Anda di halaman 1dari 72

LAPORAN

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK BERKESINAMBUNGAN


PADA KEHAMILAN GIIIP20000 USIA KEHAMILAN 29 MINGGU
DENGAN KEK (KEKURANGAN ENERGI KRONIS)
DI WILAYAH DESA SUKOREJO BUNGAH GRESIK

Disusun Oleh:
SITI MUSHOFFAH
NIM. P27824621078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDRAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan kebidanan holistik Berkesinambungan ini dilaksanakan sebagai


dokumen/laporan praktik blok 12 yang telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Desa
Sukorejo Bungah Gresik periode praktik tanggal 3 April – 14 Mei 2022

Gresik, 11 April 2022

Siti Mushoffah
NIM. P27824621078

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Fithriyatul M., A.Md.Keb Dr. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb., M.Keb. Novita Eka K. W., SST., M.Keb.
NIP. 197811292006042011 NIP. 196404301985032003 NIP. 198411302009122001

Mengetahui
Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

dr. Mujtahidah Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 198004272010012010 NIP. 197905242002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik Berkesinambungan di Wilayah Kerja Desa Sukorejo Bungah
Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas blok 12
(Berkelanjutan) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. dr. Mujtahidah, selaku kepala Puskesmas Bungah, Gresik
3. Ibu Astuti Setiyani, SST.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya.
4. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
5. Ibu Fithryatul Mashnunah, A.Md.Keb, selaku pembimbing praktik lapangan di
Puskesmas Bungah, Gresik.
6. Ibu Dr. Kasiati, S.Pd.,S.Tr.Keb., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 1
yang telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan
ini.
7. Ibu Novita Eka K. W., SST., M.Keb., selaku pembimbing pendidikan 2 yang
telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan
pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Gresik, 11 April 2022


Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Asuhan ............................................................................... 3
1.3 Waktu dan Tempat Praktik ............................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Dasar Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan .................................................................... 4
2.1.2 Fisiologi Kehamilan ....................................................................... 4
2.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil ........................................................... 7
2.1.4 Tanda Bahaya Kehamilan .............................................................. 9
2.1.5 Asuhan Kehamilan ......................................................................... 11
2.2 Konsep Dasar KEK
2.2.1 Pengertian KEK .............................................................................. 17
2.2.2 Tanda dan gejala klinis KEK……………………………………… 17
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kejadian KEK ................................... 18
2.2.4 Dampak yang Ditimbulkan dari Ibu Hamil KEK ........................... 23
2.2.5 Pencegahan KEK…………………………………………………. 23
2.2.6 Cara Mengatasi KEK pada Kehamilan .......................................... 24
2.2.7 Pemenuhan Gizi yang Disarankan ................................................. 24
2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan
2.3.1 Langkah I: Pengkajian .................................................................... 24
2.3.2 Langkah II: Interpretasi Data ......................................................... 30
2.3.3 Langkah III: Diagnosa Potensial ..................................................... 31
2.3.4 Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Yang
Membutuhkan Tindak Segera ........................................................ 31
2.3.5 Langkah ke V: Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh ................ 31
2.3.6 Langkah ke VI: Penatalaksanaan ................................................... 32
2.3.7 Langkah ke VII: Evaluasi ............................................................... 32
2.4 Konsep Dasar SOAP ...................................................................... 33

iv
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif ................................................................................. 34
3.2 Data Objektif .................................................................................. 36
3.3 Analisa Data ................................................................................... 37
3.4 Penatalaksanaan ............................................................................. 38
3.5 Perkembangan ................................................................................ 38

BAB 4 PEMBAHASAN ........................................................................... 41

BAB 5 PENUTUP ..................................................................................... 44

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status
gizi masyarakat (Moehji, 2013). Jika masukan zat gizi untuk ibu hamil dari
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat
gizi. Kekurangan zat gizi dan rendahnya derajat kesehatan ibu hamil masih sangat
rawan, hal ini ditandai masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yang disebabkan
oleh perdarahan karena anemia gizi dan kekurangan energi kronik (KEK) selama
masa kehamilan.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh asupan energi yang kurang dalam waktu lama (kronis), dan
ditandai dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm. Kualitas bayi yang
dilahirkan sangat dipengaruhi oleh keadaan ibu sebelum dan selama hamil. Jika zat
gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi, maka janin tersebut akan
mempunyai konsekuensi yang kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya
(Misaroh & Praverawati, 2016). Hasil Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) yang
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data PSG tahun 2016 menunjukkan
bahwa sebanyak 73,7% ibu hamil yang belum memenuhi kecukupan protein dalam
konsumsinya sehari-hari. Kecukupan energi dan protein di atas maka hal ini
berkontibusi cukup besar terhadap terjadinya ibu hamil KEK di Indonesia.
Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai risiko kematian mendadak pada
masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR).
Tingginya angka kurang gizi pada ibu hamil ini juga mempunyai kontribusi
terhadap tingginya angka BBLR di Indonesia yang mencapai 10,2% (Kemenkes RI,
2016). Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil
ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi
dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat

1
2

selama hamil.
Menurut Sediaoetama (2014), penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua,
yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terdiri dari asupan
makanan atau pola konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak
langsung terdiri dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena
penyakit infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan,
pendidikan umum dan pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang
mencukupi kubutuhan, kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu
banyak, usia ibu, usia menikah, penghasilan rendah, perdagangan dan distribusi
yang tidak lancar dan tidak merata, jarak kehamilan (Sediaoetama, 2014). Penyebab
tidak langsung dari KEK disebut juga penyakit dengan causa multi factorial dan
antara hubungan menggambarkan interaksi antara faktor dan menuju titik pusat
kekurangan energi kronis.
Antenatal Care (ANC) merupakan pelayanan pemeriksaan kesehatan rutin ibu
hamil untuk mendiagnosis komplikasi obstetri serta untuk memberikan informasi
tentang gaya hidup, kehamilan dan persalinan. Setiap ibu hamil sangat dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali
yaitu minimal 1 kali pada trimester pertama (sebelum usia kehamilan 14 minggu),
minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 14- 28 minggu) dan minimal
2 kali pada trimester ketiga (28-36 minggu dan setelah 36 minggu usia kehamilan)
(Kemenkes RI, 2015). Selama pandemi, antenatal care minimal 6x dengan rincian
2x di Trimester 1, 1x di Trimester 2, dan 3x di Trimester 3. Minimal 2x diperiksa
oleh dokter saat kunjungan 1 di Trimester 1 dan saat kunjungan ke 5 di Trimester 3
(Kemenkes RI, 2020).
Pelayanan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kelangsungan dan
kualitas hidup ibu di Indonesia adalah dengan melakukan asuhan Kebidanan
Kehamilan yang berkualitas yang dapat memberi dampak yang signifikan terhadap
kelangsungan dan kualitas hidup ibu dan anak (Mulati, 2015). Berdasarkan latar
belakang di atas, maka penulis melakukan studi kasus KEK pada ibu hamil di Desa
Sumurber Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.
1.2 Tujuan Asuhan
3

1.2.1 Tujuan Umum


Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil secara berkelanjutan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data
2. Mengidentifikasi terhadap diagnosa, masalah, dan kebutuhan kebidanan
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Mengantisipasi masalah atau tindakan segera
5. Menyusun dan mengembangkan rencana dan asuhan kebidanan menyeluruh
6. Melakukan asuhan kebidanan sesuai rencana
7. Melakukan evaluasi terkait asuhan yang sudah diberikan

1.3 Waktu dan Tempat Praktik


Praktik dilaksanakan di Wilayah Desa Sukorejo Bungah Gresik, pada tanggal
3 April s.d 14 Mei 2022
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori Kehamilan


2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilajutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisassi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu
40 minggu atau 9 bulan. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester I berlangsung dalam
12 minggu, trimester II 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester III
13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2014).
Kehamilan normal merupakan kehamilan yang tidak mengalami gejala –
gejala atau kelainan maupun komplikasi dari usia kehamilan 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari), dihitung dari haid pertama haid terakhir / HPHT (Saifudin,
2012: N-2).

2.1.2 Fisiologi Kehamilan


Menurut Rukiyah (2013), perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu
hamil adalah sebagai berikut:
1. Perubahan Uterus
Uterus akan membesar dibawah pengaruh estrogen dan progesteron yang
kadarnya meningkat. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm.
Ketika usia kehamilan sudah aterm dan pertumbuhan janin normal, maka pada

4
5

kehamilan 28 minggu tinggi fundus uteri (TFU) 25 cm, pada 32 minggu 27 cm,
pada 36 minggu 30 cm, pada kehamilan 40 minggu TFU turun kembali dan terletak
3 jari dibawah Prosessus Xyfoideus (PX).
2. Serviks Uteri
Serviks mengalami perubahan yang ditentukan sebulan setelah konsepsi
perubahan itu meliputi perubahan kekenyalan yaitu serviks menjadi lunak (tanda
goodel), pembuluh darah meningkat, lendir menutupi ostium uteri serviks sehingga
menjadi lebih mengkilap.
3. Segmen Bawah Uterus
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis servikalis setinggi
ostium interna bersama-sama istmus uteri. Segmen bawah lebih tipis dari pada
segmen atas dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu-minggu terakhir
kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut menampung janin. Serviks
bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan terjadi.
4. Kontraksi Braxton-Hikcs
Merupakan kontraksi tak teratur rahim dan terjadi tanpa rasa nyeri di
sepanjang kehamilan. Kontraksi ini barang kali membantu sirkulasi darah dalam
plasenta.
5. Vagina dan vulva
Vagina dan serviks akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah,
agak kebiruan (livide) disebut tanda Chadwick. Vagina membiru karena pelebaran
pembuluh darah.
6. Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatemammotropin,
esterogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Pada
kehamilan akan terbentuk lemak sehingga mammae menjadi lebih besar, mammae
akan membesar, lebih tegang dan aerola mammae tampak lebih hitam karena
hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar
cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrums.
7. Sistem Endokrin
6

