Anda di halaman 1dari 58

Badrun Susantyo, dkk.

PEMETAAN
STRATEGI
COPING
KELUARGA PENERIMA MANFAAT
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
MENGHADAPI WABAH COVID-19
DI KOTA BOGOR, DEPOK, BEKASI, DAN TANGERANG SELATAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


BEKERJASAMA DENGAN
P 3 K S P R E S S
PEMETAAN STRATEGI COPING KELUARGA PENERIMA
MANFAAT PROGRAM KELUARGA HARAPAN MENGHADAPI
WABAH COVID-19 DI KOTA BOGOR, DEPOK, BEKASI DAN
TANGERANG SELATAN

Konsultan :
Prof. Isbandi Rukminto Adi

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


BADAN PENDIDIKAN, PENELITIAN, DAN PENYULUHAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL RI
TAHUN 2020
PEMETAAN STRATEGI COPING KELUARGA PENERIMA MANFAAT
PROGRAM KELUARGA HARAPAN MENGHADAPI WABAH COVID-19
DI KOTA BOGOR, DEPOK, BEKASI DAN TANGERANG SELATAN; Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan,
Penelitian, Dan Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial RI. 2020
viii + 48 hlm. 14,8 cm x 21 cm.

Konsultan :
Prof. Isbandi Rukminto Adi

Kontributor:
Badrun Susantyo (Utama)
Togiaratua Nainggolan (Anggota)
Nyi R. Irmayani (Anggota)
Aulia Rahman (Anggota)
Johan Arifin (Anggota)
Rudy G. Erwinsyah (Anggota)
Bilal As’adhanayadi (Anggota)
Delfirman (Anggota)

Design Cover :
Rudy G. Erwinsyah

Tata letak :
Tim Imaji
Cetakan Pertama : Desember 2020

ISBN: 978-623-7806-15-8

Diterbitkan oleh:
Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI bekerjasama P3KS Press
Gedung Cawang Kencana Lt. 2
Jl. Mayjen Sutoyo Kav. 22, Kramat Jati, Jakarta Timur 13630
E-mail: puslitbangkesos@kemsos.go.id; Website:
puslit.kemsos.go.id

@Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini,
serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan


Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunia-Nya, buku
hasil penelitian yang berjudul Pemetaan Strategi Coping
Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan
Menghadapi Wabah COVID-19 di Kota Bogor, Depok, Bekasi,
dan Tangerang Selatan ini dapat terselesaikan. Dari penelitian
cepat dengan cara survei ini ditemukan beberapa tipe strategi
coping dalam masyarakat, khususnya para Keluarga Penerima
Manfaat Keluarga Program Harapan (KPM PKH). Di mana secara
keseluruhan, KPM PKH di empat lokasi penelitian diketahui
lebih mengutamakan emosi dibanding fokus pada masalah
dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini. Strategi coping KPM
PKH ini secara hipotetis akan berpengaruh dalam pencapaian
target intervensi sosial dalam Program Perlindungan Sosial.

Dari pemetaan tipologi strategi koping KPM PKH ini


untuk selanjutnya ditawarkan rekomendasi akan pentingnya
meningkatan pengetahuan dan kesadaran Keluarga Penerima
Manfaat (khususnya di saat pandemi COVID-19), salah satunya
melalui melalui intervensi sosial oleh para Pendamping Sosial
PKH. Sehingga para KPM PKH terjadi pengarusutamaan pada
problem focus dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini.

iii
Akhirnya, kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan
penelitian hingga terwujudnya buku ini, kami menyampaikan
terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Desember 2020


Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial
Kepala,

Justina Dwi Noviantari

iv
KONTRIBUTOR SURVEI

Pengumpul Data (Enumerator)


Ahmad Yasser, Ali Shobari, Arman Setiawan, Arya Endang
Purnama, Dina Sobariah, Galuh Maulva Mutianjani, Mega
Saputra, Meldiani, Muzijat, Nasikhu, Nuzulia Ramdonah, R.A.
Ardhini Waskita A, Rahadian Riza Modana, Serwin Zalukhu,
Shabri Pili Assalam, Wiwik Rahayu, Yusuf Suriatna, Dian
Anggraeni, Eko Prasetyo, M. Luthfi Farabi, Muhammad Irfan,
R.Enen Rosana M, Rachmat Iwan Rahadian Sudradjat, Sumarmi
Fajariyatun, Asti Winarsih, Dhien Maulidya, Dini Fiqriah, Erlin
Puji Rahayu, Muhammad Nurman Novian, Nur Malita Sari, Ruri
Rofiq, Saiful Muzani, Herliani, Dewi Purnamasari, Evan Julius
Jeremia Sirait, Nuni Nuraini Utami, Susilowati.

Pendamping Enumerator
Usep Satriana (Kota Bekasi), Sendy Ades Anwar (Kota Bogor),
Fauzi Ramdan (Kota Depok), Sugeng (Kota Tangerang Selatan).

Dukungan Managerial
J.D. Noviantari (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial), Nurhayu dan Ani Wuryandari (Kepala
Bidang Penelitian dan Pengembangan Perlindungan dan
Jaminan Sosial dan Penunjang), Lis Andriyani (Kepala Sub
Bidang Penelitian dan Pengembangan Perlindungan dan
Jaminan Sosial), Arif Aeni (Kepala Sub Bidang Penelitian dan
Pengembangan Bidang Penunjang), Eko Widiantoro.

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. iii


DAFTAR ISI .............................................................................. vi

BAB 1 : PENDAHULUAN ....................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................... 1
B. Permasalahan ...................................................... 4
C. Tujuan .................................................................. 5
D. Manfaat ............................................................... 5
BAB II : METODE PENELITIAN ............................................. 6
A. Desain Penelitian ................................................ 6
B. Populasi dan Sampel ........................................... 6
C. Teknik Pengumpulan Data ................................ 8
D. Teknik Analisis Data ............................................ 9
E. Waktu .................................................................... 9
F. Organisasi Tim ..................................................... 10
BAB III : KERANGKA KONSEPTUAL ...................................... 11
A. Strategi Coping ..................................................... 14
B. Mengukur Strategi Coping ................................. 14
C. Variabel dan Indikator ........................................ 19
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 22
A. Profil Responden ................................................. 22
B. Peta Strategi Coping KPM PKH .......................... 27
BAB V : PENUTUP ................................................................... 37
A. Kesimpulan .......................................................... 37
B. Rekomendasi ....................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 40
BIODATA PENULIS .................................................................. 45

vi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 : Jenis Kelamin Responden ................................. 22


Grafik 4.2 : Tingkat Pendidikan Responden 23
Grafik 4.3 : Usia Responden .................................................. 24
Grafik 4.4 : Sumber Penghasilan Utama Keluarga
Responden ........................................................... 24
Grafik 4.5 : Rata-rata Penghasilan Keluarga Responden 25
Grafik 4.6 : Lamanya menjadi KPM PKH ............................. 26
Grafik 4.7 : Komponen Bantuan Sosial yang Diterima
dalam PKH .......................................................... 27
Grafik 4.8 : Persebaran Tipe Strategi Coping ....................... 28
Grafik 4.9 : Persebaran Strategi Coping berdasarkan
Wilayah ............................................................... 28
Grafik 4.10 : Persebaran Strategi Coping
berdasarkan Usia ................................................ 29
Grafik 4.11 : Persebaran Strategi Coping berdasarkan
Pendidikan .......................................................... 30
Grafik 4.12 : Persebaran Strategi Coping berdasarkan
Jenis Pekerjaan .................................................... 31
Grafik 4.13 : Persebaran Strategi Coping berdasarkan
Lama KPM PKH .................................................. 32
Grafik 4.14 : Persebaran Strategi Coping berdasarkan
Penghasilan ......................................................... 33

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Tahapan dalam Pemilihan Sampel Penelitian .... 7


Tabel 2.2 : Distribusi Responden dan Lokasi Penelitian ...... 7
Tabel 2.3 : Jadwal Kegiatan ..................................................... 10
Tabel 3.1 : Methods of Coping with Stressfull Situation ........ 18
Tabel 3.2 : Indikator Strategi Coping ..................................... 20
Tabel 4.1 : Strategi Koping dan Lamanya menjadi
Anggota KPM PKH ................................................ 34
Tabel 4.2 : Strategi Koping dan Lamanya menjadi Anggota
KPM PKH di Kota Tangerang Selatan .................. 35

viii
BAB

i
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (WHO) telah mendeklarasikan
bahwa wabah virus corona atau COVID-19 sudah dikategorikan
sebagai pandemi global dan menyebar ke hampir seluruh
negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Kebijakan pertama
yang diambil pemerintah dalam mencegah penularan wabah
ini adalah dengan mengeluarkan imbauan social distancing.
Menurut Pearce (2020) social distancing adalah sebuah praktik
dalam kesehatan masyarakat untuk mencegah orang sakit
melakukan kontak dengan orang sehat guna mengurangi
peluang penularan penyakit dengan cara seperti membatalkan
acara kelompok atau menutup ruang publik, serta menghindari
keramaian.
Dalam perkembangannya memang istilah social distancing
dianggap kurang tepat. WHO menyatakan telah mengubah
penggunaan istilah social distancing menjadi physical distancing.
Hal ini pun diikuti oleh pemerintah RI, Menkopolhukam Mahfud
MD mengatakan pemerintah mengubah imbauan dalam
mencegah penyebaran virus corona dari “pembatasan interaksi
sosial (social distancing)” menjadi “menjaga jarak secara fisik

