Anda di halaman 1dari 20

Strategi Konvergensi Pemerintah Pusat dan

Provinsi/Kabupaten/Kota
dalam Percepatan Penurunan Stunting
Subandi Sardjoko
Plt. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan

Disampaikan pada Expert Meeting II: Percepatan Penurunan Stunting yang diselenggarakan oleh Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia
26 Januari 2022
Beban Ganda Permasalahan Gizi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban ganda permasalahan gizi: undernutrition, overweight,
obesitas, dan defisiensi mikronutrien

Stunting
Stunting (pendek/sangat pendek)
• Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi angkanya masih
5,33 juta balita**
tinggi. Target 2024: 14 %.
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah & di seluruh kelompok
sosial ekonomi. Wasting (kurus/sangat kurus)
• Penyebab stunting bersifat multidimensional (kemiskinan, akses 1,55 juta balita**
pangan, pola asuh & pemberian makan pada balita).
• Stunting berdampak pada SDM, ekonomi, & kemiskinan
Anemia ibu hamil
Obesitas 48,9 %*
• Prevalensi obesitas pada usia dewasa (>18 tahun) semakin
meningkat & target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 %. Ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
• Faktor risiko obesitas: kurangnya aktivitas fisik & konsumsi buah 17,3 %*
sayur, & tingginya konsumsi gula, garam, lemak (GGL).
• Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif & preventif Obesitas (> 18 tahun)
dengan pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) 21,8 %*
Sumber: *Riskesdas 2018, **diolah dari data SUPAS 2015 dan SSGI 2021
Kemajuan Penurunan Stunting & Wasting Nasional
6 Provinsi dengan Jumlah Balita Stunting Terbanyak (ribu
Tren Prevalensi Balita Stunting & Wasting (%), 2013-2021 orang), 2021

37.2 1,000.0 968.1


Jumlah di 6 provinsi ini
900.0
mencakup lebih dari 50%
30.8
800.0
jumlah balita stunting di
27.67
700.0 656.4 Indonesia
diperlukan 600.0
24.4 penurunan
510.6
500.0
10,4%
400.0 348.9
selama 3
268.2
tahun 300.0
218.4
14 200.0

12.1 100.0
10.2
-
7.4 Prevalensi
7.1 7 Jabar Jatim Jateng Sumut Banten NTT
wasting
Diolah dari SSGI 2021 (Kemkes) dan Proyeksi Penduduk 2015-2045
on-track

 Dalam 8 tahun, stunting menurun secara konsisten


2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
 Rata-rata penurunan: 1,6% per tahun
Stunting sesuai Target RPJMN  Tahun 2019-2021 stunting turun 3,3% atau 1,65% per tahun
Wasting sesuai Target RPJMN
 Jumlah balita stunting (2021) mencapai 5,3 juta orang
Sumber: Riskesdas, 2013 dan 2018, SSGI, 2019 dan 2021  Perlu percepatan penurunan stunting 10,4% dalam 3 tahun
mencapai target RPJMN 3
Kerangka Pikir Penyebab Terjadinya Stunting
Sebagai Dasar Integrasi Intervensi

Malnutrisi pada ibu dan anak


• Jika tidak diselesaikan dengan baik, stunting
Immediate
Akses tidak adekuat Penyakit infeksi SPESIFIK akan menjadi permasalahan lintas
Causes
generasi

Akses yankes &


• Penyebab stunting sangat kompleks baik
Underlying Rumah tangga Pola asuh langsung maupun tidak langsung.
lingkungan tidak SENSITIF
Causes rawan pangan tidak tepat
adekuat
• Memerlukan intervensi lintas sektor:
spesifik dan sensitif
Akses rumah tangga pada sumber daya: tempat
tinggal, edukasi, kepekerjaan, pendapatan &
• Setiap intervensi memiliki kontribusi
teknologi
Basic dalam penurunan stunting.
Causes

Finansial, SDM, kemampuan fisik & sosial

Dibutuhkan upaya yang terintegrasi dalam


Sosiokultur, ekonomi, politik penurunan stunting
Sumber: Unicef, 1991
4
Pentingnya Konvergensi Intervensi
pada Rumah Tangga 1.000 HPK
Suplementasi Gizi
Pengasuhan BPNT (Makro &
PAUD Mikronutrien)
Prov
ins i
Kab
/Kota
Pemantauan
Pertumbuhan Keca
mata
n
Desa

Rumah
P2L Konvergensi adalah upaya
Tangga untuk memastikan seluruh
1.000
Promosi & HPK intervensi penurunan stunting
Konseling sampai pada target sasaran
Menyusui
Tata Laksana
Gizi Buruk
1 Sinkronisasi lokasi prioritas
Manajemen Terpadu
Imunisasi Balita Sakit 2 Rumah tangga 1.000 HPK
PKH Air Bersih &
Sanitasi 5
Konsep Perencanaan dan Penganggaran
Percepatan Penurunan Stunting

• Prioritas nasional dalam RPJMN dan Tagging Tematik & Prioritas Nasional
RKP
Penajaman Kegiatan sesuai dengan Lampiran Perpres
• Money follow program

• THIS (Tematik Holistik Integratif


Spasial)
Forum Multilateral Meeting MP Stunting

• Keselarasan prioritas RPJMN &


RKP dengan Renja K/L & RKA Forum Multilateral Meeting DAK Stunting
K/L

• Sinkronisasi pendanaan: K/L,DID, Laporan Kinerja Intervensi Stunting


DAK, APBD, Dana Desa

Penetapan Lokasi Prioritas


Lokasi Fokus Percepatan Penurunan Stunting 2018 – 2024
SEBARAN LOKUS STUNTING 2018 - 2021

LOKASI FOKUS STUNTING


• Lokasi fokus sebagai acuan bagi K/L
dan pemangku kepentingan dalam
memprioritaskan lokasi pelaksanaan
program/kegiatannya.

• Kriteria pemilihan lokasi fokus:


1. Jumlah balita stunting
2. Prevalensi stunting
3. Tingkat kemiskinan
4. Daerah dengan komitmen & praktik baik
5. Pemerataan lokus di tiap provinsi

Untuk mempercepat penurunan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
stunting, mulai tahun 2022 seluruh
kab/kota akan menjadi lokus
percepatan penurunan stunting
100 160 260 360 514 514 514
kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota
Koordinasi dan Integrasi Multisektor dan Multipihak
Permasalahan stunting yang multidimensional memerlukan upaya lintas sektor melibatkan seluruh stakeholders secara
terintegrasi melalui koordinasi serta konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, hingga tingkat desa.

Pendekatan Multi-sektor Pendekatan Multi-pihak


“tidak terbatas pada sektor kesehatan” “melibatkan sektor non-pemerintah”
Integrasi, sinkronisasi,
Kesehatan 25 K/L
intervensi, mobilisasi,
pemantauan
dan Gizi
34 organisasi
Edukasi, pelatihan,
pemantauan
11 agencies
Dukungan teknis,
Ketahanan Air Minum studi, piloting

Pangan Intervensi dan Sanitasi

Terintegrasi

SUN Focal Point 22 Univ & 15


Orprov
Perlindungan Pengasuhan
40 instansi
Sosial dan PAUD Penelitian, evidence-
Gizi karyawan, based, pengabdian
edukasi, CSR masyarakat, pelatihan,
pendampingan

Informasi dan 88
kampanye
Konvergensi dan Integrasi di Daerah
8 Aksi Integrasi di Tingkat Kab/Kota
Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting
“Merupakan instrumen dalam bentuk kegiatan untuk
meningkatkan integrasi intervensi dalam penurunan stunting”
Konvergensi adalah upaya untuk memastikan seluruh
PIC: intervensi penurunan stunting sampai pada target sasaran.
BAPPEDA

PIC: Sekda PIC:


& BAPPEDA BAPPEDA

• 19 K/L berkontribusi dalam penurunan stunting.


• Tagging tematik stunting dalam sistem
Pusat perencanaan penganggaran (KRISNA & RKA K/L)

PIC: Dinkes PIC: Sekda • 8 Aksi Integrasi


Provinsi & • Internalisasi kegiatan ke dalam dokumen
perencanaan dan anggaran.
Kab/Kota
• Menyasar rumah tangga dengan ibu
hamil & baduta (1.000 HPK)
PIC:
PIC: BPMD
Desa • Pemanfaatan Dana Desa
BAPPEDA

PIC: BPMD
9
Intervensi Spesifik dan Sensitif
dalam Perpres No. 72 Tahun 2021

Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif


Indikator Sasaran Target Indikator Sasaran Target
1. Ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) yang 90% 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pascapersalinan. 70%
mendapatkan tambahan asupan gizi.
2. Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet Tambah Darah 80%
2. Kehamilan yang tidak diinginkan. 15,5%
(TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan. 3. Calon pasangan usia subur (PUS) yang memperoleh 90%
3. Remaja putri yang mengonsumsi Tablet Tambah 58% pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan nikah.
Darah (TTD). 4. Rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak di 100%
4. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat air susu ibu 80% kabupaten/kota lokasi prioritas.
(ASI) eksklusif. 5. Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah 90%
domestik) layak di kabupaten/kota lokasi prioritas.
5. Anak usia 6-23 bulan yang mendapat Makanan 80%
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). 6. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional 112,9 juta
dari 40% penduduk berpendapatan terendah.
6. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi buruk 90% penduduk
yang mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk. 7. Keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan. 90%
7. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) yang 90%
dipantau pertumbuhan dan perkembangannya. 8. Keluarga miskin dan rentan yang memperoleh bantuan tunai 10 juta
bersyarat.
8. Anak berusia di bawah lima tahun (balita) gizi kurang 90% keluarga
yang mendapat tambahan asupan gizi. 9. Target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang 70%
9.  Balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap. 90% stunting di lokasi prioritas.
10.  Keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial 15.600.039
pangan.
keluarga
11.  Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 90%
atau Open Defecation Free (ODF).
Koordinasi Penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting

Tim Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting
Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota Tingkat Desa/Kelurahan
 Gubernur menetapkan tim Percepatan  Bupati/Walikota menetapkan tim Percepatan  Kepala Desa/Lurah menetapkan tim Percepatan
Penurunan Stunting tingkat provinsi. Penurunan Stunting tingkat kabupaten/kota. Penurunan Stunting tingkat desa/kelurahan.
 Tugas: mengoordinasikan,  Tugas: mengoordinasikan, menyinergikan,  Tugas: mengoordinasikan, menyinergikan, dan
menyinergikan, dan mengevaluasi dan mengevaluasi penyelenggaraan mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan
penyelenggaraan Percepatan Penurunan Percepatan Penurunan Stunting secara efektif, Penurunan Stunting secara efektif, konvergen, dan
Stunting secara efektif, konvergen, dan konvergen, dan terintegrasi dengan melibatkan terintegrasi dengan melibatkan lintas sektor di tingkat
terintegrasi dengan melibatkan lintas lintas sektor di tingkat kabupaten/kota dan desa/kelurahan.
sektor di tingkat provinsi. kecamatan.  Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat
 Tim Percepatan Penurunan Stunting  Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat desa/kelurahan melibatkan :
tingkat provinsi terdiri atas perangkat kabupaten/kota terdiri atas perangkat daerah a. Tenaga Kesehatan paling sedikit mencakup bidan,
daerah dan pemangku kepentingan, dan pemangku kepentingan, termasuk Tim tenaga gizi, dan tenaga kesehatan lingkungan;
termasuk Tim Penggerak Pemberdayaan Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan b.Penyuluh Keluarga Berencana dan/atau Petugas
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK). Keluarga (TP-PKK). Lapangan Keluarga Berencana;
 Susunan keanggotaan tim Percepatan  Susunan keanggotaan tim Percepatan c. Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan
Penurunan Stunting tingkat provinsi Penurunan Stunting tingkat kabupaten/kota Keluarga (TP-PKK);
disesuaikan dengan kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah d.Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa
Pemerintah Daerah provinsi. daerah kabupaten/kota. (PPKBD) dan/ atau Sub-PPKBD/ Kader
Pembangunan Manusia (KPM), kader, dan/atau
unsur masyarakat lainnya.
 Susunan keanggotaan tim Percepatan Penurunan
Stunting tingkat desa/kelurahan disesuaikan dengan
kebutuhan pemerintah desa/kelurahan.
Tren Anggaran yang Mendukung Penurunan Stunting
Bersumber Belanja K/L
 Dihitung berdasarkan proses tagging keluaran
(rincian output) dari Krisna Renja
 Anggaran intervensi spesifik: anggaran yang
digunakan untuk intervensi langsung penurunan
stunting (Kementerian Kesehatan)
 Anggaran Sensitif:
 Intervensi tidak langsung: anggaran prioritas
lain yang berkontribusi terhadap penurunan
stunting
Intervensi Intervensi Pendampingan, Koordinasi dan  Dihitung menggunakan formula berdasarkan
Spesifik Sensitif Dukungan Teknis
derajat kontributifnya
Intervensi Kunci  Tidak bisa dialihkan ke anggaran spesifik
Intervensi Pendampingan, Koord. & penurunan stunting
Intervensi Spesifik
Sensitif Dukungan Teknis
 Suplementasi gizi untuk ibu hamil  Penyediaan air minum dan  Koordinasi & pengendalian  Alokasi yang turun tahun 2021:
KEK dan balita kurus sanitasi (Kementerian program pencegahan stunting
(Kemenkes) PUPR) (Kemenko PMK)  Kemensos (perlindungan sosial) dan
 Suplementasi Fe dan Vit. A  P2L (Kementan)  Pendampingan pelaksanaan KemenPUPR (air bersih dan sanitasi)
(Kemenkes)  PAUD (Kemendikbud) konvergensi kepada kab/kota
 Promosi dan konseling menyusui  Bimbingan pranikah (Kemendagri)  Anggaran spesifik (Kemkes) karena refocusing
(Kemenkes) (Kemenag)  Pelaksanaan konvergensi
 Promosi pemantauan pencegahan stunting di tingkat desa
dan realokasi anggaran Covid-19
 BPNT (Kemensos)
(Kemendes PDTT)
pertumbuhan (Kemenkes  PKH (Kemensos)  K/L yang tidak menandai anggaran stunting pada
 Imunisasi (Kemenkes)  Survei status gizi (BPS &
Kemenkes) tahun 2021: BPS
12
Sumber: Laporan Tahunan , Semester, dan Ringkasan Output Percepatan Penurunan Stunting
Tren Anggaran yang Mendukung Penurunan Stunting
Bersumber Dana Transfer (DAK)

Tren Alokasi Anggaran DAK Stunting* Intervensi Kunci


(Rp T) Pendampingan,
Koord. &
10.0 Jenis DAK Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif
9.2 9.3 Dukungan
9.0 Teknis

8.0 DAK Fisik  Suplementasi gizi untuk ibu  Penyediaan sarana air
hamil KEK & balita kurus minum
7.0 6.4  Suplementasi Fe & Vit. A  Penyediaan sarana
6.0 *Ket : Total dari DAK  Sarpras imunisasi sanitasi
 Pemantauan tumbuh kembang  BKB kit
5.0
Penugasan dan Non
bayi & balita
Fisik yang ditandai
4.0  Pelaksanaan sanitasi total
mendukung penurunan
berbasis masyarakat (STBM)
3.0 stunting
DAK Non  Suplementasi gizi untuk ibu  Konseling nutrisi & Pelaksanaan
2.0
Fisik hamil KEK & balita kurus pola asuh konvergensi
1.0  Suplementasi Fe & Vit. A  Penyediaan konseling kepada kab/kota
Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021  Imunisasi parenting untuk orang
 Penurunan kecacingan tua PAUD
 Makanan tambahan
untuk siswa PAUD
 Pangan lestari

 DAK digunakan sebagai intervensi pembiayaan yang terintegrasi dengan belanja K/L
 Menu DAK tersedia untuk semua jenis intervensi
13
Sumber: DJPK – Kemkeu, 2021
Upaya Perbaikan yang Perlu Dilakukan
(termasuk dalam Perpres Percepatan Penurunan Stunting)

Konvergensi di Tingkat Kabupaten/Kota


Penajaman Kegiatan dan Sasaran • Penetapan target stunting di setiap
• Diarahkan kepada keluarga 1.000 HPK provinsi/kab/kota.
(ibu hamil dan balita).
• Penguatan pelaksanaan pendampingan 8 aksi
• Integrasi data sasaran prioritas. konvergensi yang dipantau oleh Kemendagri.
• Perluasan cakupan intervensi spesifik • Pembentukan tim di kab/kota sampai dengan
minimal 90%. desa.

Pembiayaan
• Penguatan integrasi pembiayaan
melalui anggaran K/L dan DAK stunting.
• Penguatan penganggaran APBD dan
Penguatan Tata Kelola dana desa.
• Peran BKKBN sebagai ketua pelaksana/koordinator lapangan. • Penetapan target stunting dalam
• Sistem monev terintegrasi. RPJMD dan RKPD.
• Pelibatan SUN Networks (Dunia usaha,
• Penandaan (tagging) anggaran K/L, APBD, dan dana desa.
organisasi masy, PT dan organisai
• Penilaian kinerja K/L. profesi) di tingkat provinsi.
14
TERIMA KASIH
15

kgm@bappenas.go.id

database-kesehatan.bappenas.go.id

kgm.bappenas

kesehatan dan gizi masyarakat


bappenas

kesehatan dan gizi masyarakat


bappenas

Gedung TS 2A, Lantai 3


Jl. Taman Suropati No. 2, Menteng Telp: (021) 31934379
Jakarta Pusat 10310 Fax: (021) 3926603
Kinerja Pembangunan
Percepatan Penurunan Stunting
Tahun 2020
BELANJA K/L
Secara umum, kinerja konvergensi juga membaik
Intervensi Gizi Spesifik Intervensi Gizi Sensitif Intervensi Dukungan

4% 94%
6%
83%
3%
67%
29%
3% 60%
40% 43%

2019 2020
96% 71% 88%
Kab/Kota Lokus Sasaran Prioritas Koordinasi
Output menyasar lokasi Output menyasar sasaran Output yang pelaksanaannya
kabupaten/ kota prioritas prioritas 1.000 HPK yaitu melalui koordinasi dengan
(dari 60% menjadi 83%) Ibu Hamil dan Baduta (dari stakeholder terkait dalam
40% menjadi 43%) pelaksanaan intervensinya (dari
Secara umum, capaian kinerja output intervensi spesifik
67% menjadi 94%)
(96%) lebih baik daripada intervensi sensitif (71%) dan
dukungan (88%)  83% intervensi telah menyasar lokasi prioritas
 43% intervensi telah menyasar sasaran 1.000 HPK
 94% intervensi telah dikoordinasikan dengan lintas sektor
Sumber: Laporan Kinerja Anggaran & Pembangunan Stunting Tahun 2020

16
Kinerja Pembangunan
Percepatan Penurunan Stunting
Tahun 2020
Dana Transfer (DAK)
Pemanfaatan DAK Stunting per Bidang
Pemanfaatan & Konvergensi DAK
300 Stunting di Kab/Kota Lokus
260 260 260 260 260
250 • Terdapat beberapa provinsi (5 provinsi)
202 yang tidak memanfaatkan menu
200 171 158 149 pemberian makanan tambahan (PMT)
150
100 • Tidak semua kab/kota prioritas (9
34 29 38
50 kabupaten/kota) yang memanfaatkan menu
0 DAK stunting
PMT Antropometri TFC BKB Kit (KB) Air Minum Sanitasi
(Penugasan) (Penugasan)
• Terdapat kab/kota prioritas yang tidak
Prov/Kab./Kota Lokus Kab./Kota Pengusul memanfaatkan DAK air minum (102
90 84 Pemanfaatan DAK Stunting di Kab/Kota Prioritas kab/kota) dan sanitasi (111 kab/kota)
80
70
70 64
60
• Konvergensi pemanfaatan menu DAK di
50 kab/kota prioritas:
40 33  4 bidang: 64 kab/kota
30
20  3 bidang: 84 kab/kota
9
10  2 bidang: 70 kab/kota
0
Mengusulkan 4 Bidang Mengusulkan 3 Bidang Mengusulkan 2 Bidang Mengusulkan 1 Bidang Tidak Mengusulkan  1 bidang: 33 kab/kota
DAK Stunting DAK Stunting DAK Stunting DAK Stunting DAK Stunting
 0 bidang: 9 kab/kota
Jumlah Kab./Kota Lokus 17
Kaitan 8 Aksi Konvergensi & Proses Perencanaan

Rancangan Rencana
Rembug Stunting Komitmen Hasil
Kegiatan
Output (Aksi 3) Output Rembug Stunting
(Aksi 2)

Output
Input
Input Input Kesepakatan
Rencana Kegiatan Kegiatan
Musrenbang konvergen/
Hasil Analisis Situasi
Kecamatan terintegrasi pada
(Aksi 1)
Input lokus dan rumah
Input
Input tangga prioritas
Musrenbang
Memastikan semua usulan Kab/Kota
kegiatan terkait intervensi sensitif Musrenbang
dan spesifik dibahas dan Desa Memastikan semua usulan Diharapkan selesai
disepakati kegiatan desa lokus dapat dibahas paling lambat Bulan
dan terdanai melalui APBD murni Mei
Menghasilkan desa lokus atau usulan dana transfer
Integrasi Rencana Kegiatan ke dalam Perencanaan Daerah

01 02 03
Memastikan Rencana Kegiatan Finalisasi Rencana OPD memastikan Rencana Kegiatan masuk
masuk ke dokumen perencanaan Kegiatan disampaikan dalam dokumen perencanaan & penganggaran,
& penganggaran daerah (RKPD, kepada Tim Anggaran termasuk memastikan sumber pembiayaan
Renja OPD, dan RAPBD dst) Pemerintah Daerah (APBD murni/usulan dana transfer)
(TAPD) & OPD terkait

04 05
TAPD menjamin komitmen Matriks kendali digunakan oleh
dalam dokumen perencanaan penanggungjawab untuk memantau
& penganggaran proses integrasi
Peningkatan Kualitas DAK Stunting di Daerah

KOMITMEN
Komitmen untuk Konsistensi 8 Aksi
Konvergensi sebagai bagian Tata
Kelola DAK Stunting di Daerah SKEMA MONEV
 Analisis situasi hingga reviu kinerja Pengembangan monev & pengendalian terintegrasi antar
merupakan dasar utama dalam
OPD pengampu bidang DAK Stunting
memastikan ketepatan sasaran &
efektivitas DAK Stunting  DAK Stunting fokus pada keterintegrasian antar bidang
intervensi sehingga diperlukan monev terpadu
 Dibutuhkan leadership yang kuat dalam
mengkoordinasikan keterpaduannya BOK STUNTING
Optimalisasi BOK Stunting untuk
Konvergensi lintas bidang DAK Stunting
 Menu BOK Stunting 2022 telah difokuskan
sesuai tahapan 8 aksi konvergensi sehingga
dapat dioptimalkan dengan koordinasi
Bappeda

Anda mungkin juga menyukai