Anda di halaman 1dari 53

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN

KEJADIAN STUNTING BALITA DI WILAYAH KERJA UPT


PUSKESMAS LEBUH DALEM
TAHUN 2022

OLEH :
DAHLIA
2020206203436P

PROGRAM STUDY STRATA I KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

i
PRINGSEWU LAMPUNG 2022
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Proposal Skripsi
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal……….

Judul Proposal :“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Dengan Kejadian Stunting Balita Di Wilayah Kerja UPT

Puskesmas Lebuh Dalem Tahun 2022”

Nama Mahasiswa : Dahlia


NIM : 2020206203436P
MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Arena Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.J. Ns. Siti Indarti, M.Kes


NBM. 965246 NBM. 967835

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting Balita Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Lebuh Dalem Tahun 2022”.
Penulisan ini di ajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah metodologi
penelitian di Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Selama penulisan dan penyusunan proposal ini penulis banyak mendapat bantuan
baik moril maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karna itu
dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Pringsewu
2. Elmi Nuryati, M.Epid, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu.
3. Ns. Rita Sari, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 keperawatan Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
4. Ns. Arena Lestari, M. Kep., Sp.Kep.J., selaku dosen pembimbing I
5. Ns. Siti Indarti, M.Kes selaku dosen pembimbing II
6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pringsewu.
7. Teman-teman seperjuangan S I keperawatan konversi yang telah membantu
dalam penyusunan Proposal skripsi.

Penulis menyadari bahwa ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
demi perbaikan selanjutnya
Semoga ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya serta
profesi keperawatan khususnya.
Wassallamu’alaikum Wr.Wb.

Pringsewu, Januari 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ................................................... i
PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL PENELITIAN .............. ii
KATA PENGANTAR.................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.Latar Belakang ..................................................................................1
2.Rumusan Masalah..............................................................................6
3.Tujuan ................................................................................................7
4.Manfaat Penelitian..............................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Gizi.....................................................................................14
B.Konsep Stunting ..............................................................................19
C.Konsep Pengetahuan........................................................................20
D.Kerangka Teori................................................................................24
E.Kerangka Konsep.............................................................................25
F.Hipotesis...........................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian............................................................................ 28
B.Variabel Penelitian....................................................................... 29
C.Definisi Operasional..................................................................... 30
D.Populasi dan Sampel.................................................................... 31
E.Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 32
F.Etika Penelitian............................................................................. 32
G.Instrumen dan Metode Pengumpulan Data.................................. 33
H.Instrumen Penelitian..................................................................... 33
I.Metode Pengumpulan Data............................................................ 33
J.Pengolahan Data dan Analisis Data............................................... 35
K.Jalannya Penelitian....................................................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu misi yang di usung pada rencana pembangunan jangka menengah

nasional (RPJMN) berbunyi “Meningkatan Kualitas Manusia Indonesia”

menjadi sebuah tujuan yang jelas bahwa dalam pemerintahan saat ini

berupaya meningkatkan berbagai aspek yang akan menunjang peningkatan

kualitas SDM yang indonesia miliki (RPJMN, 2019). Perhatian terkait

kebutuhan Gizi juga tertuang dalam rangkaian Agenda Internasional yang di

rumuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam Pembangunan

Berkelanjutan 2030 dengan menyertakan 17 Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), satu diantara 17

tujuan tersebut memiliki fokus pada perbaikan gizi, yaitu pada tujuan kedua

yang berbunyi Mengakhiri kelaparan,mencapai ketahanan pangan dan

meningkatkan gizi dan mendukung pertanian. Salah satu fokus pemenuhan

Gizi tersebut merupakan pemenuhan gizi pada balita (Sustainable

Development Goal, 2015).

Data dari World Health Organization menunjukan bahwa dari 667 juta anak

di dunia mengalami masalah gizi yang terdiri dari 155 juta (22,9%) anak

mengalami stunting atau pendek, 41 juta (6 %) dalam keadaan overweight dan

52 juta (7,7%) dalam keadaan kurus (World Health Organization, 2017).

1
Sementara untuk kawasan benua Asia Organisasi Pangan dan Pertanian

Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Program Pangan Dunia (WFP),

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Anak-Anak Perserikatan

Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengeluarkan data yang mengatakan bahwa

stunting dan wasting (penurunan berat badan yang drastis) masih banyak

terjadi di kawasan Asia Pasifik. Pada tahun 2018, sekitar 77,2 juta balita

menderita stunting dan 32,5 juta balita menderita wasting. Khususnya di Asia

Tenggara, 8,7% balita menderita wasting. India menjadi negara yang

memimpin dalam daftar ini, tercatat 46,6 juta anak di India mengalami

masalah gizi buruk atau malnutrisi di susul oleh Pakistan dengan 10,7 anak

mengalami masalah serupa (World Health Organization, 2018).

Sedangkan di Indonesia sendiri arah kebijakan perbaikan gizi tertuang dalam

RPJMN bidang kesehatan 2020-2024, yang memiliki 5 fokus pembangunan.

Berdasarkan 5 fokus kebijakan tersebut dua diantaranya merupakan gambaran

dari kebutuhan gizi pada ibu dan anak. Permasalahan gizi pada anak terus

menjadi fokus dari upaya pembangunan SDM yang berkualitas, pada tahun

2018 angka stunting dan wasting pada balita masing masing adalah 30,8% dan

10,2%, angka tersebut menunjukan bahwa Indonesia masih memiliki

permasalahan terkait pemenuhan gizi, Salah satu kelompok rawan akan

masalah gizi adalah balita. Hal ini dikarenakan pada masabalita memerlukan

asupan zat gizi dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangannya

(Renstra, 2019).

2
Sementara untuk Provinsi Lampung memang masih berada di bawah rataan

nasional, yaitu berada di angka 15,2%. Namun demikian permasalahan gizi di

provinsi Lampung tetap menjadi PR yang harus segera di tangani guna

meningkatkan kualitas seorang individu, status gizi di provinsi Lampung

disebabkan dari beberapa faktor, antara lain tingkat pengetahuan yang rendah,

setatus ekonomi keluarga, ataupun kebiasaan hidup tidak sehat yang masih di

jalani sehingga belum dapat memaksimalkan asupan gizi yang maksimal

kepada anak-anaknya terutama di usia balita (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, angka

stunting di Tulang Bawang Barat yakni mencapai 4,71 %.

“Tulang Bawang Barat merupakan kabupaten dengan peningkatan prevelensi

tertinggi berdasarkan hasil survey SSGI,” kata Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Lampung Reihana, Jum’at (31/12).

Dalam kesempatan yang sama berdasarkan keterangan yang didapat dari

Kepala Seksi Kesehatan keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Mesuji Reni Afrida HZ, SKM, M. Kes Angka Stunting di Kabupaten Mesuji

selama 3 tahun terakhir sesuai data RISKESDAS 2018 sebesar 28,2%. Sesuai

Data SSGBI 2019 sebesar 27,44%. Dan di Tahun 2020 sesuai data pencatatan

pelaporan Sistem Surveilans Gizi (EPPGBM) sebesar 17,1%.

Sementara untuk wilayah kabupaten Tulang Bawang data Profil Kesehatan

Lampung (2018) menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator penilaian

status gizi pada anak yang pertama adalah TB/U dimana untuk wilayah

kebupaten Tulang Bawang di dapatkan data prevalensi 20,4% sangat pendek,

3
15% pendek, dan 64,6% nomal. Berdasarkan BB/TB didapatkan data sangat

kurus 2.6%, kurus 10,9%, normal 59,7%, dan gemuk 28,8%. Sehingga dapat

di simpulkan bahwa status gizi balita di kabupaten Tulang Bawang adalah

13,7% mengalami gizi buruk, 7,8% mengalami gizi kurang, 69,8% mengalami

gizi baik, dan 10,7% mengalami gizi berlebih (Dinkes Prov Lampung, 2018).

Balita merupakan kelompok yang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.

Kesalahan dalam pemenuhan zat gizi balita akan membawa dampak terhadap

pertumbuhan dan perkembangan saat dewasa. Balita yang kekurangan gizi

akan berisiko mengalami penurunan IQ, penurunan imunitas dan

produktivitas, masalah kesehatan mental dan emosional, serta kegagalan

pertumbuhan (Cholifatun, 2015).

Peran orang tua sangat penting dalam pemenuhan gizi karena dalam saat

seperti ini anak sangat membutuhkan perhatian dan dukungan orang tua dalam

menghadapi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita di antaranya:

pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu. Pengetahuan melambangkan sejauh

mana dasar-dasar yang digunakan seorang ibu untuk merawat anak batita

sejak dalam kandungan, pelayanan kesehatan, dan persediaan makanan di

rumah. Untuk mendapatkan gizi–gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi

4
yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang seimbang

(Murty, 2015).

Mengingat betapa pentingnya pengetahuan orang tua terkait gizi dengan status

gizi pada anak, penelitian terkait hal tersebut pernah dilakukan oleh Asma

Atun (2017) dengan judul penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Gizi Dengan Status GiziPada Balita Di Puskesmas Tegalrejo Kota

Yogyakarta” dengan hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan

tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi padabalita dengan p

valuesebesar 0,009 dimana nilai p value <0,05.

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Miftahul (2016) dengan judul

penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Status Gizi

Anak Di Bawah 5 Tahun Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan

Surakarta” dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan orang tua dengan status gizi anak di

bawah 5 tahun dengan nilai p< 0,001.

Hasil prasurvey yang dilakukan peneliti di UPT Puskesmas Lebuh Dalem

pada bulan Agustus 2021 di dapatkan data yang mengatakan bahwa indikator

penilaian status gizi pada berdasarkan TB/U, BB/U didapatkan data stunting

sebesar 126 balita dengan presentase 6,73% dan data wasting sebesar 92 balita

dengan presentase 5,32%, dari data tersebut peneliti melakukan wawancara

pada 10 orang ibu dengan balita stunting, dan didapatkan bahwa 7 dari 10

5
orang ibu tersebut tidak mengetahui tentang gizi yang baik dan tepat bagi

anaknya (UPT Puskesmas Lebuh Dalem, 2021).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti merasa tertarik dengan

masalah yang sedang terjadi terkait status gizi pada balita, yang menjadi salah

satu fokus kebijakan nasional, salah satu faktor yang memperngaruhi adalah

pengetahuan ibu yang masih kurang terkait status gizi, sehingga peneliti

memfokuskan pembahasan pada gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang

gizi dengan kejadian stunting pada balita di UPT Puskesmas Lebuh Dalem

Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka, perumusan masalah

pada penelitian ini “adakah Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi

dengan kejadian stunting pada balita di UPT Puskesmas Lebuh Dalem Tahun

2022”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi

dengan kejadian stunting pada balita di UPT Puskesmas Lebuh Dalem

Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

6
a. Untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia,

pendidikan orang tua balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Lebuh

Dalem Tahun 2022.

b. Untuk mengetahui frekuensi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi di

wilayah kerja UPT Puskesmas Lebuh Dalem Tahun 2022.

c. Untuk mengetahui status gizi balita di wilayah kerja UPT Puskesmas

Lebuh Dalem Tahun 2022.

d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi

dengan kejadian stunting pada balita di UPT Puskesmas Lebuh Dalem

Tahun 2022.

D. Ruang Lingkup

1. Desain penelitian : Crossectional

2. Objek penelitian : Ibu yang memiliki Balita

3. Variable penelitian : Tingkat Pengetahuan ibu dan kejadian stunting

Balita

4. Tempat penelitian : UPT Puskesmas Lebuh Dalem

5. Waktu penelitian : April 2022

E. Manfaat

Manfaat dari penelitian sebagai berikut:

1. Bagi Ilmu Keperawatan

7
Untuk meningkatkan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan secara komprenhensif terutama mengenai tingkat pengetahuan

ibu tentang gizi dengan kualitas status gizi pada balita.

2. Bagi Fasilitas Kesehatan

Dapat digunakan sebagai acuan dalam pemantauan status gizi balita di

wilayah kerja UPT Puskesmas Lebuh Dalem

3. Institusi Kesehatan

Dapat sebagai referensi bagi institusi pendidikan dalam mengembangkan

ilmu tentang tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kualitas status

gizi pada balita.

4. Partisipan

Supaya partisipan, keluarga, serta lingkungan dapat mengetahui gambaran

umum tentang status gizi pada balita.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gizi

1. Definisi

Status gizi adalah gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi

makanan yang dikonsumsi oleh seseorang. Menurut kementrian kesehatan

republik indonesia penilaian status gizi secara langsung dapat

menggunakan standar berdasarkan BB/U (berat badan/umur), sedangkan

pengukuran status gizi secara tidak langsung adalah dengan menggunakan

survey konsumsi makanan dan perhitungan statistic (Bukhari dkk, 2013).

2. Skala ambang batas gizi

Tabel 2.1
kategori ambang batas status gizi balita

Indeks Kategori Status gizi Ambang batas


(Z - Score)
Berat badanmenurut - Gemuk >+ SD
umur - Normal ≥-2 SD sampai + 2 SD
- Kurus < -SD sampai ≥ 3 SD
- Kurus sekali <-3 SD
Tinggi badan menurut - Sangat Pendek < - 3 SD
umur (TB/U) - Pendek -3 SD sampai -<-2 SD
- Normal -2 SD sampai 2 SD
- Tinggi >2 SD
Berat badan menurut - Sangat kurus <-3 SD
tinggi badan - Kurus -3 SD sampai <-2 SD
- Normal -2 SD sampai 2 SD
- Gemuk >2SD
Kemenkes RI, 2014.

9
3. Pemenuhan Gizi Seimbang

Menurut Depkes RI (2015) pedoman umum gizi seimbang (PUGS),

memiliki pedoman praktis dalam 13 pesan dasar sebagai berikut:

a. Konsumsi makanan yang beraneka ragam.

b. Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

c. Makanlah makanan sumber karbohidrat,setengah dari kebutuhan

energi.

d. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan

energi.

e. Gunakan garam beryodium.

f. Makan makanan sumber zat besi.

g. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan.

h. Biasakan makan pagi.

i. Minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.

j. Lakukan kegiatan fisikdan olahraga secara teratur.

k. Hindari minuman beralkohol.

l. Makanmakanan yang aman bagi kesehatan.

m. Baca label pada makanan yang dikemas.

(Depkes RI dalam Zainur, 2015).

10
4. Fungsi zat gizi

a. Pertumbuhan dan perkembangan

Asupan gizi yang kuat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan. Perkembangan ditandai dengan adanya kematangan

persyarafan, motoric halus serta motoric kasar, berbicara sesuai usia,

kemandirian serta bagaimana anak membangun hubungan dengan

lingkungan sosialnya. Kurangnya asuhan gizi yang cukup pada masa

emas pertumbuhan anak 1-5 tahun, dapat berakibat pada keterlambatan

perkembangan anak.Anak yang kekuarangan gizi cenderung tidak

lebih aktif, lemah serta kurangnya hubungan atau respon terhadap

sekelilingnya (Humaira dkk, 2016).

b. System imun

Gizi dapat mempengaruhi system kekebalan tubuh atau imunitas pada

balita.Dalam hal ini, imunitas berfungsi untuk menyerang adanya

Gangguan dari luar seperti virus dan bakteri.Komponen gizi seperti

protein sera vitamin dapat membantu mempertahankan diri dari

serangan infeksi, menangkal radikal bebas, sebagai antioksidan

berperan sebagai antimikroba di dalam tubuh.Anak dengan gizi yang

baik tidak rentan sakit, dibandingkan dengan anak yang mendapat gizi

kurang baik (Siagian, 2017).

11
c. Penunjang aktivitas fisik

Tercukupinya gizi pada pada anak dapat menjadikan anak lebih aktif

terhadap aktivitasnya.Aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh yang

dihasilkan oleh otot yang membutuhkan energy.Gizi seperti protein

merupakan zat yang digunakan tubuh dalam pembentukan jaringan

serta otot. Sehingga, anak dengan gizi yang baik dan tercukupi dapat

lebih aktif dan dalam aktifitasnya dibangdingkan dengan anak dengan

gizi kurang atau tidak tercukupi (Soraya dkk, 2017).

5. Faktor yang mempengaruhi Status Gizi

a. Pengetahuan orang tua

Pengetahuan ibu mengenai gizi penting adanya, sebab dengan adanya

pengetahuan yang baik maka ibu dapat mencukupi nutrisi anaknya

dengan baik pula. Pengetahuan yang baik akan memudahkan

seseorang untuk menyerap informasi yang diterimanya serta mudah

untuk mengaplikasikannya ke dalam tindakan maupun perilaku

kehidupan sehari hari. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu tingkat pendidikan, usia serta pengalaman. Pengetahuan

ibu mengenai gizi akan berdampak terhadap sikap serta peran ibu

khususnya dalam penyusunan menu makanan keluarga serta

pemenuhan nutrisi pada anak (Ekawaty dkk, 2015).

12
b. Status ekonomi/ pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi status gizi pada anak.Hal ini dikarenakan jika

suatu keluarga memiliki pendapatan yang besar serta cukup untuk

memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga, maka pemenuhan nutrisi

serta kebutuhan gizi pada anak juga dapat terjamin. Pendapatan

mempengaruhi daya beli seseorang, jika pendapatan rendah maka

kemampuan untuk membeli sumber pangan serta kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan gizi juga akan semakin rendah (Putri, Sulastri

dan Lestari, 2015).

Penelitian (Sholikah, 2017) menjelaskan bahwa anak yang memiliki

ayah dan ibu yang bekerja dapat mempengaruhi pendapatan.Hal ini

dikarenakan ibu yang bekerja dapat menambah pendapatan keluarga,

sehingga dengan adanya pendapatan tambahan dapat meningkatkan

daya beli keluarga dalam pemenuhan gizi pada anak.

c. Jumlah anak

Penelitian (Susanti, dkk 2015) menjelaskan bahwa kasus kekurangan

gizi lebih banyak ditemukan pada keluarga yang besar.Keluarga

dengan jumlah anggota keluarga besar yaitu lebih dari 3 orang anak

memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk mengalami gizi yang kurang

dibandingkan dengan jumlah keluarga yang kecil.Hal ini dapat

13
dikarenakan pembagian makan yang tepat kepada setiap anggota lebih

merata sesuai dengan kebutuhan masing masing anggota keluarga.

B. Konsep Stunting

1. Definisi

Stunting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi akut dimana TB anak

tidak sesuai dengan Usia atau nilai Z-score kurang dari -2SD (Standart

Deviasi). Balita pendek adalah suatu kondisi dimana balita menderita

gangguan gizi dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian tinggi

badan per usia (Hasyim, 2017). Anak pendek merupakan masalah gizi

yang sifatnya akut, sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu

yang tidak lama seperti kekurangan asupan makanan (Kemenkes, 2018).

2. Penyebab Wasting

Faktor penyebab stunting dikelompokkan 3 kategori yaitu berdasarkan

faktor ibu, anak, dan keluarga. Faktor ibu yaitu ASI eksklusif, pola asuh,

tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, dan status pekerjaan .

Faktor anak yaitu jenis kelamin, usia, asupan nutrisi, penyakit infeksi,

dan BBLR. Faktor keluarga yaitu ketahanan pangan keluarga, tingkat

ekonomi dan jumlah anggota keluarga (Prawesti, 2018).

14
C. Konsep Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya,padawaktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga)

dan indera penglihatan(mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda(Notoatmodjo,

2012).

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domainkognitif mempunyai 6

tingkatan menurut Notoatmodjo (2012),yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatuyang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

sebab itu,’tahu’ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah.

15
b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mejelaskan

secara benartentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap hal yang dipelajari.

c. Aplikasi(Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau hukum–hukum, rumus,

metode,prinsip,dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata–kata

kerja, dapat menggambarkan(membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian–bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

16
yang baru. Sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi–formulasi yang ada.

f. Evaluasi(Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian–

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada.

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan

juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seeorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain

maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

17
b. Informasi/media massa.

Informasi adalah "that of which one is apprised or told: intelligence,

news"(Oxford English Dictionary). Kamus lain menyatakan bahwa

informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang

menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,

informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk

mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,

mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan

tujuan tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Adanya

perbedaan definisi informasi pada hakikatnya dikarenakan sifatnya

yang tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi tersebut

dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data

dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta diteruskan melalui

komunikasi. Informasi mencakup data, teks, gambar, suara, kode,

program komputer, dan basis data.

c. Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang -orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

seseorang.

18
d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya

interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan

profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar

secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang

kerjanya.

f. Usia.

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan

19
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.

Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak

waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,

dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada

usia ini (Budiman, 2013)

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2012) ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan, yaitu :

a. Cara Tradisional

Cara ini di pakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara

sistematik dan logis.

b. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah

ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh pengetahuan.

c. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia

pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan

penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,

dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah

20
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

d. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian

ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian

(researchmethodology).

5. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukur pengetahuan dapatd ilakukan dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-

pertanyaan tertulis atau angket. Indikator pengetahuan adalah

besarnya presentase responden tentang komponen-komponen kesehatan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan

diatas. Membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga

tingkatan yang berdasarkan pada nilai persentase, yaitu sebagai berikut:

d. Baik, jika nilainya > 50%

e. Kurang baik jika nilainya ≤ 50%

(Budiman,2013).

21
D. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan penjelasan tentang teori yang dijadikan landasan

dalam suatu penelitian, dapat berupa rangkungan dari berbagai teori yang

dijelaskan dalam tinjauan pustaka (Dharma, 2011). Maka kerangka teori

dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagan 2.1

Kerangka teori

Balita
Faktor yang mempengaruhi
status gizi balita:

1. Pengetahuan orang
Kebutuhan Gizi tua tentang gizi
2. Status ekonomi/
pendapatan
3. Jumlah anak

Kejadian
Stunting

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian adalah suatu uraian visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep yang lainnya atau variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012)

22
Bagan 2.2

Kerangka konsep

Pengetahuan orang tua Kejadian Stunting


tentang Gizi pada balita

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan, dugaan

atau dalil sementara yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,

2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Terdapat Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian

stunting pada balita di UPT Puskesmas Lebuh Dalem Tahun 2022.

Ho : Tidak terdapat Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan

kejadian stunting pada balita di UPT Puskesmas Lebuh Dalem Tahun

2022.

23
BAB III

METODE PENELTIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik korelasi, dengan

menggunakan pendekatan crossectional. Desain analitik korelasi yaitu peneliti

mencari hubungan antara banyak variabel bebas dengan satu variabel

tergantung (Dahlan, 2012). Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui

hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian Stunting pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Lebuh Dalem 2022.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu objek atau individu yang dapat diukur

(Swarjana, 2011). Variabel yang akan diukur pada penelitian ini adalah

sebagai berikut : Variabel independen pada penelitian ini yaitu tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi. Variabel dependen variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu kejadian Stunting pada balita.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelasan variabel yang diteliti kemudian

dijadikan indikator untuk mengukur variabel, bagaimana mengukurnya, alat

ukur yang digunakan, skala pengukuran dan data hasil pengukuran (Dharma,

2011).

24
Tabel 3.1

Definisi Oprasional
No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
ukur
1. Tingkat Rentang Informasi yang Kuisioner Mengisi 0= Baik Ordinal
Pengetahu diketahui sebagai lembar 1= Kurang
an gizi pemahaman tentang gizi, kuisioner baik
pembelajaran dan
pengalaman sehingga
dapat di aplikasikan
dalam kehidupan
2. Kejadian Stunting merupakan Indikator Hight chart 0 = TB normal Ordinal
Stunting suatu kondisi kekurangan Stunting TB/U (alat 1 = TB kurang
gizi akut dimana TB pengukur 2 = TB lebih
anak tidak sesuai dengan TB Balita)
Usia atau nilai Z-score
kurang dari -2SD
(Standart Deviasi)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan

(Notoadmodjo, 2012). Jumlah populasi balita yang sesuai dengan criteria

yang di butuhkan dan terdaftar saat posyandu balita di Lebuh Dalem

adalah 126 balita.

a) Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2012).Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah balita yang

sesuai dengan kriteria yang telah di tentukan :

25
a. Kriteria Sampel

Kriteria responden dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1) Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri

yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang

dapat diambil sebagai sampel (Dharma 2012). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

a) Balita yang terdaftar saat posyandu balita di

wilayah kerja Puskesmas Lebuh Dalem

b) Balita yang koopratif (tidak rewel/menangis)

c) Orang tua balita yang bersedia menjadi

responden

2) Kriteria eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah karakteristik atau ciri-

ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai

sampel (Dharma 2012). Kriteria eksklusi pada

penelitian ini adalah

a. Balita yang sedang sakit

b. Balita yang memiliki cacat bawaan

c. Balita yang tidak mendapat izin dari orang tua

26
b. Besaran sampel

n :Ukuran Sampel

N : Ukuran Populasi

e : Persen Kelonggaran ketidak telitian karena

kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau

diinginkan, yaitu 5%.

Berdasarkan rumus diatas, dapat diaplikasikan dengan

data populasiyang telah ditentukan, yaitu :

Untuk menegah terjadinya drop out pada penelitian ini,

maka sampel akan ditambah 5% dari sampel semula sehingga

27
didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini bejumlah 96

balita.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Cluster Sampling. Cluster Sampling adalah teknik

sampling yang digunakan dengan mengambil wakil dari setiap

daerah atau wilayah geografis yang ada (Sugiono, 2014).

Sehingga pengambilan sampel akan dilakukan di pekon di

wilayah kerja puskesmas Lebuh Dalem.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitia

Waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli

2022.

2. Tempat penelitian

3. Tempat penelitian dalam penelitian ini yaitu di wilayah kerja Puskesmas

Lebuh Dalem

F. Etika Penelitian

Etika yang mendasari penelitian menurut Notoatmodjo (2013):

1. Informed consent

Peneliti memberikan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan dengan lembar informed consent. Pada informed

28
consent tercantum bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan

untuk pengembangan ilmu keperawatan. Partisipan diberikan lembar

informed consent sebelum dilakukan intervensi untuk membebaskan

partisipan menolak atau menerima.

2. Anonymity (tanpa nama)

Pada penelitian ini peneliti akan menulis nama responden cukup dengan

inisial dan memberikan nomor atau kode pada masing-masing lembar

tersebut.

3. Confidentiality

Peneliti akan menjaga semua kerahasian semua informasi yang didapat

dari penelitian. Beberapa kelompok data yang diperlukan akan dilaporkan

dalam hasil penelitian. Selain itu, semua data informasi yang telah

terkumpul dijamin kerahasianya oleh peneliti.

4. Non maleficience (tidak merugikan)

Mengandung makna bahwa setiap penelitian harus mempertimbangkan

manfaat sebesar-besarnya bagi subjek penelitian dan populasi dimana

hasil penelitian akan diterapkan (beneficience) kemudian meminimalisir

resiko/dampak yang merugikan bagi peneliti.

5. Justice (keadilan)

Pada penelitian ini mengandung makna bahwa penelitian dilakukan secara

jujur, tepat, cermat, hati-hati dan dilakukan secara professional. Dalam hal

ini kedua partisipan diberlakukan sama dengan melakukan tindakan

keperawatan mengurangi rasa nyeri adapun tindakan keperawatan lainnya.

29
6. Accountability (akuntabilitas)

Akuntibilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seseorang

professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda

terkecuali : contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi,

partisipan, sesama teman sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat

salah memberi dosis obat pada partisipan perawat dapat digugat oleh

partisipan yang menerima obat, dokter yang memberi tugas dlegatif, dan

masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

7. Beneficence (berbuat baik)

Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan

begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat

menasehati partisipan tentang program latihan untuk memperbaiki

kesehatan secara umum.

8. Veracity (kejujuran)

Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun untuk dimiliki oleh

seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada

setiap partisipan untuk menyakinkan agar partisipan mengerti. Informasi

yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran

merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Partisipan memiliki

otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin

tahu.

30
G. Instrument dan Metode Pengumpulan Data

a. Instrument

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena (Dharma,

2011). Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner

yang telah ada pada penelitian sebelumnya yaitu Budiman (2013) dan alat

ukur TB/U yang digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian stunting pada balita,

dengan jumlah 20 pertanyaan mengenai gizi balita dengan dua opsi

jawaban Ya/Tidak, jika ibu menjawab pertanyaan dengan benar

mendapatkan nilai 2 dan jika ibu menjawab pertanyaan salah menadapat

nilai 1. Kuesioner yang digunakan sudah melalui proses dengan pihak

terkait.

b. Uji Validitas

Validitas menunjukkan ketepatan pengukuran suatu instrument (Dharma,

2011). Kuisinoner yang digunakan dalam penelitian ini akan

menggunakan kuisioner yang telah ada pada penelitian sebelumnya yaitu

Budiman (2013). Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan ibu tentag gizi

dinyatakan valid dengan rentang nilai r-hitung 0.520-0.819.

c. Reliabilitas

31
Uji reabilitas merupakan tingkat konsistensi dari suatu

pengukuran. Reabilitas ini menunjukan apakah pengukuran mendapatkan

hasil data yang konsisten jika instrumen digunakan kembali secara

berulang. Reabilitas ini dipengaruhi oleh random eror yang bersumber

dari variasi observasi, variasi subjek dan variasi instrumen (Dharma,

2011).Uji reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana data dapat

dipercaya. Uji validitas pada kuisioner tingkat pengetahuan ibu tentang

gizi dinyatakan reliable jika memiliki nilai Conbroach Alpa > 0,66.

H. Metode Pengumpulan data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer adalah data teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

menggunakan lembar kuesioner tentang tingkat pengetahuan ibu tentang gizi

dan TB/U pada balita.

I. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Langkah-langkah pengolahan data secara manual pada umumnya

adalah sebagai berikut :

2. Editing

Pemeriksaan isi dari lembar observasi dari hasil pengamatan

langsung.Peneliti melakukan editing untuk memeriksa kelengkapan,

32
keakuratan, dan relevansi pengisian lembar observasi yang diisi oleh

peneliti.

3. Coding

Proses untuk memudahkan dalam mengolah data, peneliti

melakukan pengkodingan berdasarkan kode yang dibuat pada variabel

independent tingkat pengetahuan yaitu kode 0: baik, 1: kurang. Dan

Variabel dependen dengan kode 0 = TB normal, 1 = TB kurang, dan 2 =

TB lebih.

4. Data entry

Daftar pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengisian kode

jawaban selanjutnya dimasukkan ke dalam program software komputer

berupa kode-kode.

5. Cleaning data

Peneliti mengecek kembali pada data yang sudah diinput ke dalam

komputer untuk mencegah kesalahan dalam pemasukan data, serta

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan data

yang sudah dientry, tentang ketidak lengkapan dan sebagainya.

6. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa.Analisa

data yang digunakan adalah analisa univariate dan analisa bevariate.

7. Analisa Univariat

33
Analisa Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian.Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat pada penelitian

ini adalah untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia

ibu,pendidikan,dan pekerjaan.

8. Analisa bevariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo 2012). Data analisis di uji

dengan menggunakan uji chi square untuk menguji perbedaan presentase

antara dua atau lebih kelompok (sampel), apakah ada perbedaan yang

bermakna antara kedua variabel. Pada penelitian ini peneliti

menghubungkan antara variabel tingkat pengetahuan ibu tentang gizi

dengan kejadian Stunting pada balita.

J. Jalannya Penelitian

1. langkah persiapan

a. Pengajuan judul pada institusi program studi S 1 Keperawatan

Konversi Tahap Akademik Universitas Muhammadiyah

Pringsewu dengan mengajukan 5 judul.

b. Mencari literature atau sumber untuk peneliti melihat fenomena

c. Melakukan prasurvey atau mencari data dari puskesmas yang di

angkat dalam penelitian

34
d. Menyusun proposal dan melakukan proses bimbingan

e. Ujian seminar proposal kemudian memperbaiki sesuai dengan

hasil seminar

f. Setelah proposa di uji dan disetujui peneliti mengajukan perizinan

ke tempat peneliti melalui instasi pendidikan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Asma Atun., 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status
GiziPada Balita Di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta. Universitas
‘AisyiyahYogyakarta.

Bintang Tantejo., 2013. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan StatusGizi
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Xiii Koto Kampar. Jom Volume 1, No 2.

Budiman, R.,2013. kapital selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian
kesehatan. Jakarta, Salemba Medika

Bukhari, B., Supriasa ID., Fajar,1. 2013. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Cholifatun Ni’mah., 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat PengetahuanDan


Pola Asuh Ibu Dengan Wasting Dan StuntingPada Balita Keluarga Miskin.
Media Gizi Indonesia, Vol. 10, No. 1: Hlm. 84–90.

Dahlan., 2012. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif. Bandung.


Alfabeta

Departemen Gizi Masyarakat. Fungsi Dan Kebutuhan Zat Gizi. 2015. Artikel Gizi.
Sumber : Departemen Gizi

Dharma,Kelana Kusuma., 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan. JakartaTimur:


Cv. Trans Info Medika.

Ekawaty Murty M., Kawegjan Shirley E., Kapantow Nova H. Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status Gizi Anak Umur 1-3 Tahun Di
Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mangondow Induk
Sulawesi Utara. Jurnal Elektronik Biomedi. Volume 3, Nomor 2.

Humaira, H., Jurnalis Yusri D., Edison.Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan
Psikomotorik Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Padang. 2016. Jurnal
kesehatan andalas

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1995/Menkes/XII/SK/2010


Tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 2010

36
Miftahul In’am., 2016.Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Status
Gizi Anak Di Bawah 5 Tahun Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Nusukan Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Murty Ekawaty., 2015. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang GiziDengan


Status Gizi Anak Umur 1- 3 Tahun Di Desa MopusiKecamatan Lolayan
Kabupaten Bolaang MongondowInduk Sulawesi Utara. Jurnal E-Biomedik
(Ebm), Volume 3, Nomor 2.

Notoatmodjo (, 2012). Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. (, 2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Nursalam.,2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Jakarta: SalembaMedika.

Perserikatan Bangsa-Bangsa., 2015. Sustainable Development Goal

Pokja Renstra Kemenkes 2020-2024

Putri Rona F, Sulastri Delmi, Lestari Yuniar. Faktor Faktor yang Berhubungan
dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang. 2015. Jurnal Kesehatan Andalas

Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional2020-2024. Kementrian Bappenas


2019

Sholikah Anik, Rustiana Eunike R, Yuniastuti A. Faktor Faktor Yang Berhubungan


Dengan Status Gizi Balita Di Pedesaan Dan Perkotaan. 2017. Public Health
Perspective Journal

Siagian.Gizi, Imunitas Dan Penyakit Infeksi. 2017. Artikel Penelitian. Departemen


Gizi Dan Kesehatan Masyarakat Sulawesi Utara

Soraya Dinah, sukandar D, Sinaga T. Hubungan Pengetahuan Gizi, Tingkat


Kecukupan Gizi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi. 2017. Jurnal Gizi
Indonesia. ISSN 2338-3119

Susanti Iis, Pambayun Rindit, Febry Fatmalina. Gambaran Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Status Gizi Anak Umur 2-5 Tahun Pada Keluarga Petanidi

37
Desa Pelangki Kecamatan Muara Dua Kabupaten Oku Selatan.Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat.Volume 3 Nomor 2

Sugiyono., 2014. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung. Alfabeta
Swarjana, I. K. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Yogyakarta, Cv. Andi Offset.

38
LAMPIRAN

39
Kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Gizi Pada Balita

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar sesuai dengan pengetahuan


anda dengan memberikan tanda ceklist pada pilihan jawaban anda:

No Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. Gizi pada balita merupakan zat yang diperlukan
tubuh yang terkandung dalam makanan ataupun
minuman yang dikonsumsi oleh balita
2. Anak dibawah 5 tahun merupakan kelompok anak yang
rawan menderita kekurangan gizi sehingga orang tua
harus memperhatikan pemenuhan gizi
pada anak

3. Zat gizi yang baik adalah yang harganya mahal


4. Gizi balita harus diperhatikan jika tidak akan
mengganggu proses pertumbuhan secara maksimal

5. Memperhatikan nilai gizi makanan lebih penting


daripada jumlah makanan yang dimakan

6. Sumber karbohidrat adalah makanan pokok yang


terdapat pada kacang-kacangan, ikan, tahu, dan
Tempe

7. Daging, susu, telur, hati dan ikan merupakan


sumber karbohidrat yang baik untuk balita

8. Kalsium untuk pertumbuhan tulang dan gigi balita


bersumber pada susu, keju, kacang-kacangan dan
hasil laut

9. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari


makanan pokok, lauk, sayur, buah dan susu

40
10. Mengolah sayuran lebih baik jika dalam air yang sudah
mendidih atau tidak terlalu lama karena gizi
bisa hilang
11. Mengolah daging sebaiknya dimasak sampai
matang dan lunak

12. Balita sebaiknya diberikan makanan selingan


seperti biskuit atau bubur kacang hijau minimal 1x
sehari
13. Status gizi balita adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan, dibedakan menjadi
status gizi kurang, baik, dan lebih
14. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang
anak setiap bulan dan dicocokkan
dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
15. Fungsi zat gizi adalah bermacam-macam, sebagai
pemberi energi, pertumbuhan dan perkembangan
terutama pada anak balita

16. Zat gizi yang tidak mengandung protein berfungsi


untuk pertumbuhan dan pembentukan antibodi
(kekebalan tubuh) pada balita
17. Lemak yang mengandung protein berfungsi untuk
pertumbuhan balita

18. Ibu memberikan ASI untuk anak saat usia 12-24


bulan/ memberikan susu 1 gelas sehari

19. Vitamin D untuk membantu pembentukan tulang


diperoleh dari tubuh melalui sinar matahari dan
makanan (kuning telur, hati, dan minyak ikan)
20. Vitamin A untuk kesehatan mata terdapat pada
pangan hewani (hati, kuning telur, susu, dan mentega)

Keterangan :Baik, jika nilainya > 50%

Kurang baik jika nilainya ≤ 50%

(Budiman,2013).

41
INFORMASI PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Pringsewu , Juni 2021

Kepada Yth,
Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dahlia

Nim : 2020206203436P

Adalah mahasiswi program studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Lampung, akan melakukan penelitian dengan judul :

“hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian Stunting


pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lebuh Dalem 2022”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu


tentang gizi dengan kejadian Stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lebuh
Dalem. Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden, kerahasiaan
informasi yang diberikan akan dijaga dan dirahasiakan serta hanya digunakan untuk
kepentingan peneliti. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden, maka tidak
menjadi ancaman bagi saudara. Apabila saudara menyetujui maka kami mohon
kesediaan saudara untuk menandatangani lembar yang kami sertakan ini.
Atas perhatian dan kesediaan saudara, saya ucapkan terimakasaih.

(Dahlia)

……………………….

42
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya selaku responden Penelitian :

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Menyatakan bersedia berpartispasi menjadi responden dalam penelitian yang

berjudul :“ hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian Stunting

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Lebuh Dalem 2022”

1. Bersedia meluangkan waktu untuk memberikan jawaban


kuesioner/pernyataan yang diajukan peneliti.
2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang
ditanyakan oleh peneliti.

Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dan pihak manapun,
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Pringsewu , 2022
Yang membuat pernyataan

……………………………

43
MAJELIS PENDIDIKAN TINGGI No.Dok : FRM-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU BAU/00/11/031
(UMPRI) Revisi : 001
FAKULTAS KESEHATAN Tanggal Berlaku :
Homepage : www.stikesmuhpringsewu@yahoo.co.id Halaman :
Website : www.stikesmuh-pringsewu.ac.id
Alamat Jl. Makam KH.Ghalib No. 112 Telp. /Fax. (0729) 22537 Pringsewu Lampung 35373
SURAT KETERANGAN

NAMA DOSEN : NS.Arena Lestari M.Kep.Sp.Kep.J

NBM : 965246

JABATAN : (Dosen Pengampu Mata Kuliah/Pembimbing Tugas Akhir/Skripsi) **

Menerangkan Bahwa :

NAMA MAHASISWA : Dahlia

NIM : 2020206203436P

SEMESTER :4

PROGRAM STUDI : S1 Ilmu Keperawatan

TEMPAT PENELITIAN/SURVEY : Puskesmas Lebuh Dalem

NO HP : 082177581046

Telah diberikan Izin Untuk Mengambil Data (Prasurvey/Survey/KTI/Tugas Mata


Kuliah/Penelitian/Uji Validitas)**, dengan Judul :

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas
Lebuh Dalem Tahun 2022

Demikian Surat ini di buat dengan sebenarnya atas perhatian dan kerjasamanya yang baik saya
ucapkan terimakasih
Pringsewu, 01 April 2022
Dosen/Pembimbing

NS.Arena Lestari M.Kep.Sp.Kep.J


NBM. 965246

**(Coret yang tidak perlu)

44
Nomor SOP-SKP
/00/11/021
FAKULTAS KESEHATAN
Revisi 00
UNIVERSITAS ke
MUHAMMADIYAH
Berlaku
PRINGSEWU
Jumlah
halaman 1 dari 2

FORM PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU TAHUN
AKADEMIK 2021/ 2022

Nama : DAHLIA
NIM : 2020206203436P
JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU
TENTANG GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI UPT PUSKESMAS LEBUH DALEM
TAHUN 2022

Pringsewu, 25 maret 2022


Mengetahui,
Kaprodi SI Ilmu Keperawatan Dosen Pembimbing 1

Ns. RITA SARI.,M.Kep NS.Arena Lestari M.Kep.Sp.Kep.J


NBM : 927021 NBM :965246
Catatan:
1. Judul yg sdh dikonsultasikan dan di setujui oleh pembimbing 1, kemudian
diserahkan ke prodi untuk diberikan pengesahan
2. Setelah disyahkan Prodi mahasiswa dapat melakukan konsul selanjutnya ke
pembimbing 1 dan pembimbing 2

45
BLANGKO KONSULTASI BIMBINGAN
Nama Mahasiswa : DAHLIA
NPM : 2020206203436p
Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
No & Tgl. SK :
Pembimbing I : Ns. Arena Lestari, M. Kep. Sp. Kep. J
Pembimbing II : Ns. Siti Indarti, M.Kes
Judul Skripsi : Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian
stunting balita di upt Puskesmas Lebuh Dalem Tahun 2022

46
Tanggal Bimbingan Hasil Konsultasi Paraf

24/03/2022 Penentuan Tema (Via Zoom)

01/04/2022 1. Kaprodi S1 sudah alih jabatan

2. Perhatikan tanda baca

3. Berikan penjelasan lebih mendalam di latar

belakang

4. Silahkan diperbaiki dan ditambahkan

penjelasan penelitian dan persetujuan.

03/04/2022 1. Instrument

2. Jelaskan apakah sudah melalui proses

perizinan.

3. Pada DO angka di hilangkan saja terlebih

dahulu

05/04/2022 1. Gelar Kaprodi belum memiliki Sp. KMB

2. Koreksi tulisan,

3. Persiapkan berkas

4. Lanjut ujian proposal

08/04/2022 ACC Ujian Proposal Jadwalkan

47
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Arena Lestari, M. Kep. Sp. Kep. Ns. Siti Indarti, M.Kes
NBM : 965246 NBM : 967835

48
49

Anda mungkin juga menyukai