Oleh:
CANDRA DEWI RAHAYU
22020114410051
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di Indonesia semua pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, telah
merancang berbagai bentuk format Discharge Planning, bentuk
pendokumentasian discharge planing berupa resume pasien pulang. Cara ini
merupakan pemberian informasi yang sasarannya ke pasien dan keluarga
hanya untuk mengingatkan, akan tetapi tidak ada yang bisa menjamin apakah
pasien dan keluarga mengetahui faktor resiko apa yang dapat membuat
penyakitnya kambuh, penanganan apa yang dilakukan bisa terjadi
kegawatdaruratan terhadap kondisi penyakitnya. Discahrge planing
seharusnya memberikan proses deep-learning pada pasien sehingga
terjadinya perubahan perilaku dan kemampuan melakukan perawatan diri
secara mandiri baik pasien maupun keluarga (Uke Panila, 2014). Terutama
pada pasien dengan gangguan cardiovascular outcome dari perawatan
gangguan cardiovasculat adalah pasien bisa toleran dalam melakukan ADL
(activity dialy living).
Penelitian yang dilakuakn oleh Jane Graham pada tahun 2013
menunjukan bahwa discharge planning sangat dibutuhkan pada pasien di
masa transisi yaitu perpindahan pasien dari perawatan rumah sakit-perawatan
rumah. Untuk mendapat discharge planing yang berkualitas diperlukan
pengkajian yang mendalam terkait dengan metoda discharge planning. Untuk
menerapkan metoda discharge planning yang berkualitas harus di ketahui
terlebih dahulu kebutuhan pasien dan perawat dalam melakukan discharge
planning. Dalam pemenuhan tersebut tentu dipengaruhi oleh banyak faktor
baik dari perawat, pasien maupun tenaga profesional yang lain. Dan apakah
faktor-faktor tersedut dapat mempengaruhi kualitas discharge planning
sehingga berdampak terhadap tingkap kemanddirian pasien terutama pada
pasien dengan gangguan cardiovascular?
Discharge planning yang dilakukan sejak awal (saat pasien masuk)
dapat menurunkan angka kunjungan ulang pasien ke rumah sakit dengan
keluhan yang sama (relapse) (Mary T Fox, 2013) bahkan dapat menurunkan
angka terjadinya komplikasi (Jane Graham, 2013) selain itu discharge
3
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
discharge planning terhadap tingkat kemandirian pasien dengan gangguan
kardiovascular pasca hospitalisasi
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi
kualitas discharge planning pada pasien dengan gangguan
cardiovascular.
b) Untuk mengetahu efectifitas discharge planning terprogram dalam
meningkatkan tingkat kemandirian pasien dengan gangguan
cardiovascular.
c) Untuk mengetahui efektifitas perawat khusus dalam melakukan
discharge planning pada pasien dengan gangguan cardiovascular
B. METODE
Pengumpulan artikel yang dilakukan sitematik review ini menggabungkan antara
discharge planning yang dilakukan oleh perawat dan oleh tenaga kesehatan lain
dalam melakukan perawatan mandiri dan rehabilitasi.
1. Kriteria inklusi dan eksklusi
Kriteria inkkusi yaitu artikel dengan metoda penelitian kulaitatif dan
kuantitatif tahun 2010-2014 dilakukan secara terprogram discharge planning
pada pasien dengan gangguan cardiovascular dengan usia dewasa (minimal
18 tahun) dan di evalusi secara berkala untuk mengetahui factor yang dapat
mempengaruhi kualitas discharge palanning serta efektifitas discharge
planning yang dilakukan secara terprogram.
4
Gambar 1
Diagram prisma
4. Analisa Data
Data dikumpulkan berdasarkan tujuan, sampel dan hasil yang
sebanding kemudian dilakukan analisis (table 1) sehingga dapat pula dilihat
heterogenitas dari hasil penelitian yang ditemukan dalam studi (publikasi
ilmiah). Jika dalam temuan jurnal tidak sesuai dengan kirteria baik kriteria
inklusi maupun kriteria eksklusi ataupun hasil tidak sesuai yang telah
ditetapkan maka jurnal tersebut tidak dilakukan sistematik review (dihapus).
Sistematik review ini bertujuan untuk untuk memperkuat hasil dari
studi/penelitian tersebut. Dalam review ini ada tiga jurnal yang kemudian
tidak dilakukan analissis (dihapus).
7
Tabel 1
Karakteristik artikel yang didapatkan ( n=4)
No Penulis (tahun) Judul Jurnal Tujuan Metodologi Hasil
1 S Rian Greysen “Learning by J Gen Intern Mengurangi Kualitatif Lima topik utama untuk identifikasi
et all (2012) Doing”—Resident Med readmisi dan analissis discharge planning yang berkualitas
Perspectives on efeksamping 1. Kerja sama tim dan interdisipliner
Developing dengan penggunaan Disharge planing
Competency in discharge laning 2. Perencanaan terstuktur serta
High-Quality yang berkualitas strategi discharge planing
Discharge Care 3. Keselamatan pasien dan konsep
Discharge planning yang aman
4. Perawatan berkelanjutan setelah pasien
mendapatkan discharge planning.
5. Dokumentassi discharge planing
2 Emily J. Features of High J Gen Intern Untuk Kualitatif study Lima tema untuk membedakan kualitas
Cherlinall Quality Discharge Med mengidentifikasi discharge planning
(2012) Planning for Patients proses discharge 1. Memulai Discharge planning pada saat
Following Acute planning terkait pasien masuk
Myocardial dengan kinerja 2. Memberikan perawatan komprehensif
Infarction yang lebih baik di dalam perawatan pasien.
rumah sakit 3. Memastikan bahwa rencana tindak lanjut
perawatan AMI di berikan sebelum rencana pemulangan
yang diukur dengan 4. Memberikan waktu khusus untuk
RSMR discharge planning pada lien dan
keluarga.
5. Menghubungi perawat primer untuk
rencana perawatan tindak lanjut.
8
3 Palle Larsen et Stimulation to self Nursing Untuk menguji Quasi ekspeimen tidak ada perbedaan total perilaku perawatan
all (2013) care in patient with Education and prosedur diri antara kelompok pada awal perlakuan
heart failure: a quasi- Practice perencanaan nilai p=0,161
experimental study pemulanangan setelah 4 minggu total score pada kelompok
terhadap pasien control 25,3 dan pada kelompok intervensi
gagal jantung 22,2 dengan nilai p=0.049
dengan gejala setelah 12 minggu total score pada
ringan dan sedang kelompok control 26,8 angka ini sama pasa
Serta untuk saat awal percobaan dan pada kelompok
mengetahui efek intervensi dengn score 22.6. perbedaan skor
persiapan rencana 6,2 atau nilai p=0,007
pulang indivudu
dalam rehabilitasi
4 Cristina Effect of a nurse BioMed Untuk Single centre Discharge planning yang dilakuka oleh case
Meisinger et all case management Central mengevaluasi randomized two management tidak mendapatkan hasil yang
(2013) compared to usual discharge planning armed group signifikan setelah satu tahun perlakuan
care among aged yang diberikan oleh tryal dengan hazard interval 1.01, 95% dan
patients with perawat berbasis confidence interval 0.72-1.41
myocardial managemen kasus
infarction: result
from the randomized
controlled
KORINDA studi
9
C. HASIL
Systematic review yang dilakukan dengan metoda kulaitatif dan kuantitatif
pada empat jurnal yang dianalisis yang didapat dengan menggunakan metoda
boleon dari e juranal EBSCO, ProQuest, PubMed, AJN dan google search
(gambar 1).
Hasil penelitian kualitatif dengan mengidentifikasi beberapa tema, sedangkan
hasil penelitian RCT dilakukan perlakuan berupa discharge planning
(memberikan pendidikan kessehatan) yang kemudian di lakukan follow up untuk
mengetahui efektifitas dari perlakuan/tindakan. Untuk penelitian RCT tidak
dilakukan blinding dijelaskan dalam jurnal karena tidak memungkinkan untuk
dilakukan blinding yang disebabkan karena perlakukan/tindakan berupa
pemberian pendidikan kesehatan sehingga untuk sampel perawat tidak bisa
dilakukan blinding, akan tetapi untuk pasien tetap dilakukan blinding.
1. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas discharge planning
Ketika akan menentukan bagaiamana teknik yang paling benar
sehingga discharge planning dapat berkualitas dibutuhkan pembelajaran lebih
mendalam untuk proses discharge planning. Proses ini sangat penting untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pasien. Proses tersebut
menunjukan bahwa untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas
dibutuhkan kerjasama, perencanaan terstruktur, keamanan pasien, perawatan
berkelanjutan dan dokumentasi. (Greysen at all: 2011) dari dasar asumsi
tersebut kemudian dijadikan tema dalam penelitian.
Lima tema tersebut adalah kerja sama tim dan interdisipliner
Disharge planing pada tema ini difikuskan tentang komunikasi yang
dilakukan antar tenaga kesehatan. Meningkatkan kedisiplinan dan kerjasama
antar tim akan meningkatkan kualiatas pelayan discharge planning. Sehingga
kerja sama tim sangat dibutuhkan dalam proses discharge planning. Tema
yang kedua: perencanaan terstuktur serta strategi discharge planning, hasil
menunjukan belum ditemukan bahwa discharge planning dijadikan sebagai
prioritas sampai pasien siap untuk pulang. Untuk memberikan perencanaan
terstruktur dilakukan dengan pembuatan jadwal terkait dengan kemampuan
pasien dalam melakukan perawatan dan keselamatan pasien dalam keadaan
10
gawat. Tema tiga: Keselamatan pasien dan konsep Discharge planning pasien
membutuhkan perawatan yang holistic dan berkelanjutan dalam proses
penyembuhan. Hasil penelitian menunjukan keselamatan pasien setelah
pulang adalah perawatan lanjutatau rehabilitasi, Tema empat: Perawatan
berkelanjutan setelah pasien mendapatkan discharge planning, discharge
planning yang sudah dilakukan tapi masih susah untuk dilakukan
pembelajaran berkelanjutan ssetelah pasien pulang sehingga harus ada follow
up post discharge Tema lima: Dokumentassi discharge planning:
dokumentasi selalu berbanding lusrus dengan kualitass discharge planning
sedangkan discharge planning yang berkualitas harus terdokumentasi standar
(terdapat standar dokumentasi)
Emely J Cerlin tahun 2012 hasil penelitian ini klasifikasikan dengan
lima tema yaitu memulai discharge planning pada saat pasien masuk, yaitu
diberikan pada awal pasien baru masuk rumah sakit. Penting dilakukan untuk
membina hubungan yang proaktif dalam proses discharge planning.
Memberikan perawatan komprehensif oleh perawat case management yaitu
dengan memberikan pelayanan management kasus yang terdiri dari perawat,
tenaga social dan tenaga kesehatan lain. Memastikan bahwa rencana tindak
lanjut di berikan sebelum rencana pemulangan, hal menunjukan follow up
setelah pasien pulang dari rumah sakit penting dilakukan dimana hal ini juga
akan menunjukan performa/kualitas dari rumah sakit tersebut. Memberikan
waktu khusus untuk discharge planning pada klien dan keluarga. Pendidikan
kesehatan dilakukan pada waktu khusus dalam rangka persiapan pasien
pulang. Menghubungi perawat primer untuk rencana perawatan tindak lanjut.
Rencana perawatan tindak lanjut diberikan pada hari 1-2 setelah perawatan
tema pendidikan kesehatan dilakukan oleh perawat primer yang kemudian
didelegasikan kepada stafnya atau perawat asosiet.
D. PEMBAHASAN
Empat jurnal dilakukan review sudah berdasarkan kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi yang telah ditetapkan. Pada jurnal yang dilakukan dengan metoda
kualitatif yang sudah di lakukan appraisal dengan menggunakan CASP tools
mempunyai nilai baik yaitu diatas 80% begitu juga untuk jurnal dengan RCT. Hal
ini menunjukan bahwa jurnal tersebut layak untuk diaplikasikan dalam ruang
lingkup keperawatan khususnya baik dari untuk keperawatan klinik ataupun dari
managemen keperawatan.
Metoda RCT yang dilakukan tidak dilakukan blinding pada jurnal 3 (tiga)
dan single blind pada jurnal (4) sehingga munculnya bias pada hasil penelitian
lebih tinggi pada metoda RCT ini (Munsri: 2013). Seharusnya peneliti
menggunkan double bahkan triple blind pada penelitian sehingga bias dalam
penelitian dapat diminimalisir.
Dalam jurnal 1 (satu) tidak mencantumkan adanya etical clearance dalam
penelitian. Etik merupakan seperangkat prinsip yang harus dipatuhi agar
pelaksanaan suatu kegiatan oleh seseorang atau profesi dapat berjalan secara
benar (the right conduct)(badan penelitian dan pengembangan kesehatan: 2014)
dalam jurnal kualitatif juga tidak dijelaskan dimana jurnal ini lebih tepat
diaplikasikan.
Dari hasil penelitian diatas telah dijelaskan beberapa factor yang dapat
mempengaruhi kualitas discharge planning dan juga telah diketahui factor yang
paling dominan mempengaruhi kualitas discharge planning yaitu discharge
planning yang dilakukan sejak awal pasien masuk, ada perawat case managemen
yang akan memberikan discharge planning serta adanya dokumentasi yang jelas.
Hal ini menunjukan bahwa discharge planning terprogram/terstruktur
mempunyai efek yang signifikan terhadap kualitas discharge planning yang akan
diberikan kepada pasien. Sedangkan discharge planning yang berkualitas akan
13
meningkatkan kemandirian pasien. Akan tetapi hal ini belum kita jumpai dirumah
sakit khususnya rumah sakit dikabupaten Wonosobo.
Dokumentasi discharge planning yang diberikan dirumah sakit hanya
berupa resume pasien pulang yang isinya hanya berupa obat-obatan, jadwal
kontrol tanpa ada penjelasan dari perawat terkait dengan kondisi psien saat ini
dan bagaimana managemen perawatan setelah pasien pulang dari rumah sakit.
Sehingga hal ini perlu di tindak lanjuti teruma oleh bidang keperawatan yaitu
untuk mengyusun protap/SOP (standar Opersional Prosedur) yang jelas sesuai
dengan hasil penelitian disertai tools discharge planning yang mengindikasikan
kulaitas dari discharge planning pada suatu rumah sakit.
E. PENUTUP
Dalam jurnal dibahas bahwa tingkat kemandirian pasien melakukan
perawatan pacsa hospitalisasi mengidentifikasi kualitas dari discharge planning
yang diberikan oleh perawat. Dari hasil review yang menunjukan bahwa
discharge planning secara terprogram mempunyai dampak yang positif,
sedangkan discharge planning yang diberikan dipelayan belum optimal
dilakukan, maka fenomena ini bisa dijadikan sebagai bahan untuk researcher
untuk melakukan penelitan lebih lanjut kenapa discharge planning ini belum
optimal dilakukan apakah karen factor managemen dalam arti pendokumentasian
(SOP dan atau belum adanya tools discharge planning) yang sesuai dengan
kondisi rumah sakit dan geografi Indonesia atau mungkin disebabkan karena
sunber daya manusia (SDM). Dengan didapatkan jawaban tersebut maka
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan, pemberian layanan efektif
dan efisien mutu rumah sakit meningkat.
14
F. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
Critical Appaisal Skill Programme CASP UNTUK untuk penelitian Randomized Control Trial (RCT)
kan kan