Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya yang
berlimpah kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan penelitian Mata
Kuliah Masalah-Masalah Sosial. Semoga shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa kita dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni agama islam.
Ada kebanggaan tersendiri jika kegiatan penelitian ini bisa selesai dengan hasil
yang baik. Dengan keterbatasan penulis dalam membuat riset, maka cukup banyak
hambatan yang penulis temui di lapangan. Dan jika penelitian ini pada akhirnya bisa
diselesaikan dengan baik tentulah karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak terkait
Untuk itu, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu. Diantaranya :
Akhir kata, kami berharap hasil laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca pada umumnya dan khususnya untuk saya pribadi sebagai bekal
pengabdian kepada masyarakat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
3.5. Pemaknaan Mengenai Cara Bertahan Hidup pada Saat Pandemi Covid-19................ 20
BAB IV ................................................................................................................................................. 21
PENUTUP............................................................................................................................................ 21
4.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 21
4.2. Saran .................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
Jika diamati seolah-olah kemiskinan identic dan melekat didalam setiap negara.
Kemiskinan seolah olah sudah menjadi tren bagi kehidupan bangsa. Masyarakat yang
berada di bawah garis kemiskinan dapat mudah diidentifikasi dari dariwaktu ke waktu.
5
pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya.
Dari berbagai usaha yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, tidak sedikit
masyarakat yang berhasil keluar dari zona kemiskinan. Akan tetapi, tidak sedikit juga
yang masih terjebak di sana. Berdasarkan fenomena kemiskinan yang sudah merajalela
di Indonesia, peneliti memilih topik dengan kemiskinan struktural di Desa Sumbersuko,
Gresik. Alasan peneliti memilih topik itu adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
kemiskinan struktural di desa tersebut.
1.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bermaksud untuk memahami fenomena kemiskinan yang ada di Desa
Sumbersuko, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik. Oleh karena itu, penelitian ini
berjudul Analisis Fenomena Kemiskinan Struktural di Desa Sumbersuko, Kecamatan
Wringinanom, Kabupaten Gresik memiliki fokus penelitian untuk memperoleh data-data
akurat mengenai pemahaman fenomena kemiskinan di lokasi tersebut.
1.3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena kemiskinan yang ada di Desa
Sumbersuko, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik.
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada Ilmu Sosiologi
tentang pemahaman mengenai fenomena kemiskinan yang mana dapat
menjadi referensi bagi penelitian di masa mendatang.
1.4.2. Manfaat praktis
1. Bagi peneliti
Seluruh tahapan dan isi dari makalah ini dapat memperluas wawasan serta
pengetahuan mengenai pemahaman fenomena kemiskinan di Desa
Sumbersuko, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik.
2. Bagi pemerintah
6
Dapat memberikan kontribusi untuk pertimbangan pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan.
7
Kerentanan Kemiskinan ( Pk2 ) Di Desa Domas Kecamatan. Ilmu
Administrasi Negara, 1–6.
Hasil penelitian menunjukkan Implementasi Program Penanggulangan
Kerentanan Kemiskinan (PK2) di Desa Domas Kecamatan Menganti
Kabupaten Gresik secara keseluruhan sudah bisa dikatakan berhasil dalam
menanggulangi kerentanan kemiskinan terlihat dari RTS sudah bisa melakukan
kegiatan usaha secara mandiri dan mengalami peningkatan pendapatan
sebelumnya 4,18% menjadi 5,18%. Namun, masih terjadi kecemburuan sosial
di masyarakat. Dari tujuan Program Penanggulangan Kerentanan Kemiskinan
(PK2) yaitu untuk membantu masyarakat rentan yang berada pada desil 2 dan
desil 3 tidak terjatuh pada desil 1. Dimana program ini untuk mendorong
masyarakat rentan agar mampu mengatasi kerentanannya, mendorong
masyarakat mampu melakukan kegiatan ekonomi, serta mendorong tumbuh
dan kembangnya BUMDes dalam mengelola kegiatan pemberdayaan. Di Desa
Domas Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik program yang telah
dilaksanakan berdasarkan tujuan dari program PK2 sudah terlaksana seperti
mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi di desa domas
sendiri RTS sudah bisa melakukan kegiatan ekonomi melalui usaha dan dalam
penghasilan meningkat. Dalam perkembangan BUMDes pada program PK2 di
desa domas sendiri BUMDes di desa domas sudah berkembang dan aktif dari
adanya program PK2 ini.
8
baik dalam rencana jangka menengah yaitu RPJM-D dan Renstra SKPD
maupun dalam jangka pendek (tahunan) yaitu dalam RKPD ataupun dalam
Renja OPD pada periode yang akan datang. Seluruh pemangku kepentingan
perlu merespon SPKD ini dengan melakukan hal yang sama untuk menjamin
sinergitas dan implementasi serta pencapaian target penurunan angka
kemiskinan sesuai dengan kewenangannya. Seluruh pemangku kepentingan
diharapkan juga melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan dalam koridor kewenangan dan peraturan yang
berlaku.
9
BAB II
MONOGRAFI
Penelitian ini diselenggarakan di Provinsi Jawa Timur yang bertempat di Desa
Sumbersuko, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik. Lokasi tersebut memiliki
potensi baik yang ditinjau dari segi kondisi sosial-budaya, geografis, dan sebagainya.
Kami memperoleh data ini berdasarkan dari monografi Kota/Kabupaten yang diakses
melalui website resmi pemerintah Kabupaten masing-masing.
2.1.1.2 Iklim
Iklim Kabupaten Gresik termasuk tropis dengan temperatur rata-rata 28,5 °C
dan kelembaban udara rata-rata 75%. Curah hujan relatif rendah, yaitu rata-rata
2.245 mm per tahun.
2.1.1.3 Topografi
Sebagian wilayah Kabupaten Gresik mempunyai dataran tinggi diatas 25
meter diatas permukaan laut, mempunyai kemiringan 2-15 %, serta adanya faktor
pembatas alam berupa bentuk-bentuk batuan yang relatif sulit menyerap air (tanah
clay) yang terdapat di Kecamatan Bungah dan Kecamatan Dukun.
10
645.202 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Gresik tahun 2019
mencapai 1.089 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 3-4
orang.
11
adalah 2 unit. Jumlah klinik atau balai kesehatan adalah 75 unit. Jumlah fasilitas-
fasilitas tersebut tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Gresik.
Tabel 1: Ruta dan Individu Ruta Kab. Gresik dengan Status Kesejahteraan <30%
Terendah2
12
Jumlah 97.426 Ruta 378.813 individu
Keterangan:
30%
Dari data yang diperoleh dari Bappeda Propinsi Jawa Timur, masih banyak
perempuan dalam kondisi rawan sosial ekonomi (women which powerless in social
economic), di Kabupaten Gresik ditemukan sebanyak 3.841 orang. Belum lagi
perempuan yang tidak bersekolah, di Gresik relatif cukup besar. Untuk lokasi
Kabupaten Gresik sendiri, jumlah perempuan yang tidak bersekolah usia 7-12
tahun sebanyak 823 anak, usia 13-15 tahun sebanyak 1022 anak, usia 16-18 tahun
sebanyak 2229 anak. Total perempuan yang tidak bersekolah di Kabupaten Gresik
pada tahun 2010 sebanyak 4074 anak.
Di Gresik, kecenderungan perempuan mengalami kemiskinan karena
terhempasnya lahan-lahan pertanian beralih ke sektor industri, kebanyakan mereka
bekerja di Surabaya menjadi PRT dan industri. Bahkan di salah satu daerah di
Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik sebagian besar perempuannya menjadi
TKW ke Malaysia karena tuntutan ekonomi keluarga. Sedangkan yang sulit
terpantau dalam banyak hal adalah perempuan yang tinggal di Pulau Bawean yang
masih sulit akses transportasinya, pulau ini juga dikenal sebagai pulau putri karena
mayoritas ditinggal laki-laki untuk bekerja di luar pulau.
13
terluas adalah Desa Kepuhlagen dengan luas 584 ha.
2.2.1.2. Kondisi Tanah
Berdasarkan perbedaan tingkat ketinggian daerah di Kecamatan
Wringinanom sebagian besar secara keseluruhan merupakan dataran
rendah dengan ketinggian + 11 meter diatas permukaan laut.
Jenis tanah yang ada di kecamatan Wringananom terdiri dari aluvial kelabu tua,
aluvial kelabu dan grumosol kelabu, adapun penggunanaan masing-masing
jenis tanah adalah:
a. Alluvial, bahan induk dari tanah liat dan pasir yang beraneka warna tanah
kelabu kehitam-hitaman dengan tekstur liat berat sedikit plastis. Penggunaan
lahan pada umumnya sawah dengan pengairan yang sebagian sudah teratur dan
sebagian berupa empang atau tambak.
b. Grumosol, berasal dari bahan induk, bahan kapur dan batu liat. Tanah
kelabu tua dengan tekstur liat dan struktur gempal serta konsisten teguh sampai
plastis. Penggunaan jenis tanah ini untuk pertanian yang sangat terbatas oleh
air.
