(1997:182) body shaming adalah ketika individu memiliki kesadaran diri
akan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar ideal dan memiliki
pandangan negatif terhadap dirinya sendiri karena merasa gagal untuk
memenuhi standar ideal. Bagi sebagian orang memenuhi standar ideal suatu
bagian yang penting terutama bagi remaja yang mudah menginternalisasi
atau merealisasikan sendiri standar-standar tersebut. Banyak individu merasa
tidak dapat memenuhi standar sehingga menimbulkan perasaan negatif yang
diarahkan pada diri sendiri yang kemudian tanpa disadari akan timbul
perlakuan body shaming.

Body shaming adalah suatu keadaan emosional yang bisa sangat


menyakitkan karena merasa mendapat penolakan sosial dari orang lain, serta
perasaan muak pada diri sendiri (Roberts & Goldenberg, 2007:389). Body
shaming merupakan bagian yang berpotensi menjadi rasa malu karena
seseorang tidak hanya mengamati tubuh sebagai bagian dari diri kita tetapi
orang lain juga akan memberikan penilain subyektif pada tubuh kita. Rasa

13
14

malu adalah perasaan emosi yang membuat individu tidak nyaman dan
sangat tidak menyenangkan, individu akan merasa dalam dirinya ada sesuatu
yang tidak terhormat, tidak sopan, atau tidak senonoh (APA dictionary,
2015). Rasa malu ini biasanya ditandai dengan menutup diri dari lingkungan
sosial, seperti menghindari atau mengalihkan perhatian orang lain dari
tindakan yang memalukan yang dapat memiliki dampak yang mendalam
pada psikisnya dan hubungan interpersonal. Seseorang yang mengalami body
shaming akan berdampak tidak hanya pada perilaku menghindar, tetapi juga
merasa terancam, hingga melampiaskan amarah. Penelitian psikologi secara
konsisten menginformasikan resiko seseorang yang mengalami body
shaming akan berimbas pada psikologis, seperti gejala depresi, gangguan
makan, kecemasan, dan harga diri yang rendah (APA dictionary, 2015).

Perempuan, yang mengalami body shaming sebagai akibat dari standar


budaya, mereka secara terus-menerus diposisikan seolah tidak memadai atau
tidak sesuai jika dibandingkan dengan standar ideal tubuh yang sudah
ditetapkan oleh masyarakat. Rasa malu tubuh menjadi kemungkinan
permanen yang akan terus diingat. Akibatnya, perempuan sudah terbiasa
dengan perasaan rasa malu tubuh, mereka merasa bagian tubuh mereka
memiliki kekurangan, tidak sesuai dengan ekspetasi, dan tidak terlihat dari
apa yang seharusnya standar tubuh ideal. Gagal mencapai tubuh ideal
menandakan penguasaan tubuh dan kontrol tubuh yang gagal lebih dalam.
Sikap memalukan ini begitu meresap dan tidak pasti sehingga seringkali
berada di luar jangkauan kesadaran. Karena nilai-nilai normatif
diinternalisasi secara menyeluruh untuk memastikan rasa pengakuan dan
kepemilikan dalam kelompok sosial. Perempuan bahkan mungkin tidak
menyadari bahwa mereka mengalami body shaming atau bahwa mereka
mengerahkan upaya yang berlebihan untuk menghindarinya. Sebaliknya
mereka sibuk berusaha menyusaikan tubuh mereka dengan standar ideal,
15

upaya pribadi terus dilakukan seperti membeli produk kecantikan, perawatan


tubuh, olahraga, diet, hingga bedah untuk mendapatkan apa yang
diharapkannya. Saat individu mengalami body shaming akan ada perasaan
kecewa pada tubuh, individu akan merasa bahwa apa yang diinginkan
harusnya ada pada tubuhnya bukan sebaliknya. Misalnya, individu akan
merasa kecewa dengan warna kulitnya sendiri karena tidak sesuai dengan
apa yang ditampilkan oleh media saat itu. (Dolezal, 2015).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa body shaming


merupakan tindakan mengkritik, mengomentari, atau membandingkan fisik
orang lain maupun dirinya sendiri yang kemudian bisa menimbulkan
perasaan yang sangat menyakitkan dan perasaan malu ketika tubuhnya tidak
sesuai dengan yang diharapkannya.

2. Aspek-aspek Body Shaming

Menurut Vargas (dalam Chairani 2018:16) tindakan body shaming ditandai


dengan aspek-aspek yang meliputi:

1. Mengomentari diri sendiri serta membandingkannya dengan orang lain


yang dianggap ideal. Misalnya seseorang yang melihat dirinya lebih
gemuk daripada orang lain.
2. Mengomentari penampilan atau fisik seseorang di depan orang tersebut
dan membandingkannya dengan orang lain. Seperti mengatakan bahwa
orang tersebut memiliki kulit yang gelap sehingga harus memakai
pemutih wajah.
3. Mengomentari penampilan atau fisik orang lain tanpa sepengetahuan
orang tersebut. Seperti mengosipkan penampilan teman yang
pakaiannya terlihat kurang bagus atau tidak pantas.
16

3. Jenis Body Shaming

Menurut (Dolezal, 2015:8-10) body shaming terdiri dari dua jenis yaitu
acute body shame dan chronic body shame:

a. Acute body shame

Acute body shame berkaitan dengan aspek perilaku dari tubuh, seperti
gerakan, gaya berbicara, tingkah laku, dan kenyamanan yang
berhubungan dengan presentasi diri. Biasanya hal ini disebut dengan
embarrassment atau rasa malu. Acute body shame terjadi pada kasus-
kasus dalam interaksi sosial, seperti ketika seseorang sedang berbicara
kemudian mengalami kegagapan atau gagal dalam berperilaku yang
diharapkan di lingkungan sosial, sering muncul sebagai akibat dari
pelanggaran perilaku, penampilan, atau hilangnya kendali sementara atas
tubuh dan fungsi tubuh seseorang.

Acute body shame biasanya terjadi secara tak terduga dan tanpa
persiapan yang tidak pasti. Contoh dari jenis body shame ini mungkin
terkait dengan beberapa aspek fisik tubuh atau pada waktu lain berkaitan
dengan perilaku atau tingkah laku. Acute body shame bertindak sebagai
pengatur keberhasilan dalam interaksi sosial. Ketika seseorang
mengalami acute body shame, itu menandakan individu tersebut telah
melampaui batas sosial mengenai penampilan dan kenyamanan yang
dapat diterima lingkungannya. Akibatnya, acute body shame
menghambat interaksi sosial yang diwujudkan.

Acute body shame adalah sesuatu yang normal dialami dan kadang
diperlukan. Tidak ada yang terhindar dari kasus-kasus rasa malu tubuh
ini. Acute body shame terjadi secara rutin dan menjadi bagian dari proses
sosial. Acute body shame memainkan peran penting dalam keterampilan,
17

representasi diri, manajemen tubuh dan pembentukan skema tubuh,


belum lagi dalam masalah-masalah yang lebih luas dari kontrol sosial
dan ketertiban tubuh.

b. Chronic body shame

Chronic body shame ini berkaitan dengan tubuh seseorang yang lebih
berkelanjutan atau permanen, seperti berat badan, tinggi badan, atau
warna kulit. Chronic body shame juga dapat timbul karena beberapa
stigma atau kelainan tubuh, seperti bekas luka atau cacat. Di luar
penampilan, chronic body shame sering dikaitkan dengan fungsi dan
kecemasan tubuh di sekitar bagian tubuh seperti jerawat, penuaan, dan
sebagainya. Selain itu, mungkin timbul dalam masalah kontrol tubuh,
seperti dalam kasus gagap atau kekakuan kronis. Apa pun yang
menyebabkannya, jenis body shaming ini datang secara kronis dan
berulang-ulang ke dalam kesadaran seseorang dan membawa rasa sakit
yang berulang atau mungkin terus-menerus. Rasa malu dalam hal ini
akan menjadi lebih akut mungkin pada saat seseorang menginternalisasi
penilaian diri, menyebabkan pengalaman tubuh berkurang sehingga
mempengaruhi harga diri dan penilaian diri.

4. Dampak Body Shaming

Setiap indivdu mempunyai reaksi yang berbeda saat menghadapi


perlakuan body shaming, begitu pula dampak yang muncul pun berbeda.
Body shaming memberikan dampak bagi individu ketika orang lain ataupun
dirinya sendiri secara terus-menerus memandang negatif pada tubuhnya.
Dampak tersebut antara lain:
18

a. Gangguan Makan

Merasa tidak puas pada bentuk tubuh menjadikan banyak orang


seringkali salah memandang bentuk tubuhnya. Seseorang yang menilai
tubuhnya dan merasa tidak sesuai dengan bentuk tubuh ideal cenderung
akan mengupayakan berbagai cara agar tubuhnya idal dengan melakukan
diet untuk menurunkan berat badan atau sebaliknya mengkonsumsi
berbagai makanan tanpa memperhatikan resikonya untuk menaikkan
berat badan, dengan begitu diharapkan dirinya bisa diterima di
lingkungannya bisa menghindari body shaming. Namun, di samping itu
tindakan mengubah bentuk tubuh menyebabkan seseorang hanya
berfokus pada keinginan untuk mengubah bentuk tubuhnya tanpa
memperhatikan efek dari diet tersebut bagi kesehatannya. Selain itu
tindakan mengubah bentuk tubuh berpotensi mencapai kegagalan yang
justru akan mendapatkan perlakuan body shaming yang lebih dari
sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Noll & Fredrickson (1998:623)
bahwa kegagalan mencapai tubuh ideal karena melakukan usaha-usaha
seperti menurunkan berat badan dapat menjadi penyebab semakin tinggi
terjadinya body shaming.

Body shaming dapat menuntun seseorang untuk melakukan


perubahan-perubahan pada tubuhnya. Penelitian sebelumnya
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara body shame
dengan gangguan makan (Chairani, 2019). Hal ini memberikan gambaran
bahwa body shaming dapat menjadi antisipasi yang meyakinkan dalam
memprediksi gangguan makan. Sejalan dengan penelitian (Mustapic,
Marcinko, Vargek, 2015) terdapat hubungan yang positif body shaming
dan perilaku makan. Dimana semakin tinggi tingkat body shaming maka
cenderung memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perilaku
19

makan. Selain memberikan dampak pada gangguan makan, body


shaming memiliki dampak pada kesehatan seseorang, seperti melakukan
diet mati-matian, minum obat pelangsing, memakai obat pemutih instan,
dan berbagai macam upaya lain yang justru akan berdampak lebih serius
pada tubuhnya. Lamont (2018) dalam penelitiannya menjelaskan adanya
hubungan yang positif antara body shame dengan infeksi maupun gejala
dari suatu penyakit yang disebabkan karena perhatian pada kesehatan
tubuh yang rendah.

b. Depresi

Hidup di budaya yang memiliki penilaian adanya tubuh ideal dan


tidak ideal, memberikan kecendrungan seseorang untuk menerima
pandangan orang lain tentang tubuhnya. Sehingga ketika orang lain
melontarkan kalimat buruk tentang tubuhnya, indvidu tersebut akan
mendengarkan sepenuhnya komentar buruk itu dan melemahkan
perspektif dirinya sendiri tentang tubuhnya. Komentar buruk yang terus-
menerus diterima membuat indvidu merasa dirinya tidak berharga,
kondisi ini memungkinkan individu mengalami stress yang berujung
depresi. Tindakan yang lebih ekstrem korban body shaming dapat
berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

c. Body Shaming dan Self-Esteem

Individu yang mengalami body shaming akan melakukan penilaian


diri dengan terus melakukan body checking pada tubuhnya atau
penampilanya, selain itu tentunya individu juga akan melakukan
penilaian terhadap keberhargaan dirinya. Ketika individu merasa malu
dengan kondisi tubuhnya maka individu tersebut akan merasa tidak
20

percaya diri dan memiliki harga diri yang rendah. Menurut (Noser &
Zeigler-Hill, 2014:703) ketika seseorang sering melakukan penilaian
terhadap penampilan diri mereka sendiri, kondisi tersebut cenderung
akan berdampak pada tingkat self-esteem yang rendah. Menurut
Baumeister (dalam Santrock, 2007) menjelaskan individu dengan harga
diri rendah akan beranggapan dirinya memiliki keterbatasan, merasa
bersalah karena kekurangannya, dan berada dalam kondisi yang tidak
aman.

5. Standar Tubuh Ideal

Menurut Bakhshi (2008:374-394) kemunculan kriteria standar tubuh


ideal dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan ekologi
yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap konsep tubuh ideal.
Kelompok masyarakat di berbagai belahan dunia memiliki penilaian
berbeda-beda dalam kriteria yang dianggap menarik atau tidak menarik,
tinggi atau pendek, gemuk atau kurus, berkulit gelap atuh putih. Menurut
Wolf (dalam Bestiana, 2012:2) mitos-mitos kecantikan yang berlaku dalam
masyarakat juga ikut mempengaruhi konsep tubuh ideal. Standar tubuh ideal
dalam msyarakat bisa saja berbeda, misalnya individu yang dianggap
berkulit gelap oleh masyarakat di lingkungannya, bisa jadi dianggap normal
oleh masyarakat di luar lingkungannya. Media ikut memberikan pengaruh
besar dalam pandangan masyarakat terkait standar tubuh ideal, iklan-iklan
yang ditampilkan oleh media seolah memberi kesan memiliki tubuh gemuk
atau berkulit gelap adalah sesuatu yang memalukan dan harus diubah
(Bestiana, 2012:8). Menurut Kulick dan Meneley (dalam Kholifah dan
Kuncoro, 2019:682). Tanpa disadari hal tersebut mengubah persepsi konsep
tubuh ideal di masyarakat sehingga menciptakan ketidakpuasan individu
21

terhadap tubuhnya dan berkeinginan untuk memenuhi standar ideal yang


berlaku dalam lingkungan sosial dan budayanya.

B. Interaksi Sosial
1. Pengertian Interaksi Sosial

Menurut Walgito (2003:65) interaksi sosial adalah hubungan antara


individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi
individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling
timbal balik. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok
manusia dan antar orang dengan kelompok-kelompok masyarakat. Interaksi
terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan
antara individu dengan kelompok dimana komunikas terjadi diantara kedua
belah pihak (Yulianti, 2003:91). Sedangkan pengertian lain dari interaksi
sosial menurut Thibaut dan Kelly (dalam Mohammad Ali dan Mohammad
Asrori, 2004:87) adalah peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika
dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu
sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain.

Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena itu
tanpa adanya interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu
dengan golongan didalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang
diharapkan dan dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya (Ahmadi,
2004:49). Kemampuan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial
akan menjadikan seseorang menentukan sikap sosialnya untuk bereaksi
terhadap fenomena-fenomena sosial di lingkungannya.
22

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi


sosial adalah hubungan antara individu dengan individu atau individu dengan
kelompok yang didalamnya individu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya sehingga
memunculkan hubungan timbal balik.

2. Aspek-aspek Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial juga terdapat aspek aspek guna mendukung


terjadinya suatu interaksi. Menurut Bales (dalam Santoso, 2004:180) aspek-
aspek tersebut meliputi:

a. Adanya hubungan, terjadinya interaksi tentu terjadi karena adanya


hubungan antara individu dengan pihak lain maupun hubungan antara
kelompok dengan kelompok. Hubungan ini ditandai dengan adanya
komunikasi seperti saling bertegur sapa atau berjabat tangan.
b. Adanya individu, peran serta individu dengan individu lain maupun
individu dengan kelompok memainkan peran penting dalam
melaksanakan proses hubungan sosial.
c. Adanya tujuan, interaksi sosial terjadi tentu karena adanya tujuan
seperti saling bertukar informasi, atau untuk mempengaruhi individu
lain.
d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, setiap
individu memiliki peran dalam kelompoknya. Karena dalam
kehidupan individu-individu tidak terlepas untuk membentuk suatu
kelompok, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial
yang memiliki fungsi dalam kelompoknya.
23

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Dalam proses interaksi juga memiliki beberapa bentuk interaksi sosial.


Gillin dan Gillin (dalam Soekanto, 2007:65) mengkategorikan interaksi
sosial ke dalam dua bentuk, yaitu proses asosiatif dan disosiatif. Proses
asosiatif adalah proses yang mengarah untuk menciptakan suatu kesatuan,
sedangkan disosiatif adalah proses yang bersifat bertentangan karena
memiliki tujuan yang berbeda.

Proses asosiatif terbagi menjadi tiga bentuk sebagai berikut:

a. Kerja sama

Kerja sama adalah sebuah proses yang terjadi ketika adanya


kepentingan dan tujuan yang sama yang kemudian melakukan sebuah
tindakan guna memenuhi tujuannya tersebut. Dalam bentuk kerjasama
ada peran atau fungsi dari masing-masing anggota kelompok karena
kegiatan yang dilaksanakan saling bergantung dengan kegiatan yang lain
dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan bersama.

b. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu bentuk usaha untuk mengurangi


pertentangan antara individu dengan individu lain atau antara kelompok
dengan kelompok dalam masyarakat akibat pandangan atau pemahaman
yang berbeda. Akomodasi juga berfungsi untuk mencegah munculnya
suatu pertentangan dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain itu akomodasi berupaya menyatukan kelompok-kelompok yang
sebelumnya sudah saling bertentangan dan memungkinkan terjadinya
sebuah kerjasama didalamnya.
24

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial yang berupaya untuk mengurangi


perbedaan-perbedaan yang terdapat antara individu atau kelompok dan
juga mengupayakan usaha untuk memperkuat kesatuan dengan cara
mendahulukan tujuan dan kepentingan bersama. Dalam situasi ini adanya
sebuah toleransi di setiap anggota kelompoknya akan mendukung proses
asimilasi walaupun terkadang tidak mudah dalam menjalankan proses
asimilasi ini karena adanya hambatan seperti kehidupan masyarakat yang
terisolasi, yang pada umumnya cenderung memiliki pengetahuan yang
relatif rendah.

Bentuk-bentuk interaksi sosial yang terwujud dalam proses asosiatif yang


biasa terjadi dalam kehidupan yaitu:

a. Persaingan

Persaingan ialah proses sosial dimana individu atau kelompok yang


bersaing berusaha untuk mengungguli pihak lain. Contoh persaingan
yang dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti persaingan
ekonomi, kedudukan, dan peran. Upaya-upaya yang dilakukan seperti
menarik perhatian atau mencari kelemahan lawan dengan cara
memperkuat prasangka yang telah ada. Biasanya persaingan dilakukan
tanpa adanya kekerasan ataupun ancaman. Adapun fungsi dari persaingan
salah satunya adalah untuk menyalurkan sebuah keinginan individu yang
bersifat kompetitif dalam masyarakat.

b. Kontravensi

Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada antara


persaingan dan pertentangan. Kontraversi menunjukkan sikap
25

ketidakterimaan atau ketidaksukaan yang tersembunyi terhadap orang


lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu.
Kontravensi biasanya ditandai dengan tindakan penolakan dan
perlawanan yang memungkinkan bertujuan untuk menjatuhkan pihak
lain.

c. Pertentangan

Pertentangan ialah bentuk proses sosial ketika individu atau


kelompok berusaha mencapai tujuannya dengan cara menantang dan
memberikan sebuah ancaman atau kekerasan pada pihak lawan. Pada diri
seseorang biasanya mempunyai keinginan yang ingin saling berkompetisi
dalam mengekspresikan perannya atau pendapatnya. Biasanya
pertentangan terjadi disebabkan adanya suatu perbedaan yang sangat
nyata, seperti perbedaan paham antar individu, kepentingan hingga
perbedaan sosial. Selain itu konflik dalam kelompok pun sering
disebabkan oleh perbedaan tujuan pada anggota kelompok, perbedaan-
perbedaan pendapat, ketidasetujuan yang didasarkan karena ekspetasi
individu yang tidak sesuai pada individu lain. Namun di samping itu
pertentangan tidak selalu bersifat negatif, adapula sifat positif yang bisa
menguatkan suatu kelompok. Contoh yang bersifat positif akibat dari
pertentangan adalah meningkatkan solidaritas antar anggota dalam suatu
kelompok dan memungkinkan terjadinya perubahan kepribadian kearah
yang lebih baik. Sedangkan contoh negatif sebagai akibat dari
pertentangan yaitu retaknya kesatuan antar anggota kelompok yang
berdampak pada perpecahan atau putusnya hubungan sosial. Masalah
sosial tidak muncul secara alami, namun masalah sosial hadir disebabkan
26

oleh “social creation” yang tercipta sebagai hasil dari pemikiran manusia
dalam kebudayaan yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Siswa

Menurut Santoso (2010: 166-167) interaksi sosial dapat berlangsung


karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang mendasari interaksi sosial yaitu
Imitasi, Sugesti, Identifikasi, Simpati, dan Motivasi, yang diuraikan sebagai
berikut:

a. Faktor imitasi

Tarde mengasumsikan bahwa seluruh kehidupan sosial itu


sebenarnya berdasarkan hanya pada faktor imitasi. Tarde
mengungkapkan terdapat segi-segi negatif dan postif dalam peranan
faktor imitasi. Proses imitasi dikatakan negatif ketika role model yang
diimitasi itu memberi pengaruh yang tidak baik, hal itu akan
menimbulkan kesalahan besar, terkadang orang dengan mudahnya
menerima apa yang dilihat dan langsung mengimitasi hal tersebut tanpa
di kritisi terlebih dahulu. Sedangkan proses imitasi dikatakan positif
apabila mampu membawa individu memperoleh keahlian dan mendorong
individu untuk bertingkah laku sesuai dengan norma.

b. Faktor Sugesti

Ahmadi (dalam Santoso, 2010) menjelaskan bahwa sugesti adalah


keadaan di mana orang lain ataupun dinvidu itu sendiri berusaha untuk
memberikan dorongan pada pikiran. Sugesti yang datang baik dari
dirinya sendiri maupun dari orang lain biasanya dengan mudah diterima.
Adapun perbedaan antar jenis auto-sugesti dan hetero-sugesti. Auto-
sugesti adalah sugesti yang datang dari dirinya sendiri, contoh dari jenis
27

ini bisa diambil dari seseorang yang sedang sakit, ia selalu mensugesti
dirinya bahwa ia bisa sembuh dari penyakitnya. Hetero-sugesti adalah
sugesti yang datang dari orang lain, contohnya bisa diambil dari seorang
motivator yang memberikan semangat untuk audiensnya dengan kata-
kata positifnya.

Dari kedua sugesti diatas memegang peranan penting dalam


kehidupan sosial. Baik sugesti maupun imitasi sejatinya saling
berhubungan, yang membedakannya bahwa dalam imitasi individu
mengikuti orang lain yang menjadi role modelnya, sedangkan pada
sugesti seseorang mencoba memberikan arahan atau pandangan yang
dilakukan oleh dirinya sendiri atau orang lain yang nantinya akan
diterima oleh individu tersebut (Janu, 2007). Maka dapat dikatakan
bahwa sugesti akan mendorong seseorang untuk bersikap sesuai dengan
apa yang ada dipikirannya .

c. Faktor Identifikasi

Menurut Freud (dalam Santoso, 2010) faktor identifikasi dalam


psikologi artinya dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain baik
secara lahiriah maupun secara batiniah. Proses identifikasi dapat terjadi
ketika seseorang memberikan contoh yang baginya ideal dalam
kehidupannya. Proses ini dapat terjadi dengan sendirinya tanpa disadari
ataupun sengaja. Secara tidak sadar individu yang mengidentifikasi itu
akan menirukan sikap, penampilan, tingkah laku, dan kebiasaan lainnya
dari sosok yang ia identifikasi. Maka pada jangka waktu tertentu akan
muncul perasaan untuk menjadi identik dan memainkan peran sebagai
sosok yang diidentifikasi tersebut.
28

d. Faktor Simpati

Simpati ialah perasaan tertariknya seseorang terhadap orang lain


maupun suatu kelompok (Janu, 2007). Proses simpati timbul mencakup
adanya akal rasional, dan juga perasaan. Proses ini bisa berjalan dengan
perlahan-lahan seiringnya waktu atau secara tiba-tiba bahkan secara
sadar antar kedua belah pihak. Dorongan utama pada proses simpati yaitu
ingin mengerti orang lain, berbeda halnya dengan identifikasi yang
didorong dengan perasaan meniru dan ingin menjadi sama. Contoh
identifikasi adalah memberi bantuan pada orang lain yang sedang
kesulitan.

e. Motivasi

Sukmadinata (dalam Santoso, 2010) menjelaskan motivasi adalah


suatu tindakan bagi individu memberikan dorongan, pengaruh, atau
stimulasi untuk individu lain. Kemudian seseorang yang diberi motivasi
tersebut akan menuruti atau melaksanakan apa yang ia terima dan dengar
itu secara kritis, rasional, dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi
adalah suatu tindakan yang terbentuk dari dorongan yang berupa
desakan, motif, kebutuhan dan keinginan. Wujud motivasi dapat berupa
perilaku, sikap, saran, pendapat, dan pertanyaan.

Dari penjelasan berbagai faktor di atas dapat diambil kesimpulan


bahwa interaksi merupakan suatu proses yang cukup kompleks yang
didasari atau dilandasi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut
mampu bergerak dengan sendiri secara terpisah ataupun saling berkaitan.
29

C. Teman Sebaya

1. Pengertian Teman Sebaya

Horrock dan Benimoff (dalam Hurlock, 2002:214) menjelaskan


kelompok teman sebaya adalah tempat kaum remaja yang menyediakan
panggung dimana remaja dapat menilai, menganalisis, dan memperbaiki
konsep dirinya. Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang
memiliki usia atau tingkat kedewasaan yang relatif sama. Remaja akan
saling memberikan dorongan dengan teman sebayanya mengenai
kemampuan mereka. Remaja belajar dari teman sebayanya untuk menilai,
membandingkan tentang dunia di luar keluarga. Dari proses belajar
tersebut akan berpengaruh pada remaja, apa yang dilakukan mereka bisa
lebih baik, sama baiknya atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan
teman sebayanya (Santrock, 2007:55). Menurut Slamet Santoso (2004: 79)
menjelaskan bahwa teman sebaya ialah perkumpulan remaja dengan usia
yang sama yang anggotanya mampu bersosialisasi dan berkomunikasi
dengan baik. Hal-hal yang dilakukan oleh anak-anak usia tersebut adalah
hal-hal yang menyenangkan saja.

Dari penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan apa yang


dimaksud dengan teman sebaya adalah anak-anak atau remaja yang
mempunyai usia dengan tingkat kematangan yang relatif sama. Remaja
menjadikan teman sebaya sebagai tempat untuk menilai dan yang mereka
dapatkan dari teman sebaya akan berpengaruh pada apa yang akan mereka
lakukan bisa lebih baik atau lebih buruk.
30

2. Aspek-aspek Interaksi Teman Sebaya

Aspek-aspek interaksi teman sebaya menurut Monks dkk (dalam


Santoso, 1994:187) adalah:

1. Membina hubungan baik dengan teman.


2. Saling bertukar informasi antara teman sebaya.
3. Saling membantu satu sama lain.
4. Saling menghargai dan menerima.
5. Menunjukan rasa simpati dan kasih sayang

3. Fungsi Teman sebaya

Teman sebaya bisa memberikan fungsi yang positif bagi remaja, terdapat
6 fungsi positif teman sebaya yang dijelaskan oleh Kelly dan Hansen (dalam
Desmita, 2009:220-221) yaitu:

a. Mengontrol dorongan agresif, ketika teman sebaya mampu menekan


dorongan agar remaja tidak melakukan pertentangan atau pertikaian,
melalui interaksi dengan teman sebayanya remaja dapat belajar
menyelesaikan pertentangan tanpa harus melakukan agresi langsung.
b. Membuat remaja menjadi mandiri dan peduli pada lingkungan
sekitarnya. Kelompok teman sebaya dapat memberi dorongan pada
remaja untuk bisa menjalankan peran baru mereka dan bertanggung
jawab. Dorongan dari teman sebaya ini pula bisa berarti bagi remaja,
ketika remaja bisa mandiri hal itu bisa berdampak baik pada remaja
sehingga tidak selalu bergantung pada dorongan keluarga mereka.
c. Meningkatkan kamampuan-kemampuan sosial, meningkatkan
kemampuan penalaran. Dari sinilah melalui interaksi dengan teman
sebaya, remaja belajar untuk mengekspresikan perasaannya dengan
cara yang lebih matang, mengekspresikan ide-ide dan gagasan
31

mereka, serta meningkatkan kemampuan mereka dalam


menyelesaikan masalah.
d. Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran
jenis kelamin. Disini remaja dibentuk untuk berperan sesuai dengan
jenis kelaminnya, melalui interaksi dengan teman sebaya remaja akan
belajar tentang tingkah laku dan kemudian mereka asosiasikan
dengan menjadi laki-laki dan perempuan muda.
e. Memperkuat penyesuaian moral dan nilai-nilai, dalam kelompok
teman sebaya, remaja berusaha menggambil keputusan atas diri
mereka sendiri. Remaja mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya
dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta memutuskan mana
yang dianggap benar. Proses mengevaluasi ini dapat membantu
remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka.
f. Menigkatkan harga diri (self-esteem). Menjadi individu yang
disenangi oleh teman sebayanya bisa membuat remaja merasa senang
mengenai dirinya sendiri
4. Penerimaan dan Penolakan Teman Sebaya

Dalam lingkungan teman sebaya memungkinkan remaja dapat diterima


atau mendapat penolakan. Menurut Mappiare (1982: 170) terdapat faktor-
faktor yang membuat remaja diterima atau mendapat penolakan dari teman
sebayanya, yaitu:

a. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja diterima oleh teman


sebayanya:
- Penampilan dan perilaku, teman sebaya akan memberikan penilaian
terkait penampilan dan perilaku remaja seperti tampang yang baik,
32

penampilan yang rapi, serta mampu ikut berperan dalam kegiatan-


kegiatan kelompok.
- Kemampuan berpikir seperti remaja dapat diterima dalam
kelompok teman sebaya karena kemampuan berpikirnya,
sepertidapat berinisiatif, memikirkan kepentingan kelompoknya dan
mengemukakan ide-idenya.
- Sifat, cara bersikap, dan perasaan. Sikap ini sangat diperlukan agar
remaja bisa diterima oleh kelompok teman sebayanya, seperti
peduli pada orang lain, memiliki sifat sabar dan mampu menahan
amarah ketika berada dalam situasi yang tidak menyenangkan.
- Kerpibadian yang baik, remaja yang memiliki kepribadian yang
baik akan mudah diterima bahkan disenangi oleh kelompok teman
sebaya, kepribadian yang baik menjadi poin utama seperti jujur dan
dapat dipercaya, bertanggung jawab dan mampu menjalankan
perannya, mengikuti peraturan-peraturan kelompok, mudah
beradaptasi dalam berbagai situasi.
b. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang remaja ditolak oleh teman
sebaya:
- Penampilan dan perbuatan, remaja yang memiliki sifat pemalu,
sering menantang, dan senang menyendiri adalah hal yang kurang
disukai oleh teman sebayanya, maka ketika remaja memiliki sifat
tersebut kemungkinan akan ditolak teman sebaya.
- Kemampuan berpikir, setiap remaja mempunyai kemampuan
berpikir yang berbeda-beda remaja yang dianggap bodoh oleh
teman sebayanya akan mudah mendapatkan penolakan.
- Cara bersikap, memiliki sifat yang buruk, seperti suka melanggar
norma dan tidak mengikuti peraturan-pertaturan kelompok, suka
33

berkuasa, memiliki sifat selalu curiga pada teman, dan memaksakan


kehendaknya sendiri tanpa mau mendengarkan orang lain.
- Faktor lainnya seperti rumah sulit dijangkau karena terlalu jauh dari
tempat teman sekelompok.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan atau


penolakan teman sebaya sangat berarti dalam kehidupan remaja. Penerimaan
dan penlokan itu pula yang dapat membentuk kedewasaan remaja dalam cara
berpikir, bersikap, peduli terhadap sekitarnya, perlakuan dan adaptasi remaja.
Dari hasil penerimaan dan penolakan teman sebaya dapat memberikan
dampak positif maupun negatif pada diri remaja, tergantung remaja dalam
menyikapinya. Arti penting penerimaan dan penolakan teman sebaya erat
kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai bahan referensi peneliti untuk
meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebayanya.

5. Pentingnya Teman Sebaya bagi Perkembangan Remaja

Teman sebaya memiliki pengaruh penting dalam perkembangan remaja,


adanya kelompok teman sebaya akan memudahkan individu untuk saling
berinteraksi, bergaul dan memberikan dukungan serta peduli terhadap
individu yang lain secara emosional. Kehadiran kelompok teman sebaya
memberikan pengaruh dalam perkembangan remaja yaitu (Santoso,
2009:77):

1) Memberikan pengaruh positif dan negatif antara lain:


a. Pengaruh positif dari teman sebaya
- Mendorong kemandirian pada individu
- Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok
34

- Individu yang memiliki kelompok teman sebaya mereka akan


lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang
- Individu dapat memiliki rasa solidaritas antar teman
- Ketika individu masuk dalam kelompok teman sebaya, maka
setiap anggota akan siap membentuk masyarakat yang
direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap
baik
- Setiap anggota dapat melatih bakatnya, kecakapan, dan
memperoleh pengetahuan
b. Pengaruh negatif dari teman sebaya
- Memungkinkan individu sulit menerima individu lain yang tidak
mempunyai kesamaan, sehingga lingkungan pertemanan mereka
hanya akan berputar dengan kelompok teman sebayanya yang
mereka anggap memiliki kesamaan dengan mereka.
- Menimbulkan rasa iri, dalam kelompok kemungkinan ada
beberapa anggota yang akan terlihat sangat akrab dikarenakan
memiliki kesamaan, kemudian akan ada anggota lain yang merasa
iri karena merasa berbeda dan tidak bisa seakrab itu dengan
mereka.
- Tertutup terhadap individu lain yang bukan bagian dari kelompok
- Timbul persaingan antar anggota kelompok
2) Membentuk persepsi citra tubuh

