Anda di halaman 1dari 10

Hadiah Terakhir dari Erdoan....

Kawan, seberat apapun kondisi yang kau hadapi saat ini, tetaplah setia pada
impian-impian besarmu.. Karena impian-impianmu itu, juga sedang setia
menantimu di depan sana.. di depan setiap rintangan dan ujian yang harus
kau lewati lebih dulu dan impianmu itu juga percaya, Bahwa kau sanggup
melewatinya

(Sabana)

Israel itu adalah negara yang lebih daripada sekedar barbar!!,


katanya keras. Matanya menatap tajam Presiden Israel Shimon Peres yang
seolah cuek tak peduli. "Kalian bangsa pembunuh!" katanya lagi sambil
menunjukkan jarinya kepada Peres. Peres kini duduk termangu seolah tak
percaya ada pemimpin negara yang berani menampar wajah Israel di forum
dunia. Wakil PBB Ban Ki-moon, Amr Moussa, dan moderator forum, hanya
terdiam kaget melihat kejadian langka itu.

Pria ini belum juga puas dan tetap ingin melanjutkan pernyataannya,
namun moderator diskusi langsung menyela, mencoba menghentikan. Ia pun
semakin lantang memprotes ketidakadilan tersebut, Lihat, Shimon Peres
diberikan waktu 25 menit untuk berbicara, sedangkan saya hanya 12
menit!. Ia lalu meminta waktu satu menit lagi dan diperbolehkan. Tapi si
moderator malah terus menginterupsinya. Maka dengan sangat Gagah dan
ksatria, ia berdiri dan segera memutuskan walk-out dari forum itu. Tepuk
tanganpun membahana. Dan kebenaran pun menunjukkan lantang
keberaniannya.. hingga dunia terbelalak, dan musuh-musuh islam mulai
gemetar.

Acara diskusi internasional World Economic Forum di Davos, Swiss,


ini memang sengaja kulihat lagi lewat youtube, sekedar penasaran dengan
pemimpin negeri yang sedang kutinggali ini. Usai menonton tayangan itu,
mataku berkaca-kaca entah kenapa. Muncul kebanggan pada pria gagah
yang menghancurkan wajah Israel di forum dunia itu.

Tak puas dengan melihat tayangan itu, kucari lagi video lain tentang
sambutan rakyat Turki sepulangnya ia dari Davos, Swiss. Aku
menemukannya, dan kali ini, mataku tak lagi berkca-kaca, tapi meleleh.

Bak menyambut proklamasi kemerdekaan, rakyat Turki begitu antusias


menyambut kedatangannya. Bendera Turki dan Palestine berkibar dimanamana, teriakan-teriakan kemenanganpun membahana, dan komitmen
menjadikan Israel sebagai musuh utama dikukuhkan.
Aku semakin kagum
dengan Pria keren bernama Recep Tayyip Erdoan ini...

Dari referensi yang kubaca, ternyata pria ini telah sangat banyak
marasakan pahit getirnya perjuangan. Tahun 1998, Erdogan di penjara, ia
dianggap menghianati asas Sekularisme negara. Tapi waktu itu, ia justru
mendapat simpati dari rakyat banyak karena karakternya yang berani
menegakkan kebenaran. Ia lantas mengubah sebuah puisi karangan Ziya
Gokalp, yang menambah semangat para pendukungnya

Masjid adalah barak kami,

Kubah adalah helm kami,

Menara adalah bayonet kami,

Orang-orang beriman adalah tentara kami.

Tentara ini menjaga agama kami.

Perjalanan suci kami adalah takdir kami,

Akhir perjalanan kami adalah syahid (di jalan-Nya).

Allahu akbar!

(Recep Tayyip Erdoan)

Ia juga terkenal sangat sederhana dan merakyat, hingga sempat menjadi


walikota terfavorit dari 200 walikota di Turki. Perjuangan Erdogan terus
berlanjut dengan terpilihnya ia sebagai Perdana Menteri Turki tahun 2003 dari

partai AKP yang dipimpinnya. Setelah jadi perdana menteri, iapun tetap
seorang yang teguh memegang prinsip sebagai muslim sejati. Dengan
lantang ia mulai melegalkan penggunaan hijab yang selama puluhan tahun
dilarang di Turki. Meski pada waktu itu, setelah kasus ini dibawa ke
Pengadilan HAM Uni Eropa (EHCR), akhirnya pemakaian hijab dianggap oleh
EHCR bertentangan dengan prinsip sekularisme (DITOLAK). Ketika itu MK
(Mahkamah Konstitusi) Turki yang ditunggangi sekuleris dan militer semakin
bernyanyi gembira dengan hadirnya keputusan tersebut dan mereka
langsung menolak mentah-mentah draft RUU Jilbab.

Tapi hari ini, lihatlah apa yang terjadi di Turki, Jilbab seolah menjadi
trend dimana-mana. Dan dengan lantang, istri dan anak-anak perempuan
Erdogan menunjukkan diri mereka sebagai muslimah sejati di depan publik
dengan jilbabnya. Cerita tentang akhwat berhijab yang harus mengganti
hijabnya dengan wig saat memasuki gerbang kampus, kini juga mulai tak
terdengar lagi. Dan musuh-musuh islam pun semakin panik, sekulerisme
turki mulai terancam.

Aku benar-benar semakin mencintai negeri ini, semakin mencintai


pemimpinnya. Suatu waktu, kulihat sebuah tayangan berita yang membahas
sikap merakyat Erdogan. Di tayangan itu seorang bapak meneriakki Erdogan
dalam sebuah kerumunan penyambutan kedatangan. Bapak itu mencaci dan
protes atas mahalnya biaya pendidikan hingga anaknya tak bisa melanjutkan
kuliah, dan tampaknya Erdogan mendengar teriakannya itu. Lalu Erdogan
menghentikan jalannya, yang padahal terlihat sedang sangat terburu-buru.
Ia lalu melihat sekitar, lantas menuju si bapak yang sedang dihalangi oleh
petugas keamanan. Erdogan meminta petugas keamanan melepaskannya,
lalu ia mendekati dan bertanya dengan sangat ramah. Setelah
menumpahkan protes kerasnya, akhirnya bapak itu terlihat sangat malu,
karena kemudian erdogan berjanji memberi anaknya beasiswa sampai lulus.
Esoknya, Erdogan membuktikan perkataannya itu, ia mengundang keluarga
bapak itu dan resmi memberi anaknya beasiswa sampai lulus.

Ah lagi-lagi, aku smakin mengagumi beliau. Maka di pekan


pertamaku ini, tak kulewatkan untuk menulis satu lagi impian selama di Turki.
Impian-impian yang kutempel dibalik pintu lemari ini akhirnya kutambahkan

satu lagi, dan tampaknya ini menjadi impian terakhir yang kutulis, bertemu
dan berjabat tangan dengan Erdogan :) .

Saat mengetahui apa yang kutulis di daftar impianku, Bozdogan


sontak tertawa, Katanya, jangankan kau yang orang Indonesia, aku saja
yang tinggal di Ankara belum pernah berjabat tangan dengannya. Tapi aku
tetap tak peduli, toh menulis impian itu gratis, tak bayar, tak rugi pula.. :).
Meski aku sendiri nyengir, ngerasa konyol sama diri sendiri saat nulis impian
nomor terakhir itu.. hee..
.ah tapi biar saja, toh bagi Allah, tak pernah ada
yang sulit.. :)

********

********

Hari ini, aku telah berada di hari-hari terakhirku di Turki. Summer course
telah selesai, bersisa beberapa waktu untuk berlibur.

Tiga hari sudah aku menghabiskan waktu di tanah Istanbul, merebut


banyak impian yang kutuliskan dulu saat tiba di Turki. Dan sore ini, tepat di
sore menjelang malam takbiran, aku harus kembali ke Ankara, dalam 7 jam
perjalanan yang penuh haru perjalanan di malam Takbiran.

Sepanjang perjalanan, aku benar-benar tak bisa berhenti tersenyum..


aku bahagia. Tak bisa juga kupejamkan mata, mungkin saking bahagianya.
Beruntung, meski tak bisa tidur, fasilitas bus yang kutumpangi cukup
istimewa, bahkan terbilang sangat memanjakan. Di depan kursi disediakan
layar TV mini, persis seperti di pesawat, sudah disediakan juga file film-film
Hollywood terbaru. Maka tujuh jam sangat cukup untuk menonton 3 film
seru. Tak Cuma itu, pelayan pun terus mondar mandir menawarkan makanan
dan minuman gratisnya, meski tak satupun kucicipi, karena masih ingin
menjaga shaum. Ah, wajar memang kalo ongkosnya mahal,, dan bahkan

harus kukatakan bahwa perjalanan ke Istanbul ini telah memiskinkanku,


lagi.. :) . Meski begitu aku tetap sangat puas, walaupun ad sedikit kecewa
karena akhirnya tak bisa membawa banyak oleh-oleh ke tanah air. Maklum
dompetku kempes drastis sepulang dari Istanbul :) .

Dua film telah khatam kutonton, dan mataku terasa mulai lelah.
Kutengok ke jendela bus, dan subhanalloh, aku sedang berada di tepian laut,
entah apa nama tempatnya aku tak tahu. Bus yang kutumpangi persis
melintas di pinggirannya. Lautnya begitu tanang, birunya meneduhkan,
memanjakan, menggelitik rasa haru dan mengajak mengurai lagi masa-masa
di Turki yang akan berakhir dalam 4 hari ke depan.

Kubuka lagi catatan impian yang kutulis,,ada satu impian terakhir yang belum
kucoretbertemu dan berjabat tangan dengan Erdogan. Aku tersnyum
sendiri saat membacanya. Impian itu telah hampir mustahil untuk bisa
kuraih.

Waktuku tinggal 4 hari, dan bagaimana mungkin aku bisa bertemu Erdogan,
kemana pula aku harus mencari dan menemuinya??. Praktis tak ada lagi yg
bisa kulakukan, sisa hariku di turki harus kuisi dengan merapikan banyak hal
sebelum pulang kampung ke tanah air. Aku tersenyum lagi, berkata dalam
hati, Ya Allah, izinkan aku tetap setia pada impian-impian yang telah kutulis
ini, karena tak sedikitpun aku meragukan keAgunganMu sungguh
bagiMu,tak pernah ada yang sulit.

..

Tanpa terasa malam sudah tiba, menyapa dengan aroma yang sangat
berbeda. Aroma yang hanya bisa kusapa sekali dalam setahun. Aroma
malam Takbiran. Aroma yang akhirnya menghanyutkan pikiranku ke tanah
air, ke Tasikmalaya, tepatnya ke rumahku di pelosok kampung sana. Saat
ini, seluruh keluarga sedang berkumpul, bercengkrama, dan menyiapkan
segala sesuatu untuk hari raya besok. Ah, airmataku meleleh lagi. Meski
juga aku bersyukur, karena ini adalah idul fitri pertamaku di negeri orang, idul

fitri yang tak mungkin bisa kulupakan sepanjang hidup.

Kucoba lagi mengusir sepi dengan membuka facebook. Ah, manjur


juga ternyata, status-status orang Indonesia langsung membuatku fresh.
Ramai sekali pembahasan tentang idul fitri yang diundur. Katanya, kupat dan
opor dah jadi, tapi mendadak pemerintah mengumumkan penundaan Idul
fitri. Aku nyengir sambil geleng-geleng kepala. Setahuku, kejadian kayak gitu
Cuma ada di Indonesia.. hee. Selamat menunda idul fitri kawan-kawan :)

Tanpa terasa, bus sudah sampai di terminal terakhir, dan waktu


menunjukan jam 10 malam. Selanjutnya aku harus naik metro (kereta bawah
tanah) untuk sampai di ulus. Terasa sekali betapa nyaman kondisi
transportasi Turki, hingga perjalanan panjang pun terasa begitu singkat.
Busnya begitu nyaman, begitu juga kereta bawah tanahnya, murah, cepat
dan sangat nyaman. Entahlah, kapan Jakarta bisa seperti itu..? mungkin kalo
ibu kota dah pindah ke Kalimantan kali. :)

************

************

Bada subuh di 1 Syawal 1433 H,

Aku menangisi diri sendiri, menyesali setiap detik yang kulalaikan dalam
Ramadhan kali ini. Dan detik-detik itu, tampaknya adalah detik yang amat
sangat banyak. Aku sibuk mengejar impian, memikirkan hak-hakku, dan
melupakan banyak Hak-Nya. Fagfirlii ya Rabb. Tak lagi aku banyak meminta,
selain ampunanNya.. tak juga kusebut-sebut impian terakhirku yang agak
konyol itu.

***

Aku berangkat ke masjid hanya berdua dengan Hamza, Bozdogan


telah pulang kampung seminggu sebelumnya. Ia pulang ke rumahnya di
Konya, kota tempat kelahiran Jalaludin Rumi yang terkenal itu. Aku sempat di
ajaknya juga kesana, tapi waktu benar-benar tak memungkinkan. Jadilah idul
fitri kali ini, idul fitri yang amat sepi, karena mayoritas teman-teman di
asrama juga sudah pulang ke negaranya masing-masing.

Tak ada yang spesial saat kami tiba di masjid. Hanya ada sedikit
pemeriksaan ringan oleh aparat di areal masjid, memastikan bahwa kami tak
membawa barang-barang berbahaya. Petugas pun memeriksa dengan sangat
ramah, bertanya darimana, lalu mengucapkan Iyi Bayramlar (selamat idul
fitri).

.
Aku masuk masjid dan memilih lantai dua agar bisa jelas melihat
khatib dan imam. Dan meski tak mengerti isi khutbah, aku tetap merasakan
suasana kekhusyuan yang amat manis. Usai khutbah, aku sama sekali tak
melihat ada sesuatu yang spesial, biasa-biasa saja. Maka akupun turun dan
berniat langsung pulang ke dormitory.

Di halaman mesjid, beberapa mahasiswa Indonesia sedang


berkumpul. Aku menemui mereka, kami berpelukan dan saling
menyampaikan maaf. Sepertinya semua berjalan biasa saja, tak ada kejutan
spesial di hari idul fitri kali ini. Sampai kemudian sesuatu mengagetkanku,

Salah seorang mahasiswa Indonesia bertanya padaku,dah ketemu ma


Erdogan belum? .tadinya kupikir itu adalah pertanyaan ejekan. Tapi seketika
langsung kutolak kemungkinan itu, karena sama sekali kawanku itu tak tau

keinginanku bertemu dengan Erdogan. Maka kujawab, belum, ketemu


dimana emang? Ga mungkin banget kali. Dan jawabannya semakin
mengagetkanku, katanya, Erdogan ada di dalam masjid tau.., sekarang juga
masih ada, lagi nyalamin jamaah. Sontak aku terkejut, dan tanpa berpikir
panjang langsung berlari ke dalam masjid, menuju bagian depan masjid.

Dan betapa terkejutnya aku, Di hadapanku benar-benar sedang berdiri


seorang perdana menteri yang sangat kukagumi.

***

Jumlah jamaah yang minta salaman tinggal sedikit, bahkan sudah


hampir bubar. Aku kebingungan karena barisan jamaah yang mau salaman
sudah habis.. aku gemetar sambil terus mendekat. Dan sungguh tak bisa
kupercaya, aku telah berada sangat dekat dengan Erdogan yang masih
sedang menyalami seorang jamaah. Entahlah mungkin ungkapanku terlalu
lebay, tapi memang itulah yang kurasakan,dan biarlah saja aku dibilang
kampungan. Yang pasti aku sedang menjemput impian terakhirku di tanah
Turki.

Aku semakin mendekat, dan Erdogan akhirnya melihatku. Gel gel


katanya, (artinya sama dengan come,come). Aku mendekat dan sambil
gemetar menjabat tangannya

Aku telah benar-benar lupa dengan kondisi di sekitarku, tak kuhiraukan pula
semua yang ada di sekelilingku. Wajahku mendongak ke atas, menatap wajah
terang Erdogan yang penuh kharisma.

Erdogan bertanya padaku Where are you from?. Dan saat kubilang
Endonezya, ia menepuk Pundakku sambil mengucap masyaAllah.., sesuatu
yang bahkan tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya.

Sebisanya kusampaikan salam dari Indonesia, dan ia menjawabnya dengan


senyum khas yang begitu hangat.

Sayang, mau tidak mau aku harus melepaskan jabatan tangannya segera,
ajudan disampingnya sudah mengingatkanku untuk tidak terlalu lama.

Sambil berlalu, kulemparkan sekali lagi senyum padanya, senyum yang


sempurna. Senyum seutuhnya, senyum yang bahkan mungkin akan sangat
sulit melakukannya lagi senyum dengan kebahagiaan yang sangat. Aku,
telah mencicipi impian terakhir yang konyol itu

Terima kasih yaa Rabb KeagunganMu sungguh di atas segala-galaNya..

***

Dan kepada kalian teman, ingin kusampaikan lagi,, berhati-hatilah dengan


impian yang kalian tulis :)

Dan sekali lagi,, tetaplah setia pada impian-impian besarmu itu seberat
apapun

kondisi yang kau hadapi saat ini. Dan tetaplah pada keyakinan, kelak kau
akan bertemu

dengan impian-impianmu itu..

Anda mungkin juga menyukai