Kedalaman efektif tanah, yaitu tebalnya lapisan tanah dari permukaan
tanah sampai bahan baku induk atau sampai suatu lapisan dimana akar tanaman
tidak dapat menembusnya. Maka dari itu kedalaman efektif tanah di Kecamatan
Wringinanom yaitu lebih dari 90 cm dan beberapa persen wilayah yang
memiliki kedalaman antara 60 - 90 cm
Tekstur tanah dapat dilihat dari 3 kriteria yaitu tekstur tanah halus, sedang dan
kasar. Dari kriteria tersebut maka dapat diketahui bahwa tekstur tanah di
Kecamatan Wringinanom terdiri dari 104,00 ha memiliki tekstur sedang dan
6156,00 ha memiliki tekstur kasar
Curah hujan disuatu tempat antara lain di pengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan kelembaban udara, serta perputaran / pertemuan arus udara. Oleh
karena itu jumlah curah hujan setiap daerah selalu beragam dari bulan kebulan.
Keadaan cuaca ini banyak mempengaruhi semua kegiatan pembangunan, baik
yang berhubungan langsung dengan kegiatan yang bersangkutan dengan wadah
pembangunan itu sendiri yang berupa tanah.
2.2.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Wringinanom dari tahun 2007 hingga 2011
ternyata selalu mengalami peningkatan, hal ini dipengaruhi oleh angka kelahiran
14
yang lebih besar dari angka kematian dan migrasi penduduk dari luar akibat
banyaknya industri di Kecamatan Wringinanom. Pertumbuhan penduduk di
Kecamatan Wringinanom berdasarkan tahun 2005 - 2009 diketahui sebesar 2,47 %
pertahun. Desa yang memiliki pertumbuhan terbesar adalah Desa Pasinan Lemah
Putih dan Desa Watestanjung.
15
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pemaknaan Fenomena Kemiskinan yang Ada di Desa Sumbersuko oleh Warga
Sekitar
Bagi warga Desa Sumbersuko, fenomena kemiskinan di sekitarnya adalah fenomena
yang banyak jumlahnya dan tiap tahun terus meningkat. Ketimpangan atau kesenjangan
yang terjadi antara orang miskin dan orang kaya sangat terlihat. Terlebih lagi dalam hal
yang bentuknya materi seperti rumah, profesi, sampai barang-barang yang bersifat tersier.
Selain yang bersifat materi, ketimpangan rohani juga sangat terlihat. Orang-orang kaya
masih menyempatkan waktu untuk berlibur pada hari-hari yang bertanggal merah,
sedangkan orang yang miskin tidak sempat memikirkan hal itu, memikirkan untuk makan
sehari-hari saja sudah susah. Ketimpangan pada hunian seperti rumah juga sangat terlihat
jelas, mereka orang yang kurang mampu memiliki bangunan terbuat dari kayu, hampir
seperti gubuk di sawah. Ukuran rumah pun kecil dan mempunyai kamar mandi yang
terpisah dengan rumah.
16
3.2. Pemaknaan Mengenai Bantuan yang Diberikan oleh Pemerintah terhadap Orang
yang Kurang Mampu
Bantuan dari pemerintah yang mereka dapatkan pun lumayan banyak. Mulai dari
bantuan bedah rumah, bantuan sembako, bantuan BLT (pada masa covid-19). Namun,
bantuan bedah rumah tidak semuanya mendapatkan, hanya beberapa kepala keluarga atau
rumah. Bantuan-bantuan tersebut melewati proses yang panjang dan waktu yang lama.
Banyak warga yang berkata bahwa bantuan kadang-kadang tidak tepat sasaran. Entah
diberikan kepada orang yang tidak membutuhkan, dll. Bantuan yang paling berarti bagi
mereka adalah bantuan BLT pada masa covid-19, meskipun cairnya tidak rutin, namun
nominal yang diberikan terbilang besar, yakni Rp600.000. serta bantuan sembako yang
mereka peroleh tiap bulannya, bagi mereka, bantuan sembako cukup untuk menutupi
kebutuhan makan sehari-hari.
17
3.3. Pemaknaan Mengenai Lapangan Pekerjaan yang Tersedia di Desa Sumbersuko
Lapangan pekerjaan yang tersedia di Desa Sumbersuko tidak cukup beragam.
