Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

POLI PENYAKIT DALAM RSUD SULTAN SURIANSYAH

PEMBIMBING:
Solikin, Ns., M.Kep.,Sp.,Kep.,MB
Roesmanita, S.Kep.,Ners

OLEH :
Muhammad Fajriasnyah Kurniawan, S.Kep
NPM. 2014901110047

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
BANJARMASIN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID

DI POLI PENYAKIT DALAM

RSUD SULTAN SURIANSYAH

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Penyakit hemoroid merupakan gangguan anorektal yang sering
ditemukan. Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi dari pleksus
arteri-vena di saluran anus yang berfungsi sebagai katup untuk
mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Hemoroid, dikenal di
masyarakat sebagai penyakit wasir atau ambeien, merupakan penyakit
yang sering dijumpai dan telah ada sejak zaman dahulu (Sudarsono,
2015).
Hemoroid merupakan pelebaran pleksus vaskular arteri vena yang
mengelilingi bagian distal rektum dan kanal anal. Hemorrhoid atau
lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan merupakan
suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai
menimbulkan keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk
mengatasinya (Sya’haya & Iyos 2016).
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran
vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan
beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di
sekitar anorektal (Septadina, Indri Seta & Veronika, Fifi, 2015).

2. Etiologi
Penyebab hemoroid adalah dilatasi (pelebaran) pleksus vena
hemorrhodialis interna yang fisiologis, sehingga tidak begitu
berbahaya, namun dapat menjadi simptomatik apabila mengalami
pembesaran, peradangan, trombus, atau prolaps (Sya’haya & Iyos
2016).
Faktor resiko terjadinya hemoroid adalah kurangnya konsumsi
makanan berserat, konstipasi, usia, keturunan, kebiasaan duduk terlalu
lama, peningkatan tekanan abdominal karena tumor, pola buang air
besar yang salah, hubungan seks peranal, kurangnya intake cairan,
kurang olah raga, kehamilan dan masuknya pengaruh budaya barat di
Indonesia seperti pemakaian jamban duduk juga memegang peranan
dalam kejadian hemorrhoid. Sebab hemorrhoid dapat terjadi akibat
proses mengejan berlebihan pada posisi duduk saat defekasi yang
berkelanjutan. Mengonsumsi makanan rendah serat yang terlalu
banyak dapat menyebabkan susah buang air besar. Bila sudah
mengalami kesulitan dalam buang air besar, maka pada akhirnya untuk
mengeluarkan feses harus mengejan. Hal ini menyebabkan pembuluh
darah di daerah anus, yakni pleksus hemorrhoidalis akan merenggang,
membesar karena adanya tekanan yang tinggi dari dalam. Bila terjadi
secara terus-menerus, maka pembuluh darah tu tidak akan mampu
kembali ke bentuk semula (Sya’haya & Iyos 2016).

3. Klasifikasi
Hemoroid terbagi menjadi dua yaitu hemoroid eksterna berupa
pelebaran vena subkutan di bawah atau di luar linea dentata sedangkan
hemoroid interna berupa pelebaran vena submukosa di atas linea
dentata (Sudarsono, 2015).
Hemoroid eksterna adalah terjadinya varises pada pleksus
hemorodialis inferior di bawah linea dentate dan tertutup oleh kulit.
Hemoroid ini diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus dan sebenarnya
merupakan hematoma. Walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna
akut, bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik berupa satu
atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan dan sedikit
pembuluh darah.
Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus
hemoroidalis superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa.
Terdapat empat derajat hemoroid interna, yaitu:
a. Derajat I, terjadi varises tetapi belum ada benjolan saat defekasi.
Dapat diketahui dengan adanya perdarahan melalui signiodoskopi.
b. Derajat II, ada perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat
mengejan selama defekasi tetapi dapat kembali secara spontan.
c. Derajat III, sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat
kembali secara spontan, harus didorong (manual).
d. Derajat IV, prolaps tidak dapat direduksi atau inkarserasi. Benjolan
dapat terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedem dan
ulserasi.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Umumnya perdarahan merupakan tanda pertama dari hemoroid interna
akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna
merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Hemoroid
yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps (Sudarsono, 2015).
Gejala yang paling sering adalah ditemukan perdarahan lewat anus,
nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah anus, sekret atau
keluar cairan melalui anus, rasa tidak puas waktu buang air besar
(Sya’haya & Iyos 2016).

