Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL PENELITIAN

PENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL


TRESNA WERDHA ASUHAN BUNDA
KOTA BANDUNG

disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penelitian Pekerjaan Sosial Kuantitatif

Dosen Pengampu:
Lina Favourita Sutiaputri, Ph.D

Disusun Oleh:
Juli Kriswanto Jhonpra Volta Duha
1704028

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA IV PEKERJAAN SOSIAL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan untuk Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan petunjuk dan kekuatan, sehingga penulis mampu

menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Penyesuaian Diri Lanjut Usia di

Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Pekerjaan

Sosial Kuantitatif. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak

lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Lina Favourita Sutiaputri, Ph.D., selaku dosen pengampu mata kuliah

Penelitian Pekerjaan Sosial Kuantitatif.

2. Pihak lain yang ikut terlibat dalam penyusunan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai

upaya menambah pengetahuan terutama mengenai pembuatan proposal penelitian

kuantitatif tentang penyesuaian diri lanjut usia. Demikian makalah ini disusun,

semoga bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 2019
Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
A. PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................8
1.5 Sitematika Penulisan..............................................................................................9
B. KAJIAN KONSEPTUAL............................................................................................10
2.1 Penelitian Terdahulu............................................................................................10
2.2 Teori yang Relevan dengan Penelitian................................................................13
2.2.1. Tinjauan Mengenai Penyesuaian Diri.............................................................13
2.2.2. Tinjauan Mengenai Lanjut Usia.....................................................................18
2.2.3. Tinjauan tentang Lembaga Lanjut Usia..........................................................22
2.2.4. Tinjauan Mengenai Pekerja Sosial Lanjut Usia..............................................23
2.3 Kerangka Berpikir...............................................................................................25
C. METODE PENELITIAN............................................................................................26
3.1 Desain Penelitian..................................................................................................26
3.2 Sumber Data.........................................................................................................27
3.2.1 Sumber data primer........................................................................................27
3.2.2 Sumber data sekunder.....................................................................................27
3.3 Definisi Operasional.............................................................................................27
3.3.1 Penyesuaian Diri.............................................................................................27
3.3.2 Lanjut Usia.....................................................................................................28
3.3.3 Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi.......................................................28
3.4 Populasi dan Sampel............................................................................................28
3.4.1 Populasi..........................................................................................................28

iii
3.4.2 Teknik pengambilan sampel...........................................................................28
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.............................................................30
3.5.1 Alat Ukur Penelitian.......................................................................................30
3.5.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas...............................................................30
3.6 Teknik Pengumpulan Data..................................................................................31
3.6.1 Angket (Questionnaire)..................................................................................31
3.6.2 Observasi........................................................................................................32
3.6.3 Studi Dokumentasi.........................................................................................32
3.7 Teknik Analisis Data............................................................................................32
3.8 Langkah-langkah penelitian dan Jadwal Penelitian..........................................33
3.8.1 Langkah-langkah penelitian............................................................................33
3.8.2 Jadwal penelitian............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................37
LAMPIRAN.........................................................................................................................38

iv
1

A. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Proses menjadi tua (aging proses) merupakan tahap kehidupan yang

akan dialami oleh setiap manusia yang memiliki kesempatan melalui umur yang

panjang. Hal ini akan berlangsung secara terus-menerus secara alamiah, dimulai

sejak lahir. Secara teori perkembangan untuk menjadi tua, dimulai sejak masa

bayi, anak, remaja, dewasa awal, dan akhirnya memasuki fase usia lanjut. Hal ini

secara pasti akan dialami, walaupun secara laju perkembangan menuju tua

tergantung dari masing-masing manusia.

Menjadi tua adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan-jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Hal ini mengindikasikan

adanya kemunduran secara alamiah yang akan dialami oleh setiap individu

secara biologis. Memasuki  usia  tua  berarti mengalami  kemunduran, 

misalnya  kemunduran  fisik  yang  ditandai dengan  kulit  yang  mengendur, 

rambut  memutih,  gigi  mulai  ompong, pendengaran  kurang  jelas, 

pengelihatan  semakin  memburuk,  gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak

proporsional.

Keadaan menua pada individu tidak dapat dikatagorikan sebagai sebuah

penyakit, tetapi proses berkurangnya ketahanan tubuh dalam menanggapi

rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Pada kenyataannya pada usia lanjut,

karena kemunduran fisik ada berbagai penyakit yang mungkin dialami oleh
2

manusia pada fase usia lanjut. Manusia yang sudah memasuki usia lanjut 60

tahun keatas berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 disebut

sebagai lanjut usia. Tidak ada batasan pasti mengenai rentang usia tertentu yang

mengakibatkan penurunan penampilan fisik lanjut usia. Proses menjadi tua

adalah hasil akumulasi secara progresif akan perubahan fisik seiring waktu. Hal

ini memungkinkan manusia pada usia lanjut tidak hanya memilki potensi

terserang penyakit tetapi juga kematian.

Lanjut usia sendiri terdiri atas dua bagian besar yang dibedakan menurut

kemampuan dalam menjalankan hidup. Hal ini dinyatakan dalam UU Nomor 13

tahun 1998 dimana lanjut usia potensial, adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas tetapi masih memiliki kemampuan fisik, intelektual dan

emosional serta sosial yang dapat didayagunakan untuk mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sedangkan, lanjut usia tidak potensial adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas tetapi memiliki keterbatasan

kemampuan fisik, intelektual dan emosional serta sosial yang dapat

mengganggu interaksi sosialnya dan pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Menurut Badan Pusat Statistik ILO (www.ilo.org) tahun 2016 bahwa

jumlah lanjut usia di Indonesia mencapai 22,5 juta jiwa, setara dengan 8,7

persen dari seluruh penduduk Indonesia. Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu

daerah dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, memiliki jumlah

penduduk lanjut usia yang mencapai 3.5 juta jiwa atau setara dengan 8 persen
3

dari keseluruhan jumlah penduduk Jawa Barat

(http://pusdalisbang.jabarprov.go.id). Jumlah ini menjadikan Jawa Barat

sebagai lima besar provinsi di Indonesia dengan jumlah penduduk lanjut usia.

Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia memiliki kecenderungan

akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya angka harapan

hidup penduduk, dimana usia rata-rata mencapai 70 tahun. Peningkatan jumlah

lanjut usia akibat bertambahnya angka harapan hidup menjadikan hal ini

sebagai indikasi adanya kesejahteraan terutama dalam aspek sosial ekonomi di

kalangan lanjut usia. Disisi lain, hal ini merupakan tantangan khususnya

pemerintah untuk menjamin adanya perlindungan dan pelayanan yang baik

terhadap lanjut usia. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya dalam

menjamin kehidupan lanjut usia sebagai unsur yang tidak dapat dilupakan

dalam masyarakat.

Agar memperoleh tingkat kesejahteraan,maka pemerintha mempunyai

tanggungjawab untuk mengatasi permasalahan lanjut usia. Undang-undang

nomor 13 tahun 1998 tentnag Kesejahteraan Lanjut Usia disebutkan bahwa

pemerintah berupaya meningkatkan kesejahteraan lansia guna mewujudkan

kemandirian dan kesejahteraannya. Pemerintah berkewajiban untuk

mengupayakan pelayanan sosial bagi lanjut usia dengan menyediakan berbagai

pelayanan sosial untuk lansia yaitu panti lanjut usia.

Panti lanjut usia bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraan lanjut usia, memenuhi kebutuhan dasar lanjut usia, dan


4

meningkatkan peran serta masyarakat, Pemerintah, pemerintahan daerah

provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan maupun

menyediakan berbagai bentuk pelayanan sosial lanjut usia.

Adapun pelayanan dalam panti lanjut usia meliputi: 1) pemberian

tempat tinggal yang layak; 2) jaminan hidup berupa makan, pakaian,

pemeliharaan kesehatan; 3) pengisian waktu luang termasuk rekreasi; 4)

bimbingan mental sosial, keterampilan, agama; dan 5) pengurusan pemakaman

atau sebutan lain (Permensos Nomor 19 Tahun 2012).

Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda merupakan unit pelayanan

sosial yang memberikan pelayanan bagi lanjut usia. Status panti ini adalah

swasta. Jumlah lanjut usia yang dilayani saat ini adalah 25 orang. Lanjut usia

yang dilayani berasal dari berbagai status sosial yang berbeda. Ada yang

sebagai pengusaha, dosen, dan ada juga lanjut usia yang terlantar. Pelayanan

yang diberikan berupa pelayanan fisik seperti makan, tempat tinggal,

pemeliharaan kesehatan, pelayanan psikis seperti pemberian motivasi pada

lanjut usia.

Keberadaan lanjut usia di panti tersebut tidak terlepas dari hubungannya

dengan lingkungan alamiah, lingkungan sosial dan lingkungan diri. Lanjut usia

akan mengalami perubahan lingkungan yang berbeda dengan lingkungan

mereka sebelumnya. Mereka yang sebelumnya tinggal dalam keluarga atau

yang terlantar, kini harus jauh dari lingkungan biasanya dan tinggal di panti.
5

Di dalam panti, lanjut usia yang masuk akan bertemu dengan sesama

lanjut usia lainnya serta para pramu sosial dan para pengasuh yang mungkin

jarang atau belum pernah mereka temui sama sekali yang mempunyai status

sosial yang berbeda-beda serta asal yang berbeda-beda. Pola interaksi yang

dilakukan akan berbeda dengan orang yang berbeda. Aturan-aturan yang

mengikat lanjut usia yang diterapkan di dalam panti dalam bentuk tata tertib

juga merupakan salah satu perubahan lingkungan.

Lanjut usia juga akan mengalami kemunduran sel-sel karena proses

penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya

berbagai macam penyakit. Masa lanjut usia ditandai oleh penurunan fungsi fisik

dan rentan terhadap berbagai penyakit (Suardiman, 2011:13). Hal ini akan

membatasi keinginan dan kebutuhannya yang berbeda dari tahap perkembangan

sebelumnya.

Adanya perubahan-perubahan tersebut menyebabkan lanjut usia pada

umumnya dan lanjut usia di dalam Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda

harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.

Sobur (2011:536) mengatakan bahwa kemampuan untuk menyesuaikan diri

terhadap perubahan-perubahan adalah suatu keharusan. Penyesuaian diri sangat

penting dalam kehidupan karena hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak

lain adalah penyesuaian diri (Sobur, 2011:523). Namun, apabila tidak memiliki

kemampuan penyesuaian diri yang baik, seseorang akan mengalai hambatan


6

dalam kehidupannya sehari-hari dalam menghadapi lingkungannya yang

menyebabkan kehidupan tidak dapat berjalan dengan normal.

Dari pengamatan yang dilakukan terhadap lanjut usia di Panti Sosial

Tresna Wherda Asuhan Bunda, diperoleh gambaran penyesuaian diri lanjut usia

yang tinggal di sana. Gambaran tersebut diperoleh dari perilaku dan aktivitas

yang dilakukan oleh lanjut usia tersebut serta penuturan dari tenaga kerja

disana. Ada beberapa lanjut usia yang menyendiri di dalam kamar dan tidak

bergabung dengan lanjut usia lainnya. Terdapat juga lanjut usia yang lebih suka

berbicara dengan para mahasiswa yang melakukan kegiatan praktik dari pada

berbicara dengan lanjut usia lain. Dari penuturan salah satu orang yang bekerja

di sana, ada lanjut usia yang tidak suka makanan di panti, disebabkan karena

lanjut usia tersebut sebelumnya memiliki gaya dan pola hidup yang mewah.

Ada juga lanjut usia yang tidak terlalu suka untuk mengikuti kegiatan seperti

senam pagi yang diselenggarakan oleh pihak panti, serta ada juga lanjut usia

yang melanggar tata tertib di dalam panti.

Gejala-gejala di atas menunjukkan bahwa beberapa lanjut usia di Panti

Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda ini masih belum mampu menyesuaikan

diri dengan lingkungannya. Hal ini jika dibiarkan dikhawatirkan akan

menimbulkan reaksi yang negatif yang dinyatakan sebagai perlawanan bawah

sadar pada orang-orang atau objek-objek lain, yang dapat memancing perilaku

yang tidak diharapkan, seperti bermusuhan, tidak nyaman, melanggar aturan,

dan lain-lain.
7

Ketidakmampuan menyesuaikan diri akan menyebabkan beberapa

kebutuhan tidak terpenuhi. Keadaan kebutuhan yang tidak terpenuhi

menyebabkan terganggunya keberfungisian sosial. Maka dapat dikatakan

bahwa ketika mempunyai kemampuan menyesuaikan diri, maka keberfungsian

sosialnya tidak terganggu.

Berdasarkan hasil observasi dan pemikiran di atas, maka penulis tertarik

untuk mengetahui bagaimana gambaran penyesuaian diri lanjut usia di Panti

Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda. Optimisme penulis untuk melakukan

penelitian ini juga diperkuat karena ada kaitan dengan bidang praktik pekerjaan

sosial yang memiliki tujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu : ” Bagaimana Penyesuaian Diri Lanjut

Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung?”. Dari

rumusan pertanyaan penelitian tersebut, diuraikan dalam sub-sub problematic

sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik responden?

2. Bagaimana penyesuaian diri lanjut usia terhadap lingkungan alamiah di

Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung?

3. Bagaiamana penyesuaian diri lanjut usia terhadap lingkungan sosial di

Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung?


8

4. Bagaiamana penyesuaian diri lanjut usia terhadap dirinya sendiri di Panti

Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Karakteristik responden.

2. Penyesuaian diri lanjut usia terhadap lingkungan alamiah di Panti Sosial

Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung.

3. Penyesuaian diri lanjut usia terhadap lingkungan sosial di Panti Sosial

Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung.

4. Penyesuaian diri lanjut usia te.rhadap dirinya sendiri di Panti Sosial Tresna

Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun

praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam mengembangkan praktik dan ilmu pengetahuan

khususnya praktik dan ilmu pekerjaan sosial dalam bidang lanjut usia,

dalam mengkaji teori tentang penyesuaian diri lanjut usia.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada lanjut usia di Panti

Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung agar mereka dapat

berfungsi sosial. Penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan


9

pemikiran dan informasi kepada pihak penyesuaian diri lanjut usia terhadap

dirinya sendiri di Panti Sosial Tresna Werdha Asuhan Bunda Kota

Bandung dalam penangan masalah lanjut usia khususnya masalah

penyesuaian diri.

1.5 Sitematika Penulisan


Proposal penelitian ini di susun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

A. PENDAHULUAN: Pendahuluan memuat tentang latar belakang penelitian,

data awal penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

B. KAJIAN KONSEPTUAL: Kajian konseptual memuat tentang penelitian

terdahulu yang terdiri dari penelitian tentang penyesuaian diri lanjut usia,

dan teori yang relevan dengan penelitian tentang penyesuaian diri, tentang

lanjut usia, tentang lembaga lanjut usia, dan tentang pekerja sosial lanjut

usia.

C. METODE PENELITIAN: Metode penelitian memuat tentang desain

penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan

data, alat ukur dan pengujian alat ukur, teknik analisis data dan jadwal serta

langkah penelitian.
10

B. KAJIAN KONSEPTUAL
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakah salah satu bahan pertimbangan bagi peneliti

untuk melakukan penelitian selanjutnya. Penelitian terdahulu ini merupakan

penelitian yang relevan dengan topik penelitian ini. Beberapa penelitian

terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian dengan judul “Penyesuaian Diri pada Lanjut Usia yang Tinggal

di Panti Werdha” oleh Hana Azaria Widyatiana pada tahun 2017. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyesuaian diri lanjut usia yang

tinggal di panti werdha. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis

fenomenologis dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat penyesuaian diri yang buruk pada lanjut usia ditandai

dengan munculnya perilaku mengenang dan berorientasi pada masa lalu.

Lanjut usia banyak mengeluh dengan perubahan fisik yang semakin

menurun dan tidak menarik. Perubahan hubungan sosial dan keluarga yang

semakin menurun dan tidak harmonis dan perubahan pada pekerjaan karena

memasuki masa pensiun dan muncul penyesuaian buruk lainnya seperti

menjadi kurang semangat dalam menjalani masa tuanya, selalu mengeluh

dengan kondisi yang sekarang serta mempunyai minat sosial sedikit

terhadap lingkungan sekitar dan relasi interpersonal yang buruk.

b. Penelitian dengan judul “Penyesuaian Diri Lanjut Usia di Panti Wredha”

oleh Ruth Tresna Sari pada tahun 2011. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran


11

tentang penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ketika seseorang lanjut usia memutuskan untuk tinggal

di panti wredha, ada alasan dan kondisi yang mempengaruhi, ada

akibat/efek setelah tinggal di panti wredha. Oleh karena itu, ia harus

melakukan penyesuian diri di panti wredha melalui faktor yang

mempengaruhi dan bentuk penyesuaian diri yang meliputi penyesuain diri

yang efektif dan tidak efektif. Partisipan I dalam penelitian ini melakukan

penyesuaian diri yang efektif sementara partisipan II tidak melakukan

penyesuaian diri yang efektif.

Penelitian- penelitian terdahulu ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut.

Nama Judul Metode


No Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
1 Hana Azaria Penyesuaian Penelitian ini bertujuan Kualitatif
Widyatiana Diri pada untuk mengetahui
Lanjut Usia bagaimana penyesuaian
yang Tinggal diri lanjut usia yang
di Panti tinggal di panti werdha.
Werdha Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
terdapat penyesuaian
diri yang buruk pada
lanjut usia ditandai
dengan munculnya
perilaku mengenang
dan berorientasi pada
masa lalu. Lanjut usia
banyak mengeluh
dengan perubahan fisik
yang semakin menurun
dan tidak menarik.
Perubahan hubungan
12

sosial dan keluarga


yang semakin menurun
dan tidak harmonis dan
perubahan pada
pekerjaan karena
memasuki masa
pensiun dan muncul
penyesuaian buruk
lainnya seperti menjadi
kurang semangat dalam
menjalani masa tuanya,
selalu mengeluh
dengan kondisi yang
sekarang serta
mempunyai minat
sosial sedikit terhadap
lingkungan sekitar dan
relasi interpersonal
yang buruk.
2 Ruth Tresna Penyesuaian Penelitian ini bertujuan Kualitatif
Sari Diri Lanjut untuk memperoleh
Usia di Panti gambaran tentang
Wredha penyesuaian diri lanjut
usia di panti wredha.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
ketika seseorang lanjut
usia memutuskan untuk
tinggal di panti wredha,
ada alasan dan kondisi
yang mempengaruhi,
ada akibat/efek setelah
tinggal di panti wredha.
Oleh karena itu, ia
harus melakukan
penyesuian diri di panti
wredha melalui faktor
yang mempengaruhi
dan bentuk
penyesuaian diri yang
meliputi penyesuain
diri yang efektif dan
13

tidak efektif. Partisipan


I dalam penelitian ini
melakukan
penyesuaian diri yang
efektif sementara
partisipan II tidak
melakukan
penyesuaian diri yang
efektif.

2.2 Teori yang Relevan dengan Penelitian


2.2.1. Tinjauan Mengenai Penyesuaian Diri
2.2.1.1. Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah sautu proses dinamik terus menerus

yang bertujuan untuk mengubah kelakuan guna mendapatkan

hubungan yang lebih serasi antara diri dan lingkungan ( Fahmi,

dalam Sobur, 2011:526). Menurut Thorndike dan Hoge dalam

Siti Sundari (2005:39) penyesuaian diri merupakan kemampuan

individu untuk mendapatkan ketenteraman secara internal dan

hubungannya dengan dunia sekitarnya.

Menurut Enung Fatimah (2010:194) penyesuaian diri merupakan

suatu proses alamiah dan dinamis yang bertujuan mengubah

perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai dengan

kondisi lingkungannya. Sedangkan menurut Sobur (2011:527),

penyesuaian diri adalah kemampuan untuk membuat hubungan

yang memuaskan antara orang dan lingkungan.

Menurut James F Calhoun dan Joan Ross Acocella dalam Sobur

(2011:526) mengatakan bahwa penyesuaian diri merupakan


14

interaksi yang kontinu dengan diri sendiri, dengan orang lain,

dan dengan dunia sekitar. Diri sendiri yaitu jumlah keseluruhan

dari apa yang telah ada pada diri kita, seperti tubuh, perilaku, dan

pemikiran serta alasan. Orang lain dan juga dunia memengaruhi

diri.