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Lahan sawah yang mereka miliki pun
ada yang bukan miliknya sendiri, namun lahan orang lain atau juragan tanah yang
meminta orang untuk menggarapnya. Buruh tani pun hanya bekerja di musim-musim
tertentu, seperti pada saat panen atau mulai menanam padi. Selain lahan sawah,
perkebunan tebu juga sangat banyak dijumpai, sebagian dari mereka juga bekerja untuk
ladang tebu yang mana tugasnya adalah memisahkan batang-batang kering dari batang
tebunya. Jam kerja mereka pun terbilang sangat cepat, mulai dari jam 6 pagi sampai
jam 10 pagi. Selain menjadi petani, masyarakat di sini bekerja sebagai karyawan di
pabrik dan mayoritas adalah anak-anak muda. Di desa ini, sedikit anak muda yang
bekerja sebagai petani, mereka lebih memilih bekerja di bidang industri agar terbebas
dari kemiskinan.
18
3.4. Pemaknaan Mengenai Kemiskinan Struktural
Masyarakat Desa Sumbersuko tidak memiliki masalah kemiskinan struktural.
Kemiskinan struktural sendiri memiliki definisi kemiskinan yang diderita oleh satu
golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat tersebut tidak mampu
memanfaatkan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Di Desa
Sumbersuko, telah tersedia beberapa alat produksi yang difasilitasi oleh pemerintah untuk
mengolah lahan sawah dan lahan tebu. Alat-alat tersebut dibuat untuk menunjang
kelancaran hasil panen mereka dan menunjang ekonomi. Sebagai contoh alat pembajak
sawah, alat penggiling padi, alat pembajak tanah atau traktor, ada beberapa orang yang
dipercaya mumpuni untuk meng-handle alat ini. Sehingga, alat ini bisa menunjang
keberlangsungan roda ekonomi di desa tersebut
19
3.5. Pemaknaan Mengenai Cara Bertahan Hidup pada Saat Pandemi Covid-19
Pandemi covid-19 tentunya meresahkan dan menyengsarakan seluruh lapisan
masyarakat sebab ekonomi menjadi terguncang dan pemutusan hubungan kerja terjadi di
mana-mana. Di Desa Sumbersuko, para petani terkena dampak akibat pandemi covid-19
salah satunya adalah kemerosotan harga jual tumbuhan panen. Tidak lama ini, harga cabai
yang awal mulanya sangat mahal menjadi sangat murah. Para warga yang bekerja sebagai
karyawan di pabrik juga tidak sedikit yang terkena PHK. Mereka langsung banting setir
mencari sumber penghasilan baru yakni mengikuti jejak orang tuanya, sebagai petani.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara terhadap warga Desa Sumbersuko,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Para penduduk di Desa Sumbersuko mayoritas bekerja sebagai petani.
Akan tetapi, sebagian dari mereka yang bekerja di bidang industri.
2. Bantuan dari pemerintah cukup tepat sasaran. Orang tidak mampu masih
mendapatkan haknya.
3. Lapangan pekerjaan yang tersedia tidak begitu beragam. Maka dari itu,
banyak yang keluar kota bekerja di pabrik untuk memperbaiki nasib.
4. Kemiskinan yang dialami penduduk Desa Sumbersuko bukan kemiskinan
struktural sebab ada akses terhadap pemanfaatan sumber daya. Pemerintah
memfasilitasi para warga.
5. Cara mereka bertahan hidup di masa pandemi covid-19 sebagian besar
mengandalkan bantuan dari pemerintah seperti BLT.
4.2. Saran
1. Bagi masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mencari pekerjaan yang variatif atau keluar dari
zona nyaman agar bisa mengubah nasib serta tidak begitu mengandalkan bantuan
dari pemerintah.
2. Bagi pemerintah
Diharapkan masyarakat dapat mencari pekerjaan yang variatif atau keluar dari
zona nyaman agar bisa mengubah nasib serta tidak begitu mengandalkan bantuan dari
pemerintah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mufidah, S. (2019). Implementasi Program Jalan Lain Menuju Mandiri Dan Sejahtera ( Jalin
Matra ) Dalam Penanggulangan Kerentanan Kemiskinan ( Pk2 ) Di Desa Domas
Kecamatan. Ilmu Administrasi Negara, 1–6.
Wardaya, S., & Suprapti, A. (2018). Kemiskinan dalam Perspektif Sosiologi. JSW (Jurnal
Sosiologi Walisongo), 2(1), 71–82. https://doi.org/10.21580/jsw.2018.2.1.3121
22