Anda di halaman 1dari 24

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Definisi
Apendiksitis adalah inflamasi pada apendiks, yang merupakan saluran sempit
dan buntu sepanjang bagian bawah sekum (Lewis, 2014, Medical Surgical Nursing,
Assessment and Management of Clinical Problem, hal. 1150).
Apendiksitis adalah inflamasi pada apendiks vermiformis yang banyak
terjadi pada remaja dan dewasa muda (Luckman and Sorensen, 2011, Medical
Surgical Nursing: A Psychophysiologic Approach (fourth edition), hal 1635)
Klasifikasi:
Apendiksitis dibagi atas apendiksitis akut dan apendiksitis kronik.
 Apendiksitis akut dibagi atas
- Apendiksitis akut fokalis atau segmentalis.
Biasanya hanya bagian distal yang meradang, tetapi seluruh rongga appendiks
1/3 distal berisi nanah. Untuk diagnosa yang penting ialah ditemukannya
nanah dalam luwen bagian itu. Kalau radangnya menjalar maka dapat terjadi:
- Apendiksitis akut purulenta/supperotiva diffusa disertai pembentukan nanah
yang berlebihan. Jika radanya lebih mengeras, dapat terjadi nekrosis dan
pembusukan disebut apendiksitis yang renosa dapat terjadi perforasi akibat
nekrosis ke dalam rongga perut dengan akibat peritonitis.
 Apendiksitis Kronik dibagi atas:
- Apendiksitis Kronik Fokalis
Secara mikroskopik tampak fibrosis setempat yang melingkar, sehingga dapat
menyebabkan stenosis.
- Apendiksitis Kronik Obsiteratif
Terjadi fibrosis yang luas sepanjang apendiks pada jaringan submukosa dan
subserosa. Sehingga terjadi obliterasi (hilangnya lumen) terutama di bagian
distal dengan menghilang selaput lendir pada bagian itu.

1
2. Anatomi Fisiologi

Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm


(4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi
makanan dan mengosongkan diri secara ke dalam sekum. Karena pengosongannya
tidak efektif, dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi (apendiksitis). Apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme
imunologik.
Apendiks mengeluarkan cairan yang bersifat basa mengandung amilase,
erepsin dan musin. Apendiks diperdarahi oleh cabang arteri mesentrika superior
sedangkan aliran baliknya menuju vena mesentrika yang dilanjutkan ke vena porta
hepatika.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendiksitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Galt (Gut Associated Lymphoid
Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA,
imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Dengan
berkurangnya jaringan limfoid. Terjadi fibrosis dan pada kebanyakan masuk timbul
konstriksi lumen.

3. Etiologi
- Fekalit (massa keras dari feses)
- Tumor atau benda asing
- Pembengkakan usus besar
- Kekakuan pada apendiks

4. Patofisiologi
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
apendiks sehingga mengganggu aliran limfe dan menyebabkan dinding apendiks
edema serta merangsang tunika serosa dan peritoneum viseral dan dirasakan sakit di
daerah sekitar perut kanan bawah/titik Mc Burney.

2
Mukus yang terkumpul terinfeksi bakteri dan menjadi nanah kemudian timbul
gangguan sirkulasi. Karena terjadi gangguan sirkulasi darah maka timbul gangren,
dan dapat terjadi kerapuhan dinding apendiks yang menyebabkan perforasi.
Bila semua proses di atas hingga timbul suatu massa lokal yang disebut
infiltrat apendicularis, peradangan apendiks tersebut ditambah dengan daya tahan
tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Seringkali perforasi ini
terjadi dalam 24-36 jam. Bila proses ini berjalan lambat, organ-organ di sekitar ileum
terminal, sekum, dan omentum dalam membentuk dinding mengitari apendiks
sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi.

5. Tanda dan Gejala


- Demam
- Nyeri perut
- Mual, muntah
- Anoreksia
- Nyeri tekan di titik Mc. Burney
- Konstipasi

6. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit.
- Pemeriksaan urin rutin: ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leukosit.
- Foto abdomen: gambaran fekalit, adanya massa jaringan lunak di abdomen kanan
bawah, dan mengandung gelembung-gelembung udara.
- USG menunjukkan gambaran apendiksitis.
- Pemeriksaan fisik nyeri tekan pada titik Mc Burney.

7. Komplikasi
- Abses akibat dari perforasi dinding apendiks.
- Peritonitis akibat infeksi dari perforasi dinding apendiks yang menyebar ke
seluruh rongga perut.

8. Terapi dan Pengelolaan Medik


a. Pre Operasi
- Istirahat tirah baring: untuk observasi dalam 8-12 jam setelah keluhan.
- Puasa: pemberian cairan parenteral jika pembedahan langsung dilakukan.
- Terapi pharmacologic: narkotik dihindari karena dapat menghilangkan tanda
dan gejala, antibiotik untuk menanggulangi infeksi.
- NGT untuk mengeluarkan cairan lambung jika diperlukan.
- Enema dan laxantria tidak boleh diberikan karena dapat meningkatkan
peristaltik usus meningkat dan menyebabkan perforasi.
- Pembedahan: apendiktomi secepatnya dilakukan bila diagnosanya tepat.

3
b. Operasi Appendictomy / Intra Operasi
Tindakan Appendektomy untuk mengangkat appendik yang dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apabila sudah terjadi perforasi pada
appendik sebelumnya pasien diberi antibiotika kombinasi yang aktif terhadap
kuman / bakteri sampai tidak terdapat pus dan keadaan umum pasien baik baru
dapat dilakukan appendektomy.

c. Post Operasi
- Observasi TTV: syok, hipertermi, gangguan pernafasan
- Klien dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal.
- Berikan minum mulai 15 ml/am selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari berikutnya
lunak.
- Aktivitas: satu hari pasca operasi klien dianjurkan untuk duduk tegak di
tempat tidur selama 2x30 menit. Pada hari kedua klien dapat berdiri dan
duduk di luar kamar.
- Antibiotik dan analgesik.
- Jahitan diangkat hari ketujuh.

4
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
- Riwayat penyakit
b. Pola nutrisi metabolik
- Kebiasaan makan makanan berbiji, rendah serat
- Mual, muntah
- Anoreksia
- Demam
c. Pola eliminasi
- Konstipasi
d. Pola tidur dan istirahat
- Gangguan tidur karena nyeri
e. Pola persepsi kognitif
- Nyeri perut
- Nyeri tekan di titik Mc Burney.
f. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
- Cemas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendiks.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah pembatasan
cairan peroral (pre op).
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, dan anoreksia.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan ruptur apendiks.
5) Hipertermia berhubungan dengan peradangan apendiks.
b. Intra Operasi
1) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.
3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek samping terkait
terapi pembedahan.
c. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake kurang,
pembatasan pemasukan cairan secara oral (puasa post op).
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, puasa post op.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan.

5
3. Intervensi

NO DIAGNOSA/MASALAH KOLABORASI TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)

1 Nyeri akut NOC : NIC :


Definisi :   Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak menyenangkan dan   Pain control,   Lakukan pengkajian nyeri
pengalaman emosional yang muncul secara  Comfort level secara komprehensif termasuk
aktual atau potensial kerusakan jaringan Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
atau menggambarkan adanya kerusakan 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu frekuensi, kualitas dan faktor
(Asosiasi Studi Nyeri Internasional): penyebab nyeri, mampu presipitasi
serangan mendadak atau pelan menggunakan tehnik nonfarmakologi   Observasi reaksi nonverbal
intensitasnya dari ringan sampai berat yang untuk mengurangi nyeri, mencari dari ketidaknyamanan
dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat bantuan)   Gunakan teknik komunikasi
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang terapeutik untuk mengetahui
bulan. dengan menggunakan manajemen pengalaman nyeri pasien
nyeri   Kaji kultur yang
Batasan karakteristik : 3. Mampu mengenali nyeri (skala, mempengaruhi respon nyeri
          Laporan secara verbal atau non verbal intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)   Evaluasi pengalaman nyeri
          Fakta dari observasi 4. Menyatakan rasa nyaman setelah masa lampau
          Posisi antalgic untuk menghindari nyeri nyeri berkurang   Evaluasi bersama pasien dan
          Gerakan melindungi 5. Tanda vital dalam rentang normal tim kesehatan lain tentang
          Tingkah laku berhati-hati ketidakefektifan kontrol nyeri

6
          Muka topeng masa lampau
          Gangguan tidur (mata sayu, tampak   Bantu pasien dan keluarga
capek, sulit atau gerakan kacau, untuk mencari dan menemukan
menyeringai) dukungan
          Terfokus pada diri sendiri   Kontrol lingkungan yang dapat
          Fokus menyempit (penurunan persepsi mempengaruhi nyeri seperti suhu
waktu, kerusakan proses berpikir, ruangan, pencahayaan dan
penurunan interaksi dengan orang dan kebisingan
lingkungan)   Kurangi faktor presipitasi
          Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- nyeri
jalan, menemui orang lain dan/atau   Pilih dan lakukan penanganan
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) nyeri (farmakologi, non
          Respon autonom (seperti diaphoresis, farmakologi dan inter personal)
perubahan tekanan darah, perubahan nafas,   Kaji tipe dan sumber nyeri
nadi dan dilatasi pupil) untuk menentukan intervensi
          Perubahan autonomic dalam tonus otot   Ajarkan tentang teknik non
(mungkin dalam rentang dari lemah ke farmakologi
kaku)   Berikan analgetik untuk
          Tingkah laku ekspresif (contoh : mengurangi nyeri
gelisah, merintih, menangis, waspada,   Evaluasi keefektifan kontrol
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) nyeri
          Perubahan dalam nafsu makan dan

7
minum   Tingkatkan istirahat
  Kolaborasikan dengan dokter
Faktor yang berhubungan : jika ada keluhan dan tindakan
Agen cidera (mis.,biologis,zat kimia, fisik, nyeri tidak berhasil
psikologis )   Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration
  Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
  Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan frekuensi
  Cek riwayat alergi
  Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian lebih
dari satu
  Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
  Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis optimal

8
  Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara
teratur
  Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
  Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

2 Resiko kekurangan volume cairan.  Fluid balance Fluid Management


Definisi : resiko mengalami dehidrasi  Hydration 1. Timbang popok atau
vaskuler, seluler, atau intraseluler.  Nutritional status : Food and Fluid pembalut jika diperlukan.
Faktor resiko :  Intake 2. Pertahankan catatan intake
 Kehilangan volume cairan aktif Kriteria hasil : dan ouput yang akurat.
 Kurang pengetahuan 1. Mempertahankan urine output sesuai 3. Monitor status hidrasi
 Penyimpangan yang mempengaruhi dengan usia dan berat badan. (kelembaban membrane
absorbs cairan 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh mukosa, nadi adekuat,
 Penyimpangan yang mempengaruhi dalam batas normal. tekanan darah ortostatik)
akses cairan 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. jika diperlukan.
 Penyimpangan yang mempengaruhi 4. Elastisitas turgor kulit baik, 4. Monitor vital sign.
asupan cairan membrane mukosa lembab, tidak ada 5. Monitor masukan cairan
 Kehilangan berlebihan melalui rute rasa haus yang berlebihan. atau makanan, dan hitung
normal : missal (diare) intake kalori harian.
6. Kolaborasikan pemberian
 Usia lanjut
cairan intravena.

9
 Berat badan eksterm 7. Monitor status nutrisi.
 Faktor yang mempengaruhi 8. Dorong masukan oral.
kebutuhan cairan (missal status 9. Berikan penggantian
hipermetabolik nesogatrik sesuai output.
 Kegagalan fungsi regulator 10. Kolaborasi dengan dokter.
 Kehilangan cairan melalui rute Hipovolenia management
abnormal (missal : selang menetap) 1. Monitor status cairan,
 Agen permasupikal (missal : intake dan output cairan.
diuretik) 2. Monitor tingkat hb dan
hematokrit.
3. Monitor tanda-tanda vital.
4. Minitor berat badan.
5. Dorong pasien untuk
intake oral.
6. Pemberian cairan
intravena.
7. Monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan.
8. Monitor adanya tanda
gagal ginjal.
3 Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari a. Nutritional status: fluid and food Nutrition management:
Kebutuhan Tubuh b. Fluid intake 1. Kaji adanya alergi
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk c. Nutritional status: nutrients intake makanan
memenuhi kebutuhan metabolic d. Weight control 2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
Batasan Karakteristik: Kriteria Hasil: yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan apsien untuk