2.2.1.2. Aspek-aspek Penyesuaian Diri


Sobur (2011:527) menyatakan bahwa pada dasarnya penyesuaian

diri merupakan kemampuan untuk membuat hubungan yang

memuaskan antara orang dengan lingkungannya. Lingkungan

disini mencakup tiga segi, yaitu lingkungan alam, lingkungan

sosial dan manusia itu sendiri. Adapun penjelasan dari setiap

aspek tersebut adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan alamiah adalah alam luar dan semua yang


melingkungi individu yang vital dan alami, seperti pakaian,
tempat tinggal, makanan, dan sebagainya.
b. Lingkungan sosial dan kebudayaan adalah masyarakat
dimana individu itu hidup, termasuk anggota-anggotanya,
adat kebiasaannya, dan peraturan-peraturan yang mengatur
hubungan masing-masing individu satu sama lain.
c. Diri sendiri adlaah tempat individu harus mampu
berhubungan dengannya dan seyogiyanya mempelajari:
bagaiamana cara mengaturnya, menguasainya, dan
mengendalikan keinginan serta tuntutannya apabila tuntutan
dan keinginannya tersebut tidak patut atau tidak masuk akal.
Menurut Gerungan (dalam Sobur, 2011:527), apa yang dimaksud

dengan lingkungan ini mencakup baik lingkungan fisik, yaitu

benda-benda yang konkret, maupun lingkungan psikis, yaitu

jiwa-raga orang-orang dalam lingkungan, ataupun lingkungan


15

rohaniah, yaitu objective geist, berarti berbagai keyakinan, ide,

filsafat, yang terdapat di lingkungan individu itu, baik yang

dikandung oleh orang-orangnya sendiri di lingkungannya

maupun yang tercantum dalam buku-buku atau hasil kebudayaan

lainnya.

2.2.1.3. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri


Menurut Gunarsa (dalam Sobur, 2011:529), bentuk-bentuk

penyesuaian diri itu bisa diklasifikasikan dalam dua kelompok,

yaitu yang adaptive dan yang adjustive.

a. Yang Adaptive
Bentuk penyesuaian diri ini lebih bersifat badani. Artinya
perubahan-perubahan dalam proses badani untuk
menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.
Kemampuan untuk beradaptasi merupakan kunci
kemampuan bertahan semua spesies termasuk manusia.
b. Yang Adjustive
Bentuk penyesuaian ini merupakan penyesuaian yang
tersangkut kehidupan psikis kita. Penyesuaian ini
berhubungan dengan tingkah laku. Sebagaimana kita ketahui
bahwa tingkah laku manusia sebagian besar diatur oleh hal-
hal psikis, kecuali tingkah laku tertentu dalam bentuk
gerakan-gerakan yang sudah menjadi kebiasaan atau
gerakan-gerakan refleks. Penyesuaian ini adalah penyeusaian
diri tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan
ini teradpat aturan-aturan atau norma-norma. Singkatnya,
penyesuaian terhadap norma-norma.
2.2.1.4. Karakteristik Penyesuaian Diri
Menurut Fatimah (2010:195) terdapat dua karakteristik

penyesuaian diri, yaitu penyesuaian diri yang positif dan

penyesuaian diri yang salah.

a. Penyesuaian diri yang positif


16

Individu yang tergolong mampu melakukan penyesuiaan diri

secara positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang


berlebihan
b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan yang
salah
c. Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi
d. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan
diri
e. Mampu belajar dari pengalaman
f. Bersikap realistic dan objektif.

b. Penyesuaian diri yang salah


Kegagalan dalam melakukan penyesuiaan diri secara positif,

mengakibatkan individu melakukan penyesuaian diri yang

salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai oleh sikap dan

tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap

tidak realistis, membabi buat, dan sebagainya. Ada tiga

bentuk reaksi dalam penyesuaian diri yang salah, yaitu reaksi

bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi melarikan diri.

Supriyo (2008:115) menjelaskan bahwa karakteristik

penyesuaian diri yang positif atau sehat adalah sebagai berikut:

a. Mampu menerima dan memahami diri sebagaimana adanya


dan sanggup menerima kelemahan-kelemahan, kekurangan-
kekurangan di samping kelebihan-kelebihannya.
b. Mampu menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar
dirinya secara objektif sesuai dengan perkembangan rasional
dan perasaan, serta memiliki ketajaman dalam memandang
realitas.
c. Mampu bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang
ada pada dirinya dan kenyataan obyektif yang ada pada luar
dirinya.
17

d. Memiliki perasaan aman yang memadai. Perasaan aman


mengandung arti bahwa orang itu mempunyai harga diri
yang mantap, di samping juga perasaan terlindung mengenai
keadaan dirinya pada umumnya.
e. Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak
toleran.
f. Bersikap terbuka dan sanggup menerima umpan balik.
g. Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi,
hal tersebut terlihat dalam memelihara tata hubungan dengan
orang lain.
h. Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta
selaras dengan hal dan kewajibannya. Sikap dan
keberadaannya didasarkan atas kesadarannya akan kebutuhan
norma, dan atas keinsyafan sendiri.
Scheined (1974:274) menjelaskan bawha penyesuaian yang

normal memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Absence of excessive emotionality (terhindar dari ekspresi


emosi yang berlebihan, merugikan, tidak mampu mengontrol
diri).
b. Absence of psychological mechanism (terhindar dari
mekanisme-mekanisme psikologis, seperti rasionalisasi,
agresi, kompensasi, dsb).
c. Absence of the sense of personal frustration (terhindar dari
perasaan frustrasi atau kecewa karena tidak terpenuhi
kebutuhannya).
d. Rational deliberation and self-direction (memiliki
pertimbangan rasional, yaitu mampu memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan yang matang dan mengarahkan diri
sesuai dengan keputusan yang diambil.
e. Ability to learn (mampu belajar, mampu mengembangkan
dirinya dalam upaya memenuhi kebutuhan atau mengatasi
masalah).
f. Utilization of past experience (mampu memanfaatkan
pengalaman masa lalu, bercermin ke masa lalu baik yang
terkait dengan keberhasilan maupun kegagalan untuk
mengembangkan kualitas hidup yang lebih baik).
g. Realistic, objective, attitude (mampu menerima kenyataan
yang dihadapi secara wajar, mampu menghindari, merespon
situasi atau masalah secara rasional, tidak didasari oleh
prasangka buruk).
2.2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
18

Menurut Fahmi (dalam Sobur, 2011:537), faktor-faktor yang

mempengaruhi penyesuaian diri pada individu adalah sebagai

berikut:

a. Pemenuhan pokok kebutuhan pribadi, yaitu kebutuhan


jasmani, seperti makan, minum. Pemuasan kebutuhan itu
termasuk hal yang mutlak dan perlu.
b. Kebiasaan-kebiasaan dan keterampilan yang dapat membantu
dalam pemenuhan kebutuhan yang mendesak.
c. Dapat menerima diri sendiri. Orang yang tidak menerima
dirinya akan berhadapat dengan keadaan frustrasi yang
menjadikannya merasa tidak berdaya dan gagal, sehingga
tingkat penyesuaian sosialnya buruk.
d. Kelincahan, artinya orang bereaksi terhadap perangsang-
perangsang baru dengan cara yang serasi. Orang yang kaku,
tidak lincah tidak dapat menerima perubahan yang terjadi atas
dirinya.
2.2.1.6 Akibat tidak mampu menyesuaikan diri
Supriyo (2008:117) mengemukakan bahwa akibat yang

ditimbulkan apabila individu tidak mampu melakukan

penyesuaian diri terhadap lingkungannya diantaranya sebagai

berikut.

a. Kesulitan bergaul, seperti kesulitan bila berkomunikasi


dengan orang lain.
b. Minder, yaitu tidak punya keberanian, takut salah jika
individu tersebut berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tertutup, jika sudah menjadi minder, maka ia cenderung akan
menututp diri atau tertutup terhadap orang lain.
d. Dikucilkan oleh masyarakat sekitar, karena masyarakat akan
menganggap orang tersebut menyimpang dari yang
seharusnya ada dalam masyarakat tersebut dimana individu
itu tinggal.

2.2.2. Tinjauan Mengenai Lanjut Usia


2.2.2.1. Pengertian Lanjut Usia
19

Menurut Lowy (1979:2), lanjut usia merupakan proses yang

berkesinambungan yang dinyatakan dalam tahap akhir dalam

siklus kehidupan. Laslet (dalam Suardiman, 2011:2) usia lanjut

adalah istilah untuk tahap akhir dari proses penuaan.

Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-undang nomor 13 Tahun 1998

tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Batasan usia terhadap individu yang telah menjadi lanjut usia

dikemukakan oleh World Health Organization, dimana terdapat

empat kelompok lanjut usia sebagai berikut:

a. Usia Pertengahan (middle age), yaitu usia antara 45 tahun


sampai 59 tahun.
b. Lanjut usia (elderly), yaitu usia antara 60 tahun sampai 74
tahun.
c. Lanjut usia tua (old), yaitu usia antara 75 tahun sampai 90
tahun.
d. Usia sangat tua (very old), yaitu usia 90 tahun keatas.
2.2.2.2. Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Sebagai sebuah tahap akhir dari periode perkembangan

kehidupan manusia maka lanjut usia memiliki tugas

perkembangan khusus yang coba dirumuskan oleh Potter dan

Perry dalam Lilik Azizah (2011: 2) adalah sebagai berikut:

a. Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan


kesehatan
b. Menyesuaikan diri terhadap masa pensiun dan penurunan
pendapatan karena hilangnya peran bekerja.
c. Menyesuaikan diri terhadap kematian pasangan
d. Menerima diri sendiri sebagai seorang lanjut usia
e. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
20

f. Mendefenisikan ulang hubungan dengan anak yang telah


dewasa
g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Tugas perkembangan lanjut usia merupakan tanggung jawab

yang berusaha untuk dicapai oleh lanjut usia sendiri, dimana hal

ini dimaksudkan untuk mencapai kualitas hidup yang baik.

Pendapat Erickson dalam Siti Maryam dkk (2008:40) mengenai

kesiapan lanjut usia untuk menyesuaikan dengan tugas

perkembangannya dipengaruhi oleh periode tumbuh kembang

tahap kehidupan sebelumnya. Seorang lanjut usia dengan tahap

tumbuh kembang yang baik, teratur dan harmonis dengan

lingkungannya sebelum memasuki usia lanjut akan cenderung

mampu mempertahankan kualitas tersebut saat menjadi seorang

lanjut usia.

2.2.2.3. Kebutuhan Lanjut Usia


Lanjut usia memiliki kebutuhan yang secara umum sama dengan

manusia pada tahap perkembangan lainnya. Darmojo dalam Siti

Maryam (2008: 43) menyatakan terdapat sepuluh kebutuhan

lanjut usia, yaitu:

a. Makanan cukup dan sehat (Healthy food)


b. Pakaian dan kelengkapannya (Cloth and common
accessories)
c. Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (Home, place to
stay)
d. Perawatan dan pengawasan kesehatan (Health care and
facilities)
21

e. Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (Technical,


judicial assistance)
f. Transportasi umum (Facilities for public transportations)
g. Kunjungan/teman bicara/informasi (Visits, companies,
informations)
h. Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (Recreational activities
picnic)
i. Rasa aman dan tentram (Safety Feeling)
j. Bantuan alat-alat panca indera (Other assistance/aids) dan
kesinambungan bantuan dana dan fasilitas (Continuation of
subsidies and facilities)

Aspek pemenuhan kebutuhan bagi lanjut usia harus

komprehensif mencakup kesejahteraan fisik, psikis, sosial-

ekonomi dan penunjang lainnya, dimana hal ini sesuai dengan

pemaparan jenis kebutuhan lanjut usia diatas. Pendapat lain yang

hampir serupa dikemukan oleh Maslow, dimana secara umum

kebutuhan manusia termasuk lanjut usia mencakup pemenuhan

kebutuhan fisiologis, rasa aman, afeksi kasih sayang,

penghargaan dan aktualisasi diri. Kebutuhan menjadi sesuatu

harus segera dipenuhi agar tidak mengganggu stabilitas

kehidupan manusia, dimana terutama berlaku bagi lanjut usia

karena memasuki usia lanjut terdapat keterbatasan dalam

melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan oleh dirinya sendiri.

2.2.2.4. Permasalahan Lanjut Usia


Menjalani kehidupan identik dengan peningkatan kualitas

kehidupan termasuk oleh lanjut usia sekalipun. Hal ini tidak

semata dengan mudah dapat dilakukan, tetapi terdapat berbagai


22

faktor hambatan yang mempengaruhi. Charles Zastrow

(2014:458) mengemukakan mengenai permasalahan-

permasalahan yang umumnya dialami oleh lanjut usia, yaitu:

a. Low Status (status yang rendah)


b. Social Emphasis on Youth (tekanan dari orang muda)
c. Financial Problem (masalah keuangan)
d. Loss of Family and Friends (kehilangan keluarga dan teman)
e. Substandard Housing (perumahan yang kurang layak)
f. Transportation (transportasi terbatas)
g. Crime victimization (korban kejahatan)
h. Malnutrition (kurang gizi)
i. Depression and Other Emotional Problems (depresi dan
masalah sosial lainnya)
j. Death .(kematian)
k. Parent Abuse (kekerasan terhadap orangtua)

Permasalahan-permasalah yang dijelaskan di atas dapat dialami

seluruhnya oleh lanjut usia, tetapi mungkin saja ada beberapa

lanjut usia yang mengalami hanya sedikit dari permasalahan

diatas. Perbedaan bagi lanjut usia yang mengalami banyak atau

sedikit permasalahan dapat disebabkan oleh kualitas hidup yang

berbeda pula. Lanjut usia yang memiliki kualitas hidup seperti

tingkat ekonomi yang baik cenderung akan mengalami sedikit

permasalahan karena menunjang kesehatan dan kebutuhan

lainnya. sebaliknya jika kualitas hidup lanjut usia kurang maka

kecenderungan untuk mengalami permasalahan juga lebih

banyak dan sering.

2.2.3. Tinjauan tentang Lembaga Lanjut Usia


2.2.3.1. Pengertian
23

Lembaga Lanjut Usia atau Lembaga di Bidang Kesejahteraan

Sosial Lanjut Usia adalah lembaga yang menyelenggarakan

kesejahteraan sosial lanjut usia baik yang dilakukan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat (Permensos

Nomor 19 Tahun 2012). Lembaga ini mengadakan pelayanan

kepada lanjut usia di dalam panti.

Pelayanan dalam panti, dilakukan dengan tujuan untuk :

a. meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan lanjut usia;


b. terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia; dan
c. meningkatkan peran serta masyarakat, Pemerintah,
pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota dalam melaksanakan maupun menyediakan
berbagai bentuk pelayanan sosial lanjut usia.
Adapun jenis pelayanan yang diberikan di dalam panti adalah

sebagai berikut:

a. pemberian tempat tinggal yang layak


b. jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan
kesehatan
c. pengisian waktu luang termasuk rekreasi
d. bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama
e. pengurusan pemakaman atau sebutan lain.

2.2.4. Tinjauan Mengenai Pekerja Sosial Lanjut Usia


2.2.4.1. Pengertian Pekerjaan Sosial
Max Siporin dalam Fahrudin (2012:61) mendefenisikan

pekerjaan sosial sebagai suatu metode institusi sosial untuk

membantu orang mencegah dan memecahkan masalahnya

sehingga mampu memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian


24

sosial mereka. hal ini menjelaskan bahwa pekerjaan sosial

merupakan sebuah institusi yang mengindikasikan bahwa profesi

pekerjaan sosial adalah pelayanan kemanusiaan dan merupakan

suatu praktek yang ilmiah dan teknis sehingga mempunyai

kedudukan dan fungsi dalam konteks lembaga atau institusi

kesejahteraan sosial.

2.2.4.2. Tujuan Pekerjaan Sosial


Profesi pekerja sosial memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam

membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

komitmen utama dari profesi pekerjaan sosial adalah human well

being, dimana hal ini berarti tujuan pekerjaan sosial adalah

memperkuat keberfungsian sosial dan meningkatkan efektivitas

lembaga maupun masyarakat yang menyediakan sumber.

Zastrow dalam Fahrudin (2012:67) menyatakan bahwa tujuan

pekerjaan sosial yaitu:

a. Meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi


kemiskinan, penindasan dan bentuk-bentuk ketidakadilan
sosial lainya,
b. Mengusahakan kebijakan, pelayanan dan sumber-sumber
melalui advokasi dan tindakan-tindakan sosial dan politik
yang meningkatkan keadilan sosial dan ekonomi,
c. Mengembangkan dan menggunakan penelitian, pengetahuan
dan keterampilan yang memajukan praktik pekerjaan sosial,
d. Mengembangkan dan menerapkan praktik dalam konteks
budaya yang bermacam-macam. 

Berdasarkan tujuan pekerjaan sosial yang telah diuraikan diatas

maka dapat pekerjaan sosial tidak hanya berhadapan dengan


25

manusia saja. Area kerja dari profesi pekerjaan sosial juga

menyentuh kebijakan dan peraturan. Hal ini dimaksudkan untuk

terciptanya kualitas lingkungan fisik dan sosial bagi lanjut usia

sebagai individu yang adalah target pertolongan oleh profesi

pekerjaan sosial.

2.3 Kerangka Berpikir


Widayat dalam Mahsyuri (2008:112) menyatakan bahwa kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan

faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka

berpikir menjelaskan secara sementara gejala objek penelitian. Kerangka

berpikir disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan argumentasi

ilmiah dan teori-teori yang relevan. Penyusunan kerangka berpikir dengan

menggunakan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan akan melahirkan

kesimpulan. Kesimpulan yang telah dihasilkan akan menjadi rumusan hipotesis

sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian. Kerangka

berpikir peneliti dalam penelitian ini dapat dilihat dari susunan bagan sebagai

berikut:
26

Lanjut usia

mampu menyesuaikan diri Lingkungan Baru

Lansia tidak Mampu


Menyesuaian Diri terhadap :
program
Lingkungan Alamiah, lingkungan
Sosial, dan dirinya Sendiri

Tidak Mampu berfungsi sosial:


Memecahkan masalah,
memenuhi kebutuhan,
melaksakan peran

C. METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dengan berbagai proses yang membantu peneliti dalam

melakukan pengumpulan dan penganalisisan data. Hal ini menuntut peniliti

untuk memiliki desain penelitian yang mencakup mengenai perencanaan dan

pelaksanaan penelitian. Metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian adalah kuantitatif dengan menggunakan format deskriptif. Burhan

Bungin (2011:44) menyatakan bahwa tujuan penelitian kuantitatif dengan

format deskriptif adalah untuk menjelaskan dan meringkaskan berbagai kondisi


27

serta situasi, atau variabel-variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi

objek penelitian berdasarkan kenyataan yang terjadi. Hal ini menunjukkan

bahwa penelitian kuantitatif deksriptif tidak melakukan pengujian hipotesis,

tetapi mengangkat ke permukaan mengenai karakter atau gambaran mengenai

kondisi, situasi dan variabel.

3.2 Sumber Data


Terdapat dua sumber data yang digunakan dalam penelitian, yaitu sumber data

primer sebagai sumber utama bagi peneltian dan sumber data sekunder sebagai

sumber pendukungnya. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari:

3.2.1 Sumber data primer


Sumber data primer yaitu responden yang memberikan jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Hal ini merujuk kepada lanjut usia yang berada di

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung. Sumber data

sekunder.
28

3.2.2 Sumber data sekunder


Sumber data sekunder yaitu sumber data yang di dapat dari lokasi

penelitian melalui kegiatan observasi secara non-partisipatif. Landasan

teoritis didapatkan melalui studi dokumentasi terhadap buku-buku serta

literatur-literatur yang berkaitan dengan penyesuaian diri lanjut usia di

Panti Sosial Trena Werdha Asuhan Bunda Kota Bandung.

3.3 Definisi Operasional


3.3.1 Penyesuaian Diri
Dalam penelitian ini yang di maksud dengan penyesuaian diri adalah skor

total dari keseluruhan jawaban responden yang berkaitan dengan

penyesuaian dengan lingkungan alamiah, penyesuaian dengan lingkungan

sosial, dan penyesuaian dengan diri sendiri oleh lanjut usia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung.

3.3.2 Lanjut Usia


Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang

yang telah berusia 60 tahun ke atas yang menerima pelayanan di Panti

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung.

3.3.3 Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi


Dalam penelitian ini yang dimaksud Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi adalah tempat dilaksanakannya penelitian yang berlokasi di Jalan

Pak Gatot Nomo 20 Gegerkalong, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat.

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh


29

peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Burhan Bungin (2011:109) bahwa populasi

merupakan keseluruhan (universum) dari objek peneltian, seperti

manusia.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang tinggal di

panti sosial tresna wherda asuhan bunda kota bandung yang berjumlah 30

orang

3.4.2 Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel terbagi kedalam dua bagian besar, yaitu

probability sampling dan non probability sampling. Penelitian yang

dilakukan oleh peneliti menggunakan probability sampling, dimana

peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur dalam

populasi untuk dapat berpartisipasi menjadi responden. Jenis teknik

probability sampling yang digunakan dalam penelitian adalah simple

random sampling. Penggunaan teknik ini didasarkan pada homogenitas

variable utama yang diteliti, yaitu lanjut usia yang tinggal di panti sosial

tresna werdha asuhan bunda kota bandung.

Burhan Bungin (2011:115) menyatakan bahwa penetuan sampel penelitan

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus perhitungan sampel sebagi

berikut:

N
n= 2
N ( d) +1
30

Keterangan :

n = Ukuran sampel yang dicari

N = Ukuran populasi

d = Nilai presisi (batas ketelitian) yang diinginkan

Perhitungan jumlah sampel dalam penelitian adalah sebagai berikut:

40 40
n= = =36.36=36
40 ( 0.05 ) + 1 1.1
2

Hasil perhitungan berdasarkan rumus tersebut di atas di peroleh jumlah

responden yang akan berpartisipasi dalam penelitian ini sebanyak 36

orang.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


3.5.1 Alat Ukur Penelitian
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian tentang penyesuaian diri

lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung

adalah rating scale. Hal ini sesuai dengan pendapat Festinger dan Katz

dalam Moh. Nazir (2008:181) bahwa dalam mengamati fenomena sosial,

peneliti dapat menggunakan katagorisasi terhadap fenomena yang akan

diamati. Sebuah katagori adalah sebuah pernyataan yang menggambarkan

suatu kelas fenomena dimana perilaku yang diamati dapat dibuat sandi.

Suatu sistem katagori terdiri dari dua atau lebih katagori-katagori. Selain

itu, Sugiyono (2012:98) menyatakan bahwa rating scale lebih fleksibel,

tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur

persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk


31

mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan,

kemampuan, proses kegaitan, dan lain-lain.

3.5.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas


Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian

validitas isi. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah

diajarkan. Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi

dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrument, atau matrik

pengembangan instrumen (Sugiyono, 2005:129).

Alat ukur selain harus valid, juga harus reliable (andal). Pada penelitian

ini, dalam melakukan uji reliabilitas agar suatu data dapat reliable maka

digunakan metode Cronbach Alpha. Cronbach (1951) menyarankan suatu

koefisien reliabilitas yang disebut koefisien alpha (Irawan Soehartono,

2004:87). Koefisein alpha ini menggunakan rumus sebagai berikut:

2
∑σ
∝= [ ][
n
n−1
1− 2 b
σt ]
Keterangan:

∝ = koefisien reliabilitas instrumen

n = banyaknya butir pertanyaan

∑ σ 2b = total varian butir

σ 2t = total varian
32

3.6 Teknik Pengumpulan Data


3.6.1 Angket (Questionnaire)
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan angket.

Jenis angket yang dipergunakan oleh peneliti adalah jenis angket tertutup.

Penggunaan angket jenis ini memungkinkan responden untuk hanya

memilih salah satu dari jawaban yang telah disediakan didalam daftar

pertanyaan. Responden dalam cara menjawab pertanyaan telah diberikan

arahan dan ketetapan yang harus diikuti.

3.6.2 Observasi
Observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

observasi non partisipan, dimana peneliti bertindak sebagai pengamat

yang berada diluar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan

yang mereka lakukan

3.6.3 Studi Dokumentasi


Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian. Pengumpulan data dengan studi

dokumentasi dapat dilakukan dengan mempelajari catatan, transkrip,

buku, surat kabar, notulen rapat, dan sebagainya yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunkaan dalam penelitian ini yaitu statistik

deskriptif. Menurut Sugiyono (2010:147) statistic deskriptif adalah statistic

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpu sebagaimana adanya tanpa


33

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan analisis data kuantitatif.

Analisis data juantitatif yaitu menganalisis data secara rinci dalam bentuk angka

atau persentase dari jawaban responden atas pertanyaan penelitian untuk

mendapatkan deskripsi tentang masalah penelitian. Data disajikan dalam bentuk

tabel dengan distribusi frekuensi. Hasil yang diperoleh dari pengumpulan data

melalui kuesioner dihitung sehingga mendapatkan hasil yang dapat

dipresentasikan dalam bentuk tabel data. Langkah-langkah yang dilakukan

yaitu:

1. Pengelompokkan data
Data yang telah diperoleh ke dalam kelompok-kelompok yang sama,

sehingga data tersebut memiliki makna untuk menjawab pertanyaan

penelitian. Kelompok-kelompok pertanyaan tersebut adalah:

a. Penyesuaian diri lanjut usia terhadap lingkungan alamiah;


b. Penyesuaian diri lanjut usia terhadap lingkungan sosial; dan
c. Penyesuaian diri lanjut usia terhadap dirinya sendiri.

2. Editing
Editing dilakukan dengan memberi identitas pada lembar instrumen,

kemudian memeriksa lembar instrumen berdasar poin-poin dan jawaban

yang tersedia

3. Koding
Koding dilakukan untuk klasifikasi data sehingga memiliki arti tertentu

saat di analisis

4. Tabulasi data
34

Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan

mengatur angka-angka serta menghitungnya.

3.8 Langkah-langkah penelitian dan Jadwal Penelitian


3.8.1 Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah penelitian adalah rangkaian kegiatan penelitian yang di

susun oleh peneliti. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini yang

akan dilakukan yaitu:

a. Studi literatur yaitu untuk mendapatkan gambaran awal tentang

masalah-masalah dan teori pendukung dalam melakukan suatu

penelitian,

b. Penjajakan yaitu untuk mengetahui lokasi yang akan dijadikan tempat

penelitian dan mengetahui ada atau tidaknya masalah yang telah

ditentukan,

c. Pengajuan judul penelitian dan penentuan teori untuk mengetahui

batasan-batasan penelitian,

d. Penyusunan dan pengajuan proposal yaitu dilakukan sebagai suatu

syarat untuk mengikuti seminar proposal penelitian yang selanjutnya

dapat dijadikan acuan penelitian,

e. Seminar proposal yaitu dilakukan untuk mendapatkan tanggapan dan

masukkan guna menyempurnakan proposal yang telah di susun

dilanjutkan dengan penyusunan bab 1, 2 dan 3 Karya Ilmiah Akhir,


35

f. Penyusunan instrumen penelitian yaitu penyusunan alat ukur

penelitian yang berbentuk angket untuk dijadikan sebagai pedoman

dalam pengumpulan data ketika melakukan penelitian,

g. Pengurusan surat permohonan penelitian dan berkoordinasi dengan

responden serta pihak yang terlibat dalam penelitian,

h. Pengumpulan data yaitu dilakukan dengan menyebarkan instrumen

berupa angket kepada responden sebagai bahan untuk melakukan

analisis yang akan disajikan dalam laporan,

i. Pengolahan dan analisis data yaitu dilakukan untuk mendapatkan suatu

kesimpulan tentang hasil penelitian,

j. Pengumpulan data melalui kegiatan observasi non-partisipatif dan

studi dokumentasi terhadap data dan informasi yang belum lengkap

yang didapatkan melalui angket penelitian atau kuisioner,

k. Bimbingan dan penulisan laporan penelitian yaitu hal ini dimaksudkan

agar penyajian hasil penelitian ke dalam laporan benar-benar ilmiah,

l. Pengesahan hasil penulisan KIA yaitu dimaksudkan agar hasil

penulisan dapat diakui oleh pihak lain yang membacanya,

m. Sidang KIA yaitu sidang yang bertujuan untuk

mempertanggungjawabkan secara ilmiah hasil penelitian yang telah

disajikan dalam laporan penelitian.

3.8.2 Jadwal penelitian


36

Jadwal penelitian yang akan dilakukan secara bertahap dan disesuaikan

dengan kalander akademik Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung

dengan jadual dalam matrik berikut ini.

Matrik 3.1
Jadwal dan Langkah-langkah Penelitian

Tahun 2019
No. Kegiatan
Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des
Penyusunan proposal
1.
penelitian
Seminar proposal
2.
penelitian
Penyusunan Bab I, II dan
3. III serta penyusunan
instrumen penelitian
4. Pengumpulan data
5. Pengolahan data
Penyusunan laporan hasil
6.
penelitian
7. Ujian lisanLaporan Akhir
37

DAFTAR PUSTAKA

Karin Crawford, J. W. (2009). Pekerjaan Sosial Dengan Lanjut Usia. Jakarta:


Pustaka Societa.

Lowy, L. (1979). Social Work With The Aging. United States of America: Harper &
Row.

Sobur, A. (2011). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Suardiman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.


38

LAMPIRAN
Lampiran I

ANGKET PENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KOTA BANDUNG

Jawaban
No Item Pertanyaan
SS S TS STS
Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Alamiah
Porsi makanan yang diberikan sesuai
1
dengan yang saya inginkan
Saya tidak malu memakai pakaian dari
2
panti
Saya menyukai kelakuan perawat yang
3
merawat saya
4 Saya nyaman dengan tempat tidur saya
5 Saya tidak ingin kembali ke rumah
6 Saya merasa senang tinggal di panti
7 Saya merasa tidak aman berada di panti
Saya bisa tidur dengan nyaman setiap
8
hari di panti
9 Saya mencuci pakaian saya sendiri
10 Saya suka dengan bentuk gedung panti
Penyesuaian Diri terhadap Lingkungan Sosial
Saya lebih senang tidur daripada ngobrol
11
dengan orang lain
12 Saya suka orang-orang mengatur saya
39

untuk bangun pagi


13 Saya suka senam pagi
Saya menikmati kegiatan-kegiatan
14
bersama teman-teman saya
15 Saya mematuhi peraturan di panti
16 Saya suka dengan pegawai di panti
17 Saya selalu beribadah sesuai waktunya
Saya senang berbicara kepada teman-
18
teman saya
19 Saya senang ada yang menegur saya
Saya senang member nasehat kepada
20
orang lain
Penyesuaian Diri dengan Dirinya Sendiri
21 Saya suka memakai kacamata
Saya tidak mudah marah dengan hal-hal
22 yang tidak sesuai dengan yang saya
inginkan
Saya senang dibelikan barang-barang
23
sederhana
24 Saya suka minum obat.
Saya memaklumi orang yang memakai
25
tongkat.
26 Saya senang membaca buku
Saya tidak merasa tertanggu dengan
27
postur tubuh saya
Saya nyaman dengan asesoris saya
28
(kacamata, tongkat, alat bantu dengar)
Saya tidak malu bertemu dengan orang-
29
orang
Saya tidak ingin kembali ke masa lalu
30
saya

Keterangan:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju


40
40

Lampiran II

SKOR HASIL UJI COBA ANGKET PENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KOTA BANDUNG

No. Total
Nomor Item Pertanyaan Angket
Res. Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 3 108
2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 111
3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 99
4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 92
5 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 4 2 1 1 1 3 4 2 1 2 4 4 2 2 72
6 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 2 2 4 3 4 3 4 3 4 4 4 105
7 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 71
8 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 2 4 4 3 2 3 3 4 3 3 97
9 3 2 2 3 4 3 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2 2 77
10 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 4 4 2 4 2 4 4 4 106
Uji Validitas dilakukan terhadap 10 sampel.
41

Lampiran III

HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS ANGKET PENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA


DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA KOTA BANDUNG

Nomor Item
No t tabel (5% = 0.05) t hitung Keterangan
Pertanyaan
1 1 0.361 0.706 Valid
2 2 0.361 0.968 Valid
3 3 0.361 0.838 Valid
4 4 0.361 0.336 Valid
5 5 0.361 0.771 Valid
6 6 0.361 0.706 Valid
7 7 0.361 0.196 Tidak Valid
8 8 0.361 0.968 Valid
9 9 0.361 0.706 Valid
10 10 0.361 0.968 Valid
11 11 0.361 0.838 Valid
12 12 0.361 0.838 Valid
13 13 0.361 0.706 Valid
14 14 0.361 0.968 Valid
15 15 0.361 0.838 Valid
16 16 0.361 0.706 Valid
17 17 0.361 0.201 Tidak Valid
18 18 0.361 0.838 Valid
19 19 0.361 0.595 Valid
20 20 0.361 0.650 Valid
21 21 0.361 0.373 Valid
42

22 22 0.361 0.706 Valid


23 23 0.361 0.372 Valid
24 24 0.361 0.968 Valid
25 25 0.361 0.514 Valid
26 26 0.361 0.968 Valid
27 27 0.361 0.254 Tidak Valid
28 28 0.361 0.670 Valid
29 29 0.361 0.968 Valid
30 30 0.361 0.838 Valid
Keterangan:

t hitung > t tabel = Valid


t hitung < t tabel = Tidak Valid
43

Gambar Hasil Uji Validitas melalui Aplikasi SPSS


44
44

Lampiran IV

HASIL PERHITUNGAN UJI RELIABILITAS ANGKET


PENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA KOTA BANDUNG

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.963 30

Gambar Hasil Uji Reliabilitas melalui Aplikasi SPSS

t tabel = 0.361 (5% = 0.05)

t hitung > t tabel = reliable


t hitung < t tabel = Tidak Reliabel

0.963 > 0.361

Kesimpulan: Instrumen Pertanyaan Reliabel

Anda mungkin juga menyukai