Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. I REMAJA USIA 15 TAHUN

DENGAN GIZI KURANG DI PUSKESMAS PATIA

PANDEGLANG BANTEN TAHUN 2022

Nama : IPAH HOPIPAH

NPM : 07220200076

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. I REMAJA USIA 15 TAHUN DENGAN GIZI


KURANG DI PUSKESMAS PATIA

Oleh:

NAMA : IPAH HOPIPAH

NPM : 07220200076

Telah dilakukan pembimbingan dan dinyatakan layak untuk dipresentasikan di hadapan


tim penguji.

Tanggal,27 JANUARI 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

( Madinah M.H S ST.,M.Kes)


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas kuliah dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Nn. I Remaja
Usia 15 Tahun dengan Gizi Kurang “

Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada
pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan seminar kasus ini. Pihak-pihak
tersebut adalah:

1. Drs. H. A. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
2. Prof. Dr. H. m. Hafizurrachman, Mph, sebagai Pembina Yayasan Sekolah
Indonesia Maju.
3. Astrid Novita, SKM. MKM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Indonesia Maju.
4. Hidayani, Am. Keb, SKM, selaku Kepala Departemen Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
5. Retno Sugesti, S. ST, M. Kes, selaku Koordinator Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.
6. Madinah M.H,S.ST.,M.Kes, Selaku dosen pembimbing kelompok yang
senantiasa mendampingi penulis dan tim, serta berkenan untuk memberikan
pengarahan serta dukungan dalam membimbing penyusunan laporan ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Program Studi di Profesi Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti
pendidikan.
8. Nn. I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan
Asuhan Kebidanan Pada Nn. I Remaja usia 15 tahun dengan Gizi Kurang
9. Seluruh teman-teman dalam program studi Terapan Kebidanan Departemen
Kebidanan UIMA.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sangat membangung sangat penulis harapkan dakam
penyempurnaan penulisan laporan ini serta sebagai bahan pembelajaran dalam
penyusunan laporan.

Pandeglang, 27Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan …………………………………………….. 2

Kata Pengantar …………………………………………….. 3

Daftar Isi …………………………………………….. 4

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………….. 5

B. Tujuan …………………………………………….. 6

C. Manfaat …………………………………………….. 6

BAB II: TINJAUAN TEORI

A. Remaja …………………………………………….. 7

B. Gizi Remaja ……………………………………………. 7

C. Status Gizi 10

BAB III TINJAUAN KASUS

Askeb Pada Nn. I …………………………………………….. 11

A. Data Subjektif …………………………………………….. 12

B. Objektif ……………………………………………. 14

C. Analisis Data …………………………………………….. 15

D. Penatalaksanaan …………………………………………….. 15

BAB IV PEMBAHASAN ……………………………………………. 17

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………. 19

B. Saran ……………………………………………. 19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………. 20


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kesehatan pada usia remaja merupakan salah satu aspek penting dalam siklus
kehidupan individu, masalah kesehatan di usia dewasa sebagian berkaitan dengan
perilaku kesehatan ataupun gaya hidup di usia muda. Perilaku hidup sehat sejak dini
merupakan satu upaya yang cukup penting dalam menciptakan sumber daya manusia
yang produktif dan berkualitas di masa yang akan dating (kusumawardani,2015).

Status gizi remaja sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang, tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan
pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal
(widnatusifah E,2020)

Data yang disampaikan The Sackler Institute for Nutrition Science (2013)
menunjukan bahwa lebih dari dua milyar orang terkena masalah gizi lebih, baik di negara
berkembang maupun negara maju (Damanik,R.M. 2016).

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi mikronutrien,
yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang
sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Berdasarkan
Riskesdas 2018, prevalensi remaja di Indonesia dengan rentang usia 13-15 tahun dengan
kategori kurus 6,8% dan sangat kurus 1,9%(https;//sehatnegriku.kemkes,2018)

Data Riskesdas 2018 menunjukkan 25,7% remaja usia 13-15 tahun & 26,9%
remaja usia 16-18 tahun status gizi pendek & sangat pendek, 8,7% remaja usia 13-15
tahun & 8,1% remaja usia 16-18 tahun kurus & sangat kurus, 16,0% remaja usia 13-15
tahun & 13,5% remaja 16-18 tahun obesitas.(RISKESDAS,2018)

Kejadian status gizi kurang dan status gizi lebih dapat dipengaruhi oleh faktor

pola makanan. Pola makanan yang tidak sehat akan berdampak negatif terhadap

tubuh. Hasil studi di Indonesia ditemukan 50% penyakit yang timbul berhubungan

dengan pola makan yang tidak sehat, di antaranya penyakit obesitas 26%, anemia

13% dan stroke 11%, pada usia 18-21 tahun (Kementrian kesehatan RI 2014).