10
1. Kram abdomen 1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan meningkatkan intake Fe
2. Nyeri abdomen 2. BB ideal sesuai dengan TB 4. Anjurkan pasien untuk
3. Menghindari makanan 3. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi meningkatkan protein dan
4. BB 20% atau lebih dibawah BB 4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi vitamin C
ideal 5. Menunjukkan peningkatan fungsi 5. Berikan substansi gula
5. Kerapuhan kapiler pengecapan dari menelan 6. Yakinkan diet yang
6. Diare kehilangan rambut berlebihan 6. Tidak terjadi penurunan BB yang dimakan mengandung
7. Bising usus hiperaktif berarti tinggi serat untuk
8. Kurang makanan mencegah konstipasi
9. Kurang informasi 7. Berikan makanan yang
10. Kurang minat pada makanan terpilih (sudah
11. Penurunan BB dengan asupan dikonsultasikan dnegan
makanan adekuat ahli gizi)
12. Kesalahan konsepsi 8. Ajarkan pasien bagaimana
13. Kesalahan informasi membuat catatan makanan
14. Membrane mukosa pucat harian
15. Ketidakmampuan memakan 9. Monitor jumlah nutria dan
makanan kandungan kalori
16. Tonus otot menurun 10. Berikan informasi tentang
17. Mengeluh gangguan sensasi rasa kebutuhan nutrisi
18. Mengeluh asupan makanan kurang 11. Kaji kemampuan pasien
dari RDA (recommended daily untuk mendapatkan nutrisi

11
allowance) yang dibutuhkan
19. Cepat kenyang setelah makan
20. Sariawan rongga mulut Nutrition monitoring:
21. Steatorea 1. BB pasien dalam batas
22. Kelemahan otot pengunyah normal
23. Kelemahan otot untuk menenlan 2. Monitor adanya penurunan
BB
Faktor-faktor yang berhubungan: 3. Monitor tipe dan jumlah
1. Factor biologis aktivitas yang biasa
2. Factor ekonomi dilakukan
3. Ketidakmampuan untuk 4. Monitor interaksi anak
mengabsorbsi nutrient atau orangtua selama
4. Ketidakmampuan untuk mencerna makan
makanan 5. Monitor lingkungan
5. Ketidakmampuan menelan makanan selama makan
6. Factor psikologis 6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,

12
rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat, kekeringan
konjungtiva, dan
kemerahan
14. Monitor kalori dan intake
nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan cavitas
oral
16. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4 Resiko Infeksi a. Immune status Infection control:


Definisi: Mengalami peningkatan resiko 1. Bersihkan lingkungan

13
terserang organisme patogenik b. Knowledge: infection control setelah dipakai pasien lain
c. Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
Factor resiko: 3. Batasi pengunjung bila
1. Penyakit kronis Kriteria Hasil: perlu
a. Diabetes 1. Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Instruksikan pada
b. Obesitas infeksi pengunjung untuk mencuci
2. Pengetahuan yang tidak cukup untuk 2. Mendeskripsikan proses penularan tangan saat berkunjung
menghindari pemanjanan pathogen penyakit, factor yang Mempengaruhi dan setelah berkunjung
3. Pertahanan tubuh primer yang tidak penularan serta penatalaksanaannya meninggalkan pasien
adekuat 3. Menunjukkan kemampuan untuk 5. Gunakan sabun
a. Gangguan peristalsis mencegah timbulnya infeksi antimikrobia untuk cuci
b. Kerusakan integritas kulit 4. Jumlah leukosit dalam batas normal tangan
(pemasangan kateter intravena, 5. Menunjukkan perilaku hidup sehat 6. Cuci tangan setiap
prosedur invasive) sebelum dan setelah
c. Perubahan sekresi pH tindakan keperawatan
d. Penurunan kerja siliaris 7. Gunakan baju, sarung
e. Pecah ketuban dini tangan sebagai pelindung
f. Merokok 8. Pertahankan lingkungan
g. Stasis cairan tubuh aseptic selama
h. Trauma jaringan (mis., trauma pemasangan alat
destruksi jaringan) 9. Ganti letak IV perifer dan
i. Ketidakadekuatan pertahanan line central dan dressing

