Anda di halaman 1dari 35

STUNTING

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis


yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun.
REPUBLIK
INDONESIA
PERMASALAHAN GIZI
Setiap Negara Di Dunia Mengalami
Permasalahan Gizi Indonesia merupakan salah satu negara
dengan triple ganda permasalahan gizi.

Status Gizi Balita, 2013-2018

37,2
30,8

12,1 10,2 11,9


8,0

Stunting Wasting Overweight


single burden double burden triple burden
2013 2018

22,2% balita di dunia


Obesitas Penduduk Usia 18+ tahun
(150,8 juta)
7,5% 5,6%
(50,5 juta) (38,3 juta) 2013 2018

Stunting Wasting Overweight 14,8% 21,8%

Sumber: Global Nutrition Report,2018 Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018


3
Indonesia:
Negara ke 5 dengan jumlah balita
tertinggi mengalami stunting

Ranking Country Stunting Number of Children who Percentage of


Prevalence (%) are stunted Developing World
(thousand, 2008) Total
( 195.1 million)
1. India 48 60,788 31.2%
2. China 15 12,685 6.5%
3. Nigeria 41 10,158 5.2%
4. Pakistan 42 9,868 5.1%
5. Indonesia 37 7,688 3.9%
6. Bangladesh 43 7,219 3.7%
7. Ethiopia 51 6,768 3.5%
PREVALENSI BALITA STUNTING PER KECAMATAN TAHUN 2017

30.00
25.63
25.00
21.93

20.00 17.36

14.15
15.00

10.00
6.41
4.63 4.07
5.00 2.61 2.10 1.60 1.11 0.78 0.42 0.32 0.30 0.19 0.17 0.07
-

Sumber : Hasil Operasi Timbang Dinkes Kab. Tegal Agustus 2017


REPUBLIK
INDONESIA
POLA KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT INDONESIA
Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh
Pola makan merupakan faktor risiko nomor 1 yang
padi-padian. Konsumsi bahan pangan hewani dan sayur dan
buah masih rendah. berkontribusi pada kematian dan kecacatan di Indonesia

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Faktor Risiko Kematian dan Kecacatan di Indonesia,
Tahun 2017 mencapai 83,04%. 2007-2017

25%
Padi-padian

21,74% 2017
Sayur
dan Buah
15,49%
Pangan
9,81% Hewani
Kacang-
kacangan

Sumber: Kementerian Pertanian

Penduduk usia ≥ 5 tahun kurang


konsumsi sayur dan buah Sumber: IHME Data Visualization
Sumber: Riskesdas, 2018

7
FAKTOR PENYEBAB STUNTING
Keluarga & Rumah tangga

Makanan tambahan yang tidak adekuat

Menyusui

Infeksi
Sumber : WHO tahun 2013
Faktor Keluarga dan Rumah
Tangga
• Gizi kurang pada saat prekonsepsi,
kehamilan& laktasi
Maternal • TB ibu rendah, usia remaja, jarak kelahiran
pendek, kesehatan ibu, kelahiran preterm

• Lingkungan ,kesehatan rumah, air bersih


Lingkungan • Pola asuh anak
• Pengetahuan pengasuh yang kurang
rumah
MAKANAN TAMBAHAN YANG
TIDAK ADEKUAT
KUALITAS MAKANAN YANG RENDAH
• Energi kurang
• Zat gizi tidak memadai (protein, lemak KH, mikronutrien)
• Kurang beragam

CARA PEMBERIAN TIDAK ADEKUAT


• Frekuensi kurang
• Konsistensi tdk tepat
• Kualitas makanan kuarng

KEAMANAN MAKANAN DAN MINUMAN


• Makanan, minuman terkontaminasi
• Persiapan dan penyimpanan makanan tidak aman
FAKTOR MENYUSUI/ ASI
Inisiasi terlambat

Tidak ekslusif

Menghentikan menyusui terlalu


cepat
POLA PENGELUARAN MAKANAN
MASYARAKAT INDONESIA

Badan Pusat Statistik, 2017 (diakses 10 Januari 2019)


SINERGITAS MULTI-AKTOR DAN PERAN STAKEHOLDER
MEDIA MASSA DUNIA USAHA
Mempublikasikan LEMBAGA SOSIAL Pengembangan produk dan
informasi yang mendukung KEMASYARAKATAN/CSOs program yang mendukung
pembangunan kesehatan (Berbagi informasi distribusi
secara terus menerus sumber daya, penerapan CSR
sesuai dasar hukum)

MITRA PEMBANGUNAN PENCEGAHAN


Memperkuat Inisiasi, STUNTING PARLEMEN
Kolaborasi, dan Monev Menjalankan
fungsi legislatif

ORGANISASI PROFESI BADAN-BADAN PBB


Memperluas dan
DAN AKADEMISI PEMERINTAH PUSAT mengembangkan kegiatan
Think Tank DAN DAERAH serta fasilitasi pemerintah
Inisiator, Fasilitator, dan untuk keberhasilan program
Motivator 9
MENGAPA PENTING?
Riskesdas : Terjadinya peningkatan
anak stunting dari 36.8% (2010)
menjadi 37.2% (2013)

8.9 juta anak Indonesia tumbuh


tidak maksimal

1 dari 3 anak Indonesia adalah


stunting

Urutan ke-5 di
dunia untuk stunting
MENGAPA PENTING?
Kajian Terhadap
Determinan Stunting
di Indonesia
Beal, Tumilowicz, Sutrisna,
Izwardy, Neufeld (2018)

Cara mensitasi artikel ini:


Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld L. A
review of child stunting determinants in Indonesia. Matern
Child Nutr. 2018;e12617. http://doi.org/10.1111/mcn.12617
FAKTOR RUMAH TANGGA DAN
HASIL KELUARGA
• Beberapa studi di Indonesia
menemukan hubungan yang moderat
hingga kuat antara IBU YANG PENDEK
dengan kejadian stunting pada anak

• Sebanyak 3 studi potong lintang


menunjukkan hubungan yang cukup
erat antara IBU YANG BERUSIA LEBIH Prevalence of maternal short stature (<145 cm)
MUDA dan stunting pada anak

• IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE


sangat berhubungan dengan stunting
pada anak di Indonesia
HASIL FAKTOR LINGKUNGAN
• Rumah tangga yang mempunyai fasilitas JAMBAN
yang lebih bersih memiliki kemungkinan lebih kecil
mengalami stunting baik di pedesaan maupun
perkotaan
• PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH—
diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan dengan
peningkatan stunting
Household with
• Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH
TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting
• Secara umum kemungkinan anak mengalami stunting
lebih tinggi apabila PENDIDIKAN ORANG TUA Percentage Household of children under 5 with unimproved drinking water
RENDAH
• Kemampuan DAYA BELI YANG KURANG dan beberapa
indikator kesejahteraan rumah tangga lainnya sangat
berhubungan dengan stunting
• AYAH PEROKOK sedikit berkaitan dengan stunting
pada satu penelitian
HASIL FAKTOR MP ASI DAN
INFEKSI
• Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa
anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN
mempunyai kemungkinan kejadian stunting yang
lebih tinggi
• Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK
PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN,
berhubungan dengan penurunan kemungkinan
kejadian stunting pada anak-anak miskin di
perkotaan
highest quintile food expenditure
• RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN
MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK
MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN
FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan
dengan peningkatan kejadian stunting pada anak
usia 6-23 bulan
• Satu studi menemukan hubungan yang cukup
kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH
HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada
anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
HASIL FAKTOR MASYARAKAT DAN
SOSIAL
• Studi di Indonesia sudah membahas
semua determinan kesehatan dan
pelayanan kesehatan kecuali
ketersediaan

• Dua studi menunjukkan hubungan


antara PENYEDIA PELAYANAN
KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI
dengan kejadian stunting
Significant OR of Stunting by District

• Dalam sub elemen : air, sanitasi dan


lingkungan, satu-satunya komponen
yang ditemukan berhubungan dengan
stunting adalah URBANISASI
KESIMPULAN (1)
1. Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia :
a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama,
b. status ekonomi keluarga yang rendah,
c. kelahiran prematur
d. Panjang badan bayi baru lahir yang pendek
e. Ibu yang pendek
f. Tingkat pendidikan ortu yang rendah
g. Anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan daerah pedesaan.
2. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari pada anak perempuan
3. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM TIDAK LAYAK
meningkatkan risiko terjadinya stunting.
4. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN dan
tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak
KESIMPULAN (2)
6. HAMPIR SELURUH PENYEBAB LANGSUNG terhadap kejadian stunting
telah ditangani oleh kebijakan program di Indonesia
7. REKOMENDASI
a. Intervensi untuk mencegah stunting mulai sebelum masa konsepsi
dan terus dilakukan setidaknya hingga anak berusia 24 bulan.
b. Intervensi spasial terhadap faktor determinan diperlukan untuk
menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi geografis dan
konteks lokal
c. Intervensi harus dilakukan pada provinsi dan kabupaten yang
memiliki masalah stunting yang paling besar karena perbedaan
prevalensi stunting yang besar di berbagai daerah di Indonesia
KESIMPULAN (2)
6. HAMPIR SELURUH PENYEBAB LANGSUNG terhadap kejadian stunting
telah ditangani oleh kebijakan program di Indonesia
7. REKOMENDASI
a. Intervensi untuk mencegah stunting mulai sebelum masa konsepsi
dan terus dilakukan setidaknya hingga anak berusia 24 bulan.
b. Intervensi spasial terhadap faktor determinan diperlukan untuk
menentukan intervensi yang sesuai dengan kondisi geografis dan
konteks lokal
c. Intervensi harus dilakukan pada provinsi dan kabupaten yang
memiliki masalah stunting yang paling besar karena perbedaan
prevalensi stunting yang besar di berbagai daerah di Indonesia
KEBIJAKAN PENANGANAN STUNTING
DI INDONESIA
DAMPAK STUNTING BAGI KELUARGA DAN NEGARA DI INDONESIA

PREVALENSI DAMPAKKESEHATAN DAMPAKEKONOMI

STUNTING PADA
Potensi kerugian ekonomi
70 ANAK BADUTA
setiap tahunnya: 2-3% dari GDP
60
Prevalensi (%)

50
Jika PDB Indonesia
40 Rp Rp 13.000 Triliun
30 Potensi Kerugian
32,9 29,9
20 26,1 Perkembangan Otak Anak Perkembangan Otak Anak Rp 260-390
Stunting Sehat
10 Triliun/tahun
0
2013 2016* 2018

STUNTING PADA Gagal tumbuh (berat lahir rendah, The Worldbank, 2016
ANAK BALITA kecil, pendek, kurus)
70
60 Hambatan perkembangan kognitif dan
motorik Potensi keuntungan
Prevalensi (%)

50
ekonomi dari investasi
40 Gangguan metabolik pada saat dewasa
36,8 37,2  risiko penyakit tidak menular (diabetes, penurunan stunting di Indonesia:
30 35,6 33,6 30,8 obesitas, stroke, penyakit jantung) 48 kali lipat
20
10 Sumber:
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera
0 Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with Hoddinott, et al, 2013
2007 2010 2013 2016* 2018 Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group International Food Policy Research
• www.GlobalNutritionSeries.org
Institute
Sumber: Riskesdas 2007, 2010, 2013, dan 2018, *Sirkesnas2016
MENGURANGI
MENINGKATKAN DAYA SAING
KESENJANGAN/INEQUALITY

TUMBUH KEMBANG ANAK YANG MAKSIMAL


(dengan kemampuan emosional, sosial dan fisik siap untuk belajar, berinovasi dan
berkompetisi)

INTERVENSI GIZI INTERVENSI GIZI


SPESIFIK SENSITIF

5 PILAR PENANGANAN STUNTING


PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Kampanye Nasional Konvergensi, Mendorong


Berfokus pada
Komitmen dan Koordinasi, dan Kebijakan Pemantauan dan
pemahaman,
Visi Pimpinan perubahan perilaku, Konsolidasi “Nutritional Evaluasi
komitmen politik dan Program
Tertinggi Negara Food Security”
akuntabilitas Nasional, Daerah,
dan Masyarakat

Setwapres/ Kemen Kominfo Bappenas dan Kementan dan Setwapres/


TNP2K dan Kemenkes Kemendagri Kemenkes TNP2K
Kerangka Penanganan Stunting

Intervensi yang ditujukan kepada anak


dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan
Intervensi Gizi Spesifik (HPK). Kegiatan ini umumnya dilakukan
1 (berkontribusi 20%) oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat
dicatat dalam waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai


Intervensi Gizi kegiatan pembangunan diluar sektor

2 Sensitif
(berkontribusi 80 %)
kesehatan. Sasarannya adalah
masyarakat umum, tidak khusus untuk
1.000 HPK.
MENGURANGI stunting SEBESAR 20% APABILA CAKUPANNYA MENCAPAI 90%

• Praktek gizi yang Baik


1. Dukungan pemberian ASI
2. Dukungan pemberian makanan pendamping
3. Dukungan cuci tangan dengan sabun dan perilaku hidup sehat
• Mikronutrien
1. Pemberian obat cacing
2. Pemberian suplemen Vitamin A
3. Bubuk mikronutrien
4. Suplemen zat besi-folat bagi ibu hamil
5. Fortifikasi makanan dengan zat besi
6. Iodisasi garam
7. Suplemen yodium bagi ibu hamil
• Pengobatan kekurangan gizi
1. Pencegahan dan pengobatan anak kurang gizi sedang yang berusia antara 6 sampai 23
bulan
2. Suplemen zinc terapeutik
UPAYA PERCEPATAN
PENURUNAN

1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih, Sanitasi.


KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan.
2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan dan
3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing KB.
Beriodium 10. Vitamin A
4. JKN, Jampersal, Jamsos lain
4. ASI Ekslusif 11. Tata Laksana Gizi Buruk
12. Penanggulangan Malaria 5. Pendidikan Pola Asuh Ortu.
5. Pemberian ASI sampai 6. PAUD HI- SDIDTK
usia 2 tahun didampingi 13. Pencegahan dan Pengobatan
diare 7. Pendidikan Gizi Masyarakat.
dengan MP ASI adekuat
14. Cuci tangan dengan benar 8. Edukasi Kesehatan Seksual dan
6. Imunisasi
Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
9. Program Padat Karya Tunai

KONVERGENSI MULTI SEKTOR PERENCANAAN, PENGANGGARAN, PENGGERAKAN -


PELAKSANAAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN 25
RPJMN 2015-2019
Menurunkan prevalensi stunting (pendek dan sangat
pendek) pada anak bawah usia 2 tahun menjadi28%
dengan Pelibatan Lintas Sektor

1. Bayi diberi ASI Eksklusif


1. ASI Eksklusif
Selama 6 Bulan
2. Pertumbuhan dan
2. Pertumbuhan Balita di
Perkembangan Balita dipantau
pantau tiap bulan
tiap Bulan
3. Keluarga memiliki atau
3. Sanitasi
memakai Air Bersih
4. Bayi mendapat Imunisasi
4. Keluarga Memiliki atau
Dasar Lengkap
memakai Jamban Sehat
5. Sekeluarga Menjadi
Anggota JKN
6. Bayi mendapat Imunisasi
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Dasar Lengkap
2. Pelayanan Kesehatan Bayi BaruLahir 26
STUNTING ADALAH SIKLUS YANG AKAN BERLANGSUNG TERUS-MENERUS JIKA TIDAK SEGERA DIATASI SAAT INI
PERBAIKAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH

ANAK STUNTING

SIKLUS
STUNTING
REMAJA PUTRI
BAYI BBLR KURANG GIZI

BUMIL KEK/
KURANG GIZI
62
CEGAH TERJADINYA GANGGUAN GIZI PADA MASA JANIN DAN ANAK USIA DINI

GAGAL KEMBANG, Gangguan


GAGAL TUMBUH; Berat Lahir Kognitif, lambat menyerap GANGGUAN METABOLISME
Rendah, kecil, pendek, kurus, pengetahuan nilai sekolah dan TUBUH, berisiko gemuk dan
daya tahan rendah, mudah sakit keberhasilan pendidikan terkena penyakti tidak menular

PENYAKIT-PENYAKIT KRONIS INI BERAKAR DARI RESPONS TUBUH TERHADAP


KEKURANGAN GIZI PADA MASA AWAL KEHIDUPAN
BAIK DAN GIZI YANG CUKUP)

1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal


Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting
2/15/2018
3 KOMPONEN UTAMA
PENANGGULANGAN STUNTING -

POLA POLA AIR BERSIH


ASUH MAKAN SANITASI

Cegah Stunting, Itu Penting


Result Framework
Intermediate
Program Intervensi Efektif Outcome
 Pemberian Tablet Tambah
Darah (remaja putri, catin, Remaja Putri
bumil) Konsumsi Bumil &
• Perbaikan Gizi  Promosi ASI Eksklusif Gizi yang Busui:
Masyarakat Adekuat
 Promosi Makanan • Anemia
• PKGBM Pendamping-ASI • BBLR
• GSC  Suplemen gizi mikro • ASI
• PKH (Taburia) Pola Asuh Eksklusif
• PAUD-GCD  Suplemen gizi makro (PMT) yang Stunting
• Kecacingan
• PAMSIMAS  Air bersih, sanitasi, dan cuci tepat
• SANIMAS tangan pakai sabun
• STBM  Sarana buang air besar
• BKB  Pemberian obat cacing Akses ke Baduta:
• KRPL  Tata Laksana Gizi pelayanan • Diare
• Kegiatan Lain Kurang/Buruk kesehatan,
dan • Gizi buruk
 Suplementasi vit.A
kesehatan
 Promosi garam iodium lingkungan
 Bantuan Pangan Non-Tunai

Enabling Factor
Advokasi, JKN, NIK, Akta Kelahiran, Dana Desa, Dana Insentif Daerah, Keamanan dan Ketahanan Pangan
TERIMA KASIH

35

Anda mungkin juga menyukai