Anda di halaman 1dari 12

TUGAS TERSTRUKTUR

Penanganan Masalah Gizi Darurat Pada Ibu


Hamil, Ibu Menyusui, dan Bayi

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
Mareska Isnur

G1H012004

Ajeng Rahmawati

G1H012011

Fitri Annisha

G1H012012

Tiastika Mauliza
G1H012016
Nuril Adila

G1H012027

Zidna Akmala Dewi

G1H012038

Oktavia Kusumawardhani I

G1H012040

Aprilia Handista
Mafrida Puspitasari
Gina Sela Heidi

G1H012042
G1H012044
G1H012052

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN ILMU GIZI
PURWOKERTO
2013

Ringkasan
Indonesia dilihat dari segi geografis mempunyai potensi rawan
terjaginya bencana alam. Selain itu, keberagaman sosio kultur
masyarakat Indonesia juga berpotensi menimbulkan konflik social
antar kelompk tertentu. Kedua hal tersebut mennimbulkan terjadinya
kedaruratan di segala bidang termasuk kedaruratan situasi masalah
kesehatan dan gizi. Masalah gizi yang sering muncul adalah kurang gizi
pada bayi, ibu hamil, dan menyusui serta diperburuk dengan bantuan
makanan

yang

sering

terlambat

tidak

berkesinambungan,

dan

terbatasnya ketersediaan pangan lokal.


Setelah terjadi bencana penanganan gizi dilakukan melalui 2
(dua) tahap yaitu tahap penyelamatan dan tahap tanggap darurat.
Pada tahap penyelamatan dilakukan upaya agar pengungsi tidak lapar
dan dapat mempertahankan status gizinya. Pada tahap tanggap
darurat dilakukan intervensi gizi sesuai masalah gizinya.
Pangan darurat (Emergency Food Product, EFP) adalah pangan
yang diproduksi untuk memenuhi kebutuhan energi harian manusia
(2100 kkal berasal dari makronutrien) dalam kondisi darurat seperti
seperti banjir, gempa bumi, longsor atau perang serta kelaparan (IOM
1995). Tujuan dari EFP adalah mengurangi kematian para korban
bencana alam dengan menyediakan makanan yang mengandung
nutrisi lengkap untuk memenuhi asupan gizi harian korban bencana.
Ada dua jenis EFP, jenis EFP pertama merupakan pangan darurat yang
dirancang untuk kondisi dimana para korban bencana dapat memasak
atau mempersiapkan makanan. Jenis EFP yang kedua adalah pangan
darurat yang didesain untuk kondisi dimana akses terhadap air dan api
terbatas

sehingga

para

korban

bencana

tidak

dapat

memasak

makanan.
Menurut Zoumas et al. (2002),

karakteristik yang menjadi

prioritas dalam pengembangan produk pangan darurat, yaitu 1) aman,


2) memiliki palabilitas yang baik, 3) mudah didistribusikan, 4) mudah

dikonsumsi, 5) memiliki kalori yang tinggi. Regulasi persyaratan


pangan darurat di Indonesia belum ditetapkan. US Agency for
International

Development (2001), memberikan spesifikasi untuk

pangan darurat, yaitu:


a. Dapat dikonsumsi dalam keadaan bergerak tanpa melakukan
preparasi atau proses memasak.
b. Memenuhi kebutuhan gizi untuk populasi dengan umur diatas 6
bulan dengan acuan pemenuhan kebutuhan 2100 kkal/ hari.
c. Dapat diterima oleh semua etnik dan semua agama, serta tidak
menggunakan bahan yang dapat menimbulkan alergi pada
orang tertentu.
d. Dapat dijatuhkan dari udara tanpa merusak produk dan tidak
dapat mencelakakan orang yang ada dibawah.
e. Mempunyai nilai gizi makro dan mikro.
f. Memiliki kestabilan dalam organoleptik, palatibilitas, konsistensi
mutu dan nilai gizi.
Menurut Zoumas et al. (2002), ada beberapa asumsi yang
digunakan dalam mengembangkan komposisi gizi pangan darurat
yaitu:
a. Penyediaan air minum merupakan prioritas utama dan konsumsi
pangan darurat bersama dengan air.
b. Pengkonsumsian dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Tidak digunakan sebagai produk terapi dan sangat tidak tepat
untuk penderita malnutrisi yang parah.
c. Produk dapat dikonsumsi oleh semua kategori usia, kecuali bayi
kurang dari 6 bulan, dan produk tidak digunakan sebagai bahan
pengganti ASI.
d. Produk ini merupakan sumber energi utama bagi korban
bencana selama 15 hari.
e. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan menyusui tidak
dimasukkan

dalam

perhitungan

pembuatan

EFP,

namun

diasumsikan mereka mengkonsumsi lebih dari kebutuhan energi


per hari (2100 kkal).

Jumlah energi yang dianjurkan terkandung dalam pangan darurat


adalah sebesar 2100 kkal per hari. Nilai ini berdasarkan rata-rata
kebutuhan energi harian atau estimated the mean per capita energy
requirements

(EMPCER) individu

di

negara

berkembang

dengan

aktivitas fisik yang cukup tinggi adalah sebesar 2100 kkal. Pemenuhan
kebutuhan

energi

produk

pangan

darurat

berasal

dari

tigan

makronutrien, yaitu protein, lemak, dan karbohidrat.

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Salah satu situasi kedaruratan yang sering menimbulkan banyak korban,
adalah kejadian bencana, yang merupakan suatu keadaan yang tidak
diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak disertai dengan jatuhnya
banyak korban.
Salah satu permasalahan yang sampai saat ini masih dihadapi dalam upaya
penanggulangan bencana terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi
masyarakat dan korban bencana adalah kebutuhan pangan, khususnya yang
terkait dengan pemenuhan nilai gizi yang memenuhi standar minimal
terutama pada kelompok ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi.
Definisi gizi darurat itu sendiri adalah kondisi status gizi di mana jumlah
kurang gizi pada sekelompok masyarakat yang menjadi korban dari suatu
bencana

meningkat, sehingga kondisi masayarakat yang menjadi korban

pengungsi memburuk.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi pengungsi khususnya
kalangan ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi perlu dilakukan penanganan gizi
darurat secara baik yang melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait.

Selain itu, diperlukan pedoman yang dapat memuat hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan dalam penanggulangan masalah gizi tersebut.

BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam penanganan gizi pada situasi darurat, respon untuk mencegah dan
memperbaiki kekurangan gizi memerlukan pencapaian standar-standar minimum
tidak hanya dari sisi makanan saja namun juga termasuk pelayanan kesehatan,
pasokan air dan sanitasi, hingga hunian dan penampungan. Pada dasarnya tujuan
pemberian pangan dalam situasi darurat adalah:
a. Bertahan hidup
b. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan
c. Menyelamatkan aset produksi
d. Menghindari migrasi massal
e. Menjamin tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup unuk seluruh
penduduk.
f. Mendorong rehabilitasi keadaan secara swadaya masyarakat
g. Mengurangi kerusakan sistem produksi pangan dan pemasarannya

Prinsip dasar yang wajib dipenuhi dalam pemberian pangan dalam situasi
darurat meliputi koordinasi, bantuan spesifik, makanan untuk umum berdasarkan
pemenuhan 2100 kalori, waktu pendistribusian yang tepat, standarisasi jumlah
kebutuhan bahan makanan, partisipasi masyarakat, serta pemantauan dan evaluasi
termasuk penetapan target. Kelompok yang paling sering menanggung risiko
dalam situasi darurat adalah perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, penyandang
cacat, dan penyandang HIV/AIDS (ODHA). Ibu, anak dan lansia merupakan
kelompok yang paling rentan mengalami dampak paling besar dari sebuah
bencana.
Secara umum, dalam proses penanggulangan gizi darurat pada bencana
dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu : tahapan penyelamatan dan tanggap darurat.
Tahap penyelamatan bertujuan agar para pengungsi tidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizi, sedangkan tahap tanggap darurat bertujuan untuk
menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai tingkat kedaruratan gizi.
2.1 PENANGANAN GIZI DARURAT PADA IBU HAMIL
Dalam kondisi darurat banyak hal yang harus diperhatikan baik untuk ibu
hamil maupun untuk bayi yang sedang dikandung. Salah satu pemeliharaannya
adalah dengan memperhatikan kecukupan gizi yang dikonsumsi oleh sang ibu.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam kondisi darurat kebutuhan gizi seimbang untuk
ibu hamil harus lebih diperhatikan.
Resiko yang terkait dengan tidak memadainya asupan gizi pada ibu hamil
mencakup komplikasi kehamilan, kematian ibu serta kelahiran bayi dengan berat
badan kurang. Maka dari itu, bagi para ibu hamil sebaiknya memperhatikan
faktor- faktor tersebut. Berikut beberapa kebutuhan gizi seimbang untuk ibu hamil
yang harus diperhatikan.

Kalori (karbohidrat dan lemak). Kekurangan kalori dapat menganggu


proses tumbuh kembang janin dan berbagai perubahan dalam tubuh ibu.

Protein. Protein dibutuhkan untuk membangun sel-sel baru janin dan


pembentukan semua bahan pengatur, seperti hormon ibu dan janin.

Mineral. Mineral dibutuhkan sebagai zat pengatur.

Serat. Konsumsi serat yang rendah menyebabkan ibu hamil mengalami


sembelit atau sulit buang air besar.

Vitamin A. Vitamin A sangat bermanfaat bagi pemeliharaan fungsi mata,

pertumbuhan tulang dan kulit serta imunitas dan pertumbuhan janin.


Vitamin B. Vitamin B kompleks untuk menjaga sistem saraf, otot dan

jantung agar berfungsi secara normal.


Vitamin C. Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat
besi. menjaga kesehatan gusi dan gigi, melindungi jaringan dan organ
tubuh dari berbagai macam kerusakan serta memberikan otak berupa

sinyal kimia.
Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang bayi.
Vitamin E berguna bagi pembentukan sel darah merah yang sehat.
Asam folat dan seng (Zn). Kekurangan kedua jenis zat gizi ini
menyebabkan gagalnya pembentukan otak yang sempurna, sehingga

menimbulkan cacat bawaan pada susunan saraf pusat dan otak janin.
Kalsium. Jika ibu hamil kurang mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalsium, janin akan mengambil persediaan kalsium yang ada

dalam tulang ibu. Akibatnya, ibu akan menderita osteoporosis.


Zat besi. Jika kekurangan zat besi, ibu hamil dapat menderita gangguan
anemia atau kurang darah. Kelancaran proses melahirkan pun bisa

terganggu.
Air. Kekurangan cairan dapat berakibat fatal, karena bisa menyebabkan
ibu hamil dirawat di rumah sakit. Sebaiknya, minum minimal 10 gelas air
putih dengan jus buah atau yogurt.
Ada beberapa tips dalam memenuhi gizi seimbang bagi ibu hamil, baik di

saat kondisi normal maupun pada keadaan darurat, seperti berikut ini :
1.

Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang

2.

Asupan makanan diperhatikan kualitas gizi serta nutrisinya, bukan


mementingkan kuantitas.

3.

Makanlah dalam porsi kecil tapi sering (3 kali makan besar, diselingi 2
sampai dengan 3 kali snack).

4.

Hindari makanan atau minuman yang mengandung alkohol, kafein,


mentah, atau makanan yang diawetkan.

5.

Cermati kebutuhan kalori atau konsultasikan asupan dan menu makanan


kepada ahli gizi sehingga kebutuhan kalori ibu pada saat hamil tercukupi.

2.2 PENANGANAN GIZI DARURAT PADA IBU MENYUSUI


Ibu menyusui harus tetap mendapatkan asupan gizi yang seimbang dan
cukup agar ASI yang dihasilkan dapat diproduksi dengan baik. Asupan gizi yang
harus diberikan pada ibu menyusui pada saat keadaan darurat, yaitu:
1. Mendapatkan asupan makanan sebanyak ++ 500 kkal/hari dan 17.g protein

2. Diberikan tablet Folat (Fe) untuk suplemen


3. Makan makanan yang mengandung serat dan protein
4. Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1

kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu
minimal 24 jam)
Ibu menyusui dan ibu hamil perlu diberikan nasehat atau anjuran gizi dan
kesehatan melalui kegiatan konseling menyusui dan konseling MP-ASI serta
pendistribusian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil dari petugas
kesehatan atau ahli gizi yang ada pada tempat pengungsian bencana tersebut.
2.3 PENANGANAN GIZI DARURAT PADA BAYI

Bagi bayi usia di bawah dua tahun, ada beberapa langkah dasar untuk
menangani kebutuhan gizi mereka:
1. Jenis makanan:
ASI eksklusif merupakan makanan terbaik untuk bayi dibawah 6 bulan.
Bayi yang diberi ASI eksklusif seharusnya tidak mendapatkan makanan
prelaktasi, air, makanan selingan, ataupun makanan tambahan.
2. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi atau panjang badan balita
serta informasi faktor pemburuk (diare, ISPA, campak, malaria) untuk
mengetahui besar dan luasnya masalah gizi dan kesehatan yang ada.
Mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi
makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba, sehingga diperlukan
kehati-hatian dalam menyiapkan makanan pendamping ASI untuk mereka dan
dari aspek penanganan gizi perlu perhatian khusus dan mengikuti Prinsip
Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA).
Prinsip penyelenggaraan PMBA dalam situasi darurat sebagai berikut :
1. Pemberian ASI pada bayi sangat penting tetap diberikan pada situasi
darurat. Bayi memiliki hak untuk mendapat ASI sejak lahir dan harus ada
upaya maksimal pemberian ASI meskipun ibu mengalami masalah. Upaya
relaktasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengambil alternatif
pemberian susu formula.
2. Ciptakan lingkungan yang optimal sebagai dukungan pemberian ASI,
lanjutkan sampai 2 tahun.
3. Penggunaan PASI (contoh: susu formula) dikendalikan dengan pedoman:
a. pemberian PASI hanya diberikan pada bayi yang sudah tidak mungkin
mendapat ASI, dengan nilai gizi yang mencukupi, diberikan dengan
cangkir.
b. pemberian PASI dibawah pengawasan tenaga kesehatan.
c. pemberian PASI bagi bayi tertentu tidak boleh menggangu proses
pemberian ASI disekitarnya.
d. rekomendasi penggunaan cangkir,
meminimalisir risiko diare.

bukan

botol

susu

untuk

4. PMBA merupakan bagian dari penanganan gizi dalam situasi darurat.


5. PMBA dalam situasi darurat harus dilakukan dengan benar dan tepat
waktu.
6. Institusi penyelenggara PMBA adalah Kepala Wilayah yang dibantu oleh
Dinas Kesehatan setempat yang mempunyai tenaga terlatih penyelenggara
PMBA dalam situasi darurat.
7. Bagi Dinas Kesehatan setempat, yang belum memiliki atau keterbatasan
tenaga pelaksana PMBA dalam situasi darurat, dapat meminta bantuan
tenaga dari Dinas Kesehatan lainnya
8. PMBA harus di integrasikan dengan pelayanan bayi dan anak
9. Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat

untuk

mengidentifikasi keadaan bayi dan anak termasuk bayi dan anak piatu.
10. Ransum darurat harus memenuhi kebutuhan makanan yang tepat dan aman
dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan anak
11. Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak termasuk dalam
pengadaan ransum darurat.
12. MP-ASI hanya boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan. Pemberian
MP-ASI memenuhi ketentuan sebagai berikut:
Bila memungkinkan sebaiknya disediakan berdasarkan bahan lokal,
menggunakan peralatan makan yang higienis
Bahan makanan yang digunakan mudah dimakan, mudah dicerna dan
penyiapannya higienis
Sesuai dengan umur dan kebutuhan bayi
Mengandung zat gizi sesuai kecukupan gizi yang dianjurkan (energi,
protein, vitamin dan mineral yang cukup terutama Fe, vitamin A dan
vitamin C)
13. Pemberian kapsul vitamin A biru (100.000 IU) bagi yang berusia 6-11
bulan; dan kapsul vitamin A merah (200.000 IU) bagi anak berusia 1259bulan Bila bencana terjadi dalam waktu kurang dari 30 hari setelah
pemberian kapsul vitamin A (Februari dan Agustus) maka balita tersebut
tidak dianjurkan lagi mendapat kapsul vitamin A.

14. Makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan keluarga
yang tinggi energi, vitamin dan mineral. Makanan pokok yang dapat
diberikan seperti nasi, ubi, singkong, jagung, lauk pauk, sayur dan buah.
Bantuan pangan yang dapat diberikan berupa makanan pokok, kacangkacangan dan minyak sayur.

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kondisi darurat, kita harus memperhatikan kecukupan gizi yang
dikonsumsi oleh ibu hamil. Beberapa kebutuhan gizi ibu hamil yang harus
diperhatikan adalah konsumsi kalori, protein, mineral, serat, vitamin A, vitamin B,
vitamin C, vitamin D, vitamin E, asam folat dan seng, kalsium, zat besi, dan air.
Asupan gizi yang harus diberikan pada ibu menyusui pada saat keadaan
darurat, yaitu mendapatkan asupan makanan kurang lebih 500 kkal/hari,
menambahkan energi sebanyak 5.00 kkal dan 17.g protein, memberikan tablet
Folat (Fe) untuk suplemen, memberi makanan yang mengandung serat dan
protein, ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis 200.000 IU (1
kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari berikutnya, selang waktu minimal
24 jam).
Beberapa langkah dasar untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, yaitu
pemberian ASI eksklusif bagi bayi. Namun jika seorang bayi tidak dapat disusui
secara eksklusif (misalnya karena ibu meninggal, atau bayi terlanjur sepenuhnya
mendapat susu pengganti), kita perlu menyediakan jumlah pengganti ASI yang
mencukupi sesuai standar.

DAFTAR PUSTAKA
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/01/Buku-Pedoman-Gizi-dlmPenanggulangan-Bencana.pdf . Di akses pada tanggal 21 Maret 2013.
http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/04/pedoman-penanggulangan-masalahgizi-darurat.pdf. Di akses pada tanggal 21 Maret 2013.
http://laelisgz.blogspot.com/2011/12/apa-itu-pangan-darurat. Di akses pada
tanggal 22 Maret 2013.
Zoumas BL et. al. 2002.food and nutrition board.washington: national academic
press.

Anda mungkin juga menyukai