Anda di halaman 1dari 40

KEBIJAKAN

PENURUNAN STUNTING

Diektorat Gizi Masyarakat


Diseminasi Surveilans Gizi di Provinsi Bali
2019
Masalah Gizi di Indonesia
Masalah Kesehatan dan Gizi
Indonesia is one of the countries success in
reducing malnutrition among children but
Setiap negara mempunyai masalah gizi increasing obesity problem among adult

Stunting, Wasting and Overweight among Children under 5


2013-2018

37.2
30.8

12.1 10.2 11.9


8.0

Stunting Wasting Overweight

2013 2018
single burden double burden triple burden

22,2% Children Obesity among Adult 18+ years


under 5 years in the
World 2013 2018
7,5% 5,6%
(150,8 M) (38,3 M)
(50,5 M)
14,8% 21,8%
Stunting Wasting Overweight
Sumber: Global Nutrition Report, 2018 Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018
3
Proporsi Anemia Ibu Hamil, 2018

60
Anemia ibu hamil menurut umur

50
48.9
40 37.1
24
30

33.6 84.6
20

10
33.7
0

2013 2018
15-24 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun

Ibu hamil di usia muda (15 – 24 tahun) mempunyai proporsi lebih banyak menderita anemia

Sumber: Riskesdas 2013 & 2018 4


Kecenderungan Masalah Gizi Tahun 2013-2018-2019

Tren Prevalensi Stunting Tren Prevalensi Wasting


40 37.2 14
12.1
35 32.5 12
30.8 10.2
30 27.7 10 8.8
25 21.9 8 7.4
20 6.3
14.4 6
15
4
10
5 2

0 0
Bali Indonesia Bali Indonesia

2013 2018 2019 2013 2018 2019

Penurunan masalah stunting diikuti dengan penurunan masalah wasting


Di Indonesia dan Provinsi Bali
Prevalensi Stunting pada Balita Menurut Provinsi
Tahun 2013-2018-2019
60.0

50.0

43.8
40.0 37.2
32.5
30.8
30.0
27.7
21.9
20.0

14.4
10.0

SUMBAR
PAP BAR
JABAR

JAWA TIMUR
DIY

SULUT

BANTEN

MALUT

NTB
KEP RIAU

RIAU

BENGKULU

KALBAR

SULBAR
SUMUT

NTT
SUMSEL

KALSEL
KALTIM

MALUKU

SULTENG

KALTENG
DKI JAKARTA

KALTARA

SULTRA
KEP BABEL

SULSEL

ACEH
JAMBI

LAMPUNG

JATENG
BALI

GORONTALO
INDONESIA

PAPUA
RISKESDAS 2013 RISKESDAS 2018 SSGBI 2019

Provinsi Bali merupakan provinsi dengan masalah stunting terendah di Indonesia


dengan penurunan prevalensi yang signifikan
Prevalensi Stunting pada Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Tahun 2013-2018

50.0

43.1
45.0

41.0

39.9

39.1
40.0

35.7
34.0

32.7

32.5
35.0
29.1

28.8
26.2
25.2
30.0

25.0

21.8
21.4

20.5
25.0

18.8
19.2
20.0 16.1

12.1
15.0
10.0
5.0
0.0
I I
A N G AR NG GL M NG A R L
AN NA UN N Y U N SE L E AS BA
BR AB
A AD A K BA A E NP
M T B GI NG . NG UL E
. JE .
AB
. B. L U AB RA . B D
AB AB K K A
B.
K K A B TA
K K . K KA O
KA AB
K
K

2013 2018

Kabupaten Gianyar mengalami penurunan prevalensi stunting sebesar 28,9%, sedangkan kabupaten/kota
yang mengalami peningkatan prevalensi stunting adalah Kab. Badung, Klungkung dan Bangli
Stunting
STUNTING adalah kondisi gagal tumbuh
pada anak balita akibat dari kekurangan
gizi kronis sehingga anak lebih pendek
untuk usianya (kekurangan gizi terjadi sejak
bayi dalam kandungan dan pada masa awal
kehidupan setelah lahir, tetapi baru nampak
setelah anak berusia 2 tahun)

50
40 37.2
30.8 27.7
30
20 Target
10 2024: 19%
0
2013 2018 2019 (SSGBI)
(Riskesdas) (Riskesdas)

