Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“FRAKTUR TERBUKA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : YULIANTI WALI

KELOMPOK :

RUANGAN : POLIKLINIK ORTHOPEDI

RS : RUMKIT TK II Dr.J.A.LATUMETEN AMBON

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes MALUKU HUSADA

AMBON

2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR TERBUKA

A. DEFINISI

Fraktur merupakan suatu patahan pada kontinuitas struktur jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan trauma,baik trauama langsung ataupun tidak
langsung. Akibat dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada
jenis,kekuatan dan arahnya trauma. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan, suatu
pengisutan atau perimpilan korteks, biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang
bergeser. Kalau kulit atasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (fraktur
sederhana), kalau kulit atau salah satu dari rongga tulang tertembus keadaan ini disebut
fraktur terbuka (fraktur Compound) yang cenderung mengalami kontaminasi dan infeksi.
(Manurung, Nixson 2018).

Fraktur adalah gangguan komplek atau tidak komplek pada struktur tulang dan
didefenisikan sesuai dengan jenis dan keluasannya. Fraktur terjadi ketika tulang menjadi
subjek tekanan yang lebih besar dari yang dapat diserapnya (Smeltzer, 2016). Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umunya disebabkan oleh rudapaksa atau
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap oleh tulang. (Nugraha, dkk
2016). Fraktur phalank merupakan terputusnya hubungan tulang jari-jari yang diakibatkan
trauma lansung maupun tidak langsung (Aprilia, 2014).

Patah tulang panggul adalah gangguan struktur tulang dari pelvis. Disebabkan oleh
jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau cedera tabrakan. Minimal dua pertiga pasien ini
mengalami cedera berat dan multipel (Syaifuddin, 2010)

Fraktur pelvis merupakan terputusnya hubungan tulang pelvis, baik pubis atau tulang
ileum yang disebabkan oleh suatu trauma (Helmi, 2015)

B. ANATOMI FISIOLOGI

Komponen utama dan sistem musculuskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri
dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringa-jaringan khusus yang
menghubungkan strukturstruktur ini (Muttaqin, 2018).

Tulang adalah jaringan yang terstruktur dengan baik. Mempunyai lima fungsi utama
yaitu: membentuk rangka badan, sebagai pengumpil dan tempat melekat otot, sebagai bagian
dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam (seperti otak, sumsum
tulang belakang, jantung dan paru-paru). Diruang tengah mempunyai fungsi tambahan lain,
yaitu sebagai jaringan hemopoietik untuk memproduksi sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit (Muttaqin, 2018).

2
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh.Tulang juga merupakan tempat
primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa
terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah.
Tulang banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam kalsium)
yang membuat tulang keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa
yang membuatnya kuat dan elastis. Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah
dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra
lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang
(Wahid, 2016).

Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan
perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang menurut Wahid (2016) antra lain:

1. Tulang koksa (tulang pangkal paha) OS koksa turut membentuk gelang panggul,
letaknya disetiap sisi dan di depan bersatu dengan simfisis pubis dan membentuk
sebagian besar tulang pelvis.
2. Tulang femur Merupakan tulang pipa dan terbesar di dalam tulang kerangka.
Disebelah atas dan bawah dari kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter
mayor dan trokanter minor. Dibagian ujung membentuk persendian lutut. Terdapat
dua buah tonjolan yang disebut kondilus lateralis dan medialis. Diantara dua kondilus
ini terdapat lakukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang di sebut
dengan fosa kondilus.

3
3. Osteum tibialis dan fibularis (tulang kering dan tulang betis). Merupakan tulang pipa
yang terbesar sesudah tulang paha. Yang membentuk persendian lutut dengan OS
femur. Pada bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut OS maleolus lateralis
atau mata kaki luar. OS tibia bentuknya lebih kecil dari pada bagian pangkal melekat
11 pada OS fibula. Pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang pangkal
kaki dan terdapat taju yang disebut OS maleolus medialis.
4. Tulang tarsalia (tulang pangkal kaki) Dihubungkan dengan tungkai bawah oleh sendi
pergelangan kaki. Terdiri dari tulang-tulang kecil yang banyaknya 5 yaitu sendi talus,
kalkaneus, navikular, osteum kuboideum, kunaiformi.
5. Meta tarsalia (tulang telapak kaki) Terdiri dari tulang- tulang pendek yang banyaknya
5 buah. Yang masing-masing berhubungan dengan tarsus dan falangus dengan
perantara sendi.
6. Falangus (ruas jari kaki) Merupakan tulang-tulang pipa yang pendek yang
masingmasing terdiri dari 3 ruas kecuali ibu jari banyaknya 2 ruas. Pada metatarsalia
bagian ibu jari terdapat dua buah tulang kecil bentuknya bundar yang disebut tulang
bijian (osteum sesarnoid).

Secara garis besar, tulang di bagi menjadi: tulang panjang misalnya (femur, tibia,
fibula, ulna dan humerus). Tulang pendek misalnya tulang-tulang karpal. Tulang pipih
misalnya tulang parietal, iga, skapula dan pelvis. Tulang tak beraturan misalnya tulang
vetebra. Tulang sesamoid misalnya tulang patela. Tulang sutura (sutural bone), ada diatap
tengkorak (Muttaqin, 2018).

Pelvis dibangun dari dua oskoksa (masing-masing terdiri atas os iscium, os ilium,
dan pubis. Yang bergabung untuk membentuk asetabulum, bersendi dengan os femur),
sacrum dan oksigis. Pelvis terbagi menjadi pelvis mayor (pelvis palsu) dan pelvis minor
(pelvis sejati) oleh apertura pelvis superior. Pintu masuk pelvis merupakan bidang yang
melintasi korpus vertebra S1 (promontorium sacrum) dan linea terminalis yang meliputi
krista pubik, linea ileupaktinea, dan linea arkuata os ileum (Hariyanto dan Sulistyowati,
2015).

Apertura pelvis inferior adalah bidang yang melintasi simfisis os pubis disebelah
anterior, rami inferior os pubis dan tuberositas. Iskiadisi disebelah lateral, dan koksigis
disebelah posterior. Pelvis mayor berada di sebelah superior terhadap apertura pelvis superior
dan berisi organ abdomen. Seperti ileum dan kolon sigmoidium. Pelvis mayor dibatasi oleh
dinding abdomen disebelah anterior, disebelah lateral, dan L5/S1 disebelah posterior. Pelvis
minor terletak di antara apertura pelvis superior dan apertura pelvis inferior. Pelvis minor
berisi visera pelvis. Dengan demikian membuat pelvis minor ini disebut “pelvis sejati”.
Ovarium diafragma pelvis terletak di sebelah inferior (Hariyanto dan Sulistyowati, 2015)

4
C. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi fraktur pelvis Trauma biasanya terjadi secara lansung pada panggul
karena tekanan yang besar atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan
osteoporosis atau osteomalasia dapat terjadi fraktur stres pada rumus pubis. Oleh karena
rigiditas panggul maka keretakan pada salah satu bagian cincin akan disertai robekan pada
titik lain, kecuali pada trauma langsung. Sering titik kedua tidak terlihat dengan jelas atau
mungkin terjadi robekan sebagian atau terjadi reduksi spontan pada sendi sakro-iliaka.
Trauma pada pelvis akan menyebabkab kerusakan pada:kerusakan pada tulang pelvis,
kerusakan jaringan lunak pada panggul, kerusakan pada organ bagian dalam panggul
(Muttaqin, 2018).

5
D. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan di luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur (Alimul Hidayat, 2013).
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan atau kekerasan tulang (Alimul Hidayat, 2013)

E. MANIFESTASI KLINIS/BATASAN KARAKTERISTIK

1. Deformitas
2. Bengkak/edema
3. Echimosis (Memar)
4. Spasme otot
5. Nyeri
6. Kurang/hilang sensasi
7. Pergerakan abnormal
8. Rongen abnormal (Alimul Hidayat, 2013).

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis


mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Tujuannya untuk mengidentifikasi respons
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Manfaat diagnosa keperawatan sebagai pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan dan
gambaran suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah. Masalah keperawatan
yang sering muncul pada klien dengan masalah fraktur adalah (SDKI, 2016) :

a. Preoperatif

1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, perubahan integritas dan


struktur tulang.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kurang terapapar informasi, terpapar
bahaya lingkungan.

b. Intraoperatif

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, pemasangan traksi


(pen, kawat, dan sekrub).

6
2. Hipotermia berhubungan dengan prosedur pembedahan, kombinasi anestesi umum
dan regional, suhu praoperasi < 36,0oC, suhu lingkungan yang rendah.

c. Pascaoperatif

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedara fisik, pencedara kimiawi, pencedera
fisik.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, hambatan lingkungan, tidak familiar
dengan peralatan tidur

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Fraktur Menurut SIKI : 2018

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung


Hambatan 1. Dukungan ambulasi Observasi: 1. Dukungan kepatuhan
mobilitas fisik o Identifikasi adanya nyeri atau program pengobatan.
b.d nyeri keluhan fisik lainnya. 2. Dukungan perawatan
o Identifikasi toleransi fisik diri (BAB/BAK,
melakukan ambulasi berpakaian,
o Monitor frekuensi jantung dan makan,minum, mandi)
tekanan darah sebelummemulai 3. Edukasi latihan fisik
ambulasi 4. Eduikasi teknik
o Monitor kondisi umum selama ambulasi
melakukan ambulasi teraupetik: 5. Edukasi teknik
o Fasilitasi aktivitas ambulasi transfer
dengan alat bantu ( mis. tongkat, 6. Konsultasi via telpon
dan kruk) 7. Latihan otogenik
o Fasilitasi melakukan mobilisasi 8. Manajemen energi
fisik. 9. Manajemen
o Libatkan keluarga dalam lingkungan
10. Manajemen mood
membantu pasien
11. Manajemen nutrisi
dalammeningkatkan ambulasi
12. Manajemen nyeri
Edukasi:
13. Manajemen medikasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur
14. Manajemen program
ambulasi. latihan
o Anjurkan untuk melakukan 15. Manajemen sensasi
ambulasi dini. ferifer
o Ajarkan ambulasi sederhana yang 16. .Pemantauan
harus dilakukan (mis.berjalan dari neurologis
tempat tidur ke kursi roda dan 17. . Pemberian obat oral
sebaliknya). dan IV
2. Dukungan mobilisasi 18. Pembidaian
Observasi: 19. Pencegahan jatuh
o Identifikasi adanya nyeri atau 20. Pencegahan luka

7
keluhan lainnya tekan
o Identifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
o Monitor frekuensi jantung dan
tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi.
o Monitor frekuensi umum selama
melakukan mobilisasi.
Terapeutik:
o Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu (mis. pagar
tempat tidur).
o Fasilitasi melakukan pergerakan
o Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan.
Edukasi:
o Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
o Anjurkan melakukan mobilisasi
dini
o Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis. duduk
ditempat tidur, duduk disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
Ansietas b.d 1. Observasi 1. Bantuan kontrol marah 2.
krisis o Identifikasi saat tingkat ansietas Biblioterpai 3. Dukungan
situasional, berubah (mis kondisi waktu, emosi 4. Dukungan hipnosis
kurang stresor) diri 5. Dukungan kelompok 6.
terapapar o identhasi kemampuan mengambii Dukungan keyakinan 7.
informasi, keputusan Perisiapan pembedahan 8.
terpapar o Monitor tanda-tanda ansietas Intervensi krisis 9. Teknik
bahaya (verbal dan nonverbal) distraksi 10. Teknik
lingkungan. 2. Teraupetik menenangkan
o Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
o Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
o Pahami situasi yang membuat
ansietas
o Dengarkan dengan penuh
pematian
o Gunakan pendekatan yang tenang
dan meyakinkan

8
o Tempatkan barang pribdi yang
memberikan kenyamanan
o Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
o Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
3. Edukasi
o Jelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
o lnfomasikan secara faktual
mengenai diagnosis pengobatan
dan prognosis
o Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien. jlka perlu
o Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesual
kebutuhan
o Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
o Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
o Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
o Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
Gangguan 1. Observasi o Dukungan perawatan
integritas kulit o Identifikasi penyebab gangguan diri
b.d fraktur integritas kullt (mis perubahan o Edukasi perawatan
terbuka, sirkulasi, perubahan status nutrisi diri
pemasangan penurunan kelembaban, suhu o Edukasl perawatan
traksi (pen, Iingkungan ekstrem penurunan kullt
kawat, dan mobilitas) o Edukasi periiaku
sekrub). 2. Terapeutik upaya kesehatan
o Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah o Edukasi Pola Perilaku
baiing kebersihan
o Lakukan pemijatan pada area o Edukasi Program
penonjolan tulang. jika pedu Pengobatan
o Bersihkan perineal dengan air o Konsultasi
hangat, terutama selama periode o Latihan Rentang
diare Gerak
o Gunakan produk berbahan o Manajemen Nyeri
petrolium atau minyak pada kulit o pelaporan Status

9
kering Kasehatan
o Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoaiergik pada
kulit sensitif
o Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
o Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. lotion. serum)
o Anjurkan minum air yang cukup
o Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
o Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
o Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
o Anjurkan menggunakan tabir
snrya SPF minimal 30 seat berada
di luar rumah
o Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun sacukupnya

Hipotermia 1. Observesi 1. Edukasi efeksamping


perioperatif o Monitor suhu tubuh obat
b.d prosedur o Identifikasi penyebab hipotermia 2. Edukasi kemoterapi
pembedahan, (mis. terpapar suhu lngkungan 3. Edukasi pengukuran
kombinasi yang rendah, pakaian tipis, suhu tubuh
anestesi kerusakan hipotalamus, penurunan 4. Edukasi pengurangan
umum dan lain metabolisme, kekurangan resiko
regional, suhu lemak subkutan) 5. Edukasi praoperatif
praoperasi < o Monitor tanda dan gejaia akibai 6. Edukasi proedur
36,0oC, suhu hipotermia tindakan
lingkungan 2. Terapeutik 7. Edukasi elergi
yang rendah. o Sediakan lingkungan yang hangat 8. Kompres ahangat
(mis. atur suhu lingkungan, 9. Manjemen cairan
sediakan selimut ) 10. Pemantauan tanda
o Ganti pakaian dan/atau linen yang vital
basah Lakukan penghangatan
pasif (mis. selimut manutup
kapala. pakaian tebal)
o Lakukan penghangatan aktif
ekstemai (mis. kompres hangat,
selimut hangat)
o Lakukan penghangatan aktif
internal (mis. infus cairan hangat)

10
3. Edukasi
o Anjurkan makan/minum hangat
Nyeri akut b.d 1. Manajemen nyeri Observasi: 1. Aromaterapi
agen o Identifikasi lokasi, karakteristik, 2. Dukungan hipnosis
pencedara durasi, frekuensi, kualitas, dan diri
fisik, intensitas nyeri. 3. Dukungan
pencedara o Identifikasi skala nyeri. pengungkapan
kimiawi, o Identifikasi respon nyeri kebutuhan
pencedera nonverbal Identifikasi faktor yang 4. Edukasi efek samping
fisik. memperberat dan memperingan obat
nyeri. 5. Edukasi manajemen
o Identifikasi pengetahuan dan nyeri Edukasi proses
keyakinan tentang nyeri. penyakit.
o Identifikasi pengaruh budaya 6. Edukasi teknik napas
terhadap respon nyeri. 7. kompres dingin
o Identifikasi pengaruh nyeri pada 8. Kompres panas
kualitas nyeri. 9. Konsultasi
o Monitor keberhasilaan terapi 10. Latihan pernapasan
11. Manajemen efek
komplomenter yang sudah
samping obat
diberikan.
12. Manajemen
o Monitor efek samping penggunaan
kenyamanan
analgetik. lingkungan.
Terapeutik: 13. Manajemen medikasi.
o Berikan terapi nonfarmakologis 14. Manajemen sedasi
untuk mengurangi rasa nyeri. 15. Manajemen terapi
o Kontrol lingkungan yang radiasi.
memperberat rasa nyeri ( mis.suhu 16. Pementauan nyeri.
ruangan, pencahayaan, dan 17. Pemberian obat.
kebisingan) 18. Pemberian obat
o Fasilitasi istirahat dan tidur. intravena.
o Pertimbangkan jenis dan sumber 19. Pemberian obat oral.
nyeri dalam pemilihan strategi 20. Pemberian obat
meredakan nyeri. topikal.
Edukasi: 21. Pengaturan posisi.
o Jelaskan penyebab, periode, dan 22. Perawatan amputasi.
pemicu nyeri. 23. Perawatan
o Jelaskan strategi meredakan nyeri. kenyamanan.
o Anjurkan memonitor nyeri secara 24. Teknik distraksi.
mandiri. 25. Teknik imajinasi
o Anjurkan menggunakan analgetik terbimbing.
secara tepat. 26. Terapi akupresur.
o Ajarkan teknik nonfarmakologis 27. Terapi akupuntur.
untuk mengurangi rasa nyeri. 28. Terapi bantuan hewan.
Kolaborasi: 29. Terapi humor.
o Kolaborasi pemberian analgetik, 30. Terapi murattal.

11
jika perlu. 31. Terapi musik.
o Pemberian analgesic 32. Terapi pemijatan.
33. Terapi relaksasi
34.
Gangguan 1. Dukungan tidur 1. Dukungan kepatuhan
pola tidur b.d edukasi : program pengobatan
nyeri, o Identifikasi pola aktivitas dan 2. Dukungan meditasi
hambatan tidur 3. Dukungan perawatan
lingkungan, o Identifikasi paktor pengganggu diri BAB atau BAK
tidak familiar tidur fisik atau psikologis 4. Poto terapi gangguan
dengan o Identifikasi makanan dan mood/tidur
peralatan minuman mengganggu tidur 5. Latihan otogenik
tidur. (mis.teh, kopi, alkohol, dan 6. Manajemen demensia
minum banyak air sebelum tidur 7. Manajemen energi
o Identifikasi obat tidur yang di 8. Manajemen
konsumsi lingkungan
Teraupetik : 9. Manajemen meditasi
o Modifikasi lingkungan (mis. 10. Manajemen nutrisi
pencahayaan, lingkungan, bising, 11. Manajemen nyeri
suhu) 12. Manajemen
o Batasi waktu tidur siang penggantian hormone
o Fasilitasi menghilangkan stress 13. Pemberian obat oral
14. Pengaturan posisi
sebelum tidur
15. Promosi koping
o Tetapkan jadwal tidur rutin
16. Promosi latihan fisik
o Lakukan prosedur untuk 17. Reduksi ansietas
meningkatkan kenyamanan 18. Teknik menenangkan
(mis.pijat, pengaturan posisi, 19. Terapi aktivitas
terapi akupresur 20. Terapi musik
o Sesuaikan jadwal pemberian obat 21. Terapi pemijatan
atau tindakan untuk menunjang 22. Terapi relaksasi
siklus tidur 23. Terapi relaksasi otot
Edukasi : progresif
o Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
o Anjurkan menepati waktu
tiduryang tidaak mengandung
supresor terhadap tidur REM
o Anjurkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. gaya hidup, atau
psikologis)
o Anjurkaan relaksasi otot autogenic
atau cara nonfarmakologi lainnya.
2. Edukasi aktivitas/istirahat observasi :
o Identifikasi kesiapan dan

12
kemampuan menerima informasi
Teraupetik :
o Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan istirahat
o Jadwalkan pemberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
o Berikan kesempatan kepada
pasien dan keuarga untu bertanya
Edukasi :
o Jelaskan pentingnya melakukaan
aktivitas fisik atau olahraga secara
rutin
o Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain, dll
o Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
o Anjurkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak napas saat
aktivitas.
o Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai.

Sumber : Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 2018

13

Anda mungkin juga menyukai