Dosen Pengampu :
Ns. Sariaman Purba, Sp. Kep
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat selesai
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Kami sebagai penyusun tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri maupun pembaca umumnya.
Kami menyadari dalam makalah masih banyak kekurangan nya. Apabila terdapat kekurangan
di dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf dan kami harapkan kritikan dari
pembaca untuk membantu kembali karya ini menjadi sempurna.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................13
4.2 Saran.............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
A. Mengetahui pengertian dari Fraktur
B. Mengetahui penyebab terjadinya Fraktur
C. Mengetahui macam-macam Fraktur
D. Mengetahui pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada pasien yang
mengalami Fraktur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2008), yaitu :
1) Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari
otot yang kuat.
2) Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
3
berbagai keadaan seperti: Tumor tulang (jinak atau ganas), Infeksi
seperti osteomyelitis, dan Rakhitis.
3) Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut (Smeltzer, Bare, 2009) adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan perubahan warna yang dijelaskan secara rinci
sebagai berikut:
1. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Deformitas
Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).
3. Krepitas
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
5. Fals Moment
Merupakan pergerakan/ bentuk yang salah dari tulang (bengkok)
D. Macam-macam Fraktur
Klasifikasi fraktur menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) dibagi menjadi
4
beberapa yaitu :
Berdasarkan komplet atau ketidakklomplitan fraktur :
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan
biasanya mengalami pergeseran
2. Fraktur inkomplet : patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
Berdasarkan sifat fraktur :
1. Fraktur simple/tertutup : tidak menyebabkan robeknya kulit.
2. Fraktur kompleks/terbuka : merupakan fraktur dengan luka pada kulit
atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi :
Grade I dengan luka bersih, panjangnya ≤ 1 cm.
Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak.
Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
jaringan yang paling berat.
Berdasarkan bentuk garis patah :
1. Fraktur Greenstick : fraktur salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok.
2. Fraktur Tranversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
3. Fraktur Oblik : fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
4. Fraktur Spiral : fraktur memuntir seputar batang tulang.
5
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. Register, tanggal MRS, diagnosa
medis.Keluhan
b) Keluhan Utamanya
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat
beraktivitas / mobilisasi pada daerah fraktur tersebut
c) Riwayat Penyakit Sekarang Pada klien fraktur / patah tulang
dapat disebabkan oleh trauma / kecelakaan, degeneratif dan
pathologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan
jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan,
pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau
tidak sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami
pembedahan perbaikan dan pernah menderita osteoporosis
sebelumnya
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis,
arthritis dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya
menurun dan menular
2. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya
kecacatan pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain
itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu
metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan
olahraga atau tidak
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein,
6
vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan
tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat
terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari
yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas
juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi,
tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi,
warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan
pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna,
bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak.
d) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak,
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur
klien. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya
tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur
serta penggunaan obat tidur.
e) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien
perlu banyak dibantu oleh orang lain.
f) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat inap
g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah
(gangguan body image)
7
h) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada
bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak
timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak
mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat
fraktur
i) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan
hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap dan
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain
itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya
j) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya,
yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi
tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak
efektif.
k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi.
Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak
klien.
2. Data obyektif
1. keadaan Umum: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien.
2. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
3. Pemeriksaan fisik
a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
8
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan)
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
h) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
i) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
j) Paru
Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara tambahan
lainnya
k) Jantung
Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung
9
Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur
l) Abdomen
Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi
Turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
Perkusi
Suara tympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
m) Inguinal, genitalia, anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
10
BAB III
PEMBAHASAN
11
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
9. Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris
10. Paru
Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru
Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan
Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing atau suara tambahan lainnya
11. Jantung
Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung
Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba
Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur
12. Abdomen
Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia
Palpasi
Turgor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba
Perkusi
Suara tympani, ada pantulan gelombang cairan
Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
13. Inguinal, genitalia, anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar
jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan
luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur
jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat
diabsorbsinya
Pemeriksaan fisik : Sistem Integumen, Kepala, Leher, Muka, Mata, Telinga,
Hidung, Mulut dan Faring, Thoraks, Paru, Jantung, Abdomen, Inguinal, Genitalia,
Anus.
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 3. Jakarta :
EGG
Prof. Chairuddin Rasjad, MD. P.2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone
Smeltzer, S. C., & Bara B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC
14