Pendahuluan 1
(physical distancing)”. Penyebutan physical distancing dirasa
lebih pas bahwa upaya yang dilakukan untuk memperlambat
penyebaran COVID-19 harus mendorong penguatan ikatan
sosial akan tetapi tetap menjaga jarak fisik (Aldrich dalam Gale,
2020).
Penerapan social/physical distancing ini bukannya tanpa
pengorbanan. Reluga (2010) menyatakan bahwa social
distancing menimbulkan pengorbanan dalam hal kebebasan,
modal sosial, waktu, kenyamanan, dan uang, sehingga orang-
orang hanya akan mengadopsi tindakan-tindakan ini ketika ada
insentif khusus untuk melakukannya. Dari sini terlihat bahwa
social/physical distancing mempunyai konsekuensi ongkos
sosial dan ongkos ekonomi yang tidak sedikit.
Dalam konteks Indonesia, ongkos sosial dari imbauan
menjaga jarak ini sangat erat kaitannya dengan karakteristik
masyarakat Indonesia yang bersifat komunal, suka berkelompok
dan berkumpul (lihat Geertz, 1984; Anderson, 1991). Dari
berbagai potret di media massa dan media sosial, masih banyak
terlihat masyarakat yang enggan menerapkan imbauan social/
physical distancing dengan masih tetap menyelenggarakan dan
mengikuti kegiatan yang melibatkan banyak orang, seperti acara
ibadah bersama, perkawinan, kematian, dan lain sebagainya.
Bahkan beberapa permukiman membatasi dan menutup
akses keluar-masuk warga untuk mencegah penularan wabah
COVID-19, namun ironisnya justru pada pos-pos penjagaan
di jalan masuk pemukiman warga justru banyak berkumpul
(Ahmad dalam Utantoro, 2020).
Sementara itu ongkos ekonomi dari social/physical
distancing ini paling banyak dirasakan oleh para pekerja
informal, para pekerja yang mendapatkan penghasilan harian,
pengangguran pencari kerja, dan terutama sekali warga miskin.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


2 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
Badan Pusat Statistik mencatat bahwa pada Agustus 2019 angka
pekerja informal di seluruh Indonesia mencapai 70,49 juta
atau 55,72 persen dari total pekerja, atau 26,40 persen dari total
penduduk. Sementara pada September 2019 angka penduduk
miskin di Indonesia mencapai 24,79 jiwa atau 9,22 persen dari
total penduduk.
Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan dalam
upaya penanganan COVID-19 melalui Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB), Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 11 Tahun
2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, dan
Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan. Melalui PP tersebut Indonesia memutuskan untuk
tidak mengambil kebijakan lockdown, menurut Presiden hal ini
dilakukan karena Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda
dengan negara lain yang mengambil kebijakan lockdown total
baik dari sisi luas wilayah, jumlah penduduk, tingkat kedisilinan,
kondisi geografis, karakter budaya, dan lainnya.
Melalui PP Nomor 21 Tahun 2020 berkaitan dengan PSBB,
Presiden mengeluarkan kebijakan bahwa upaya Pemerintah
Daerah dalam penanganan COVID-19 tidak lagi berjalan sendiri-
sendiri. Pemerintah Daerah harus mengikuti aturan yang telah
ditetapkan apabila ingin mengambil kebijakan PPSB untuk
daerahnya. Secara singkat apabila PPSB telah dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah maka peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan pembatasan kegiatan di
fasilitas umum dapat dilaksanakan.
Selain itu, melalui Perppu Nomor 1 Tahun 2020, Pemerintah
telah menambah alokasi belanja dan pembiayaan dalam APBN
sebesar Rp. 405,1 triliun. Secara garis besar penambahan

Pendahuluan 3
anggaran tersebut diperuntukkan untuk pembiayaan program
pemulihan ekonomi, jaring pengaman sosial, insentif
perpajakan, dan stimulus usaha. Meskipun ada konsekuensi
yang harus diambil dari kebijakan tersebut yaitu naiknya defisit
APBN hingga 5,07 persen dari produk domestik bruto (PDB)
atau lebih dari yang ditetapkan Undang-Undang yaitu sebesar
3 persen. Pemerintah telah mentargetkan defisit 5 persen ini
hanya untuk 3 tahun hingga 2023.
Terkait dengan uraian singkat di atas, layak untuk dicermati,
khususnya di kalangan keluarga miskin, yaitu bagaimana
perilaku atau strategi coping dalam menghadapi pandemi ini?
Di sinilah urgensi pelaksanaan studi ini karena akan menyasar
kepada para warga miskin. Para warga miskin dalam studi ini
direpresentasikan melalui para beneficiaries Program Keluarga
Harapan (PKH), atau dengan istilah resminya adalah para
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH.
Penelitian ini dilakukan di kota-kota/wilayah penyangga
Ibu Kota Negara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dipilihnya
daerah/wilayah penyangga Ibukota negara dengan asumsi,
bahwa wilayah penyangga DKI Jakarta merupakan hunian bagi
sebagian besar warga yang menjalankan aktivitas kesehariannya
di Daerah DKI Jakarta.

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana peta strategi
coping para KPM PKH di empat wilayah studi (Kota Bogor,
Bekasi, Depok, dan Kota Tangerang Selatan) dalam menghadapi
wabah COVID-19 ini.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


4 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
C. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempetakan strategi coping
para Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan
(KPM PKH) di wilayah studi dalam menghadapi wabah
COVID-19 ini.

D. MANFAAT
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan masukan
kepada pemangku kebijakan terkait strategi coping Keluarga
Penerima Manfaat, khususnya pada Program Keluarga Harapan
(PKH)

Pendahuluan 5
BAB

II METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian cepat ini menggunakan pendekatan kuantitatif
secara deskriptif. Pendekatan ini digunakan untuk memberikan
gambaran data statitistik yang ada tentang strategi coping KPM
PKH dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pengumpulan
data penelitian ini dilakukan melalui wawancara tatap muka
dengan mematuhi protokol COVID-19. Wawancara dilakukan
menggunakan kuesioner berbasis computer-assisted personal
interviewing (CAPI).

B. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dalam penelitian ini adalah Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah
studi yakni Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kota
Tangerang Selatan.
Pemilihan lokasi dilakukan secara proporsional berdasarkan
jumlah kasus positif COVID-19 per 10 Agustus 2020. Total lokasi
penelitian terpilih sebanyak empat kota. Selanjutnya dilakukan

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


6 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
pemilihan kecamatan sebagai lokasi sampling terpilih. Di
wilayah kecamatan inilah, penentuan responden dilakukan
secara acak. Pengumpulan data dilakukan oleh enumerator,
Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan (PKH), yang
telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
Langkah selanjutnya adalah menentukan sebaran
keterwakilan dari setiap wilayah di atas secara proporsional
dengan memperhatikan:
• Jumlah kasus positif COVID-19
• Jumlah KPM Program Keluarga Harapan

Teknik sampling yang digunakan dalam survei ini melalui


beberapa tahapan (berstrata). Tahapan pemilihan unit sampel
adalah:
Tabel 2.1 Tahapan dalam Pemilihan Sampel Penelitian
Tahap 1 : Memilih sejumlah wilayah (kecamatan) secara acak
dan proporsional, purposive berdasarkan jumlah
kasus positif COVID-19 per tanggal 10 Agustus 2020
(terkonfirmasi positif COVID-19 terbanyak).
Tahap 2 : Memilih sejumlah kelurahan secara random dan
proposional berdasarkan jumlah KPM PKH.
Tahap 3 : Memilih responden secara acak sederhana dari
keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga
Harapan dengan jumlah yang proporsional sesuai
dengan populasi.

Dengan ditempuhnya prosedur sebagaimana Tabel 3


diatas, maka diperoleh responden sebanyak 124 KPM PKH yang
tersebar di empat kota, sebagaimana Tabel 2.2 di bawah ini.

Metode Penelitian 7
Tabel 2.2 Distribusi Responden dan Lokasi Penelitian
Jumlah Alokasi
Jumlah Estimasi
No Lokasi Penelitian Enume- Respon-
KPM PKH Resp.
rator den
1 Kota Tangerang 8.481 101 4 121
Selatan
2 Kota Bogor 17.075 203 7 215
3 Kota Bekasi 41.687 496 17 512
4 Kota Depok 21.537 256 9 276
88.780 1056 37 1124

Pengambilan sampel berdasarkan tabel Cohen Manion


Morrison. Penarikan sampel berdasarkan populasi pada
masing-masing kota lokasi survei tingkat kepercayaan 95 persen
dan margin of error 5 persen.
Dengan jumlah populasi KPM PKH di empat kota
tersebut sebanya 88.780 KPM, tabel Cohen Manion Morrison
mensyaratkan responden sebanyak 1.056 responden, dengan
tingkat kepercayaan 95 persen, dengan margin of error sebesar
5 persen.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan melalui survei tatap muka,
enumerator menggunakan alat computer-assisted personal
interviewer (CAPI). Sejumlah pertanyaan sederhana disusun
berdasarkan variabel dan indikator yang telah ditetapkan.
Jawaban responden akan ditampilkan secara deskriptif statistik.
Pengumpulan data survei dilakukan dalam rentang waktu yang
terbatas yakni tiga hari.
Sehubungan dengan bencana wabah COVID-19,
proses pengumpulan data akan dilakukan dengan tetap

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


8 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19.
Untuk itu dibutuhkan tenaga enumerator. Beberapa hal yang
menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah:
1. Seleksi tenaga pengumpul data lapangan (enumerator)
dilakukan oleh tim peneliti berdasarkan wilayah penelitian
dengan jumlah yang proporsional, dengan mengutamakan
SDM Kesejahteraan Sosial yaitu Pendamping Sosial PKH.
2. Tenaga enumerator mengikuti pelatihan pengumpulan data
lapangan (coaching) secara online. Proses pelatihan akan
diselenggarakan oleh tim peneliti.

D. TEKNIK ANALISIS DATA


Aktivitas analisis data dalam riset ini adalah penyederhanaan
data ke dalam satu bentuk yang paling mudah dibaca dan
diinterpretasikan, melalui langkah-langkah berikut ini:
1. Coding, yakni pemberian kode terhadap jawaban untuk
memudahkan peneliti pada saat melakukan analisis.
2. Tabulasi, yakni memasukan data (angka-angka) ke dalam
tabel kategori, kemudian menampilkan dalam tabel
frekuensi, sehingga dapat diketahui jumlah responden yang
menjawab pertanyaan tersebut.
3. Analisis data, yakni serangkaian proses dalam rangka
pengelompokan, membuat suatu urutan, memanipulasi,
serta meringkas data sehingga mudah dibaca dan diberikan
arti pada data tersebut.

Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara


kuantitatif dengan bantuan aplikasi SPSS. Data yang terkumpul
melalui aplikasi CAPI diesktrak ke dalam format SPSS untuk
analisis lebih lanjut. Tabel frekuensi sederhana sebaran
responden dan jawaban atas pertanyaan bisa langsung disajikan
memanfaatkan fitur dalam aplikasi CAPI.

Metode Penelitian 9
E. WAKTU
Keseluruhan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
serangkaian proses riset ini selama delapan minggu, dengan
pembagian alokasi waktu, sebagaimana linimasa berikut:

Tabel 2.3 Jadwal Kegiatan


M
M M- M- M-
No. Kegiatan M-V - VI-
-I-II III IV VIII
VII
1 Rancangan
2 Instrumentasi
3 Ujicoba dan
Penyempurnaan
4 Pengumpulan data
5 Olah dan Analisa
6 Laporan

F. ORGANISASI TIM
Penelitian cepat ini dilakukan secara tim, yang terdiri:
1. Bilal As’adhanayadi
2. Rudy G. Erwinsyah
3. Delfirman
4. Aulia Rahman
5. Johan Arifin
6. Nyi R. Irmayani
7. Badrun Susantyo
8. Togiaratua Nainggolan

Konsultan penelitian cepat ini adalah Prof. Isbandi Rukminto


Adi, dari Universitas Indonesia.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


10 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
BAB

III
KERANGKA
KONSEPTUAL

A. STRATEGI COPING
Coping berasal dari kata “cope“ yang berarti lawan, mengatasi.
Menurut Moser (1998) coping behaviour didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Sedangkan
Sarafino (2006) menyebut coping sebagai suatu proses di
mana individu mencoba untuk mengelola stress atau tekanan
yang ada dengan cara tertentu. Chaplin (2006) mengartikan
perilaku coping sebagai suatu tingkah laku di mana individu
melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan
tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Tingkah laku coping
merupakan suatu proses dinamis dari suatu pola tingkah laku
maupun pikiran-pikiran yang secara sadar digunakan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan dalam situasi yang menekan dan
menegangkan.
Secara teoritis coping merupakan upaya seseorang baik
secara kognitif, afektif, dan perilaku untuk mengelola tuntutan
eksternal dan internal secara spesifik (Croker, 1999). Pramadi
(dalam Wardani, 2009) mengatakan bahwa coping behaviour
secara bebas diartikan sebagai suatu perilaku untuk menghadapi
masalah, tekanan, atau tantangan, selain itu merupakan respon

Kerangka Konseptual 11
perilaku yang bersifat perilaku psikologis untuk mengurangi
tekanan yang sifatnya dinamis. Coping behaviour juga diartikan
sebagai tingkah laku di mana individu melakukan interaksi
dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan
tugas atau masalah (Chaplin, dalam Wardani, 2009). Jika individu
dapat menggunakan perilaku coping-nya dengan baik maka ia
dapat melakukan penyesuaian sosial dengan baik pula. Menurut
Taylor (2009) coping behaviour didefenisikan sebagai pikiran
dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan internal
maupun eksternal dari situasi yang menekan. Menurut Sarwono
(2007) coping behaviour merupakan perilaku penyesuaian
diri dalam kaitan antara manusia dengan lingkungan fisiknya
melalui dua jenis yaitu adaptasi dan adjustment.
Flokman dan Lazarus (dalam Sarafino, 2006) menjelaskan
bahwa secara umum bentuk coping behaviour dibedakan dalam
dua klasifikasi yaitu: a. Problem Focused Coping (PFC) adalah
merupakan bentuk coping yang lebih diarahkan kepada upaya
untuk mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan. b.
Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk coping yang
diarahkan untuk mengatur respon emosional terhadap situasi
yang menekan. Individu dapat mengatur respon emosionalnya
dengan pendekatan behavioral dan kognitif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi coping behaviour menurut Mutadin (2002)
meliputi:
1. Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting,
karena selama dalam usaha mengatasi tekanan individu
dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup besar.
2. Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi
sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (external locus of control) yang
mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan
(helplessness) yang akan menurunkan kemampuan coping.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


12 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
3. Keterampilan memecahkan masalah. Keterampilan
ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan
tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan
hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan
rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
4. Keterampilan sosial. Keterampilan ini meliputi kemampuan
untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-
cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku
dimasyarakat.
5. Dukungan sosial. Dukungan ini meliputi dukungan
pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional pada diri
individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga
lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
6. Materi Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang,
barang-barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.

Menurut Suharto (2002) coping behaviour dikenal juga


dengan coping strategies, coping mechanisms, survival strategies,
household strategies, dan livelihood diversivication. Kajian
mengenai coping behaviour/coping strategies dapat memberikan
gambaran mengenai karakteristik dan dinamika kemiskinan
yang lebih realistik dan komprehensif. Ia dapat menjelaskan
bagaimana keluarga miskin merespon dan mengatasi
permasalahan sosial ekonomi yang terkait dengan situasi
kemiskinannya. Suharto lebih jauh menjelaskan bagaimana
keluarga miskin merespon dan mengatasi permasalahan sosial
ekonomi yang terkait dengan situasi kemiskinannya. Selaras
dengan adagium pekerjaan sosial, yakni “to help people to help
themselves”, teori coping behaviour/strategies memandang orang
miskin bukan hanya sebagai objek pasif yang hanya dicirikan
oleh kondisi dan karakteristik kemiskinan, melainkan orang

Kerangka Konseptual 13
yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang
digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial
ekonomi seputar kemiskinannya..

B. MENGUKUR STRATEGI COPING


Salah satu kajian mengenai strategi coping antara lain
dikemukakan oleh Armstrong, Best, dan Dominci (2006)
mengenai penerapan strategi coping veteran perang Amerika
Serikat yang mengalami trauma pasca perang setelah pulang
dari Irak dan Afganistan. Panduan indentifikasi strategi coping
dalam tulisan ini lekat dengan konteks pekerjaan sosial, misalnya
dengan melibatkan subjek dalam mengidentifikasi masalah
yang mereka alami kemudian membuat indikator bersama yang
diturunkan ke dalam pernyataan.
Identifikasi strategi coping menurut Armstrong, Best, dan
Dominci (2006) dilakukan dengan cara subjek mengidentifikasi
masalah yang mereka alami lalu membuat skala berupa rating
0 sampai dengan 10, misalnya untuk menggambarkan seberapa
besar perasaan cemas yang muncul apabila dihadapkan pada
kondisi tertentu. Indikator permasalahan, berbagai gejala pasca
trauma yang dialami para subjek digambarkan langsung dalam
bentuk paparan cerita kejadian yang dialami subjek, antara lain
mengenai kecemasan, stres pasca trauma, penghindaran, kilas
balik, serangan panik, fobia, depresi, hingga penyalahgunaan
alkohol dan obat-obatan.
Secara garis besar apa yang disampaikan oleh Armstrong,
Best, dan Dominci (2006) berbeda dengan konteks strategi
coping bagi KPM PKH saat pandemi COVID-19, antara lain
karena: (1) pandemi COVID-19 dialami semua orang tanpa
terkecuali, sementara pasca trauma perang hanya dialami oleh
veteran perang itu sendiri; (2) dalam studi ini pengalaman dan

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


14 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
ingatan adalah hal utama yang menjadi permasalahan yang
harus diatasi, di mana pengalaman traumatis itu telah terjadi
dan sudah berlalu namun ingatan itu terus menghantui mereka,
sehingga berbeda dengan konteks KPM PKH di tengah pandemi
di mana pandemi ini masih berlangsung; dan (3) penyusunan
indikator dalam studi ini dilakukan oleh subjek sendiri, yaitu
penggambaran dari para veteran, peran apa yang diambil yang
menceritakan dan mengidentifikasi masalah mereka, sedangkan
untuk penyusunan indikator strategi coping COVID-19 bagi
KPM PKH dilakukan oleh peneliti.
Selanjutnya, Parker dan Endler (2006) memperkenalkan apa
yang disebut sebagai Coping Inventory for Stressful Situations
(CISS). Alat ukur ini lebih mendekatkan diri kepada pengukuran
secara psikologis, terkait coping. Menurut Parker dan Endler
(2006), secara garis besar ada dua cara mengukur konsep coping
dalam ilmu Psikologi, yaitu dengan trait measure coping dan state
coping measures. Perbedaan utama dari dua cara pengukuran
ini adalah, dalam trait indikator coping sudah ditetapkan dan
tidak berubah (fixed), sedangkan dalam state menggunakan
cara berfikir bottom-up yaitu mencari terlebih dahulu indikator-
indikator coping dengan penelitian pendahuluan (kualitatif )
sehingga bersifat lebih dinamis.
Pada intinya, pengukuran dengan trait measures yang
merupakan salah satu variable dalam CISS (Coping Inventory
for Stressful Situations) yang dikeluarkan oleh Parker and
Endler (2006). CISS Situation-Specific Coping (CISS-SSC)
memiliki tiga dimensi, yaitu 1). Orientasi kerja/tugas (Task
Oriented), 2). Orientasi emosi (Emotion Oriented), dan 3).
Orientasi menghindari stres (Avoidence Oriented). Tiap dimensi
memiliki tujuh item sehingga total ada 21 item indikator. Dalam
pendekatan ini responden akan fokus pada saat terjadinya hal

Kerangka Konseptual 15
yang membuat stres, bagaimana mereka melakukan kegiatan
di saat ini, apa saja yang dipikirkan dan bagaimana mereka
“melarikan diri” atau menghindari stres akibat dari situasi ini.
Selanjutnya, Yan (2017) melakukan serangkaian riset terkait
dengan bagaimana adaptasi mahasiswa Republik Rakyat China
(RRC) di Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi stress. Dalam
laporan risetnya, Yan memilih menggunakan pendekatan
kontinumitas untuk melihat bagaimana mahasiswa RRC di AS ini
dalam beradaptasi terhadap stress yang mereka hadapi. Kedua
kontinum itu dikenal dengan Problem-Focussed Strategies dan
Emotion-Focused Strategies.
Yan (2017) juga menggunakan Model Berry yang disandingkan
dengan konsepnya Lazarus. Dengan menambahlan variabel
social support di dalamnya. Hal ini untuk menjelaskan beberapa
kendala dalam akulturasi. Mengingat studinya adalah memang
terkait dengan stress dalam akulturasi bagi mahasiswa RRC
yang sedang melakukan studi di Amerika Serikat. Secera lebih
rinci, Yan menggambarkan hasil studinya tentang bagaimana
strategi coping para mahasiswa RRC di Amerika Serikat ini, yang
pada intinya adalah pada adaptasi, dengan penerapan kultur
dari leluhur mereka (ajaran Taoisme). Persepsi dan tanggapan
atas studi Yan (2017) ini adalah bahwa adaptasi yang berbasis
pada kultur (ajaran Tao) lebih mewarnai (menguasai) pada diri
mahasiswa RRC yang tengah studi di Amerika Serikat.
Kesimpulan atas studi Yan (2017) ini adalah terkait dengan
strategi akulturasi melalui strategi coping, dengan mengambil
konsep dari Lazarus dan Folkman (1984), yang mengidentifikasi
dua strategi coping utama: Problem-Focussed Strategies dan
Emotion-Focused Strategies. Kemudian ditambahkan satu aspek
terait dengan dukungan sosial. Sehingga dapat ditemukan hal-
hal berikut:

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


16 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
1. Problem-Focussed Strategies, merupakan upaya mencoba
untuk mengubah atau memecahkan masalah) dan,
2. Emotion-Focused Strategies, adalah upaya dengan mencoba
mengatur emosi yang terkait dengan masalah).
3. Dukungan sosial adalah faktor penting lainnya yang terkait
dengan adaptasi psikologis individu.

Kembali kepada Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 2006)


yang menjelaskan bahwa secara umum bentuk coping behaviour
dibedakan dalam dua klasifikasi yaitu: a). Problem Focused Coping
(PFC) yang lebih diarahkan kepada upaya untuk mengurangi
tuntutan dari situasi yang penuh tekanan, dan b). Emotion
Focused Coping (EFC) yang lebih diarahkan untuk mengatur
respon emosional terhadap situasi yang menjadikan stressor.
Problem Focused Coping (PFC) dengan kata kuncinya adalah
melakukan sesuatu hal yang dapat mengubah situasi untuk
menghilangkan atau mengurangi stres. Sementara itu, Emotion
Focused Coping (EFC) berbeda dengan PFC, EFC penekanannya
pada bagaimana seseorang mencoba untuk berdamai dengan
tekanan emosional (stres) yang dihadapinya dengan kata lain
seseorang berusaha untuk mengontrol tekanan emosional yang
ada di dalam dirinya. Artinya situasi di luar dirinya memang
tidak berubah, tetapi setidaknya di dalam diri (seseorang
mencoba untuk tidak merisaukan masalah yang membuatnya
dalam tekanan).
Studi dari Lazarus ini memiliki beberapa kelebihan, di
antaranya adalah:
• Pembagian jenis strategi coping yang dikemukakan Lazarus
dan Folkman bersifat umum, yakni menilai bagaimana
seseorang mengatasi stres dengan strategi coping (PFC dan
EFC).

Kerangka Konseptual 17
• Apabila dikaitkan dengan konteks KPM PKH dalam
menghadapi pandemi COVID-19 tentu bisa menjawab
bagaimana mereka mencoba mengatasi stres dengan
dua jenis strategi coping yang dikemukakan Lazarus dan
Folkman.
• Dengan menggunakan dua jenis strategi coping ini nantinya
akan lebih mudah untuk memetakan, sebetulnya yang
dilakukan KPM PKH itu lebih cenderung pada menyelesaikan
masalah dengan mengubah situasi (Problem Focused
Coping) atau menyelesaikan masalah dengan mengontrol
emosi (Emotional Focused Coping).

Namun demikian, studi Lazarus dan Folkman ini


penjelasannya sangat umum mengenai PFC dan EFC tentu
saja memerlukan usaha yang lebih untuk menjelaskan lebih
detail/mengoperasionalkan konsep PFC dan EFC menjadi
turunan indikator untuk dijadikan sebuah instrumen penelitian.
Sebagaimana pembagian menurut Tabel dari Skinner (2003) di
bawah ini.
Tabel 3.1 Methods of Coping with Stressfull Situation
Assistance seekingP Hiding feelingse Positive reappraisale
Avoidancee Humore Prayinge
Confrontive assertionp Increased activitye Resigned acceptance
Deniale Information seekingP Seeking meaninge
Direct actionP lntrusive thoughtse Self criticisme
Discharge (venting)e Logical analysisP Substance usee
Distraction (diverting Physical exercisee Wishful thinkinge
attention)e
Emotional approache Planful problem solvingP Worrye
Note: Superscripted letters refer to the method’s most ltkely function,
P
= problem.-focused and
e
= emotion-focused coping, but some methods may serve either function.
Source: Based on Skinner et al., 2003, Table 3.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


18 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
C. VARIABEL DAN INDIKATOR
Variabel dan indikator dalam penelitian ini diturunkan dari
konsep (teori) dari Lazarus dan Folkman (dalam Sarafino, 1998).
Variabel, indikator tersebut kemudian diturunkan kepada aspek
dan sub-sub aspek sehingga menghasilkan item pertanyaan.
1. Definisi Konsep
Didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi
kehidupannya melalui serangkaian proses di mana individu
mencoba untuk mengelola stress atau tekanan yang ada
dengan cara tertentu.
2. Operasionalisasi Konsep
Strategi coping dalam riset cepat didefinsikan sebagai
serangkaian usaha baik sifatnya fisik maupun psikis-
emosional dalam menghadapi stressor yang datang dengan
mengadopsi dua hal berkut, yaitu problem focused coping
dan emotion focus coping.
3. Definisi Operasional
Strategi coping dalam riset cepat ini adalah serangkaian
usaha baik sifatnya fisik maupun psikis-emosional dalam
menghadapi stressor yang datang dengan mengadopsi dua
hal berkut, yaitu problem focused coping dan emotion focus
coping yang dilakukan oleh Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) Program Keluarga Harapan.
4. Indikator
a. Problem Focused Coping (PFC) merupakan bentuk
coping yang lebih diarahkan kepada upaya untuk
mengurangi tuntutan dari situasi yang penuh tekanan.
Sub skala Problem Focused Coping memiliki indikator,
di antaranya adalah: 1) mencari bantuan, 2) penegasan
yang sifatnya konfronif, 3) melakukan aksi nyata, 4)

Kerangka Konseptual 19
mencari informasi, 5) penggunaan logika/nalar, dan 6)
melakukan perencanaan untuk memecahkan masalah.
b. Emotion Focused Coping (EFC) merupakan bentuk
coping yang diarahkan untuk mengatur respon
emosional terhadap situasi yang menekan. Sub skala
EFC ini memiliki indikator-indikator, di antaranya
adalah; 1) menghindar, 2) menyangkal, 3) melepaskan,
4) mengalihkan perhatian, 5) pendekatan emosional,
6) menyembunyikan perasaan, 7) membuat lelucon/
candaan, 8) meningkatkan aktivitas, 9) pikiran yang
mengganggu, 10) latihan fisik, 11) panggapan positif,
12) berdoa, 13) pasrah/menerima, 14) melakukan kritik
terhadap diri sendiri, 15) menggunakan obat-obatan, 16)
berkhayal, dan 17) merasa khawatir.

Selanjutnya, masing-masing indikator tersebut


diterjemahkan dalam pernyataan yang disediakan piihan
jawaban. Responden diminta untuk memilih salah satu pilihan
jawaban yang paling mendekati dengan kondisi mereka saat
penelitian dilakukan. Sehingga akan tersusun seperti Tabel 3.2
berikut ini:
Tabel 3.2 Indikator Strategi Coping
Jenis
No Indikator Adaptasi
Coping*
1 Assistance seeking PFC Mencari bantuan
Penegasan yang sifatnya
2 Confrontive assertion PFC
konfrontatif
3 Direct action PFC Melakukan aksi nyata
4 Information seeking PFC Mencari informasi
5 Logical analysis PFC Menggunakan logika/nalar
6 Planful problem solving PFC Melakukan perencanaan
untuk memecahkan
masalah

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


20 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
Jenis
No Indikator Adaptasi
Coping*
7 Avoidance EFC Menghindar
8 Denial EFC Menyangkal
9 Discharge (venting) EFC Melepaskan emosi
Distraction (diverting
10 EFC Mengalihkan perhatian
attention)
11 Emotional approach EFC Pendekatan emosional
12 Hiding feelings EFC Menyembunyikan perasaan
13 Humor EFC Membuat lelucon/candaan
14 Increased activity EFC Meningkatkan aktivitas
15 Intrusive thoughts EFC Pikiran yang mengganggu
16 Physical exercise EFC Latihan fisik/olah raga
17 Positive reappraisal EFC Menanggapi positif
18 Praying EFC Berdoa
19 Resigned acceptance EFC Pasrah/menerima keadaan
20 Seeking meaning EFC Mencari makna hidup
Melakukan kritik terhadap
21 Self criticism EFC
diri sendiri
22 Substance use EFC Penggunaan obat-obatan
23 Wishful thinking EFC Berkhayal
24 Worry EFC Merasa khawatir

Kerangka Konseptual 21
BAB

IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN

A. PROFIL RESPONDEN
1. Jenis Kelamin
Grafik 4.1 Jenis Kelamin Responden

Terdapat total 99,20 persen perempuan dan sisanya hanya


0,80 persen responden dengan jenis kelamin laki-laki.
Hampir semua responden adalah perempuan. Hal ini
mengingat targetnya adalah Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) Program Keluarga Harapan (PKH), di mana entry
person dalam program ini adalah istri (ibu) dalam keluarga
sasaran program. Entry person (istri) dalam Program

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


22 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
Keluarga Harapan dikenal dengan istiah Pengurus. Namun
demikian masih terbuka peluang pihak lain (suami/ayah/
kakek) dalam keluarga penerima manfaat menggantikan
istri sebagai entry poin. Hal demikian, biasanya dikarenakan
adanya alasan-alasan lain, misalnya saja; sang istri
meninggalkan keluarga atau meninggal pada saat program
tengah berjalan.
2. Pendidikan
Grafik 4.2 Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang pernah


ditempuh, sebagian responden pernah menempuh tingkat
SD/MI sederajat, yakni 43,68 persen. Sedangkan mereka
selebihnya pernah menempuh jenjang pendidikan di
tingkat SMP/MTs sederajat sebesar 31,85 persen, SMA
sederajat 19,57 persen. Sementara itu jumlah responden
yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sebesar
4,27 persen, dan hanya sedikit sekali responden KPM PKH
yang menempuh hingga jenjang Perguruan Tinggi sederajat
yaitu hanya 0,62 persen.

Hasil dan Pembahasan 23


3. Usia
Grafik 4.3 Usia Responden

Rata-rata yang menjadi responden dalam penelitian ini


yaitu mereka yang berada dalam rentang usia produktif,
yakni dewasa awal dan dewasa madya. Terdapat 41,28
persen responden pada rentang usia 18 s.d 40 tahun atau
dewasa awal. Sedangkan responden paling banyak berada
pada rentang usia 41 s.d 60 tahun atau dewasa madya yaitu
56,23 persen. Selebihnya merupakan responden dengan
usia lebih dari 61 tahun dengan jumlah responden sebanyak
2,49 persen.
4. Sumber Penghasilan Utama
Grafik 4.4 Sumber Penghasilan Utama Keluarga Responden

Sumber penghasilan utama keluarga KPM PKH yang


dijadikan responden penelitian sebagian besar merupakan

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


24 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
pekerja bebas (tidak tetap) di sektor non-pertanian sebanyak
39,06 persen. Sebagian besar lainnya mendapatkan
penghasilan utama untuk keluarganya dengan berusaha
sendiri yaitu sebesar 36,30 persen. Sedangkan mereka
yang bekerja sebagai buruh tetap/karyawan/pegawai
sebesar 12,99 persen. Selebihnya responden penelitian
mendapatkan penghasilan dari berusaha dibantu buruh
tidak tetap 4,18 persen, dan berusaha dibantu buruh tetap
6,85 persen. Mereka yang mengandalkan penghasilan dari
sektor pertanian memiliki jumlah paling sedikit hanya
sebesar 0,62 persen. Rendahnya responden dari sektor
pertanian ini karena lokasi pengumpulan data adalah
kawasan perkotaan.
5. Rata-rata Penghasilan Keluarga
Grafik 4.5 Rata-rata Penghasilan Keluarga Responden

KPM PKH yang menjadi responden penelitian memiliki


rentang jumlah penghasilan yang tidak terlalu beragam.
Sebagian besar memiliki memiliki jumlah penghasilan di
bawah Rp.1.800.000 yaitu sebesar 67,08 persen. Sedangkan
lainnya memiliki penghasilan pada rentang Rp.1.800.000 s.d.
Rp.3.000.000 sebesar 28,47 persen. Hanya sedikit responden

Hasil dan Pembahasan 25


yang memiliki pendapatan di atas Rp.3.100.000 yaitu
sebesar 4,00 persen. Selanjutnya mereka yang memiliki total
penghasilan keluarga lebih dari Rp.4.900.000 hanya sebesar
0,44 persen. Terakhir, tidak ada responden dari KPM PKH
yang memiliki total penghasilan pada rentang pendapatan
lebih dari Rp.7.200.000.
6. Lama Menjadi KPM PKH
Grafik 4.6 Lamanya menjadi KPM PKH

Responden berdasarkan lamanya menjadi KPM PKH


cukup beragam. Paling banyak responden menjadi KPM
PKH selama 3 tahun sebesar 17,44 persen. Sisanya adalah
lebih dari 7 tahun (16,73 persen), 2 tahun, (14,95 persen), 4
tahun (14,86 persen), 1 tahun (12,90 persen), 5 tahun (11,83
persen), 7 tahun (7,47 persen), dan 6 tahun (3,83 persen).
7. Komponen Bansos PKH yang Diterima
KPM PKH yang menjadi responden penelitian memiliki
komponen yang cukup beragam. Rata-rata responden paling
banyak memiliki komponen Anak SD sederajat yaitu sebesar
52,94 persen dan Anak SMA sederajat 40,93 persen. Mereka
yang memiliki komponen anak SMP sederajat totalnya
sebesar 37,37 persen. Responden lain memiliki komponen

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


26 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
anak berusia 0-6 tahun sebesar 22,24 persen. Sedangkan
rata-rata responden paling sedikit memiliki komponen
lanjut usia (4,45 persen), ibu hamil/menyusui (1,07 persen),
penyandang disabilitas berat (0,71 persen), dan yang
terakhir dengan total paling sedikit yaitu komponen anak
usia 6-21 tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12
tahun sebesar 0,36 persen. Pada bagian ini total persentase
bukan 100 persen. Responden boleh memilih jawaban lebih
dari satu karena dalam PKH, komponen yang diterima oleh
responden bisa lebih dari satu komponen dengan ketentuan
maksimal empat komponen.
Grafik 4.7 Komponen Bantuan Sosial yang Diterima dalam PKH

B. PETA STRATEGI COPING KPM PKH


1. Tipe Strategi Coping
Berdasarkan penghitungan skor pilihan jawaban masing-
masing responden, terdapat empat tipe strategi coping.

Hasil dan Pembahasan 27


Selisih jumlah tiap tipe tidak terpaut banyak, yakni hanya
sekitar 10 persen antara tipe terbanyak dengan tipe yang
paling sedikit. Secara garis besar tipe strategi coping dengan
jumlah terbanyak yakni Tipe D dengan 30,16 persen dan
Tipe B dengan 27,66 persen. Sisanya Tipe C hanya 21,88
persen dan Tipe A dengan 20,28 persen.
Grafik 4.8 Persebaran Tipe Strategi Coping

2. Persebaran Strategi Coping


Grafik 4.9 Persebaran Strategi Coping berdasarkan Wilayah

Berdasarkan pemetaan strategi coping pada empat kota


lokasi penelitian, dapat disimpulkan bahwa secara garis

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


28 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
besar Tipe D merupakan tipe yang paling banyak ditemukan.
Hal ini terlihat dari Kota Bogor (30 persen), Kota Bekasi (32
persen), dan Kota Tangerang Selatan (30 persen). Sementara
itu di Kota Depok tipe yang paling banyak adalah Tipe B
sebanyak 30 persen. Namun di Kota Depok Tipe B hanya
terpaut sedikit dengan Tipe D, yakni sebanyak 27 persen.
Secara garis besar Tipe D juga merupakan tipe yang paling
banyak dari penjumlahan total, yakni 30,16 persen.
Sementara itu tipe yang paling sedikit ialah Tipe A. pada
masing-masing Kota Bogor (20 persen), Kota Depok (19
persen), dan Kota Bekasi (19 persen). Sementara pada Kota
Tangerang Selatan tipe yang paling sedikit adalah Tipe C
dengan jumlah 16 persen. Secara garis besar total Tipe C
adalah 21,88 persen.
3. Tipe Strategi Coping berdasarkan Usia
Grafik 4.10 Persebaran Strategi Coping berdasarkan Usia

Hasil tabulasi silang strategi coping berdasarkan usia


responden memperlihatkan bahwa pada rentang usia
dewasa awal, atau 18 s.d. 40 tahun, Tipe B merupakan tipe
strategi coping yang paling banyak ditemukan yakni sebanyak

Hasil dan Pembahasan 29


33 persen dengan selisih yang cukup signifikan dengan tipe-
tipe lainnya, yakni Tipe D (27 persen), Tipe C (21 persen),
dan Tipe A (18 persen). Pada rentang usia dewasa madya, 41
s.d. 60 tahun, Tipe D adalah tipe yang paling banyak dengan
32 persen, selisih cukup signifikan dengan tiga tipe lainnya
yang hampir sama jumlahnya yakni Tipe B (24 persen), Tipe
C (23 persen), dan Tipe A (21 persen). Sementara itu pada
responden lanjut usia atau 61 tahun ke atas, tipe strategi
coping cukup merata antara lain Tipe D (32 persen), Tipe A
(29 persen), Tipe B (25 persen), dan Tipe C (14 persen).
4. Tipe Strategi Coping berdasarkan Pendidikan
Grafik 4.11 Persebaran Strategi Coping berdasarkan Pendidikan

Terdapat perbedaan strategi coping yang dilakukan


responden dilihat dari tingkat pendidikannya. Pada
responden yang tidak pernah sekolah, mayoritas adalah
Tipe A, yaitu sebesar 29 persen, sedangkan responden yang
pernah menempuh pendidikan maksimal SD/MI sederajat
mayoritas adalah Tipe D, yaitu sebesar 36 persen, hal ini

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


30 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
juga ditemukan dalam responden dengan yang pernah
menempuh pendidikan maksimal Perguruan tinggi. Untuk
responden dengan yang pernah menempuh pendidikan
maksimal SMP/MTs dan SMA/SMK sederajat mayoritas
adalah Tipe B, yaitu sebesar 30 dan 29 persen. Ttipe D untuk
kelompok responden ini juga cukup tinggi.
5. Tipe Strategi Coping berdasarkan Sumber Penghasilan
Utama Keluarga
Berdasarkan jenis pekerjaannya, strategi coping Tipe B dan
D paling banyak ditemui pada jenis pekerjaan berusaha
sendiri, baik yang dibantu (memiliki pekerja) atau pun tidak,
dan pekerja bebas non pertanian, yaitu dalam kisaran 27
s.d. 35 persen. Sedangkan strategi coping untuk pekerjaan
sebagai buruh tetap dan pekerja sektor pertanian cukup
berbeda, di mana persentase strategi coping Tipe C cukup
besar, lebih besar dibanding Tipe C pada jenis pekerjaan
lainnya.

Grafik 4.12 Persebaran Strategi Coping berdasarkan Jenis Pekerjaan

Hasil dan Pembahasan 31


6. Tipe Strategi Coping berdasarkan Lama menjadi anggota
PKH
Secara umum, berdasarkan lama responden menjadi
anggota atau Kelompok Penerima Manfaat PKH, mayoritas
responden merupakan kelompok strategi coping Tipe B
dan Tipe D. Namun, ada kecenderungan Tipe B dan Tipe D
memiliki persentase lebih besar pada kelompok responden
yang sudah lebih dari tujuh tahun menjadi anggota PKH,
yaitu masing-masing sebesar 29 persen dan 33 persen, lebih
besar dibanding persentase Tipe B dan Tipe D di kelompok
1 s.d. 3 tahun dan 4 s.d. 7 tahun. Hal demikian sebagaimana
tergambarkan dalam Grafik 4.13.
Grafik 4.13 Persebaran Strategi Coping berdasarkan Lama KPM PKH

7. Tipe Strategi Coping berdasarkan Rata-rata penghasilan


Keluarga per Bulan
Secara umum, responden mayoritas merupakan Tipe
B dan Tipe D di semua Kelompok Tingkat Penghasilan,
namun yang terlihat paling dominan untuk Tipe B dan Tipe
D adalah responden dari kelompok Tingkat Penghasilan
Rp.3.100.000 s.d. Rp.4.800.000, yaitu masing-masing 33
persen dan 26 persen serta tingkat penghasilan Rp.4.900.000

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


32 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
s.d. Rp.7.200.000 yaitu masing-masing 40 persen. Artinya ada
kecenderungan Tipe B dan Tipe D dimiliki oleh kelompok
yang memiliki tingkat penghasilan lebih tinggi. Sedangkan
Tipe C terlihat cukup tinggi dalam kelompok responden
dengan tingkat penghasilan Rp.1.800.000 s.d. Rp.3.000.000
yaitu mencapai 25 persen dan lebih dari Rp.1.800.000
sebesar 21 persen.
Grafik 4.14 Persebaran Strategi Coping berdasarkan Penghasilan

8. Lamanya menjadi Anggota PKH dengan Tipe Strategi Koping


Riset cepat tentang Pemetaan Strategi Coping Keluarga
Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH)
di empat kota sekitar DKI Jakarta ini juga menemukan
keterkaitan (secara tabulasi silang) antara lamanya KPM
PKH menerima program (menjadi anggota PKH) dengan
tipe strategi coping mereka.
Dalam riset ini (secara tabulasi silang) diketahui tidak
ditemukan adanya hubungan yang cukup bermakna antara
lamanya menjadi anggota PKH dengan tipe strategi koping
peserta PKH, Sebagaimana Tabel 4.1.

Hasil dan Pembahasan 33


Tabel 4.1 Strategi Koping dan Lamanya menjadi Anggota KPM PKH
Lamanya Menjadi KPM PKH
1-3 th 4-6 th >= 7 th Total
Frekuensi 245 164 130 539
PFCS
Prosentase 48.1% 47.8% 47.8% 48.0%
Tipe Frekuensi 264 179 142 585
Strategi EFCS
Coping Prosentase 51.9% 52.2% 52.2% 52.0%
Frekuensi 509 343 272 1124
Total
Prosentase 100% 100% 100% 100%
Keterangan:
• PFCS: Problem Focus Coping Strategy
• EFCS: Emotional Focus Coping Strategy

Secara hipotesis, lamanya peserta mengikuti Program


Keluarga Harapan akan memengaruhi bagaimana strategi coping
di antara mereka. Hal demikian didasarkan pada anggapan
bahwa selama mengikuti Program Keluarga Harapan, para
Keluarga Penerima Manfaat ini mendapatkan pendampingan
dari pendamping sosial. Salah satu pendampingan yang mereka
dapatkan akan mempengaruhi strategi coping para penerima
program (PKH) dalam menghadapi pandemi COVID-19
ini. Artinya, dapat diharapkan dengan para KPM menerima
intervensi sosial melalui PKH dalam merespon adanya pandemi
COVID-19 lebih cenderung pada problem focus (PFCS),
dibandingkan emotional focus-nya (EFCS).

Tabel 4.1 menunjukkan persebaran strategi coping dari


para KPM PKH tersebut. Di mana, peserta PKH dalam rentang
waktu kepesertaan 1 s.d 3 tahun, 48,1 persen cenderung fokus
pada masalah yang dihadapi (Problem Focus Coping Strategy),
sedangkan 51,9 persen cenderung fokus pada emosi (Emotional

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


34 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
Focus Coping Strategy). Demikian juga para Peserta PKH dalam
rentang waktu 4 s.d. 6 tahun, di mana 47,8 persen cenderung
fokus pada masalah yang dihadapi (Problem Focus Coping
Strategy), sedangkan 52,2 persen cenderung fokus pada emosi
(Emotional Focus Coping Strategy). Pun demikian dengan
mereka, para peserta PKH dalam rentang waktu lebih dari
tujuh tahun (>= 7 tahun), di mana 47,8 persen cenderung fokus
pada masalah yang dihadapi (Problem Focus Coping Strategy),
sedangkan 52,2 persen cenderung focus pada emosi (Emotional
Focus Coping Strategy).
Hal menarik ditemukan di Kota Tangerang Selatan, di mana
para peserta PKH dalam rentang waktu 1 s.d. 3 tahun dan 4
s.d. 6 tahun, lebih cenderung berfokus pada masalah (Problem
Focus Coping Strategy) dalam menghadapi pandemi COVID-19
ini, dibanding secara emosi (Emotional Coping Strategy.
Sebagaimana Tabel 7 berikut ini.

Tabel 4.2 Strategi Koping dan Lamanya menjadi Anggota KPM PKH
di Kota Tangerang Selatan
Lamanya Menjadi KPM PKH
1-3 th 4-6 th >= 7 th Total
PFCS Frekuensi 33 3 30 66
Prosentase 52.4% 100.0% 54.5% 54.5%
Tipe
EFCS Frekuensi 30 0 25 55
Strategi
Prosentase 47.6% 0% 45.5% 45.5%
Coping
Total Frekuensi 63 3 55 121
Prosentase 100% 100% 100% 100%

Keterangan:
• PFCS: Problem Focus Coping Strategy
• EFCS: Emotional Focus Coping Strategy

Hasil dan Pembahasan 35


Tabel 4.2 di atas menunjukkan sedikit anomali terkait
dengan lamanya menjadi anggota peserta PKH dengan tipe
strategi koping KPM PKH. Di mana, peserta PKH di Kota
Tangerang Selatan untuk rentang kepesertaan selama 1 s.d. 3
tahun sebanyak 52,4 persen lebih fokus pada masalah (Problem
Focus Coping Strategy), sementara itu sebesar 47,6 persen yang
cenderung menggunakan emosi (Emotional Focus Coping
Strategy) dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini. Pada
rentang kepesertaan 4 s.d. 6 tahun, semua peserta PKH lebih
cenderung fokus pada masalah (Problem Focus Coping Strategy)
dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini.
Dari Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa
dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini, para Keluarga
Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) lebih
didominasi pada penggunaan emosi (Emotional Focus Coping
Strategi) dibandingkan fokus pada masalahnya (Problem Focus
Coping Strategi).

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


36 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
BAB

V PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari hasil pemetaan terhadap strategi coping para Keluarga
Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di empat kota di
sekitar Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dalam menghadapi
pandemi COVID-19 ini dapat disimpulkan sebagai berikut,
bahwa:
1. Secara profiling Keluarga Penerima Manfaat Program
Keluarga Harapan di empat lokasi penelitian adalah sebagai
berikut: pada umumnya peserta KPM PKH berada pada
rentang usai produktif, 18 s.d. 60 tahun, dengan tingkat
pendidikan pada umumnya adalah Sekolah Dasar (SD)
sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sumber
penghasilan utama mereka berpusat pada usaha sendiri dan
yang dilakukan secara bebas tanpa terikat (informal). Para
peserta PKH ini memiliki besaran penghasilan rata-rata
tidak lebih dari Rp.1.800.000 dalam sebulan.
2. Tipe strategi coping para Keluarga Penerima Manfaat
Program Keluarga Harapan (KPM PKH) ini dalam
menghadapi pandemi COVID-19 didominasi Tipe B dan
Tipe D. Di mana tipe strategi coping jenis/tipe A dan B
merupakan tipe strategi coping yang lebih memusatkan pada

Penutup 37
masalah (Problem Focus Coping Strategy), dan tipe C dan
D merupakan tipe strategi koping yang lebih memusatkan
pada emosi (Emotional Focus Coping Strategy). Hal ini bisa
diartikan bahwa dalam menghadapi pandemi COVID-19,
KPM PKH secara umum lebih mengandalkan emosi
dibanding solusi pemecahan masalah.
3. Secara hipotetis, lamanya peserta mengikuti Program
Keluarga Harapan akan memengaruhi bagaimana strategi
coping di antara mereka. Hal demikian didasarkan pada
anggapan bahwa selama mengikuti PKH, para KPM ini
mendapatkan intervensi sosial dalam pendampingannya.
Artinya dapat diharapkan dengan para KPM menerima
intervensi sosial melalui PKH dalam merespon adanya
pandemi COVID-19 lebih cenderung pada problem focus
(Problem Focus Coping Strategy), dibandingkan emotional
focus-nya (Emotional Focus Coping Strategy). Namun, sesuai
temuan riset, hal itu tidak terlalu berpengaruh. Ada contoh
menarik yang ditemukan di Kota Tangerang Selatan, di mana
mayoritas peserta PKH dengan lamanya kepesertaan 1 s.d. 3
tahun dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini cenderung
lebih mengutamakan penyelesaian masalah (Problem Focus
Coping Strategy) dibandingkan secara emotional (Emotional
Focus Coping Strategy). Salah satu dugaannya adalah karena
faktor intervensi social melalui pendampingan yang secara
hipotetis bisa jadi berbeda dengan di ketiga daerah lainnya.

B. REKOMENDASI
1. Pentingnya meningkatan pengetahuan dan kesadaran
Keluarga Penerima Manfaat (khususnya di saat pandemi
COVID-19), salah satunya melalui intervensi sosial oleh
para Pendamping Sosial PKH. Sehingga para KPM PKH
mengarusutamakan problem focus dalam menghadapi
pandemi COVID-19 ini.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


38 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
2. Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di
Kota Tangerang Selatan memiliki kekhasan terkait dengan
strategi mereka dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini,
di mana mereka lebih mengutamakan pada problem focus
dibandingkan secara emotional focus. Dan juga, secara
kepesertaan di mana lamanya menjadi peserta PKH bagi
KPM PKH di Kota Tangerang Selatan, mayoritas berada
dalam rentang 1 s.d. 3 tahun kepesertaannya dalam PKH
dengan kecenderungan dalam menghadapi COVID-19 lebih
mengutamakan problem focus, dibanding emotional focus.
Oleh karenanya, perlu dilakukan studi lebih lanjut untuk
menemukenali apa yang menjadi pembeda dibandingkan
dengan tiga kota lainnya.

Penutup 39
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, K., Best, S., & Domenici, P. (2006). Courage After Fire:
Coping Strategies for Troops Returning from Iraq and
Afghanistan and Their Families. Berkeley: Ulysses Press.
Anderson, B. (1991). Imagined Communities: Reflections on the
Origin and Spread of Nationalism. London: Verso.
Drolet, J.L. (2014). Social Protection and Social Development.
International Initiatives. New York & London: Springer.
Gray, A. (2004). Unsocial Europe Social Protection or
Flexploitation? London & Ann Arbor, MI: Pluto P Press.
Habibullah, Susantyo, B., Suradi, Sugiyanto, Mujiyadi,
B., Irmayani, Sitepu, A., & Nainggolan, T. (2017).
Pemanfaatan Bantuan Sosial Program Keluarga
Harapan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial.
Habibullah, (2017). Perlindungan Sosial Komprehensif di
Indonesia. Sosio Informa, 3(1), 1-14. https://doi.
org/10.33007/inf.v3i1.492
Holmemo, C, Acosta, P., George, T., Palacios, R.J., Pinxten, J.,
Sen, S., & Tiwari, S. (2020). Berinvestasi pada manusia:
Perlindungan sosial untuk masa depan Indonesia.
Diakses pada 22 Mei 2020. https://blogs.worldbank.
org/id/eastasiapacific/berinvestasi-pada-manusia-
perlindungan-sosial-untuk-masa-depan-indonesia.
Gale, R. (2020). Is ‘social distancing’ the wrong term? Expert
prefers ‘physical distancing,’ and the WHO agrees.
Diakses dari Washingtonpost.com pada 1 April 2020:
https://www.washingtonpost.com/ lifestyle/wellness/

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


40 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
social-distancing-coronavirus-physical-distancing/
2020/03/25/a4d4b8bc-6ecf-11ea-aa80-c2470c6b2034_
story.html.
Geertz, C. (1984) Culture and Social Change: The Indonesian Case.
Man, 19, 511-532. https://doi.org/10.2307/2802324
Irmayani, N.R. & Nainggolan, T. (2015). Perilaku Coping
Penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Menjelang
Exit Program Di Jakarta Utara. Sosio Konsepsia, 4(3),
177-193. https://doi.org/10.33007/ska.v4i3.150
Irmayani, N.R., Susantyo, B., Mujiyadi, B., Togiaratua, N., Suradi
& Sugiyanto (2020). Changes of Poor Family Behavior
Through Family Development Session. Proceeding on
Annual International Conference on Social Sciences and
Humanities (AICOSH 2020). Atlantis Press.
Kementerian Sosial RI. (2019). Pedoman Pelaksanaan PKH
Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Sosial RI.
Nainggolan, T. & Susantyo, B. (2018). Upaya Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program
Keluarga Harapan: Studi di Empat Daerah di Indonesia.
Sosio Konsepsia, 7(1), 31-46. https://doi.org/10.33007/
ska.v7i1.1104
Pearce, K. (2020). What is Social Distancing and How Can
it Slow the Spread of COVID-19?. Diakses dari John
Hopkins University pada 1 April 2020. https://hub.jhu.
edu/2020/03/13/what-is-social-distancing/
Pemerintah Republik Indonesia (2007). Undang-Undang RI No.
24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Pemerintah Republik Indonesia. (2020). Keputusan Presiden
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Penetapan Kedaruratan

Daftar Pustaka 41
Kesejatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(COVID-19).
Pemerintah Republik Indonesia. (2020). Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020
Tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas
Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) .
Pemerintah Republik Indonesia. (2020). Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease
(COVID-19).
Reluga, T.C. (2010). Game Theory of Social Distancing in Response
to an Epidemic. PLoS Computational Biology, 6(5), 1-9.
https://dx.doi.org/10.1371%2Fjournal.pcbi.1000793
Prihatin, R.B. (2018). Masyarakat Sadar bencana: Pembelajaran
dari Karo, Banjarnegara, dan Jepang. Aspirasi: Jurnal
Masalah-Masalah Sosial, 9(2), 231-229. https://doi.
org/10.46807/aspirasi.v9i2.1106
Creswell, J.W. (2008). Educational Research; Planning, Conducting,
and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Lazarus, R.S. & Folkman S. (1984). Stress Appraisal and Coping.
New York: Springer Publishing Company.
Sarafino, E.P. (1998). Healthy Psychology: Biopsychosocial
Interactions. Third Edition. USA: John Wiley dan Sons.
Suharto, E. (2007). Kebijakan sosial sebagai kebijakan publik.
Bandung: Alfabeta.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


42 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
Sumarto, M. (2020). Welfare and Conflict: Policy Failure in the
Indonesian Cash Transfer. Journal of Social Policy, 1–19
https://doi.org/10.1017 /S0047279420000252
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung =: PT Remaja Rosdakarya.
Susantyo, B. (2020). Perlindungan Sosial Kelompok Rentan
Miskin di Masa Pandemi Covid-19. Kumpulan Esai
Tentang Covid-19 dari berbagai Perspektif Ilmu: Vaksin
Ilmiah. Jilid 2, 109-120. Klaten: Penerbit Lakeisha.
Susantyo, B. (2020). Program Keluarga Harapan dan Kesetaraan
Gender. Studi di Empat Wilayah; Pesisir Selatan,
Kupang, Gorontalo dan Tulung Agung. Prosiding
Konferensi Memikirkan Ulang Pembangunan Yang
Berkeadilan Sosial dan Berperikemanusiaan. Jilid 1,
161-172. Indonesia Social Justice Network (ISJN)
Susantyo, B., Nainggolan, T., Sugiyanto, Irmayani, N.R.,
Habibullah, Rahman, A., Arifin, J., Erwinsyah, R.G.,
& As’adhanayadi, B. (2020). Bantuan Sosial Tunai
Kementerian Sosial bagi Keluarga Terdampak Pandemi
COVID-19. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI.
Susantyo, B. (2007). Community development dalam praktik
pekerjaan sosial. Bandung: STKS Press.
Susantyo, B. & Nainggolan, T. (2018). Integrasi Penanggulangan
Kemiskinan Melalui Program Keluarga Harapan.
Quantum: Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, 14(26),
73-84.

Daftar Pustaka 43
Tabor, S.R. (2002). Assisting the poor with cash: Design and
implementation of social transfer programs. Washington
DC: The World Bank.
Weber, A. (2009) Social Assistance in Asia and the Pacific: An
Overview. Wening, S.R. & Burkley, C (Eds.) Social
assistance and conditional cash transfers proceedings
of the regional workshop. Mandaluyong City: Asian
Development Bank.
Yan, K. (2017). Chinese International Students’ Stressors and
Coping Strategies in the United States. Education in the
Asia-Pacific Region: Issues, Concerns and Prospects.
Singapore: Springer Nature.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


44 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
BIODATA PENULIS

Badrun Susantyo, lahir pada 20 Agustus 1967, di Sragen, Jawa


Tengah, adalah Peneliti pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian
Sosial RI. Menyelesaikan pendidikan Sarjana (Drs.)
untuk bidang Ilmu Pekerjaan Sosial/Kesejahteraan
Sosial dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
(STKS) Bandung, Pendidikan Magister diperoleh
dari Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan
(PPN Institut Pertanian Bogor (IPB). Menyelesaikan
pendidikan doktor (Ph.D) pada bidang keilmuan Social
Development/Social Work pada School of Social Science
Universiti Sains Malaysia (USM) Penang, Malaysia.
Sebelum menekuni dunia “riset” sebagai seorang
peneliti, penulis juga sempat menjadi Staf Pengajar
di STKS Bandung dan Universitas Islam Negeri (UIN)
Sunan Gunung Djati (SGD).
Togiaratua Nainggolan, lahir di Samosir, 3 Maret 1966,
merupakan alumnus IKIP Padang (S1) dan Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta (S2). Saat
ini bekerja sebagai peneliti di Puslitbang Kesejahteraan
Sosial Kementerian Sosial RI. Pernah mengajar di
Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia (UPI)
YAI Jakarta Tahun 2002-2014 dan Fakultas Psikologi
Universitas Bhayangkara Jaya Jakarta (Tahun 2007-
2015). Saat ini juga bekerja sebagai anggota dewan
redaksi majalah ilmiah/jurnal Sosio Informa yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraasn Sosial-Kementerian Sosial RI.

Biodata Penulis 45
Nyi R. Irmayani, lahir di Jakarta tanggal 20 Februari 1968,
menamatkan program S1 dari Fakultas Hukum
Universitas Trisakti, Jakarta tahun 1992 dan Magister
Psikologi Sosial dari Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta tahun 2002. Saat ini menjabat Peneliti
Madya pada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial Republik
Indonesia. Penelitian yang pernah dilakukan meliputi
topik-topik yang berkaitan dengan Ketahanan Sosial
Masyarakat, Desa Berketahanan Sosial, Pranata Sosial
dalam menangani masalah narkoba, Ketahanan
Sosial Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat Miskin
melalui Lembaga Kesejahteraan Sosial, Program
Keluarga Harapan, Survey Anak Jalanan, Penelitian
Prevalensi Penyalahgunana Obat/Napza pada remaja
di kota besar, Survey Kekerasan terhadap Anak, Survey
Kesejahteraan Sosial Dasar, Perlindungan Sosial
terhadap anak korban kekerasan, Sistem Peradilan
Pidana Anak, Anak Berkonflik dengan Hukum di Lapas/
Rutan Dewasa, Pemetaan SDM Kesos. Pernah menulis
di buku dan jurnal kesos dengan topik-topik: Aspek
Psikologis pada Indikator Ketahanan Sosial Keluarga,
Kekerasan Seksual terhadap Anak (Dampak Psikologis
dan Pemulihan melalui Konseling dan Terapi), Perilaku
Coping terhadap Anggota PKH menjelang exit program,
Tinjauan Psikologi Sosial dan Behaviorisme dalam
Pemberdayaan Masyarakat Miskin.Biodata Penulis
Aulia Rahman, merupakan seorang Peneliti Ahli Muda pada
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial (Puslitbangkesos) Kementerian Sosial RI yang
lahir di Medan pada tanggal 12 Juli 1985. Beliau
memperoleh pendidikan Sekolah Menengah Atas pada

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


46 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
SMA Negeri 1 Medan tahun 2000-2003, kemudian
Menamatkan Pendidikan Tinggi sebagai Sarjana
Ilmu Politik (Hubungan Internasional) di Universitas
Riau pada tahun 2008, meraih gelar Sarjana Hukum
dari Universitas Krisnadwipayana pada tahun 2014,
kemudian pada tahun 2015 menamatkan pendidikan
Pascasarjana Kajian Ketahanan Nasional Universitas
Indonesia.
Johan Arifin, Peneliti Ahli Pertama pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Lahir di Sleman
pada 6 November 1981. Menyelesaikan pendidikan S1
pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta, lulus tahun 2005. Penelitian yang
pernah diikuti antara lain Pengaruh Program Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) Terhadap Kemandirian
Ekonomi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Pesisir
(2018, Anggota Tim), Survei Nasional Pengalaman
Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) (2018, Ketua Tim
Lapangan), Kontribusi Program Kementerian Sosial
Pada Penurunan Angka Kemiskinan (2019, Anggota
Tim), dan Evaluasi Pencapaian Outcome Bantuan
Sosial Rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
(2019, Anggota Tim).
Rudy G. Erwinsyah, lahir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Menamatkan pendidikan S1 dan S2 pada Departemen
Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Tema
yang diangkat dalam skripsi dan tesisnya ialah
mengenai aspek sosial transformasi agraria pada
masyarakat pedalaman di Kalimantan dan Papua.
Ketertarikannya antara lain pada isu-isu ekonomi

Biodata Penulis 47
dan ekologi masyarakat perdesaan. Saat ini sedang
mendalami metode penelitian etnografi dan sistem
informasi geografis (SIG/GIS) untuk diaplikasikan
pada studi kesejahteraan sosial. Sebelum bergabung
di Kementerian Sosial, pernah menjadi asisten peneliti
di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK)
UGM dan Laboratorium Antropologi Untuk Riset dan
Aksi (LAURA) UGM, serta peneliti lepas di berbagai
lembaga.
Bilal As’Adhanayadi, lahir di Tegal Jawa Tengah, menamatkan
program S1 Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Saat ini menjabat sebagai Calon Peneliti Ahli Pertama
di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial Kementerian Sosial RI. Penelitian yang pernah
dilakukan Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa
di Yogyakarta terhadap Aliran Keagamaan Islam Syiah
dan Pemetaan Sosial Menuju Desa Berketahanan Sosial
melalui Penyuluh Sosial Masyarakat Sebagai Agen
Perubahan.
Delfirman, lahir di Jakarta, pada tanggal 29 Desember 1986.
Menamatkan Pendidikan Tinggi sebagai Sarjana
Sosiologi di Universitas Indonesia pada tahun 2010.
Mengawali karir sebagai Peneliti di Perusahaan Swasta
Nasional yang bergerak di bidang Media Massa,
yaitu Kompas Gramedia dan MRA Media Group, lalu
bergabung sebagai Calon Peneliti pada Subbidang
Penelitian dan Pengembangan Rehabilitasi Sosial,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan
Sosial, Badiklitpensos, Kementerian Sosial RI pada
tahun 2019.

Pemetaan Strategi Coping Keluarga Penerima Manfaat


48 Program Keluarga Harapan Menghadapi Wabah Covid-19 ....
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sudah berjalan beberapa bulan
memberikan dampak yang signifikan pada segala aspek kehidupan
masyarakat, dan dialami oleh hampir seluruh penduduk bumi. Ada
dugaan kuat, yang paling terdampak dari pandemi ini adalah kelompok
marginal, penduduk miskin, khususnya yang tinggal di perkotaan.

Oleh karena itu kiranya layak untuk dicermati, khususnya di kalangan


keluarga miskin, bagaimana perilaku atau strategi coping dalam
menghadapi pandemi ini? Di sinilah urgensi pelaksanaan studi ini. Oleh
karena itu, studi ini menyasar kepada para warga miskin perkotaan. Para
warga miskin dalam studi ini direpresentasikan melalui para beneficiaries
Program Keluarga Harapan (PKH), atau dengan istilah resminya adalah
para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH.

Penelitian ini dilakukan di kota-kota/wilayah penyangga Ibu Kota Negara,


Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yaitu Kota Bogor, Kota Depok, Kota
Bekasi, dan Kota Tangerang Selatan. Dipilihnya daerah/wilayah
penyangga Ibukota Negara dengan asumsi, bahwa wilayah penyangga
DKI Jakarta merupakan hunian bagi sebagian besar warga yang
menjalankan aktivitas kesehariannya di Daerah DKI Jakarta.

Ada temuan menarik terkait dengan bagaimana peta strategi coping para
KPM PKH ini dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini, apakah berfokus
pada masalah atau berfokus pada emosi?

Diterbitkan oleh Puslitbangkesos Kementerian Sosial RI


Bekerjasama dengan P3KS Press
Gd. Cawang Kencana Lt. 2, Jl. Mayjen Sutoyo No.Kav. 22, Cawang, Jakarta Timur
Website: http://puslit.kemsos.go.id Email: puslitbangkesos@kemsos.go.id

Anda mungkin juga menyukai