9
DAMPAK STUNTING BAGI KELUARGA DAN NEGARA DI INDONESIA

PREVALENSI DAMPAK KESEHATAN DAMPAK EKONOMI

STUNTING PADA
70 ANAK BADUTA Potensi kerugian ekonomi setiap
60 tahunnya: 2-3% dari GDP
50
Jika PDB Indonesia
Prevalensi (%)

40 Rp Rp 13.000 Triliun
30 32.9 Potensi Kerugian
29.9
20 26.1 Perkembangan Otak Anak Perkembangan Otak Anak Rp 260-390
Stunting Sehat
Triliun/tahun
10
0
2013 2016* 2018

STUNTING PADA Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, The Worldbank, 2016
ANAK BALITA pendek, kurus)
70
60 Hambatan perkembangan kognitif dan
motorik Potensi keuntungan ekonomi
50
Prevalensi (%)

dari investasi penurunan stunting di


40 Gangguan metabolik pada saat dewasa 
36.8 35.6 37.2 risiko penyakit tidak menular (diabetes, Indonesia:
30 33.6
30.8 obesitas, stroke, penyakit jantung) 48 kali lipat
20
Sumber:
10 • Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar.
2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with Investments in
0
Nutrition. Washington, DC: World Bank Group
Hoddinott, et al, 2013
2007 2010 2013 2016* 2018
• www.GlobalNutritionSeries.org International Food Policy Research Institute
Sumber: Riskesdas 2007, 2010, 2013, dan 2018, *Sirkesnas 2016
LA HA N
A SA Praktek pengasuhan
PERM 1 yang tidak baik
37.2%
Terbatasnya layanan Riskesdas 2013
kesehatan termasuk ANC,
2 Post Natal, dan pembelajaran
dini yang berkualitas
STUNTING 30,8%
Kurangnya akses 2018
3 makanan bergizi
Riskesdas

Kurangnya akses air 27,7%


4 bersih dan sanitasi
SSGBI 2019
“STUNTING disebabkan oleh faktor
multidimensi sehingga penangannya perlu
dilakukan oleh multisektor”
Kebijakan
KOMITMEN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN SDM

•Menyambungkan infrastruktur besar dengan kawasan-kawasan


Pembangunan produksi rakyat: kawasan industri kecil, Kawasan Ekonomi Khusus,
Infrastruktur kawasan pariwisata, kawasan persawahan, kawasan perkebunan, dan
tambak-tambak perikanan

•Pembangunan SDM dengan menjamin kesehatan


ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita,
kesehatan anak usia sekolah, penurunan stunting-
Pembangunan SDM kematian ibu-kematian bayi, peningkatan kualitas
pendidikan, vokasi, membangun lembaga
manajemen talenta Indonesia, dan dukungan bagi
diaspora bertalenta tinggi
•Mengundang investasi seluas-luasnya untuk membuka lapangan
Mendorong Investasi pekerjaan, memangkas perizinan, pungli dan hambatan investasi
lainnya

•Reformasi struktural agar lembaga semakin sederhana, semakin


Reformasi Birokrasi simple, semakin lincah, mindset berubah, kecepatan melayani,
kecepatan memberikan izin, efisiensi lembaga

•Menjamin penggunaan APBN yang fokus dan tepat sasaran,


memastikan setiap rupiah dari APBN memiliki manfaat ekonomi,
Penggunaan APBN
memberikan manfaat untuk rakyat, meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
Perkembangan SUN Movement di Indonesia
Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Stunting
PIC: Kemenkes
Framework
Intervensi Penurunan Stunting TERINTEGRASI

tu n ti ng
n a n s
p e n u ru e n ta si
Untuk kan implem sensitif
ip e rlu k d a n t
d sp e sifi n g ka
ve n si s i d i ti
inter terintegra rah
e ca ra n d a e
s s at d a
pu

Sumber: Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, 2018-2024


INTERVENSI SPESIFIK
PROGRAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
Promosi dan konseling pemberian makanan bayi dan anak
1 (PMBA)
2 Promosi dan konseling menyusui
Meningkatkan pelayanan kesehatan kesehatan ibu hamil,
3 ibu menyusui, bayi dan balita

4 Pelayanan imunisasi, pemberian obat cacing

Surveilans gizi, pemantauan dan promosi


5 pertumbuhan dan perkembangan balita
Pemberian suplementasi tablet tambah darah pada ibu
6 hamil dan remaja, serta pemberian vitamin A
Penanganan masalah gizi dengan pemberian makanan
7 tambahan ibu hamil dan balita serta tatalaksana gizi buruk 18
INTERVENSI SENSITIF
PROGRAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
Tanggung jawab Bersama sektor lain

5 PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT TIDAK MAMPU
1 KETERSEDIAAN SUMBER PANGAN
(Karbohidrat, protein hewani dan
melalui Program Keluarga Harapan nabai, lemak, vitamin dan mineral).
(PKH) dan Bantuan Pangan Non Kemen Pertanian , Kemen Dalam
Tunai (BPNT). (Kemen Sosial) Negeri, Kemen Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ,
BPOM, Kemen Kelautan dan Perikanan)
4 PENINGKATAN PENGASUHAN DI
TINGKAT KELUARGA DAN MASYARAKAT
melalui PAUD, BK/RA, BKB (Kemen 2 KETERSEDIAAN AIR BERSIH DAN
SANITASI
Pendidikan dan Kebudayaan, Kemen
Agama, Kemen Pemberdayaan (Kemen Pekerjaan Umum dan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Perumahan  Rakyat, Kemen Dalam
BKKBN, ) 3
PARTISIPASI & PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Negeri, Kemen Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi )
melalui posyandu, PKK, (Kemen Dalam
Negeri,Kemen Desa, Pembangunan
19
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi )
PETA STUNTING DI 160 KAB/KOTA PRIORITAS TAHUN 2019
ACEH PAPUA BARAT
1. Aceh tengah 1. Tambraw
2. Pidie 2. Sorong Selatan
3. Aceh Timur SUMUT KALTARA 3. Kab. Manokwari
SULUT
1. Langkat KALTIM 1. Malinau 4. Kota Sorong
1. Bolmong Utara 5. Pegunungan Arfak
2. Padang Lawas 1. Panajam 2. Nunukan
2. Bolaang
3. Gunung Sitoli KEPRI Paser Utara Mongondow
4. Nias Utara 1. Natuna 2. Kab. Kutai MALUKU UTARA PAPUA
KALSEL SULTENG 1. Jayawijaya
5. Simalungun 2. Lingga 1. Halmahera Selatan
2. Tolikara 14.Kab. Pegunungan
1.Hulu Sungai 1.Banggai 2. Kep. Sula 3. Nduga Bintang
KALBAR
Selatan 2.Parigi Moutong 4. Lanny Jaya 15.Kab. Yapen
1.Ketapang MALUKU
RIAU 2.Tanah Bumbu 5. Intan Jaya 16.Kab. Supiori
2.Kab. Sambas 1. Maluku tengah 6. Dogiyai 17.Kab.
1. Rokan hulu JAMBI 3.Kab. Sintang GORONTALO 7. Kab. Nabire Mamberamo
SULBAR 2. Seram bagian
2. Kampar 1. Kerinci 1.Gorontalo Barat 8. Kab. Biak Raya
2. Tanjung 1.Majene Numfor 18.Kab.
KALTENG 2.Boleamo 3. Kep. Aru
Jabung Timur 2.Polman 9. Kab. Paniai Mamberamo
1. Barito Timur 3.Pohuwato 10. Kab. Puncak Tengah
SUMBAR 3.Mamuju
2. Kotawaringin Jaya 19.Kab. Yalimo
1. Pasaman BABEL 4.Mamasa 11. Kab. Boven 20.Kab. Puncak
Timur
1.Bangka barat Digoel 21.Kab. Deiyai
2. Pasaman Barat 3. Kab. Kapuas JATIM SULTRA 12. Kab. Asmat 22.Kab. Keerom
3. Solok 2.Bangka 13. Kab. Yahukimo
1.Trenggalek 1.Buton
JATENG 2.Malang
7. Grobogan 2.Kolaka
BENGKULU 1.Cilacap 3.Jember
DKI JAKARTA 8. Blora
1. Kaur 2.Banyumas 4.Bondowoso SULSEL
1.Kep. Seribu 9. Demak
2. Bengkulu Utara 3.Purbalingga 5.Probolinggo
10. Pemalang 1.Enrekang
4.Kebumen 6.Lamongan 2.Bone
11. Brebes
SUMSEL 5.Wonosobo 7. bangkalan
12. Pekalongan
1.Ogan Komering Ilir 6.Klaten 8. Sampang 8. Ngada
BANTEN 9. Nganjuk
2.Muara Enim 9. Manggarai
1.Pandeglang 10. Pamekasan 10. Rotendao
2.Lebak 11.Sumenep 11. Sumba Barat Daya
LAMPUNG 12. Manggarai Timur
7. Sumedang 12. Kab. Kediri NTT 13. Sabu Raijua
1. Lampung Selatan JABAR 1. Sumba Barat
8. Bogor DIY NTB 14. Kab. Kupang
2. Lampung Tengah 1.Bandung 2. Sumba Timur
9. Tasikmalaya 1.Kulonprogo 1.Lombok Barat 15. Kab. Belu
3. Lampung Timur 2.Sukabumi 3. Sumba Tengah 16. Kab. Flores Timur
10. Garut 2.Bantul 2.Lombok Timur
4. Tanggamus 3.Cianjur
11.Kuningan 3.Lombok Tengah
4. Alor
5. Lembata
17.
18.
Kab. Sikka
Kab. Ende
(1)
4.Karawang Bali
12.Subang 4.Lombok Utara 6. Timor Tengah 19. Kab. Manggarai
5.Cirebon 1.Gianyar Barat
13.Indramayu 5.Sumbawa Selatan
6.Bandung Barat 2.Buleleng 7. Timor Tengah 20. Kab. Nagekeo
14. Majalengka 6.Dompu
21. Malaka
Sumber: Riskesdas 2018 7.Kab. Bima Utara
8.Sumbawa barat
20
PETA STUNTING DI 100 KAB/KOTA PRIORITAS (TAMBAHAN) DI TAHUN 2020
ACEH
1. Simeulue
2. Aceh Tenggara SUMUT
3. Bireuen 1. Nias
4. Gayo Lues 2. Madina
5. Nagan Raya 3. Tapanuli tengah
6. Bener Meriah 4. Dairi
PAPUA BARAT
7. Kota 5. Deli Serdang SULUT 1. Fak-fak
Subulussalam 6. Nias Selatan KALTIM KALTARA 2. Kaimana
1. Minahasa Utara 3. Teluk Wondama
7. Pakpak bharat 1. Kutai 1. Bulungan
8. Padang Lawas
2. Bolaang 4. Teluk Bintuni
Utara KEPRI Kertanegara Mongondow 5. Sorong
9. Nias Barat 1. Karimun 2. Kutai timur MALUKU UTARA 6. Raja ampat
10. Kota Medan SULTENG 1. Halmahera Tengah 7. Maybrat
1.Morowali 2. Halmahera Timur 8. Manokwari selatan
KALBAR 2.Sigi
RIAU 1.Kapuas Hulu MALUKU
1. Pelalawan 2.Melawi
JAMBI 1. Maluku Tenggara
2. Rokan Hilir GORONTALO PAPUA
1. Merangin 2. Seram Bagian Timur
3. Kep Meranti
2. Tanjab Barat KALTENG SULBAR 1.Bone 3. Maluku Barat Daya 1. Merauke
1.Mamuju Bolango 2. Jayapura
1. Barito Selatan 3. Mimika
2. Gunung Mas Tengah
SUMBAR 4. Mappi
1. Limapuluh kota 5. Sarmi
BABEL 6. Waropen
KALSEL
1.Bangka Selatan 7. Kota Jaya
1.Tapin SULTRA
2.Tabalong 1. Muna Pura
2. Wakatobi
BENGKULU JATENG 3. Kolaka Timur
DKI JAKARTA
1. Bengkulu Selatan 1.Magelang JATIM 4. Buton Selatan
2. Seluma 1. Jakarta Timur
2.Sragen 1.Pasuruan
3.Pati 2.Sidoarjo SULSEL
SUMSEL 4.Jepara 3.Ngawi 1. Kep Selayar
1. Lahat 2. Jeneponto
2. Banyu asin
4.Kota
BANTEN 3. Takalar
3. Ogan Ilir 1. Tangerang
Surabaya 4. Gowa
4. Kota Palembang 2. Serang 5. Sinjai
6. Pangkep
LAMPUNG 7. Pinrang
JABAR 8. Tana Toraja
1. Lampung Utara
DIY 9. Toraja Utara
2. Pesawaran 1.Ciamis
2.Purwakarta 1.Gunung
Bali
3.Kab. Bekasi Kidul
1.Bangli
(1)
4.Kota Bandung
5.Kota Bekasi
6.Kota Depok

Sumber: Riskesdas 2018 21


Delapan Aksi Integrasi Intervensi Pencegahan dan Penurunan Stunting 22

Aksi integrasi adalah instrumen dalam PIC:


BAPPEDA
bentuk kegiatan yang digunakan
PIC: Sekda & PIC:
untuk meningkatkan pelaksanaan BAPPEDA
BAPPEDA
integrasi intervensi gizi dalam
penurunan stunting

PIC: Dinkes PIC: Sekda

PIC:
PIC: BPMD
BAPPEDA

Dokumen lengkap dapat diunduh pada tautan:


PIC: BPMD
http://bit.ly/pedomanintegrasi
KAWAL TAHAPAN PELAKSANAAN
INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
Jadwal Reguler Perencanaan dan Jadwal Pelaksanaan
Bulan Penanggung Jawab
Penganggaran Daerah 8 Aksi Integrasi
• Musrenbang desa
Januari • Musrenbang kecamatan
Aksi #1 Aksi #1: Bappeda (PIC) dan OPD
• Rancangan Awal RKPD

Aksi #7 Pengukuran dan Publikasi Data Stunting


Analisis
• Pagu Anggaran Indikatif Aksi #2 Aksi #3 Aksi #2: Bappeda (PIC) dan OPD
Situasi
Februari • Rancangan Renja OPD Rencana Rembuk
• Forum OPD/Lintas PD Kegiatan Stunting Aksi #3: Sekda dan/atau Bappeda

• Rancangan RKPD

Aksi #6 Sistem Manajemen Data


Maret Aksi #4: BPMD
• Musrenbang Kabupaten/Kota Aksi #4 Perbup/
Perwali tentang
April Rancangan akhir RKPD kab/kota
Peran Desa
Aksi #5: BPMD
Mei Rancangan Perbup/Perwali RKPD

Juni Perbup/Perwali RKPD


Aksi #5 Aksi #6: Bappeda (PIC) dan OPD
Juli Penyusunan KUA-PPAS
Pembinaan Kader
Pembangunan
Agustus Pembahasan KUA-PPAS dengan DPRD Manusia (KPM)
Aksi #7 Dinas Kesehatan
Penyusunan RKA OPD
Aksi #7 Dinas Kesehatan
September

Oktober Penyusunan APBD

November Pembahasan APBD dengan DPRD

Desember Penetapan APBD

Jan-Feb Aksi #8 Aksi #8: Sekda dan Bappeda (PIC) dan OPD
tahun n+1 Reviu Kinerja Tahunan

Tahap Perencanaan dan Penganggaran Tahap Pelaksanaan Tahap Pemantauan dan Evaluasi
PENINGKATAN
EN SI PEDOMAN KAPASITAS
E R V ti n g
INT n Stun PELAKSANAAN DAERAH
r un a A S I
e nu EG R Konsolidasi perencanaan,
P
E R I NT Aksi Integrasi Intervensi
peningkatan pemahaman,
T Penurunan Stunting
profil daerah

STRANAS
STUNTING
2018-2024
PEMANTAUAN &
• 5 Pilar Percepatan Penurunan PEMBIAYAAN
Stunting Penandaan anggaran, EVALUASI
insentif, dana desa, non- Dashboard, data
• Penentuan Lokus Prioritas
pemerintah survey, evaluasi
TANTANGAN

1 Penguatan konvergensi: koordinasi kementerian dan


lembaga untuk fokus intervensi
2 Penguatan peran pemda untuk pelaksanaan koordinasi
organisasi perangkat daerah
3 Optimlisasi pemanfaatan sumber data yang tersedia
(Badan Pusat Statistik, Badan Ketahanan Pangan, Kemen
Sosial, Kemen Dalam Negeri, Kemen Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi  untuk aksi
4 Pengembangan inovasi intervensi sesuai kearifan lokal
25
Surveilans Gizi mendukung Percepatan
Pencegahan Stunting
SURVEILANS GIZI
DEFINISI : KEGIATAN PENGAMATAN SECARA TERATUR DAN TERUS
MENERUS TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK
MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN STATUS GIZI
MASYARAKAT”. (FAO,WHO, UNICEF pada Kongres Pangan Sedunia, Roma 1974, dan Publikasi
Metodologi Surveilans Gizi, 1976, )

Mengamati secara terus menerus, tepat waktu dan teratur


TERHADAP:
Keadaan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
UNTUK:
Tindakan Segera, Dasar Perumusan Kebijakan, Perencanaan Program, Monitoring Dan
Evaluasi Program Gizi Masyarakat
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2019 Komitmen Bersama Tentang Optimalisasi
Tentang Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
Balita serta Edukasi kepasa Masyarakat untuk
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
Percepatan Pencegahan Stunting
Permenkes Nomor 14 Tahun 2019

Assessment

Action Analysis
Aksi 7. Pengukuran dan Publikasi Stunting

Upaya kabupaten/kota untuk memperoleh data


prevalensi stunting terkini pada skala layanan
puskesmas, kecamatan, dan desa

1 Status Gizi Anak Terpantau


secara Berkala

2 Pengukuran Prevalensi Stunting


Tingkat Desa, Kecamatan, dan
Kabupaten/Kota
fi n i s i ju a n
De Tu
• Pengukuran dan publikasi angka • Mengetahui status gizi anak sesuai
stunting adalah upaya umur
Kabupaten/Kota untuk
• Mengukur prevalensi stunting di
memperoleh data prevalensi
tingkat desa, kecamatan dan
stunting terkini pada skala layanan kabupaten/kota secara berkala yang
puskesmas, kecamatan, dan desa. dilaporkan secara berjenjang mulai
dari posyandu ke Dinas Kesehatan
• Hasil pengukuran tinggi badan kabupaten/kota
anak di bawah lima tahun serta
publikasi angka stunting
PIC
digunakan untuk memperkuat
komitmen pemerintah daerah dan Kepala Dinas
Kesehatan
masyarakat dalam gerakan
bersama penurunan stunting.
TAHAPAN KEGIATAN PENGUKURAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

DISEMINASI DAN PUBLIKASI HASIL PERSIAPAN RENCANA DAN JADWAL


• Mengolah data Membuat rencana kerja pengukuran
• Langkah-langkah publikasi stunting, identifikasi sumber daya,
• Diseminasi dan publikasi hasil pelatihan, pengukuran
pengukuran stunting di Tingkat Desa, 1
Kecamatan, Kab/Kota PELAKSANAAN
5
• Pelaksana : Puskesmas & Posyandu
• Pastikan alur informasi sampai tingkat
PEMANFAATAN HASIL 2 pusat
Menilai kemajuan pada tingkat: • Alat ukur sesuai standar
• Individu 4 • Pastikan tenaga telah terlatih
• Keluarga • Kendali mutu ke posyandu
• RT/RW/Kelurahan/Desa 3 • Rutin
• Kecamatan
• Kabupaten/Kota
PENGELOLAAN PENYIMPANAN DATA
• Membangun sistem informasi
• Updating data
• Menilai kemajuan pada tingkat individu, keluarga, 32
hingga RT/RW/Kelurahan/Desa
Hasil Penilaian Kinerja Langkah 7:
Pengukuran & Publikasi Stunting
Nilai Indikator Rekap Nilai
Total Urutan
No Kab/Kota
1 2 3 … A B C D Skor Peringkat*

1 Kab A
2 Kota B
3 Kab C
4 Kab D

*) urutan kelompok ‘peringkat atas’ mempertimbangkan ada/tidaknya kinerja kab/kota dengan nilai D
A (Baik) Skor 3
B (Cukup) Skor 2 Hasil Analisis tersedia
Skor 1
untuk Tingkat Desa,
C (Kurang)
Kec, dan Kab/Kota
D (Gagal) Skor 0
Balita meragukan/ Baduta Balita Kurus & Balita
menyimpang Stunting Sangat Kurus BGM
perkembangannya (TB/U) (BB/TB) (BB/U)

Daftar individu yang belum di TANGANI

Total JUMLAH BALITA yang masuk sebanyak


Nasional 12.899.560 Balita dari 22.725.709 (sasaran Balita) atau
56,7% dari sasaran Proyeksi.
(Data masuk per 1 Oktober 2019)
Rekap Sasaran Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali
Sasaran Ibu Sasaran Sasaran Persentase
Sasaran Bumil Sasaran Balita Persentase
NO Kab/Kota Hamil 2019 Persentase Balita 2019 Balita terhadap
Terentry Riil terhadap riil
(Proyeksi) Proyeksi Terentry proyeksi
1 Jembrana 4,349 1,634 37.6 19,752 17,047 14,569 73.8 85.46
2 Tabanan 5,710 1,338 23.4 25,933 23,578 20,252 78.1 85.89
3 Badung 11,502 1,143 9.9 52,237 24,286 16,867 32.3 69.45
4 Gianyar 7,836 1,639 20.9 35,591 27,902 22,126 62.2 79.30
5 Klungkung 2,734 725 26.5 12,414 11,926 9,445 76.1 79.20
6 Bangli 3,686 747 20.3 16,743 16,602 9,842 58.8 59.28
7 Karang Asem 6,978 1,336 19.1 31,695 29,724 18,240 57.5 61.36
8 Buleleng 11,013 3,624 32.9 50,018 47,722 35,262 70.5 73.89
9 Kota Denpasar 17,187 451 2.6 78,062 27,283 14,859 19.0 54.46
Bali 70,995 12,637 17.80 322,445 226,070 161,462 50.1 71.42

Per 26 November 2019


Rekap Sasaran Berdasarkan Status Gizi
Menurut Kab/Kota di Provinsi Bali
BB/U TB/U BB/TB
No Kabupaten/Kota Gizi Gizi Gizi persentase Sangat persentase Sangat persentase
Gizi Baik Pendek Normal Kurus Normal Gemuk
Buruk Kurang Lebih underweight Pendek Stunting Kurus Wasting
1 KAB J EMBRANA 181 365 8,634 481 5.7 462 752 8,447 12.6 75 231 8,896 459 3.2
2 KAB TABANAN 184 319 8,201 988 5.2 491 639 8,562 11.7 172 198 8,077 1,245 3.8
3 KAB BADUNG 40 293 9,855 510 3.1 261 607 9,830 8.1 57 130 9,553 958 1.7
4 KAB GIANYAR 151 672 13,681 770 5.4 699 1,179 13,396 12.3 215 422 13,356 1,281 4.2
5 KAB KLUNGKUNG 32 275 5,960 710 4.4 157 333 6,487 7.0 78 166 6,084 649 3.5
6 KAB BANGLI 81 295 5,354 156 6.4 542 1,068 4,276 27.4 51 125 5,069 641 3.0
7 KAB KARANG ASEM 108 495 5,710 140 9.3 344 896 5,213 19.2 46 168 5,921 318 3.3
8 KAB BULELENG 251 931 13,495 389 7.8 1,243 1,873 11,950 20.7 249 501 13,126 1,190 5.0
9 KOTA DENPASAR 23 140 4,464 313 3.3 102 238 4,600 6.9 12 35 4,622 271 1.0
J UMLAH 1,051 3,785 75,354 4,457 5.7 4,301 7,585 72,761 14.0 955 1,976 74,704 7,012 3.5
TANTANGAN

5
HARAPAN

Seluruh OPD terkait ikut meningkatkan pemberdayaan


Masyarakat untuk berpartisipasi di Posyandu

Memenuhi alat antropometri (alat Timbang dan Ukur


Panjang/Tinggi Badan) di Seluruh Posyandu melalui Dana
Desa

Pelatihan dan pelatihan ulang/penyegaran tersendiri sebelum


pengumpulan data dan standarisasi untuk quality assurance

Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan


untuk tenaga kesehatan dan kader
PERAN DAERAH
dalam Percepatan Pencegahan dan Penurunan STUNTING

KECAMATAN

K
PROVINSI Koordinasi dipimpin oleh Camat

P
melalui pertemuan secara
Menguatkan KOORDINASI berkala dengan aparat tingkat
dengan OPD di tingkat Provinsi kecamatan, tingkat desa, dan
dalam pelaksanaan intervensi masyarakat
penurunan stunting

KABUPATEN/KOTA
Memastikan terjadinya integrasi
pelaksanaan intervensi
pencegahan dan penurunan
K D DESA
Kepala Desa menjadi
penanggung jawab kegiatan
percepatan penurunan stunting
di tingkat desa
stunting secara bersama antara
OPD dengan sektor lain
TERIMA KASIH

SALAM SEHAT

Anda mungkin juga menyukai