Menurut Winzeler (2005) menjelaskan bahwa citra tubuh adalah


gambaran, pikiran, atau perasaan seseorang akan penampilan fisiknya.
Lingkungan atau kelompok teman sebaya berpengaruh besar terhadap
pandangan remaja terhadap citra tubuh, kelompok teman sebaya yang
mempersepsikan standar tubuh ideal yang kemudian remaja akan menerima
persepsi dari kelompok teman sebayanya tersebut menjadi persepsi pribadi
35

agar mendapat penerimaan dari kelompoknya. Remaja akan merasa puas jika
kesan fisik yang dia tampilkan sesuai dengan kesan yang diberikan oleh
lingkungannya,

3) Perkembangan Sosial (Persahabatan dan Relasi Romantis)

Harry Stack (dalam Santrock, 2011) mengatakan bahwa seorang sahabat


menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan sosial akan intimasi
persahabatan meningkat di masa remaja awal. Ketika remaja tidak mampu
menjalin hubungan persahabatan yang dekat, mereka akan mengalami rasa
kesepian dan turunnya harga diri mereka. Persahabatan mencerminkan
perilaku kerjasama dan saling mendukung antara dua atau lebih identitas
sosial. Semakin dekat pengalaman yang mereka miliki maka akan
berpengaruh pada penerimaan sosial.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini menunjukkan hubungan antara body shaming dengan


interaksi sosial teman sebaya. Body shaming muncul disebabkan karena
adanya pandangan masyarakat yang membentuk standar tubuh ideal. Standar
tubuh ideal dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekologi, ekonomi, dan
standar budaya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial individu untuk


berkeinginan sesuai dengan standar ideal yang berlaku di masyarakat adalah
faktor imitasi dan faktor sugesti. Individu mencoba untuk meniru penampilan
orang lain contohnya dengan meniru apa yang ditampilkan oleh media
seperti ingin langsing, tinggi, dan berkulit putih, maka terjadi proses imitasi
dalam hal ini. Selain itu, orang lain mencoba untuk mempengaruhi pikiran
atau mengubah pandangan individu terkait konsep tubuh ideal dan individu
36

menerima pandangan tersebut, artinya ada faktor sugesti dimana individu


akan terdorong bersikap untuk sesuai dengan apa yang ada dipikirannya

Pengaruh teman sebaya bagi perkembangan remaja salah satunya adalah


membentuk persepsi citra tubuh, dimana ketika kelompok teman sebaya
mempersepsikan standar tubuh ideal kemudian remaja menerima persepsi
tersebut dan menjadikannya persepsi pribadi agar diterima oleh
kelompoknya. Di samping itu, dalam lingkungan kelompok teman sebaya
ada penerimaan dan penolakan, salah satu faktor yang menyebabkan remaja
diterima atau ditolak oleh teman sebayanya adalah faktor penampilan,
penampilan yang baik membuat remaja mudah diterima dan sebaliknya
penampilan yang kurang menarik memungkinkan remaja ditolak atau sulit
diterima oleh kelompok teman sebaya. Maka ketika remaja mendapat
perlakuan body shaming artinya remaja mendapat penolakan dari teman
sebayanya sehingga interaksi sosialnya pun akan menjadi terganggu. Seperti
yang dikatakan oleh Dolezal (2015) bahwa body shaming menentukan proses
hubungan sosial.

Dari kerangka pemikiran di atas untuk melihat apakah variabel body


shaming dan interaksi sosial teman sebaya memiliki hubungan atau tidak,
jika digambarkan dengan model akan tampak seperti pada bagan berikut ini

Tabel 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Body Shaming Interaksi Sosial

(X) (Y)
37

E. Hipotesis Penelitian

Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu


diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula
dengan hipotesis (Ha). Berdasarkan penelitian yang direncanakan, dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut.

1. Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body shaming


dengan interaksi sosial teman sebaya
2. Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara body shaming dengan
interaksi sosial teman sebaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penilitian ini yaitu pendekatan


kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data berupa
angka, kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapat suatu informasi
ilmiah dibalik angka-angka tersebut. Sedangkan menurut Azwar (2005)
penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-
data numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika. Dengan
pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau
signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Sedangakan metode yang digunakan peneliti adalah korelasional.


Penelitian korelasional adalah penelitian yang melihat hubungan antara
variabel. Penelitian yang dirancang untuk mengetahui tingkat hubungan
antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Kountur, 2009).
Pengukuran korelasional digunakan untuk menentukan besarnya arah
hubungan. Alasan peneliti menggunakan penelitian korelasional adalah
karena peneliti ini bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel, yaitu
antara hubungan body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya.
Pengukuran dalam korelasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat
hubungan antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.
Pengukuran dalam korelasi ini digunakan untuk menemukan besarnya arah
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.

38
39

B. Ruang Lingkup Penelitian


1. Subjek dan Objek Peneletian

Subjek dalam penelitian ini adalah sekelompok yang dapat


memberikan informasi, yaitu siswa SMKN 7 Tangerang Selatan. Objek
dalam penelitian ini adalah perlakuan body shaming yang diterima dan
interaksi sosial siswa di SMKN 7 Tangerang Selatan.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu, penelitian ini dilaksankan dari bulan Oktober 2019 sampai


dengan Februari 2020. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di SMKN
7 Tangerang Selatan yang berlokasi di Ciputat. Alasan pemilihan lokasi
karena di lokasi tersebut pernah terjadi kasus perundungan yang berawal
dari body shaming kemudian diperparah dengan adanya kekerasan fisik.

3. Populasi dan Sampel


a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil


pengukuran yang menjadi objek penelitian. Atau populasi merupakan
objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Bambang
Prasetyo, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas XII SMKN 7 Tangerang Selatan yang berjumlah 160 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek


penelitian. Penelitian ini menggunakan Probability Sampling yaitu
teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama
bagi seluruh anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
40

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan


rumus Slovin sebagai berikut.

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d = error tolerance (taraf signifikansi)

Berdasarkan rumus di atas maka peneliti menghitung sampel dengan


tingkat kesalahan 5% maka dari populasi 160 siswa kelas XII SMKN 7
Tangerang Selatan diperoleh sampel sebanyak 115 siswa baik laki-laki dan
perempuan. Dengan perhitungan sampel sebagai berikut:

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data yang dibutuhkan guna melengkapi proses


penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan penelitian yang bersumber dari:

1. Penelitian kepustakaan (library research). Metode ini digunakan untuk


mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan teori yang dibahas
41

dalam penelitian ini. Data-data berasal dari buku-buku literatur yang


sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
2. Penelitian lapangan (field research). Dalam melakukan pengamatan
lapangan peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk
memperoleh data yang obyektif berdasarkan kebenaran yang terjadi di
lapangan. Dalam hal ini peneliti menggunakan kuesioner. Kuesioner
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan penulis kepada responden
untuk menjawabnya (Sugiyono, 2010).
D. Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2010) menjelaskan


variabel sebagai atribut seseorang atau subjek yang mempunyai “variasi”
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lain. Dalam
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi


atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
(variabel bebas) adalah body shaming.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau


yang menjadi akibat karena variabel bebas. Pada penelitian ini yang
menjadi variabel dependen (variabel terikat) adalah interaksi sosial
teman sebaya .
42

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

H
Body Shaming Interaksi Sosial

( Variabel X ) ( Variabel Y )

E. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel


1. Body Shaming
a. Definisi Konseptual
Body shaming merupakan tindakan mengkritik, mengomentari,
atau membandingkan fisik orang lain maupun dirinya sendiri yang
menimbulkan perasaan bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan yang
diharapkannya.
b. Definisi Operasional
Skor total dari skala body shaming yang terdiri dari aspek yaitu
mengomentari dan membandingkan diri sendiri, mengomentari
penampilan orang lain (didepan orang tersebut), mengomentari fisik
dan membandingkan fisik orang lain (dibelakang orang tersebut).
2. Interaksi Sosial
a. Definisi Konseptual
Interaksi sosial adalah hubungan antara dua individu atau lebih
yang saling mempengaruhi atau mengubah, baik secara tindakan
maupun pikiran individu yang lain atau sebaliknya.
b. Definisi Operasional
Skor total dari interaksi sosial teman sebaya yang didasarkan pada
aspek-aspek interaksi sosial yaitu membina hubungan yang baik
dengan teman, saling menghargai dan menerima, saling bertukar
43

informasi, saling bekerjasama, dan menunjukan rasa simpati dan


kasih sayang.
F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dibahas yaitu body
shaming dan interaksi sosial teman sebaya. Oleh karena itu terdapat dua
instrumen yang digunakan yaitu instrumen body shaming dan instrumen
interaksi sosial teman sebaya. Yang dimana kedua instrumen tersebut
dikembangkan berdasarkan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, persepsi, dan pendapat seseorang atau sekelompok orang
mengenai fenomena sosial. Maka peneliti membuat alternatif jawaban yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah Selalu (SL), Sering (S), Kadang-
kadang (KD), Jarang (J), Tidak Pernah (TP),

Tabel 3.2 Skala Likert

Skor
Pilihan Jawaban
Positif Negatif
Selalu 5 1
Sering 4 2
Kadang-kadang 3 3
Jarang 2 4
Tidak Pernah 1 5

G. Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan


sebelu melakukan penyusunan angket. Kisi-kisi instrumen dilakukan sebagai
pedoman peneliti dalam membuat atau menyusun angket agar penyusunan
angket dapat berjalan dengan tujuan penelitian yang sedang dilakukan.
44

Adapun kisi-kisi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini


sebagai berikut:

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian Body Shaming

Item
Aspek Indikator Jumlah
Favo Unfavo
1. Menerima kritik cara
1 4
berpakaian
2. Menerima kritik gaya
Mengomentari 2 5
berbicara
penampilan
3. Menerima kritik
3,19 6,21
tingkah laku
4. Mendapat gossip 7,8 9,10 16
1. Membandingkan fisik
diri sendiri dengan 23 25
Membandingan orang lain
fisik 2. Dibandingkan-
bandingkan fisiknya 24 26
oleh orang lain
1. Dipanggil dengan
17,18 20,22
sebutan yang buruk
Mengomentari
10
fisik 2. Diejek yang mengarah
11,12, 14,15,1
pada fisik 13 6

Jumlah 13 13 26
45

Tabel 3.4 Instrumen Penelitian Interaksi Sosial

Item Juml
Aspek Indikator
Favo Unfavo ah
1. Partisipasi dalam
Membina 1 2
kelompok teman sebaya
hubungan
2. Mengikuti ajakan dari 6
dengan teman 3 4
teman untuk bermain
3. Penyesuaian diri remaja 5 6
1. Bertanya pada teman 7 8
2. Memperkenalkan identitas
9 10
diri
Saling bertukar 3. Menyapa temannya ketika
8
informasi 11 12
bertemu
4. Mendengarkan teman
13 14
ketika berbicara
1. Memberikan bantuan
15 16
kepada teman
Saling 2. Tidak terlibat 4
bekerjasama
pertengkaran dengan 17 18
teman
1. Memaafkan teman ketika
Menunjukan 19 20
membuat kesalahan
rasa simpati
4
dan kasih 2. Menghibur teman yang
saying 21 22
dalam keadaan bersedih
1. Tidak suka mencela teman 23 24
Saling
menghargai 2. Berbicara sopan ketika 8
dan menerima 25 26
berhadapan dengan teman
46

3. Sikap toleran terhadap


27 28
teman
4. Dapat menerima teman
29 30
sebagaimana adanya

Jumlah 15 15 30

H. Uji Instrumen
1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat


kevalidan atau kesahihan suatu instrument, uji validitas dilakukan setiap
butir soal. Hasilnya dibandingkan dengan r table | df = n ˗˗ k dengan margin
of error 5%. Jika r tabel < r hitung, maka butir soal disebut valid.


=
√{ ∑ ∑ ∑ ∑ }

Sebelum dilakukan uji validitas, dilakukan expert judgement terlebih


dahulu oleh para ahli untuk melihat kesesuaian antara item-item pernyataan.
Dalam penelitian ini para ahli yang diminta pendapatnya yaitu Bpk Ismet
Firdaus selaku dosen Kesejahteraan Sosial. Berdasarkan hasil dari uji ahli
skala body shaming menerangkan bahwa pernyataan yang kurang jelas
kalimatnya bisa diperbaiki, jangan sampai ketika membaca pernyataan
responden berpikir apa maksud dari pernyataan tersebut. Karena pernyataan
yang tepat itu yang bisa langsung dimengerti oleh responden tanpa
menimbulkan pertanyaan. Selanjutnya hasil pertimbangan uji ahli tersebut
dijadikan landasan dalam penyempurnaan instrument yang disusun oleh
penulis.
47

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Body Shaming

No Butir Keterangan
1 0,796 0,176 Valid
2 0,396 0,176 Valid
3 0,779 0,176 Valid
4 0,695 0,176 Valid
5 0,382 0,176 Valid
6 0,305 0,176 Valid
7 0,490 0,176 Valid
8 0,548 0,176 Valid
9 0,795 0,176 Valid
10 0,382 0,176 Valid
11 0,796 0,176 Valid
12 0,783 0,176 Valid
13 0,396 0,176 Valid
14 0,305 0,176 Valid
15 0,490 0,176 Valid
16 0,548 0,176 Valid
17 0,795 0,176 Valid
18 0,356 0,176 Valid
19 0,686 0,176 Valid
20 0,207 0,176 Valid
21 0,335 0,176 Valid
22 0,398 0,176 Valid
23 0,443 0,176 Valid
24 0,223 0,176 Valid
25 0,795 0,176 Valid
26 0,381 0,176 Valid

Uji validitas skala body shaming menggunakan pearson product moment


pada 26 item soal yang diujikan, diperoleh hasil bahwa seluruh item soal
48

memiliki nilai r > 0.176 maka dapat diambil kesimpulan seluruh item soal
valid.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Interaksi Sosial Teman Sebaya

No Butir Keterangan
1 0,701 0,176 Valid
2 0,346 0,176 Valid
3 0,701 0,176 Valid
4 0,701 0,176 Valid
5 0,346 0,176 Valid
6 0,378 0,176 Valid
7 0,697 0,176 Valid
8 0,658 0,176 Valid
9 0,208 0,176 Valid
10 0,697 0,176 Valid
11 0,658 0,176 Valid
12 0,697 0,176 Valid
13 0,658 0,176 Valid
14 0,546 0,176 Valid
15 0,761 0,176 Valid
16 0,234 0,176 Valid
17 0,701 0,176 Valid
18 0,346 0,176 Valid
19 0,378 0,176 Valid
20 0,697 0,176 Valid
21 0,658 0,176 Valid
22 0,701 0,176 Valid
23 0,346 0,176 Valid
24 0,701 0,176 Valid
25 0,701 0,176 Valid
26 0,346 0,176 Valid
27 0,378 0,176 Valid
28 0,697 0,176 Valid
29 0,658 0,176 Valid
30 0,378 0,176 Valid

Uji validitas pada skala interaksi sosial teman sebaya menggunakan


pearson product moment pada 30 item soal yang diujikan, diperoleh hasil
49

bahwa seluruh item soal memiliki nilai r > 0.176 maka dapat diambil
kesimpulan seluruh item soal valid.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah untuk sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten,


apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Sedangkan reliabilitas
instrument menunjuk pada suatu pengertian bahwa adanya konsistensi dan
stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu. Jika nilai Croncbach Alpha’s
> 0.60 disebut reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas skala body shaming diperoleh


skor Alpha sebesar 0,918. Item-item kuesioner dikatakan reliabel apabila
nilai Alpha Cronbach dari setiap item lebih besar dari nilai . Sehingga
skor yang diperoleh dapat dikatakan reliabel dengan taraf signifikansi 0,05.
Berikut ini hasil perhitungan uji reliabilitas:

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Body Shaming

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.918 26

Dari gambar output di atas, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,918
kemudian nilai ini dibandingkan dengan dengan nilai N= 115 dilihat
pada distribusi nilai signifikansi 5% diperoleh nilai 0,176.
Kesimpulannya nilai Alpha = 0,918 > = 0,176 artinya item-item dari
variabel body shaming dikatakan reliabel atau terpercaya sebagai alat ukur
pengumpulan data dalam penelitian.
50

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Interaksi Sosial Teman Sebaya

Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
.923 30

Dari gambar output di atas, diketahui bahwa nilai Alpha sebesar 0,923
kemudian nilai ini dibandingkan dengan dengan nilai N= 115 dilihat
pada distribusi nilai signifikansi 5% diperoleh nilai 0,176.
Kesimpulannya nilai Alpha = 0,923 > = 0,176 artinya item-item dari
variabel interaksi sosial teman sebaya dikatakan reliabel atau terpercaya
sebagai alat ukur pengumpulan data dalam penelitian.

I. Teknik Analisis Data


1. Analisis Unit

Analisis unit ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui


nilai mean, median, modus, nilai maksimal dan nilai minimal dari masing
masing variabel yang diteliti. Untuk lebih jelasnya dapat dikemukakan
sebagai berikut:

a. Mean

Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas


nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Nilai mean dapat dicari dengan
rumus:


𝑀𝑒=

Keterangan :

Me = Mean (rata- rata)


51

𝑓 = Frekuensi

∑ 𝑓 𝑋𝑡 = perkalian antara f dan 𝑋𝑡

= Jumlah frekuensi atau sampel

b. Median

Median merupakan suatu teknik penjelasan kelompok yang


didasarkan atas nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun
urutanya dari yang terkecil hingga yang terbesar. Rumus yang digunakan
adalah:

̇
𝑀 = 𝐵𝑏 + 𝑝 ( )
Keterangan :

Md = Median (nilai tengah)

Bb = Batas bawaah dimana median terletak

p = Panjang kelas interval

N = Banyak data atau jumlah sampel

F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

f = frekuensi kelas median (Hardi, 2014:48)

c. Modus

Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas


nilai yang sedang popular (yang sedang menjadi mode) atau nilai yang
sering muncul dalam kelompok tersebut. Rumus yang digunakan adalah:

𝑀𝑜 = 𝐵𝑏 + 𝑝 ( )
52

Keterangan:

𝑀𝑜 = Modus

𝐵𝑏 = Batas kelas interval dengan kelas terbanyak

𝑝 = Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

𝑏1 = Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada interval yang


terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval terdekat
sebelumnya.

𝑏2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval


berikutnya

d. Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan akar dari varian yang digunakan untuk


menjelaskan homogenitas dalam suatu kelompok. Rumus yang
digunakan adalah:

∑ ̌
𝑆𝐷 = √

Keterangan :

S = Standar deviasi

∑ 𝑓𝑖 = Jumlah keseluruhan frekuensi

̌ = Rata-rata kecenderungan

= Jumlah sampel
53

2. Uji Prasyarat Analisis


a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data


berdistribusi normal atau tidak. Uji ini perlu dilakukan karena semua
perhitungan statistik parametric memiliki asumsi normalitas sebaran
(Santoso, 2010). Jika nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol diterima. Hal ini berarti data yang di uji memiliki distribusi
yang tidak berbeda dengan data yang normal, atau data yang diuji
memiliki distribusi normal. Sebaliknya, jika nilai p < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak. Hal ini berarti data yang diuji memiliki distribusi yang
berbeda dari data normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas data merupakan salah satu syarat dilakukannya analisis


korelasi sederhana untuk mengetahui apakah antara variabel X dan Y
bebas mempunyai hubungan linear dengan taraf signifakansi 0,05. Dua
variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansinya
kurang dari 0,05.

Uji linearitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS 22 untuk menguji


linearitas antara variabel body shaming dan interaksi sosial teman sebaya,
berdasarkan hasil perhitungan pada output tabel anova diketahui bahwa
nilai sig linearity sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara variabel body shaming dan interaksi sosial teman sebaya
terdapat hubungan yang linear.
54

3. Uji Hipotesis
a. Analisis Korelasi

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil penelitian


dan menguji hipotesis apakan diterima atau tidak, dengan menggunakan
analisis product moment, rumus yang di gunakan yaitu:


=
√{ ∑ ∑ ∑ ∑ }

Keterangan :

𝑦 = koefisien korelasi antara X dan Y

N = Jumlah individu dalam sampel

∑𝑋 = Jumlah skor variabel X

∑𝑌 = Jumlah skor variabel Y

∑𝑋 = Kuadrat dari skor variabel X

∑𝑌 = Kuadrat dari skor variabel Y

Untuk mengetahui harga 𝑦 signifikan atau tidak, maka


dikonsultasikan dengan r tabel. Dikatakan signifikan apabila 𝑦 lebih
besar dari r tabel dengan signifikansi 5%. Jika nilai > maka
terdapat korelasi yang signifikan. Berarti terdapat hubungan antara
variabel X dengan variabel Y. Sebaliknya jika < maka
korelasinya tidak signifikan, berarti tidak terdapat hubungan antara
variabel X dengan variabel Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Dalam penelitian ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah
dilaksanakan di SMKN 7 Tangerang Selatan. Responden pada penelitian ini
dilakukan pada siswa yang duduk di bangku kelas XII tahun ajaran
2019/2020 sebanyak 115 responden. Dimana komposisi responden 40
berjenis kelamin laki-laki dan 75 berjenis kelamin perempuan.

Tahap proses penyebaran kuesioner yang telah lakukan, peneliti datang


terlebih dahulu menemui bagian humas di sekolah tersebut, kemudian
meminta izin untuk melakukan penyebaran kuesioner. Terdapat 5 kelas
untuk siswa kelas XII, sehingga peneliti menyebar kuesioner ke setiap kelas
secara random. Adapun perhitungan diperoleh data sebagai berikut:

1. Body Shaming

Data body shaming diperoleh dari 26 item pernyataan yang telah diuji
validitasnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 115 responden.
Hasil pengumpulan data body shaming diperoleh skor terendah 82 dan
skor tertinggi 128. Selanjutnya deskripsi ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Distribusi Frekuensi Body Shaming

Kategori Interval Frekuensi Presentase


Rendah 82-95 19 16,54%
Sedang 96-116 69 60%
Tinggi 117-128 27 23,46%
Jumlah 115 100%

55
56

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 115 responden yang berpartisipasi
bahwa distribusi frekuensi body shaming siswa SMKN 7 Tangerang Selatan
terdapat 19 siswa yang mendapat perlakuan body shaming yang diterima
dengan kategori rendah, 69 siswa mendapat perlakuan body shaming yang
diterima dengan kategori sedang, dan 27 siswa mendapat perlakuan body
shaming yang diterima dengan kategori tinggi. Sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa tingkat body shaming yang diterima paling banyak
berada dalam kategori sedang. Maka dapat disimpulkan body shaming di
SMKN 7 Tangerang Selatan yang menerima perlakuan body shaming masuk
dalam kategori sedang. Selanjutnya dari data distibusi frekuensi tersebut
dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

80

Adapun
70 untuk presentase body shaming siswa SMKN 7 Tangerang
Selatan
60 tahun ajaran 2019/2020 dalam kategori rendah sebanyak
Frekuensi

16,54%,
50 sedang 60%, dan kategori tinggi sebanyak 23,46%.
Presentase tersebut
40 dapat dilihat dalam diagram berikut ini:
30

20

10

0
Rendah Sedang Tinggi
Kategori

Adapun untuk presentase perlakuan body shaming yang diterima


siswa SMKN 7 Tangerang Selatan dalam kategori rendah sebanyak
16,54%, dalam kategori sedang sebanyak 60%, dan dalam kategori tinggi
sebanyak 23,46%. Presentase tersebut dapat dilihat dalam diagram
berikut ini:
57

Rendah Sedang Tinggi

16.54%
23.46%

60%

Deskripsi data hasil penelitian ini didasarkan pada kuesioner angket


yang digunakan untuk mengetahui hubungan body shaming dengan
interaksi sosial teman sebaya siswa SMKN 7 Tangerang Selatan.

2. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Data interaksi sosial teman sebaya diperoleh dari 30 item pernyataan


yang telah diuji validitasnya. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 115
responden. Hasil pengumpulan data interaksi sosial diperoleh skor
terendah 96 dan skor tertinggi 147. Selanjutnya deskripsi ditampilkan
pada tabel berikut:
58

Tabel 4.2 Hasil Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Teman Sebaya

Kategori Interval Frekuensi Presentase


Rendah 96-108 22 19,16%
Sedang 109-134 73 63,46%
Tinggi 135-147 20 17,38%
Jumlah 115 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui dari 115 responden bahwa interaksi
sosial teman sebaya siswa SMKN 7 Tangerang Selatan dalam kategori
rendah terdapat 22 siswa, dalam kategori sedang terdapat 73 siswa, dan
dalam kategori tinggi terdapat 20 siswa. Sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa interaksi sosial teman sebaya paling banyak berada
dalam kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa interaksi sosial
teman sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan berada dalam kategori
sedang. Selanjutnya dari data distibusi frekuensi tersebut dapat
digambarkan dalam grafik berikut:

80
70
60
Frekuensi

50
40
30
20
10
0
Rendah Sedang Tinggi
Kategori
59

Adapun untuk presentase body shaming siswa SMKN 7 Tangerang


Selatan dalam kategori rendah sebanyak 19,16%, sedang 64,36%, dan
kategori tinggi sebanyak 17,38%. Presentase tersebut dapat dilihat dalam
diagram berikut ini:

Rendah Sedang Tinggi

17.38% 19.16%

64.36%

Deskripsi data hasil penelitian ini didasarkan pada kuesioner angket


yang digunakan untuk mengetahui hubungan body shaming dengan
interaksi sosial teman sebaya siswa kelas XII SMKN 7 Tangerang
Selatan.

B. Analisis Data
1. Analisis Unit
a. Body Shaming

Hasil dalam penelitian ini ditampilkan dalam bentuk skor rata-


rata/mean, median, modus, dan standar deviasi. Setelah melakukan
perhitungan, maka diperoleh hasil analisis unit untuk body shaming
dengan skor mean = 106.9739, median = 106,5869, modus =106,913,
60

dan standar deviasi = 10.979. Dilihat dari hasil tersebut menunjukkan


bahwa tingkat body shaming yang diterima di SMKN 7 Tangering
Selatan dikategorikan sedang. Standar deviasi menjelakan tentang
simpangan baku dari data body shaming.

b. Interaksi Sosial Teman Sebaya

Hasil dalam penelitian ini ditampilkan ditampilkan dalam bentuk


skor rata-rata/mean, median, modus, dan standar deviasi. Setelah
melakukan perhitungan, maka diperoleh hasil analisis unit untuk
interaksi sosial teman sebaya yaitu dengan skor mean = 121,8435,
median = 121,1438, modus =121,25, dan standar deviasi = 12,796.
Dilihat dari hasil tersebut, menunjukkan bahwa interaksi sosial teman
sebaya di SMKN 7 Tangering Selatan dikategorikan sedang. Standar
deviasi menjelakan tentang simpangan baku dari data interaksi sosial
teman sebaya.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Unit

Interaksi Sosial Teman


Variabel Body Shaming
Sebaya

Maksimum 128 147

Minimum 82 96

Mean 106.973 121,843

Median 106,586 121,143

Modus 106,913 121,25

Standar Deviasi 10.979 12,796


61

Berikut ini merupakan data yang diperoleh peneliti mengenai


kriteria responden berdasarkan jenis kelamin antara lain:

Tabel 4.4 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Identitas Subjek Frequensi Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 40 34.7%

Perempuan 75 65.3%

Total 115 100.0%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa responden terbanyak


yaitu berjenis kelamin perempuan sebanyak 75 responden atau
sebesar 65,3% dan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40
responden atau sebesar 34,7%.

2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel data


yang digunakan berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan peneliti
adalah uji kolmogorov-smirno dengan taraf signifikansi 0,05. Data
dikatakan berdistribusi normal jika memperoleh nilai signifikansi
lebih besar dari 0.05 maka asumsi normalitas terpenuhi. Hasil uji
normalitas dapat dilihat pada tabel uouput sebagai berikut:
62

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan output diatas diperoleh bahwa variabel body


shaming memperoleh nilai signifikansi sebesar 0.058 > 0.05 dan pada
variabel interaksi sosial teman sebaya memperoleh nilai signifikansi
sebesar 0.088 > 0.05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
seluruh data yang diuji pada kedua variabel berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel


mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.
Korelasi yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linear
signifikan antara variabel X dan Y. Dalam penelitian uji linearitas
yang digunakan peneliti adalah deviation of linearity dengan taraf
signifikansi 0,05. Data dikatakan memiliki hubungan yang linear
secara signifikan apabila memperoleh nilai signifikansi lebih besar
dari 0.05. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
63

Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas

Berdasarkan output di atas pada deviation from linearity


diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.392 > 0.05 maka dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan linear signifikan antara body shaming dan
interaksi sosial teman sebaya.
3. Uji Hipotesis

Uji korelasi akan dilakukan dengan analisis korelasi sederhana dengan


metode Pearson atau sering disebut Product Moment Person. Uji Koefisien
Korelasi Pearson adalah uji statistik untuk menguji 2 variabel yang berdata
rasio ataupun data yang berisi angka riil yaitu data sesungguhnya yang
diambil langsung dari angka asli. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau
tidak dapat dilihat dari nilai signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut
dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau r. Nilai korelasi (r) berkisar
antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan
antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti
hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan
hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan
hubungan terbalik (X naik maka Y turun). Jika dilihat dari nilai signifikansi,
kedua variabel kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan
64

apabila nilai signifikansi < 0.05 dan tidak terdapat hubungan apabila nilai
signifikansi > 0.05. Hasil uji korelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi

Correlations
Body Interaksi
Shaming Sosial
Body Pearson 1 .865**
Shaming Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 115 115
Interaksi Pearson .865** 1
Sosial Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 115 115

Berdasarkan output uji korelasi di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar


0.000 < 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan
signifikan antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya dengan
nilai korelasi sebesar 0,865. Selanjutnya untuk menentukan hipotesis
diperoleh nilai = 0.865, 0,176 , maka diperoleh nilai
signifikansi 0,865 > 0,176. Maka Ha diterima dan Ho ditolak,
berarti terdapat hubungan secara signifikan antara body shaming dengan
interaksi sosial teman sebaya dan menunjukkan arah hubungan negatif,
artinya semakin tinggi perlakuan body shaming yang diterima maka semakin
rendah interaksi sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya siswa SMKN
7 Tangerang Selatan.
65

C. Pembahasan

Perilaku body shaming yang terjadi di SMKN 7 Tangerang Selatan yaitu


berupa mengkritik tingkah laku, menghina fisik, dan membandingkan fisik.
Korban. Hasil angket yang telah disebarkan kepada responden menunjukkan
hasil bahwa mereka korban body shaming lebih memilih menyendiri di
rumah daripada bermain bersama temannya, hal itu disebabkan karena
mereka merasa tidak percaya diri. Bagi mereka korban body shaming akan
merasa tersinggung dan malu ketika menjadi bahan ejekan dan ditertawakan
oleh teman-temannya, hal ini sesuai dengan jawaban responden yang banyak
menjawab sering pada angket yang telah diberikan kepada responden.

Adapun perbedaan antara siswa laki-laki dan perempuan dalam


menyikapi perlakukan body shaming. Siswa laki-laki ketika mendapatkan
perlakuan body shaming, mereka cenderung menganggap bahwa hinaan fisik
hanya sebagai candaan saja hal ini didasarkan pada jawaban mereka yang
lebih banyak memilih jarang. Sedangkan siswa perempuan cenderung merasa
sakit hati ketika mendapat perlakukan body shaming terbukti dari jawaban
mereka yang banyak memilih sering, hal ini didasarkan pada jawaban
responden nomor 11 dan 16 terkait dengan angket body shaming. Namun, di
sisi lain siswa perempuan ketika mendapat perlakuan body shaming mereka
tidak akan membalas, mereka lebih memilih untuk diam. Sedangkan siswa
laki-laki mereka memberikan perlawanan dengan cara balas mengejek si
pelaku body shaming.

Dari hasil pengolahan data interaksi sosial teman sebaya dalam indikator
memperkenalkan diri dan menyapa teman ketika bertemu mendapatkan nilai
rendah, kebanyakan responden memberi jawaban bahwa mereka tidak pernah
bercerita atau curhat masalah mereka kepada teman, lebih baik mereka
menyimpannya sendiri. Kemudian ketika bertemu di jalan mereka jarang
66

menyapa temannya, hal ini terlihat banyaknya jawaban jarang dan kadang-
kadang, mereka lebih memilih membuang muka dan menghindar saat
bertemu dengan temannya. Kemudian dalam indikator memaafkan teman
mendapatkan nilai tinggi, artinya responden akan memaafkan temannya
meskipun pernah membuat kesalahan kepada dirinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dan pembahasan


yang telah diuraikan mengenai hubungan body shaming dengan interaksi
sosial teman sebaya di SMKN 7 Tangerang Selatan, maka dapat disimpulkan
berikut ini:

1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara body shaming dengan


interaksi sosial teman sebaya pada siswa SMKN 7 Tangerang Selatan
diperoleh hasil Diperoleh hasil (0,865) > (1,765) maka
diterima dan ditolak yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara body shaming dengan interaksi sosial teman sebaya
dan menunjukkan arah hubungan negatif yaitu semakin tinggi body
shaming yang diterima maka semakin rendah interaksi sosial. Jadi
body shaming memberi sumbangan kepada interaksi sosial teman
sebaya sebesar 0,865. Menurut tabel koefisien korelasi 0,865 berarti
pengaruhnya sangat kuat terhadap interaksi sosial teman sebaya.
2. Tingkat body shaming di SMKN 7 Tangerang selatan hasil
menunjukkan bahwa body shaming yang dialami siswa berada dalam
kategori sedang dengan presentase 60% dari total sampel 115 siswa,
artinya cukup banyak siswa yang mendapat perlakuan body shaming
dari teman sebayanya. Berarti secara umum kondisi ini

71
72

mengkhawatirkan karena bisa menjadi suatu kebiasaan bagi siswa


untuk mengejek temannya dan akan terus dilakukan jika tidak ada
kontrol dari pihak sekolah. Perlakuan body shaming yang diterima
umumnya seperti menerima kritik tingkah laku, mendapat hinaan
mengenai fisik dan dijadikan bahan ledekan, digosipkan, dan
membandingkan fisik dengan orang lain.
3. Tingkat interaksi sosial pada siswa SMKN 7 Tangerang Selatan
berada dalam kategori sedang dengan presentase 64,36% dari total
sampel 115 siswa. Hal ini berarti bahwa secara umum siswa telah
mampu menjalin suatu interaksi sosial yang cukup baik.
B. Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti


mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Saran Teoritis
a. Untuk masyarakat diharapkan bisa memberi perhatian lebih
terhadap permasalahan body shaming, dapat memahami resiko
yang ditimbulkan dari perlakuan body shaming, sehingga tidak
lagi menganggap body shaming adalah hal yang spele dan tidak
menjadikan suatu kebiasaan yang mudah dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Untuk pihak sekolah diharapkan bisa mengantisipasi siswa agar
terhindar dari perilaku mengejek atau menghina, memberikan
kesadaran dan bimbingan kepada semua siswa bahwa setiap
manusia itu unik mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, belajar untuk menghargai orang lain maupun diri
sendiri.
2. Untuk responden yang pernah mengalami body shaming lebih baik
melihat potensi apa yang bisa dilakukan oleh diri sendiri dan berhenti
membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang justru akan
membuat lebih tidak percaya diri.
3. Saran Praktis
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas penelitian
dengan menambahkan sampel serta objek penelitian berdasarkan
jenis kelamin dan usia. Kemudian dapat memperdalam alat ukur
dengan interview. Karena sekarang ini body shaming sedang manjadi
suatu permasalahan yang krusial di masyarakat, sehingga diharapkan
melakukan penelitian dengan faktor-faktor lain yang dimungkinkan
berpengaruh lebih besar terhadap individu yang mengalami body
shaming.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ahmadi, A. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, Muhammad dan Muhammad Arsori. (2004). Psikologi Remaja


(Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara.

Azwar, S. (2005). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Bambang, Prasetyo dan Lina Miftahul. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif


Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Budiargo, D. (2015). Berkomunukasi ala Net Generation. Jakarta: PT. Elex


Media Komputindo Kompas Gramedia.

Chakrawati, F. (2015). Bullying Siapa Takut? Jakarta: Tiga Ananda.

Chaplin, J. (2005). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.

Dagun, M. S. (2002). Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT


Remaja.

Doleza, l. L. (2015). The Body and Shame, Phenomonology, Feminism, and


The Socially Shame Body. London: Lexington Book.

Hurlock, E. B. (2002). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Janu, M. (2007). Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung:


Grafindo Media Pratama.

Kountur, R. (2009). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.


Jakarta: Manajemen PPM.

Monks, F. d. (1994). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Universitas


Gajah Mada.
74
75

Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Surabaya: Refika Aditama.

Santrock, J. W. (2007). Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sevilla, G Consuelo dkk. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-


PRESS.

Sukmadinata, N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.


Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Tirtarahardja, Umar dan S.L.La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan: Edisi


Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Yulianti, Y. (2003). Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: Lappera Pustaka


Utama.

Jurnal

Alexandra A. Brewis, M. B. (2018). Environmental Research and Public


Health. Weight Shame, Social Connection, and Depressive Symptoms
in Late Adolescene, 7-8.

BAS Putri, Aristarchus, dan Ryan. (2018). Sister's Project Sebagai Upaya
pencegahan Body Shaming, 2.

Chairani, L. (2018). Buletin Psikologi. Body Shame dan Gangguan Makan


Kajian Meta-Analisis, 20-21.

Fredrickson & Robert. (1997). Psychology of Woman Quarterly.


Objectification Theory Toward Understanding Woman's Lived
Experienced and Mental Health Risk.

Huang, dkk. (2007). Journal od Adolescent Health. Body Image and Self-
esteem Among Adolescents Undergoing on Intervention Targeting
Dietaey and Physical Activity Behaviors, 245-251.

Ira, D. R. (2018). Universitas Gajah Mada. Kajian program Being Happy Me


dan Healthy Me.
76

Irene Tep, dkk. (2017). Health Psychology Research Group . The


Relationship Between Body Shame , Self Esteem, and Depression.

Kenneth, Robert, & Julie. (2009). Annual Revies of Psychology. Social


Withdrawal in Childhood, 16.

Knauss, Paxton, and Alsaker. (2008). Sex Roles. Body Dissatisfaction in


Adolescent Boys and Girls: Objectified Body Consciousnedd,
Internalization of the Media Body Ideal and Perceived Pressure from
Media, 3-9.

Mustapic J., Marcinko, D & Vargek. P. (2015). Psychology. Body Shame


and Disordered Eating in Adolescents.

Noll, S. M., & Fredrickson, B. L. (1998). Psicology of Women Quarterly. A


Mediational Model Linking Self-Objectification, Body Shame, and
Disordered Eating, 623-636.

Noser & Zeiger-Hill. (2014). Departement of Psychology. Self-Esteem


Instability and The Desire for Frame .

Roberts, T., & Goldenberg, J. (2007). The Self-concious Emotions: Theory


and Research. Wresting With Nature: An Existential Perspective on
The Body and Gender in Self-concious Emotions, 389-406.

Rosen, J. & Reiter J. C. (1995). Journal of Consulting and Clinical


Psychology. Cognitive-Behavioral Body Image Therapy for Body
Dysmorpic Disorder, 263-269.

Stephen, O. & Dina, G. (2009). The Fat Studies Reader. Controlling the
Body: Media Representations, Body Size and Self-Discipline, 2.

Winzeler, A. (2005). UNH Departement of Family Studies. A Healthy Body


Image.

Website

Hambali. (2019, Agustus 2). Megapolitan Okezone. Retrieved Oktober 15,


2019, from Okezone:
www.okezone.com/amp/2019/08/02/338/2086916/di-bully-senior-13-
siswi-smkn-7-tangsel-ditampar-hingga-dipaksa-duel
77

Lazuardi, G. (2018, Desember 27). Retrieved Oktober 20, 2019, from


Tribunnews: www.tribunnews.com/amp/nasional/2018/12/17/kpai-
sepanjang-2018-kasus-cyberbully-meningkat

WCNC. (2017, May 2). Producers-Picks. Retrieved Oktober 20, 2019, from
WCNC: www.wcnc.com/study-94-0f-teenage-girls-have-been-body-shamed
LAMPIRAN
Lampiran 1. Cover Judul Proposal Skripsi di Acc
Lampiran 2. Surat Tugas Bimbingan Skripsi oleh Dosen Pembimbing
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Skripsi
Lampiran 4. Surat Permohonan Judgment Instrument
Lampiran 5. Surat Keterangan Validasi Instrument Penelitian
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian

IDENTITAS RESPONDEN

Nama / Inisial :

Jenis Kelamin :

Sekolah :

Kelas :

PETUNJUK CARA PENGISIAN KUESIONER

1. Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban paling sesuai dengan apa yang
kamu rasakan.
2. Jawablah pernyataan dengan sejujur-jujurnya
3. Terdapat empat pilihan jawaban yang tersedia, sebagai berikut:
SL : Selalu J : Jarang
SR : Sering TP : Tidak Pernah
KD : Kadang-kadang

BODY SHAMING

No S
Pernyataan SL KD J TP
. R
Teman saya mengkritik tingkah laku saya

1 yang menurutnya
aneh/lenjeh/genit/pendiam
Teman saya mengkritik cara berpakaian

2 saya yang menurut teman saya terlalu


pendek/terlalu ketat/tidak pantas/aneh
Teman saya mengkritik gaya berbicara
3
saya yang menurutnya lebay/gagap

4 Ketika tingkah laku saya menyebalkan


teman saya akan memberitahu saya
secara baik-baik
Ketika saya dihina oleh teman, saya akan
5
balas menghinanya
Teman saya selalu memuji gaya
6
berpakaian saya
Teman saya menyebarkan gosip tentang
7 saya dan membuat orang lain tidak
menyukai saya
Saya menjalin pertemanan yang sehat

8 dengan teman saya, tanpa saling


membicarakan di belakang
Saya merasa tidak disukai oleh teman

9 saya sehingga mereka melakukan


tindakan yang tidak menyenangkan
Teman saya menyukai saya dan senang
10
bermain dengan saya
Saya merasa sakit hati ketika teman saya
11
mengejek fisik saya
Saya diejek oleh teman saya karena
12
bertubuh pendek/gendut/kerempeng
Saya diejek oleh teman saya karena
13
berkulit hitam/gelap/berjerawat
Teman saya bisa menerima kekurangan
14
yang ada pada diri saya
Teman saya selalu mendukung saya
15
untuk percaya diri
Saya selalu berprasangka baik dan

16 menganggap setiap ejekan hanya sebagai


candaan saja
Teman saya memanggil saya dengan

17 panggilan yang buruk dan dijadikan


sebagai suatu hal yang lucu
Saya sering menjadi bahan tertawaan
18
teman-teman saya
Saya merasa tersinggung dan malu saat

19 teman saya mengkritik tingkah laku/gaya


berpakaian/gaya berbicara saya
Teman saya tidak pernah mengolok-
20
ngolok saya
Ketika teman mengkritik saya, saya

21 langsung intropeksi terhadap kekurangan


yang saya miliki
Teman saya selalu bersikap baik pada
22
saya
Saya sering membandingkan fisik saya
23 dengan fisik orang lain yang menurut
saya ideal
Teman saya sering membandingankan
24
fisik saya dengan orang lain
Saya bersyukur dengan kekurangan yang
25
ada pada diri saya
Teman saya menghargai kekurangan
26
yang ada pada diri saya
INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA

No. Pernyataan SL S KD J TP
Saya bergabung dengan teman lain ketika

1 ada tugas kelompok atau kegiatan


sekolah
Ketika ada tugas kelompok saya tidak

2 perlu ikut membantu karena saya merasa


tidak diperlukan dalam kelompok
Saya selalu menerima ajakan teman
3
untuk bermain
Saya lebih memilih menyendiri dirumah
4
dari pada bermain dengan teman saya
Saya merasa percaya diri mengenakan

5 model pakaian tertentu meskipun berbeda


dengan teman-teman
Saya tidak nyaman ketika sedang
6
berkumpul dengan teman saya
Saya akan bertanya pada teman ketika
7
ada pelajaran yang tidak saya mengerti
Saya malu bertanya kepada teman saya

8 saat saya mengalami kesulitan dalam


pelajaran
Saya menceritakan masalah pribadi saya
9
kepada teman saya
Saya lebih baik menyimpan masalah saya

10 sendiri daripada curhat kepada teman


saya
Saya menyapa teman saya ketika
11
bertemu di jalan
Saya memilih membuang muka ketika
12
bertemu dengan teman saya di jalan
Saya menjadi pendengar yang baik ketika
13
teman saya sedang berbicara
Saya tidak pernah memperhatikan ketika
14
teman saya sedang bercerita
Saya akan menolong teman saya yang
15
sedang mengalami kesulitan
Saya tidak ingin menolong teman yang
16
pernah menyakiti saya
Saya menghindari pertengkaran dengan
17
teman saya
Saya menjauhi orang-orang yang pernah
18
berbuat salah kepada saya
Ketika teman meminta maaf saya akan
19
memaafkannya
Saya tidak akan memaafkan teman yang
20
berbuat salah kepada saya
Ketika teman bersedih saya selalu ada
21
untuk menghiburnya
Ketika teman saya sedang bersedih saya

22 cenderung cuek dan tidak


memperdulikannya
Saya tidak pernah mengkritik atau
23
mengejek teman saya untuk sekedar
bercanda atau serius

Ketika saya diejek saya akan balas


24
mengejek orang tersebut
Saya selalu berbicara sopan kepada
25
teman saya
Saya akan berbicara kasar kepada teman
26
yang membuat saya jengkel
Saya menerima kekurangan dan
27
kelebihan teman saya
Saya akan bergaul dengan siapa saja

28 tanpa memandang status sosial teman


saya
Saya hanya berteman dengan orang-

29 orang tertentu saja yang mempunyai


kesamaan dengan saya
Saya sering menceritakan keburukan
30
teman
Lampiran 7. Hasil Angket Body Shaming
3 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 119
4 5 4 5 3 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 5 4 3 5 4 4 4 4 5 4 112
5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 116
6 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 5 5 4 4 3 4 92
7 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 101
8 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 86
9 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 98
10 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 127
11 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 4 5 4 3 4 3 98
12 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 98
13 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 92
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 104
15 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 87
16 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 87
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 105
18 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 121
19 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 120
20 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 97
21 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 99
22 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 91
23 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 82
24 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 99
25 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 89
26 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 2 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 114
27 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4 103
28 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 3 5 3 4 4 5 4 5 4 112
29 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 3 4 2 4 5 4 5 4 5 4 5 112
30 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 2 3 5 4 3 3 4 3 4 90
31 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 113
32 5 4 5 5 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 2 5 2 5 2 5 5 5 4 5 4 111
33 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 5 4 4 4 4 4 4 101
34 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 2 5 3 5 4 4 5 5 4 5 4 113
35 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 106
36 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 123
37 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 106
38 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 117
39 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 3 4 4 4 4 99
40 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 107
41 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 114
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 105
43 5 3 5 5 3 4 4 4 5 3 5 5 3 4 4 4 5 3 5 5 4 4 5 3 5 3 108
44 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 110
45 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 107
46 5 3 5 5 3 3 4 4 5 3 5 5 3 3 4 4 5 3 5 3 4 4 5 3 5 3 104
47 5 3 5 5 3 3 5 5 5 3 5 5 3 3 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 3 112
48 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 118
49 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 116
50 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 5 3 4 5 5 4 5 4 116
51 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 104
52 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 115
53 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 3 3 3 4 5 5 119
54 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 5 4 3 4 97
55 5 3 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 116
56 3 5 3 3 5 4 5 4 3 5 3 3 5 4 5 4 3 5 3 4 4 4 4 2 3 5 101
57 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 102
58 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 111
59 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 123
60 3 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4 5 3 4 89
61 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 2 4 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 115
62 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 2 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 5 5 117
63 4 3 4 4 3 3 5 5 4 3 4 4 3 3 5 5 4 3 4 5 4 4 5 5 4 3 103
64 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 108
65 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 3 5 4 5 5 4 5 5 5 123
66 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 4 112
67 5 2 5 5 2 3 5 5 5 2 5 5 2 3 5 5 5 2 5 4 3 3 4 4 5 2 101
68 3 5 3 3 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 4 3 5 3 3 5 5 3 5 3 5 102
69 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 3 5 4 4 4 106
70 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 5 5 120
71 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 122
72 5 3 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 3 115
73 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 91
74 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 123
75 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 121
76 3 4 3 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 87
77 4 5 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 2 4 5 4 4 5 4 4 5 107
78 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 5 5 5 5 5 3 5 108
79 3 4 3 3 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 97
80 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 5 5 2 3 4 4 99
81 5 3 5 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 3 5 4 5 3 107
82 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 3 5 3 4 4 4 4 5 3 5 104
83 3 5 3 3 5 5 4 3 3 5 3 3 5 5 4 3 3 2 3 4 4 4 4 5 3 5 99
84 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 4 5 4 113
85 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 3 104
86 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 5 5 4 3 3 4 92
87 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 125
88 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 87
89 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 114
90 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 4 2 5 5 119
91 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 100
92 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 111
93 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 103
94 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 111
95 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 93
96 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 125
97 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 5 5 4 3 3 4 92
98 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 116
99 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 108
100 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 2 4 5 4 4 4 4 4 5 4 114
101 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 5 5 121
102 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 86
103 5 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 5 5 3 5 4 4 4 4 4 5 3 113
104 3 5 3 3 5 4 5 5 3 5 3 3 5 4 5 5 3 2 3 3 4 4 3 3 3 5 99
105 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4 4 105
106 5 4 5 5 4 3 3 3 5 4 5 5 4 3 3 3 2 3 5 4 4 4 4 4 5 4 103
107 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 119
108 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 5 4 4 5 5 3 4 92
109 5 4 5 5 4 4 3 3 5 4 5 5 4 4 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 5 4 105
110 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 124
111 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 5 5 4 3 4 3 99
112 4 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 105
113 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 121
114 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 103
115 3 4 5 2 1 4 4 5 4 1 3 2 2 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 5 4 5 98
Lampiran 8. Hasil Angket Interaksi Sosial
JumlahY27 Y28 Y29 Y30 Y31 Y32 Y33 Y34 Y35 Y36 Y37 Y38 Y39 Y40 Y41 Y42 Y43 Y44 Y45 Y46 Y47 Y48 Y49 Y50 Y51 Y52 Y53 Y54 Y55 Y56
1 4 4 4 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 130
2 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 102
3 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 139
4 5 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 3 135
5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 3 5 3 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 131
6 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 100
7 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 112
8 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 2 98
9 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 111
10 5 5 5 5 5 5 4 5 2 4 5 4 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 140
11 4 3 4 4 3 3 4 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 3 116
12 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 108
13 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 105
14 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 121
15 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 102
16 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 99
17 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119
18 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 136
19 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 138
20 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 106
21 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 110
22 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 104
23 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 96
24 4 4 4 4 4 4 3 3 5 3 3 3 3 3 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 111
25 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 100
26 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 132
27 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 127
28 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 131
29 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 131
30 4 5 4 4 5 5 4 5 1 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 131
31 4 5 4 4 5 5 4 4 1 4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 125
32 5 4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 3 5 5 5 4 5 5 4 3 5 5 3 134
33 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 115
34 5 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 132
35 4 4 4 4 4 3 4 5 1 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 3 118
36 5 5 5 5 5 5 4 4 1 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 134
37 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 124
38 5 4 5 5 4 4 4 5 1 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 130
39 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 107
40 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 125
41 5 4 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 128
42 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120
43 5 3 5 5 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4 5 3 4 4 4 5 3 5 5 3 4 4 4 4 121
44 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 131
45 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 125
46 5 3 5 5 3 3 4 4 2 4 4 4 4 5 5 3 5 3 3 4 4 5 3 5 5 3 3 4 4 3 117
47 5 3 5 5 3 3 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 3 3 5 5 5 3 5 5 3 3 5 5 3 128
48 5 4 5 5 4 4 4 5 1 4 5 4 5 4 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 129
49 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 133
50 5 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5 4 5 5 5 3 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 5 4 131
51 4 4 4 4 4 5 4 4 1 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 122
52 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 125
53 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 141
54 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 111
55 5 3 5 5 3 5 4 5 1 4 5 4 5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 3 5 5 3 5 4 5 5 130
56 3 5 3 3 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 3 5 4 5 4 3 5 3 3 5 4 5 4 4 122
57 4 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 116
58 5 4 5 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 5 3 5 4 3 4 4 5 4 5 5 4 3 4 4 3 124
59 5 5 5 5 5 4 4 5 2 4 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 136
60 3 4 3 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 3 2 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 2 100
61 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 129
62 5 5 5 5 5 4 5 4 2 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 137
63 4 3 4 4 3 3 5 5 2 5 5 5 5 5 4 3 4 3 3 5 5 4 3 4 4 3 3 5 5 3 119
64 4 5 4 4 5 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 122
65 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 147
66 4 4 4 4 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 129
67 5 2 5 5 2 3 5 5 3 5 5 5 5 4 5 3 5 2 3 5 5 5 2 5 5 2 3 5 5 3 122
68 3 5 3 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 5 4 4 4 3 5 3 3 5 4 4 4 4 118
69 4 4 4 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 124
70 5 5 5 5 5 4 5 4 1 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 136
71 5 5 5 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 3 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 3 138
72 5 3 5 5 3 4 5 5 1 5 5 5 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 3 5 5 3 4 5 5 4 130
73 3 4 3 3 4 5 4 3 2 4 3 4 3 3 3 5 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 5 109
74 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 144
75 5 4 5 5 4 4 5 5 2 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 137
76 3 4 3 3 4 5 3 3 4 3 3 3 3 4 3 5 3 4 5 3 3 3 4 3 3 4 5 3 3 5 107
77 4 5 4 4 5 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 3 4 4 118
78 3 5 3 3 5 5 4 4 1 4 4 4 4 4 3 5 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 5 119
79 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 3 4 3 4 4 5 4 3 4 3 3 4 4 5 4 4 117
80 4 4 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 111
81 5 3 5 5 3 3 5 4 2 5 4 5 4 4 5 3 5 3 3 5 4 5 3 5 5 3 3 5 4 3 121
82 3 5 3 3 5 5 4 4 2 4 4 4 4 4 3 5 3 5 5 4 4 3 5 3 3 5 5 4 4 5 120
83 3 5 3 3 5 5 4 3 2 4 3 4 3 3 3 5 3 5 5 4 3 3 5 3 3 5 5 4 3 5 114
84 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 133
85 4 3 4 4 3 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 3 5 5 4 4 3 4 4 3 5 5 4 5 126
86 3 4 3 3 4 4 3 3 5 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 103
87 5 5 5 5 5 5 5 4 1 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 141
88 3 3 3 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 105
89 4 5 4 4 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 133
90 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 141
91 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 2 110
92 4 4 4 4 4 4 5 4 2 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 124
93 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 126
94 4 5 4 4 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 123
95 3 4 3 3 4 5 4 3 2 4 3 4 3 4 3 5 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3 5 110
96 5 5 5 5 5 5 5 4 2 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 142
97 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 100
98 4 5 4 4 5 5 5 4 3 5 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 134
99 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 132
100 5 4 5 5 4 5 5 4 2 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 136
101 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 142
102 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 102
103 5 3 5 5 3 5 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 5 5 137
104 3 5 3 3 5 4 5 5 1 5 5 5 5 5 5 4 3 5 4 5 5 3 5 3 3 5 4 5 5 4 127
105 4 4 4 4 4 3 5 4 5 5 4 5 4 3 5 3 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 3 5 4 3 121
106 5 4 5 5 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5 4 3 3 3 5 4 5 5 4 3 3 3 3 108
107 5 5 5 5 5 4 3 4 5 3 4 3 4 3 4 4 5 5 4 3 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 127
108 3 4 3 3 4 2 3 4 5 3 4 3 4 3 3 2 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 2 3 4 2 97
109 5 4 5 5 4 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 5 4 4 3 3 5 4 5 5 4 4 3 3 4 113
110 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 140
111 4 3 4 4 3 3 4 5 4 4 5 4 5 3 4 3 4 3 3 4 5 4 3 4 4 3 3 4 5 3 114
112 4 5 4 4 5 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 4 3 3 4 5 4 4 5 4 3 3 4 113
113 5 5 5 5 5 5 3 4 4 3 4 3 4 4 4 5 5 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 3 4 5 132
114 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 122
115 5 2 5 5 2 3 3 3 5 3 3 3 3 3 3 3 5 2 3 3 3 5 2 5 5 2 3 3 3 3 101
Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 11. Hasil Uji Korelasi

Correlations
Lampiran 12. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai