PEMANFAATAN
DATA SURVEILANS GIZI
DALAM PELAKSANAAN
AKSI
KONVERGENSI
Disampaikan Oleh:
BUDIONO SUBAMBANG
DIREKTUR SINKRONISASI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH III
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM
OUTLINE
Keterangan :
Batas maksimal toleransi angka stunting WHO yaitu 20% atau seperlima dari jumlah total anak balita yang sedang tumbuh
25,84
Target 2024:
1,3 % /tahun
27,67 Penurunan 2X lipat dari
19,00 1,7 % /tahun Tren Saat Ini
14,00
2,7 % /tahun Perlu Kerja Keras
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Benchmark Tren % Penurunan Stunting di Negara Lain*
Capaian Bussiness as Usual Skenario Kebijakan Target 14%
(2024) 2%/tahun (2005-2015) 0,8%/tahun (2000-2015)
Sumber: Proyeksi Target SDG Tujuan 2, Bappenas (2018) Peru Vietnam *World Bank (2017)
LOKASI FOKUS INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI
Kapasitas pelaksana
Kelembagaan dan
program didaerah
Kordinasi Percepatan
1 4 masih lemah dan
Penurunan Stunting
terbatas dari sisi
masih lemah dan perlu
pengetahuan dan
diberdayakan
ketrampilan
Program/Kegiatan PENGUATAN
Intervensi Gizi Kualitas, pengelolaan
Spesifik dan Sensitif 2
DAN 5 dan penggunaan data
belum konvergen dan PENINGKATA masih terbatas
belum sepenuhnya N KAPASITAS
efektif
Kebijakan penurunan Perilaku masyarakat
stunting belum belum sejalan dengan
sepenuhnya masuk upaya penurunan
3 6
Dokrenda (RPJMD dan stunting dan rendahnya
RKPD) dukungan sosial
03
STRANAS PERCEPATAN
PENURUNAN STUNTING
Arahan Presiden Pada Ratas
Tanggal 5 Agustus Tahun 2020
Pertama, fokus penurunan stunting di 10 provinsi yang
memiliki prevalensi stunting tertinggi, di antaranya NTT
(Nusa Tenggara Timur), Sulbar (Sulawesi Barat), NTB (Nusa
Tenggara Barat), Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan
Sulawesi Tengah.
Kedua, memberikan akses pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil maupun balita di Puskesmas dan Posyandu dipastikan
tetap berlangsung.
Ketiga, Tingkatkan upaya promotif, edukasi dan sosialisasi
bagi ibu-ibu hamil serta pada keluarga harus terus
digencarkan sehingga meningkatkan pemahaman untuk
pencegahan stunting, dengan melibatkan PKK, tokoh-tokoh
agama, tokoh masyarakat RT dan RW serta relawan, dan kita
harapkan ini menjadi gerakan bersama di masyarakat,”
Keempat, upaya penurunan stunting berkaitan dengan
program perlindungan sosial, terutama Program Keluarga
Harapan (PKH), kemudian pembagian Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT), dan juga pembangunan infrastruktur dasar
yang menjangkau keluarga-keluarga yang tidak mampu.
Peningkatan komunikasi
perubahan perilaku dan
5 PILAR
STRATEGI NASIONAL DAN UPAYA
pemberdayaan masyarakat. MANAJERIAL PEMDA DALAM
PERCEPATAN PENURUNAN
PREVALENSI STUNTING MELALUI 8
Peningkatan konvergensi,
AKSI KONVERGENSI
intervensi spesifik dan sensitive
di k/l, pemprov, pemda 8 Aksi
kab/kota, dan Konvergensi
pemdes.
Peningkatan ketahanan pangan
dan gizi pada tingkat individu, Pilar Pilar Pilar Pilar Pilar
keluarga, dan masyarakat. 1 2 3 4 5
1. Penguatan
PENYELENGGARA perencanaan dan
Penganggaran
2. Peningkatan kualitas
1. Kementerian/
pelaksanaan
Lembaga Program Kegiatan 3. Peningkatan
2. Pemerintah
Kualitas
Daerah Provinsi
Pemantauan,
3. Pemerintah
Evaluasi dan
Daerah pelaporan; serta
Kabupaten/Kota 4. Peningkatan sumber
4. Pemerintah daya manusia
Desa
KOORDINASI PENYELENGGARAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(PERPRES 72/2021 PASAL 20, 21 DAN 22)
Tim Percepatan Penurunan Tim Percepatan Penurunan Tim Percepatan Penurunan
Stunting Tingkat Stunting Tingkat
Stunting Tingkat Provinsi Desa/Kelurahan
Kabupaten/Kota
1.Gubernur menetapkan tim 1.Bupati/walikota 1. Kepala desa/lurah menetapkan tim
Percepatan Penurunan Stunting
Percepatan Penurunan menetapkan tim tingkat Desa/Kelurahan.
Stunting tingkat Provinsi. Percepatan Penurunan 2. Tugas : koordinasi, sinergi, dan
2.Tugas : koordinasi, sinergi, Stunting tingkat evaluasi.
dan evaluasi. Kabupaten/Kota. 3. Tim melibatkan : bidan, tenaga gizi,
dan tenaga kesehatan lingkungan;
3.Tim terdiri atas perangkat 2. Tugas : koordinasi, 4. Penyuluh Keluarga Berencana
daerah dan Pemangku dan/atau Petugas Lapangan
Kepentingan, termasuk Tim sinergi, dan evaluasi. Keluarga Berencana;
Penggerak 3. TP-PKK 5. TP-PKK;
Pemberdayaan 4.Susunan tim disesuaikan 6. Pembantu Pembina Keluarga
Kesejahteraan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) dan/atau
dengan kebutuhan Sub-PPKBD/ Kader Pembangunan
(TP-PKK). Pemerintah Daerah Manusia (KPM), kader, dan/atau
4.Susunan tim disesuaikan kabupaten/kota. unsur masyarakat lainnya.
dengan kebutuhan 7. Susunan tim disesuaikan dengan
Pemerintah Daerah kebutuhan pemerintah
desa/kelurahan.
provinsi.
05
DUKUNGAN KEMENDAGRI DALAM
IMPLEMENTASI PERATURAN PRESIDEN
NOMOR 72 TAHUN 2021 TENTANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
PERAN KEMENDAGRI
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
(Sesuai Perpres 72 Tahun 2021)
Mendorong Pemerintah Provinsi menetatpkan dan memperkuat Tim Koordinasi Percepatan
01
Penurunan Stunting Tk Provinsi melalui Surat Keputusan Gubernur, dengan melibatkan Perangkat
Daerah, para pemangku kepentingan termasuk TP-PKK;
Mendorong Pemerintah Provinsi menyusun program dan kegiatan di 34 Provinsi dan 514
02 Kabupaten/Kota untuk mengintegrasikan program dan kegiatan percepatan penurunan stunting
dalam dokumen perencanaan daerah (RPJPD, RJMPD, RAD Pangan dan Gizi) ;
3 PERMENDAGRI 40 TAHUN 2020 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN TAHUNAN DAERAH TAHUN 2021
(TERDAPAT 35 PROGRAM YANG DILAKSANAKAN OLEH 12 PRANGKAT DAERAH )
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 298 ayat (1): “Belanja Daerah
diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan
dengan standar pelayanan minimal”.
06
PEMANFAATAN DATA
SURVEILANS GIZI
DALAM PELAKSANAAN AKSI
KONVERGENSI
PERMENKES NO.45 TAHUN 2014
4
Distribusi MT
dan Taburia
BAPB/BAST
ANALISIS DAN PEMANFAATAN DATA SURVEILANS GIZI
MELALUI SIGIZI TERPADU (ePPGBM)
KONVERGENSI MULTI SEKTOR PERCEPATAN PENCEGAHAN DAN
PENURUNAN STUNTING DAN PERBAIKAN GIZI MELALUI
INTERVENSI SPESIFIK DAN SENSITIF
INTERVENSI SPESIFIK INTERVENSI SENSITIF
Sektor Kesehatan Sektor Non-Kesehatan
(Berkontribusi 30%) (Berkontribusi 70%)
1) Layanan pemberian makanan 1. Penyediaan sanitasi yang layak
tambahan (PMT) untuk ibu hamil
kurang energi kronik (KEK) dan balita 2. Penyediaan air minum yang layak
kurus
3. Konseling gizi dan Bina keluarga
2) Pemberian tablet tambah darah balita
untuk ibu hamil dan remaja putri
4. Layanan Pendidikan anak usia
3) Layanan ibu hamil Kontak minimal 4 dini (PAUD)
kali selama kehamilan (K4)
4) Pemberian vitamin A untuk balita (6 5. Program perlindungan sosial :
bulan – 59 bulan) JKN/Jamkesda, program keluarga
harapan
5) Imunisasi dasar lengkap
6) Pelayanan ibu Nifas 6. Kawasan rumah pangan Lestari
7) Pemberian zinc balita diare
8) Balita gizi mendapat perawatan
9) ASI eksklusif dan Makanan Pengganti
ASI (MP ASI) ENABLING KEPALA DAERAH & DPRD (Komitmen & Kebijakan)
FACTOR BAPPEDA (Koordinator Program)
PELAKSANAAN AKSI KONVERGENSI MENGIKUTI
JADWAL REGULER PERENCANAAN & PENGANGGARAN DAERAH
DESA LOKUS
Aceh (463)
Energi= 49,3% defisit Konsumsi tidak beragam 44,7% 19% Bumil KEK Diare = 37,2%
Protein = 40,5% defisit - 61,7%tidak konsumsi kacang2an (Nasional&Banten = 12,3% dan ±12%)
Lemak = 63,5% defisit - 66,2%tidak mengonsumsi Telur ISPA = 88,2%
Karbohidrat = 45,8% (Nasional dan Banten= 9,3% dan ±10%)
defisit
Rendahnya pengetahuan Ibu terkait gizi Rendahnya kunjungan ANC Kebiasaan merokok di dalam rumah
40% Pengetahuan Kurang dan kesehatan (59%) tinggi (72%)
-Menu Seimbang u/Balita (88% salah)
-Porsi makanan (85% salah)
-Efek TTD (65% salah)