14
sekunder (penurunan sesuai dengan petunjuk
hemoglobin, imunosupresi, umum
supresi respon inflamasi) 10. Gunakan kateter
4. Vaksinasi tidak adekuat intermitten untuk
5. Pemajanan terhadap pathogen menurunkan infeksi
lingkungan meningkat kandung kencing
a. Wabah 11. Tingkatkan intake nutrisi
6. Prosedur invasive 12. Berikan terapi antibiotic
7. Malnutrisi bila perlu infection
protection (proteksi
terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
14. Monitor hitung granulosit,
WBC
15. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
16. Batasi pengunjung
17. Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang beresiko
18. Pertahankan teknik isolasi
19. Berikan perawatan kulit

15
pada area epidema
20. Inspeksi kulit dan
membrane mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
21. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah
22. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
23. Dorong masukan cairan
24. Dorong istirahat
25. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotic sesuai
resep
26. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
27. Ajarkan cara menghindari
infeksi
28. Laporkan kecurigaan
infeksi

16
29. Laporkan kultur positif
5 Hipertermia Termoleregulation Fever treatment
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas Criteria hasil 1. monitor suhu sesering
kisaran nilai normal 1. suhu tubuh dalam tentan normal mungkin
Batasan karakteristik : 2. nadi dan RR dalam rentan normal 2. monitor IWL
 Konfulsi 3. tidak ada perubahan warna kulit dan 3. monitor warna dan suhu
 Kulit kemerahan tidak ada pusing kulit
 Peningkatan suhu tubuh diatas 4. monitor tekanan darah,
kisaran normal nadi , dan , RR
 Kejang 5. monitor penurunan tingkat
 Takikardi kesadaran
 Takipnea 6. monitor WBC, HB , dan
HCT
 kulit terasa hangat
7. monitor intake dan output
factor – factor yang berhubungan
8. berikan antifiretik
 anastesia
9. berikan pengobatan untuk
 penurunan respirasi dehidrasi mengobati demam
 pemajanan lingkungan yang panas 10. selimuti pasien
 penyakit 11. lakukan tapiid sponge
 pemakaian pakaian yang tidak 12. kolaborasi
sesuai dengan suhu lingkungan 13. pemberian cairan intravena
 peningkatan laju metabolisme 14. kompres pasien pada lipat
 medikasi paha dan aksila
 trauma 15. tingkatkan sirkulasi udara
 aktifitas berlebihan 16. berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya
menggigil
temperature regulation
1. monitor suhu minimal
setiap 2 jam
2. rencanakan monitoring
suhu secara continue

17
3. monitor TD, nadi dan RR
4. monitor warna dan suhu
kulit
5. monitor tanda- tanda
hipertermi dan hipotermi
6. tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. selimuti pasien mencegah
kehangatan tubuh
8. ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. diskusikan tentang
peningnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek negative dari
kedinginan
10. peritahukan tentang idikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergensi
yang diperlukan
6 NOC : NIC :
Kerusakan intergritas kulit Outcome untuk mengukur penyelesaian - Perawatan amputasi
Definisi : Perubahan pada epidermis atau dari diagnosis - Memandikan
dermis - Integritas jaringan : kulit & - Pengurangan pendarahan
membran mukosa - Perawatan sirkulasi
Batasan karakteristik : Outcome tambahan untuk mengukur - Monitor elektrolit
          - benda asing menusuk permukaan kulit batasan karakteristik - Peningkatan latihan

18
- Kerusakan integritas kulit - Respon alergi : lokal - Perawatan area sayatan
Faktor yang berhubungan : - Penyembuhan luka bakar - Perlindungan terhadap
Eksternal : - Akses hemodialisis latex
          Hipertermia atau hipotermia - Penyembuhan luka primer - Pemberian obat kulit
          Substansi kimia - Penyembuhan luka sekunder - Perawatan luka tekan
          Kelembaban udara Outcome yang berkaitan dengan faktor - Pencegahan luka tekan
          Faktor mekanik (misalnya : alat yang yang berhubungan atau outcome pengecekan kulit
dapat menimbulkan luka, tekanan, restraint) menengah - Pembidaian
          Immobilitas fisik - Posisi tubuh berinisiatif sendiri - Menjahit luka
          Radiasi - Pemulihan luka bakar - Perawatan luka
          Usia yang ekstrim - Status sirkulasi - Perawatan tirah baring
          Kelembaban kulit - Keseimbangan cairan - Kontrol infeksi
          Obat-obatan - Keparahan cairan berlebih manajemen nutrisi
Internal : - Konsekuensi imobilitas fisiologis - Monitor tanda-tanda vital
          Perubahan status metabolik - Respon pengobatan
          Tulang menonjol - Status neurologi perifer
          Defisit imunologi - Status nutrisi
          Faktor yang berhubungan dengan - Perawatan ostomi sendiri
perkembangan - Penuaan fisik
          Perubahan sensasi - Kontrol resiko hipertermia
          Perubahan status nutrisi (obesitas, - Kontrol risiko hipotermia
kekurusan)

19
          Perubahan status cairan - Kontrol risiko terpapar matahari
          Perubahan pigmentasi - Perawatan diri mandi
          Perubahan sirkulasi - Perawatan diri kebersiahan
          Perubahan turgor (elastisitas kulit) - Fungsi sensori taktil
- Termoregulasi
- Termoregulasi bayi baru lahir
- Perfusi jaringan
- Perfusi jaringan selular
- Perfusi jaringan perifer
- Berat badan masa tubuh

20
4. Evaluasi
Nyeri akut
Kriteria evaluasi :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal

Resiko kekurangan volume cairan


Kriteria evaluasi :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan.
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Kriteria evaluasi :
1. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
2. BB ideal sesuai dengan TB
3. Mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
Resiko Infeksi
Kriteria evaluasi :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang Mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Hipertermia
Kriteria evaluasi :
1. suhu tubuh dalam tentan normal
2. nadi dan RR dalam rentan normal
3. tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Kerusakan intergritas kulit
Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
- Integritas jaringan : kulit & membran mukosa
Outcome tambahan untuk mengukur batasan karakteristik
- Respon alergi : lokal
- Penyembuhan luka bakar
- Akses hemodialisis
- Penyembuhan luka primer
- Penyembuhan luka sekunder
Outcome yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan atau outcome menengah
- Posisi tubuh berinisiatif sendiri
- Pemulihan luka bakar
21
- Status sirkulasi
- Keseimbangan cairan
- Keparahan cairan berlebih
- Konsekuensi imobilitas fisiologis
- Respon pengobatan
- Status neurologi perifer
- Status nutrisi
- Perawatan ostomi sendiri
- Penuaan fisik

22
PATHWAY
- Fekalit
- Tumor atau benda asing Tertahan di apendiks
- Pembengkakan usus, besar
- Kekakuan pada apendiks
- Obstruksi lumen

Pembengkakan jaringan limfoid

Sekresi mukus meningkat

Sekret apendiks terbendung


Ketidakseibangan nutrisi
kurang dari kebutuhan Mengganggu aliran Peningkatan tekanan intralumen
tubuh limfe
Apendiks teregang

- Mual, muntah Edema Ulserasi mukosa


- Anoreksia

- Nyeri umbilikus Merangsang tunika


serosa peritoneum
viseral
Resiko kekurangan volume
cairan Invasi multiplikasi Mukus berlebih
bakteri pada dinding
apendiks
Obstruksi vena
Hipertermia Demam Infeksi
Edema semakin meningkat
Menutup apendiks dengan Trombosis dinding
omentum, usus halus vena

Terbentuk massa Gangguan aliran


periapendikularis (infiltrat vena
appendicularis)
Tindakan
Peradangan pembedahan
Iskemia

Terputusnya
Peritoneum parietal Nyeri kuadran Nyeri akut
jaringan
Kanan bawah
Nekrosis jaringan Resiko infeksi
Luka kotor

Gangren Abses

Jaringan parut Perforasi

Perlengketan dengan Peritonitis


jaringan sekitarnya

23
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, H. &Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan


Klasifikasi.2015-2017 edisi 10 . Jakarta : EGC

Ignatavicius D. Donna. VB. Marilynn (2012). Medical Surgical Nursing: Clinical


Management for Continuity of care. Fifth Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Lewis, Sharon Mantik (2014). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems . Fifth Edition. By Mosby Inc.

Luckman and Sorensen’s (2011). Medical Surgical Nursing: A Psychophysiologic Approach.


Fourth Edition. By. W.B. Saunders Company.

Long C. Barbara (2013). Perawatan Medikal Bedah. Yayasan IAPK Padjajaran Bandung.

Price, Sylvia Anderson (2014). Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes.


Fourth Edition. Alih bahasa: Peter Anugerah (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Made Kariasa (2013). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Mansjoer Arif M. (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.

Noer Sjaifoellah (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai