Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Mareska Isnur
G1H012004
Ajeng Rahmawati
G1H012011
Fitri Annisha
G1H012012
Tiastika Mauliza
G1H012016
Nuril Adila
G1H012027
G1H012038
Oktavia Kusumawardhani I
G1H012040
Aprilia Handista
Mafrida Puspitasari
Gina Sela Heidi
G1H012042
G1H012044
G1H012052
Ringkasan
Indonesia dilihat dari segi geografis mempunyai potensi rawan
terjaginya bencana alam. Selain itu, keberagaman sosio kultur
masyarakat Indonesia juga berpotensi menimbulkan konflik social
antar kelompk tertentu. Kedua hal tersebut mennimbulkan terjadinya
kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan situasi masalah
kesehatan dan gizi. Masalah gizi yang sering muncul adalah kurang gizi
pada bayi, ibu hamil, dan menyusui serta diperburuk dengan bantuan
makanan
yang
sering
terlambat
tidak
berkesinambungan,
dan
sehingga
para
korban
bencana
tidak
dapat
memasak
makanan.
Menurut Zoumas et al. (2002),
dalam
perhitungan
pembuatan
EFP,
namun
(EMPCER) individu
di
negara
berkembang
dengan
aktivitas fisik yang cukup tinggi adalah sebesar 2100 kkal. Pemenuhan
kebutuhan
energi
produk
pangan
darurat
berasal
dari
tigan
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Salah satu situasi kedaruratan yang sering menimbulkan banyak korban,
adalah kejadian bencana, yang merupakan suatu keadaan yang tidak
diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak disertai dengan jatuhnya
banyak korban.
Salah satu permasalahan yang sampai saat ini masih dihadapi dalam upaya
penanggulangan bencana terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi
masyarakat dan korban bencana adalah kebutuhan pangan, khususnya yang
terkait dengan pemenuhan nilai gizi yang memenuhi standar minimal
terutama pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi.
Definisi gizi darurat itu sendiri adalah kondisi status gizi di mana jumlah
kurang gizi pada sekelompok masyarakat yang menjadi korban dari suatu
bencana
pengungsi memburuk.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi pengungsi khususnya
kalangan ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi perlu dilakukan penanganan gizi
darurat secara baik yang melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait.
Selain itu, diperlukan pedoman yang dapat memuat hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan dalam penanggulangan masalah gizi tersebut.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam penanganan gizi pada situasi darurat, respon untuk mencegah dan
memperbaiki kekurangan gizi memerlukan pencapaian standar-standar minimum
tidak hanya dari sisi makanan saja namun juga termasuk pelayanan kesehatan,
pasokan air dan sanitasi, hingga hunian dan penampungan. Pada dasarnya tujuan
pemberian pangan dalam situasi darurat adalah:
a. Bertahan hidup
b. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan
c. Menyelamatkan aset produksi
d. Menghindari migrasi massal
e. Menjamin tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup unuk seluruh
penduduk.
f. Mendorong rehabilitasi keadaan secara swadaya masyarakat
g. Mengurangi kerusakan sistem produksi pangan dan pemasarannya
Prinsip dasar yang wajib dipenuhi dalam pemberian pangan dalam situasi
darurat meliputi koordinasi, bantuan spesifik, makanan untuk umum berdasarkan
pemenuhan 2100 kalori, waktu pendistribusian yang tepat, standarisasi jumlah
kebutuhan bahan makanan, partisipasi masyarakat, serta pemantauan dan evaluasi
termasuk penetapan target. Kelompok yang paling sering menanggung risiko
dalam situasi darurat adalah perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, penyandang
cacat, dan penyandang HIV/AIDS (ODHA). Ibu, anak dan lansia merupakan
kelompok yang paling rentan mengalami dampak paling besar dari sebuah
bencana.
Secara umum, dalam proses penanggulangan gizi darurat pada bencana
dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu : tahapan penyelamatan dan tanggap darurat.
Tahap penyelamatan bertujuan agar para pengungsi tidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizi, sedangkan tahap tanggap darurat bertujuan untuk
menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai tingkat kedaruratan gizi.
2.1 PENANGANAN GIZI DARURAT PADA IBU HAMIL
Dalam kondisi darurat banyak hal yang harus diperhatikan baik untuk ibu
hamil maupun untuk bayi yang sedang dikandung. Salah satu pemeliharaannya
adalah dengan memperhatikan kecukupan gizi yang dikonsumsi oleh sang ibu.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam kondisi darurat kebutuhan gizi seimbang untuk
ibu hamil harus lebih diperhatikan.
Resiko yang terkait dengan tidak memadainya asupan gizi pada ibu hamil
mencakup komplikasi kehamilan, kematian ibu serta kelahiran bayi dengan berat
badan kurang. Maka dari itu, bagi para ibu hamil sebaiknya memperhatikan
faktor- faktor tersebut. Berikut beberapa kebutuhan gizi seimbang untuk ibu hamil
yang harus diperhatikan.
sinyal kimia.
Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi.
Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat.
Asam folat dan seng (Zn). Kekurangan kedua jenis zat gizi ini
menyebabkan gagalnya pembentukan otak yang sempurna, sehingga
menimbulkan cacat bawaan pada susunan saraf pusat dan otak janin.
Kalsium. Jika ibu hamil kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsium, janin akan mengambil persediaan kalsium yang ada
terganggu.
Air. Kekurangan cairan dapat berakibat fatal, karena bisa menyebabkan
ibu hamil dirawat di rumah sakit. Sebaiknya, minum minimal 10 gelas air
putih dengan jus buah atau yogurt.
Ada beberapa tips dalam memenuhi gizi seimbang bagi ibu hamil, baik di
saat kondisi normal maupun pada keadaan darurat, seperti berikut ini :
1.
2.
3.
Makanlah dalam porsi kecil tapi sering (3 kali makan besar, diselingi 2
sampai dengan 3 kali snack).
4.
5.
kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu
minimal 24 jam)
Ibu menyusui dan ibu hamil perlu diberikan nasehat atau anjuran gizi dan
kesehatan melalui kegiatan konseling menyusui dan konseling MP-ASI serta
pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dari petugas
kesehatan atau ahli gizi yang ada pada tempat pengungsian bencana tersebut.
2.3 PENANGANAN GIZI DARURAT PADA BAYI
Bagi bayi usia di bawah dua tahun, ada beberapa langkah dasar untuk
menangani kebutuhan gizi mereka:
1. Jenis makanan:
ASI eksklusif merupakan makanan terbaik untuk bayi dibawah 6 bulan.
Bayi yang diberi ASI eksklusif seharusnya tidak mendapatkan makanan
prelaktasi, air, makanan selingan, ataupun makanan tambahan.
2. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi atau panjang badan balita
serta informasi faktor pemburuk (diare, ISPA, campak, malaria) untuk
mengetahui besar dan luasnya masalah gizi dan kesehatan yang ada.
Mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi
makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba, sehingga diperlukan
kehati-hatian dalam menyiapkan makanan pendamping ASI untuk mereka dan
dari aspek penanganan gizi perlu perhatian khusus dan mengikuti Prinsip
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
Prinsip penyelenggaraan PMBA dalam situasi darurat sebagai berikut :
1. Pemberian ASI pada bayi sangat penting tetap diberikan pada situasi
darurat. Bayi memiliki hak untuk mendapat ASI sejak lahir dan harus ada
upaya maksimal pemberian ASI meskipun ibu mengalami masalah. Upaya
relaktasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengambil alternatif
pemberian susu formula.
2. Ciptakan lingkungan yang optimal sebagai dukungan pemberian ASI,
lanjutkan sampai 2 tahun.
3. Penggunaan PASI (contoh: susu formula) dikendalikan dengan pedoman:
a. pemberian PASI hanya diberikan pada bayi yang sudah tidak mungkin
mendapat ASI, dengan nilai gizi yang mencukupi, diberikan dengan
cangkir.
b. pemberian PASI dibawah pengawasan tenaga kesehatan.
c. pemberian PASI bagi bayi tertentu tidak boleh menggangu proses
pemberian ASI disekitarnya.
d. rekomendasi penggunaan cangkir,
meminimalisir risiko diare.
bukan
botol
susu
untuk
untuk
mengidentifikasi keadaan bayi dan anak termasuk bayi dan anak piatu.
10. Ransum darurat harus memenuhi kebutuhan makanan yang tepat dan aman
dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak
11. Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk dalam
pengadaan ransum darurat.
12. MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Pemberian
MP-ASI memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Bila memungkinkan sebaiknya disediakan berdasarkan bahan lokal,
menggunakan peralatan makan yang higienis
Bahan makanan yang digunakan mudah dimakan, mudah dicerna dan
penyiapannya higienis
Sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi
Mengandung zat gizi sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan (energi,
protein, vitamin dan mineral yang cukup terutama Fe, vitamin A dan
vitamin C)
13. Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) bagi yang berusia 6-11
bulan; dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 1259bulan Bila bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah
pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut
tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.
14. Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan keluarga
yang tinggi energi, vitamin dan mineral. Makanan pokok yang dapat
diberikan seperti nasi, ubi, singkong, jagung, lauk pauk, sayur dan buah.
Bantuan pangan yang dapat diberikan berupa makanan pokok, kacangkacangan dan minyak sayur.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kondisi darurat, kita harus memperhatikan kecukupan gizi yang
dikonsumsi oleh ibu hamil. Beberapa kebutuhan gizi ibu hamil yang harus
diperhatikan adalah konsumsi kalori, protein, mineral, serat, vitamin A, vitamin B,
vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat dan seng, kalsium, zat besi, dan air.
Asupan gizi yang harus diberikan pada ibu menyusui pada saat keadaan
darurat, yaitu mendapatkan asupan makanan kurang lebih 500 kkal/hari,
menambahkan energi sebanyak 5.00 kkal dan 17.g protein, memberikan tablet
Folat (Fe) untuk suplemen, memberi makanan yang mengandung serat dan
protein, ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1
kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal
24 jam).
Beberapa langkah dasar untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, yaitu
pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Namun jika seorang bayi tidak dapat disusui
secara eksklusif (misalnya karena ibu meninggal, atau bayi terlanjur sepenuhnya
mendapat susu pengganti), kita perlu menyediakan jumlah pengganti ASI yang
mencukupi sesuai standar.
DAFTAR PUSTAKA
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlmPenanggulangan-Bencana.pdf . Di akses pada tanggal 21 Maret 2013.
http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/04/pedoman-penanggulangan-masalahgizi-darurat.pdf. Di akses pada tanggal 21 Maret 2013.
http://laelisgz.blogspot.com/2011/12/apa-itu-pangan-darurat. Di akses pada
tanggal 22 Maret 2013.
Zoumas BL et. al. 2002.food and nutrition board.washington: national academic
press.