Anda di halaman 1dari 24

DISUSUN OLEH :

AGNE VIBIA LARASATI


(D11.2019.02904)
KURANG GIZI ATAU STUNTING ELSYA NAOMI
(D11.2019.02907)
ALIFIA SAMANTHA
(D11.2019.02916)
RIZAL MUSTOFA
(D11.2019.02931)
RAKHA’UNFREL IQBAL H
(D11.2019.02934)
SEKAR PUSPITA SARI S
(D11.2019.02939)
PENGERTIAN STUNTING

STUNTING

Gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat, berupa


penurunan kecepatan pertumbuhan dalam perkembangan
manusia yang merupakan dampak utama dari gizi kurang.
kondisi seorang anak yang lebih pendek dibanding anak
tumbuh normal yang seumur.
1 dari 3 anak adalah stunting Definisi stunting menurut Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) adalah anak balita stunted apabila nilai z-
scorenya kurang dari -2SD (standar deviasi) dan severely
stunted apabila kurang dari – 3SD .

Sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir,
kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek
(stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) 2006.
Siklus Kejadian Stunting

Anak Stunting

Siklus
Kejadian
Bayi Stunting Anak Perempuan
Stunting Malnutrisi

Ibu
Malnutrisi
PENYEBAB STUNTING

Stunting terutama disebabkan kekurangan gizi dan gangguan


kesehatan jangka panjang sebelum lahir, dan/atau setelah lahir. Pengaruh
faktor genetik dalam kejadian stunting hanya berperan sekitar 20-30%.

• Kondisi stunting disebabkan oleh asupan gizi anak yang tidak tercukupi.
Biasanya sudah terjadi sejak masih dalam kandungan, ketika Ibu hamil
kurang mendapat asupan gizi yang berkualitas.
• Kondisi stunting bisa juga terjadi ketika asupan gizi saat kurang baik saat anak masih di bawah
dua tahun. Oleh karena itu asupan gizi yang baik sejak masa dalam kandungan ditambah dua
tahun pertama atau 1000 hari pertama anak sangat penting.
• Bila pemberian air susu ibu (ASI) tidak lancar dan makanan pendamping ASI (MPASI) kurang
berkualitas dapat menyebabkan stunting

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013


Persentase Anak Balita Stunting per Provinsi Tahun 2007-2013

Sumber: Riset Kesehatan Dasar 2013

Rata-rata Tinggi Badan Anak Indonesia Umur 5-18 tahun


Dibanding Rujukan (WHO 2007) : 2007-2013

9
Dampak Buruk Kejadian Stunting pada Generasi Masa Depan

Produktifitas rendah
Stunting menurunkan 17% pendapatan
cermin
gangguan
tumbuh
kembang yang
kronik Rp
Anak stunting
rentan
obesitas
dan
sakit-sakitan
Meningkatkan beban
keluarga, masyarakat,
dan bangsa
Anak stunting
mengalami
gangguan
kognitif &
belajar
7
PENGARUH BURUK STUNTING
PENGARUH BURUK STUNTING
• Stunting menunjukkan telah terjadi gangguan jumlah, kualitas dan kerusakan sel, jaringan
dan organ tubuh (gangguan tumbuh kembang).
• Sebagian gangguan jumlah, kualitas dan kerusakan sel, jaringan atau organ yang tidak bisa
atau sulit diperbaiki.
• Berisiko kegemukan dan penimbunan
BEBERAPA JENISlemak tengah tubuh di kala dewasa.
GIZI SALAH

Stunting Wasting Obes


(anak terlalu (anak terlalu (anak terlalu
pendek dari kurus dari gemuk berat
usianya) tingginya) badannya)

GLOBAL NUTRITION REPORT 2015 #NutritionReport

11
GEJALA DAN TANDA STUNTING
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil untuk usianya
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya
4. Pertumbuhan tulang tertunda
5. Pertumbuhan melambat.
6. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya.
7. Pertumbuhan gigi terlambat.
8. Performa buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya.
9. Pubertas terlambat.
10.Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap
orang di sekitarnya.
Upaya Perbaikan Gizi

menurut UU 36 tahun 2009


Melalui:
Meningkatnya 1. perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;
Mutu Gizi 2. perbaikan perilaku sadar gizi, aktifitas fisik, dan kesehatan;
Perorangan
3. peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan
dan
Iptek; dan
masyarakat
4. peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
RPJMN I RPJMN II RPJMN II RPJMN IV
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-224

Masyarakat sehat
yang mandiri dan
berkeadilan

Membumikan Gizi Seimbang dan Gaya Hidup Sehat


secara Berkelanjutan
17
Minum susu meningkatkan pertumbuhan linear (Tinggi badan) anak, dan
mendukung dugaan
(hypotheses) bahwa peningkatan konsumsi susu pada abad 19 dan 20
turut berperan dalam
peningkatan tinggi badan penduduk
Anak Remaja biasa Minum Susu, 2.3 cm
lebih tinggi dibanding yang Tidak biasa
Minum Susu
Pencapaian Tinggi Badan (Inci)

Sajian
per hari

Konsumsi susu & pertumbuhan


tinggi badan anak perempuan:
penelitian kohort prospektif
Usia (tahun)

19
Masalah dan Tantangan

• Saat hamil, 43% ibu makan <3x/hari dan 35% Bumil mengonsumsi kurang dari jumlah yang
biasa dimakan.
• Banyak Bumil yang menghindari pangan hewani karena khawatir tidak bersih/amis dan sulit
melahirkan.
• 61% anak hanya makan pangan pokok dan sayur; 40% anak makan <3x/hari dan tidak biasa
sarapan
Sesuai Siklus Hidup dengan Pendekatan Keluarga, Sekolah & Komunitas

4 Sendok Makan
Batasi
Gula, Garam 1 Sendok Teh
dan Minyak
Gula
Garam 5 Sendok Makan
Minyak
+ Minum Air
PuƟ h 8 Gelas
2-4 Porsi

Penting Memenuhi Pangan Hewani,


3-4 Porsi 2-3 Porsi
Buah, dan Sayur (PBS) dalam Piring
Makanku
Makanku
3-4 Porsi

Lauk Buah
Pauk
Memantau
Cuci tangan Mencuci Berat Badan
sebelum makan Air puƟ h Tangan
Makanan
Sayuran
Pokok Menyapu
Bermain
Sepakbola Bersepeda

Berjalan Senam

PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN

21
Gizi Seimbang
Pantau Tinggi Badan (TB)
Bagaimana Mencegahnya:Pendekatan dan Berat Badan (BB)
Non Gizi Anak Laki-laki dan Anak Perempuan
Untuk mencegah meningkatnya resiko stunting,
perlu dihindari:
1. Berulang kejadian diare
2. Sanitasi lingkungan yang buruk
3. Kehamilan 􀆟 dak direncanakan
4. Ibu depresi setelah melahirkan

Faktor Sukses Penurunan Stunting


(Danaei G 2016)
1. Pendidikandan konseling gizi
2. Promosi dan pemantauan pertumbuhan balita
3. Imunisasi
4. Air dan sanitasi
5. Jaring pengaman sosial
6. Komitmen politik.
7. Kerjasama multisektor, Partisipasi masyarakat,
Pelayanan berbasis masyarakat.
8. Tingginya cakupan dan kepatuhan.
Pernyataan Presiden Joko Widodo
pada Pembukaan Rapat Kerja
Kesehatan Nasional tanggal 28
Februari 2017 di Hotel Bidakara
Jakarta

“Saya sampaikan kepada Menkes. Nggak! Saya ndak bisa


menerima hal-hal ini (gizi buruk) ada di negara kita.“

“Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk, Ndak!


Memalukan kalau masih ada. Ini yang harus diselesaikan.”

“Saat ini kita (Indonesia) berada sebagai negara dengan pendapatan


menengah. Seharusnya ini (kasus gizi buruk) adalah masa lalu kita.
Kenapa masih ada, karena kita tidak fokus”
KAJIAN SOSIO-ANTROPOLOGI
KEBUDAYAAN

A.Kepercayaan/ belief

Belief, atau kepercayaan, merupakan salah satu komponen


sikap. Belief seringkali dihubungkan dengan agama, kepercayaan
agama, sesuatu yang berhubungan dengan yang ghaib, atau makhluk
halus, dan selainnya.

Contoh: Jika ibu memakan gurita dan ikan saat hamil diyakini janin
akan terbelit ari-ari dan berbau amis
B.Nilai / Value

Nilai adalah sebuah konsepsi, eksplisit atau implisit, yang khas milik
seseorang individu atau suatu kelompok, tentang yang seharusnya
diinginkan yang mempengaruhi pilihan yang tersedia dari bentuk-bentuk,
cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan.

Contoh: Ibu yang mempunyai anak stunting dianggap tidak baik karena
tidak menjaga pola makan saat hamil
C. Kebiasaan

Suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang


secara berulang-ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu
kebiasaan.
Contoh: Penderita stunting diberi makan dengan jumlah nasi yang banyak dan
sayuran saja.
D. Status sosial

Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak


dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering
pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang
dalam kelompok masyarakatnya.

Contoh: Bayi yang lahir dalam keadaan stunting dianggap anak orang
kurang mampu
E. Tradisi

Tradisi adalah kesamaan benda material dan gagasan yang


berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum
dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat di artikan sebagai warisan
yang benar atau warisan masa lalu.

Contoh: Memeriksakan bayi stunting ke orang pintar mengikuti saran


orang tua
KESIMPULAN
• Pencegahan stuntng dapat dilakukan
melalui pendekatan gizi dan non gizi.
• Pentingnya perbaikan gizi dan kesehatan
remaja, calon pengantin, Bumil dan
Bunifas, serta anak balita termasuk bagi
anak PAUD
• Perlu penguatan dan perluasan cakupan
program gizi sensitif terkait stunting (air,
pangan, sanitasi, pendidikan, infrastuktur
akses pelayanan & ekonomi)

Anda mungkin juga menyukai