Anda di halaman 1dari 55

PEMANFAATAN HASIL SURVEILANS GIZI

melalui e-PPGBM, dalam rangka


PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Denpasar, 27 November 2019
1
2
Strategi Utama Penurunan Stunting:
Pendekatan Multisektor dan Intervensi Terintegrasi
Intervensi Gizi Spesifik Intervensi Gizi Sensitif
Kemenkes
• PMT Ibu Hamil dari kelompok miskin/KEK PAUD, Air bersih dan
Parenting, sanitasi
• Suplementasi TTD UKS

• Promosi Menyusui dan PMBA


• Tata Laksana Masalah Gizi Fortifikasi Ketahanan
Produk pangan
• Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan Pangan
• Pelayanan antenatal dan neonatal
• Imunisasi
Bantuan pangan Keamanan Pangan
• Pencegahan kecacingan dan diare non tunai, PKH
• Suplementasi zat gizi mikro

Enabling Factors
• Kemenko PMK
• Bappenas
• KSP
• Kemensetneg/Setwapres Sosialisasi Gizi Pemasaran &
bagi Anak & Promosi Hasil
• Setkab Kelautan
Keluarga
• Kemdagri (Advokasi Pemda, NIK, Akta Lahir)
• Kemendes PDTT (Dana Desa)
Edukasi dan
• Kemenkeu (Sistem Insentif) Promosi makanan Kemristek pendampingan
Kemendag Dikti
• Kemen Kominfo (Sosialisasi & Kampanye) & minuman sehat masyarakat
(Program KKN)
• BPS (Publikasi Laporan Statistik)
3
Kementerian/Lembaga Berkolaborasi untuk Percepatan
Pencegahan Stunting
Delapan Aksi Integrasi Intervensi Pencegahan dan Penurunan Stunting 5

Aksi integrasi adalah instrumen dalam PIC:


BAPPEDA
bentuk kegiatan yang digunakan
PIC: Sekda & PIC:
untuk meningkatkan pelaksanaan BAPPEDA
BAPPEDA
integrasi intervensi gizi dalam
penurunan stunting

PIC: Dinkes PIC: Sekda

PIC:
PIC: BPMD
BAPPEDA

Dokumen lengkap dapat diunduh pada tautan:


PIC: BPMD
http://bit.ly/pedomanintegrasi
Integrasi Pelaksanaan Intervensi Spesifik

Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Penting Intervensi Sesuai Kondisi


Intervensi gizi spesifik – Sasaran prioritas
Ibu hamil  Pemberian makanan tambahan bagi ibu  Suplementasi kalsium  Perlindungan dari malaria
hamil dari kelompok miskin  Pemeriksaan kehamilan  Pencegahan HIV
 Suplementasi tablet tambah darah  
Ibu menyusui dan anak 0-23  Promosi dan konseling menyusui  Suplementasi kapsul  Pencegahan kecacingan
bulan  Promosi dan konseling pemberian vitamin A
makan bayi dan anak (PMBA)  Suplementasi taburia
 Tata laksana gizi buruk akut  Imunisasi
 Pemberian makanan tambahan  Suplementasi zinc untuk
pemulihan bagi anak gizi kurang akut pengobatan diare
 Pemantauan pertumbuhan  Manajemen terpadu balita
sakit (MTBS)
Intervensi gizi spesifik – Sasaran Penting
Remaja dan wanita usia subur  Suplementasi tablet tambah darah    
Anak 24-59 bulan  Tata laksana gizi buruk akut  Suplementasi kapsul  Pencegahan kecacingan
 Pemberian makanan tambahan vitamin A
pemulihan bagi anak gizi kurang akut  Suplementasi taburia
 Pemantauan pertumbuhan  Suplementasi zinc untuk
pengobatan diare
 Manajemen terpadu balita
sakit (MTBS)

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018-2024


KONVERGENSI PENCEGAHAN STUNTING DI DESA
INTERVENSI GIZI SPESIFIK

Puskesmas
Pustu/Poskesdes - Konfirmasi Status Gizi
Posyandu - Penentuan Jml & alokasi
- Rekap data calon sasaran
- Pendataan calon Sasaran sasaran
- Konfirmasi sasaran
- Tim PMBA - Sosialisasi
- Pembinaan
- Perencanaan – Pergerakan-monev - Lokakarya Mini
- Perencanaan Menu
SURVEILANS GIZI
DEFINISI : KEGIATAN PENGAMATAN SECARA TERATUR DAN TERUS
MENERUS TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK
MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN STATUS GIZI
MASYARAKAT”. (FAO,WHO, UNICEF pada Kongres Pangan Sedunia, Roma 1974, dan Publikasi
Metodologi Surveilans Gizi, 1976, )

Mengamati secara terus menerus, tepat waktu dan teratur


TERHADAP:
Keadaan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
UNTUK:
Tindakan Segera, Dasar Perumusan Kebijakan, Perencanaan Program, Monitoring Dan
Evaluasi Program Gizi Masyarakat
Pemantauan Situasi Pangan dan Gizi
Serta Faktor-faktor Yang Berkaitan
dalam rangka Sistem Isyarat Dini dan Intervensi (SIDI)

P-1 P-2
Kewaspadaan untuk Tindakan segera
pencegahan memburuknya keadaan

Analisis Analisis
situasi Pangan situasi Pangan
dan Gizi dan Gizi
Implementasi Program
Pangan dan Gizi

dan dan
Kebijakan dan Perencanaan
Faktor Penyebab Faktor Penyebab
Program Pangan dan Gizi,
dan Evaluasi

P = Pemantauan (Pemantauan Bulanan, Semesteran, PSG, dll)


SIKLUS SURVEILANS GIZI
Hasil PSG dan Laporan Rutin :
Peran setiap Lini
1. Apa Masalah Gizi??
1. Pusat :
2. Dinkes Provinsi: 2. Siapa yg mangalami Masalah Gizi?
3. Dinkes Kab/Kota: 3. Dimana Lokasinya?
4. Puskesmas: 4. Kapan masalah terjadi?
5. Lintas Sektor OPD : 5. Bagaimana kondisinya?
Intervensi yang tepat
(spesifik & sensitif)
Apakah Penyebab langsung dari masalah gizi ??
 asupan makanan yang tidak cukup, atau
 penyakit infeksi.

Penyebab akar masalah kurang gizi adalah:


 Ketidakcukupan makanan
 Kesehatan lingkungan,
 akses pelayanan kesehatan (geografik)
 Kemiskinan
 Politik dan ekonomi
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013
ALUR PELAKSANAAN

POSYANDU PUSKESMAS KABUPATEN


Pengiriman pencatatan Laporan
REKAPITULASI REKAPITULASI
PENGUMPULAN DATA DATA RUTIN dari DATA RUTIN DARI
RUTIN POSYANDU POSYANDU PUSKESMAS
feedback feedback

informasi Entry data/


feedback

informasi
feedback ePPGBM
(Online/Offline)
Data individu Entry data
by name by address

PUSAT PROVINSI SEKTOR LAIN


11
PEMANFAATAN INFORMASI
KOORDINASI PEMANFAATAN DATA HASIL SURVEILANS GIZI

TINGKAT KOORDINATOR INSTITUSI


ADMINISTRASI TERKAIT

PUSDATIN dan LINTAS SEKTOR


PUSAT
DITJEN KESMAS

DINKES OPD PROVINSI


PROVINSI
PROVINSI

BUPATI DAN
KABUPATEN DINKES OPD
KABUPATEN KABUPATEN

KECAMATAN PUSKESMAS CAMAT DAN LS


DI KECAMATAN

Kebutuhan Pemanfaatan Data KEPALA


DESA/KEL
Umpan Balik DESA/LURAH
SURVEILANS TIDAK HANYA MENGUMPULKAN DATA !
melainkan menganalisa dan memanfaatkan data untuk perbaikan program
TUJUAN
menjadikan hasil surveilans sebagai evidence –based untuk pengambilan kebijakan dan tindakan

Pengumpulan Pengelompok Interpretasi/ Pengambilan


Prioritasi data Analisis
data an data rekomendasi keputusan

Menetapkan Mengumpulkan Pengolahan data Menganalisa data membuat rekomendasi membuat keputusan
pritoritas data data dilapangan secara agregat dan menggunakan program dan kebijakan dan kebijakan yang
yang dibutuhkan terstruktur dan tools yang ada berdasarkan hasil implementatif
membuat laporan analisis berbasis bukti

Manajemen data perlu menjadi prioritas program di daerah


Pemanfaatan data perlu dioptimalkan

Kapasitas SDM untuk menganalisa data perlu ditingkatkan

Akses dan transparansi data

Setiap kebijakan dan program perlu


mempertimbangkan hasil analisis data
Source: John Field 1987. Food Policy; Global Nutrition Report 2017
ALUR PELAKSANAAN ePPGBM DALAM PENYELENGGARAAN SURVEILANS GIZI
MONITORING DAN EVALUASI

Sumber Informasi Surveilans Gizi

Real Time
(Laporan Kasus Gizi Buruk)

Rutin
(Laporan Status Gizi Balita dan Kinerja Gizi melalui e-
PPGBM)

Survey
(PSG, PKG, RISKESDAS, SSGBI)
15
Kaitan Antara Penyediaan Informasi Surveilans Gizi
Dan Pemanfaatannya
KOMPONEN KEGIATAN
SURVEILANS GIZI
PENYEDIA INFORMASI
(Surveilans Gizi)
1. Isyarat Dini (“Early Warning”) 
- Penyajian informasi
- Diseminasi Frekuensi: bulanan, setiap saat ada
- Advokasi
- Pengumpulan data kejadian
- Analisis data (pemetaan,
peramalan & pengamatan 2. Analisis Situasi Gizi (PSG, Riskesdas,
Survei lainnya)  Frekuensi:
Setengah Tahunan, Tahunan, Tiga
- Pengambilan keputusan tahunan, atau Lima tahunan
- Perumusan kebijakan
- Perencanaan program 3. Diseminasi Hasil Kegiatan 
Tindakan intervensi:
- Darurat Frekuensi: setiap ada informasi
- Jangka pendek
- Jangka panjang
PEMANFAATAN
INFORMASI OLEH
PELAKSANA PROGRAM
LINTAS-SEKTOR
Kegiatan Rutin
PENGUMPULAN DATA

Survey Khusus

PENTING !
Pembinaan pada wilayah
Deskriptif yang mengumpulkan data
PENGOLAHAN DATA &
PENYAJIAN INFORMASI tidak tepat waktu, tidak
mengolah data, tidak
Analitik
mendiseminasikan informasi

Umpan Balik/
DISEMINASI INFORMASI Sosialisasi/Advokasi

PENGAMBILAN KEPUTUSAN Kebijakan / Program


DAN TINDAKAN
PENGUATAN SURVEILANS GIZI

18
Deteksi Dini pada halaman ePPGBM Grafik Pemantauan Pertumbuhan
Balita Kurus Balita Berat
Baduta
Individu yang perlu Penanganan Khusus Stunting
dan Sangat Badan Sangat
Kurus Kurang
(TB/U)
(BB/TB (BB/U)
TAHAPAN SURVEILANS GIZI MENGGUNAKAN e-PPGBM
POSYANDU PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI PUSAT

PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA


I DATA RUTIN 1. DATA RUTIN PENGUMPULAN DATA:
PENYAJIAN PENYAJIAN
POSYANDU PUSKESMAS LAPORAN FASYANKES
2. PIS-PK  identitas

N, T, 2T ANALISIS N/D, D/S  ANALISIS & ADVOKASI ADVOKASI


Desa, Status Gizi FEEDBACK
Konfirmasi

Apabila 2T PENYAJIAN  Tabel/Peta


rujuk ke PENYAJIAN
Feedback
Puskesmas
II
ADVOKASI
ADVOKASI

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN/  KEBIJAKAN
KEPUTUSAN/KEBIJAKAN KEBIJAKAN  PERENCANAAN

INTERVENSI 20
Tahapan
Surveilans Gizi – ePPGBM

21
TAHAPAN I
POSYANDU PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI PUSAT

PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA


DATA RUTIN 1. DATA RUTIN PENGUMPULAN DATA:
POSYANDU LAPORAN FASYANKES PENYAJIAN PENYAJIAN
PUSKESMAS
2. PIS-PK  identitas

Input Data Pengumpulan Data Rutin Posyandu


ePPGBM
Offline / Online

Posyandu

Kader dan Tenaga Register 22


Kesehatan Posyandu/SIP
TAHAPAN I
POSYANDU PUSKESMAS KABUPATEN/KOTA PROVINSI PUSAT

PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA


DATA RUTIN 1. DATA RUTIN PENGUMPULAN DATA:
POSYANDU LAPORAN FASYANKES PENYAJIAN PENYAJIAN
PUSKESMAS
2. PIS-PK  identitas

Sistem Peringatan
Deteksi Dini Balita
Yang memerlukan
penanganan
khusus berdasar
indeks BBU, TBU
dan BBTB

23
TAHAPAN II

N, T, 2T ANALISIS N/D, D/S  ANALISIS & ADVOKASI ADVOKASI


Desa, Status Gizi FEEDBACK
Konfirmasi

Apabila 2T PENYAJIAN  Tabel/Peta


rujuk ke PENYAJIAN
Feedback
Puskesmas
ADVOKASI
ADVOKASI

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN/  KEBIJAKAN
KEPUTUSAN/KEBIJAKAN KEBIJAKAN  PERENCANAAN

INTERVENSI

24
TAHAPAN II

N, T, 2T ANALISIS N/D, D/S  ANALISIS & ADVOKASI ADVOKASI


Desa, Status Gizi FEEDBACK
Konfirmasi

Apabila 2T PENYAJIAN  Tabel/Peta


rujuk ke PENYAJIAN
Feedback
Puskesmas
ADVOKASI
ADVOKASI

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN/  KEBIJAKAN
KEPUTUSAN/KEBIJAKAN KEBIJAKAN  PERENCANAAN

INTERVENSI

25
TAHAPAN II

N, T, 2T ANALISIS N/D, D/S  ANALISIS & ADVOKASI ADVOKASI


Desa, Status Gizi FEEDBACK
Konfirmasi

Apabila 2T PENYAJIAN  Tabel/Peta


rujuk ke PENYAJIAN
Feedback
Puskesmas
ADVOKASI
ADVOKASI

IMPLEMENTASI KEPUTUSAN
IMPLEMENTASI KEPUTUSAN/  KEBIJAKAN
KEPUTUSAN/KEBIJAKAN KEBIJAKAN  PERENCANAAN

INTERVENSI

26
Hasil Tahapan I  Asesmen
Input Data melalui ePPGBM

27
Nasional

Balita Kurus dan Balita Gizi


Baduta Stunting
Sangat Kurus Buruk
(TB/U)
(BB/TB) (BB/U)

Total JUMLAH BALITA yang masuk sebanyak 11.417.473 balita dari


23.604.923 (sasaran Proyeksi BPS) atau 48,37% dari sasaran proyeksi.
(Data masuk per 17 November 2019)

28
REKAP ENTRY SASARAN (1)
Jumlah Entry
No Provinsi Sasaran Input Sasaran Proyeksi Input
% %
Proyeksi Balita Balita Ibu Hamil Ibu Hamil
1 Aceh 567,911 272,147 47.92 126,964 21,979 17.31
2 Sumatera Utara 1,501,845 611,653 40.73 332,810 54,718 16.44
3 Sumatera Barat 537,142 393,985 73.35 120,374 22,488 18.68
4 Riau 743,920 253,209 34.04 170,366 12,046 7.07
5 Jambi 320,370 158,902 49.60 72,338 15,844 21.90
6 Sumatera Selatan 791,707 240,227 30.34 175,899 28,428 16.16
7 Bengkulu 181,828 92,773 51.02 40,813 11,365 27.85
8 Lampung 755,887 404,160 53.47 165,269 36,456 22.06
Kep. Bangka
9 Belitung 134,333 102,501 76.30 30,172 26,997 89.48
10 Kep. Riau 215,244 80,467 37.38 45,164 3,343 7.40
11 DKI Jakarta 888,844 324,705 36.53 183,366 17,544 9.57
12 Jawa Barat 4,326,811 1,879,234 43.43 960,932 80,280 8.35
13 Jawa Tengah 2,626,652 1,249,606 47.57 580,176 7,417 1.28
14 DI Yogyakarta 277,779 137,037 49.33 59,540 5,018 8.43
15 Jawa Timur 2,817,658 1,974,020 70.06 622,930 28,935
29 4.64
16 Banten 1,211,246 394,714 32.59 264,191 4,319 1.63
17 Bali 322,445 161,593 50.11 70,995 11,516 16.22
REKAP ENTRY SASARAN (2)
Jumlah Entry
No Provinsi Sasaran Input Sasaran Proyeksi Input
% %
Proyeksi Balita Balita Ibu Hamil Ibu Hamil
18 Nusa Tenggara Barat 495,439 302,039 60.96 113,646 26,880 23.65
19 Nusa Tenggara Timur 644,647 340,660 52.84 153,050 25,553 16.70
20 Kalimantan Barat 491,513 180,314 36.69 110,255 15,858 14.38
21 Kalimantan Tengah 254,902 73,865 28.98 59,184 9,217 15.57
22 Kalimantan Selatan 396,321 248,308 62.65 88,484 34,917 39.46
23 Kalimantan Timur 349,803 145,854 41.70 82,431 14,261 17.30
24 Kalimantan Utara 75,676 24,155 31.92 13,353 1,150 8.61
25 Sulawesi Utara 203,874 78,134 38.32 44,882 6,174 13.76
26 Sulawesi Tengah 299,228 175,802 58.75 68,978 11,660 16.90
27 Sulawesi Selatan 824,715 568,459 68.93 185,004 127,804 69.08
28 Sulawesi Tenggara 300,182 87,639 29.20 68,823 8,332 12.11
29 Gorontalo 113,200 53,920 47.63 26,242 4,735 18.04
30 Sulawesi Barat 151,664 90,104 59.41 36,136 8,229 22.77
31 Maluku 206,863 102,186 49.40 49,093 9,101 18.54
32 Maluku Utara 139,223 85,672 61.54 32,115 8,931 27.81
33 Papua Barat 100,798 41,049 40.72 24,035 2,200 9.15
34 Papua 335,253 88,380 26.36 78,473 10,931 13.93
INDONESIA 23,604,923 11,417,473 48.37 5,256,483 714,626 13.60
30
REKAP ENTRY SASARAN BERDASARKAN PERSENTASE INPUT BALITA
TERTINGGI
SASARAN INPUT SASARAN INPUT
NO PROVINSI % NO PROVINSI %
PROYEKSI BALITA PROYEKSI BALITA
1 Kep. Bangka Belitung 134,333 102,501 76.30 18 Gorontalo 113,200 53,920 47.63
2 Sumatera Barat 537,142 393,985 73.35 19 Jawa Tengah 2,626,652 1,249,606 47.57
3 Jawa Timur 2,817,658 1,974,020 70.06 20 Jawa Barat 4,326,811 1,879,234 43.43
4 Sulawesi Selatan 824,715 568,459 68.93 21 Kalimantan Timur 349,803 145,854 41.70
5 Kalimantan Selatan 396,321 248,308 62.65 22 Sumatera Utara 1,501,845 611,653 40.73
6 Maluku Utara 139,223 85,672 61.54 23 Papua Barat 100,798 41,049 40.72
7 Nusa Tenggara Barat 495,439 302,039 60.96 24 Sulawesi Utara 203,874 78,134 38.32
8 Sulawesi Barat 151,664 90,104 59.41 25 Kep. Riau 215,244 80,467 37.38
9 Sulawesi Tengah 299,228 175,802 58.75 26 Kalimantan Barat 491,513 180,314 36.69
10 Lampung 755,887 404,160 53.47 27 DKI Jakarta 888,844 324,705 36.53
11 Nusa Tenggara Timur 644,647 340,660 52.84 28 Riau 743,920 253,209 34.04
12 Bengkulu 181,828 92,773 51.02 29 Banten 1,211,246 394,714 32.59
13 Bali 322,445 161,593 50.11 30 Kalimantan Utara 75,676 24,155 31.92
14 Jambi 320,370 158,902 49.60 31 Sumatera Selatan 791,707 240,227 30.34
15 Maluku 206,863 102,186 49.40 32 Sulawesi Tenggara 300,182 87,639
31 29.20
16 DI Yogyakarta 277,779 137,037 49.33 33 Kalimantan Tengah 254,902 73,865 28.98
17 Aceh 567,911 272,147 47.92 34 Papua 335,253 88,380 26.36
PROVINSI BALI