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, yaitu
faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer adalah faktor asupan makanan yang
dapat menyebabkan zat gizi tidak cukup atau berlebihan, seperti kurangnya ketersediaan
pangan dalam keluarga, sehingga keluarga tidak memperoleh makanan yang cukup untuk
dikonsumsi anggota keluarga. Kemudian kemiskinan, pengetahuan yang rendah tentang
pentingnya zat gizi untuk kesehatan, dan kebiasaan makan yang salah. Adapun Faktor
Sekunder adalah faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi dalam tubuh. Zat gizi
tidak mencukupi kebutuhan disebabkan adanya gangguan pada pemanfaatan zat gizi.
Seseorang sudah mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi zat gizi tidak
dapat dimanfaatkan optimal. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena gangguan pada
pencernaan makanan seperti gangguan pada gigi geligi, alat cerna atau enzim, yang
menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dengan sempurna, kemudian gangguan
penyerapan (absorbsi) zat gizi seperti parasit atau penggunaan obat obatan tertentu. Anak
yang menderita cacing perut akan menderita kekurangan gizi, karena cacing memakan zat
gizi yang dikonsumsi anak, akibatnya anak tidak dapat tumbuh dengan baik. Gangguan
pada metabolisme zat gizi. Keadaan ini umumnya disebabkan gangguan pada lever,
penyakit kencing manis, atau penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan
pemanfaatan zat gizi terganggu atau gangguan ekskresi, akibatnya terlalu banyak
kencing, banyak keringat, yang dapat mengganggu pada pemanfaatan zat gizi.
(Kementrian kesehatan RI 2014)

2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan kebidanan kepada Nn. I remaja umur 15 tahun dengan
gizi kurang
2) Tujuan Khusus
a. Untuk menidentifikasi data subyektif pada Nn. I remaja umur 15 tahun
dengan gizi kurang
b. Untk mengidentifikasi data obyektif pada Nn. I remaja dengan gizi kurang
c. Untuk menganalisa data pada Nn. I remaja usia 15 tahun dengan gizi kurang
d. Untuk memberikan penatalaksanaan pada Nn. I remaja usia 15 tahun dengan
gizi kurang

3. Manfaat
a. Manfaat untuk klien
Untuk mendapatkan penanganan masalah gizi kurang
b. Manfaat untuk tenaga kesehatan
Sebagai bahan informasi dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk
memberikan kualitas pelayanan sehingga dapat memberikan pelayanan yang
aktual, baik dan berkesinambungan.
c. Manfaat untuk institusi pendidikan
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah menambah
keleluasaan ilmu dan teknologi terapan bidang kebidanan mengenai
manajemen asuhan kebidanan bagi remaja dengan gizi kurang
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

. Remaja merupakan kelompok peralihan dari anak-anak ke dewasa dan merupakan


kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang ada di lingkungan sekitarnya,
khususnya pengaruh pada masalah konsumsi makanan (Darmawati,I.2020). Masa remaja
adalah fase individu mengalami perkembangan sehingga dapat mencapai kematangan
secara mental, emosional, sosial serta fisik. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
remaja ialah permasalahan yang berkaitan dengan gizi (Paramitya, A. 2013).

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok
usia 10-19 tahun di Indonesia menuru sensus penduduk tahun 2010 sebanyak 43,5 juta
atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja
berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia. (World Health
Organization.2014)

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang


pesat baik secara fisik, psikologi maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani
mengambil resiko atas perbuatannya tanpa didahului pertimbangan yang matang. Apabila
keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, maka akan jatuh kedalam
perilaku beresiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan jangka
panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial (Andriani,M.2016).