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Colok Dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum.
Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hemoroid pada umumnya meliputi modifikasi gaya
hidup, perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi.
Diet seperti minum 30–40 ml/kgBB/hari dan makanan tinggi serat 20-
30 g/hari. Perbaikan pola defekasi dapat dilakukan dengan berubah ke
jongkok pada saat defekasi. Penanganan lain seperti melakukan warm
sits baths dengan merendam area rektal pada air hangat selama 10- 15
menit 2-3 kali sehari.
Penatalaksanaan farmakologi untuk hemoroid adalah :
a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat
laksatif memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik.
b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri.
Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk
hemoroid eksterna.
c. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan
hesperidin.
d. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat. Terapi
topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk
menghilangkan rasa sakit daripada lidokain (Xylocaine). Pada
pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi atau
insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset
gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif.
Penatalaksanaan invasif dilakukan bila manajemen konservatif
mengalami kegagalan, antara lain:
a. Rubber band ligation merupakan prosedur dengan menempatkan
karet pengikat di sekitar jaringan hemoroid interna sehingga
mengurangi aliran darah ke jaringan tersebut menyebabkan
hemoroid nekrosis, degenerasi, dan ablasi.
b. Laser, inframerah, atau koagulasi bipolar menggunakan laser atau
sinar inframerah atau panas untuk menghancurkan hemoroid
interna.
c. Penatalaksanaan bedah dengan tindakan hemoroidektomi.
(Sudarsono, 2015).
8. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


keperawatan
1 Risiko Perdarahan (D.0012) Tingkat Pendarahan Pencegahan Perdarahan
Definisi : Kriteria Hasil : Observasi :
Beresiko mengalami kehilangan 1. Membran mukosa lembap meningkat 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
darah baik interlnal maupun 2. Kelembapan kulit meningkat 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin
eksternal 3. Kognitif meningkat
sebelum setelah kehilangan darah
4. Hemoptisis menurun
Faktor Resiko : 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
5. Hematemesis menurun
1. Aneurisma 6. Hematuria menurun 4. Monitor koagulasi
2. Gangguan gastrointestinal 7. Perdarahan anus menurun Terapeutik:
3. Gangguan fungsi hati 8. Distensi abdomen menurun 1. Pertahankan bed rest selama
4. Kompilkasi kehamilan 9. Perdarahan vagina menurun perdarahan
5. Komplikasi pasca partum 10. Perdarahan pasca operasi me 2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
6. Gangguan koagulasi 11. Hemoglobin membaik
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
7. Efek agen farmakologis 12. Hematokrit membaik
4. Hindari pengukuran suhu rectal
13. Tekanan darah membaik
8. Tindakan pembedahan Edukasi :
14. Frekuensi nadi membaik
9. Trauma 15. Suhu tubuh membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
10. Kurang paparan informasi 2. Anjurkan menggunakan kaus kaki
tentang pencegahan saat ambulasi
pendarahan 3. Anjurkan meningkatkan asupan
11. Proses keganasan cairan untuk
Kondisi klinis terkait menghindari konstipasi
1. Aneurisma 4. Anjurkan menghindari aspirin atau
2. Koagulasi intravaskuler antikoagulan
diseminata 5. Anjurkan meningkatkan asupan
3. Sirosis hepatis makanan dan vitamin K
4. Ulkus lambung 6. Anjurkan segera melapor jika terjadi
5. Varisies perdarahan
6. Trombositopenia Kolaborasi :
7. Ketuban pecah 1. Kolaborasi pemberian obat
8. Plasenta previa pengontrol perdarahan, jika perlu
9. Atonia uterus 2. Kolaborasi pemberian produk darah,
10. Retensi plasenta jika perlu
11. Tindakan pembedahan 3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja,
12. Kanker jika perlu
13. Trauma

2 Risiko Konstipasi (D.0052) Eliminasi Fecal Pencegahan Konstipasi


Definis : Kriteria Hasil : Observasi :
Beresiko mengalami penurunan 1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 1. Identifikasi faktor risiko konstipasi
frekuensi normal defekasi 2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun (mis. Asupan serat tidak adekuat,
disertai kesulitan 3. Mengejan saat defekasi menurun
asupan cairan tidak adekuat,
4. Distensi abdomen menurun
danpengeluaran feses tidak aganglionik, kelemahan otot
5. Teraba massa pada rektal menurun
lengkap. 6. Urgency menurun abdomen, aktivitas fisik kurang)
Faktor resiko 7. Nyeri abdomen menurun 2. Monitor tanda dan gejala konstipasi
Fisiologis : 8. Kram abdomen menurun (mis. Defekasi kurang 2 kali
1. Penurunan motilitas 9. Konsistensi feses membaik seminggu, defekasi lama / sulit,
gastroimtestinal 10. Frekuensi BAB membaik feses keras, peristaltik menurun)
2. Pertumbuhan gigi 11. Peristaltik usus membaik 3. Identifikasi status kognitif untuk
tidakadekuat mengkomunikasikan kebutuhan
3. Ketidakcukupan diet 4. Identifikasi penggunaan obat-
4. Ketidakcukupan asupan serat obatan yang menyebabkan
5. Ketidakcukupan asupan konstipasi
cairan Terapeutik :
6. Aganglionik 1. Batasi minuman yang mengandung
7. Kelemahan otot abdomen kafein dan alkohol
Psikologis : 2. Jadwalkan rutinitas BAK
1. Konfusi 3. Lakukan masase abdomen
2. Depresi 4. Berikan terapi akrupresur
3. Gangguan emosional Edukasi :
Situasional : 1. Jelaskan penyebab dan faktor risiko
1. Lesi/cidera pada medula konstipasi
spinalis 2. Anjurkan minum air putih sesuai
2. Spina bifida dengan kebutuhan (1500-2000
3. Stroke mL/hari)
4. Sklerolis multiple 3. Anjurkan mengkonsumsi makanan
5. Penyakit parkinson berserat (25-30 gram/hari)
6. Demensia 4. Anjurkan meningkatkan aktivitas
7. Hiperparatiroidisme fisik sesuai kebutuhan
8. Hipoparatiroidisme 5. Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2
kali/hari
6. Anjurkan berjongkok untuk
memfasilitasi proses BAB
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi, Jika
perlu
3 Risiko Ketidakseimbangan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Cairan (D.0036) Kriteria Hasil : Observasi :
Definisi : 1. Asupan cairan meningkat 1. Monitor status hidrasi (mis.
Beresiko mengalami penurunan, 2. Output urin meningkat frekuensi nadi, kekuatan
3. Membran mukosa lembap
peningkatan atau percepatan nadi, akral, pengisian
4. Asupan makanan meningkat
perpindahan cairan dari 5. Edema menurun kapiler, kelembapan
intravaskuler, intersisial atau 6. Dehidrasi menurun mukosa,
intraseluler 7. Asites menurun turgor kulit, tekanan darah)
Faktor resiko : 8. Konfusi menurun 2. Monitor berat badan harian
1. Prosedur pembedahan mayor 9. Tekanan darah membaik 3. Monitor berat badan
2. Trauma/perdarahan 10. Frekuensi nadi membaik sebelum dan sesudah
3. Luka bakar 11. Kekuatan nadi membaik dialysis 4. Monitor hassil
13. Tekanan arteri rata-rata membaik
4. Aferesis pemeriksaan laboratorium
14. Mata cekung membaik
5. Asites 15. Turgor kulit membaik (mis. hematokrit, Na, K, Cl,
6. Obstruksi intestinal 16. Berat badan membaik berat jenis urine, BUN)
7. Peradangan pankreas 4. Monitor status hemodinamik
8. Penyakit ginjal dan kalenjer (mis. MAP, CVP, PAP,
9. Dusfungsi intestinal PCWP jika tersedia)
Kondisi Klinis Terkait Terapeutik :
1. Prosedur pembedahan mayor 1. Catat intake-output dan
2. Penyakit ginjal dan kalenjer hitung balans cairan 24 jam
3. Perdarahan 2. Berika asupan cairan, sesuai
4. Luka bakar kebutuhan
3. Berikan cairan intravena,
jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
4 Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
Definisi : Kriteria Hasil : Observasi :
Kondisi emosi dan pengalaman 1. Verbalisasi kebingungan menurun 1. Identifikasi saat tingkat
subyektif indivdu terhadap objek 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi ansietas berubah (mis.
yang dihadapi menurun
ynag tidak jelas dan spesifik Kondisi, waktu, stressor)
3. Periku gelisah menurun
akibat antisipasi bahaya yang 4. Perilkau tegang menurun 2. Identifikasi kemampuan
memungkinkan individu 5. Keluhan pusing menurun mengambil keputusan
melakukan tindakan untuk 6. Anoreksia menurun 3. Monitor tanda-tanda
menghadapi ancaman 7. Palpitasi menurun ansietas (verbal dan
Penyebab : 8. Diaforesis menurun nonverbal)
1. Krisis situasional 9. Tremor menurun Terapeutik :
2. Kebutuhan tidak terpenuhi 10. Pucat menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik
11. Konsentrasi membaik
3. Krisis aturasional untuk menumbuhkan
12. Pola tidur membaik
4. Ancaman terhadap konsep 13. Frekuensi nadi membaik kepercayaan
diri 14. Tekanan darah membaik 2. Temani pasien untuk
5. Ancaman terhadap kematian 15. Kontak mata membaik mengurangi kecemasan, jika
6. Kekhawatiran mengalami 16. Pola berkemih membaik memungkinkan
kegagalan 17. Orientasi membaik 3. Pahami situasi yang
7. Disfungsi sistem keluarga membuat ansietas
8. Hubungan orang tua anak 4. Dengarkan dengan penuh
tidak memuaskan perhatian
9. Faktor keturunan 5. Gunakan pendekatan yang
10. Penyalahgunaan zat tenang dan meyakinkan
11. Terpapar bahaya lingkungan 6. Tempatkan barang pribadi
12. Kurang terpapar informasi yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
8. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
5 Intoleransi Aktivitas (D.0056) Ambulasi Manajemen Energi
Definis : Kriteria Hasil : Observasi :
Ketidakcukupan energi untuk 1. Menopang berat badan meningkat 1. Identifikasi gangguan fungsi
melakukan aktifitas sehari-hari. 2. Berjalan dengan langkah yang efektif tubuh yang mengakibatkan
meningkat
Penyebab : kelelahan
3. Berjalan dengan langkah pelan
1. Ketidakseimbangan antara meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan
suplai dan kebutuhan 4. Berjalan dengan langkah sedang emosional
oksigen meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Tirah baring 5. Berjalan dengan langkah cepat 4. Monitor lokasi dan
3. Kelemahan meningkat ketidaknyamanan selama
4. Imobilitas 6. Berjalan menanjak meningkat melakukan aktivitas
5. Gaya hidup monoton 7. Berjalan menurun meningkat
8. Berjalan jarak pendek meningkat
9. Berjalan jarak sedang meningkat Terapeutik :
Kondisi klinis terkait 10. Berjalan jarak jauh meningkat 1. Sediakan lingkungan
1. Anemia 11. Berjalan mengitari ruangan nyaman dan rendah stimulus
2. Gagal jantung kongstif meningkat 2. Lakukan latihan rentang
12. Berjalan melewati ringtangan
3. Penyakit jantung koroner gerak pasif dan/atau aktif
meningkat
4. Penyakit katup jantung 13. Nyeri saat berjalan menurun 3. Berikan aktivitas distraksi
5. Aritmia 14. Kaku pada persendian menurun yang menenangkan
6. Penyakit paru obstruktif 4. Fasilitasi duduk di sisi
kronis tempat tidur, jika tidak dapat
7. Gangguan metabolik berpindah atau berjalan
8. Gangguan muskoloskleletal Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
6 Risiko Infeksi (D.0142) Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Definisi : Kriteria Hasil : Observasi :
Besesiko mengalami 1. Kebersihan tangan meningkat 1. Monitor tanda dan gejala
peningkatan terserang organisme 2. Kebersihan badan meningkat infeksi lokal dan sistemik
3. Demam menurun
patogenik Terapeutik :
4. Kemerahan menurun
Faktor Resiko : 5. Nyeri menurun 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Penyakit Kronis 6. Nyeri menurun 2. Berikan perawatan kulit
2. Efek prosedur invasif 7. Bengkak menurun pada area edema
3. Malnutrisi 8. Vesikel menurun 3. Cuci tangan sebelum dan
4. Peningkatan paparan 9. Cairan berbau busuk menurun sesudah kontak dengan
organisme patogen 10. Sputum berwarna hijau menurun pasien dan lingkungan
lingkungan 11. Drainase purulen menurun pasien
12. Piuria menurun
5. Ketidakadekuatan 4. Pertahankan teknik aseptik
13. Periode malaise menurun
pertahanan tubuh primer 14. Periode menggigil menurun pada pasien berisiko
6. Ketidakadekuatan 15. Letargi menurun tinggi
pertahanan tubuh sekunder 16. Gangguan kognitif menurun Edukasi :
Kondisi Klinis Terkait : 17. Kadar sel darah putih membaik 1. Jelaskan tanda dan gejala
1. AIDS infeksi
2. Luka bakar 2. Ajarkan cara mencuci
3. Penyakit paru obstrktif tangan dengan benar
4. DM 3. Ajarkan etika batuk
5. Tindakan invasif 4. Ajarkan cara memeriksa
6. Kondisi penggunaan terapi kondisi luka atau luka
steroid operasi
7. Penyalahgunaan obat 5. Anjurkan meningkatkan
8. Kanker asupan nutrisi
9. Gagal ginjal 6. Anjurkan meningkatkan
10. Imunosupresi asupan cairan
11. Lymphedema Kolaborasi :
12. Leukositopenia 1. Kolaborasi pemberian
13. Gangguan fungsi hati imunisasi, jika perlu

7 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri dengan Manajemen Nyeri


Definisi : Kriteria Hasil : Observasi :
Pengalaman sensorik atau 1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
emosional yang berkaitan 2. Meringis menurun karakteristik, durasi,
3. Sikap protektif menurun
dengan kerusakan jaringan frekuensi, kualitas,
4. Gelisah menurun
aktual atau fungsional dengan 5. Kesulitan tidur menurun intensitas nyeri
onset mendadak atau lambat dan 6. Menarik diri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
berintensitas ringan hingga berat 7. Berfokus pada diri sendiri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non
yang berlangsung kurang dari 3 8. Diaforesis menurun verbal
bulan. 9. Perasaan depresi (tertekan) menurun 4. Identifikasi faktor yang
Penyebab : 10. Perasaan takut mengalami cedera memperberat dan
1. Agen Pencedara Fisiologis berulang menurun memperingan nyeri
11. Anoreksia menurun
2. Agen Pencedera Kimiawi 5. Identifikasi pengetahuan dan
12. Perineum terasa tertekan menurun
3. Agen pencedera fisik 13. Uterus terasa membulat menurun keyakinan tentang nyeri
Kondisi Klinis Terkait : 14. Ketegangan otot menurun 6. Identifikasi pengaruh
1. Kondisi pembedahan 15. Pupil dilatasi menurun budaya terhadap respon
2. Cedera traumatic 16. Muntah menurun nyeri
3. Infeksi 17. Mual menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri
4. Sindrom koroner akut 18. Frekuensi nadi membaik pada kualitas hidup
5. glakuoma 19. Pola napas membaik 8. Monitor keberhasilan terapi
20. Tekanan darah membaik komplementer yang sudah
21. Proses berfikir membaik diberikan
22. Fokus membaik
9. Monitor efek samping
23. Fungsi berkemih membaik
24. Perilaku membaik penggunaan analgetik
Analgetik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Septadina, Indri Seta & Veronika, Fifi. (2015). Gambaran Histopatologi Epitel
Transisional Kolorektal pada Pasien Hemoroid. Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, Volume 2, No. 1, Hal : 85-91
Sudarsono, Danar Fahmi. (2015). Diagnosis Dan Penanganan Hemoroid. J
MAJORITY Volume 4 Nomor 6, Hal : 31-34
Sya’haya, Shesy & Iyos, Rekha Nova. (2016). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Daun Ungu (Graptophylum Pictum Griff) Terhadap Penyembuhan
Hemoroid. MAJORITY Volume 5 I Nomor 5, Hal 155-160

Banjarmasin, 1 Maret 2021

Preseptor akademik Preseptor Klinik

(Solikin, Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.,MB) (Roesmanita, S.Kep.,Ners)

Anda mungkin juga menyukai