Anda di halaman 1dari 5

B.

Sifat Stressor

1. Bagaimana individu mengekspresikan stressor, artinya jika stressor


dipersepsikan akan berakibat buruk bagi dirinya maka tingkat stress yang
dirasakan akan berat, namun sebaliknya apabila dipersepsikan tidak
mengancam dan individu merasa mampu mengatasinya maka tingkat stress
yang dirasakan akan lebih ringan.
2. Bagaimana intensitasnya terhadap stimulus, artinya bagaimana tingkat
intensitas serangan stress terhadap individu, jika intensitas serangan stress
tinggi maka kemungkinan kekuatan fisik dan mental tidak mampu
mengadaptasinya, demikian juga sebaliknya.
3. Jumlah stressor yang harus dihadapi pada waktu yang sama, artinya pada
waktu yang bersamaan bertumpuk sejumlah stressor yang harus dihadapi,
sehingga stressor kecil dapat menjadi pemicu yang mengakibatkan reaksi
yang berlebihan
4. Lamanya pemaparan stressor, artinya memanjangnya stressor dapat
menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stress, karena
individu telah berada pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga
untuk menghadapi stressor tersebut.
5. Pengalaman masa lalu, artinya pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi
kemampuan individu dalam menghadapistressor yang sama.
6. Tingkat perkembangan, artinya pada tingkat perkembangan tertentu terdapat
jumlah dan intensitas stressor yang berbeda sehingga resiko terjadi stress pada
tingkat perkembangan akan berbeda.

C. Jenis Sress
Para peneliti membedakan 2 jenis stress, yang merugikan dan merusak disebut
distress, dan stress yang positif dan menguntungkan disebut eustress. Menurut
Potter dan Perry (dalam Rasmun, 2004) membagi hubungan tingkat stress
kebeberapa bagian yaitu:
1. Stress ringan; biasanya tidak merusak aspek fisiologis. Stress ringan
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya; lupa, ketiduran, kemacetan,
dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa jam, situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika
dihadapi secara terus menerus.
2. Stress sedang; terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari.
Misalnya; kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang
lama. Situasi seperti inidapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor
predisposisi suatu penyakit koroner.
3. Stress berat; stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun. Misalnya; hubungan suami istriyang tidak harmonis, kesulitan finansial
dan penyakit fisik yang lama.

D. Coping Style
Menurut Richard Lazarus & Folkman, (dalam Triantoro, 2012) coping
memiliki dua fungsi umum yaitu dapat berupa fokus ketitik permasalahan, serta
melakukan regulasi emosi dalam merespon masalah
1. Emotion-focused coping suatu usaha yang digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap situasi yang menekan atau stress. Hal ini dilakukan
apabila individu tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yaang
dilakukan individu adalah mengatur emosinya.
Aspek-aspek Emotion-focused coping menurut Folkman dan Lazarus
(dalam Triantoro, 2012) yaitu:
a. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh
dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.
b. Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri
dari masalah atau membuat sebuah harapan positif.
c. Escape avoidance, yaitu menghayal mengenai situasi atau
melakukantindakan atau menghindar dari situasi yang tidak
menyenangkan.
d. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau
tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalh.
e. Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan masalah
yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
f. Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari
situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan
sifat yang religius.
2. Problem-focused coping usaha untuk mengurangi stressor, dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru untuk digunakan
mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan. Individu akan
cenderung menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat
mengubah situasi (smeth, 1994).
Aspek-aspek Problem-focused coping menurut Folkman dan Lazarus
(dalam Triantoro, 2012) terbagi ke 3 macam yaitu:
a. Seeking informational support, yaitu mencoba untuk memperoleh
informasi dari orang lain, seperti; dokter, psikolog, atau guru.
b. Confrontive coping, melakukan penyelesaian masalah secara konkret.
c. Planful problem-solving, berusah mencari solusi secara langsung terhadap
masalah yang dihadapinya.

E. Manifestasi Psikologis Individu terhadap Stress


Manifestasi adalah gejala atau gambaran yang dapat diamati secara subjektif
maupun objektif dari individu yang mengalami stress psikologis. Menurut Kozier,
(dalam Rasmun, 2004) mengemukakan manifestasi psikologis individu yang
mengalami stress antara lain:
1. Kecemasan
Cemas adalah perasaan yang tidak menyenangkan tidak menentu dari individu
dimana penyebabnya tidak pasti atau tidak ada objek yang nyata, misalnya;
cemas kalau hasil ujian jelek, cemas tidak naik kelas, cemas menunggu
kedatangan, terlambat dan lain-lain. Cemas dapat digolongkan menjadi cemas
ringan, sedang, dan berat.
2. Marah
Marah adalah suatu reaksi emosional yang subjektif atau kejengkelan dan
ketidakpuasan individu terhadap tuntutan yang tidak terpenuhi. Ada 3 cara
ekspresi marah yang konstruktif:
a. Perhatian; yaitu aksi mencari perhatian orang lain dengan cara memanggil
nama.
b. Mencari penjelasan; proses mencari penjelasan atas maslah yang
menyebebkan marah.
c. Identifikasi; mencari respon dan dukungan orang lain.

F. Manifestasi Kognitif Individu Terhadap Stress


Manifestasi kognitif adalah reaksi dari individu yang mengalami stress dengan
menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk mengatasi
masalah yang sedang dihadapi.
a. Penyelesaian masalah
Individu melakukan identifikasi dan menetapkan masalah penyebab stress,
kemudian dengan kemampuan kognitif menyelesaikan masalah dengan cara
memilih dan melaksanakan alternatif dan mengevaluasi keberhasilan dan
keefektifan upaya yang dilakukannya.
b. Strukturisasi
Menata atau memanipulasi situasi agar kejadian yang mengancam tidak
muncul kembali.
c. Disiplin diri
Tindakan yang dilakukan individu adalah melatih diri membiasakan kebiasaan
yang dapat mengjindari timbulnya stress.
d. Supresi
Menekan perasaan yang tidak menyenangkan kedalam alam sadar.
e. Fantasi dan melamun
Kebutuhan yang tidak tercapai dibayangkan tercapai, sehingga hasilnya tidak
realistis.
f. Berdo’a atau sembahyang
Upaya mnyelesaikan masalah dengan cara berserah diri kepada Yang Maha
Pencipta, namun harus disertai dengan upaya dalam bentuk tindakan.

Anda mungkin juga menyukai