Remaja merupakan periode terjadinya perubahan yang signifikan pada fisik dan psikis
selama periode pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ketika memasuki masa remaja
terjadi peningkatan laju pertumbuhan dan puncak masa pertumbuhan tulang sehingga
konsumsi asupan gizi harus memadai(Mahan LK,2012). Konsumsi makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan remaja dapat menimbulkan malnutrisi berupa kekurangan
maupun kelebihan gizi. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan kerentanan terhadap
penyakit akibat menurunnya sistem imun tubuh dan meningkatkan resiko stunting atau
tubuh pendek pada remaja sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
remaja(Andriani,M.2016)

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa,
yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki dewasa.
Masa remaja adalah masa yang penting dalan perjalanan kehidupan manusia. Golongan
umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju
dewasa yang menuntut tanggung jawab. (Kusmiran,Eny 2012)

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

(Putra 2013)
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

abstrak

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan

3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktivitasseks

c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain

1) Pengungkapan identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

5) Mampu berpikir abstrak

B. Gizi Remaja

1. Pengertian

Gizi secara etimologi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang artinya makanan.
Menurut dialek mesir “Ghidza” dibaca “Ghizi” atau popular di Indonesia disebut “Gizi”.
Gizi atau makanan didefinisikan sebagai subtansi organic yang dibutuhkan makhluk
hidup untuk bertahan hidup, menjaga fungsi normal darisistemtubuh, pertumbuhan,
pemeliharaan kesehatan dan melakukan aktivitas (Wardhani,Retno.2018).

2. Kebutuhan Gizi Remaja

Kebutuhan gizi remaja, relatif besar, karena remaja masih mengalami masa
pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usai lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak
(Adriani, 2016). Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk remaja laki-laki usia 13-17 tahun
yang di butuhkan energi berkisar antara 2.400-2.650 kkal, protein berkisar antara 70-75
gr, lemak berkisar antar 80-85 gr, dan karbohidrat berkisar antar 350-400 gr. Sedangkan
untuk remaja perempuan usia 13-17 tahun, energi yang diperlukan berkisar antara 2.050-
2.100 kkal, proteinnya 65 gr, lemak 70 gr, dan karbohidrat 300gr (Permenkes,2019).

3. Masalah Gizi Remaja


Masalah yang menyebabkan gizi salah adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi
dan kurangnya pengertian tentang kebiasaan makan yang baik (Darmawati,I.2020).
Masalah gizi remaja banyak terjadi karena perilaku gizi yang salah seperti ketidak
seimbangan antara gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Kekurangan energi dan
protein berdampak terhadap tubuh yang mengakibatkan obesitas, kurang energi kronik
(gizi buruk) dan anemia (Hafiza D,utami A. dan niriyah S,2020).

Obesitas (kegemukan) adalah keadaan terdapatnya timbunan lemak berlebihan


dalam tubuh. Secara klinik biasanya dinyatakan dalam bentuk Indeks Masa Tubuh (IMT)
> 30 kg/m2. Untuk orang Asia, kriteria obesitas apabila IMT > 25kg/m2. Obesitas
terbagi dalam dua tipe, yakni obesitas overall yang dinilai berdasarkan indeks massa
tubuh dan obesitas sentral yang dinilai berdasarkan lingkar pingang.(Wardani,NK.2017)

Remaja yang kurus atau kurang energi kronis bisa disebabkan karena kurang
asupan zat gizi, baik karena alasan ekonomi maupun alasan psikososial seperti misalnya
penampilan. Kondisi remaja KEK meningkatkan risiko berbagai penyakit infeksi dan
gangguan hormonal yang berdampak buruk di kesehatan.KEK sebenarnya dapat dicegah
dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah masalah gizi
mikronutrien, yakni sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami
anemia, yang sebagian besar diakibatkan kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi).
Anemia di kalangan remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki. Anemia
pada remaja berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar,
kebugaran remaja dan produktifitas.Gejala anemia pada remaja dapat dikenali dengan 5
L, yakni letih, lemah, lesu, lelah, dan lalai. Selain itu, sering juga disertai dengan keluhan
pusing dan mata berkunang-kunang.Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial (Pujiati.2015).

Faktor Penyebab Masalah Gizi

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi oleh tubuh, yaitu faktor
primer dan faktor sekunder (20).
a. Faktor Primer
Faktor primer adalah faktor asupan makanan yang dapat menyebabkan zat gizi
tidak cukup atau berlebihan.
a) Kurangnya ketersediaan pangan dalam keluarga, sehingga keluarga tidak
memperoleh makanan yang cukup untuk dikonsumsi anggota keluarga.
b) Kemiskinan, ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan makanan
yang cukup bagi anggota keluarganya.
c) Pengetahuan yang rendah tentang pentingnya zat gizi untuk kesehatan.
d) Kebiasaan makan yang salah
b. Faktor Sekunder
Faktor sekunder adalah faktor yang mempengaruhi pemanfaatan zat gizi dalam tubuh.
Zat gizi tidak mencukupi kebutuhan disebabkan adanya gangguan pada pemanfaatan
zat gizi. Seseorang sudah mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi
zat gizi tidak dapat dimanfaatkan optimal.
a) Gangguan pada pencernaan makanan seperti gangguan pada gigi geligi, alat
cerna atau enzim, yang menyebabkan makanan tidak dapat dicerna dengan
sempurna
b) Gangguan penyerapan (absorbsi) zat gizi seperti parasit atau penggunaan obat-
obatan tertentu. Anak yang menderita cacing perut akan menderita kekurangan
gizi, karena cacing memakan zat gizi yang dikonsumsi anak, akibatnya anak
tidak dapat tumbuh dengan baik.
c) Gangguan pada metabolisme zat gizi. Keadaan ini umumnya disebabkan
gangguan pada lever, penyakit kencing manis, atau penggunaan obat-obatan
tertentu yang menyebabkan pemanfaatan zat gizi terganggu.
d) Gangguan ekskresi, akibatnya terlalu banyak kencing, banyak keringat, yang
dapat mengganggu pada pemanfaatan zat gizi

Faktor Penyebab Masalah Gizi Remaja, Yaitu:

1. Kebiasaan Makan Yang Buruk


Berpangkal pada kebiasaan makan keluarga yang tidak baik, sudah tertanam sejak
kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa mengetahui
kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak jika tidak dipenuhi kebutuhan zat gizi
terhadap kesehatan mereka.
2. Pemahaman Gizi Yang Keliru
Tubuh yang langsing menjadi idaman bagi para remaja terutama wanita, hal ini sering
menjadi penyebab masalah. Untuk memelihara kelangsingan mereka menerapkan
pembatasan makanan secara keliru, sehingga kebutuhan gizi mereka tidak terpenuhi.
3. Kesukaan Yang Berlebihan Terhadap Makanan Tertentu
Keadaan ini biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan remaja,
misalnya sangat menggandrungi makanan berupa hot dog dan minuman cola cola.
4. Promosi Yang Berlebihan Melalui Media Massa
Remaja sangat mudah tertarik pada sesuatu yang baru, kondisi ini dimanfaatkan oleh
pengusaha makanan. Dengan mempromosikan produk makanan dengan cara
mempengaruhi para remaja menggunakan bintang film yang menjadi idola mereka.
5. Masuknya Produk Makanan Baru
Produk makanan baru yang berasal dari negara lain, secara bebas membawa pengaruh
terhadap kebiasaan makan para remaja. Jenis makanan siap santap (fast food) seperti:
hot dog, hamburger, fried chicken, dan french fries. Dan berbagai makanan berupa
keripik (junk food), yang dianggap lambang kehidupan modern oleh para remaja. (11)
Ditambah faktor Screen Time yaitu perkembangan teknologi saat ini ikut andil
dalam perkembangan obesitas. Menonton TV serta menggunakan media elektronik
atau gadget membuat remaja dapat duduk tenang dalam waktu yang lama. Gaya hidup
sedentary,dimana aktivitas fisik yang dilakukan individu tergolong rendah dapat
mendukung terjadinya kegemukan. Aktivitas fisik yang rendah, akan menyebabkan
energi yang masuk dari asupan makanan tidak terpakai dan menumpuk dalam bentuk
lemak tubuh. Jika keadaan ini terjadi dalam waktu yang lama, maka akan terjadi
peningkatan resiko kegemukan, termasuk pada anak-anak dan remaja.

C. Status Gizi

1. Definisi Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh yang dipengaruhi oleh zat-zat gizi tertentu
sebagai akibat dari konsumsi makanan (Syahfitri.2017). Status gizi merupakan
ukuran keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan penggunaan zat-zat gizi
yang diindikasikan dengan berat badan dan tinggi badan (Hafiza D.2017). Status gizi
merupakan suatu keseimbangan antara gizi yang dikonsumsi dan penggunaannya
oleh tubuh (Pramitya,A.2020). Status gizi remaja merupakan keadaan terpenuhinya
kebutuhan terhadap zat gizi, yaitu keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan
zat gizi (Katmawati,S.2019). Tidak seimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat
gizi dapat menyebabkan masalah gizi seperti gizi lebih ataupun gizi kurang. Anak
usia 5 – 18 tahun gunakan IMT/U, berikut tabel status gizi berdasarkan IMT.

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu. (Supariasa IDN Dkk,2012)

2. Cara penilaian status gizi pada remaja

Penilaian status gizi dibagi atas 2 yaitu sebagai (Supariasa IDN Dkk.2012)

berikut.

a. Penilaian status gizi secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu :

antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

1) Antropometri

Secara umum antropometri merupakan ukuran tubuh manusia. Ditinjau

dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi sangat berhubungan dengan

berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh.

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel ( supervisicial epithelial tissues ) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat ( rapid clinical
surveys ). Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda klinis-klinis
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda dan gejala atau riwayat penyakit.

3) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.

Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan
bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak
gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

4) Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik merupakan metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan juga melihat perubahan
struktur dari jaringan.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan cara mengukur
beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara
lain: umur, berat badan, tinggi badan. Kombinasi antara beberapa parameter disebut
indeks antropometri (Utami,W.A2016). Jenis-jenis dari indeks antropometri salah
satunya adalah indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Pengukuran IMT dapat
dilakukan pada anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Pada remaja pengukuran
IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi
perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh, pada remaja digunakan indikator
IMT/U. Cara pengukuran IMT/U adalah: IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan2(𝑚)

Kemudian hasil IMT tersebut dimasukkan pada rumus Z-Score dengan indeks IMT/U
anak umur 5-18 tahun. Z-Score dapat dihitungan dengan rumus sebagai berikut :

Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan

Nilai simpang baku rujukan

Nilai individu subyek (NIS) merupakan hasil dari IMT kemudian nilai median baku
rujukan (NMBR) dan nilai simpang baku rujukan (NSBR) dapat dilihat pada buku standar
antropometri tahun 2010.

Klasifikasi status gizi dalam indeks IMT/U status gizi dapat diklasifikasikan mejadi 5
katagori, katagori tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Status Gizi berdasarkan IMT

z-score <-3SD -3 SD sampai <- -2 SD sampai +1 SD sampai >+2 SD


2 SD +1 SD +2 SD
IMT/U Gizi buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih Obesitas

Sumber: (Permenkes, 2020)

Sedangkan untuk klasifikasi status berat badan berdasarkan IMT Menurut WHO,
perhitungan IMT terbagi menjadi empat kategori, yaitu:

Obesitas = IMT sama dengan atau di atas 30

Berat badan berlebih = IMT antara 25–29,9

Berat badan normal = IMT antara 18,5–24,9.


Berat badan di bawah normal = IMT di bawah 18,5

Sedangkan untuk populasi Asia, termasuk Indonesia, pengelompokan IMT adalah


sebagai berikut:

Obesitas = IMT lebih dari atau sama dengan 25

Berat badan berlebih = IMT antara 23-24,9

Berat badan normal = IMT antara 18,5-22,9

Berat badan di bawah normal = IMT di bawah 18,5


BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT DOKUMENTASI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. I REMAJA USIA 15 TAHUN


DENGAN GIZI KURANG

No. Registrasi :

Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2023

Waktu Pengkajian : Jam 10.00 WIB

Tempat Pengkajian : UPT PUSKESMAS PATIA

Pengkaji : Ipah Hopipah,Amd.Keb

A. Data Subjektif

Identitas Remaja

Nama : Nn. 1

Umur : 15 Tahun

Anak ke :3

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kp. Kubu 013/003, desa babakan keusik,Kec.Patia, kab.Pandeglang

Identitas Orang Tua

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. Y

Umur : 46 Th Umur : 50 Th

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Sunda Suku : Jawa


Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : MRT Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kp.Kubu 013/003, desa babakan keusik,Kec patia

1. Alasan datang

Remaja ingin memeriksakan Kondisinya

2. Keluhan utama

Sering pusing, Merasa mudah lemah letih lesu.

3. Riwayat obstetri

Riwayat Menstruasi

Menarche : usia 12 tahun

Siklus haid : ±28 hari

Lama haid : 7 hari

Jumlah darah : 2x ganti pembalut/hari

Sifat darah : merah, encer dan tidak menggumpal

4. Riwayat ginekologi

IMS : Tidak pernah

Kista : Tidak pernah

HIV/AIDS : Tidak pernah

5. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan remaja

Tidak ada Riwayat penyakit alergi, penyakit jantung, ginjal, DM, asma, hipertensi dll

Riwayat kesehatan keluarga

Tidak ada Riwayat penyakit menurun seperti jantung, asma, hipertensi dll
6. Riwayat psikososial

Remaja mengatakan bahwa dirinya cemas dan khawatir dengan keadaannya

7. Pola kebiasaan sehari-hari


a) Pola istirahat

Tidur Siang kadang-kadang

Tidur malam ±7-8 jam

b) Pola aktivitas
Selain sekolah remaja suka membantu pekerjaan ibunya dirumah seperti mencuci
piring, mencuci baju, nyapu dll
c) Pola eliminasi

BAK : 5-6 kali sehari

BAB : 1 kali sehari

d) Pola nutrisi
Makan 2x sehari, porsi sedang dengan menu nasi, lauk pauk dan sayur mayur, mie
instan, seblak, bakso
e) Pola personal hygiene

Mandi : 2x sehari

Keramas : 3x seminggu

Nn.I mengatakan setelah BAK cebok hanya dengan air saja dan mengganti
CDnya setiap 2x sehari,atau bila terasa lembab.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

2. Pemeriksaan TTV

Tekanan Darah : 100/80 mmHg

Denyut nadi : 82 kali/menit

Frekuensi nafas : 19 kali/menit

Suhu tubuh : 36.5 0


C
3. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan : 35 kg

Tinggi badan : 145 cm

LILA : 16 cm

IMT : 16,6 kg/m2

4. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Tidak pucat, tidak oedem

Mata : Sclera putih, konjungtiva kemerahan

Mulut : Bersih, tidak stomatitis, gigi tidak ada caries

Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran


kelenjar limfe.

Dada : Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas Atas : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas Bawah : Tidak dilakukan pemeriksaan

Anogenitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

5. Pemeriksaan Penunjang

HB : 11,2 g/dl

C. Analisis Data

Nn. 1 Remaja umur 15 tahun dengan gizi kurang

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn. I mengalami status gizi kurang. Nn. I
mengerti akan penjelasan yang diberkan
2. Memberikan KIE tentang cara pemenuhan gizi seimbang dengan menerapkan pola isi
piringku, mengkonsumsi beraneka ragam makanan sehat dan mengurangi
mengkonsumsi makanan instan atau jung food. Nn. I mengatakan mengerti dengan apa
yang dijelaskan dan akan berusaha mengubah pola makannya
3. Memberikan TTD sebagai suplementasi, dan menyarankannya meminumnya secara
rutin yaitu 1 tablet/minggu dan 1 tablet/hari ketika menstruasi. Nn I mengerti dan
bersedia
4. Menganjurakan untuk memantau BB, TB , LILA serta IMT secara rutin dengan
mengikuti posyandu remaja atau bisa langsung datang ke Puksesmas atau peraktik
mandiri bidan minimal 1 bulan 1x. Nn I bersedia melakukan kunjungan ulang 30 hari
yang akan datang.

Patia, 27 Januari 2023

Pengkaji,

(Ipah Hopipah)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang manajemen asuhan kebidanan menurut SOAP pada
Nn. I Remaja usia 15 tahun dengan gizi kurang secara terperinci mulai dari langkah pertama
yaitu pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir. Pada
pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara
praktek dan teori yang ada.

1. Pada keluhan utama Nn. I mengatakan merasa sering pusing, mudah lelah, letih dan lesu,
sesuai teori bahwa gejala anemia pada remaja dapat dikenali dengan 5 L, yakni letih, lemah,
lesu, lelah, dan lalai. Selain itu, sering juga disertai dengan keluhan pusing dan mata
berkunang-kunang.Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat-zat gizi esensial (Pujiati,2015).
2. Pada Nn. I dilakukan pengkajian data objektif seperti pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik
hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pendokumentasian manajemen
kebidanan menurut Halen Varney pertama (pengkajian data), terutama yang diperoleh
melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/
pemeriksaan diagnostik lain. Hasil pemeriksaan LILA : 16 cm sesuai dengan teori ukuran
Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm dinyatakan menderita KEK. Dan hasil pengukuran
BB/TB: 35/145 sehingga didapatkan IMT: 16,6 kg/m2 sesuai dengan teori Ukuran BB dan
TB digunakan juga untuk menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT). Dengan klasifikasi
kategori IMT (kg/m2)

- Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

- Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

- Normal 18,5 – 25,0

- GemukKelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

- Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

- Obesitas Kelas 1 30-34,9

- Obesitas kelas 2 35-39,9

- Obesitas ekstrem (kelas 3) > 40 (sumber : Depkes RI, 2011; Varney, 2007)

3. Hasil analisis data diperoleh Diagnosa Nn. I remaja usia 15 tahun dengan gizi kurang hal ini
sesuai dengan teori menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun, menurut peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

4. Pada penatalaksanaan menganjurkan kepada Nn. I menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa


secara umum keadaan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, namun status gizi kurang.

Penulis juga menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan gizi seimbang diantaranya
nasi, lauk pauk, sayur mayur dan dibantu minum susu, smengurangi konsumsi makanan instan
dan jung food Nn. I mengerti dan akan melaksanakan anjuran bidan. Menganjurkan klien untuk
mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) sebagai suplementasi dengan dosis 1 tablet
perminggu atau 1 tablet perhari ketika mentrusai. Menyarankan mengontrol antropometri secara
berkala di posyandu remaja atau ddi fasilitas kesehatan terdekat.

Memberikan support dengan cara memotivasi dan meyakinkan Nn. I bahwa kondisinya akan
normal apabila melaksakan anjuran yang telah diberikan. Memberikan leaflet tentang gizi
remaja untuk dibaca dirumah, dan Nn. I mengatakan akan membacanya di rumah untuk
menambah ilmu pengetahuan.
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Nn. I remaja usia 15 tahun datang ke puskesmas dengan
mengeluh sering pusing, mudah lelah letih n lesu, dari data objektif diperoleh tanda-tanda
vital dalam batas normal, pada hasil pengukuran LILA yaitu 16 cm diketahui bahwa Nn. I
mengalami KEK, dan dari hasil perhitungan IMT yaitu 16,6 kg/m 2 diketahui bawah Nn. I
termasuk kategori kurus , hasil analisa data Nn. I remaja usia 15 Tahun dengan gizi kurang.
Pengkaji memberikan penatalaksanaan kepada Nn. I tentang cara pemenuhan gizi seimbang
dengan menerapkan pola isi piringku, mengkonsumsi beraneka ragam makanan sehat dan
mengurangi mengkonsumsi makanan instan atau jung food
2. Saran
1. Bagi klien
Diharapkan Klien mendapatkan penanganan masalah gizi kurang
2. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan para tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
dapat memberikan pelayanan yang aktual, baik dan berkesinambungan terutama kepada
remaja dengan gizi kurang
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah keleluasaan ilmu dan teknologi terapan bidang kebidanan
mengenai manajemen asuhan kebidanan pada remaja dengan gizi kurang
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusumawardani, Nunik. dkk. (2015). Global School-based Health Survey: Perilaku Berisiko
Kesehatan Pada Pelajar SMP dan SMA di Indonesia. Jakarta: Puslitbang Upaya Kesehatan
Masyarakat Badan Litbangkes.
2. Widnatusifah E., Battung SM., Bahar B.,Jafar N., Amalia M. 2020. Gambaran Asupan Zat
Gizi Dan Status Gizi Remaja Pengungsian Petobo Kota Palu.Journal Of Indonesia
Community Nutrition, Vol. 9, No.
1,(Online,file:///C:/Users/Microsoft/Downloads/HUBUNGAN_ASUPAN_ZAT_GIZI_DEN
GAN_STATUS_GIZI_MAHASI.pdf) Ransun GN., Punuh MI., Kandou GD
3. Damanik, R. M. (2016). Penelitian Gizi Di Indonesia. Jakarta: Kedokteran EGC
4. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180515/4025903/kenali-masalah-gizi-
ancam-remaja-indonesia/
5. Kemenkes RI. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Kemenkes RI; 2018
6. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
7. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi. Juni. Jakarta selatan : Kemenkes
RI.
8. Darmawati.I. dan Arumiyati.S, (2020), ‘Pengetahuan Gizi Remaja SMPN 40 Kota Bandung’,
Jurnal Kesehatan, Vol. 10 No (December 2017). Doi: 10.32763/Juke.V10i2.42.
9. Paramitya, A.A.I.M & Valentina, T.B. (2013). Hubungan Regulasi Diri dengan Status Gizi
pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1, No. 1. Hal: 43-53. ISSN: 2354-5607
10. World Health Organization. World Health Statistic. Genewa: WHO Press; 2014
11. Andriani, M. & Wirjatmadi, B., 2016. Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group
12. Mahan LK, Escott-Stump S, Raymond J. Krause’s Food and The Nutrition Care Process.
13th ed. Philadelphia, PA: Saunders; 2012
13. Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba Medika
14. Putra. (2013). Peranan Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Anak Dalam Mencegah
Perilaku Seks Pranikah. eJournal Ilmu Komunikasi, 1(3), 35–53.
15. Wardhani, Retno. (2018). Gizi Dasar Plus 30 Resep Masakan Lezat Nan Praktis
16. Permenkes, (2019). Tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk masyarakat
Indonesia. Jakarta : Kepala Biro Hukum dan Organisasi Sekertariat Jendral Kementrian
Kesehatan; 2019
17. Hafiza.D, Utami.A. dan Niriyah.S, (2020), ‘Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi
Pada Remaja SMP Ylpi Pekanbaru’, Jurnal Medika Hutama, Vol 02 No, Pp. 332–342.
18. Wiardani.NK. 2017. ”Penatalaksanaan Diet Obesitas” dalam Hardinsyah dan Supariasa
Dewa Nyoman [Ed]. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. ECG: Jakarta
19. Pujiati, Arneliwati, & Rahmalia, S. (2015). Hubungan antara Perilaku Makan dengan Status
Gizi Pada Remaja Putri.
20. Harjatmo TP, Par'i HM, Wiyono S. Buku Ajar Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2017.
21. Syahfitri, Yolanda, Yanti, E., Tuti, R. 2017. Gambaran Status Gizi Siswa-Siswi SMP Negeri
13 Pekanbaru 2016. JOM FK, Vol. 04 No. 01 Diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/184062-ID-gambaran-statusgizi-siswa-siswi-
smp-neg.pdf
22. Hafiza.D, Utami.A. dan Niriyah.S, (2020), ‘Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Status Gizi
Pada Remaja SMP Ylpi Pekanbaru’, Jurnal Medika Hutama, Vol 02 No, Pp. 332–342.
23. Pramitya, A.A.I.M & Valentina, T.B. (2013). Hubungan Regulasi Diri dengan Status Gizi
pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi Udayana Vol. 1, No. 1. Hal: 43-53. ISSN: 2354-5607.
24. Katmawanti.S, Supriyadi, dan Setyorini.I, (2019), ‘Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas
Fisik Dengan Status Gizi Siswi Kelas VII Smp Negeri (Full Day School)’, The Indonesian
Journal Of Public Health, Vol 4 No 2.
25. Supariasa IDN Dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC; 2012.
26. Utami, W.A. 2016. Modul Antropometri. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Denpasar.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai