Disusun Oleh:
SITI MUSHOFFAH
NIM. P27824621078
Siti Mushoffah
NIM. P27824621078
Fithriyatul M., A.Md.Keb Dr. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb., M.Keb. Novita Eka K. W., SST., M.Keb.
NIP. 197811292006042011 NIP. 196404301985032003 NIP. 198411302009122001
Mengetahui
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Berkesinambungan di Wilayah Kerja Desa Sukorejo Bungah
Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 12
(Berkelanjutan) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. dr. Mujtahidah, selaku kepala Puskesmas Bungah, Gresik
3. Ibu Astuti Setiyani, SST.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
5. Ibu Fithryatul Mashnunah, A.Md.Keb, selaku pembimbing praktik lapangan di
Puskesmas Bungah, Gresik.
6. Ibu Dr. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 1
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan
ini.
7. Ibu Novita Eka K. W., SST., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 2 yang
telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan
pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
iii
DAFTAR ISI
Halaman:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Asuhan ............................................................................... 3
1.3 Waktu dan Tempat Praktik ............................................................. 3
iv
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif ................................................................................. 34
3.2 Data Objektif .................................................................................. 36
3.3 Analisa Data ................................................................................... 37
3.4 Penatalaksanaan ............................................................................. 38
3.5 Perkembangan ................................................................................ 38
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
selama hamil.
Menurut Sediaoetama (2014), penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua,
yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari asupan
makanan atau pola konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak
langsung terdiri dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena
penyakit infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan,
pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang
mencukupi kubutuhan, kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu
banyak, usia ibu, usia menikah, penghasilan rendah, perdagangan dan distribusi
yang tidak lancar dan tidak merata, jarak kehamilan (Sediaoetama, 2014). Penyebab
tidak langsung dari KEK disebut juga penyakit dengan causa multi factorial dan
antara hubungan menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat
kekurangan energi kronis.
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu
hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi
tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan. Setiap ibu hamil sangat dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali
yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14- 28 minggu) dan minimal
2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan)
(Kemenkes RI, 2015). Selama pandemi, antenatal care minimal 6x dengan rincian
2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa
oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3
(Kemenkes RI, 2020).
Pelayanan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kelangsungan dan
kualitas hidup ibu di Indonesia adalah dengan melakukan asuhan Kebidanan
Kehamilan yang berkualitas yang dapat memberi dampak yang signifikan terhadap
kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak (Mulati, 2015). Berdasarkan latar
belakang di atas, maka penulis melakukan studi kasus KEK pada ibu hamil di Desa
Sumurber Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.
1.2 Tujuan Asuhan
3
TINJAUAN TEORI
4
5
kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri (TFU) 25 cm, pada 32 minggu 27 cm,
pada 36 minggu 30 cm, pada kehamilan 40 minggu TFU turun kembali dan terletak
3 jari dibawah Prosessus Xyfoideus (PX).
2. Serviks Uteri
Serviks mengalami perubahan yang ditentukan sebulan setelah konsepsi
perubahan itu meliputi perubahan kekenyalan yaitu serviks menjadi lunak (tanda
goodel), pembuluh darah meningkat, lendir menutupi ostium uteri serviks sehingga
menjadi lebih mengkilap.
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis setinggi
ostium interna bersama-sama istmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dari pada
segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-minggu terakhir
kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung janin. Serviks
bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan terjadi.
4. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi darah dalam
plasenta.
5. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah,
agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran
pembuluh darah.
6. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatemammotropin,
esterogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada
kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar, mammae
akan membesar, lebih tegang dan aerola mammae tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar
cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrums.
7. Sistem Endokrin
6
nutrisi lebih banyak, sehingga menyebabkan konstipasi yang merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil.
12. Sistem Muskuleskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok,
peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan
tonus otot perut, dan peningkatan berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian tulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita
bergeser ke depan.
Bahu tertarik lebih kebelakang dan tulang belakang lebih melengkung
sebagai akibat dari penyesuaian diri karena janin yang membesar dalam abdomen
sehingga tulang belakang menjadi kifosis (Kumalasari, 2015). Sikap tubuh lordosis
suatu keadaan dikarenakan kompensasi beban uterus yang membesar dan
menggeser daya berat ke belakang lebih tampak pada masa trimester III yang
menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada bagian tubuh belakang karena
meningkatnya beban kandungan yang dapat memengaruhi postur tubuh ibu hamil
(Rusmita, 2011).
13. Sistem Metabolisme
Pada ibu hamil basal metabolic rate (BMR) bertambah tinggi hingga 15-20 %
yang umumnya ditemui pada trimester ketiga dan membutuhkan banyak kalori
untuk dipenuhi sesuai kebutuhannya (Saifuddin, 2016). Pada trimester ke-2 dan ke3
pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu
sebesar 0,4 kg, sedangkan pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing 0,5 kg dan 0,3 kg
(Saifuddin, 2012).
5. Pakaian
Baju hamil yang praktis selama enam bulan kehamilan mengenakan baju
biasa yang longgar, pilihlah bahan yang tidak panas dan mudah menyerap keringat,
bagian dada harus longgar karena payudara akan membesar, bagian pinggang harus
longgar kalau perlu terdapat tali untuk menyesuaikan perut yang terus membesar.
Bra disiapkan paling sedikit dua buah dengan bukaan di depan untuk memudahkan
menyusui, sepatu kenakan yang rata bukan bertumit.
6. Seksual
Ibu hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan suaminya
sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu kehamilan. Bila hendak
melakukan hubungan seksual sebaiknya gunakan kondom karena prostaglandin
yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi.
7. Istirahat/Tidur
Ibu hamil hendaknya tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam. Posisi tidur
untuk ibu hamil dianjurkan dalam posisi miring ke kiri, letakkan beberapa bantal
untuk menyangga. Pada ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya
untuk banyak istirahat atau tidur, walau bukan benar-benar tidur hanya baringkan
badan untuk memperbaiki sirkulasi darah dan jangan bekerja terlalu lelah.
8. Senam Hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil sesuai dengan kondisi ibu,
senam ringan yang dapat dilakukan ibu adalah jalan pagi, sambil menghirup udara
segar dan sebelum maupun sesudah melakukan senam ibu harus minum yang cukup.
Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina normalnya terjadi pada trimester
ketiga namun ketuban dinyatakan pecah dini (KPD) jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.
Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala persalinan, bisa
juga belum pecah saat mengedan.
6. Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Bayi harus
bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka
waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin sampai
kematian janin.
7. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti pada
persalian. Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat, tidak
berhenti setelah beristirahat, disertai tanda-tanda syok yang membuat keadaan
umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan yang tidak sesuai
dengan beratnya syok, maka kita harus waspada akan kemungkinan terjadinya
solusio placenta. Nyeri perut yang hebat bisa berarti apendiksitis, kehamilan etopik,
aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong
empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.
Pemberian Imunisasi TT adalah untuk melindungi ibu dan janin dari tetanus
neonatorum. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk
1-2 hari pada tempat penyuntikkan. Pada saat pemberian imunisasi TT ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, seperti jadwal pemberian dan interval dari pemberian
TT pertama dan TT selanjutnya. Jadwal pemberian, interval pemberian, persen
perlindungan dan masa perlindungan dari pemberian imunisasi TT dapat dilihat
pada tabel:
Imunisasi Interval Kekebalan
TT 1 Pada K1 -
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun / long life
7) Pemberian Tablet Zat Besi (Fe);
Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia pada wanita hamil, diberikan
sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan segera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tablet Fe diminum 1 x 1 tablet per hari, dan sebaiknya dalam
meminum tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan.
8) Pelayanan tes laboratorium, sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil, yaitu golongan darah, Hb dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis, malaria, HIV, dll. Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi lain pada ibu
hamil yaitu protein urin dan pemeriksaan kadar gula darah.
9) Tatalaksana kasus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil wajib diberikan pelayanan sesuai
dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
dilayani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
17
KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau ketidak
seimbangan asupan energi dalam waktu lama, sehingga tidak dapat di evaluasi
dalam waktu singkat (Supariasa, Bakrie, dan Fajar, 2012).
Sebuah komisi dari the Interational dietary Energy consultative Group
mendefinisikan defisiensi energi yang kronik berdasarkan pada indeks masa tubuh
(IMT) orang dewasa. Memiliki IMT kurang dari 18,5 kg/m² merupakan kriteria
diagnostik dari KEK (Gibney dkk, 2013).
Berikut ini cara mengukur IMT yaitu :
Berat badan (kg) ÷ kuadrat tinggi badan (m) (Supriasa, Bakri, dan Fajar,
2016 ).
Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan mengalami gejala-
gejala seperti berikut:
1) Berat badan <40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari23,5 cm.
6) Nafas pendek.
protein yang rendah maka berpeluang lebih besar untuk mengalami KEK (Rahayu
dan Sagita, 2019).
2) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi
sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam
saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.
Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. Penyakit yang
umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, campak dan
batuk rejan (Supariasa, 2014). Hampir semua penyakit infeksi yang berat yang
diderita pada waktu hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau Berat
Badan Lahir Rendah (Soetjiningsih, 2015).
2. Faktor Tidak Langsung
1) Pengetahuan
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap
terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi
pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali
mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat
pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi
bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi
semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi
akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya manusia.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi
makanan lebih baik. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan
22
agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya maslaah gizi di dalam keluarga dan
bisa mengambil tindakan yang tepat (Puli dkk, 2014).
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering sekali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat
makan pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha- usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi
daripada yang kurang bergizi (Surasih, 2014).
3) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang yang tingkat
ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk
makan. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80
persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya
pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan
penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti
lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin
besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan
(Sediaoetama, 2014).
Berdasarkan penelitian menurut Rahayu dan Sagita (2019), menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian KEK pada ibu
hamil trimester II. Rendahnya pendapatan merupakan salah satu rintangan yang
menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jenis dan jumlah yang
diperlukan. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan sangat mempengaruhi daya beli
keluarga terhadap bahan pangan sehari- hari yang akhirnya berpengaruh terhadap
kondisi gizi ibu hamil tersebut dan bisa menyebabkan kekurangan gizi pada ibu
seperti Kurang Energi Kronik (KEK). Pendapatan merupakan salah satu hal utama
yang berpengaruh terhadap kualitas penyajian menu makanan. Pernyataan itu
sangat logis, karena memang tidak mungkin orang makan makanan yang tidak
sanggup dibelinya. Pendapatan yang rendah bisa menyebabkan daya beli yang
23
rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan,
keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat
berakibat buruk terhadap keadaan gizi ibu hamil.
4) Pantangan Makanan
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi ibu selama
hamil sesuai dengan kebiasaan turun-temurun yang dianut. Makanan pantang atau
pantang makanan adalah bahan makanan atau masukan yang tidak boleh dimakan
oleh para individu dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya.
Biasanya pihak yang diharuskan memantang memiliki ciri-ciri tertentu, atau sedang
mengalami keadaan tertentu (misalnya karena sedang hamil atau menyusui), dan
karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap
bahan makanan tersebut (misalnya berkenaan dengan sifat keramatnya).
Adat memantang makan itu diajarkan secara turun temurun dan cenderung
ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau
yakin akan rasional dari alasan- alasan memantang makanan yang bersangkutan,
dan sekedar karena patuh akan tradisi setempat (Swasono, 2015).
5) Aktifitas Fisik
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang
otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk
diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun
pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang
dikonsumsi selain untuk aktifitas/kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi
rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat
kegiatan.
