Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PERIOPERATIF DENGAN HEMOROID

1.1 Defenisi Konsep Penyakit


1.1.1 Definisi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di
daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah
pelebaran vena yang berada di bawah kulit (subkutan) dibawah atau luar linea
dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa
(submukosa) di atas atau di dalam linea dentate. (Sudoyo Aru, dkk 2009 dalam
Nurarif dan Kusuma 2015)
1.1.2 Etiologi
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor – faktor resiko/pencetus, seperti
mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang aor besar yang salah
(lebih banyak menggunakan jamban duduk, terlalu lama duduk dijamban sambil
membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor
udud, tumor abdomen, kehamilan (disebabkan tekanan pada abdomen
perubahan homonal), usia tua, konstipasi kronik, diare akut yang berlebihan dan
diare kronik, hubungan seks peranal, kurang minum air dan kurang makan
makanan berserat (sayur dan buah) dan kurang olahraga/imobilisasi.
Klasifikasi dan derajat (Sudoyono Aru, dkk 2009)
Berdasarkan gambaran klinis hemoroid interna dibagi atas:
a. Derajat 1
Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat
dilihat dengan anorektoskop
b. Derajat 2
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan
c. Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari
d. Derajat 4
Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
thrombosis dan infark
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas :
a. Hemoroid eksterna (diluar/dibawah lineal dentate)
b. Hemoroid interna (didalam/diatas linea dentate)

1.1.3 WOC

Kehamilan
Obesitas
Penurunan relative venous return
Konstipasi & Mengejan didaerah perineal ( yang disebut
Dlm jangka yg lama dengan efek torniquet)

Duduk terlalu lama


Aliran vena balik terganggu
Sering angkat beban berat
Tekana perifer meningkat
Kondisi penuaan pelebaran vena anus (hemoroid)

Hipertensi portal
(sirosis hepatis) Perdarahan pada pleksus haemorhoidalis

Prolap vena haemorhoidalis

Membesar di Spincher membesar diluar


rektum

Ruptur vena Vena menegang


Intoleransi
aktivitas
perdarahan

Anemia operasi
(hemoroidektomi) Resiko Syok (Hipovolemia)

Pre operasi continuitas jaringan rusak

Ansietas ujung saraf rusak port d’entee kuman

Nyeri di persepsikan pelepasan Resiko Infeksi


prostalglandin

gangguan Konstipasi
Gangguan rasa defekasi
nyaman nyeri
1.1.4 Manifestasi Klinis
a. Timul rasa gatal dan nyeri
b. Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi
c. Pembengkakan pada area anus
d. Nekrosis pada area sekitar anus
e. Perdarahan/prolaps
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan colok dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. Pada
hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri
b. Anoskopi
Diperlukan untuk melihat interna yang tidak menonjol keluar
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.
1.1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan konservatif
1) Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti
kodein.
2) Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
3) Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid dan atiseptik dapat
mengurangi gelaaj gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk
mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat
membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hipermeablitas serta efek
antiimflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya.
b. Pembedahan
Apabila hemoroid interna derajat I yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HITS (Hemorrhoid Institu of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain:
1) Hemoroid derajat II berulang
2) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
3) Mukosa rektum menonjol keluar anus
4) Hemoroid gejala I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
5) Kegagalan penatalaksanaan konservatif
6) Permintaan pasien
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu: (Halverson, A & Acheson, A.G)
1) Skeloterapi
2) Rubber band ligation
3) Infrared thermocoagulation
4) Bipolar diathemy
5) Laser haemorrhoidectomy
6) Doppler ultrasound guided haemorroid artery ligation
7) Cryoterapy
8) Stappled hemorrhoidopexy

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Keperawatan perioperatif tidak lepas dari salah satu ilmu medis yaitu ilmu bedah.
Menurut Muttaqin (2009), keperawatan perioperatif terdiri dari beberapa fase,
diantaranya pre, intra, dan post operatif. Berikut dijelaskan konsep asuhan keperawatan
perioperatif berdasarkan fase pre, intra, dan post operatif
1.2.1 Pengkajian
a. Pengkajian fase pre operatif
Fase pre operatif dimulai ketika keputusan dambil untuk melaksanakan
intervensi pembedahan. (Baradero dkk. 2009)
1) Keluhan utama, Hal yang perlu dikaji dan didapatkan yaitu alasan atau
keluhan yang menonjol pada pasien dengan hemoroid untuk datang ke
RS adalah nyeri pada saat BAB dan keluar darah.
2) Riwayat penyakit sekarang, Didapatkan adanya keluhan nyeri pada saat
BAB dan keluarnya darah.
3) Pengkajian psikososial spiritual, meliputi perasaan pasien menghadapi
operasi dan persiapan pasien menghadapi operasi.
4) Pemeriksaan fisik head to toe, pengkajian tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
5) Pemeriksaan khusus sebelum pembedahan, meliputi apakah pasien telah
menyetujui surat izin operasi, pasien telah melakukan pencukuran,
apakah pasien telah puasa, pengosongan kandung kemih dan
pembersihan saluran pencernaan, perhiasan telah dilepas, pasien sudah
mengganti baju operasi, dan validasi apakah pasien alergi terhadap obat
(Muttaqin, 2009)
b. Pengkajian fase intra operatif
Fase intraoperatif dimulai ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.
Tahap ini berakhir ketika pasien dipindahkan ke postanathesia care unit
(PACU) atau yang dulu disebut ruang pemulihan (recovery room, RR).
Dalam tahap ini, tanggung jawab perwat terfokus pada kelanjutan dari
pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan dan mengimplementasikan
intervensi untuk keamanan dan privasi klien, mencegah infeksi luka dan
mempercepat penyembuhan. (Baradero dkk. 2009)
Pengkajian yang dilakukan intraoperatif meliputi proses keperawatan
pemberian anestesi umum, regional, lokal, proses keperawatan prosedur
intrabedah, dan proses keperawatan pengiriman ke ruang pemulihan
(Muttaqin, 2009).
c. Pengkajian fase post operatif
Fase perioperatif dimulai dengan pemindahan pasien ke PACU dan berakhir
pada waktu pasien dipulangkan dari rumah sakit.
1) Status respirasi, meliputi: kebersihan jalan nafas, kedalaman
pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.
2) Status sirkulasi, meliputi: nadi, tekanan darah, suhu, dan warna kulit.
3) Status neurologis, meliputi tingkat kesadaran.
4) Balutan, meliputi: keadaan drain dan terdapat pipa yang harus
disambung dengan sistem drainage.
5) Kenyamanan, meliputi: terdapat nyeri, mual dan muntah.
6) Nyeri, meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor yang
memperberat / memperingan (Muttaqin, 2009).
1.2.2 Diagnosa keperawatan perioperatif (SDKI, 2017)
a. Pre operatif
1) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional operasi
2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi tentang
penyakit dan proses informasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
b. Intra operatif
1) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Resiko cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan
3) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
c. Post operatif
1) Bersihan jalan napas berhubungan dengan efek agen farmakologis
2) Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
3) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya dengan
Ansietas b.d keperawatan diharapkan pasien dan keluarga
krisis cemas dapat terkontrol, 2. Kaji tingkat kecemasan pasien
situasional dengan kriteria hasil: 3. Tenangkan pasien dan dengarkan keluhan
operasi 1. Secara verbal dapat pasien dengan atesi
mendemonstrasikan 4. Jelaskan semua prosedur tindakan kepada
teknik menurunkan pasien setiap akan melakukan tindakan
cemas 5. Dampingi pasien dan ajak berkomunikasi
2. Mencari informasi yang yang terapeutik
dapat menurunkan cemas 6. Berikan kesempatan kepada pasien untuk
3. Menggunakan teknik mengungkapkan perasaannya
relaksasi unntuk 7. Ajarkan teknik relaksasi
menurunkan cemas 8. Bantu pasien untuk mengungkapkan hal –
4. Menerima status hal yang membuat cemas
kesehatan 9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
pemberian obat penenang
2. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
Defisit keperawatan diharapkan 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda
pengetahuan bertambahnya pengetahuan dan gejala serta komplikasi yang mungkin
b.d pasien tentang penyakitnya, terjadi.
keterbatasan dengan kriteria hasil: 3. Berikan informasi kepada keluarga tentang
informasi 1. Pasien mampu perkembangan pasien
tentang menjelaskan 4. Berikan informasi pada pasien dan keluarga
penyakit dan penyebab, tentang tindakan yang akan dilakukan
proses operasi komplikasi, dan cara 5. Diskusikan pilihan terapi
tindakan pencegahannya 6. Berikan penjelasan tentang pentingnya
2. Pasien dan keluarga ambulasi dini
kooperatif saat 7. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin
dilakukan akan muncul
3. Pre Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Nyeri akut b.d keperawatan diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
agen cedera berkurang dengan kriteria fase presipitasi)
fisiologis hasil: 2. Observasi tanda – tanda vital
1. Pasien mengatakan 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
nyeri berkurag 4. Latih teknik relaksasi napas dalam
2. Pasien tampak rileks 5. Anjurkan pasien menggunakan teknik
3. Tanda – tanda vital relaksasi napas dalam saat nyeri timbul
dalam batas normal 6. Gunakan teknik distraksi
7. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat
analgesik
8. Persiapan pasien untuk tindakan operasi
9. Dokumentasikan semua hal yang dilakukan
4. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
Resiko keperawatan diharapkan 2. Monitor jumlah perdarahan yang keluar.
perdarahan b.d resiko perdarahan tidak 3. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan
tindakan terjadi, dengan kriteria hasil: selama pembedahan
pembedahan 1. Tidak ada tanda – 4. Menghentikan perdarahan bila terjadi,
tanda perdarahan menggunakan kassa atau couter
hebat 5. Kolaborasi pengontrol perdarahan
5. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 2. Pastikan posisi pasien yang sesuai dengan
Resiko cedera keperawatan diharapkan tindakan operasi
b.d prosedur cedera tidak terjadi, dengan 3. Cek integritas kulit
pembedahan kriteria hasil: 4. Cek daerah penekanan pada tubuh pasien
1. Tubuh pasien bebas selama operasi
dari cedera 5. Hitung jumlah kasa, jarum, bisturi, depper,
dan hitung instrumen bedah
6. Lakukan time out
7. Lakukan sign out
6. Intra Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan sterilitas selama pembedahan
Resiko infeksi keperawatan diharapkan syok 2. Memastikan keamanan elektrikal dan alat –
b.d efek hipovolemik dapat dicegah alat yang digunakan
prosedur dengan kriteria hasil: 3. Bersihkan area operasi dengan antiseptic
invasif 1. Tidak terjadi dan pasang drapping
penyebaran infeksi 4. Kolaborasi pemberian antibiotik
2. Luka operasi bersih
7. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi napas,
Bersihan jalan keperawatan diharapkan kedalaman usaha napas
napas b.d efek bersihan napas efektif dengan 2. Auskultasi bunyi napas, tandai area
agen kriteria hasil: penurunan atau hilangnya ventilasi, dan
farmakologis 1. Dispnea tidak ada adanya bunyi tambahan
2. Tidak ada gelisah, 3. Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
sianosis, dan 4. Pantau status mental
keletihan 5. Pantau status pernapasan dan oksigenasi
3. Produksi sputum 6. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
menurun 7. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai
dengan kebutuhan
8. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu tubuh
Hipotermi b.d keperawatan diharapkan 2. Monitor tanda-tanda vital
terpapar suhu hipotermi tidak terjadi, 3. Identifikasi penyebab hipotermi
lingkungan dengan kriteria hasil: 4. Monitor tanda gejala hipotermi
1. Akral teraba hangat 5. Sediakan lingkungan yang hangat
2. Suhu tubuh dalam 6. Lakukan penghangatan aktif eksternal
batas normal (> 36,5) (selimut hangat)
3. Menggigil tampak
berkurang
9. Post Operatif Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi,
Nyeri akut b.d keperawatan diharapkan nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
agen cedera berkurang/teratasi, dengan fase presipitasi)
fisik kriteria hasil: 2. Observasi reaksi ekspresi wajah dari ketidak
1. Pasien melaporkan nyamanan
nyeri berkurang 3. Monitor tanda – tanda vital pasien
dengan skala nyeri 2- 4. Gunakan komunikasi terapeutik untuk
0 mengetahui pengalaman nyeri pasien
2. Ekspresi wajah 5. Kontrol faktor lingkungan yang
pasien tenang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
3. Pasien dapat istirahat pencahayaan, dan kebisingan
dan tidur dengan 6. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam
nyaman untuk mengontrol nyeri
7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
dalam pemberian analgesik untuk
mengurangi nyeri
8. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri
Sumber: SIKI PPNI, 2018.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero dkk. 2009. Keperawatan Perioperatif, Prinsip dan Praktik. EGC. Jakarta
Muttaqin A & Sari K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif, Konsep Proses dan Aplikatif.
Salemba Medika.
Nurarif, H. A & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Mediaction. Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai