Anda di halaman 1dari 49

TRANSFORMASI LAYANAN PRIMER DI PUSKESMAS DALAM

PENANGGULANGAN STUNTING

Dr. dr. Tb Rachmat Sentika Sp.A,MARS USULAN UNTUK PERAN PUSKESMAS


 Dewan PakarDPP APKESMI
 KOMITE AKI, Stunting,SDGs PB.IKATAN DOKTER DI KOTA DEPOK JAWA-BARAT
INDONESIA
DALAM PENANGGULANGAN STUNTING
Pelantikan Pengurus Cabang
Akselerasi Puskesmas Indonesia
(DPC APKESMI) Cabang Kota Depok
Periode 2022-2025
SABTU 6 AGUSTUS 2022
Dr.dr. Tb. Rachmat Sentika SpA.MARS,
Dokter Umum (82), Spesialis Anak(90), MARS UI(97)
Lemhanas (99), S3 Ilmu Pemerintahan AKK UNPAD(2007
Lahir : Sukabumi 9 Februari 1956
• DOKTER SPESIALIS ANAK, IDAI BANTEN, RS PREMIER BINTARO,
• UKK TUMBUH KEMBANG PEDIATRIK SOSIAL
• SURVEIOR FKTP,FORKOM BANTEB, KETUA KMKP
• STAF AHLI STUNTING HABIBIE INSTITUTE FOR PUBLIC POLICY
• KOMITE PENURUNAN STUNTING,AKI ,DAN SDGs PB IDI 2022-2025
• SURVEIOR AKREDITASI PUSKESMAS KEMENKES,
 DEWAS RSUD CIBABAT KOTA CIMAHI 2021-2025
 DOSEN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN ;KEBIJAKAN KEPOLISIAN DAN KTA 2008-
SEKARANG
Pengalaman –Karier 1982-2016 (PNS,ANGGOTA DPR RI DAN ORGANISASI)
 Dewas RSPN HASAN SADIKIN 2016 sd 2020
 Deputi Koordinasi Peningkatan kesehatan Kemenko PMK 2014-2016;
 Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) 2014-2016
 Staf Ahli Menko Kesra Bidang MDG’s Kemenko Kesra 2012-2014
 Tim ahli KPAI 2007 -2012
 Deputi Kesejahteraan dan perlindungan Anak Kemen PPPA 2002-2006
HP 0811831838  Anggota DPR 1992 – 1997 & 1997 – 1999,
rsentika@yahoo.com  Dokter Anak di RSU Tangerang 1990 – 1992
Jl. Mandar 7 ,DC7 No. 7 sek 3a Bintaro
 Pendidikan Dr Spesialis Anak FK Unpad /RSHS 1986 sd 1990
Jaya,Tangerang Selatan Banten 15225
 Kepala Puskesmas Pagaden, Subang 1981 – 1985, PPDS 1986 – 1990
 Satuan Tugas Perlindungan Anak,PP.IDAI 2008-SEKARANG
 Pembina IDI Cabang Tangerang Selatan 2019-2022
 Wakli Ketua PN PKBI 2019-2024
Kata Kunci Seminar Peserta paham tentang
1. Stunting, Siapa yang berisiko jadi Stunting dan Intervensi apa yg dilakukan
Puskesmas, bagi Balita sehat dan Balita berisiko Stunting
2. Puskesmas baik UKM maupun UKP mampu bersinergis dalam penanggulangan
Stunting sejak pendataan, perencanaan dan memilih Intervensi yang tepat.
3. Transformasi Kesehatan Primer untuk penaggulangan Stunting
4. Dr UKP di Puskesmas mampu, Tegakan Diagnosa no 79 dari 144 Diagnostik yang
menjadi kewenangannya (KMK 514/2015 TENTANG PNPK Jo KMK 1186/2022
tentang PANDUAN KLINIS DOKTER DI FKTP, dasar MOU dengan BPJS Kesehatan)
5. Diagnostiknya E.4.1.1. Gangguan gizi rinngan E 4.1.2 gangguan gizi sedang Dan
E.4.1.3 gangguan gizi berat pro rujukan ke Dr Spesialis Anak di RSUD untuk
mendapat PKMK
6. Sehingga target Intervensi spesifik Penaggulangan Stunting tercapai
Penyamaan persepsi