Hal ini juga didukung penelitian berdasarkan Mufidah, dkk., (2016), yang
menujukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik
dan risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Ibu hamil yang
memiliki tingkat aktivitas fisik sedang berisiko 12,60 kali untuk mengalami
24
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dibandingkan ibu hamil yang memiliki tingkat
aktivitas fisik ringan.
2.2.4 Dampak yang Ditimbulkan dari Ibu Hamil KEK
Menurut Moehji (2013) menyatakan bahwa gizi buruk karena kesalahan
dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan
hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir. Dampak gizi buruk terhadap
ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan saat
kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.
Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya
(premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.
Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah.
Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan
kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan
gizinya, maka orang itu akan menderita gizi kurang (Khomsan dan Anwar, 2014).
Menurut Lubis (2013) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini
1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada
ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badab ibu tidak bertambah secara normal,
dan terkena penyakit infeksi.
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan
pasca persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir
dengan BBLR.
25
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai gizi 2.890 kalori, protein 103 gram, lemak
73 gram dan karbohidrat 420 gram. Diit Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT)
dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi seperti atau
mendektai tabel di atas. Sementara itu, bahan makanan yang dianjurkan sebagai
berikut:
27
Tabel 2. Sumber bahan makanan diet Energi Tinggin dan Protein Tinggi (ETPT).
Pada trimester 2 dan trimester 3 ibu hamil dengan gizi kurang dianjurkan
menambah berat badan per minggu masing masing sebesar 0.5 kg dan 0.3 kg.
Tabel 3.Rekomendasi penambahan (IMT)
Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemelli 16 – 20,5
6. Riwayat Obstetrik
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
su An U Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/ H M Abnor Lakta Peny
am ak K PB malitas si
i
Kehamilan :
UK : prematuritas dapat berulang pada kehamilan saat ini.
Penyakit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat terjadi
pada kehamilan saat ini. Misalnya : TB paru.
Persalinan :
Jenis : adanya persalinan prematur dapat mengindikasikan kelainan
pada kehamilan dengan KEK. (Wheeler, 2003)
Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita
dan/ keluarganya pada orang tersebut. Pada ibu hamil dengan
KEK penolong persalinan harus tenaga yang berkompetensi,
sebab komplikasi dari persalinanibu hamil KEK dapat terjadi
perdarahan.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat yang
sama dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan , untuk
bumil dengan KEK tempat persalinan yang aman adalah di
Rumah Sakit.
33
Perkusi
Ekstremitas :
a) Refleks Biseps. Respons normal fleksi pada siku dan kontraksi biseps.
b) Refleks Triseps.. Menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi
siku.
c) Refleks Patella. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah
respons normal.
d) Refleks Babinski. Terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan golongan darah
Pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil.
Pemeriksaan kadar gula darah.
40
c) Masalah
biasa terjadi pada ibu hamil KEK adalah cemas, panik, takut.
d) Kebutuhan
mental.
42
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus
mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi (Walyani, 2015).
Pada kasus KEK , bagi ibu : Bila ibu hamil mengalami gizi kurang maka
akibat yang akan ditimbulkan antara lain : dapat melemahkan fisiknya yang
pada akhirnya menyebabkan perdarahan, abortus, dan infeksi. Bagi bayi :
Resiko bayi yang terlahir dari ibu hamil yang menderita KEK akan
mengalami keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan),
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kristiyanasari, 2010).
Dengan diagnosa atau masalah potensial, maka tindakan antisipasi yang dilakukan
antara lain meliputi tindakan mandiri bidan, yaitu pemberian terapi berupa
makanan tambahan, tablet Fe, serta memberikan motivasi pada ibu berupa
meningkatakan pengetahuan tentang pentingnya keluarga sadar gizi. Tindakan
kolaborasi dengan dokter, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan pola
konsumsi makanan dan tindakan rujukan ke Rumah Sakit (Astuti, 2012).
V Intervensi
Strategi intervensi gizi mengacu pada 4 kategori menurut Kemenkes (2014),
yaitu:
1. Penyediaan makanan. PMT pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama sehari-hari.
2. Konseling/ edukasi gizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki status gizi
melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar
3. Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektoral
terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil mendapat kendala
untuk melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka tenaga gizi dapat
berkolaborasi dengan tenaga masyarakat. Dukungan keluarga sangat
diperlukan untuk pemberian PMT
4. Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik pemberian makan
ibu hamil. Indikator monitoring evaluasi adalah kenaikan Berat Badan,
perbaikan hasil laboratorium.
5. Perencanaan persalina dan pencegahan komplikasi.
Ibu hamil dengan KEK kemungkinan terjadi komplikasi, persalinan
premature,perdarahan pasca salin.
6. Pemberia tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
Dengan pemberian tablet fe akan mencegah anemia pada ibu.
VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
44
VII. Evaluasi
2.4 SOAP
PENGKAJIAN
34
35
Ibu tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, tidak ada alergi dan tidak
memiliki penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain) tidak memiliki
penyakit menular (HIV, TBC dan lain-lain) dan tidak memiliki penyakit
menahun (asma, batuk rejan dan lain-lain).
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain),
tidak memiliki penyakit menular (HIV, TBC dan lain-lain), tidak memiliki
penyakit menahun (asma, batuk rejan dan lain-lain), dan tidak ada riwayat
kehamilan gemeli.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Kebiasaaan: tidak (merokok, minuman alkohol, narkotika, minuman jamu,
pijat perut, dan memelihara hewan peliharaan)
2) Nutrisi: nafsu makan baik, tidak ada gangguan dan pantangan, hanya saja
makan tidak teratur 2-3 kali sehari, porsi makan sesuai terdiri dari sayur,
lauk, nasi, dan jarang makan buah.
3) Istirahat: tidur malam ± 6-7 jam, tidur siang jarang dan tidak merasakan
adanya gangguan tidur
4) Eliminasi: BAB 1x/ hari rutin dan BAK 5-6 kali. Terakhir BAB tadi pagi
saat bangun tidur bersamaan dengan BAK
5) Personal: mandi 2x/hari, ganti baju setiap hari 2x.
6) Hubungan Seks: satu minggu sekali, tidak ada keluhan yang menyertai.
7) Aktivitas: ibu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel,
dan memasak.
12. Psikososial dan Spiritual
1) Kehamilan yang diinginkan, ibu merasa bersemangat untuk menjalani
kehamilan ini.
2) Tidak ada masalah yang mengganggu, suami dan keluarga mendukung.
3) Tidak ada kebiasaan/budaya yang merugikan.
1) Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
TD Baring : 110/70 mmHg TD Miring : 100/60
mmHg
MAP : 83,3 (-) ROT : 10 (-)
Suhu : 36,7 °C Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3) Antropometri
1. BB sebelum hamil : 41 kg
2. BB sekarang : 45 kg
3. TB : 147 cm
4. LILA : 22 cm
5. IMT : 19,52 (Berat badan normal)
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak tampak pucat dan tidak odem
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Mulut : tidak ada stomatitis, bibir lembap, tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri telan.
Dada/Payudara : bersih, puting susu menonjol, hiperpigementasi aerola,
tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada bekas operasi.
Lepold I : Teraba Bagian bulat dan lunak (bokong bayi)dan TFU
pertengahan simpisis pusat, TFU Mc Donald 22 cm
Lepold II : teraba bagian tubuh bayi yang memenjang pada sebelah
kiri.
Lepold III : bagian terendah Taraba bulat keras (kepala bayi)
Leopold IV : Bagian terendah belum masuk PAP
DJJ : 137 x/menit
Genetalia : tidak ada varises, tidak ada pengeluaran, tidak ada tanda
penyakit kelamin.
38
Ekstremitas
Atas : Pergerakan bebas, tidak ada kelainan.
Bawah : tidak odem, tidak varises, pergerakan bebas,
3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium oleh petugas laborat darah, hasil pada tanggal
17 November 2021
Hb : 12,0
Golda :O
Gula Darah : 100
Albumin : negatif Reduksi : Negatif
HIV : NR HbSAg : NR Sifilis : NR
2) Pemeriksaan USG oleh dr SpOG pada tanggal 02 Maret 2022.
BPD : 63,3 mm
AC : 216,2 mm
FL : 44,4 mm
EFW : 856,98Gr
AUA : 25 W 2 d
EED : 16-6-2022
3) Skor Poeji Rochyati
Awal hamil :2
KEK :4
Total skor : 6 (Kehamilan Risiko Tinggi)
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada Ibu bahwa kondisi ibu dan janin baik.
Ev. Ibu mengerti dengan kondisinya dan janin saat ini.
2. Menjelaskan kepada ibu dengan kondisi ibu dengan Kurang Energi Kronis
(KEK) meliputi pengertian, penyebab, bahaya, dan cara mengatasi. Ev. Ibu
mengerti dengan Kondisi yang dialami oleh ibu.
3. Memberiksan KIE kepada ibu meliputi:
1) Memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang untuk ibu hamil, dengan
porsi yang lebih banyak dari sebelum hamil, mengatur pola makan yang
sedikit tapi sering, ditambah dengan konsumsi susu untuk ibu hamil.
2) Mengurangi aktivitas yang berlebihan, istirahat yang cukup, jika dirasa
sudah lelah segera beristirahat.
Ev. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukannya.
4. Membuatkan ibu contoh menuh untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil
dengan KEK. Ev. Ibu menerimah dan bersedia menerapkan pada menuh
sehari hari.
5. Memberikan Makanan tambahan ( Susu dan telor)
6. Mengingatkan kepada ibu untuk periksa ke bidan praktik mandiri atau
Puskesmas bulan ini. Ev. Ibu bersedia untuk kunjungan kembali.
7. Menjadwalkan pertemuan selanjutnya via Whatsapp. Ev. Ibu bersedia dan
menyetujui pertemuan tgl 12 April 2022. Di Rumah Klien .
3.5 Perkembangan
3.5.1 Perkembangan 1 (asuhan ke 2)
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 April 2022
Tempat : kunjungan Rumah
S :
1. Ibu merasa tidak ada keluhan
2. Ibu merasa gerakan janin aktif
3. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein
dan tidak ada keluhan mengenai pola makan, minum susu
4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi susu ibu hamil
40
Obyektif
1. : Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD Baring : 115/70 mmHg TD Miring : 110/60 mmHg
Suhu : 36,7 °C Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3. Antopometri
BB sekarang : 44,5 kg
IMT : 20,9 (berat badan normal)
4. TFU 20 cm. presentasi kepala belum masuk PAP. DJJ 148x/menit.
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat mengambil kesimpulan dan
pemecahan masalah, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam
menerapkan asuhan kebidanan yang efektif.
Dari pengkajian yang penulis lakukan Ny. E sudah melakukan pemeriksaan
ANC lengkap/ sesuai standar (K4), TM II 3 kali dan TM III 1 kali, dan kunjungan
ke dokter Sp.OG sebanyak 2 kali, sehingga ibu sudah memuhi stadar asuhan
kunjungan antenatal minimal 4 kali oleh bidan dan 2 kali oleh Dokter. Menurut
Kemenkes (2014), pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal sekurangkurangnya empat kali selama masa kehamilan, dengan
distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua,
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan
dini komplikasi kehamilan. Asuhan kehamilan yang diberikan pada Ny. E sudah
memenuhi standar 10 T. Dimana pada asuhan kehamilan yang diberikan pada ibu
di Puskesmas Bungah dilakukan sesuai dengan standar, yakni Asuhan kehamilan
standar 10 T.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah dan pemeriksaan ANC Terpadu di
Puskesmas tidak menunjukkan adanya kesenjangan, pada hasil pemeriksaan
Lingkar Lengan Atas (LILA) 22 cm,menandakan bahwa ibu mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK) ,Menurut Kemenkes (2015), KEK adalah
merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun yang ditandahi dengan berat badan
kurang dari 40 kg dan LILA kurang dari 23,5 cm. Dalam perhitungan KSPR ibu
mendapatkan skor 6 (2 skor awal kehamilan dan 4 skor untuk KEK) kategori KRT
(kehamilan risiko tinggi). Sehingga Analisa datanya yaitu Ny. E usia 31 tahun
G3P20002, UK 36 minggu, tunggal, intrauterine, hidup, presentasi kepala, keadaan
44
45
umum ibu dan janin baik dengan KEK. Ibu hamil dengan KEK berresiko terjadinya
kelahiran bayi dengan BBLR, kelahiran prematur, perdarahan paska salin.
