Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

STRATEGI PENGGERAKAN LINTAS SEKTOR DAN MASYARAKAT


DALAM PENERAPAN ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI
DEPUTI BIDANG DUKUNGAN KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN

pada acara:
Pertemuan Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting
melalui Kampanye Isi Piringku Kaya Protein Hewani dalam Rangka Hari Gizi Nasional ke-63

Jakarta, 20 Januari 2023


STUNTING SEBAGAI SALAH SATU MASALAH
PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

Sejak tahun 2018 Pemerintah Indonesia melaksanakan


Percepatan Penurunan Stunting dengan target
prevalensi sebesar 14% pada tahun 2024.

Artinya, dalam 2 tahun ke depan prevalensi harus


diturunkan sebesar 10,4% poin.

24,4% atau sekitar 6 Juta Balita Pemerintah telah menerbitkan Perpres 72 Tahun 2021
Indonesia mengalami stunting. sebagai payung hukum dan acuan bersama dalam
Artinya, 1 dari 4 Balita di Indonesia pelaksanaan Percepatan Penurunan Stunting.
mengalami kekurangan gizi dalam
jangka waktu yang lama. Perpres 72/2021 memberikan penguatan pada aspek
kelembagaan, intervensi, pendanaan, pemantauan dan
(SSGI 2021) evaluasi pelaksanaan program.

2
TREND PENURUNAN PREVALENSI STUNTING
TAHUN 2018 - 2021

• Prevalensi stunting pada Balita di Indonesia, terus


37,2 mengalami penurunan dari tahun 2013 hingga saat ini.
30,8 • Pada tahun 2013 - 2018, berdasarkan hasil Riset
27,7
26,9 Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kemenkes,
24,4 prevalensi menurun sebesar 6,4% poin dalam 5 tahun,
21,6 yaitu dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada
17,5 tahun 2018.
14
• Pada tahun 2018 – 2021, berdasarkan hasil Survei
Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilaksanakan oleh
Kemenkes, prevalensi menurun sebesar 6,4% poin
dalam 3 tahun, dari 30,8% pada 2018 menjadi 24,4%
pada 2021.
2013 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
• Hasil SSGI 2022 turun sebesar 2,8% poin menjadi 21,6%.
• Pemerintah mentargetkan menurunkan prevalensi
Kemajuan Hingga 2021 Target Hingga 2024
hingga 14% pada tahun 2024. Artinya, dalam 2 tahun ke
depan prevalensi harus diturunkan sebesar 7,6% poin.

3
PERATURAN PRESIDEN NO. 72 TAHUN 2021
TENTANG PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING

Pada Bulan Agustus 2021, Presiden menandatangani Perpres 72/2021 yang mengadopsi Stranas
yang disusun pada tahun 2018. Perpres memberikan penguatan pada beberapa aspek, yaitu:

Pertama, Penguatan aspek Kedua, Penguatan aspek sasaran


kelembagaan dengan pembentukan intervensi dengan menggunakan
Tim Percepatan Penurunan Stunting pendekatan keluarga untuk
(TPPS) dari Pusat hingga Desa/ memastikan konvergensi intervensi
Kelurahan, untuk mengkoordinasikan spesifik dan sensitif terjadi hingga ke
percepatan penurunan stunting. tingkat rumah tangga.

Ketiga, penguatan aspek data,


Keempat, Penguatan pada Aspek
pemantauan dan evaluasi melalui
Pendanaan melalui optimalisasi
APBN, APBD Provinsi, APBD pengembangan sistem pemantauan
Kab/Kota, APBDesa dan sumber- & evaluasi terpadu, sehingga
sumber anggaran lain yang sah. perkembangan pelaksanaan program
dapat dipantau dengan baik.

44
KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
TAHUN 2021 - 2024
PERATURAN BKKBN NO 12/2021:
PERPRES 72/2021: RENCANA AKSI NASIONAL
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA
STUNTING INDONESIA (RAN PASTI)

5 Pilar Utama Percepatan Penurunan Stunting


• Penyediaan Data Keluarga
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Beresiko Stunting
Komitmen & Visi Peningkatan Konvergensi Ketahanan
Kepemimpinan di Komunikasi Intervensi Spesifik Penguatan & • Pendampingan Keluarga
& Sensitif di Pangan & Pengembangan
Kementerian & Perubahan Gizi Pada Beresiko Stunting
Lembaga, Pemda Perilaku dan Kementerian/ Sistem Data,
Provinsi, Pemda Pemberdayaan Lembaga, Pemda Tingkat Informasi, Riset • Pendampingan Semua
Kabupaten/Kota & Masyarakat Provinsi, Pemda Individu, & Inovasi.
Calon Pengantin/Calon
Pemerintah Desa Kab/Kota & keluarga dan
Pemerintah Desa. Pasangan Usia Subur
Masyarakat; (PUS)

• Surveilans Keluarga
Intervensi Percepatan Penurunan Stunting Beresiko Stunting, dan

INTERVENSI SPESIFIK INTERVENSI SENSITIF • Audit Kasus Stunting


Intervensi yang menyasar penyebab Intervensi yang menyasar penyebab
langsung terjadinya stunting. tidak langsung terjadinya stunting,
Intervensi ini semuanya ada di yang pelaksanaannya sebagian besar
sektor Kesehatan. ada di luar sektor Kesehatan.

5
TUGAS SETWAPRES
DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
PASCA TERBITNYA PERPRES 72/2021

6
KELOMPOK SASARAN
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
SESUAI PERPRES 72/2021

Sasaran Prioritas:

Remaja CalonPengantin Ibu Hamil Ibu Menyusui Anak 0 – 59 bln

KAMPANYE ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI


kepada Sasaran Prioritas melalui Advokasi & Kolaborasi Program Lintas Sektor
dalam kerangka Konsumsi Pangan Masyarakat yang BERAGAM BERGIZI SEIMBANG DAN AMAN
(B2SA) Dapat Memperkuat PILAR 4

7
KONVERGENSI LAYANAN DI TINGKAT KELUARGA

Sumber: Paparan BKKBN tentang RAN PASTI


8
PENYELENGGARAAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Berdasarkan Pasal 10 Ayat (3) Perpres 72/2021

Dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan Percepatan Penurunan Stunting,


kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan Pemerintah Desa melakukan

Memastikan integrasi program dan


kegiatan percepatan penurunan stunting
(intervensi spesifik dan sensitif)
01 02 mengkoordinasikan dan memastikan
program & kegiatan penurunan stunting,
Penguatan Peningkatan baik yang dilakukan oleh K/L, OPD,
direncanakan dan didanai Perencanaan & Kualitas Puskesmas atau APBDesa tepat sasaran
(ketersediaan dan kecukupan anggaran) Penganggaran Pelaksanaan dan dilaksanakan dengan kualitas baik.
dari APBN, APBD dan APBDesa

memantau dan mengevaluasi


pelaksanaan program/ kegiatan
03 04 PemDes harus melakukan peningkatan
kapasitas kader yang ada di bawah
Peningkatan Peningkatan kewenangannya dan melakukan
penurunan stunting, baik yang dilakukan
Kualitas Kapasitas koordinasi dengan OPD/penyedia
oleh K/L, OPD, Puskesmas atau APBDesa
Pemantauan, Sumberdaya layanan untuk meningkatkan kapasitas
serta menyampaikan laporannya secara
Evaluasi & Manusia kader yang berada dibawah kewenangan
berkala pada setiap tingkatan
Pelaporan OPD.

9
KEGIATAN, KELUARAN DAN TARGET PILAR 4 (1/2)
“Peningkatan Ketahanan Pangan dan Gizi
pada Tingkat Individu, Keluarga dan Masyarakat”

10
KEGIATAN, KELUARAN DAN TARGET PILAR 4 (2/2)
“Peningkatan Ketahanan Pangan dan Gizi
pada Tingkat Individu, Keluarga dan Masyarakat”

11
12 Provinsi Prioritas Khusus
yaitu: 7 Provinsi dengan
Prosentase prevalensi stunting
tertinggi dan 5 Provinsi dengan
jumlah balita stunting
terbanyak.
Penanganan di 12 provinsi ini
sudah mencakup lebih dari 60%
sasaran dan diharapkan
mempunyai daya ungkit dalam
upaya percepatan penurunan
stunting tanpa
mengesampingkan provinsi
lainnya
Telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri PPN/Kepala Bappenas
Nomor: KEP.101/M.PPN/HK/06/2022
tentang Penetapan Kabupaten/Kota
Lokasi Fokus Intervensi Percepatan
Penurunan Stunting Terintegrasi
Tahun 2023 sumber data : diolah dari SSGI 2021
12
PREVALENSI DAN JUMLAH ANAK STUNTING
DI 12 PROVINSI PRIORITAS

PREVALENSI JUMLAH ANAK • Jumlah anak stunting di 12 Provinsi prioritas


NO PROVINSI
STUNTING STUNTING mencapai 3,65 juta atau mencapai 69% anak
PROVINSI DENGAN JUMLAH ANAK STUNTING TERBANYAK stunting di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
intervensi intensif pada 12 provinsi ini.
1 Jawa Barat 24,5% 971.792
2 Jawa Timur 23,5% 651.708
• Penurunan stunting di 12 provinsi prioritas akan
memberikan kontribusi besar bagi pencapaian
3 Jawa Tengah 20,9% 508.618 target, menurunkan prevalensi hingga 14% pada
4 Sumatera Utara 25,8% 347.437 tahun 2024.
5 Banten 24,5% 268.158 • Pemerintah Pusat memberikan dukungan kepada
PROVINSI DENGAN PREVALENSI STUNTING TERTINGGI 12 provinsi prioritas, melalui pendampingan
6 Nusa Tenggara Timur 37,8% 218.580 khusus dan alokasi DAK untuk mendukung
penurunan stunting yang focus di 12 provinsi
7 Sulawesi Barat 33,8% 44.719
prioritas mulai tahun 2023.
8 Aceh 33,2% 168.657
• Selain itu, Pemerintah Pusat juga akan
9 Nusa Tenggara Barat 31,4% 153.200
melakukan pemantauan secara khusus kepada 12
10 Sulawesi Tenggara 30,2% 80.354 provinsi prioritas tersebut.
11 Kalimantan Selatan 30,0% 110.059 Sumber Data: Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021,
12 Kalimantan Barat 29.8% 131.028 Balitbangkes Kemenkes

13
Konvergensi di Tingkat Kabupaten/Kota
“Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi sebagai potensi alternatif forum
Kampanye Isi Piringku Kaya Protein Hewani di Daerah”

Untuk mendorong konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota,


Bappenas bersama dengan Kemendagri dan BKKBN telah melakukan penyesuaian
Petunjuk Teknis Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Penurunan Stunting di Daerah.
Pendampingan kepada Daerah dilakukan oleh Kemendagri

Aksi 2: Aksi 3: Aksi 4:


Aksi 1: Penyusunan Perbup/Perwakli ttg
Rencana Rembuk Stunting Percepatan
Analisis Situasi
Kegiatan Kabupaten/Kota Penurunan Stunting

Aksi 5: Aksi 6: Aksi 7: Aksi 8:


Pembinaan Pelaku Sistem Pengukuran dan
Publikasi Review Kinerja
dan Pemerintahan Manajemen Data
Stunting Tahunan
Desa Stunting

14 14
Konsep Konvergensi di Tingkat Kabupaten/Kota
Aksi 3: Aksi 4: Aksi 5:
Aksi 2: Perbup/Perwa Aksi 6: Aksi 7:
Rembuk Pembinaan Aksi 8:
Aksi 1: Penyusunan kli ttg Sistem Pengukuran
Stunting Percepatan Pelaku dan Review Kinerja
Analisis Situasi Rencana Manajemen dan Publikasi
Kabupaten/Kot Penurunan Pemerintahan Tahunan
Kegiatan Data Stunting Stunting
a Stunting Desa

Perencanaan dan Mobilisasi Peran dan Pemangku Evaluasi dan


Bidang Pemanfataan Data Pembelajaran
Penganggaran Kepentingan

Daerah mengetahui Daerah mengetahui


Adanya komitmen bersama, permasalahan terkait data, Daerah dapat
permasalahan yang ada di Adanya komitmen bersama,
wilayahnya & dapat pembagian tugas yang jelas antar melakukan perbaikan, melakukan
Sasaran pembagian tugas yang jelas antar
menyusun rencana kerja, stakeholders hingga ke tingkat Desa melakukan pengukuran evalusi
Antara stakeholders hingga ke tingkat Desa
anggaran serta prioritas dalam melakukan percepatan secara regular dan kinerja
dalam melakukan percepatan
berdasarkan permasalahan pencegahan stunting. memanfaatkan data untuk program
yang ada.
pencegahan stunting. perncanaan

Hasil Meningkatkan Cakupan Intervensi Spesifik dan Sensitif


di Tingkat Kabupaten/Kota, Desa hingga ke Tingkat Rumah Tangga 1000 HPK 15 1515
TUGAS KHUSUS PEMERINTAH DESA
Dalam Percepatan Penurunan Stunting
Berdasarkan Pasal 11 Perpres 72/2021

Penggunaan Dana Desa


Koordinasi perlu dilakukan dilakukan berdasarkan Musdes.
secara rutin dengan para Oleh karena itu perlu ada
OPD pelaksana program peningkatan kesadaran
dan penyedia layanan, masyarakat tentang pentingnya
serta kader yang ada di penurunan stunting, sehingga
desa kegiatan penurunan stunting
bisa dialokasikan dalam DD

Program dan kegiatan pembangunan desa harus difokuskan pada penurunan


stunting, yang salah satunya dapat dilakukan dengan perbaikan kelompok
sasaran yang focus pada keluarga 1000 HPK dan keluarga beresiko stunting
16
16
Penggunaan Dana Desa
untuk Program Prioritas Nasional Sesuai Kewenangan Desa
Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2022
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023
a. perbaikan dan konsolidasi data SDGs Desa dan pendataan perkembangan desa melalui indeks
desa membangun;
b. ketahanan pangan nabati dan hewani;
c. pencegahan dan penurunan stunting;
d. peningkatan kualitas sumber daya manusia warga desa;
e. peningkatkan keterlibatan masyarakat secara menyeluruh dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat Desa;
f. perluasan akses layanan kesehatan sesuai kewenangan Desa;
g. dana operasional pemerintah Desa paling banyak 3 % (tiga persen) dari pagu Dana Desa setiap
Desa;
h. penanggulangan kemiskinan terutama kemiskinan ekstrem; dan
i. Bantuan Langsung Tunai Dana Desa untuk mendukung percepatan penghapusan kemiskinan
ekstrem. 17
Pencegahan dan Penurunan Stunting di Desa
Peraturan Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2022
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2023

Tindakan promotif dan preventif untuk pencegahan dan penurunan stunting sebagaimana termuat
dalam Permendesa PDTT No.8/2022 (Halaman 16) dapat dilakukan melalui:
a. pelatihan kesehatan ibu dan anak;
b. penyuluhan dan konseling gizi, air susu ibu eksklusif, dan makanan pendamping air susu ibu;
c. pemberian makanan tambahan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman dan berbasis potensi sumber
daya lokal bagi anak usia di bawah 5 (lima) tahun;
d. pengadaan, tikar pertumbuhan (alat ukur tinggi badan untuk bayi) sebagai media deteksi dini stunting;
e. penyediaan air bersih dan sanitasi;
f. perlindungan sosial untuk peningkatan akses ibu hamil dan menyusui serta balita terhadap jaminan kesehatan;
g. pendidikan tentang pengasuhan anak;
h. upaya pencegahan perkawinan dini;
i. pendayagunaan lahan pekarangan keluarga dan tanah kas Desa untuk pembangunan kandang, kolam dan
kebun dalam rangka penyediaan makanan yang sehat dan bergizi untuk ibu hamil, balita dan anak sekolah;
j. peningkatan kapasitas bagi kader pembangunan manusia, kader posyandu dan pendidik pendidikan anak usia
dini;
k. pemberian insentif untuk kader pembangunan manusia, kader posyandu, dan kader kesehatan lainnya yang
menjadi kewenangan Desa;
l. kegiatan pencegahan dan penurunan stunting lainnya sesuai dengan kewenangan Desa dan diputuskan
dalam Musyawarah Desa. 18
POTENSI KEMITRAAN/KERJA SAMA PENURUNAN STUNTING

• Penurunan stunting merupakan tanggungjawab bersama.


Pemerintah perlu menggandeng dukungan dari para mitra pembangunan.
• Peran Lembaga Non Pemerintah adalah sebagai berikut:

Mitra
Dunia Usaha Universitas & Masyarakat
Organisasi Profesi Pembangunan Media
• Pengembangan, kendali Madani
mutu, distribusi, serta • Memberikan masukan dlm Mendukung program dan Melakukan advokasi,
Melakukan advokasi, kegiatan pemerintah sosialisasi, kampanye,
pemasaran makanan bergizi pengembangan dan komunikasi perubahan dalam perencanaan,
yang memadai perencanaan program dan komunikasi kepada
perilaku, dan pengembangan, dan
• Implementasi gizi untuk nasional
pemberdayaan masyarakat dan
pekerja melalui penerapan • Translasi program di pelaksanaan kebijakan pemangku kepentingan
pola hidup sehat di masyarakat tentang dengan mengembangkan
kabupaten/kota dalam ditingkat pusat dan
lingkungan kerja konteks sosio-spatial stunting, memberikan model yang telah
dukungan teknis maupun daerah.
• Pemberdayaan masyarakat • Pendampingan di lapangan mengalami
serta inovasi dan dukungan untuk menjembatani gap finansial kepada penyempurnaan
pelaksanaan intervensi gizi supply dan demand pemerintah daerah
spesifik dan sensitif

KOLABORASI LINTAS SEKTOR “KAMPANYE ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI” 19


POTENSI KOLABORASI
LINTAS PELAKU DI TINGKAT DESA YANG TERKAIT
DENGAN PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING
Hasil Pemetaan Awal (Tahun 2018)

Kementerian Kesehatan
• Sebanyak 176.333 orang
Bidan berada di
Puskesmas dan desa
• Sebanyak 67.511 Desa
mempunyai Bidan
• Tugas utama bidan
adalah melaksanaan
asuhan kehamilan,
asuhan persalinan.

Kementerian Desa, PDTT


• Mempunyai KAder
Pembangunan Manusia di
lebih dari lebih dari 95%
Desa
20
20
Strategi Fasilitasi Konvergensi Penurunan Stunting di Desa

Potensi Lokal untuk


Sumber Protein Hewani

TPPS Tingkat Desa harus memastikan seluruh usulan kegiatan intervensi spesifik dan sensitif (salah satunya termasuk
usulan Kampanye B2SA, PMT Lokal “protein hewani”, pemanfaatan pekarangan “3K: Kandang, Kolam dan Kebun”, dst)
sesuai dengan kewenangan Desa dibahas dalam REMBUK STUNTING DESA sebagai bahan usulan untuk dibahas dan
ditetapkan dalam MUSYAWARAH DESA (termuat dalam Berita Acara Musdes), selanjutnya perlu dikawal bahwa usulan
tersebut termuat dalam Dokumen Perencanaan Pembangunan Desa (RPJM Desa, APBDesa dan RKPDesa). Sedangkan
untuk kegiatan prioritas yang tidak dapat dibiayai APBDesa karena bukan kewenangan Desa agar dibahas dalam Rembuk
Stunting Kecamatan dan Rembuk Stunting Kab/Kota yang dikawal oleh TPPS Tingkat Kecamatan dan TPPS Tingkat
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan dukungan dari OPD terkait di kabupaten/kota.
21
21
Terima Kasih

Cegah Stunting, itu Penting !

Anda mungkin juga menyukai