4.373
3.465 1.577
Balita Kurus dan
Baduta Stunting Balita Gizi Buruk
Sangat Kurus
(TB/U) (BB/U)
(BB/TB)

Total JUMLAH BALITA yang masuk sebanyak 164.335 Balita dari 326.017
(sasaran Proyeksi BPS) atau 50,4% dari sasaran Proyeksi.
(Data masuk per 25 November 2019)

32
REKAP ENTRY SASARAN PROVINSI BALI
jumlah Entry
No Kabupaten Sasaran Input Balita % Balita terinput Sasaran Proyeksi Ibu Input Ibu Hamil % Ibu Hamil
Proyeksi Balita Hamil terinput
1 Jembrana 19,752 15,003 75.96 4,349 1,634 37.57
2 Tabanan 20,511 79.09
25,933 5,710 1,338 23.43
3 Badung 52,237 17,117 32.77 11,502 1,143 9.94
4 Gianyar 22,569 63.41
35,591 7,836 1,639 20.92
5 Klungkung 9,695 78.10 725
12,414 2,734 26.52
6 Bangli 10,087 60.25 747
16,743 3,686 20.27
7 Karang Asem 18,468 58.27
31,695 6,978 1,336 19.15
8 Buleleng 50,018 36,454 72.88 11,013 3,573 32.44
9 Kota Denpasar 14,953 19.16 451
78,062 17,187 2.62
  Bali 164,857 51.13 12,586
322,445 70,995 17.73

KAB TABANAN MEMPUNYAI PERSENTASE INPUT SASARAN


TERTINGGI DI PROVINSI BALI
Analisa

34
Implementasi Surveilans Gizi di Puskesmas
Input Antropometri Analysis nutritional status by
Data from the system
1 POSYANDU : U
• Age
• Weight
2 p validation and
• Height
d
a
confirmation 3
Kader/TPG t 4
e

D
a INFORMED POLICY FOR
t NUTRITION
INTERVENTION
a

Spesific Sensitive
Intervention Intervention

5
35
PROVINSI BALI

Balita Kurus dan


Baduta Stunting Balita Gizi Buruk
Individu yang perlu Penanganan Khusus Sangat Kurus
(TB/U) (BB/U)
(BB/TB)

36
SEGERA CEGAH TERJADINYA STUNTING DI PROVINSI BALI

900 baduta
kurus dan
2000 > 2
thn yg
Kurus
sebagai
Sasaran
Makanan
Tambahan
Usia >2 Th
Stunting
Intervensi
Sensitif
Baduta Stunting = 3.346 PENANGANAN
Intervensi Spesifik STUNTING 
CEGAH STUNTING PAUD
38
Aksi

39
Action (Aksi/Tindakan)

• Rangkaian kegiatan yang terdiri dari validasi kasus yang ditemukan


bermasalah gizi baik yang gizi kurang, gizi buruk, kurus, sangat kurus,
pendek, sangat pendek, maupun gemuk sampai menentukan rencana
intervensi yang tepat.
• Berdasarkan data status gizi balita kurus yang ditampilkan dalam
aplikasi e-PPGBM, kemudian dilakukan verifikasi atau pengukuran
ulang Tinggi Badan dan Berat Badan Balita di rumah balita
• Contoh Pemberian makanan tambahan (biskuit) untuk balita kurus.

40
41
Contoh Balita yang mempunyai masalah gizi
dengan indeks BBU kurang dari -3SD

Daftar Balita dengan Masalah


Gizi Buruk (BBU <-3SD) yang
belum di konfirmasi/validasi
atau intervensi

Identitas Lengkap balita


dengan Alamat lengkap
yang harus didatengi segera
untuk konfirmasi/validasi
dan intervensi
Intervensi ke keluarga balita yang mempunyai masalah gizi
Dari Grafik pertumbuhan dapat dilihat :
1. Ada peningkatan berat badan (N) balita
dari umur 13 bulan (penimbangan bulan
September 2018) dari bulan sebelumnya;
2. Pada Bulan Oktober balita tersebut tidak
melakukan penimbangan (O),
3. Bulan berikutnya dilakukan penimbangan
namun berat badanya turun dibulan
November.
4. Penimbangan bulan Desember, balita
tersebut juga mengalami penurunan berat
badan (T) dari bulan sebelumnya hingga
dibawah garis merah.
5. Sehingga balita tersebut perlu
dikonfirmasi ke keluarga balita juga
dilakukan validasi apakah penimbangan
balita tersebut sudah sesuai atua tidak;
6. Apabila sesuai, maka balita tersebut harus
di intervensi sesuai standar.
Formulir isi tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan/kader

1. Tanggal tindakan diisi sesuai tanggal tenaga kesehatan/kader datang ke rumah balita;
2. Jenis tindakan diisi dengan tindakan apa yang sudah dilakukan ke balita (konfirmasi/validasi, konseling,
pemberian PMT,dll);
3. Faktor Determinan diisi hasil dari menggali informasi ke keluarga balita maupun dengan observasi;
4. Catatan diisi dengan informasi lain yang perlu ditambahkan contoh berapa jumlah PMT yang diberikan, dll;
5. Klik Simpan apabila sudah diisi lengkap.
Contoh Balita di Desa Tangkil – Kecamatan Caringin – Kab. Bogor

INTERVENSI SPESIFIK

Dasar untuk Intervensi Sensitif

45
Verifikasi Panjang Badan dan Berat Badan

46
Pemberian Makanan Tambahan (Biskuit)

47
Kondisi Jamban/WC dan Air Bersih

48
FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP STUNTING DARI LINTAS SEKTOR
1645 BALITA

Dasar untuk Intervensi Sensitif


FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP STUNTING DARI LINTAS SEKTOR
1645 BALITA

50
Target Intervensi Dari 1646 balita
Ada 122 Rumah Tangga Dari 1646 balita ada 812
stunting, msh ada 511 167 Rumah Tangga
Sensitif dari Lintas Balita belum memiliki Balita belum memiliki keluarga balita dengan
yang belum memiliki
Sektor Air Bersih Jamban Sehat status merokok
JKN

Intervensi Sensitif diperlukan dalam pencegahan dan penanggulangan


stunting 51
FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP STUNTING DARI LINTAS SEKTOR
764 BADUTA STUNTING

Target Intervensi Dari 764 BADUTA


Ada 34 Rumah Tangga 60 Rumah Tangga
Sensitif dari Lintas stunting, ada 240 Balita belum memiliki
Dari 764 baduta ada 411
Balita belum memiliki Air keluarga balita dengan
Sektor Bersih
baduta yang belum Jamban Sehat status merokok
memiliki JKN
Intervensi Sensitif diperlukan dalam pencegahan dan penanggulangan stunting 53
Contoh Kondisi Lingkungan Balita Stunting di Kab Pasaman
Jamban menjadi masalah prioritas termasuk Perilaku Masyarakat

54
TERIMA KASIH

55

Anda mungkin juga menyukai