 Stunting : TB/PB sangat pendek <-3SD, pendek <-2SD<-3SD grafik


KIA,WHO 2006
 Outcome dari pertumbuhan sifatnya kronik > 2 tahun akibat
Asupan gizi tidak optimal dan infeksi berulang
 Indikator kualitas suatu Kawasan, missal Kualitas Mutu SDM
Kota Depok diukur dari Jumlah Anak Balita yg Stunting pendek.
Anak Stunting lebih pendek dari  Bagaimana kita cegah Balita Depok tahun 2024 yg stunting
Ukuran normal anak se usianya dibawah 14% saat ini sudah 12.3%
dengan Kurva WHO 2006 (buku KIA)  Tahun 2022 Stunting Kota depok 12.3% terbaik 1 dari 27
Kab/kota di jabar 24.5%
Arah
Kebijakan "Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan. Titik dimulainya
pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan
Nasional bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini merupakan umur emas
untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan. Itu yang harus
dijaga betul. Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematianbayi
meningkat. Tugas besar kita di situ!"
Visi Indonesia Maju
2019-2024 Arahan Presiden RI pada Rakor Stunting2021

Membangun sumber daya … Anggaran kesehatan Stunting Rp255,3 triliun, atau 9,4% dari belanja
manusia (SDM) yang negara. Anggaran tersebut diarahkan untuk melanjutkan penanganan
berkualitas dimulai sejak pandemi, reformasi sistem kesehatan, percepatan penurunan stunting, serta
anak dalamkandungan. kesinambungan program JKN.
… Selanjutnya, percepatan penurunan stunting dilakukan melalui perluasan 2024
Anak adalah investasi masa cakupan seluruh kabupaten/kota di Indonesia, dengan penguatan sinergi TURUN JADI
depan suatu negara, berbagai institusi.
karena kualitas negara 14 %
ditentukan oleh anak Pidato Presiden RI pada Pengantar Nota keuangan RUU APBN Tahun Anggaran 2022
sebagai generasi penerus. dalam Rapat Paripurna DPR
tanggal 16 Agustus 2021
Skenario Bussines As Usual Skenario Realistis Skenario Percepatan
Kondisi Indonesia 2022:
24,27% dari Balita kita mengalami 40 37,2
Riskesdas 2018
SSGI 2020
Stunting (SSGI,2021) 35
30,8 SSGI 2019
SSGI 2021
30,8
30 27,17
26,67 2,7%/tahun
27,67 26,17
Untuk merespon kondisi yang ada, tahun 2018 25,67
25,97 25
Pemerintah meluncurkan Strategi Nasional 25
24,27
Percepatan Pencegahan Stunting sebagai acuan 24,97 22,57
20,87
bersama dalam pelaksanaan Program 20 22,27
19
19,57
Dokumen disusun berdasarkan bukti dan
Harus turun
15
pengalaman Indonesia dan internasional dalam 10% dalam 16,87 14
pelaksanaan program (evidence based) dan melalui 10 2,5 tahun
proses konsultasi publik dengan para pihak.
5
Dengan Skenario Percepatan, Stranas menurunkan TARGET
prevalensi stunting 14% tahun 2024, saat ini 0 2024
2,5tahun 10%,45/tahun 2013 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

Sumber: SetWapres 2022 6


BKKBN sebagai koordinator pelaksana percepatan penurunan stunting.
(Peraturan Presiden No 72/2021)
Hasil SSGI 2021
Provinsi Jabar 24,5% dan Kota Depok 12,3% terbaik no 1 dari 27 Kab/kota
Deteksi Dini Stunting
gunakan Berat Badan/Umur
GAGAL TUMBUH (FAILURE TO THRIVE/GROWTH FALTERING)
Kenaikan berat badan dibawah persentil 5 dari tabel kenaikan berat badan (weight
increment) WHO
Berdasarkan kurva WHO BB/U terdapat tren mendatar bahkan cenderung menurun
Semua parameter antropometri (BB/U, PB-TB/U, BB/PB-TB, LK, LiLA) masih baik/normal
Cari Baduta yang
 Tidak naik BB dalam 2x
penimbangan
 Gizi buruk <-3Sd
 Gizi kurang < -2SD<-3SD
 Ada red flag
 Ortu tidak ada
 BBLR
 Prematur
 Asfixia waktu lahir tidak
nangis
STUNTING, Pendek
Stunting sebagai Ukuran  Asupan Gizi kurang jangka lama, PROTEIN HEWANI kurang dari (14%)
kualitas Hidup Manusia  Infeksi yang berulang, Batuk pilek,Diare,TBC dll
 Deteksi di Posyandu, Bila BB Tidak naik 2x penimbangan ,status gizi kurang atau
buruk, ada Penyakitnya (RED FLAG) , ringan sedang ONS di Puskesmas,
bila Berat Beri PKMK oleh dr yang sudah dilatih Sp.Anak

Istilah ”Growth faltering" digunakan untuk menggambarkan pola


pertambahan berat badan yang lebih lambat daripada yang
diperkirakan untuk usia dan jenis kelamin pada bayi dan anak
prasekolah yang sering dikaitkan akibat asupan gizi yang kurang
memadai Perkembangan Otak Anak Stunting Perkembangan Otak Anak Sehat
Stunting = pendek=gagal tumbuh=Faltering growth

BERISIKO JADI STUNTING INTERVENSI SPESIFIK UNTUK BADUTA


 Stunting 12.3 % (1/27) BERISIKO STUNTING
 BBLR Dua tahun pertama kehidupan , 730
 Remaja yg Anemi diberi TTD  Premature
 Remaja yg kawin muda. Hari
 Tidak  BB tidak naik 2x penimbangan
Kampanye Genre langsung
 Ibu Hamil yg Anemi  BB berada <-3SD Gizi buruk
menangis  BB berada -3SD<…<-2SD Gz kurang
 Ibu hamil yg KEK,PTM  Infeksi
 Ibu Hamil yg ada kormobid  Prematur
neonatal  BBLR
nya Deteksi dini K1,K5 Dr  Kesulitan
USG  Ada penyakit (Red flag) 67% TB,
persalinan
 Ibu Hamil yg IUGR K1.K5 Dr  Ibu tidak ada karena berbagai hal  P, 20 bulan
 Bayi PMK 29/2019 Tata laksana ggn gizi
USG bermasalah  BB 6100
 Ibu Hamil yg antenatal care gram
buruk.eKohort,PPN  PB 67 cm
Puskesmas,masuk Akreditasi
 Ibu hamil yg persalinan Strategi Penanggulangan FOKUS PADA KELOMPOK YG BERISIKO
bukan di Tenaga kesehatan STUNTING DI TAHUN 2024
terlatih PPN di Puskesmas OPTIMALKAN STATUS KESEHATAN, REMAJA,IBU HAMIL DAN
 Ibu Bersalin IMD, ASI,PMT BADUTA, 76% Balita Indonesia,24% stunting
 Posyandu AKTIF Deteksi Dini  Cari Baduta yg berisiko Stunting
 Cari remaja dan ibu Hamil yg berisiko kehamilan
 Temukan Baduta yg berisiko
Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan
6 pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia,
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Outcome Meningkatkan kesehatan ibu, Memperkuat sistem


Mempercepat perbaikan gizi Memperbaiki Gerakan Masyarakat
RPJMN bidang anak, keluarga berencana dan kesehatan & pengendalian
masyarakat pengendalianpenyakit Hidup Sehat(GERMAS)
kesehatan kesehatanreproduksi obat dan makanan

Imunisasi DETEKSI DINI


cegah Infeksi PELATIHAN
1 Transformasi layanan primer 6 KEADAAN SD PKMK 2 Transformasilayanan 3 Transformasisistemketahanan
rujukan kesehatan
6 kategori
utama
a b c d a b
EDUKSI Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan akses Meningkatkan Memperkuat
penduduk primer sekunder kapasitas dan dan mutu layanan ketahanansektor ketahanan
PENDUDUK kapabilitas sekunder&tersier farmasi & alat tanggapdarurat
7 kampanye utama: Penambahan Skrining 14 penyakit
7 tema imunisasi, gizi imunisasi rutin penyebab kematian layananprimer Pembangunan RS di kesehatan Jejaring nasional
 Imunisasi seimbang, olah raga,
menjadi 14antigen
dan perluasan
tertinggi di tiapsasaran
usia, skrining stunting,
Pembangunan Kawasan Timur, jejaring Produksi dalamnegeri surveilans berbasislab,
Puskesmasdi 171 kec., pengampuan 6 layanan 14 vaksin rutin, top10 tenagacadangan
 Gizi anti rokok, sanitasi&
kebersihan lingkungan,
cakupan di seluruh
Indonesia.
& peningkatan ANC
untuk kesehatan ibu &
penyediaan 40 obat unggulan, kemitraan
dengan world’s top
obat, top 10 alkes by tanggap darurat, table
top exercise
esensial, pemenuhan volume& byvalue.
 Olahraga skrining penyakit, bayi. SDMkesehatanprimer healthcarecenters. kesiapsiagaankrisis.
 Anti rokok kepatuhan pengobatan

 Lingkungan
 Skring 4 Transformasi sistem 5 TransformasiSDM 6 Transformasiteknologi
pembiayaan kesehatan Kesehatan kesehatan
penyakit Regulasi pembiayaan kesehatandengan Penambahan kuota mahasiswa, Pengembangan dan pemanfaatan teknologi, digitalisasi,
 Kepatuhan 3 tujuan: tersedia, cukup, dan beasiswa dalam & luar negeri,
dan bioteknologi di sektorkesehatan.
berkelanjutan; alokasi yang adil; dan
obat pemanfaatan yangefektif dan efisien.
kemudahan penyetaraan nakeslulusan
luar negeri.

3
PROGRAM PERIORITAS NASIONAL DALAM AKREDITASI PUSKESMAS DI BAB 4

ADA LIMA PRIORITAS YANG DIPILIH DARI 12 Fokus pada Manajemen PPN, Bagaimana Puskesmas
PROGRAM SPM, 5 ESSENSIAL YAITU mampu mengelola Masalah secara PDSA
1. Tetapkan Penanggung jawab PPN, yaitu PJ Stunting
1. Penaggulangan Stunting (Gizi) yang bertanggung jawab ke PJ UKM
2. Penurunan AKI ,Angka Kematian 2. Susun Program Penaggulangan Stunting dg RUK-RKP,
Ibu(KIA) dimulai dari Data ePPGBM, Tetapkan Target sasaran
dan Indikator Kinerja Stunting (Remaja mendapat
3. Peningkatan Cakupan Immunisasi TTD,Ibu Hamil sKohortnya >80%, Tidak ada yg lahir
(UCI) BBLR,Posyandu aktif, PMT Balita sehat, Penemuan
4. Penaggulangan TBC Kasus gangguan gizi yg berisiko Stunting
5. Penaggulangan PTM, Penyakit 3. Laksanakan dengan melibatkan Jejaring dan jaringan
Tidak Menular (PISPK) serta LP,LS
4. Lakukan Pemantauan ,pengawasan Pengendalian dan
Penilaian ,Tindak lanjut
PROSES PERENCANAAN sd PENYUSUNAN RUK, RPK MENJADI BAGIAN
YANG TERINTEGRASI DENGAN PERENCANAAN PELAYANAN DI
STANDAR 1.1, 2.1, 3.1 n 5.1

RENCANA LIMA TAHUNAN


PERHATIKAN SD
ANALISIS SITUASI  SDM
 SARPRAS
 PERALATAN
 KEFARMASIAN
 LAB

RUK RPK
LIBATKAN LP, LS, MASY DALAM
PENYUSUNAN RUK, RPK

LAKUKAN KOMUNIKASI
& KOORDINASI DALAM
PELAKSANAAN DENGAN
LP, LS, MASYARAKAT,
SASARAN PELAYANAN
TANTANGAN

Data Status Gizi


elektronik Kecamatan
ePPGBM
Jumlah Gangguan gizi
jangan persentasi
TANTANGAN
POKOK PIKIRAN 4.1.1
 Pencegahan dan penurunan stunti ng merupakan salah satu fokus program Pemerintah yang bertuj uan
agar anak-anak Indonesia tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar serta berinovasi dan berkompetisi di
tingkat global.
 Upaya pencegahan dan penurunan stunti ng dilakukan terintegrasi baik lintas program antara lain
dalam pelayanan pemeriksaan kehamilan, imunisasi, kegiatan promosi dan konseling (menyusui dan
gizi), pemberian suplemen dan kegiatan internvesi lainnya.
 Dalam pencegahan dan penurunan stunti ng dilakukan upaya-upaya promotif dan preventif untuk
meningkatkan layanan dan cakupan intervensi gizi sensitif (lintas sektor) dan intervensi gizi spesifik
(lintas program) sesuai dengan pedoman yang berlaku.
 Puskesmas melakukan pengukuran terhadap indikator kinerja yang telah ditetapkan dan disertai
dengan analisa capaian. Analisa capaian indikator dilakukan dengan metode analisa sesuai dengan
pedoman, panduan yang berlaku, misal dengan merujuk pada metode analisa situasi yang terdapat di
dalam buku pedoman manaj emen Puskesmas.
 Re ncana program pencegahan dan penurunan stunting disusun dengan mengutamakan upaya
promotif dan preventif berdasarkan hasil analisis masalah gizi di wilayah kerja Puskesmas dengan
melibatkan lintas program, yang terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UK M dan UK PP.
ELEMENPENILAIAN 4.1.1
1. Ditetapkannya indikator d an target kinerja stunting disertai analisis
capaiannya (R,D,W)
2. Ditetapkan program pencegahan d an p e n u ru nan stunting. (R)
3. Kegiatan pencegahan d an p e n u ru nan stunting dalam bentuk intervensi gizi
spesifik d an sensitif d i ko o rdi nas ikan d an d i l ak s an akan s e s u ai dengan
rencana yang d i s u s u n bersama lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan kebijakan, pedoman/panduan , prosedur d an kerangka ac u an yang
telah ditetapkan. (R, D, O , W)
4 . Di l a k u ka n p e m a n t a u a n , evaluasi dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaan program pencegahan d an p e n u ru nan stunting (D, W).
5 . D i l a k u k a n p e n c atatan d an p e l ap o ran s e s u ai p ro s e d u r y an g te l ah
ditetapkan. (R,D)
1. DITETAPKAN TARGET DAN INDIKATOR PROGRAM STUNTING DISERTAI
ANALISIS DAN CAPAIANNYA (R, D, W)

NO INDIKATOR PROGRAM GIZI TAHUN 2021


1 Bayi usia kurang dari 6 bulan memperoleh ASI 100%
eksklusif
2 Ibu hamil memperoleh tablet tambah darah 100%
(TTD) selama masa kehamilan

3 Presentase ibu hamil anemia 42%


REFERENSINYA
4 Remaja putri memperoleh tablet tambah darah 100%

5 Persentase bayi baru lahir memperoleh IMD 100%

6 Persentase keluarga sadar gizi 100%

NO INDIKAT TARGET CAPAIAN MASALAH ANALISIS RTL


OR
S EC AR A PERI O DI K SES UAI KETE NTUAN, 1
LAKU KAN EVALUASI : MELI HAT C APAI AN. 2
JI K A B E LU M S E SU AI , TETAPKAN MASA LAH , 3
ANALI SI S DAN RTL YA NG AKAN DI LAKU KAN, dst
KEMU DI AN LAKU KAN TI NDAKLANJU T
2 . DITETAPKAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING (R, D, W)

BERDASARKAN ANALISA MAKA DIPEROLEH PEMETAAN MENGENAI MASALAH STUNTING DI WILAYAHNYA SAMPAI
DIPEROLEH IDENTIFIKASI MASALAH PENYEBAB STUNTING DI WILAYAH
2. DITETAPKAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING (R)

SK DAN KERANGKA ACUAN TENTANG


PROGRAM PENCEGAHAN DAN NO INDIKATOR TARGET
PENURUNAN STUNTING
1 Persentase bayi usia kurang dari 6 45%
bulan memperoleh ASI Eksklusif

2 Persentase balita yang dipantau 70%


pertumbuhan dan
perkembangannya
3 Prevalensi wasting anak balita 7.8
dll...

PENCEGAHANDAN PENURUNAN STUNTING DILAKUKAN


BERSAMA LP DAN LS YANG TERINTEGRASI YANG
TERCANTUM DALAM RUK DAN RPK
3. Kegiatan intervensi gizi spesifik d an sensitif dikoordinasikan d an dil aksan akan sesuai
dengan ren ca na yan g d i s us un bersama lintas program da n lintas sektor sesua i
dengan kebi jakan , pedo man/ pa ndu an , prosedur da n kerangka a cu a n yang telah
ditetapkan. (R, D , O , W)

1. SK TIM : TIM PENURUNAN STUNTING


PUSKESMAS , SK TIM PENURUNAN STUNTING
KECAMATAN X
2. PEDOMAN/ PANDUAN PENURUNAN STUNTING
3. KERANGKA ACUAN KEGIATAN
4. SOP : MISALNYA SOP SURVEILANS GIZI DOKUMENTASIKAN
PELAKSANAAN
KEGIATAN

1. NOTULEN LOKMIN
LP DAN LS
2. LAPORAN MMD
3. LAPORAN
PELAKSANAAN
SURVEILANS GIZI
4. Dilaku ka n pema nta ua n , evaluasi dan tindak lanjut terhadap
pelaksanaa n program pencegahan da n pen uru na n stunting
(D,W)
Bukti pemantauan dan evaluasi dengan
1 mengacu kepada RPK contohnya dilakukan
pada Lokakarya Mini Bulanan dan Tribulanan
atau Pertemuan Tinjauan Manajemen
(daftar hadir, undangan, notulensi, foto).

2 Bukti tindak lanjut dari hasil evaluasi dan


pemantauan.

HASIL MONEV DIBAHAS SECARA TERINTEGRASI


BAIK UKM MAUPUN UKP UNTUK DITINDAK
LANJUTI
5. DILAKUKAN PENCATATAN DAN PELAPORAN S E S U A I
P R O S E D U R YANG TELAH DITETAPKAN (R, D)

SOP tentang Pencatatan dan


1 Pelaporan Penurunan Program
Stunting
Bukti pencatatan dan pelaporan
2 Program Stunting

PELAPORAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN


PENURUNAN STUNTING

1 EPPGBM
2 KOHORT IBU
3 PWS
Penting nya Kita Memantau Tumbuh Kembang Anak Aplikasi Primaku (IDAI)
Golden periode/Masa Keemasan

3 PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN
Antrophometri, Motoris Kasar
 ( leher3,duduk6,berdiri9,jalan12)
BB/umur;
Gizi Motoris Halus (pegang tangan)
TB/umur, AA,DHA Melihat (4 bulan)
BB/TB Mikronutrien
Mendengar (6bln
Lingkar kepala vitamin
kandungan,Berbicara,12sd24bln
Bodi Mas Indeks Umur Sosial (nangis,takut)
KURVA PERTUMBUHAN BUKU KIA Interpersonal/Intrapersonal (Kemandirian)

Percabangan Saraf Akhir saraf


Myelinisasi
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
8 AKSI KONVERGENSI/INTEGRASI PENURUNAN STUNTING BAGI REPUBLIK INDONESIA
KABUPATEN/KOTA,PENILAIAN KEMNDAGRI UNTUK KAB/KOTA

Aksi #1 ANALISA SITUASI PELAKSANAAN 8 AKSI


KONVERGENSI DILAKSANAKAN
Aksi#2 RENCANA KEGIATAN LINTAS PERANGKAT DAERAH
Aksi#3 REMBUK STUNTING DAN DESA
1. Pencegahan dan Penurunan
Aksi #4 Prevalensi Stunting mewujudkan
konvergensi intervensi gizi prioritas
PERBUP / PERWALI TENTANG bagi Rumah Tangga 1000 HPK di
PERAN DESA lokasi- lokasi prioritas.
Aksi #5 2. Desa memiliki peran penting dalam
upaya pencegahan dan penurunan
KADER PEMBANGUNAN stunting, 1 desa minimal memiliki 1
MANUSIA (KPM) KPM, untuk memastikan/monitoring
bahwa intervensi gizi menyasar pada
Aksi #6 MANAJEMEN DATA 1000 HPK
Aksi#7 3. Desa berkewajiban menganggarkan
kegiatan terkait dengan upaya
PENGUKURAN & PUBLIKASI KADER PEMBANGUN MANUSIA pencegahan dan penurunan stunting.
DI DESA BERKOLABORASI DENGAN KADER Syarat Pencairan dana desa triwulan
Aksi #8 POSYANDU, DANA DESA UNTUK STUNTING ke III
REVIU KINERJA TAHUNAN
APA YANG AKAN KITA LAKUKAN? Dua Strategi Utama yaitu ?
KOMITMEN
KUAT
INTERVENSI SENSITIF. Linsektor
BUPATI DAN
STAKEHOLDERS Air bersih dan Bantuan pangan Rumah Pangan Program Keluarga
sanitasi no tunai Lestari Harapan (PKH) dll

Kolabolasi multi Pelatihan Tenaga


stakeholders Kesehatan & Kader
INTERVENSI SPESIFIK/Kesehatan
Solid Kolaborasi Melatih Tenaga Intervensi &
Skrining di Validasi di Cek Red Flag di
dengan multi Kesehatan & Kader Monitoring di
Posyandu Puskesmas RSUD
sektor Puskesmas
Sistem Rujuan untuk anak beresiko Stunting
Penyediaan alat Validasi ulang pengukuran untuk
anak yang bersiko  Perbaikan
ukur feeding practice,
Sedang berlangsung Pelatihan Dokter Puskesmas Oleh Penimbangan & Di Puskesmas
 Treatment
IDAI Pengukuran
Pemeriksaan lebih lanjut di RSUD PKMK,
sesuai WHO
 UKK Gizi Metabolik: Tata laksana gangguan Gizi untuk penegakan diagnosa & monitoring
 Kamas , Tatalaksanan gaguan gizi di RS Treatment pertumbuhan,
Edukasi Pola Makan pola makan &
 Dalam rencana Pelatihan Aplikasi Buku KIA : UKK yang Benar (Feeding test IQ
Practice Guidelines) Rujuk Balik Bila sudah tertangani
TKPS Dan melanjutkan Terapi

POROS POSYANDU KE PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DAERAH


RUJUKAN BERJENJANG
SEBAGAI LANGKAH PENCEGAHAN STUNTING
MELALUI SINERGITAS ANTAR DIRJEN DI KEMKES

Institusi Sasaran Petugas Stakeholder Peran

Posyandu Ibu Hamil dan Menyusui 1. Kader Posyandu PKK - Kemendagri Anggaran Pelatihan Kader dan Ops Posyandu
Anak Balita 2. Tenaga Gizi Dinas Kesehatan Interpretasi Status Gizi dan Rekomendasi Rujuk
3. Bidan Dinas Kesehatan Imunisasi dan membantu Tenaga Gizi
Pemberian Makanan Tambahan
Monitoring Status Gizi dan asupan PKMK

Puskesmas MasalahKehamilan 1. Bidan Dinas Kesehatan


Masalah Anak Balita 2. Gizi 1. Kesmas Menyediakan data status Gizi
Siapkan anggaran obat jika ada penyakit dan tindakan
3. DU Puskesmas 2. P2P pencegahan
3. Yankes Siapkan infrastuktur pelayanan di Puskesmas
4. Farmakes Siapakan obat / PKMK

Masalah Ibu dan Anak dengan Mengajukan anggaran penanganan Gizi Buruk ke
RSUD Redflag 1. DokterAnak RSUD RSUD/BPJS/Pemda
Bukan wewenangPuskesmas 2. DokterKebidanan Dinas Kesehatan Menyiapkan anggaran PKMK
Pemda Menyetujui dan menambah anggaran dari sumber lain
– STRATEGI PENURUNAN STUNTING 28

Logical Framework Intervensi Terintegrasi


Bagaimana Menentukan Berat Badan yang
Benar?
1. Semua pakaian dibuka
2. Sebaiknya memakai timbangan bayi
3. Tidak boleh memakai timbangan injak untuk anak
usia < 2 tahun
4. Jarum/Angka timbangan sebelum menimbang
haruslah 0
5. Timbangan sebaiknya ditera rutin
Bagaimana Menentukan Panjang/Tinggi
Badan yang Benar?

● Ukur panjang atau tinggi


badan anak
○ < 2tahun: berbaring
○ > 2tahun: berdiri
● Plot pada grafik
pertumbuhan PB/TB
menurut usia dan jenis
kelamin
KMK No 1186/2022 Tentang
PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI DOKTER DI FASYANKESPRIMER
ADA 144 DIAGNOSTIK
STUNTING ADA DI 4.1.GANGGUAN GIZI” Akibat Nutrisi
Gangguan Gizi Ringan E.411; Sedang E 4.1.2. dan
berat E 4.1.3 Gangguan Gizi halaman 684 - 694
 KMK 1186 Tahun 2022 : Panduan klinis bagi Dokter di FKTP
 STUNTING Diagnosa E. 4.5 (Jangan digunakan Karena sudah
tidak bisa dikoreksi sulit dikoreksi,Outcome)
 PMK 29 Tahun 2019 tentang tata laksana gangguan gizi
Dilakukan POROS POSYANDU – PUSKESMAS DAN RS
 UKM MERUJUK KE UKP ; UKM Melakukan Testing dan Tracing
(Surveillants), Penemuan Kasus BADUTA YANG BERISIKO JADI
STUTING Dan Rujuk Ke Puskesmas tangan oleh Dokter Umum
 DOKTER UMUM NYA DILATIH IDAI
PERMENKES 29/2019 Tata laksana gangguan Gizi

Petugas UKM Gizi , melakukan Surveilles dan penemuan Kasus,


baik Dari data ePPGBM maupun dari Posyandu atau desa
diwilayah nya TEMUKAN,BATITA YANG
1. Tidak naik BB dalam 2x penimbangan
2. BB dibawah min 2SD gizi kurang SINERGITAS UKM
3. BB dibawah min 3SD gizi buruk
DENGAN UKPP
4. Menderita penyakit kronis, TBC,Alergi,
5. Gangguan metabolism
6. Dan penyakit kronik lain nya

Rujuk Ke Puskesmas oleh Petugas gizi UKM ke Dokter UKP di Puskesmas dan Lakukan
 TATA LAKSANA GANGGUAN GIZI , Sesuai PMK 29 TAHUN 2019
 TATA LAKSANA ADA DI KMK 514/2015 Tentang Pedoman Nasional Panduan Klinis No 79 dari 144 Diagnosa.
 BILA DIRUJUK GUNAKAN DIAGNOSA INA CBGs PMK 64/2016, YAITU E.411.Gangguan Gizi Ringan, E 412.Gangguan Gizi
Sedang dan E.413.Gangguan Gizi Berat
INTERVENSI SPESIFIK DI PUSKESMAS
SINERGITAS UKM DAN UKP, GUNAKAN TATALAKSANA GANGGUAN GIZI
GIZI KURANG , GIZI BURUK, GAGAL TUMBUH
DAN BALITA YANG PENDEK DAN SANGAT PENDEK,
Temuan
di RS Rujukan koding
Permenkes 64 tahun 2016 tentang
tarif INA CBGs
DIAGNOSTIK Kelas 3 Kelas 2 Kelas 1
1. RS jarang menerima rujukan dengan
Ganguan Gizi dan jarang yangmeng
klaim dengan diagnosa sesuai
dengan Permenkes No 64/2015
tentang ganguan gizi ringan , sedang
dan berat ICD kode INA CBGs no
E.410; 411, 412
2. Jarang Yang menyediakan Olahan
Pangan Untuk Gizi Khusus sesuai 1. KODE INA CBGs untuk Gangguan Malnutrisi ada ringan E
Ka.BPOM No 1/2018 410 ,Sedang E 411 dan berat E 412 Belum
dipahami
2. Tidak ada Pedoman penyediaan Sarana
LATIH PETUGAS
KLAIM PUSKESMAS
untuk Olahan Gizi Khusus sejumlah Kasus
DAN RS yang diterima.
Contoh Triple Helix pada SDG’s 1,4 & 5
• Revitalisasi POSYANDU
• Kematian IBU • Bantuan Inkubator
• Kematian Bayi • Pelatihan tenaga kesehatan
• Desa Siaga • Rujukan
• Forum Kader • Bantuan Biaya RS
• Bantuan Alat Medis • Seminar , Pengkajian
• Banuan Transportasi

SASARAN
PEMBANGUNAN

TRIPLE HELIX
PARTNERSHIP
Sumber Pembiayaan
 APBN Lintas sector dan Lintas Program
 APBD Kab/kota dan Provinsi, Dana Desa
 DAK,BOK,Dana BLUD , JLN BPJS Kesehatan
 CSR, Bina Lingkungan
Kolaroborasi Pemerintah Pusat dan Daerah (2017). Kemendesa dan PP.IDAI (Prof Dr dr Damayanti R Sjarif , SpAK – UKK
Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI) di Kabupaten Pandeglang : Telah melatih Kader Posyandu, Bidan Desa, Tenaga Gizi
Puskesmas dan Dokter Anak di RSUD . Berhasil Menurunkan stunting di Desa Bayumundu Kab Pandegalang (8.4 point 6
bulan)
Setelah itu 2018 sd 2020 di uji coba di 10 Kab/kota (PP.IDAI Bersama Kemkes) berhasil menyususn TataLaksana
Penanggulangan Stunting dengan Poros Posyandu-Puskesmas dan RSUD Kab/Kota dan ditetapkan PMK 29/2019 ttg
Tatalaksana Gangguan Gizi.(kode 4.1.1.; 4.1.2 dan 4.13 Gangguan Gizi,R,S,B)
dan 2022 PP.IDAI Satgas JKN dengan Kemkes Membahas PNPK Penanggulangan Stunting ( kode Ina CBGs 4.5)

PERAN IDAI DALAM


PENURUNAN
STUNTING
KESIMPULAN
• Untuk mendapatkan SDM yang unggul perlu strategi yang spesifik dan sensitif, dimulai sejak awal k
ehidupan
• Masalah gizi akibat Penyakit yang memerlukan upaya khusus untuk penyelamatan hidup harus dita
ngani secara baik di Puskesmas dan Rumah Sakit
• Sistem rujukan pada kasus stunting harus dapat dilaksanakan sampai ke rumah sakit yang akan me
nyediakan SDM yang kompeten untuk penanganan masalah gizi yang diakibatkan oleh penyakit atau
kondisi tertentu pada bayi secara komprehensif
• Dukungan fasyankes primer dalam surveilans gizi , deteksi dan penemuan kasus di masyarakat
sangat dibutuhkan
• IDAI dalam setiap level harus mengambil peran aktif, melatih dokter umum dan dokter Puskesmas un
tuk Penanggulangan Stuning secara berjenjang dari posyandu-Puskesmas-RSUD
• Pembiayaan dilakukan melalui kolaborasi dalam Rencana Aksi Penanggulangan Stunting PP 72/2021,
PMK 29/2019, KMK 1186/2022 TENTANG PK.DOKTER DI FKTP,PMK 64/TARIF INA CBGs
DR.dr.Tb.Rachmat Sentika Sp.A,MARS
HP 0811831838
Email: rsentika@yahoo.com

www.gizi.kemkes.go.id
www.sigiziterpadu.kemkes.go.id

TERIMA
@gizimasyarakatkemenkes

Direktorat Gizi Masyarakat

KASIH dir.gizi@yahoo.co.id

@DitGizi

Sumber : Kelompok Kerja Gizi Masyarakat


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan RI Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav bit.ly/PedomanGiziMasyarakat
4-9 Jakarta12950

Anda mungkin juga menyukai