Anda di halaman 1dari 35

PENANGGULANGAN STUNTING

DI KABUPATEN BONDOWOSO

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO


PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN (RPJMN KESEHATAN 2015-2019)

a. Penurunan AKI & AKB (Kesehatan Ibu & Anak termasuk Imunisasi)
b. Perbaikan Gizi khususnya Stunting
c. Pengendalian Penyakit Menular (ATM: HIV/ AIDS, Tuberkulosis & Malaria)
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas &
Kanker)

PENDEKATAN
KELUARGA
GERMAS
Definisi Stunting
• Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya.
• Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah anak lahir, tetapi stunting baru
nampak setelah anak berusia 2 tahun.
• Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau
tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan
dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) 2006
nilai z-scorenya kurang dari -2SD (stunted) dan kurang dari
– 3SD (severely stunted) (Kepmenkes Sumber: Rebekah Pinto, World Bank untuk Review Pembelajaran Stakeholders
STBM Nasional 10 -13 Feb 2017
1995/MENKES/SK/XII/2010).
LATAR BELAKANG MASALAH
Stunting disebabkan oleh Faktor Multi Dimensi
Intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik
• Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
• 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif
• 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima MP-ASI
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care,
Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas
• 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD*
• 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
• Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
• Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi
3. Kurangnya akses ke makanan begizi**
• 1 dari 3 ibu hamil anemia
*PAUD = Pendidikan Anak Usia Dini
• Makanan bergizi mahal
**Komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal 4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
dibanding dengan di New Delhi, India. Buah dan
sayuran di Indonesia lebih mahal dari di Singapura. • 1 dari 5 rumah tangga masih BAB diruang terbuka
Sumber: RISKESDAS 2013, SDKI 2012, SUSENAS • 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses
berbagai tahun ke air minum bersih

Sumber: Kemenkes dan Bank Dunia (2017)


PREVALENSI BALITA STUNTING DI JAWA TIMUR
6 TAHUN TERAKHIR (HASIL SURVEY PSG)

35 32
29.2
30
29.0
25 26.1
27.0
20

15 26.9

10

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Prevalensi Baduta (0-23 bln) Stunting
Di JAWA TIMUR

25 21.9
20.4
20
17.9

15

10

Th.2015 Th.2016 Th.2017 6

Stunting
0.0
10.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
50.0

5.0
15.0
43.0
42.5
38.3
35.1
33.5
33.4
32.3
32.0
30.9
30.5
30.4
29.4
28.3
28.1
27.4
26.9
26.9
26.4
26.2
26.2
25.9
25.6
25.3
25.1
24.8
24.3
24.2
PREVALENSI STUNTING DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

23.3
23.0
22.7
22.1
21.1
20.7
19.8
19.2
19.0
18.3
15.5
10.3
0.0
20.0
30.0
40.0
60.0
70.0
80.0

10.0
50.0
90.0
2.1

2.3

2.5

4.7

7.1

7.7

9.1

9.9

11.0

15.2

20.1

21.6

22.9

25.0

25.3

27.9

29.0

30.7

32.0

34.5

35.3

35.3

36.1

36.1

40.8

77.7
• Pemilihan 10 Desa Prioritas di 100 Kabupaten/Kota
Prioritas Penanganan Kemiskinan dan Stunting
* Mengapa Menentukan Wilayah Prioritas
Prioritas kepada wilayah terpilih didasarkan pertimbangan sebagai berikut:

1 Tingginya Angka Prevalensi Stunting di Indonesia

2 Perlunya Efisiensi Sumber daya

Lebih fokus dalam Implementasi dan Efektifitas Percepatan


3 Penanggulangan Stunting

4 Pengukuran Target Pencapaian yang lebih terkendali

5 Dapat dijadikan dasar perluasan (Scaling-Up Prototype)


* Metodologi yang Digunakan Dalam Memilih
100 Kabupaten/Kota Prioritas

Indikator yang Digunakan:


* Jumlah Balita Stunting: jumlah balita pendek dan sangat pendek. Data tersebut bersumber
dari Riskesdas 2013 (Kemenkes).
* Prevalensi Stunting: Persentase jumlah balita pendek dan sangat pendek. Data tersebut
bersumber dari Riskesdas 2013 (Kemenkes).
* Tingkat Kemiskinan: merupakan persentase jumlah penduduk miskin Kabupaten/Kota.
Susenas 2013 (BPS).

Dengan menggunakan indikator-indikator tersebut dihasilkan urutan Kabupaten/Kota


Prioritas Penangan Stunting. Kabupaten prioritas tersebut memiliki rata-rata jumlah
penduduk Stunting, Prevalensi Stunting dan tingkat kemiskinan lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata nasional
* Metodologi yang Digunakan Dalam Memilih 10 Desa
di Masing-masing 100 Kabupaten/Kota Prioritas

* Jumlah Penduduk Desa: merupakan jumlah populasi dalam satu desa pada tahun 2015.
Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri).
* Jumlah Penduduk Miskin Desa: merupakan 25% penduduk dengan kondisi sosial ekonomi terendah
yang bersumber dari Basis Data Terpadu BPS/TNP2K. Digunakannya Basis Data Terpadu BPS/TNP2K
dikarenakan tidak tersedianya angka jumlah penduduk miskin sampai tingkat desa dari Susenas BPS.
* Tingkat Kemiskinan Desa: merupakan persentase jumlah penduduk miskin desa terhadap jumlah
penduduk dalam satu desa. Data tersebut merupakan hasil perhitungan BPS dan TNP2K secara
proporsional terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota tahun 2014.
* Penderita Gizi Buruk Desa: merupakan jumlah kejadian warga penderita gizi buruk, baik marasmus
maupun kwashiorkor selama 3 tahun terakhir. Maramus adalah malnutrisi karena kekurangan asupan
energi dalam semua bentuk, termasuk protein. Kwashiorkor merupakan bentuk malnutrisi yang
disebabkan oleh kekurangan protein. Data tersebut bersumber dari Potensi Desa Tahun 2014.
Indikator ini merupakan proxy dari indikator balita stunting yang belum tersedia pada level
desa/kelurahan.
* Metodologi yang Digunakan Dalam Memilih 10 Desa
di Masing-masing 100 Kabupaten/Kota Prioritas

* Indikator-indikator tersebut juga merupakan indikator yang digunakan oleh Kementerian Keuangan
dalam mengalokasikan dana desa (kecuali Indikator penderita gizi buruk).
* Dengan menggunakan indikator-indikator tersebut dihasilkan urutan desa dengan kondisi
“terburuk” sampai kondisi “terbaik”. Desa prioritas tersebut memiliki
rata-rata jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan, serta kejadian gizi buruk lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata nasional.
* Desa terpilih merupakan 10 desa dengan Indeks terburuk di setiap Kab/Kota Prioritas Stunting
* Mencakup seluruh desa di kabupaten Kepulauan Seribu (6 desa)
* Dilakukan realokasi ke wilayah lain sejumlah 4 desa, dimana Kabupaten yang mendapatkan
tambahan alokasi desa (masing-masing 1) adalah:
Timor Tengah Selatan, Alor, Lembata, dan Tambrauw
* Penanggungan
* Tegal mijin
* Cindogo
* Wonokerto
* Bandilan
* Walidono

*Daftar Lokus desa stunting di


* Sumberwringin
* Gadingsari
* Baratan
* Sumber Tengah Kabupaten Bondowoso :
* Rencana Fokus Lokasi Intervensi Terintegrasi
111

RPJMN 2015-2019 RPJMN 2020-2024

2017 2018 2019 Pasca 2019


••Tahap awal ••Scale-up ••Perluasan ••Seluruh
intervensi intervensi cakupan pada kab/kota
terintegrasi di terintegrasi kab/kota dengan
8 kab/ kota di 100 ekspansi
kab/kota program
terintegrasi
(Program
Nasional)
Percepatan Perbaikan Gizi 6

dalam Berbagai Komitmen Nasional & Global


RPJMN 2015 – 2019
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
RAN-PG
2015 – 2019
Rencana Aksi Nasional Pangan& Gizi

RKP 2018
Rencana Kerja Pemerintah

GERMAS
Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat
WHA 2025
World Health Assembly

SUN GLOBAL
Roadmap 2016 - 2 0 2 0
SDGs 2030
Sustainable Development Goals
SURAT
EDARAN
MENTERI
DALAM
NEGERI
TENTANG
PENURUNAN
STUNTING

RAKONTEK KESMAS 2018 17


KONSEP PENANGGULANGAN STUNTING

PENCEGAHAN PENANGANAN

1000 HARI PERTAMA STIMULASI – PENGASUHAN dan


KEHIDUPAN (HPK) PENDIDIKAN BERKELANJUTAN

18
ANTISIPASI PADA ANAK-
ANAK SUDAH STUNTING

PENYIAPAN SDM
JANGKA PANJANG

INVESTASI GIZI LINTAS GENERASI


1. Mengupayakan perbaikan SDM yang
telah stunting sejak dini dengan
pengasuhan yang baik
2. Persiapan “mencetak” generasi anak
berprestasi pada usia sekolah dengan
pengembangan UKS
19
Kerangka Penanganan Stunting

Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000


Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kegiatan ini umumnya

1
Intervensi Gizi Spesifik
dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik
(berkontribusi 30%)
bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam
waktu relatif pendek.

Intervensi yang ditujukan melalui berbagai kegiatan


Intervensi Gizi

2
pembangunan diluar sektor kesehatan. Sasarannya
Sensitif
adalah masyarakat umum, tidak khusus untuk 1.000
(berkontribusi 70 %)
HPK.
1| Intervensi Gizi Spesifik
I. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:
1. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan energi dan protein kronis.
2. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
3. Mengatasi kekurangan iodium.
4. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5. Melindungi ibu hamil dari Malaria.

II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
1. Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2. Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing.
3. Menyediakan suplementasi zink.
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6. Memberikan imunisasi lengkap.
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
2 | Intervensi Gizi Sensitif
1. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Air Bersih.
2. Menyediakan dan Memastikan Akses pada Sanitasi.
3. Melakukan Fortifikasi Bahan Pangan.
4. Menyediakan Akses kepada Layanan Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan Pendidikan Pengasuhan pada Orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini Universal.
9. Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat.
10. Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
11. Menyediakan Bantuan dan Jaminan Sosial bagi Keluarga Miskin.
12. Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi.
Result Framework
Intermediate
Program Intervensi Efektif
Outcome

Konsumsi Remaja Putri


• Perbaikan Gizi Gizi yang Bumil & Busui:
Masyarakat  Pemberian Tablet Tambah Darah Adekuat
(remaja putri, catin, bumil) • Anemia
• PKGBM  Promosi ASI Eksklusif • BBLR
• GSC  Promosi Makanan Pendamping-ASI • Risiko KEK
• PKH  Suplemen gizi mikro (Taburia) • ASI Eksklusif
• PAUD-GCD  Suplemen gizi makro (PMT) • Kecacingan
Pola Asuh
• PAMSIMAS  Air bersih, sanitasi, dan cuci tangan
yang tepat
Stunting
• SANIMAS pakai sabun
 Sarana buang air besar
• STBM  Pemberian obat cacing
• BKB  Tata Laksana Gizi Kurang/Buruk Baduta:
• KRPL  Suplementasi vit.A
• Kegiatan Lain • Diare
 Promosi garam iodium Akses ke
pelayanan • ISPA
 Bantuan Pangan Non-Tunai kesehatan, • Gizi buruk
dan kesehatan
lingkungan • Kecacingan

Enabling Factor
Advokasi, JKN, NIK, Akta Kelahiran, Dana Desa, Dana Insentif Daerah, Keamanan dan Ketahanan Pangan
Rencana Aksi Kegiatan Spesifik dan Sensitif Lintas Sektor
Suplementasi gizi; Promosi ASI, MP-ASI, fortifikasi; PAUD-HI dengan intervensi kesehatan & gizi;
Pendidikan gizi; Promosi & kampanye gizi seimbang; Pendidikan kesehatan reproduksi
Kecacingan; Tata Laksana Gizi; JKN

Ketahanan pangan;
Air bersih dan Pemanfaatan pekarangan
sanitasi rumah tangga (KRPL)

Pembinaan iodisasi garam;


Bantuan Pangan Non-Tunai; PKH
Pengawasan fortifikasi garam

Keamanan pangan; Monitoring


makanan terfortifikasi Pendidikan kesehatan reproduksi
remaja; Bina Keluarga Balita (BKB)

Kursus calon pengantin; Pendidikan NIK; Akta kelahiran; Fasilitasi program


kesehatan & gizi untuk madrasah & & kegiatan gizi dalam APBD
pondok pesantren; Mendorong peran
ulama dalam gizi & kesehatan

Dana Insentif Daerah Dana Desa


Rencana Kegiatan yang Diperlukan
1. 2. 3. 4.
Advokasi,
Kampanye, Penguatan Pengembangan Membangun
Sosialisasi dan KIE koordinasi Program Gizi Spesifik pangkalan data
Perubahan lintas sektor dan Sensitif yang percepatan
Perilaku Terbukti Efektif perbaikan gizi

Isu Strategis
• Advokasi kepada pimpinan • Penguatan koordinasi lintas • Penguatan intervensi gizi • Pengembangan database gizi
pusat & daerah serta tokoh sektor spesifik (kesehatan) • Pengembangan sistem
masyarakat • Penyesuaian Gugus Tugas • Penguatan intervensi gizi informasi (dashboard)
• Sosialisasi kepada Pengelola Gernas sensitif (non-kesehatan) • Monitoring, evaluasi, dan
Program • Komunikasi & koordinasi • Pengembangan model surveilans
• Kampanye kepada Pemerintah & Non- terintegrasi
masyarakat luas Pemerintah
• KIE perubahan perilaku • Komunikasi & koordinasi di
tingkat daerah
Rencana Aksi Pusat dan Daerah
dalam Penurunan Stunting
2.
Kegiatan intervensi
spesifik penurunan 3.
1. stunting Direktorat Gizi Identifikasi intervensi
Penyusunan rencana Masyarakat sensitif penurunan
aksi penurunan stunting diintegrasikan dengan stunting dari lintas
seluruh kegiatan dari sektor
direktorat-direktorat
tersebut
Melibatkan:
• Kementerian Pertanian
 Direktorat Kesehatan Keluarga
• Kementerian Pendidikan dan
 Direktorat Kesehatan Lingkungan
Kebudayaan
 Direktorat Promosi dan Pemberdayaan
• Kementerian Kelautan dan Perikanan
Masyarakat
• Kementerian Desa dan Daerah
 Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Teringgal
Perbekalan Kesehatan
• Kementerian Agama
• Kementerian PU-PERA
• Tim Penggerak PKK
• BKKBN
• Kementerian Dalam Negeri, dll
No Kegiatan TA 2018-2019 Penanggungjawab
1 Peningkatan Akses Pangan
a.Pemanfaatan Pekarangan Kementan
b.Kawasan Mandiri Pangan Kementan
c.Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Kementan
d.dOptimaslisasi Produk Pangan Hewani Kementan

e.Desa Pangan Aman BPOM

f.Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan KKP


g.Program Keluarga Harapan Kemensos
h.h Program Gizi Anak Sekolah Kemendikbud
i. Bantuan Pangan Kemensos

2 Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
a Kementrian PUPR
(MBR)

Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Minum dan Limbah (IPAL), Instalasi Pengeloalan Lumpur Tinja
b (IPLT), Tempat Pembuangan Akhir (TPA)/Tempat Pembuangan Sampah (TPS), sarana Sanitasi Berbasis Kementrian PUPR
Masyarakat (SANIMAS), Drainase

Bappenas, PUPR,
c Program penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat
Kemendagri
No Kegiatan TA 2018-2019 Penanggungjawab

3 Pendidikan Gizi
a Gerakan Diversifikasi Pangan Kementan

b Sosialiasi stunting Kemenkoinfo

c Bimbingan Perkawinan bagi Calon Pengantin Kemenag

d Bimbingan Keluarga Sakinah Kemenag

e PAUD Universal melalui Pembiasaan Makanan Sehat Kemendikbud

f Kelas Parenting Bermuatan Gizi Kemendikbud

4 Pelayanan Minimal Kesehatan Dasar

a Implementasi SPM Bidang Kesehatan Kemendagri

b Program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga BKKBN

c Program JKN dan Jampersal Kemenkes


KERANGKA RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING

 Kelas Ibu Hamil KEMENKES,


Kementan, BPOM, Kemen KKP  Penyelenggaraan PAUD Kemendikbud, BKKBN,
1  Kelas Parenting Kemen PPPA,
 Pemanfaatan pekarangan/ KRPL Desa  Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendes
Mandiri Pangan  Bina Keluarga Baduta
Pendidikan
• Optimalisasi Reproduksi Hewan  Bina Keluarga Remaja
Kesehatan
• Desa Pangan Aman  KIE Gizi
dan Gizi
• Pemasaran Hasil Kelautan &
Perikanan
5 2 KEMENKES
 Sosialisasi, orientasi dan
Penguatan advokasi surveilans kesehatan, gizi, dan pangan
Peningkatan Surveilans
Akses Pangan RENCANA AKSI  Pemantauan pertumbuhan
Kesehatan,
DAERAH MULTI Gizi, & Pangan di Posyandu
SEKTOR Kementan
PENANGGULANGAN
STUNTING
KEMENKES,
Kemen PU PR
 Pemeriksaan Kehamilan, persalinan
 Penyediaan sarana & prasarana STBM 4 3 nakes
KEMENKES
sanitarian kit, kit kesling, cetakan Pelayanan  Imunisasi dasar lengkap
jamban) kesehatan  Tablet Tambah Darah bagi Ibu Hamil &
Penyediaan RemajaAPutri
• VitaŵiŶ bagi Ibu Nifas, Anak 6-11
• PeŵbaŶguŶaŶ SPAM di kawasan MBR dasar,
• PeŵbaŶguŶaŶ IPAL kawasan, IPLT,
Air bersih Pemberian bln, dan Anak 11-59 bln
TPA/TPS, sarana SANIMAS, drainase dan Sanitasi Suplementas • PMT bagi Balita Kurus & Buŵil KEK
i Gizi • Pemberian Obat Cacing bagi Balita, obat diare (zink)
11
INTERVENSI SPESIFIK OLEH DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BONDOWOSO

Tahun 2016
 Sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan ( HPK )
 Sosialisasi Pemantauan Pertumbuhan Bagi Kelompok Potensial
 Sosialisasi Pemenuhan Gizi Ibu Hamil dan Anak Bagi Kelompok Potensial
 Pelatihan Konseling Menyusui Bagi Petugas Gizi Puskesmas ( Angkatan I )
 Sosialisasi Pedoman Gizi Seimbang
 Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) Pemulihan Balita Kurang Gizi dan Ibu
Hamil KEK
 Sosialisasi Kelompok Pendukung ASI ( KP ASI )
 Sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak ( PMBA )
lanjutan

Tahun 2017
 Sosialisasi Motivator ASI bagi Kelompok Potensial
 Sosialisasi Suplementasi Gizi Bagi Petugas Gizi
 Pelatihan Konseling Menyusui bagi Petugas Gizi ( Angkatan II )
 Sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak ( PMBA )
 Sosialisasi Kelompok Pendukung ASI ( KP ASI )
 Pembentukan Kelompok Pendukung ASI ( KP ASI )
 Monitoring dan Evaluasi Kelompok Pendukung ASI ( KP ASI )
 Distribusi Bahan PMT dari Puskesmas ke Desa
 Pendampingan Balita dan Ibu Hamil yang Mendapat PMT
 Sosialisasi 1000 Hari Pertama Kehidupan ( HPK )
 Sosialisasi Pedoman Gizi Seimbang
lanjutan
Tahun 2018
 Orientasi Pemantauan Pertumbuhan
 Sosialisasi Tablet Tambah Darah
 Orientasi Screening Balita Kurus
 Sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak
 Workshop Kelompok Pendukung ASI (KP ASI)
 Monitoring dan Evaluasi Kelompok Pendukung ASI (KP ASI)
 Distribusi bahan PMT ke Desa
 Pendampingan balita kurang gizi dan ibu hamil KEK yang mendapat PMT
Pemulihan
TANTANGAN PENANGGULANGAN STUNTING

Desentralisasi; kesenjangan antar wilayah cukup tinggi

Koordinasi seluruh stakeholder terkait di semua level dari pusat hingga kabupaten sangat menentukan
keberhasilan menjawab tantangan

Monitoring dan evaluasi terpadu terhadap pelaksanaan program terkait mutlak diperlukan

GERAKAN NASIONAL
PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI
(fokus pada 1000 HPK)

INTERVENSI INTERVENSI
SPESIFIK SENSITIF
PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN

PEMERINTAH
PEMDA
inisiator, MITRA
PARLEMEN fasilitator dan PEMBANGUNAN
motivator memperkuat
kolaborasi

ORGANISASI DUNIA
PROFESI & USAHA
AKADEMISI pengembang
Think Tank an produk
PERCEPATAN
PERBAIKAN GIZI

UN NETWORK MEDIA MASSA


memperluas menyebarluaskan
dan informasi terkait
mengembangka pangan dan gizi
n kegiatan ORGANISASI secara terus
KEMASYARAKATAN menerus
analisa kebijakan
serta pelaksana
pada tingkat
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai