S
INDIKASI HEMOROID GRADE III DI RUANG KAMAR
OPERASI RUMAH SAKIT HERMINA MEKARSARI
DI SUSUN OLEH :
NIK : 017230808
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga Laporan Kasus ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam kasus iniadalah
“Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny.S Indikasi Hemoroid Di Ruang Kamar Operasi
Rumah Sakit Hermina Mekarsari”. Adapun tujuan dalam pembuatan Laporan Kasus ini adalah
Terima kasih penulis ucapkan kepada Sr. Nina selaku Komite Keperawatan, Sr. Koniah
selaku manager keperawatan yang selelu memberikan banyak perhatian dan masukan kepada
saya sebagai karyawan baru. Terima kasih kepada Ns. Maria S.Kep sebagai PP di Kamar
Operasi yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kasus ini dengan konsultasi yang
diberikan. Selain itu saya ucapkan juga kepada Sr. Endah selaku koordinator orientasi karyawan
baru. Dan juga kepada seluruh PP yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Laporan Kasus
ini. Masukan dan saran yang bermanfaat sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Kasus ini
Penulis
Fauzi ashari
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................
PENDAHULUAN.................................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Tujuan..................................................................................................................
BAB II...................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI..............................................................................................................
B. Asuhan Keperawatan...................................................................................................
BAB III..................................................................................................................................
LAPORAN KASUS..............................................................................................................
BAB IV.................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................
BAB V...................................................................................................................................
PENUTUP.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan melebarnya pembuluh darah vena di sekitar anus yang berasal dari pleksus
hemoroidalis (Simadibrata, 2014). Pleksus hemoroidalis terdiri dari vena dan arteri yang
fungsinya sebagai katup pada sfingter ani untuk bekerja (Ulima, 2012). Hemoroid
menyebabkan perdarahan, pembengkakan, dan nyeri pada bantalan anal (Dorland, 2011).
Hemoroid atau yang sering dikenal dengan penyakit wasir atau ambeien merupakan
penyakit yang sangat umum terjadi di masyarakat dan sudah ada sejak jaman dahulu.
insidennya lebih tinggi pada seseorang yang berusia 20-50 tahun. Pada usia diatas 50
tahun ditemukan 50% populasi mengalami hemoroid (Black & Jane, 2014). Menurut
data WHO, jumlah hemoroid di dunia pada tahun 2014 mencapai lebih dari 230 jiwa dan
diperkirakan meningkat menjadi 350 juta jiwa pada tahun 2030. Berdasarkan data dari
The National Center of Health Statistics di Amerika Serikat, pravelensi hemoroid sekitar
yaitu konstipasi dan mengejan yang berkepanjangan. Selain itu terdapat dilatasi
abnormal dan distorsi saluran vaskular, bersama dengan perubahan destruktif pada
jaringan ikat pendukung dalam kanalis anal, reaksi inflamasi, dan hiperplasia vaskular
ditemukan pada banyak kasus hemoroid (Lohsiriwat, 2012). Kedua jenis hemoroid ini
sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita
yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi
dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Hemoroid adalah seikat
pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah selaput
Hemoroid umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa berhadapan
dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan.
Dalam banyak kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri
Hemoroid diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia (Slavin, 2008). National Center
for Health Statistics (NCHS) melaporkan terdapat 10 juta orang di Amerika Serikat
4,4%, dengan puncak kejadian pada usia antara 45- 65 tahun. Sedangkan pada usia
dibawah 20 tahun penyakit hemoroid ini jarang terjadi. Prevalensi meningkat pada ras
Kaukasian dan individu dengan status ekonomi tinggi (Chong dan Bartolo, 2008). Di
Indonesia sendiri untuk penelitian prevalensi dalam skala nasional juga belum diketahui
pasti. Belum banyak data mengenai pravelensi hemoroid di Indonesia. Menurut data
Depkes tahun 2015 pravelensi hemoroid di Indonesia setidaknya 5,7 % dari total
populasi atau sekitar 10 juta orang, namun lainnya 1,5 % saja yang terdiagnosa. Jika data
Riskesda (Riset Kesehatan Dasar) 2015 menyebutkan ada 12,5 juta jiwa penduduk
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2. Peserta mampu menyusun rencana tindakan keperawatan peri operatif pada klien
3. Peserta mampu memberikan implementasi keperawatan peri operatif pada klien dengan
4. Peserta mampu mengetahui dan memberikan asuhan keperawatan peri operatif pada
hemorroidektomy
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
anus yang berasal dari plexus hemoroidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran
vena yang berada di bawah kulit (subkutan) dibawah atau luar lines dentate.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submokosa)
suatu pelebaran dari vena- vena didalam pleksus hemoroidalis. Walaupun kondisi ini
anus yang berasal dari plexus homorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran
vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa (submukosa)
Pleksus vena hemorrhoidalis interna terletak pada rongga submukosa di atas valvula
2. Klasifikasi
a. Hemoroid eksterna, berasal dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh
epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persyarafan serabut saraf
nyeri somatic.
b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi
mukosa.
2006).
a. Anatomi
Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan
membentang dari kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu
inci terakhir dari rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot
sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah
sekitar 15cm (5,9 inci). Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan
superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga
belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon asendens, kolon sigmoid
dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rectum berasal dari
arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dari arteria iliaka
Gambar 2.1
Keterangan :
1) Rektum
sementara waktu, memberitahu otak untuk segera buang air besar, dan
membantu mendorong feses sewaktu buang air besar. Ketika rektum penuh
dengan feses, maka rektum akan mengembang dan sistem saraf akan
air besar.
2) Kolom Anal
Kolom anal (anal column) atau kolom Morgagni adalah sejumlah lipatan
vertikal yang diproduksi oleh selaput lendir dan jaringan otot di bagian atas
3) Anus
Anus adalah pembukaan yang dilewati oleh kotoran manusia saat kotoran
4) Kanalis Anal
Kanalis anal (anal canal) adalah saluran dengan panjang sekitar 4 cm yang
Sfingter anal internal (internal anal sphincter) adalah sebuah cincin otot
lurik yang mengelilingi kanalis anal dengan keliling 2,5 sampai 4 cm.
Sfingter anal internal ini berkaitan dengan sfingter anal eksternal meskipun
internal adalah untuk mengatur pengeluaran feses saat buang air besar.
Sfingter anal eksternal (external anal sphincter) adalah serat otot lurik
berbentuk elips dan melekat pada bagian dinding anus. Panjangnya sekitar
8
sampai 10 cm. Fungsi sfingter anal eksternal adalah untuk membuka dan
7) Pectinate Line
membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan bagian sepertiga (bawah)
anus. Fungsi garis ini sangatlah penting karena bagian atas dan bawah
atas garis pectinate, maka jenis wasir tersebut disebut wasir internal yang
b. Fisiologi
Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena
superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat
hemoroid.
Gambar 2.2
Keterangan :
1) Internal hemorrhoid
bawah. Hemorrhoid interna sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu
kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemorrhoid yang kecil-kecil
2) External hemorrhoid
pectinea dan diliputi oleh kulit biasa di dalam jaringan di bawah epitel anus,
a. Kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan
merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari
makan yang pertama kali dimakan pada hari itu. Propulasi feses ke
defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul disatu
kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan
b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
abdomen).
e. Usia tua.
f. Konstipasi kronik.
i. Kurang minum air dan kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah).
j. Kurang olahraga/imobilisasi.
Menurut (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012) tanda dan gejala pada hemoroid yaitu:
a. Rasa gatal dan nyeri, bersifat nyeri akut. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang
cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat) dan yang
6. Patofisiologi
sebagaian besar penulis setuju bahwa diet rendah serat menyebabkan bentuk fases
menjadi kecil, yang bias menyebabkan kondisi mengejan selama BAB peningkatan
venous return. Hemoroid eksterna diklasifikasi sebagai akut dan kronis. Bentuk akut
berupa pembekakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
suatu hematoma. Trombosis akut biasa berkaitan dengan peristiwa tertentu seperti
tenaga fisik, berusaha dengan mengejan, diare atau perubahan dalam diet. Kondisi
rangsangan akumulasi mukus. Keluarnya mukus dan terdapat feses pada pakaian
dalam merupakan ciri hemoroid yang mengalami prolapse menetap (Brunner &
Suddarth, 2013).
vena, dapat di bagi menjadi 2, yaitu Interna dan Eksterna. Yang pertama Interna
(dilatasi sebelum spinter) yang di tandai dengan bila membesar baru nyeri, bila vena
sesudah spinter) di tandai dengan nyeri dan bila vena pecah BAB berdarah-
trombosit-inflamasi.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
rendah serat menyebabkan bentuk fases menjadi kecil yang bisa menyebabkan
7. Pemeriksaan Penunjang
hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak
b. Anoskop
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Konservatif
cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
b. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptic dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan
c. Pembedahan
6) Permintaan pasien.
mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan dan sedasi (Brunner &
Suddarth, 2013).
9. Pencegahan
b. Minuman air sebanyak 6-8 gelas sehari agar tubuh kita tidak kekurangan cairan
tubuh.
d. Mengubah kebiasaan buang air besar. Bila ingin buang air besar segeralah ke
kamar mandi karena akan menyebabkan feses menjadi keras dan jangan duduk
10. Komplikasi
Rektum akan relaksasi dan harsat untuk defekasi hilang apabila defekasi tidak
sempurna. Air tetap terus di absorsi dari masa feses yang menyebabkan feses
menjadi keras, sehingga defekasi selanjutnya lebih sukar. Tekanan fases berlebihan
menyebabkn kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan merupakan salah
satu penyebab hemoroid (vena varikosa rektum). Daerah anorektal sering merupakan
tempat abses dan fistula, kanker kolon dan rektum merupakan kanker saluran cerna
yang paling sering terjadi pada penderita konstipasi. Komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah: hipertensi arterial, impaksi fekal, fisura, serta mengakolon (Smeltzer
a. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut mengejan dan
takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan semakin memperberat luka di
anus.
b. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran tak normal)
d. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar dubur sehingga
tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi merah, makin sakit, dan
besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani dapat busuk. (Dermawan, 2010).
tindakan atau menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta
1. Pengkajian
Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita post operasi
hemoroid menurut Price dan Wilson (2012) meliputi : nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, alamat, agama, status perkawinan, no. register, tanggal MRS, diagnose
keperawatan.
a. Umur
Pada penderita hemoroid sering dijumpai 35% penduduk yang berusia sekitar
Pekerjaan Karena faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan saat defekasi,
pola makan yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya
hemoroid.
b. Keluhan utama
Pada pasien post operasi hemoroid mengeluh nyeri pada anus akibat sesudah
operasi.
e. Riwayat psikososial
Kaji tentang persepsi klien terhadap penyakit yang diderita. Pasien merasa
3) Pola aktivitas
f. Pemeriksaan fisik
6.
2) Tanda-tanda vital
dan halus.
h. Pemeriksaan telinga
lubang.
3) Gendang telinga : kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan dan
sekunder.
i. Pemeriksaan mata
Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dari masing-masing mata (ketajaman
menghilang).
strabismus.
hygiene.
k. Pemeriksaan leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar limfe
Inspeksi frekuensi : irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain : takipnea,
Amati bentuk dada : normal atau barrel chest, funnel chest dan pigeon chest.
m. Pemeriksaan jantung
1) Inspeksi : pada inspeksi bagaimana kondisi dada, simetris atau tidak, ictus
n. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi : pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran
organ.
peningkatan motilitas.
kepekaan.
Genetalia : pada inspeksi apakah ada timosis pada preposium dan apakah ada
Anus
Inspeksi : pada inspeksi terdapat luka post operasi, apakah ada tanda infeksi,
apakah adanya pus (nanah) atau tidak, apakah masih terjadi pendarahan
berlebih.
Palpasi : palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya pus (nanah) atau
tidak.
p. Pemeriksaan ekstremitas
Inspeksi bentuk, adanya luka, edema baik ekstremitas atas maupun bawah.
1) : lumpuh.
2. Diagnosa Keperawatan
7. Berfokus pada diri sendiri menurun 5. Fasilitasi istirahat dan tidur mengganggu
sakit
8. Modifikasi lingkungan
tidur
3 Intoleransi Aktivitas Kriteria Hasil : 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
2. Berjalan dengan langkah yang efektif 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
aktivitas
stimulus
4. Implementasi
b. Diagnosa keperawatan
5. Evaluasi
dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa dan planning). Dalam
evaluasi ini dapat ditemukan sejauh mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan
C. Pathway
Hemoroid
HEMOROIDEKTOMI
Eksisi plexus
hemoroidalis
Port de Entry
Kurangnya informasi Diskotinuitas jaringan Takut BAB
Bakteri/kuman
mudah masuk
Defisit pengetahuan Pelepasan mediator kimia Feses mengeras
tentang penyakit, (bradikardin, histamine
pengobatan dan skretasnin, praglandin)
Resiko infeksi
perawatannya Konstipasi
Nyeri
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari Kamis 5 Oktober 2023 . Penulis mengelola
kasus pada Ny.S (1170059318) dengan masalah penyakit hemoroid di ruang Operasi RS
Hermina Mekarsari.
I. Status Sosial, Ekonomi, Agama, Suku / Budaya, Nilai Kepercayaan, dan Kebutuhan
Privasi
3. Suku/Budaya : Jawa
II. Anamnesis
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada benjolan dianus terasa sakit
7. Apakah pernah mendapatkan obat pengencer darah (aspirin, warfarin, plavis dll) :
√ Tidak
□ Ya, kapan : -
8. Riwayat alergi :
√ Tidak ada
□ Ada, sebutkan : -
9. Nyeri :
□ Tidak ada
√ Ada, dengan skala nyeri : □ NRS
□ FLACSS
√ Wong Baker
Deskripsi :
Provokes : □ benturan □ Tindakan √ Proses Penyakit □ Lain-lain : -
Region :
√ lokasi : dibagian anus
□Menyebar: √ Tidak
□ Ya: -
Severity :
□ FLACSS, skor : - √ Wong Baker, skor : 5-7 □ NRS, skor : - □ BPS, skor : -
Time/durasi nyeri :
Jika ada keluhan nyeri lakukan asesmen lanjutan dan intervensi
2. Laki-laki
a) Sirkumsisi : -
b) Gangguan prostat : -
j. Sistem Integumen 1. Turgor : Kembali cepat
2. Warna : √ TAK □ Ikterik □ Pucat
3. Integritas : □ Utuh □ Dekubitus □ Rash/Ruam
□ Ptekiae
4. Kriteria resiko dekubitus : □ Pasien imoobilisasi □
Penurunan kesadaran □ Malnutrisi □ Inkontinensia
uri/alvi □ Kelumpuhan □ Penurunan persepsi sensori □
Kebas □ Penurunan respon nyeri
5. Psikologis :
a) Status psikologis : □ Tenang √ Cemas □ Sedih □ Depresi □ Marah □ Hiperaktif
□ Mengganggu sekitas □ Lain-lain, sebutkan : -
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 8,9 gr/dl
Hematokrit 27,8,9 %
Leukosit 10,41 10^3/uL
Trombosit 245 10^3/uL
Masa Pembekuan 5
Masa Perdarahan 2
GDS 83
Covid-19 Antigen Rapid NEGATIF
b. Rontgen Thorax
- Terlampir
c. EKG
- Terlampir
D. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Etiologi
1. Didapatkan data fokus pada Hemoroid Agen pencedera
assessment pre op biologis
DS : hemoroid kronis
Pasien mengatakan nyeri
pada anus
Pengkajian nyeri: Respon saraf terhadap
P : Nyeri Ketika aktivitas dan inflamasi
bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : anus Respon sistemik
S : Skala 5
T : Terus menerus
Nyeri akut
DO :
Pasien tampak meringis
kesakitan
Pasien tampak gelisah
TTV:
TD : 134/81 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 20x/menit
Sh : 36 ℃
2. DS : Hemoroid Kekhawatiran
Pasien mengatakn takut mengalami kegagalan
pasien mengatakan khawatir
dengan kondisinya saat ini Hemoroid kronis
pasien mengatakan bingung
DO : Respon sistemik
Pasien tampak gelisah,
tegang
Hemoroidektomi
Ansietas
Respon sistemik
Hemoroidetomi
Resiko cidera
4. Didapatkan data fokus saat Agen pencedera fisik
observasi di ruang pemulihan RR (prosedur operasi)
Hemoroid
DS:
Pasien mengatakan nyeri
pada perutnya Hemoroid\
Pengkajian nyeri
P : Nyeri Ketika bergerak kronis
Q : Seperti disayat-sayat
R : Nyeri bagiananus
S : Skala 4 dilihat dari raut muka Respon saraf terhadap
pasien inflamasi
T : Nyeri hilang timbul
Respon sistemik
DO:
Pasien post operasi
herniatomy Hemoroidetomy
Pasien tampak meringis
KU sedang
Kesadaran CM Luka insisi
TTV
TD : 160/90 mmHg
N : 78 x/menit Nyeri akut
RR : 20 x/menit
Sh : 36℃
5. DS: hemoroid Efek prosedur invasif
pasien mengatakan bahwa (adanya luka operasi)
pasien habis dioperasi
hemoroid Hemoroid kronis
DO:
Terdapat luka post op pada Respon saraf terhadap
anus inflamasi
Luka terbalut kasa
Respon sistemik
Hemoroidetomy
Luka insisi
Resiko infeksi
F.Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Intra Operasi
3. Resiko cedera d.d terpapar alat medis (cauter/patient plate)
Post Operasi
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
5. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasive (adanya luka operasi)
G. Perioperatif Nursing Care Plan
PRE OPERASI
DIAGNOSIS TUJUAN DAN
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
TGL : 05 okt 2 0 2 3 JAM : 13.00 √ Anxietas b.d : √ Tingkat anxietas menurun : √ Memonitoring tanda verbal dan non verbal Anxietas :
□ Kurang informasi √ Monitor tanda verbal dan non verbal kecemasan √ Teratasi
A. ANAMNESA : √ Kekhawatiran cemas √ Menciptakan suasana terapeutik □ Tidak Teratasi
Keluhan : √ Cemas √ Nyeri √ Gelisah kegagalan pasien √ Mengorientasikan lingkungan & Tim operasi
□ Menanyakan dampak pasca operasi √ Orientasikan lingkungan dan tim operasi √ Membimbing pasien untuk berdoa
□ …………………. √ Ciptakan suasana terapeutik √ Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan
√ Dampingi pasien utk mengurangi rasa √ Menganjurkan keluarga untuk mendampingi
B. PEMERIKSAAN FISIK cemas selamapre operasi
1. Kesadaran : √ CM □ Apatis √ Nyeri √ Tingkat nyeri menurun : √ Memonitoring keadaan umum, TTV Nyeri Akut/
□ Somnolen □ Koma Akut/ √ Monitor keadaan umum dan TTV √ Mengidentifikasi nyeri (PQRST) Kronis :
GCS = E : 4 M : 6 V : 5 Kronis b.d : √ Identifikasi nyeri (PQRST) √ Mengajarkan teknik relaksasi □ Teratasi
2. TD : 167/80 mmHg, Sh : 36 ͦ C √ Inflamasi √ Ajarkan teknik non farmakologi untuk untukmengurangi nyero √ Tidak Teratasi
3. Nadi : 77 x/mnt, √ Kuat □ Lemah □ Iskemi mengurangi nyeri (distraksi & relaksasi) √ Mengajarkan teknik non farmakologi
Kulit : √ Hangat □ Dingin □ Neoplasma untukmengurangi nyeri (distraksi &
relaksasi)
CRT = √ ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik
□ Risiko Infeksi d.d □ Tingkat infeksi menurun : □ Memonitoring keadaan umum, TTV Risiko Infeksi :
RR : 210x/mnt SPO2 : 100 %
rencana prosedur □ Monitor tanda dan gejala infeksi (nilai □ Memonitoring tanda dan gejala infeksi □ Teratasi
4. Pemakaian Oksigen : invasif lekosit/ CRP) □ Melakukan teknik aseptic untuk tindakan yang □ Tidak Teratasi
□ Ya √ Tidak □ Nasal □ Pertahankan teknik aseptik akan dilakukan
□ Sungkup □..................ltr/mnt □ Kolaborasi pemberian terapi □ Melakukan pemasangan akses intravena
5. Skala nyeri : 5 pra medikasi □ Memberikan terapi pramedikasi sesuai
6. Fraktur : √ Tidak □ Ya, program pengobatan
Lokasi : ................... □ Koping tidak □ Status koping meningkat : □ Memonitoring tanda verbal dan non Koping Tidak
7. Perdarahan : √ Tidak □ Ya efektif b.d □ Jelaskan prosedur yang akan dilakukan verbal kecemasan Efektif :
□ Aktif terbuka : ±..............ml ketidakadekuatan □ Anjurkan pasien untuk selalu berdoa □ Menciptakan suasana terapeutik □ Teratasi
□ Aktif tertutup strategi koping & untuk ketenangan □ Mengorientasikan lingkungan & Tim □ Tidak Teratasi
Lokasi : ................ sistem pendukung □ Anjurkan keluarga memberi support □ Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan
ke pasien
.
8. Hasil Penunjang :
Laboratorium : □ Hb : 8,9 □ Ht :
27,.8
□ Lek : 10,41 □ Trombosit : 245 □ Defisit pengetahuan □ Tingkat pengetahuan meningkat : □ Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan Defisit
□ GDS : 83 b.d kurang terpapar □ Berikan informasi tentang prosedur yang □ Memberikan informasi tentang prosedur yang pengetahuan
□ PT : 5 □ APTT : 2 informasi akan dilakukan (persiapan, efek setelah akan dilakukan (persiapan, efek setelah tindakan) □ Teratasi
tindakan) □ Tidak Teratasi
Radiologi : Hasil :
□ Risiko hipovolemia □ Status cairan meningkat : □ Memonitoring keadaan umum, TTV Risiko
Rontgen Thorax normal b.d perdarahan □ Periksa tanda/ gejala hipovolemia □ Memonitoring intake, Hipovolemia
□ Monitor intake, output output (termasuk □ Teratasi
(termasuk perdarahan) perdarahan) □ Tidak Teratasi
□ Kolaborasi pemberian cairan □ Berkolabotasi pemberian
isotonis/ hipotonis/ koloid cairan isotonis/ hipotonis/
koloid
□ ............................ □ ….....................................……………… ….………………
………………… □ Teratasi
□ Tidak Teratasi
INTRA OPERASI
DIAGNOSIS TUJUAN DAN
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
JAM : 13.15 □ Bersihan Jalan Nafas □ Bersihan jalan nafas meningkat (jalan nafas
□ Memonitoring keadaan umum & TTV Bersihan jalan
□ Masuk OK : Tidak Efektif b.d paten) : □ Mengisi dan memonitor cek list nafas tidak efektif
□ Keluar OK : adanya jalan nafas □ Monitor pola nafas keselamatan pasien :
□ Mulai Anestesi : buatan (ETT) □ Pertahankan kepatenen jalan nafas □ Mempertahankan kepatenen jalan nafas □ Teratasi
□ Berikan oksigen □ Melakukan suction, bila perlu □ Tidak Teratasi
□ Selesai anestesi : □ Memberikan oksigen sesuai program terapi oksigen
√ Risiko Cedera d.d √ Tingkat cedera menurun : √ Melakukukan desinfeksi daerah operasi dengan Risiko Cedera :
PEMERIKSAAN FISIK terpapar alat medis √ Monitor keadaan umum dan TTV cairan bethadine (tidak boleh menggunakan √ Teratasi
1. Kesadaran : √ CM □ Apatis (cauter/ patient plate) √ Monitor cek list keselamatan pasien alcohol) □ Tidak Teratasi
□ Somnolen □ Koma √ Siapkan peralatan lengkap, aman dansiap √ Menggunakan alat couter dan patient plane yang
GCS = E : 4 M : 6 V : 5 pakai compatible (satu paket)
√ Menyiapkan peralatan lengkap, aman & siap pakai
2. TD : 161/70 mmHg, Sh : 36 C
□ Risiko Hipovolemi □ Status cairan membaik : □ Memonitoring adanya tanda – tanda Risiko
3. Nadi : 98 x/mnt, √ Kuat □ Lemah d.d kehilangan □ Monitor pemberian cairan parenteral dan kehilangan cairan (mis. Perdarahan, dll) Hipovolemi :
Kulit : □ Hangat √ Dingin cairan aktif (mis. balance cairan □ Memonitoring pemberian cairan parenteral dan □ Teratasi
CRT = √ ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik perdarahan) □ Kolaborasi pemberian cairan balance cairan □ Tidak Teratasi
RR : 220x/mnt SPO2 : 100 % isotonik, hipotonik dan koloid □ Memasang akses intravena 2 line, bila perlu
4. Jenis Anestesi : □ Berkolaborasi pemberian cairan isotonik,
□ General √ Regional Blok hipotonik dan koloid dan pemberian infus cairan
hangat
5. Posisi operasi : □ Risiko Perdarahan □ Tingkat perdarahan menurun : □ Memonitoring nilai HT/ Hb sebelum dan setelah Risiko
√ Terlentang Litotomi tengkurap/ Knee d.d : □ Monitor nilai HT/ Hb sebelum kehilangan darah Perdarahan :
□ Tindakan dan setelah kehilangan darah □ Memonitoring adanya tanda – tanda perdarahan □ Teratasi
chest Lateral : kanan/ kiri
pembedahan □ Monitoring tanda adanya perdarahan □ Berkolaborasi pemberian cairan isotonik, □ Tidak Teratasi
6. Pemakaian Oksigen : □ Komplikasi hipotonik dan koloid
√ Ya □ Tidak √ 3 ltr/mnt kehamilan
√ Nasal □ ETT □ Sungkup □ Risiko Jatuh d.d □ Tingkat jatuh menurun : □ Memastikan roda TT dalam kondisi terkunci Risiko Jatuh :
7. Skala nyeri (VAS) : 0 kondisi sedang □ Pastikan roda TT dalam kondisi terkunci □ Memasang handrail tempat tidur □ Teratasi
8. Perdarahan : √ Tidak □ Ya, Lokasi : operasi □ Pasang handrail tempat tidur □ Mendampingi pasien selama tindakan □ Tidak Teratasi
□ Dampingi pasien selama berlangsung (jangan di tinggal)
…..
tindakan berlangsung (jangan di
□ Aktif terbuka : ±..............ml tinggal)
□ Aktif tertutup
9. Terpasang patient plate : □ Nyeri Akut b.d □ Tingkat nyeri menurun : □ Memonitor karakteristik luka Nyeri Akut :
□ Kaki : □ Kanan □ Kiri prosedur operasi □ Monitor keadaan umum dan TTV □ Mengidentifikasi nyeri (PQRST) □ Teratasi
√ Paha : √ Kanan □ Kiri □ Identifikasi nyeri (PQRST) □ Berkolaborasi pemberian analgetik □ Tidak Teratasi
10. Terpasang kateter : √ Risiko Infeksi d.d √ Tingkat infeksi menurun : √ Memonitor karakteristik luka Risiko Infeksi :
efek prosedur invasif √ Pertahankan teknik aseptik √ Mempertahankan teknik aseptik & √ Teratasi
□ √Tidak Ya, Jml urin:
√ Gunakan APD sesuai standar√ menggunakanAPD sesuai standar □ Tidak Teratasi
□ Warna: Jernih □ Keruh □ Pekat √ Memasang balutan sesuai jenis luka
□ Merah/ darah √ Berkolaborasi pemberian antibiotik
11. Status cairan : □ Risiko Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko Hipotermi
□ Intake : □ Output : Perioperatif d.d : □ Pasang selimut/ penutup □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal Perioperatif :
□ Balance : □ Prosedur kepala/pakaian tebal □ Berkolaborasi pemberian infus cairan hangat □ Teratasi
pembedahan □ Kolaborasi pemberian infus □ Tidak Teratasi
□ Suhu kamar cairan hangat
operasi (<36°C)
□ Gangguan Integritas □ Integritas kulit/ jaringan meningkat : □ Memonitor karakteristik luka Gangguan
Kulit/ Jaringan b.d □ Monitor karakteristik luka □ Memonitoring adanya tanda – tanda perdarahan Integritas Kulit/
faktor mekanis □ Pasang balutan sesuai jenis luka □ Memasang balutan sesuai jenis luka Jaringan :
(pembedahan) □ Kolaborasi pemberian antibiotik □ Berkolaborasi pemberian antibiotik □ Teratasi
□ Tidak Teratasi
□ ......................... □ ….....................................……………… □ …………………………………………………….. ….………………
□ …………….. ……………………………………. ………………….
□ ……………………………………………………. □ Teratasi
□ Tidak Teratasi
POST OPERASI
DIAGNOSIS TUJUAN DAN
PENGKAJIAN IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
JAM MASUK RR : 14.20 □ Anxietas b.d : □ Tingkat anxietas menurun : □ Memonitor tanda verbal dan non verbal cemas pasien Anxietas :
A. ANAMNESA : □ Kurang informasi □ Monitor tanda verbal dan non verbal □ Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan □ Teratasi
Keluhan : Cemas √ Nyeri √Gelisah □ Ancaman terhadap cemas □ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan □ Tidak Teratasi
□ Mual □ Muntah □ Pusing konsep diri pasien dan perawatan pasca tindakan
□ Mengggigil □ Dampingi pasien utk
√ Ekstremitas bawah terasa baal mengurangi kecemasan
□ Menanyakan dampak pasca operasi □ Risiko Hipovolemi □ Status cairan membaik : □ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko
□ ………………. d.d kehilangan □ Monitor pemberian cairan parenteral dan □ Memonitoring pemberian cairan parenteral dan Hipovolemi :
cairan aktif (mis. balance cairan balance cairan □ Teratasi
B.PEMERIKSAAN FISIK
perdarahan) □ Kolaborasi pemberian cairan □ Memberikan cairan isotonik, hipotonik dan □ Tidak Teratasi
1. Kesadaran : √ CM □ Apatis isotonik, hipotonik dan koloid koloid sesuai program pengobatan
□ Somnolen □ Koma □ Memberikan infus cairan hangat
GCS = E : 4 M : 6 V : 5 √ Nyeri Akut √ Tingkat nyeri menurun : √ Mengidentifikasi nyeri (PQRST) Nyeri Akut :
2. TD : 160/90 mmHg, Sh : 36 ͦ C b.dEfek √ Monitor keadaan umum dan TTV √ Memonitor karakteristik luka □ Teratasi
3. Nadi : 78x/mnt, √ Kuat □ Lemah kondisi √ Identifikasi nyeri (PQRST) √ Mengajarkan teknik relaksasi untuk √ Tidak Teratasi
pembedahan √ Ajarkan teknik relaksasi untuk menguranginyeri
Kulit : √ Hangat □ Dingin
mengurangi nyeri √ Memberikan terapi analgetik sesuai dengan
CRT = √ ˂ 2 detik □ ˃ 2 detik √ Berikan analgetik sesuai program programpengobatan
RR : 20 x/mnt SPO2: 99 % pengobatan
4. Pemakaian Oksigen :
□ Ya √ Tidak □ Nasal √ Risiko Infeksi d.d √ Tingkat infeksi menurun : √ Memonitoring keadaan umum & TTV Risiko Infeksi :
□ Sungkup □..................ltr/mnt efek prosedur invasif √ Pertahankan teknik aseptik √ Memonitoring tanda dan gejala infeksi √ Teratasi
5. Skala nyeri (VAS) : 4 √ Gunakan APD sesuai standar √ Mempertahankan teknik aseptik □ Tidak Teratasi
6. Perdarahan : √ Tidak □ Ya √ Monitor kondisi luka operasi √ Menggunakan APD sesuai standar
√ Memberikan terapi antibiotik sesuai program terapi
□ Aktif terbuka : ±..............ml
□ Aktif tertutup □ Risiko Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum TTV Risiko Hipotermi
Lokasi : ................ Perioperatif d.d : □ Pasang selimut/ penutup kepala/ □ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan Perioperatif :
. □ Prosedur pakaian tebal dan perawatan pasca tindakan □ Teratasi
pembedahan □ Ajarkan teknik distraksi □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal □ Tidak Teratasi
7. Terpasang kateter :
□ Suhu kamar untuk mengurangi □ Memberikan infus cairan hangat, jika perlu
□ Tidak √ Ya, Jml urin: 200 ml
Operasi (<36°C) rasa dingin
Warna : √ Jernih □ Keruh □ Pekat □ Kolaborasi pemberian infus cairan hangat
□ Merah/ darah □ Hipotermi □ Termoregulasi membaik : □ Memonitoring keadaan umum TTV Hipotermi
8. Terpasang Drain : √ Tidak □ Ya Perioperatif d.d □ Pasang selimut/ penutup kepala/ □ Jelaskan efek dari prosedur yang akan dilakukan Perioperatif :
9. Area balutan luka operasi : : pakaian tebal dan perawatan pasca tindakan □ Teratasi
Lokasi : anus □ Terpapar suhu □ Ajarkan teknik distraksi □ Memasang selimut/ penutup kepala/ pakaian tebal □ Tidak Teratasi
10. Pemakaian Implant : √ Tidak □ Ya lingkungan untuk mengurangi □ Memberikan infus cairan hangat, jika perlu
Lokasi : ………………………… rendah rasa dingin
□ Efek agen □ Kolaborasi pemberian infus cairan hangat
11. Hasil Penunjang :
farmakologis
Laboratorium : □ Hb : 8,9 □ Ht :
27,8. □ Gangguan □ Mobilitas fisik meningkat : □ Membantu pasien melakukan ambulasi & mobilisasi Gangguan
Mobilitas Fisik b.d : □ Bantu pasien melakukan ambulasi □ Melibatkan keluarga dalam membantu pasien Mobilitas Fisik :
□ Lek :1 0,41. □ Trombosit 245
□ Nyeri & mobilisasi □ Meletakkan barang yang di butuhkan dekat □ Teratasi
□ GDS : 83 □ Gangguan □ Libatkan keluarga dalam membantu pasien dengan pasien □ Tidak Teratasi
□ PT : 5 □ APTT 2 sensoripesepsi □ Letakkan barang yang di butuhkan
(rasa baal) dekat dengan pasien
□ Gangguan Integritas □ Integritas kulit/ jaringan meningkat : □ Memonitoring karakteristik luka Gangguan
Kulit/ Jaringan b.d : □ Monitor karakteristik luka □ Memberikan terapi antibiotik sesuai dengan Integritas Kulit/
● Faktor mekanis □ Pasang balutan sesuai jenis luka program pengobatan Jaringan :
(pembedahan) □ Kolaborasi pemberian antibiotik □ Memberikan terapi antibiotik sesuai program terapi □ Teratasi
□ Tidak Teratasi
□ Risiko Jatuh d.d : □ Tingkat jatuh menurun : □ Memastikan roda TT dalam kondisi terkunci Risiko Jatuh :
● Kondisi pasca □ Pastikan roda TT dalam kondisi terkunci □ Memasang handrail tempat tidur □ Teratasi
operasi □ Pasang handrail tempat tidur □ Mendampingi pasien (jangan di tinggal tanpa dalam □ Tidak Teratasi
□ Dampingi pasien selama di ruang keadaan tidak terkunci)
RR (jangan di tinggal)
□ ......................... □ ….....................................……………… □ …………………………………………………… ….………………
□ …………………………………………………… ………………….
□ ……………………………………………………. □ Teratasi
□ Tidak Teratasi
I. Implementasi
NO.
TGL/JAM IMPLEMENTASI
DX
Pre OP 1 1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi, waktu,
05/10/2023 stressor)
13.30 WIB Respon: Sebelum operasi pasien mengataakan takut di operasi takut
di sunti, pasien menanyakan tentang operasinya
13.40 WIB 2. Memonitor tanda – tanda ansietas
Respon: Klien tampak masih tegang gelisah
13.45 WIB 3. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
Respon: Melakukan komunikasi terapeutik dan menemani pasien
dari tenpat preoperasi sampai memasuki ruang operasi dan pasien
4. Menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
08.50 WIB
Respon: Pasien mengerti dan tampak lebih tenang
5. Melatih teknik relaksasi
08.55 WIB
Respon: Pasien mengatakan mengatakan cemas berkurang dan
tampak lebih tenang
Pre OP S=
05/10/2023 Pasien mengatakan cemas berkurang sudah siap untuk operasi, Pasien
mengatakan nyeri di bagian anus
13.00 WIB
P = nyeri saat aktivitas dan bergerak,
Q = seperti ditusuk – tusuk,
R = anus
S = skala 5,
T = terus menerus
O=
Pasien nampak tenang dan rileks, Pasien tampak siap memasuki ruangan
operasi.
TTV:
TD: 167/80 mmHg, Nadi 77 x/ menit, S : 36 ℃, RR : 20 x/menit, Spo2 :
99 %. KU baik, CM, akral hangat Crt <2 detik
A=
Br . Fauzi
Intra OP S=-
12/05/2023
10.30 WIB O=
Pasien tampak diam saja dan sedikit tegang, tidak ada tanda-tanda cidera
akibat alat medis. TTV pasien dalam batas normal
TD: 161/70 mmHg, Nadi 79 x/ menit, S : 36 ℃, RR : 20 x/menit, Spo2 :
100 %. KU baik, CM, akral hangat Crt <2 detik
A=
- Resiko cedera b.d terpapar alat medis (cauter/patient plate) teratasi
P=
Intervensi dihentikan
Sr. Didi
Post OP S=
05/10/2023
Pasien mengatakan nyeri bekas luka operasi berkurang
14.20 WIB P : nyeri luka post op
Q : seperti tersayat-sayat perih
R : daerah luka operasi para bagian anus
S : skala 5
T : hilang timbul
O=
Pasien tampak diam dan sesekali mengeluh sakit pada luka post op
Tidak terdapat tanda tanda infeksi pada luka operasi
TTV:
TD: 160/90 mmHg, Nadi 78 x/ menit, S : 36 ℃, RR : 20x/menit, Spo2 : 90
%. KU baik, CM, akral hangat Crt <2 detik
A=
- Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (Prosedur
Operasi) teratasi sebagian
- Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasif (adanya luka operasi)
teratasi
P=
Intervensi dilanjutkan
- Observasi TTV
- Kaji skala nyeri
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
- Ajarkan teknik relaksasi
- Beri posisi nyaman
- Kolaborasi pemberian analgetik
br. fauzi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
Pada teori maslaah keperawatan yang muncul pada pasien dengan hemoroid
yaitu:
a. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi
akibat nyeri selama eliminasi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.
Sedang pada kasus An.S masalah keperawatan yang penulis temukan adalah
sebagai berikut:
Pre OP
1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Intra OP
1. Resiko cedera berhubungan dengan terpapar alat medis (cauter/patient plate)
Post OP
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (adanya luka
operasi)
C. Intervensi
D. Implementasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian data yang ditemukan sesuai dengan respon klien terhadap
penyakitnya sehingga data yang ditemukan sebagian tidak ditemukan atau
tidak sesuai dengan teori. Hal ini memberikan pengalaman bagi penulis
bahwa respon tiap klien terhadap penyakitnya berbeda.
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data
yang diperoleh pada saat pengkajian sebagai respon klien terhadap
penyakitnya sehingga pada kasus hanya ditemukan empat diagnosa
keperawatan yang diatasi oleh perawat, yaitu ansietas berhubungan dengan
kekhawatiran mengalami kegagalan, resiko cedera berhubungan dengan
terpapar alat medis , nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
dan resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Pada perencanaan dibuat sesuai dengan kondisi pasien dimulai dari
penentuan masalah penetapan tujuan, kriteria hasil, evaluasi serta menyusun
rencana tindakan disesuaikan dengan waktu tujuan sebagai dasar untuk
melakukan evaluasi hasil.
4. Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan
didokumentasikan dengan catatan keperawatan berupa waktu, tindakan yang
dilakukan dan respon klien, tanda tangan perawat yang melakukan tindakan.
5. Evaluasi asuhan keperawatan dari keempat diagnosa yang ditemukan
terdapat satu diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
tujuan belum tercapai masalah belum teratasi dan tiga diagnosa lainnya
seperti ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan,
resiko cedera, dan risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
tujuan tercapai masalah teratasi. Perencanaan keperawatan dilanjukan
olehperawat diruang perawatan.
B. Saran
Berman, A., Synder, S. & Fradsen, G.. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of
Burns, S. M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3th ed). New
Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8th ed.).
Hurwitz, A., Massone, R. & Lopez, B.L. (2014). Acquired Bleeding Disoders.
MediAction.
Perry, A. G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed.). St