Sifat Stressor
C. Jenis Sress
Para peneliti membedakan 2 jenis stress, yang merugikan dan merusak disebut
distress, dan stress yang positif dan menguntungkan disebut eustress. Menurut
Potter dan Perry (dalam Rasmun, 2004) membagi hubungan tingkat stress
kebeberapa bagian yaitu:
1. Stress ringan; biasanya tidak merusak aspek fisiologis. Stress ringan
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya; lupa, ketiduran, kemacetan,
dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa jam, situasi ini tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika
dihadapi secara terus menerus.
2. Stress sedang; terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari.
Misalnya; kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang
lama. Situasi seperti inidapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor
predisposisi suatu penyakit koroner.
3. Stress berat; stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun. Misalnya; hubungan suami istriyang tidak harmonis, kesulitan finansial
dan penyakit fisik yang lama.
D. Coping Style
Menurut Richard Lazarus & Folkman, (dalam Triantoro, 2012) coping
memiliki dua fungsi umum yaitu dapat berupa fokus ketitik permasalahan, serta
melakukan regulasi emosi dalam merespon masalah
1. Emotion-focused coping suatu usaha yang digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap situasi yang menekan atau stress. Hal ini dilakukan
apabila individu tidak mampu mengubah kondisi yang stressful, yaang
dilakukan individu adalah mengatur emosinya.
Aspek-aspek Emotion-focused coping menurut Folkman dan Lazarus
(dalam Triantoro, 2012) yaitu:
a. Seeking social emotional support, yaitu mencoba untuk memperoleh
dukungan secara emosional maupun sosial dari orang lain.
b. Distancing, yaitu mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri
dari masalah atau membuat sebuah harapan positif.
c. Escape avoidance, yaitu menghayal mengenai situasi atau
melakukantindakan atau menghindar dari situasi yang tidak
menyenangkan.
d. Self control, yaitu mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau
tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalh.
e. Accepting responsibility, yaitu menerima untuk menjalankan masalah
yang dihadapinya sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
f. Positive reappraisal, yaitu mencoba untuk membuat suatu arti positif dari
situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan
sifat yang religius.
2. Problem-focused coping usaha untuk mengurangi stressor, dengan
mempelajari cara-cara atau keterampilan yang baru untuk digunakan
mengubah situasi, keadaan, atau pokok permasalahan. Individu akan
cenderung menggunakan strategi ini apabila dirinya yakin akan dapat
mengubah situasi (smeth, 1994).
Aspek-aspek Problem-focused coping menurut Folkman dan Lazarus
(dalam Triantoro, 2012) terbagi ke 3 macam yaitu:
a. Seeking informational support, yaitu mencoba untuk memperoleh
informasi dari orang lain, seperti; dokter, psikolog, atau guru.
b. Confrontive coping, melakukan penyelesaian masalah secara konkret.
c. Planful problem-solving, berusah mencari solusi secara langsung terhadap
masalah yang dihadapinya.