Menurut Moehji (2013) menyatakan bahwa gizi buruk karena kesalahan
dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan
hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir. Dampak gizi buruk terhadap
ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan saat
kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.
Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya
(premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.
Pada kasus ini Ny. E telah mengalami kondisi KEK pada 2 kali kehamilan yang
sebelumnya. Kedua bayi yang dilahirkan tidak ada yang mengalami BBLR, bayi
lahi aterm dan tidak terjadi perdarahan paska salin. Bayi yang dilahirkan berat
badannya noramal anak yang pertama Berat Badan Lahir 2900 gr, dan anak yang
ke -2 berat badan lahir 3200 gm, pada saat kehamilan Ny. E mendapatkan
intervensi atau tindak lanjut sejak awal pemeriksaan kehamilan, yaitu pemberian
tablet Fe, pemberian PMT dan keonseling pemberian gizi seimbang untuk ibu hamil
KEK. jadi tidak semua ibu hamil dengan KEK akan mengalami kelahirannbayi
dengan BBLR, akan tetapi tergantung pada penangan dari kasus ibu hamil KEK.
Menurut Kemenkes (2014), ibu Hamil dengan ukuran LILA <23,5 cm harus
dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pengkajian factor
penyebab ,konseling dan evaluasi secara berkala. Strategi intervensi gizi mengacu
pada 4 kategori yaitu:
1) Penyediaan makanan. PMT pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama sehari-hari.
2) Konseling/ edukasi gizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki status gizi
melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar
3) Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektoral
terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil mendapat kendala
untuk melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka tenaga gizi dapat
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. E G3P20002 dengan KEK,
penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori
dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai berat
badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang
dari 23,5 cm (Kemenkes, 2015).
2. Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan
kehamilan (eklampsi), kesulitan saat kelahiran, perdarahan, bahkan dapat
membawa kematian. Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang
buruk dapat menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir
sebelum waktunya (premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian
dibawah satu tahun.
3. Pengkajian yang dilakukan terhadap Ny. E dengan KEK dikarenakan pola
makan yang tidak teratur sehingga menjadi faktor rsiko ibu mengalami KEK.
4. Asuhan yang telah diberikan sesuai dengan teori yang memberikan
pengetahuan tentang KEK dan pemberian makanan tambahan untuk ibu
hamil, kolaborasi dan evaluasi.
5.2 Saran
5.2.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam kehamilan
dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan, mengingat
proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan
sumber daya manusia yang berpotensi profesional.
Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes
RI.
Khomsan, A., Anwar, F. 2014. Makanan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah.
Lubis, Z. 2013. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Misaroh, Proverawati. 2016. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Moehji, S. 2013. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar
Sinanti.
Sediaoetama. 2014. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sediaotama. 2014. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian
Rakyat.
Soetjiningsih. 2015. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Supariasa, I. Bakri, B., dan Fajar, I. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: E
46
47
LAMPIRAN :
IDENTITAN IBU HAMIL.
48
GRAFIK KEHAMILAN
49
Nama ibu : TB cm
Umur : BB kg
Contoh Menu Sehat
Indek Masa Tubuh (IMT)
Kebutuhan Kalori Kkal
Pagi ; Nasi
Kalori Kkal. Lemak Gr.
Protein Gr karbohidrat gr
Ayam Goreng
TAHUN 2022