OLEH :
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
1. KONSEP DASAR HEMOROID
A. Pengertian Hemoroid
Pre OP post OP
pembedahan
Risiko Injuri
n trombosis Psikologis
Fisik
Trauma Prolaps Ketakutan
defektasi haemorrhoid
Ansietas Terputusnya
jaringan
PK perdarahan Takut
untuk BAB
Merangsang
Feses keras Keterbatasan Luka
saraf diameter
gerak
kecil
Risiko Perdarahan Tempat
konstipasi Intoleransi masuknya
aktivitas Gate control
mikroorganisme
Risiko terluka
kekurangan
volume cairan
Saraf aferen
Cartek
carebri
Saraf
diferen
Nyeri akut
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan colon anus
Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.
b. Anoskopi
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol
keluar.
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi
D. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan bedah dan
penatalaksanaan konservatif,dimana penatalaksanaan konservatifter di
bagi menjadi penatalaksanaan medis nonfarmakologis, farmakologis
dan tindakan pembedahan yaitu :
a. Penatalaksanaan medis non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis bertujuan untuk mencegah
semakin memburuknya hemoroid interna derajat I–III atau pasien
yang menolak operasi. Penatalaksanaan nonfarmakologis di
tunjukan pada semua jenis dan derajat hemoroid yang berupa
perbaikan pola hidup, pola makan,dan cara defekasi. Saat defekasi,
posisi yang dianjurkan adalah jongkok untuk menghindari
mengedan yang kuat. Anjuran yang lain, jongkok saat defekasi,
sebaiknya tidak terlalu lama karena akan meningkatkan tekanan
pada pembuluh darah v.hemoroid, dan akan memperparah
terjadinya penyakit hemoroid.
b. Penatalaksanaan farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis dibagi menjadi menjadi empat yaitu:
1. Obat yang berfungsi memperbaiki defekasi
Ada dua macam obat yaitu suplemen serat yang banyak
digunakan antara lain psyllium atau isphagula husk yang berasal
dari biji plantago ovata yang dikeringkan dan digiling menjadi
bubuk. Efek samping antara lain kentut, kembung, kontipasi,
alergi, sakita bdomen. Untuk mencegah kontipasi atau obstruksi
saluran cerna dianjurkan minum air yang banyak. Sedangkan
obat yang kedua yaitu obat pencah arantara lain Natrium dioctyl
sulfosuccinate dengan dosis 300 mg/ hari.
2. Obat simptomatik
Obat simptomatik bertujuan untuk mengurangi keluhan rasa
gatal, nyeri atau karena kerusakan kulit daerah anus. Sediaan
berbentuk suppositoria digunakan untuk hemoroid interna
sedangkan sediaan ointment/krem digunakan untuk hemoroid
eksterna.
3. Obat untuk menghentikan perdarahan
Perdarahan di akibatkan adanya luka pada dinding anus atau
pecahnya v.hemoroid yang dindingnya tipis. Pemberian obatnya
yang dapat digunakan yaitu diosmin, hesperidin.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Diosminthesperidin diberikan dengan tujuan untuk memberikan
perbaikan pada inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c. Pembedahan
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) pada tahun2008
menetapkan indikasi penatalaksanaan pembedahan hemoroid antara
lain :
a. Hemoroid interna derajat II berulang.
b. Hemoroid internaderajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid internaderajat I dan II dengan penyakit penyerta
seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan adalah :
1. Sclerotherapy/injection
2. Rubber band ligation.
3. Infrared thermocoagulation
4. Bipolar Diathermy
5. LaserHemorrhoidectomy
6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid arteryligation.
7. Cryotherapy.
8. Stappled hemorrhoidopexy
Persiapan pre operasi
Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter anestesiologi
menuliskan program yang diindikasikan dengan pasti apa obat
dan persiapan fisik yang diperlukan pasien. Penting untuk
mengajarkan pasien melaksanakan program praoperasi yang
tepat, karena hal tersebut akan memengaruhi kesuksesan
pembedahan. Sambil mengajarkan asuhan praoperasi, ingat
perasaan pasien dan keluarga serta perlunya mereka untuk
ditenangkan. Dalam pembedahan darurat, periode praoperasi
mungkin sangat singkat. Dalam keterbatasan ini, ingat untuk
memberikan dukungan emosiona ke semua
pasien.Menjelaskan apa yang akan terjadi selama dan setelah
pembedahan paling membantu dalam mempersiapkan pasien
dan keluarga. Mereka yang memahami prosedur ini biasanya
lebih rileks dan kooperatif. Informasikan pasien dan keluarga
tentang apa yang diharapkan ketika pasien kembali dariruang
operasi. Ajarkan pasien bagaimana melakukan latihan
pernapasan
Pasca operasi
Hampir semua rumah sakit memiliki sebuah ruangan atau
deretan ruangan yang dibuat di samping untuk perawatan
pasien sesaat setelah pembedahan. Berbagai nama digunakan
untuk mengidentifikasi area ini, termasuk unit perawatan
pascaanestesia (postanesthesia care unit, PACU). Pasien secara
cermat dipantau di PACU sampai ia pulih dari anestesia dan
bersih secara medis untuk meninggalkan unit. Pemantauan
spesifik termasuk ABC dasar kehidupan.Pada saat pasien
kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan atau ke
unit keperawatan, pasien biasanya terjaga dan menyadari
sejumlah ketidaknyamanan. Nyeri biasanya merupakan
ketidaknyamanan pertama pascaoperasi yang disadari oleh
pasien. Nyeri dievaluasi setiap kali tanda vital yang lain
diukur. Nyeri biasanya paling berat sesaat setelah pasien pulih
dari anestesi
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain: Nama, Umur,
JenisHal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini antara lain: Nama,
Umur, JenisKelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status
Mental, Suku, Keluarga/orangKelamin, Pendidikan, Pekerjaan,
Agama, Status Mental, Suku, Keluarga/orangterdekat, alamat,
nomor registrasi.
2. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan
pada anus, dan merasa ada benjolan di sekitar anus.Keluhan nyeri
yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid
interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
trombosis.
3. Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor
predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya
hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat
diet rendah serat.
4. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan
kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi, intervensi
5. Pemeriksaan survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah
akibat menahan sakit. TTV bisa normal atau bisa didapatkan
perubahan, seperti takikardi, peningkatan pernapasan.
6. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus,
kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok
anus,hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidakcukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok
anusdiperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum
Menurut Haryono (2012),pengkajian pada hemoroid sebagai berikut
7. Riwayat kesehatan
Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi? Adakah
nyeri abdomen? Apakah terdapat perdarahan pada rektum?
Bagaimana pola eliminasi? Apakah sering menggunakan laksatif?
8. Riwayat diet
Bagaimana pola makan pasien? Apakah pasien mengkonsumsi
makanan yang mengandung serat?
9. Riwayat pekerjaan
Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau
berdiri dalam waktu lama?
10. Pengkajian fisik :
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, malaise.
b. Sirkulasi
Tanda:Takikardi (nyeri ansietas), pucat (kemungkinan adanya
perdarahan)
c. Eliminasi
Gejala :Riwayat adanya hemoroid, ketidakmampuan defekasi
(konstipasi),
d. rasa tidak puas waktu defekasi.
Tanda : Konstipasi (kerasnya) terdapat goresan darah atau
nanah, keluar darah sesudah atau sewaktu defekasi, perdarahan
biasanya berwarna merah segar karena tempat perdarahan yang
dekat.
Hemoroid interna seringkali berdarah waktu defekasi,
sedangkan hemoroid eksterna jarang berdarah.
e. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, mual dan muntah
f. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan
Tanda : Terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau
berdenyut.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dalam kasus hemoroid
adalah :
1. Risiko konstipasi dibutikan dengan kebiasaan menahan dorongan
defekasi
2. Risiko hipovolemia dibuktika dengan kekurangan intake cairan.
3. Ansietas berhubungan dengan kekhwatiran mengalami kegagalan
dibutikan dengan merasa khwatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit
tidur.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas dibuktikan
dengan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur
operasi) dibutikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis,
bersikap protektif, gelisah, sulit tidur.
C. Rencana Keperawatan ( SLKI, SIKI )
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Risiko konstipasi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan konstipasi
dibutikan dengan keperawatan selama….x 24 a. Observasi :
kebiasaan menahan jam diharapkan eliminasi fekal 1. Identifikasi faktor risiko
dorongan defekasi membaik dengan kreiteria konstipasi ( mis. Asupan
hasil : serat tidak adekuat, asupan
1. Kontrol pengeluaran feses cairan tidak adekuat,
meningkat aganglionik, kelemahan otot
2. Keluhan defekasi lama dan abdomen, aktivitas fisik
sulit menurun kurang)
3. mengejan saat defekasi 2. Monitor tanda dan gejala
menurun konstipasu ( mis. Defekasi
4. Distensi abdomen menurun kurang 2 kali seminggu,
5. Teraba massa pada rektal defekasi lama/sulit, feses
menurun keras, peristaltik menurun)
6. Uegancy menurun 3. Identifikasi status kognitif
7. Nyeri abdomen menurun untuk mengkomunikasikan
8. Kram abdomen menurun kebutuhan
9. Konsistensi Fases membaik 4. Identifikasi penggunaan
10. Frekuensi defekasi obat-obatan yang
membaik menyebabkan konstipasi
11. Peristatik usus membaik b. Terapeutik :
1. Batasi minuman yang
mengandung kafein dan
alkohol
2. Jadwalkan rutinitas BAK
3. Lakukan masase abdomen
4. Berikan terapi akupresure
c. Edukasi :
1. Jelaskan penyebab dan
faktor risiko konstipasi
2. Anjurkan minum air putih
sesuai dengan kebutuhan
( 1500 – 2000 mL/hari )
3. Anjurkan mengonsumis
makanan berserat (25 – 30
gram/hari)
4. Anjurkan meningkatkan
aktivitas fisik sesuai
keburuhan
5. Anjurkan berjalan 15-20
menit 1-2 x/hari
6. Anjurkan berjongkok untuk
memfasilitasi proses BAB
d. Kalaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi,
jika perlu
2. Risiko hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hipovolemia
dibuktika dengan keperawatan selama… X 24 a. Observasi :
kekurangan intake jam diharapkan status cairan 1. Periksa tanda gejala
cairan. membaik dengan kriteria hasil hipovolemia (miss, frekuensi
: nadi meningkat, nadi terabah
1. Kekuatan nadi meningkat lemah, tekanan darah
2. Turgor kulit meningkat menurun, tekanan nadi
3. Outpot urine meningkat menyempit, turgor kulit
4. Pengisian vena menurun, membran mukuso
meningkatkan kering, volume urin menurun,
5. Ortopnea menurun hematokrik meningkat, haus,
6. Paroxysmal nocturnal lemah)
dyspnea (PND) menurun 2. Monitor intake dan output
7. Edema anasarka menurun cairan
8. Edema perfifer menurun b. Terapeutik :
9. Berat badan menurun 1. Hitung kebutuhan cairan
10. Distensi vena jagularis 2. Berikan posisi modified
menurun trendelenburg
11. Suara napas tambahan 3. Berikan asupan cairan oral
menurun c. Edukasi :
12. Kongesti paru menurun 1. Ajurkan memperbanyak
13. Perasaan lemah menurun asupan cairan oral
14. Keluhan haus menurun 2. Ajurkan menghindar
15. Konsentrasi urine menurun perubahan posisi medadak
16. Frekuensi nadi membaik d. Kolaborasi :
17. Tekanan darah membaik 1. Kolaborasi pemeberian cairan
18. Tekanan nadi membaik IV isotonis (mis, NaCl, RL)
19. Membran mukosa 2. Kolaborasi pemberian Cairan
membaik IV hipotonis (mis, glukosa
20. Jagula venous pressure 2,5%, NaCL 0,4%)
(JVP) membaik 3. Kolaborasi pemberian cairan
21. Kadar Hb membaik koloid (mis. lbumin<
22. Kadar Ht membaik plasmanate)
23. Central venues pressure 4. Kolabroasi pemeberian
membaik produk darah
24. Refluks hepatojugular Pemantauan cairan
membaik a. Observasi :
25. Berat badan membaik 1. Monitor frekuensi dan
26. Hepatomegali membaik kekuatan nadi
27. Oliguria membaik 2. Monitor frekuenai panas
28. Intake cairan membaik 3. Monitor tekanan darah
29. Status mental membaik 4. Monitor berat badan
30. Suhu tubuh membaik 5. Monitor waktu pengisian
kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor
kulit
7. Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
8. Monitor kadar alburmin dan
protein total
9. Monitor hasil pemerikasaan
serum (mis. osmolaritas
serum, hematokrif, natrium,
kalium, BUN)
10. Monitor intake dan output
cairan
11. Indentifikasi tanda-tanda
hipovelmia (mis. Frekuensi
nadi meningkat,nadi teraba
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempiy, turgor kulit
menurun, membran mukoso
kering, volue urin menurun,
hematorit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine
meningkat, berat badan
menurun dalam waktu
singkat)
12. Indetifikasi tanda-tanda
hopervolemia (mis. Dispnea,
edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat,
CPV meningkat, Refleks
hepatojugular positif, berat
badan menurun dalam waktu
singkat)
13. Indetifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan
(mis. Prosedur pembedahan
mayor, taruma/perdarahan,
lika bakar, aferesis, obstruksi
intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
b. Terapeutik :
1. Atur interval aktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
c. Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
D. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah prilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplemntasikan intervensi keperawatan.
E. Implementasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau
kriteriahasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik
selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan.
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu
format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjektif, yaitu pernyataan atau keluhan subjek pasien
b. Objektif, yaitu data yang diobservasi oleh perawat dan keluarganya
c. Analisis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif (biasanya
ditulis dengan bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan
apa tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga
kemungkinan simpulan, yaitu :
1. Tujuan tercapai, yaitu respon klien sama dengan hasil yang
diharapkan
2. Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasi yang diharapkan hanya
sebagian yang berhasil
3. Tujuan tidak tercapai d.Planning, yaitu rencana tindakan yang
akan dilakukan berdasarkan analisi
d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis
REFERENSI
Natasa, Anisa. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.B Dengan Hemoroid
Di Ruang Ambun Suri Rsud DR.Achmad.” KTI. D III Keperawatan,
Stikes Printis Padang, Padang.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.