Perubahan endokrin, sekresi kelenjar hipofisis umumnya menurun dan


penurunan ini selanjutnya akan meningkatkan sekresi kelenjar endokrin (khususnya
kelenjar tiroid, paratiroid, dan adrenal). Kadar hormon hipofise, prolaktin
meningkat secara berangsur-angsur menjelang akhir kehamilan, namun fungsi
prolaktin dalam memicu laktasi disurpresi sampai plasenta dilahirkan dan kadar
esterogen menurun.
8. Sistem Kekebalan
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai macam fungsi
imunologi secara hormonal dan seluler untuk menyesuaikan diri dengan graft janin.
Titer antibodi humoral melawan beberapa virus misalnya herves simpleks, campak,
dan influenza A menurun selama kehamilan.
9. Sistem Respirasi
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan
diafragma terbatas setelah mingu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan
meningkatnya volume tidal dan kecepatan ventilasi sehingga memungkinkan
pencampuran gas dan konsumsi oksigen meningkat.
10. Tractus Urinarus
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP (Pintu Atas Panggul),
keluhan sering kencing timbul karena kandung kencing mulai tertekan. Pada ginjal
seorang wanita hamil bertambah besar, misalnya menemukan bahwa ginjal 1,5 cm
lebih panjang selama masa nifas awal dari pada yang diukur 6 bulan kemudian.
Kecepatan fitrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal bertambah pada awal
kehamilan, pada awal trimester kedua sebanyak 50 persen, mekanisme tepat untuk
meningkatnya hal-hal ini pada kehamilan belum diketahui.
11. Traktus Digestivus
Di mulut, gusi menjadi lunak, akibat retensi cairan intraseluler yang
disebabkan oleh progesteron. Sfingter esopagus bawah relaksasi, sehingga dapat
terjadi regorgitasi isi lambung yang menyebabkan rasa terbakar di dada. Sekresi isi
lambung berkurang dan makanan lebih lama berada di lambung. Otot-otot usus
relaksi disertai dengan penurunan motilitas. Hal ini memungkinkan absorbsi zat
7

nutrisi lebih banyak, sehingga menyebabkan konstipasi yang merupakan salah satu
keluhan utama wanita hamil.
12. Sistem Muskuleskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dari peningkatan berat wanita hamil
menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara menyolok,
peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan
tonus otot perut, dan peningkatan berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan
penyesuaian tulang (realignment) kurvatura spinalis. Pusat gravitasi wanita
bergeser ke depan.
Bahu tertarik lebih kebelakang dan tulang belakang lebih melengkung
sebagai akibat dari penyesuaian diri karena janin yang membesar dalam abdomen
sehingga tulang belakang menjadi kifosis (Kumalasari, 2015). Sikap tubuh lordosis
suatu keadaan dikarenakan kompensasi beban uterus yang membesar dan
menggeser daya berat ke belakang lebih tampak pada masa trimester III yang
menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada bagian tubuh belakang karena
meningkatnya beban kandungan yang dapat memengaruhi postur tubuh ibu hamil
(Rusmita, 2011).
13. Sistem Metabolisme
Pada ibu hamil basal metabolic rate (BMR) bertambah tinggi hingga 15-20 %
yang umumnya ditemui pada trimester ketiga dan membutuhkan banyak kalori
untuk dipenuhi sesuai kebutuhannya (Saifuddin, 2016). Pada trimester ke-2 dan ke3
pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu
sebesar 0,4 kg, sedangkan pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing 0,5 kg dan 0,3 kg
(Saifuddin, 2012).

2.1.3 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


Kebutuhan kesehatan ibu hamil menurut Nugroho (2014) sebagai berikut:
1. Oksigen
Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal
ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya rahim. Kebutuhan
8

meningkat 20 %. Ibu hamil sebaiknya tidak berada di tempattempat yang terlalu


ramai dan penuh sesak karena akan mengurangi masukan oksigen.
2. Nutrisi
Pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan 300 kkal/hari atau
sama dengan mengonsumsi tambahan makanan 100 gr daging atau minum 2 gelas
susu. Nutrisi ini berkaitan dengan pemenuhan kalori yang digunakan oleh tubuh
sebagai pengelola. Selain itu ibu hamil juga perlu mengonsumsi tambahan vitamin
dan tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan yang berguna untuk mencegah
anemia defisiensi besi, meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel
darah merah janin dan plasenta. Makanan sehari-hari yang dapat dikonsusmsi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu adalah makanan yang mengandung karbohidrat,
asam folat, protein, zat besi, kalsium, vitamin, semua sumber nutrisi ini dapat
diperoleh dengan mengonsumsi nasi secukupnya, sayuran hijau, buah- buahan,
daging ayam, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
3. Personal Hygiene
Personal Hygiene penting untuk dijaga oleh seorang ibu hamil karena bila
tidak dijaga akan berdampak pada kesehatan ibu dan janin. Ibu hamil sebaiknya
mandi, menggosok gigi dan mengganti pakaian dalam minimal 2 kali sehari,
menjaga kebersihan alat genitalia dan pakaian dalam dan menjaga kebersihan
payudara.
Cara melakukan vulva hygiene adalah dengan menucui tangan sebelum
menyentuh vagina, membersihkan vagina dengan cara membasuh air bersih setiap
buang air kecil, buang air besar, dan mandi. Cara membasuh yang benar adalah dari
arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik karena bakteri yang ada
disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina, setelah dibersihkan gunakan handuk
bersih atau tisu kering untuk mengeringkannya (Ika, 2011).
4. Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada trimester I dan III untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman ibu, sebaiknya memperbanyak intake di siang
hari dan menguranginya di malam hari dan mengganti pakaian dalam setiap terasa
lembab, dan bila selesai buang air ceboklah dengan baik.
9

5. Pakaian
Baju hamil yang praktis selama enam bulan kehamilan mengenakan baju
biasa yang longgar, pilihlah bahan yang tidak panas dan mudah menyerap keringat,
bagian dada harus longgar karena payudara akan membesar, bagian pinggang harus
longgar kalau perlu terdapat tali untuk menyesuaikan perut yang terus membesar.
Bra disiapkan paling sedikit dua buah dengan bukaan di depan untuk memudahkan
menyusui, sepatu kenakan yang rata bukan bertumit.
6. Seksual
Ibu hamil dapat tetap melakukan hubungan seksual dengan suaminya
sepanjang hubungan seksual tersebut tidak menganggu kehamilan. Bila hendak
melakukan hubungan seksual sebaiknya gunakan kondom karena prostaglandin
yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi.
7. Istirahat/Tidur
Ibu hamil hendaknya tidur malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam. Posisi tidur
untuk ibu hamil dianjurkan dalam posisi miring ke kiri, letakkan beberapa bantal
untuk menyangga. Pada ibu hamil sebaiknya banyak menggunakan waktu luangnya
untuk banyak istirahat atau tidur, walau bukan benar-benar tidur hanya baringkan
badan untuk memperbaiki sirkulasi darah dan jangan bekerja terlalu lelah.
8. Senam Hamil
Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil sesuai dengan kondisi ibu,
senam ringan yang dapat dilakukan ibu adalah jalan pagi, sambil menghirup udara
segar dan sebelum maupun sesudah melakukan senam ibu harus minum yang cukup.

2.1.4 Tanda Bahaya Kehamilan


1. Perdarahan Pervaginam
Perdarahan antepartum atau perdarahan pada pada kehamilan lanjut adalah
perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada
kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-
kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri (Pantiawati, 2015).
1) Plasenta Previa
Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
10

sebagian/seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah


pada dinding depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-
gejala yang ditunjukkan seperti gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa
nyeri, bisa terjadi secara tiba-tiba dan kapan saja, bagian terendah anak sangat
tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim sehingga bagian terendah
tidak dapat mendekati PAP dan ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
2) Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal plasenta terlepas
setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya terjadinya perdarahan namun terkadang
darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta. (perdarahan
tersembunyi/perdarahan kedalam). Perdarahan disertai nyeri, nyeri abdomen pada
saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin lama makin naik dan
denyut jantung bayi biasanya tidak ada.
2. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang- kadang dengan
sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
pre eklampsia.
3. Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah pandangan kabur dan berbayang dan
perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan pre eklampsia.
4. Bengkak di Wajah Dan Jari-Jari Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang
lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau pre eklampsia
5. Keluar Cairan Pervaginam
11

Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina normalnya terjadi pada trimester
ketiga namun ketuban dinyatakan pecah dini (KPD) jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.
Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala persalinan, bisa
juga belum pecah saat mengedan.
6. Gerakan Janin Tidak Terasa
Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke
6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur,
gerakannya akan melemah. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. Bayi harus
bergerak 3x dalam 1 jam atau minimal 10x dalam 24 jam. Jika kurang dari itu, maka
waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin sampai
kematian janin.
7. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.
Sebelumnya harus dibedakan nyeri yang dirasakan adalah bukan his seperti pada
persalian. Pada kehamilan lanjut, jika ibu merasakan nyeri yang hebat, tidak
berhenti setelah beristirahat, disertai tanda-tanda syok yang membuat keadaan
umum ibu makin lama makin memburuk dan disertai perdarahan yang tidak sesuai
dengan beratnya syok, maka kita harus waspada akan kemungkinan terjadinya
solusio placenta. Nyeri perut yang hebat bisa berarti apendiksitis, kehamilan etopik,
aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong
empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya.

2.1.5 Asuhan Kehamilan


1. Pengertian asuhan kehamilan
Asuhan kehamilan adalah suatu program yang terencana berupa observasi,
edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Walyani, 2015).
12

Menurut Kemenkes (2013) kunjungan pemeriksaan antenatal dilakukan minimal 4x


kunjungan dalam kehamilan dengan distribusi sekali dalam usia kehamilan sebelum
minggu ke 16, sekali dalam usia kehamilan antara 24-28 minggu dan dua kali dalam
usia kehamilan antara 30-32 dan 36-38 minggu.
2. Tujuan Asuhan Kehamilan
1) Memfasilitasi hamil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayi dengan
menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu.
2) Memantau kehamilan dengan memastikan ibu dan tumbuh kembang anak sehat.
3) Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa selama hamil (penyakit
umum, keguguran, pembedahan).
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu, agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal.
7) Membantu ibu mengambil keputusan klinik.
3. Standar Pelayanan Antenatal Care
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 2012).
Standar pelayanan antenatal menurut Standar Pelayanan Kebidanan adalah:
1) Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan
anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak
dini dan teratur.
2) Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi
anamnesis dan pemantauan ibu dan janin untuk menilai apakah perkembangan
13

normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia,


kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi,
nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh
puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila
ditemukan kelainan, segera melakukan tindakan selanjutnya.
3) Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan
palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah
memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala ke dalam rongga
panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau
rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan.
5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada
kehamilan dan mengenal tanda-tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang sesuai.
6) Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami, serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan persiapan persalinan yang
bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik,
di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila terjadi keadaan
gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator cakupan K1 dan K4. cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal pertamakali oleh tenaga kesehatan dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.
Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai jadwal yang
dianjurkan.
14

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Menurut Kemenkes (2014), pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan
melalui pemberian pelayanan antenatal sekurangkurangnya empat kali selama masa
kehamilan, dengan distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24
minggu), dan dua, kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai
persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin
perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko,
pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan. Pelayanan antenatal yang
dilakukan diupayakan memenuhi standar kualitas, yaitu 10T:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kg selama kehamilan atau
kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan
janin. Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk
menepis adanya faktor risiko pada ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari
145 cm meningkatkan resiko untuk terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion (CPD).
2) Pengukuran tekanan darah;
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (TD ≥140/90 mmHg) pada kehamilan dan pre
eklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah dan atau
proteinuria.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
Pengukuran LiLA dilakukan pada kontak pertama oleh nakes di trimester I
untuk skrining ibu hamil berisiko KEK. Standar minimal pengukuran LiLA pada
wanita dewasa/usia produktif adalah <23,5 cm. Jika kurang <23,5 cm maka
interpretasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil dengan KEK dapat
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
4) Pengukuran tinggi fundus uteri (fundus uteri);
Pengukuran TFU dilakukan setiap kali kunjungan kehamilan untuk
menentukan usia kehamilan, mendeteksi pertumbuhan janin, serta menghitung
taksiran berat janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Standar pengukuran
15

menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu. Beberapa metode untuk


menentukan usia kehamilan yaitu:
1. Mengukur TFU dari simfisis dengan menggunakan satuan cm. TFU
berdasarkan usia kehamilan menurut Spiegelberg
2. Menurut Mc. Donald dengan mengukur jarak fundus-simfisis dalam cm
dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.
3. Mengukur TFU dengan Jari
UK Dalam cm Penunjuk Badan
12 minggu - 1/3 di atas simfisis
16 minggu - 1/2 di atas simpisis – pusat
20 minggu 20 cm (±2 cm) 2/3 di atas simpisis
24 minggu 24 cm (±2cm) Setinggi pusat
28 minggu 28 cm (±2cm) 1/3 diatas pusat
32 minggu 32 cm (±2cm) 1/2pusat – prosesus xifoideus
36 minggu 36 cm (±2cm) Setinggi prosesus xyfoideus
40 minggu - 2 jari (4 cm) di bawah px

No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


Cm
1. 22-28 minggu 24-25 cm
2. 28 minggu 26,7 cm
3. 30 minggu 29,5-30 cm
4. 32 minggu 29,5-30 cm
5. 34 minggu 31 cm
6. 36 minggu 32 cm
7. 38 minggu 33 cm
8. 40 minggu 37,7 cm
(Sumber: Mochtar, 2012)
5) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan setiap kali
kunjungan ANC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika
pada trimester III bagian bawah janin bukan kepala, atau kepala janin belum masuk
ke PAP berarti ada kelainan posisi janin, atau kelainan panggul sempit. Penilaian
DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal
usia kehamilan ≥ 13 minggu. DJJ normal 120-160 kali/menit.
6) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasitetanus toksoid
sesuai status imunisasi;
16

Pemberian Imunisasi TT adalah untuk melindungi ibu dan janin dari tetanus
neonatorum. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk
1-2 hari pada tempat penyuntikkan. Pada saat pemberian imunisasi TT ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, seperti jadwal pemberian dan interval dari pemberian
TT pertama dan TT selanjutnya. Jadwal pemberian, interval pemberian, persen
perlindungan dan masa perlindungan dari pemberian imunisasi TT dapat dilihat
pada tabel:
Imunisasi Interval Kekebalan
TT 1 Pada K1 -
TT2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun / long life
7) Pemberian Tablet Zat Besi (Fe);
Pemberian tablet Fe untuk mencegah anemia pada wanita hamil, diberikan
sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan segera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tablet Fe diminum 1 x 1 tablet per hari, dan sebaiknya dalam
meminum tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan
mengganggu penyerapan.
8) Pelayanan tes laboratorium, sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan
Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus
dilakukan pada setiap ibu hamil, yaitu golongan darah, Hb dan pemeriksaan spesifik
daerah endemis, malaria, HIV, dll. Sementara pemeriksaan laboratorium khusus
adalah pemeriksaan laboratorium lain yang dilakukan atas indikasi lain pada ibu
hamil yaitu protein urin dan pemeriksaan kadar gula darah.
9) Tatalaksana kasus.
Berdasarkan hasil pemeriksaan ANC dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil wajib diberikan pelayanan sesuai
dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak dapat
dilayani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
17

10) Pelaksanaan temu wicara. (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling,


termasuk keluarga berencana);
Temu wicara atau konseling dilakukan pada setiap kunjungan ANC agar ibu
memahami kehamilannya dan sebagai upaya preventif terhadap

5. Program Pemerintah P4K ( Program Perencanaan Persalinan dan


Pencegahan Komplikasi )
Upaya terobosan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
salah satunya melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) yang menitikberatkan fokus totalitas monitoring yang menjadi
salah satu upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil serta
menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal dasar.
Dalam stiker P4K harus didapatkan informasi identitas ibu, taksiran persalinan,
rencana penolong persalinan, pendamping dan tempat persalinan serta calon
pendonor, transportasi yang digunakan dan pembiayaan. Semua harus disiapkan
dengan baik. Selain itu perencanaan KB pasca bersalin juga perlu direncanakan.
Pelaksanaan P4K diharapkan mampu membantu keluarga dalam membuat
perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiap-siagaan keluarga
dalam menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat
mengambil tindakan yang tepat. (Kemenkes RI, 2014).

2.2 Konsep Dasar KEK (Kekurangan Energi Kronis )


2.2.1 Pengertian KEK
KEK merupakan salah satu keadaan malnutrisi. Malnutrisi adalah keadaan
patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau
lebih zat gizi (Supariasa, 2014). KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya
kurang dari 23,5 cm (Kemenkes, 2015).
18

KEK adalah akibat dari suatu keadaan akibat kekurangan energi atau ketidak
seimbangan asupan energi dalam waktu lama, sehingga tidak dapat di evaluasi
dalam waktu singkat (Supariasa, Bakrie, dan Fajar, 2012).
Sebuah komisi dari the Interational dietary Energy consultative Group
mendefinisikan defisiensi energi yang kronik berdasarkan pada indeks masa tubuh
(IMT) orang dewasa. Memiliki IMT kurang dari 18,5 kg/m² merupakan kriteria
diagnostik dari KEK (Gibney dkk, 2013).
Berikut ini cara mengukur IMT yaitu :

Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Berat badan (kg) ÷ kuadrat tinggi badan (m) (Supriasa, Bakri, dan Fajar,
2016 ).

2.2.2 Gejala / keluhan pada ibu hamil KEK

Seorang ibu hamil yang kekurangan energi kronis (KEK) akan mengalami gejala-
gejala seperti berikut:

 merasa kelelahan terus-menerus,


 merasa kesemutan,
 wajah pucat dan tidak bugar,
 sangat kurus (indeks massa tubuh kurang dari 18,5),
 lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
 mengalami penurunan berat badan dan kekurangan lemak,
 menurunnya kalori yang terbakar saat istirahat, serta
 menurunnya kemampuan beraktivitas fisik

Menurut Supariasa (2010), tanda-tanda klinis KEK meliputi :

1) Berat badan <40 kg atau tampak kurus dan LILA kurang dari23,5 cm.

2) Tinggi badan <145 cm.


19

3) Ibu menderita anemia dengan Hb <11 gr%.

4) Lelah, letih, lesu, lemah, lunglai.

5) Bibir tampak pucat.

6) Nafas pendek.

7) Denyut jantung meningkat.

8) Susah buang air besar.

9) Nafsu makan berkurang.

10) Kadang-kadang pusing.

11) Mudah mengantuk.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kejadian KEK:


Adapun faktor yang mempengaruhi kejadian KEK menurut Kristiyanasari
(2010), adalah sebagai berikut:
1. Faktor Langsung
1) Asupan Makanan dan Pola Konsumsi
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan wanita
yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan dalam negeri yaitu
upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran
dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna
untuk mengukur gizi dan menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi
(Supariasa, 2014).
Hal ini juga didukung penelitian berdasarkan Mufidah, dkk., (2016), yang
menujukkan bahwa adanya hubungan tingkat kecukupan energi dengan risiko
terjadinya KEK pada ibu hamil. Tingkat kecukupan energi yang kurang disebabkan
oleh adanya ketidakseimbangan energi dalam tubuh, dimana asupan energi lebih
sedikit dari kebutuhannya. Asupan energi ibu hamil yang tidak adekuat akan akan
20

menyebabkan tubuh ibu menggunakan cadangan lemaknya dan apabila cadangan


lemak tersebut digunakan terus menerus dan habis, maka protein yang di hati dan
otot diubah menjadi energi sehingga mengakibatkan terjadinya deplesi massa otot
yang ditandai dengan ukuran LILA <23,5 cm.
Menurut penelitian Simarmata (2014) pola konsumsi ibu hamil berdasarkan
frekuensi makan dan jenis makan, yaitu mengkonsumsi beras sebagai makanan
pokok dengan frekuensi 1-3x/hari, mie dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x/minggu,
ubi dengan frekuensi 1-3x/minggu, roti dan biskuit jarang dikonsumsi, konsumsi
daging dan telur dengan frekuensi 1- 3x/minggu, sedangkan kebutuhan konsumsi
sayur ikan sebagai lauk-pauk 1-3x/hari, konsumsi sayur-sayuran misalnya bayam,
buncis, daun ubi, sayur jipang dan kangkung dengan frekuensi 1-3x/minggu, dan
konsumsi buah- buahan, seperti konsumsi buah jeruk 1-3x/hari, papaya dan
semangka 1-3x/minggu. Hal ini dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, status
kesehatan dan pengetahuan gizi.
Berdasarkan penelitian menurut Rahayu dan Sagita (2019), menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kejadian KEK dengan pola makan. Keadaan gizi
ibu hamil bisa dipengaruhi oleh ketidakseimbangan asupan jenis makanan yang
dimakan, zat gizi, porsi makanan dan frekuensinya, kepercayaan dan penerimaan
terhadap makanan misalnya pantangan makan dan rasa suka atau tidak suka
terhadap makanan. Hal tersebut dapat mempegaruhi gizi pada ibu hamil. Kondisi
tersebut cenderung akan menyebabkan ibu menjadi kekurangan zat gizi tertentu
seperti Kurang Energi Kronik (KEK).
Pola makan sangat dipengaruhi oleh jenis asupan makanan yang dikonsumsi
ibu. Jika ibu mengalami kekurangan asupan protein dan energi maka jika terus
dibiarkan akan menyebabkan dampak negatif bagi ibu maupun bayi. Protein
merupakan zat pembangun utama yang diperlukan oleh tubuh terutama untuk
pekembangan dan pertumbuhan sel, pemeliharaan serta pembentukan jaringan baru
serta fungsi yang lainnya. Ibu hamil yang mengalami dfisiensi protein berpeluang
akan melahirkan bayi yang kurang sempurna, misalkan atresia ani, bibir sumbing
maupun kondisi kecacatan kongenital lainnya. Jika seseorang mempunyai asupan
21

protein yang rendah maka berpeluang lebih besar untuk mengalami KEK (Rahayu
dan Sagita, 2019).
2) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula terjadinya kurang gizi
sebagai akibat menurunya nafsu makan, adanya gangguan penyerapan dalam
saluran pencernaan atau peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya penyakit.
Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah infeksi. Penyakit yang
umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, campak dan
batuk rejan (Supariasa, 2014). Hampir semua penyakit infeksi yang berat yang
diderita pada waktu hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau Berat
Badan Lahir Rendah (Soetjiningsih, 2015).
2. Faktor Tidak Langsung
1) Pengetahuan
Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap
terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi melandasi
pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering kali
mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi
makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat
pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan nutrisi dan praktek nutrisi
bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih makanan yang bernilai nutrisi
semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan nutrisi
akan memilih makanan yang lebih bergizi dari pada yang kurang bergizi.
2) Pendidikan
Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya manusia.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya konsumsi
makanan lebih baik. Dalam kepentingan gizi keluarga, pendidikan amat diperlukan
22

agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya maslaah gizi di dalam keluarga dan
bisa mengambil tindakan yang tepat (Puli dkk, 2014).
Pendidikan formal dari ibu rumah tangga sering sekali mempunyai asosiasi
yang positif dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.
Beberapa studi menunjukkan bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat
makan pengetahuan nutrisi dan praktik nutrisi bertambah baik. Usaha- usaha untuk
memilih makanan yang bernilai nutrisi makin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi
daripada yang kurang bergizi (Surasih, 2014).
3) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang yang tingkat
ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk
makan. Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen hingga 80
persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli makanan. Artinya
pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh karbohidrat (beras dan
penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh sumber energy lainnya seperti
lemak dan protein. Pendapatan yang meningkat akan menyebabkan semakin
besarnya total pengeluaran termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan
(Sediaoetama, 2014).
Berdasarkan penelitian menurut Rahayu dan Sagita (2019), menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian KEK pada ibu
hamil trimester II. Rendahnya pendapatan merupakan salah satu rintangan yang
menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jenis dan jumlah yang
diperlukan. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan sangat mempengaruhi daya beli
keluarga terhadap bahan pangan sehari- hari yang akhirnya berpengaruh terhadap
kondisi gizi ibu hamil tersebut dan bisa menyebabkan kekurangan gizi pada ibu
seperti Kurang Energi Kronik (KEK). Pendapatan merupakan salah satu hal utama
yang berpengaruh terhadap kualitas penyajian menu makanan. Pernyataan itu
sangat logis, karena memang tidak mungkin orang makan makanan yang tidak
sanggup dibelinya. Pendapatan yang rendah bisa menyebabkan daya beli yang
23

rendah pula, sehingga tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan,
keadaan ini sangat berbahaya untuk kesehatan keluarga dan akhirnya dapat
berakibat buruk terhadap keadaan gizi ibu hamil.
4) Pantangan Makanan
Pantangan makanan adalah makanan yang tidak boleh dikonsumsi ibu selama
hamil sesuai dengan kebiasaan turun-temurun yang dianut. Makanan pantang atau
pantang makanan adalah bahan makanan atau masukan yang tidak boleh dimakan
oleh para individu dalam masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya.
Biasanya pihak yang diharuskan memantang memiliki ciri-ciri tertentu, atau sedang
mengalami keadaan tertentu (misalnya karena sedang hamil atau menyusui), dan
karena dalam kebudayaan setempat terdapat suatu kepercayaan tertentu terhadap
bahan makanan tersebut (misalnya berkenaan dengan sifat keramatnya).
Adat memantang makan itu diajarkan secara turun temurun dan cenderung
ditaati walaupun individu yang menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau
yakin akan rasional dari alasan- alasan memantang makanan yang bersangkutan,
dan sekedar karena patuh akan tradisi setempat (Swasono, 2015).
5) Aktifitas Fisik
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang
otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya duduk
diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak. Namun
pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi berbeda karena zat-zat gizi yang
dikonsumsi selain untuk aktifitas/kerja zat-zat gizi juga digunakan untuk
perkembangan janin yang ada dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi
rata-rata pada saat hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada perubahan tingkat
kegiatan.
Hal ini juga didukung penelitian berdasarkan Mufidah, dkk., (2016), yang
menujukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik
dan risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil. Ibu hamil yang
memiliki tingkat aktivitas fisik sedang berisiko 12,60 kali untuk mengalami
24

Kekurangan Energi Kronis (KEK) dibandingkan ibu hamil yang memiliki tingkat
aktivitas fisik ringan.
2.2.4 Dampak yang Ditimbulkan dari Ibu Hamil KEK
Menurut Moehji (2013) menyatakan bahwa gizi buruk karena kesalahan
dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan
hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir. Dampak gizi buruk terhadap
ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan saat
kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.
Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya
(premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.
Selain itu adanya masalah gizi timbul karena perilaku gizi yang salah.
Perilaku gizi yang salah adalah ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan
kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan
gizinya, maka orang itu akan menderita gizi kurang (Khomsan dan Anwar, 2014).
Menurut Lubis (2013) bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah baik pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini
1. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada
ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badab ibu tidak bertambah secara normal,
dan terkena penyakit infeksi.
2. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan
persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), perdarahan
pasca persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir
dengan BBLR.
25

Menurut Soetjiningsih (2015), adanya kekuragan energi protein (KEP) akan


mengakibatkan ukuran plasenta kecil dan kurangnya suplai zat-zat makanan ke
janin. Bayi BBLR mempunyai risiko kematian lebih tinggi dari pada bayi cukup
bulan. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa
kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin dari pada malnutrisi akut.
2.2.5 Pencegahan KEK
Cara pencegahan KEK adalah
1. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi yaitu :

a) Makan-makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan


protein termasuki makan makanan pokok seperti nasi, ubi, dan kentang
setiap hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan,
telur, kacang- kacangan atau susu sekurang-kurangnya sehari sekali.
b) Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam, telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang- kacangan, tempe).
c) Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung
vitamin C (daun katuk, daun singkong,bayam, jambu, tomat, jeruk, dan
nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi
dalam usus.
2. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum tablet
penambah darah.
2.2.6 Cara Mengatasi KEK pada Kehamilan
Strategi intervensi gizi mengacu pada 4 kategori menurut Kemenkes (2014),
yaitu:
1) Penyediaan makanan. PMT pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama sehari-hari.
2) Konseling/ edukasi gizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki status gizi
melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar
3) Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektoral
terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil mendapat kendala
untuk melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka tenaga gizi dapat
26

berkolaborasi dengan tenaga masyarakat. Dukungan keluarga sangat


diperlukan untuk pemberian PMT
4) Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik pemberian makan
ibu hamil. Indikator monitoring evaluasi adalah kenaikan Berat Badan,
perbaikan hasil laboratorium.

2.2.7 Pemenuhan Gizi yang Disarankan


Disebutkan pada buku gizi kesehatan reproduksi menyebutkan bahwa zat
yang diperlukan tubuh adalah protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air
(Banudi 2013). Diit Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) bagi ibu hamil dengan
KEK.
Tabel 1. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) dalam satu hari
Bahan makanan Berat (gram) Ukura Rumah tangga (URT)

Beras 300 4 ½ gelas nasi


Daging 100 2 potong sedang
Ikan 100 1 potong sedang
Telur ayam 50 1 butir
Tempe 100 4 potong sedang
Kacang hijau atau 25 2 ½ sdm
kacang-kacangan
Sayuran 200 2 gelas
Buah 200 2 potong sedang
Gula 55 5 ½ sdm
Minyak 30 30 sdm
Sumber : Subakti dan Angraini, 2013

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai gizi 2.890 kalori, protein 103 gram, lemak

73 gram dan karbohidrat 420 gram. Diit Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT)

dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung nilai gizi seperti atau

mendektai tabel di atas. Sementara itu, bahan makanan yang dianjurkan sebagai

berikut:
27

Tabel 2. Sumber bahan makanan diet Energi Tinggin dan Protein Tinggi (ETPT).

Sumber bahan Dinjurkan Tidak dianjurkan


makanan

Karbohidrat Nasi, roti, pasta, hasil olah-


olahan tepung (cake, puding,
dodol), ubi, gula pasir, gula
merah
Protein hewani Daging sapi, daging Bahan makanan sumber
kambing,ayam,ikan,telur,susu, lauk hewani yang
dan hasil olahannya (keju dan dimasak dengan banyak
ice cream) minyak dan santan kental

Protein nabati Semua kacang-kacangan dan Bahan makanan sumber


hasil olahannya (tempe, tahu, lauk nabati yang di
dan pindekas) masak dengan banyak
minyak dan santan
Kental

Sayuran Semuajenissayur-sayuran Bahan makanan sumber


sayuran yang dimasak
dengan banyak minyak
dan santan kental
Buah Semua jenis buah-buahan
Buahan
Lemak Minyak goreng, mentega, Santan kental
margarin, santan encer,
salad Dressing
Minuman Saft drink, sirup, madu, kopi Minuman energi Rendah
encer dan teh
Sumber : Subakti dan Angraini, 2013

Pada trimester 2 dan trimester 3 ibu hamil dengan gizi kurang dianjurkan
menambah berat badan per minggu masing masing sebesar 0.5 kg dan 0.3 kg.
Tabel 3.Rekomendasi penambahan (IMT)

Kategori IMT Rekomendasi (kg)

Rendah < 19,8 12,5 – 18

Normal 19,8 – 26 11,5 – 16


28

Tinggi 26 – 29 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemelli 16 – 20,5

Sumber : Prawirodjo, 2013

2.3 Manajemen Asuhan Kebidanan Pada ibu hamil KEK


I. Pengkajian
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama (Ibrahim
Christina, 1984:84).
Umur : usia <18 tahun dan >35 tahun memerlukan pengawasan
antenatal tambahan (Fraser&Cooper, 2009)
Suku/Bangsa : Budaya klien
Agama : Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam
kehidupan, termasuk kesehatan dan akan mudah dalam
mengatasi masalah kesehatan pasien (Christina I, 1989 : 85).
Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, kematian bayi makin tinggi
sehingga perlu diberi penyuluhan (Depkes RI, 1993 : 30).
Pekerjaan : Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar
nasehat kita sesuai serta untuk mengetahui apakah ada
pengaruh pekerjaan ibu pada kehamilan (Christina I, 1984).
Alamat : Untuk mengetahui dimana tempat tinggal ibu, menjaga
kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk
memudahkan menghubungi keluarganya, untuk dijadikan
petunjuk saat kunjungan rumah (Christina I, 1984).
29

Nama Suami : Nama pasangan dari klien


Umur : Usia dari pasangan klien
Suku/Bangsa : Budaya pasangan klien
Agama : Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam
kehidupan, termasuk kesehatan dan akan mudah dalam
mengatasi masalah kesehatan pasien (Christina I, 1989).
Pendidikan : Makin rendah pendidikan ibu, mempengaruhi pengertahuan
seorang ibu dalam pemenuhan nutrisi untuk diri dan keluarga
yang berdampak pada gangguan gizi dalam keluarga termasuk
pada ibu hamil (Puli dkk, 2014).
Pekerjaan : Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang
dengan gerak yang otomatis memerlukan energi yang lebih
besar dari pada mereka yang hanya duduk diam saja. Setiap
aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak
aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin
banyak .Mufidah, dkk., (2016)
2. Keluhan Utama
a. Sakit Pinggang
Karena perut yang semakin membesar, maka ibu merasakan sakit pinggang.
Mulai merasakan kontraksi pada minggu-minggu akhir kehamilan
(Mitayani, 2009).
b. Varises
Sejumlah faktor turut mempengaruhi perkembangan varises selama
kehamilan. Varises vena lebih mudah muncul pada wanita yang memiliki
kecenderungan tersebut dalam keluarga atau memiliki faktor predisposisi
kongenital. Varises dapat diakibatkan oleh gangguan sirkulasi vena dan
peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Perubahan ini
diakibatkan penekanan uterus yang membesar pada vena panggul saat
wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava inferior
saat ia berbaring. Pakaian yang ketat mengahambat aliran vena balik dari
30

ekstremitas bagian bawah, atau posisi berdiri yang lama memperberat


masalah tersebut. (Varney, 2006)
c. Konstipasi
Konstipasi di duga terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan
relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah
progesteron. Pergeseran dan presentasi juga dapat menurunkan motilitas
pada saluran gastrointestinal sehingga menyebabkan konstipasi. (Varney,
2006)
d. Haemorroid (wasir)
Sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab
konstipasi berpotensi menyebabkan haemoroid. Progesteron juga
menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu pembesaran
uterus mengakibatkan peningkatan tekanan, secara spesifik dan juga secara
umum pada vena hemoroid. Tekanan ini akan mengganggu sirkulasi vena
dan mengakibatkan kongesti pada vena panggul. (Varney, 2006)
e. Oedema
Harus diperiksa terlebih dahulu apakah tidak disebabkan oleh toxaemia
gravidarum. Disebabkan oleh tekanan dari rahim yang membesar pada
vena-vena panggul.
f. Sering kencing (nocturia)
Tekanan uterus pada kandung kencing, nocturia akibat ekskresi sodium
yang meningkat bersamaan terjadinya pengeluaran air, air dan sodium
tertahan di bawah tungkai bawah selama siang hari karena statis vena, pada
malam hari terdapat aliran balik vena yang meningkat dengan akibat
peningkatan dalam jumlah output air kencing.
g. Konstipasi
Peningkatan kadar progesterone yang menyebabkan peristaltic usus jadi
lambat, penurunan motilitas sebagai akibat dari relaksasi otot-otot halus,
penyerapan air dari colon meningkat, tekanan dari uterus yang membesar
pada usus, suplemen zat besi, diit, kurang senam.
h. Keputihan
31

Hyperplasia mukosa vagina, peningkatan produksi lender dan kelenjar


endocervical sebagai akibat dari peningkatan kadar estrogen.
i. Nyeri payudara
Disebabkan oleh adanya hormone somatomamotropin, peningkatan
estrogen dan progesteron saat kehamilan, adanya proses laktasi.
j. Sesak nafas
Ibu hamil dengan KEK dapat menimbulkan anamia sehingga kadar O2
dalan darah berkurang sehingga ibu merasa sesak.
k. Insomnia
Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering kencing,
gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu
hamil seperti bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu.
3. Riwayat Kesehatan ibu
Mengkaji riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita klien yang dapat
mempengaruhi atau memperberat/diperberat oleh kehamilannya.Perlu
pengkajian tentang riwayat penyakit menular, penyakit menurun, dan penyakit
menahun pada klien. KEK pada ibu hamil dapat disebabkan karena ibu
menderita penyakit kronis atau menular.
Ibu Hamil dengan KEK sering diawali dengan saat remaja atau kehamilan
terdahulu yang juga KEK.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan keluarga
atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan lingkungan fisik atau
sosial tempat keluarga tersebut tinggal (Fraser & Cooper, 2009).
Mengkaji riwayat penyakit menurun (asma, hipertensi, DM, hemofilia)
menular (hepatitis, TBC, HIV/AIDS) menahun (jantung, asma). Riwayat
kehamilan kembar juga memiliki insidens lebih tinggi pada keluarga tertentu
(Fraser&Cooper, 2009)
5. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien
32

Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implementasi


sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari
menstruasi yang biasa ia alami (Varney, 2006).
Siklus : 28 + 2 hari
Lamanya : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
HPHT : merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (Varney, 2006)

6. Riwayat Obstetrik
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas
su An U Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/ H M Abnor Lakta Peny
am ak K PB malitas si
i

Kehamilan :
UK : prematuritas dapat berulang pada kehamilan saat ini.
Penyakit : penyakit yang diderita saat kehamilan yang lalu dapat terjadi
pada kehamilan saat ini. Misalnya : TB paru.
Persalinan :
Jenis : adanya persalinan prematur dapat mengindikasikan kelainan
pada kehamilan dengan KEK. (Wheeler, 2003)
Penolong : penolong persalinan menggambarkan kepercayaan wanita
dan/ keluarganya pada orang tersebut. Pada ibu hamil dengan
KEK penolong persalinan harus tenaga yang berkompetensi,
sebab komplikasi dari persalinanibu hamil KEK dapat terjadi
perdarahan.
Tempat : terdapat kecenderungan wanita akan mendatangi tempat yang
sama dengan persalinan terdahulu untuk melahirkan , untuk
bumil dengan KEK tempat persalinan yang aman adalah di
Rumah Sakit.
33

Konplikasi : terjadinya komplikasi saat persalinan terdahulu dapat berulang


pada persalinan saat ini yang harus dideteksi sedini mungkin.
Anak :
Usia : jarak kelahiran yang 2 tahun dapat mengakibatkan premature.
Sedangkan jarak kelahiran yang < 2 th meningkatkan resiko
anemia.(Wheeler, 2003)
Abnormalitas : adanya abnormalitas pada anak terdahulu dapat
mengindikasikan kelainan genetik .(Wheeler, 2003)
Ibu hamil KEK cenderung melahirkan bayi dengan Berat
Badan Rendah (BBLR).
7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang pernah
digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir dengan
kehamilan.
8. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Menurut Varney (2006) riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk mendeteksi
komplikasi, beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan
yang dialami klien sejak haid terakhir (HPHT).
1. Keluhan tiap trimester
2. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
3. Pemeriksaan kehamilan
4. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
5. Imunisasi

9. Pola Fungsional Kesehatan


Pola Keterangan
Nutrisi Jumlah tambahan kalori yang dibutuhkan pada ibu hamil adalah
meningkat 300 kalori perhari, dengan komposisi menu seimbang (cukup
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air).
Pada Trimester III (sampai usia 40 minggu) nafsu makan sangat
baik, tetapi jangan berlebihan, kurangi karbohidrat, tingkatkan
34

protein, sayur-sayuran dan buah-buahan, lemak harus tetap di


konsumsi. Selain itu kurangi makanan terlalu manis dan terlalu
asin karena makanan tersebut akan memberikan kecenderungan
janin tumbuh besar dan merangsang timbulnya keracunan saat
kehamilan. (Marmi, 2014)
Cairan : paling sedikit 8 gelas berukuran 250 ml/hari. Cairan
ekstra juga membantu melembutkan kulit, mengurangi
kemungkinan konstipasi, mengeluarkan racun dan produksi sisa
dari tubuh, mengurangi pembengkakan yang berlebihan dan
mengurangi resiko ISK. (Heidi Murkoff, dkk ; 2006)
Eliminasi Vesika urinaria mudah mengalami trauma, dan mudah berdarah.
(Lebih sering Sedangkan BAB mengalami Konstipasi/obstipasi karena tonus
BAK, otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid (Rustam, 1992)
konstipasi) Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah
pintu atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul karena
kandung kencing mulai tertekan. Dalam kehamilan ureter kanan
dan kiri membesar karena pengaruh progesterone.
Istirahat Sebaiknya tidur 1-2 jam lebih lama dari biasanya saat malam
menurun (Eisenberg,1993). Pada ibu hamil trimester III terjadi insomnia,
gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering kencing, gangguan
ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu
hamil seperti bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu
gerak ibu.
Aktivitas Namun pada saat hamil ibu akan mengalami mudah lelah karena
menurun menurunnya BMR (Basal metabolic Rate ) (Sarwono, 2010)
Personal Kebersihan diri ibu bersih,tergantung dari pribadi ibu itu sendiri.
Hygiene Ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, seperti
mandi dua kali sehari, mengganti pakaian dalam setiap kali
terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara dan
pakaian yang menyerap keringat.
35

Kebiasaan - Kebiasaan minum alcohol, jamu-jamuan, obat-obatan, perokok


aktif maupun pasif, narkoba dan kepemilikan binatang
peliharaan merupakan salah satu pencetus gangguan kehamilan
yang memperlukan pengawasan antenatal tambahan (Myles ed.
14;2009)
Seksualitas - Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada ibu
yang pernah mengalami keguguran, namun beberapa wanita
kehilangan gairah seksualnya ketika hamil (Wendy Rose-Neil,
1995;49). Sebaiknya hubungan seksual diperbolehkan setelah
kehamilan 16 minggu, karena pada saat itu plasenta sudah
terbentuk. Hubungan seksualitas saat akhir kehamilan dapat
dilakukan semampu ibu. Kandungan sperma (prostatglandin)
dapat merangsang kontraksi uterus, oleh karena itu disarankan
untuk menggunakan kondom.

10. Riwayat Psikososio kultural Spiritual


 Riwayat pernikahan : pernikahan keberapa, lama menikah, status
pernikahan sah/tidak
 Bagaimana respon klien dan keluarga terhadap kehamilan. Kehamilan
direncanakan atau tidak, diterima/tidak.Najman (1991) dalam Salmah
(2006) menyatakan bahwa kehamilan yang tidak diinginkan bisa
berdampak pada kesehatan mental baik ibu maupun janinnya.
 Bagaimana psikis ibu menghadapi kehamilannya
Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar. Apakah ibu
percaya terhadapo mitos atau tidak.
 Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat
yang dapat merugikan atau memberikan pengaruh negative pada
kehamilan ibu.
Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
36

Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70-130/90 mmHg


Nadi : 60-100 x/menit
Pernapasan : 16-24 x/menit
Suhu : 36,0 – 37,50C
Antropometri
Berat Badan Sebelum Hamil : Klien yang menurut kategori BMI berada
pada rentang kurus lebih beresiko
mengalami komplikasi kehamilan (Frase
& Cooper, 2009)
Berat Badan Saat ini : Normalnya penambahan berat badan
sebesar 7 – 12 kg selama hamil. Pada
trimester III penambahan berat badan 4-5
kg. Pada ibu hamil KEK kenaikan BB
kurang dari 7 kg selama kehamilan.
Menurut institute of Medicine (1990) batasan yang direkomendasikan untuk
peningkatan berat badan ibu hamil berdasarkan BMI sebelum hamil yakni :
Total Peningkatan BB yang
Kategori Berat-Tinggi Badan
direkomendasikan
Kategori BMI Kg Lb
Rendah < 19,8 12,5- 18 28-40
19,8 –
Normal 11,5 – 16 25-35
26
Overweight 26 – 29 7 – 11,5 15-25
Obesitas >29 >7 >15

Tinggi Badan : >145 cm


LILA : ≤ 23,5 cm
Berat Badan : 40 Kg
2. Pemeriksaan Fisik
*Pada keadaan fisiologis ditulis harga normal seperti criteria hasil
Inspeksi
37

Kepala : Kulit kepala dalam keadaan bersih, rambut tidak


mengalami kerontokan,dan kulit kepala tidak berketombe.
Wajah : terjadi hyperpigmentasi, pucat dan mengalami edema
karena jika mengalami pucat merupakan gejala anemia dan
edema merupakan salah satu gejala pada ibu hamil dengan
KEK. Kloasma gravidarum sebaiknya tidak ada karena jika
terdapat kloasma gravidarum dapat menurunkan citra diri
ibu hamil.
Mata : Simetris, kelopak mata kadang oedema konjunctiva pucat,
sclera putih
Telinga : simetris
Hidung : bersih,tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut : tidak ada caries dentis,stomatitis, tidak ada pembesaran
tonsil dan uvula, lidah bersih.
Leher : terjadi hyperpigmetasi, tidak ada pembesaran tonsil, faring,
laring, vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar getah
bening
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : tampak simetris dan bersih, areolla dan puting tampak
kehitaman, lebih besar, tidak tampak benjolan
Abdomen : terdapat linea dan striae
Genetalia : Pada saat hamil akan timbul tanda Chadwick dimana terjadi
perubahan warna menjadi kebiruan pada vulva, vagina,
serviks. (Sarwono,2010)
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : Bagian atas berbentuk simetris, kedua tangan tidak
mengalami edema, varises, dan gangguan pergerakan.
Bagian bawah berbentuk simetris, kedua tangan tidak
mengalami edema, varises, dan gangguan
pergerakan.(Saminem, 2009)
Palpasi
38

Kepala : tidak terjadi oedema,tidak teraba massa


Wajah : tidak terjadi oedem
Mata : tidak terjadi pembengkakan palpebra
Telinga : tidak terjadi fraktur tulang telinga
Hidung : tidak terjadi fraktur
Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar tirod, vena jugularis, dan
kelenjar limfa
Dada : tidak ada benjolan atau massa
Abdomen : palpasi Leopold I-IV :(Mochtar, 2011)
Leopold I : TFU lebih rendah dari kehamilan normal , pada fundus
teraba bagian lunak, kurang bulat dan kurang melenting.
(Rustam Mochtar, 1998 : 52)
Leopold II : Teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah
kanan/kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil
janin
Leopold III : Pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan melenting. Bagian
ini masih/sudah tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : divergen dimulai pada minggu ke -28
Genetalia Eksterna : tidak terjadi pembengkakan
Anus : tidak terjadi hemoroid
Ekstremitas : Tidak oedem, tidak varises, dan simetris
Auskultasi
Dada : Suara nafas : Biasanya pada 90 % hingga 95 %
wanita hamil akan terdengar murmur sistolik pendek yang
semakin jelas terdengar selama inspirasi maupun ekspirasi
(Varney,2006)
Bunyi Jantung : Irama jantung terdengar teratur, suara
jantung I terdengar di intercosta 4-5 dan denyut II terletak
di intercosta 1-2
Abdomen : Bising peristaltik usus : 5 – 35 x/menit
Denyut Jantung Janin (DJJ) : 120-160x/menit
39

Perkusi
Ekstremitas :
a) Refleks Biseps. Respons normal fleksi pada siku dan kontraksi biseps.
b) Refleks Triseps.. Menyebabkan kontraksi otot triseps dan ekstensi
siku.
c) Refleks Patella. Kontraksi quadriseps dan ekstensi lutut adalah
respons normal.
d) Refleks Babinski. Terjadi kontraksi jari kaki dan menarik bersamaan.
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan kontraksi uterus/his : tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam/vaginal tussae : tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
 Pemeriksaan golongan darah
Pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui jenis golongan darah ibu
melainkan juga untuk mempersiapkan calon pendonor darah yang
sewaktu-waktu diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
 Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
 Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya pre- eklampsia pada ibu hamil.
 Pemeriksaan kadar gula darah.
40

Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan


pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).
Pemeriksaan USG: Pemeriksaan USG pada trimester ketiga dilakukan
pada usia kehamilan 30-32 minggu untuk melihat kelaian bawaan yang
baru tampak kemudian serta pemantauan perkembangan janin untuk lebih
mengetahui letak janin, normal atau tidak untuk memudahkan dalam
persalinan.
Pemeriksaan diagnostik lainnya : tidak dilakukan

II. Interpretasi Data Dasar


Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
1) Diagnosa Kebidanan
Ny. X umur x tahun, GxPxAx hamil x minggu, janin
tunggal/ganda, hidup intra/ekstra uteri, letak
memanjang/melintang, punggung kanan/kiri, presentasi
bokong/kepala dengan Kekurangan Energi Kronis (Yulaikah,
2009). Data subyektif pada kasus KEK
(a) Ibu mengatakan lelah, letih, lesu, lunglai.

(b) Ibu mengatakan susah buang air besar.

(c) Ibu mengatakan nafsu makan berkurang.

(d) Ibu mengatakan kadang-kadang pusing.

(e) Ibu mengatakan mudah mengantuk. (Supariasa, 2010)

b) Data Obyektif pada kasus KEK


41

Data Obyektif adalah data yang dikaji melalui pemeriksaan

inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi yang dilakukan secara

berurutan. (Kamariyah, 2014)

(a) Kesadaran : composmentis , keadaan umum : baik

(b) Berat Badan Ibu kurang dari 40 kg atau tampak kurus.

(c) LILA ibu kurang dari 23,5 cm.

(d) Inspeksi : Muka : Tampak pucat

(e) Data penunjang Lab : Hb < 11 gr%

c) Masalah

Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah “masalah” dan

“diagnosis”. Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis, tetapi

tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang

menyeluruh. Masalah sering berhubungan dengan

bagaimana wanita itu mengalami kenyataan terhadap

diagnosisnya (Sulistyawati, 2009). Masalah psikologi yang

biasa terjadi pada ibu hamil KEK adalah cemas, panik, takut.

d) Kebutuhan

Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien

berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati, 2009).

Kebutuhan yang muncul pada ibu hamil dengan Kekurangan

Energi Kronis adalah informasi tentang KEK dan support

mental.
42

Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang


dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosis dan masalah.

III. : Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil terus
mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi (Walyani, 2015).
Pada kasus KEK , bagi ibu : Bila ibu hamil mengalami gizi kurang maka
akibat yang akan ditimbulkan antara lain : dapat melemahkan fisiknya yang
pada akhirnya menyebabkan perdarahan, abortus, dan infeksi. Bagi bayi :
Resiko bayi yang terlahir dari ibu hamil yang menderita KEK akan
mengalami keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan),
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Kristiyanasari, 2010).

IV: Antisipasi Masalah atau Tindakan Segera


Dalam pelaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada beberapa situasi
yang memerlukan penanganan segera (emergensi) dimana bidan harus segera
melakukan tindakan untuk menyelematkan pasien, namun kadang juga berada
pada situasi pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu
instruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien yang memerlukan
konsultasi dengan tim kesehatan lain. Di sini bidan sangat dituntut kemampuannya
untuk dapat selalu melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan
tepat dan aman (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
43

Dengan diagnosa atau masalah potensial, maka tindakan antisipasi yang dilakukan
antara lain meliputi tindakan mandiri bidan, yaitu pemberian terapi berupa
makanan tambahan, tablet Fe, serta memberikan motivasi pada ibu berupa
meningkatakan pengetahuan tentang pentingnya keluarga sadar gizi. Tindakan
kolaborasi dengan dokter, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pengaturan pola
konsumsi makanan dan tindakan rujukan ke Rumah Sakit (Astuti, 2012).
V Intervensi
Strategi intervensi gizi mengacu pada 4 kategori menurut Kemenkes (2014),
yaitu:
1. Penyediaan makanan. PMT pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama sehari-hari.
2. Konseling/ edukasi gizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki status gizi
melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar
3. Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektoral
terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil mendapat kendala
untuk melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka tenaga gizi dapat
berkolaborasi dengan tenaga masyarakat. Dukungan keluarga sangat
diperlukan untuk pemberian PMT
4. Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik pemberian makan
ibu hamil. Indikator monitoring evaluasi adalah kenaikan Berat Badan,
perbaikan hasil laboratorium.
5. Perencanaan persalina dan pencegahan komplikasi.
Ibu hamil dengan KEK kemungkinan terjadi komplikasi, persalinan
premature,perdarahan pasca salin.
6. Pemberia tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
Dengan pemberian tablet fe akan mencegah anemia pada ibu.
VI. Implementasi
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
44

1. Pemberian makanan Tambahan, PMT pemulihan bagi ibu hamil


dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama
sehari-hari.
2. Memberikan Konseling/ edukasi gizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki
status gizi melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan
standar
3. Melakukan Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga
lintas sektoral terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil
mendapat kendala untuk melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka
tenaga gizi dapat berkolaborasi dengan tenaga masyarakat. Dukungan keluarga
sangat diperlukan untuk pemberian PMT
4. Melakukan Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dan kemajuan gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik pemberian
makan ibu hamil. Indikator monitoring evaluasi adalah kenaikan Berat Badan,
perbaikan hasil laboratorium.
5. Melakukan Perencanaan persalina dan pencegahan komplikasi.
Ibu hamil dengan KEK kemungkinan terjadi komplikasi, persalinan premature,
perdarahan pasca salin.
6. Memberikan tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan.
Dengan pemberian tablet fe akan mencegah anemia pada ibu

VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan


kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP .
1. Dengan pemberian PMT yang adekuat , diharapkan ada peningkatan BB
dan ukuran LILA.
2. Dengan dilakukan konseling tentang kebutuhan gizi, ibu hamil mampu
menyiapkan menu kebutuhan gizi yang benar untuk keluarga
45

3. Setelah dilakukan kolaborasi permasalahan dalam pemenuhan


kebutuhan gizi ibu hamil KEK terpenuhi dan terjadi peningkatan BB
danukuran LILA.
4. Dengan melakukan monitoring dan kolaborasi akan mencegah
komplikasi
5. Perencanaan persalinan yang tepat akan mencegah komplikasi pada ibu
dan bayi.
6. Dengan pemberian tablet Fe kadar HB ibu hamil akan menjadi normal.

2.4 SOAP

Dalam setiap tindakan dilakukan dicantumkan catatan perkembangan sehingga


tenaga kesehatan mampu menilai apakah tujuan asuhan tercapai atau tidak
(Varney, 2007). Menurut Walyani (2015), SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung assessment.
A : Assesment

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi


subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.
P : Planning
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang untuk mengusahakan
tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin
BAB 3
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 06 April 2022


Pukul : 08.30 WIB
Oleh : Siti Mushoffah
Tempat : Poskesdes Sukorejo

3.1 DATA SUBJEKTIF


1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. “E” Tn. S
Umur : 31 tahun 32 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Sukorejo
2. Keluhan Utama : Tidak ada
3. Riwayat Menstruasi:
1) HPHT : 09– 9 – 2021 HPL : 16 – 06 - 2022
2) Menarche : 12 th
3) Dismenorhea : tidak ada
4) Siklus : rutin (28-30 hari)
5) Jumlah darah : 3-5 kali pembalut/hari (cukup)
6) Lama : 7-8 hari
7) Flour Albus : Ya. Sebelum dan sesudah menstruasi. (Jernih,
sedikit, tidak gatal)
4. Riwayat Perkawinan:
1) Menikah : 1 kali

34
35

2) Lama Menikah : 8 tahun


3) Usia Saat Menikah : 24 tahun
5. Riwayat Obstetri
Anak UK Persalinan Nifas Anak KB
ke Penolong Jenis Penyulit Penyulit JK BB/PB keadaan ASI
1 40 mgg Bidan N Tdk ada Tidak
tititada Pr 2900 H, 6 thn 2th Tdk
2 40 mgg Bidan t N Tdk ada tdk ada Pr 3300 H,4 thn 2 th pil
3 Hamil Ini

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


1) Kehamilan Ke : 3
2) HPHT : 9 September 2021. TP : 16 Juni 2022
3) Keluhan
1. Trimester 1 : Mual tidak sampai muntah, kadang-kadang.
2. Trimsester 2 : Tidak ad
3. Trimester 3 : Tidak ada
4) `Riwayat ANC di Puskesmas Bungah 1x, di PMB 3x dan vitamin yang
telah diberikan
1. Trimester I : Fe, vit c
2. Trimester II : Fe, vit c , dan kalk
5) Asuhan yang telah diberikan
1. Nutrisi
2. Istirahat
3. Tanda bahaya kehamilan.
7. Riwayat KB
Pada kehamilan ke-1 tidak menggunakan KB.
Pada kehamilan ke-2 menggunakan KB Pill selama 2 tahun.
8. Riwayat Kesehatan Sekarang (penggunaan obat)
Ibu tidak sedang sakit dan tidak ada penyakit yang lainnya, ibu sudah
melakukan vaksin covid-19 2 kali.
9. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Pada kehamilan terdahulu ibu juga mengalami KEK.
36

Ibu tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya, tidak ada alergi dan tidak
memiliki penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain) tidak memiliki
penyakit menular (HIV, TBC dan lain-lain) dan tidak memiliki penyakit
menahun (asma, batuk rejan dan lain-lain).
10. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit menurun (DM, Thalasemia, dan lain-lain),
tidak memiliki penyakit menular (HIV, TBC dan lain-lain), tidak memiliki
penyakit menahun (asma, batuk rejan dan lain-lain), dan tidak ada riwayat
kehamilan gemeli.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Kebiasaaan: tidak (merokok, minuman alkohol, narkotika, minuman jamu,
pijat perut, dan memelihara hewan peliharaan)
2) Nutrisi: nafsu makan baik, tidak ada gangguan dan pantangan, hanya saja
makan tidak teratur 2-3 kali sehari, porsi makan sesuai terdiri dari sayur,
lauk, nasi, dan jarang makan buah.
3) Istirahat: tidur malam ± 6-7 jam, tidur siang jarang dan tidak merasakan
adanya gangguan tidur
4) Eliminasi: BAB 1x/ hari rutin dan BAK 5-6 kali. Terakhir BAB tadi pagi
saat bangun tidur bersamaan dengan BAK
5) Personal: mandi 2x/hari, ganti baju setiap hari 2x.
6) Hubungan Seks: satu minggu sekali, tidak ada keluhan yang menyertai.
7) Aktivitas: ibu melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel,
dan memasak.
12. Psikososial dan Spiritual
1) Kehamilan yang diinginkan, ibu merasa bersemangat untuk menjalani
kehamilan ini.
2) Tidak ada masalah yang mengganggu, suami dan keluarga mendukung.
3) Tidak ada kebiasaan/budaya yang merugikan.

3.2 Data Obyektif


1. Keadaan Umum
37

1) Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-tanda vital
TD Baring : 110/70 mmHg TD Miring : 100/60
mmHg
MAP : 83,3 (-) ROT : 10 (-)
Suhu : 36,7 °C Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3) Antropometri
1. BB sebelum hamil : 41 kg
2. BB sekarang : 45 kg
3. TB : 147 cm
4. LILA : 22 cm
5. IMT : 19,52 (Berat badan normal)
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak tampak pucat dan tidak odem
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
Mulut : tidak ada stomatitis, bibir lembap, tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada nyeri telan.
Dada/Payudara : bersih, puting susu menonjol, hiperpigementasi aerola,
tidak ada benjolan abnormal.
Abdomen : terdapat linea nigra, tidak ada bekas operasi.
Lepold I : Teraba Bagian bulat dan lunak (bokong bayi)dan TFU
pertengahan simpisis pusat, TFU Mc Donald 22 cm
Lepold II : teraba bagian tubuh bayi yang memenjang pada sebelah
kiri.
Lepold III : bagian terendah Taraba bulat keras (kepala bayi)
Leopold IV : Bagian terendah belum masuk PAP
DJJ : 137 x/menit
Genetalia : tidak ada varises, tidak ada pengeluaran, tidak ada tanda
penyakit kelamin.
38

Ekstremitas
Atas : Pergerakan bebas, tidak ada kelainan.
Bawah : tidak odem, tidak varises, pergerakan bebas,

3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium oleh petugas laborat darah, hasil pada tanggal
17 November 2021
Hb : 12,0
Golda :O
Gula Darah : 100
Albumin : negatif Reduksi : Negatif
HIV : NR HbSAg : NR Sifilis : NR
2) Pemeriksaan USG oleh dr SpOG pada tanggal 02 Maret 2022.
BPD : 63,3 mm
AC : 216,2 mm
FL : 44,4 mm
EFW : 856,98Gr
AUA : 25 W 2 d
EED : 16-6-2022
3) Skor Poeji Rochyati
Awal hamil :2
KEK :4
Total skor : 6 (Kehamilan Risiko Tinggi)

3.3 Analisa Data


Ny. E G3P20002, UK 29 minggu, tunggal, hidup, intrauterine, jalan lahir
normal, keadaan umum ibu dan janin baik denga KEK.
3.4 Penatalaksanaan

Hari/ Tanggal : Rabu, 06 April 2022


Tempat : Ponkesdes Sukorejo
39

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada Ibu bahwa kondisi ibu dan janin baik.
Ev. Ibu mengerti dengan kondisinya dan janin saat ini.
2. Menjelaskan kepada ibu dengan kondisi ibu dengan Kurang Energi Kronis
(KEK) meliputi pengertian, penyebab, bahaya, dan cara mengatasi. Ev. Ibu
mengerti dengan Kondisi yang dialami oleh ibu.
3. Memberiksan KIE kepada ibu meliputi:
1) Memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang untuk ibu hamil, dengan
porsi yang lebih banyak dari sebelum hamil, mengatur pola makan yang
sedikit tapi sering, ditambah dengan konsumsi susu untuk ibu hamil.
2) Mengurangi aktivitas yang berlebihan, istirahat yang cukup, jika dirasa
sudah lelah segera beristirahat.
Ev. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukannya.
4. Membuatkan ibu contoh menuh untuk memenuhi kebutuhan ibu hamil
dengan KEK. Ev. Ibu menerimah dan bersedia menerapkan pada menuh
sehari hari.
5. Memberikan Makanan tambahan ( Susu dan telor)
6. Mengingatkan kepada ibu untuk periksa ke bidan praktik mandiri atau
Puskesmas bulan ini. Ev. Ibu bersedia untuk kunjungan kembali.
7. Menjadwalkan pertemuan selanjutnya via Whatsapp. Ev. Ibu bersedia dan
menyetujui pertemuan tgl 12 April 2022. Di Rumah Klien .

3.5 Perkembangan
3.5.1 Perkembangan 1 (asuhan ke 2)
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 April 2022
Tempat : kunjungan Rumah
S :
1. Ibu merasa tidak ada keluhan
2. Ibu merasa gerakan janin aktif
3. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein
dan tidak ada keluhan mengenai pola makan, minum susu
4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi susu ibu hamil
40

Obyektif
1. : Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD Baring : 115/70 mmHg TD Miring : 110/60 mmHg
Suhu : 36,7 °C Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3. Antopometri
BB sekarang : 44,5 kg
IMT : 20,9 (berat badan normal)
4. TFU 20 cm. presentasi kepala belum masuk PAP. DJJ 148x/menit.

A : Ny. E G3P20002, UK 30 minggu tunggal hidup, intra uteri ,letak


kepala,dengan KEK.
P :
1. Memuji dan memotivasi kembali kepada ibu tentang nutrisi. Ev. Ibu bersedia
untuk terus megatur nutrisi seimbang.
2. Mengingatkan kepada ibu tentang tanda bahaya kehamilan. Ev. ibu mengerti
dengan tanda bahaya dan dapat mengulanginya kembali.
3. Menjelaskan kepada Ibu tentang cara berpuasa pada ibu hamil, terutama ibu
hamil KEK. Ev. Ibu mamahami.
4. Mengingatkan kepada ibu untuk tetap menjaga protokol kesehatan,
mengurangi tempat yang berkerumunan. Ev. Ibu mengerti.
5. Menjadwalkan pertemuan selanjutnya di kediaman ibu pada tanggal 17 April
2022. Ev. Ibu bersedia dan menyetujui.

3.5.2 Perkembangan 2 (asuhan ke 3)


Hari/ Tanggal : minggu , 17 April 2022
Tempat : Rumah warga Sukorejo
S :
1. Ibu merasa tidak ada keluhan
2. Ibu merasa gerakan janin aktif
41

3. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein


dan tidak ada keluhan mengenai pola makan
4. Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi susu ibu hamil
Obyektif :
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD Baring : 115/70 mmHg TD Miring : 110/60 mmHg
Suhu : 36,7 °C Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3. Antopometri
BB sekarang : 44,5 kg
IMT : 20,9 (berat badan normal)
LILA : 22,5 cm
4. palpasi TFU 21 cm, letkep. DJJ 138x/menit.

A : Ny. EG3P20002, UK 31 minggu, Tunggal Hidup, Intra Uteri, presentasi


kepala, Ibu dan Janin sehat dengan KEK.
P :
1. Memberikan pujian kepada ibu yang sudah berhasil menaikan berat badan. Ev.
Ibu merasa lebih bersemangat
2. Menjelaskan kapada ibu dan keluarga tentang dampak dari Hamil dengan KEK,
Ev; ibu memahami
3. Memberikan motivasi kepada ibu untuk tetap mempertahankan kebiasaan
nutisi dan pola makan. Ev. Ibu bersedia mempertahankan nutrisi dan pola
makan.
4. Menjelaskan kepada ibu tentang P4K.
Ev. Ibu merencanakan persalinan di PMB, pembiayaan dengan JKN,
Kendaraan yang digunakan mobil siaga Desa.
5. Memberikan makanan tambahan ( Susu dan kurma ).
6. Menjadwalkan pertemuan selanjutnya di kediaman ibu . Ev. Ibu bersedia dan
menyetujui Tgl 22 April 2022
42

3.5.3 Perkembangan ke 3 (Asuhan ke 4)


Hari/ Tanggal : Jumat , 22 April 2022
Tempat : di PMB
S :
1. Ibu merasa tidak ada keluhan
2. Ibu merasa gerakan janin aktif
3. Ibu mengatakan nafsu makan baik, pola makan teratur.
O :
1. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 °C Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/mnt
3. Antopometri
BB sekarang : 45 kg
IMT : 20,3 (berat badan normal)
LILA : 23 cm
TFU : 21 cm.

A : Ny. EG3P20002, UK 32 minggu, tunggal hidup intra uteri,presentasi


kepala, ibu dan janin sehat, ibu dengan KEK.
P :
1. Memberikan pujian kepada ibu yang sudah berhasil menaikan berat badan.
Ev. Ibu merasa lebih bersemangat
2. Memberikan motivasi kepada ibu untuk tetap mempertahankan kebiasaan
nutisi dan pola makan. Ev. Ibu bersedia mempertahankan nutrisi dan pola
makan.
3. Menjelaskan kepada ibu tentang ASI Ekslusif. Ev. Ibu mengerti dan akan
memberikan ASI secara Ekslusif.
4. Memberikan konseling tentang KB pasca salin,
Ev. Ibu mamahami dan berencana memakai KB Inplan.
43

5. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat cukup dan


mempehrhatikan tanda bahaya kehamilan. Ev. Ibu mengerti
6. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap menjaga protokol kesehatan,
mengurangi tempat yang berkerumunan. Ev. Ibu mengerti.
BAB 4
PEMBAHASAN

Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk dapat mengambil kesimpulan dan
pemecahan masalah, sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam
menerapkan asuhan kebidanan yang efektif.
Dari pengkajian yang penulis lakukan Ny. E sudah melakukan pemeriksaan
ANC lengkap/ sesuai standar (K4), TM II 3 kali dan TM III 1 kali, dan kunjungan
ke dokter Sp.OG sebanyak 2 kali, sehingga ibu sudah memuhi stadar asuhan
kunjungan antenatal minimal 4 kali oleh bidan dan 2 kali oleh Dokter. Menurut
Kemenkes (2014), pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian
pelayanan antenatal sekurangkurangnya empat kali selama masa kehamilan, dengan
distribusi waktu minimal satu kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12
minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua,
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar
waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu
hamil dan atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan
dini komplikasi kehamilan. Asuhan kehamilan yang diberikan pada Ny. E sudah
memenuhi standar 10 T. Dimana pada asuhan kehamilan yang diberikan pada ibu
di Puskesmas Bungah dilakukan sesuai dengan standar, yakni Asuhan kehamilan
standar 10 T.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah dan pemeriksaan ANC Terpadu di
Puskesmas tidak menunjukkan adanya kesenjangan, pada hasil pemeriksaan
Lingkar Lengan Atas (LILA) 22 cm,menandakan bahwa ibu mengalami
Kekurangan Energi Kronis (KEK) ,Menurut Kemenkes (2015), KEK adalah
merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan
protein) yang berlangsung lama atau menahun yang ditandahi dengan berat badan
kurang dari 40 kg dan LILA kurang dari 23,5 cm. Dalam perhitungan KSPR ibu
mendapatkan skor 6 (2 skor awal kehamilan dan 4 skor untuk KEK) kategori KRT
(kehamilan risiko tinggi). Sehingga Analisa datanya yaitu Ny. E usia 31 tahun
G3P20002, UK 36 minggu, tunggal, intrauterine, hidup, presentasi kepala, keadaan

44
45

umum ibu dan janin baik dengan KEK. Ibu hamil dengan KEK berresiko terjadinya
kelahiran bayi dengan BBLR, kelahiran prematur, perdarahan paska salin.
Menurut Moehji (2013) menyatakan bahwa gizi buruk karena kesalahan
dalam pengaturan makanan membawa dampak yang tidak menguntungkan bukan
hanya bagi ibu tetapi juga bagi bayi yang akan lahir. Dampak gizi buruk terhadap
ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan kehamilan (eklampsi), kesulitan saat
kelahiran, perdarahan, bahkan dapat membawa kematian.
Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang buruk dapat
menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir sebelum waktunya
(premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian dibawah satu tahun.
Pada kasus ini Ny. E telah mengalami kondisi KEK pada 2 kali kehamilan yang
sebelumnya. Kedua bayi yang dilahirkan tidak ada yang mengalami BBLR, bayi
lahi aterm dan tidak terjadi perdarahan paska salin. Bayi yang dilahirkan berat
badannya noramal anak yang pertama Berat Badan Lahir 2900 gr, dan anak yang
ke -2 berat badan lahir 3200 gm, pada saat kehamilan Ny. E mendapatkan
intervensi atau tindak lanjut sejak awal pemeriksaan kehamilan, yaitu pemberian
tablet Fe, pemberian PMT dan keonseling pemberian gizi seimbang untuk ibu hamil
KEK. jadi tidak semua ibu hamil dengan KEK akan mengalami kelahirannbayi
dengan BBLR, akan tetapi tergantung pada penangan dari kasus ibu hamil KEK.
Menurut Kemenkes (2014), ibu Hamil dengan ukuran LILA <23,5 cm harus
dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), pengkajian factor
penyebab ,konseling dan evaluasi secara berkala. Strategi intervensi gizi mengacu
pada 4 kategori yaitu:
1) Penyediaan makanan. PMT pemulihan bagi ibu hamil dimaksudkan sebagai
tambahan, bukan sebagai penganti makanan utama sehari-hari.
2) Konseling/ edukasi gizi. Membantu ibu hamil KEK memperbaiki status gizi
melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai berat badan standar
3) Kolaborasi dan koordinasi dengan tenaga kesehatan dan tenaga lintas sektoral
terkait. Jika dalam pelaksanaan intervensi gizi ibu hamil mendapat kendala
untuk melaksanakan praktik pemberian makanannya, maka tenaga gizi dapat
46

berkolaborasi dengan tenaga masyarakat. Dukungan keluarga sangat


diperlukan untuk pemberian PMT
4) Monitoring dan evaluasi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktik pemberian makan
ibu hamil. Indikator monitoring evaluasi adalah kenaikan Berat Badan,
perbaikan hasil laboratorium.
Dan pada Implementasi saat ini Ny. E diberikan makanan tambahan , KIE mengenai
nutrisi dan pola makan. Menurut Rahayu dan Sagita (2019), menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kejadian KEK dengan pola makan. Keadaan gizi ibu
hamil bisa dipengaruhi oleh ketidak seimbangan asupan jenis makanan yang
dimakan, zat gizi, porsi makanan dan frekuensinya, kepercayaan dan penerimaan
terhadap makanan misalnya pantangan makan dan rasa suka atau tidak suka
terhadap makanan.
Hal ini juga didukung penelitian berdasarkan Mufidah, dkk., (2016), yang
menujukkan bahwa adanya hubungan tingkat kecukupan energi dengan risiko
terjadinya KEK pada ibu hamil. Tingkat kecukupan energi yang kurang disebabkan
oleh adanya ketidak seimbangan energi dalam tubuh, dimana asupan energi lebih
sedikit dari kebutuhannya. Asupan energi ibu hamil yang tidak adekuat akan akan
menyebabkan tubuh ibu menggunakan cadangan lemaknya dan apabila cadangan
lemak tersebut digunakan terus menerus dan habis, maka protein yang di hati dan
otot diubah menjadi energi sehingga mengakibatkan terjadinya deplesi massa otot
yang ditandai dengan ukuran LILA <23,5 cm. Berdasarkan uraian penatalaksanaan
diatas, maka tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori. Selain tentang kebutuhan
nutrisi Ny E juga mendapatkan KIE mengenai istirahat yang cukup, tanda bahaya
kehamilan, kegunaan stiker P4K, serta manfaat ASI eksklusif kepada bayi dan KB
pasca salin.
47

BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. E G3P20002 dengan KEK,
penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. KEK adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori
dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai berat
badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang
dari 23,5 cm (Kemenkes, 2015).
2. Dampak gizi buruk terhadap ibu dapat berupa hyperemesis, keracunan
kehamilan (eklampsi), kesulitan saat kelahiran, perdarahan, bahkan dapat
membawa kematian. Bagi bayi yang ada dalam kandungan, gizi ibu yang
buruk dapat menyebabkan terjadinya keguguran (abortus), bayi lahir
sebelum waktunya (premature), BBLR, kematian neonatus dan kematian
dibawah satu tahun.
3. Pengkajian yang dilakukan terhadap Ny. E dengan KEK dikarenakan pola
makan yang tidak teratur sehingga menjadi faktor rsiko ibu mengalami KEK.
4. Asuhan yang telah diberikan sesuai dengan teori yang memberikan
pengetahuan tentang KEK dan pemberian makanan tambahan untuk ibu
hamil, kolaborasi dan evaluasi.

5.2 Saran
5.2.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi penerapan manajemen asuhan kebidanan dalam kehamilan
dalam pemecahan masalah lebih ditingkatkan dan dikembangkan, mengingat
proses tersebut sangat bermanfaat dalam membina tenaga bidan guna menciptakan
sumber daya manusia yang berpotensi profesional.

1.1.1 Instansi Pelayanan Kesehatan


48

Bidan salah satu pelaksana utama dalam memberikan asuhan kebidanan


terhadap masyarakat termasuk pada ibu dengan hamil, agar lebih meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya dengan banyak membaca buku serta mengikuti
pelatihan-pelatihan dan seminar seminar seiring dengan kemajuan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Setiap pelayanan asuhan kebidanan bidan
mampu memberikan asuhan seuai dengan manajemen dan isu-isu kesehatan terkini.
1.1.2 Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada kehamilan harus terus ditingkatkan, hal itu
dapat dilakukan dengan cara konseling atau penyuluhan. Sehingga untuk
kedepannya wanita saat hamil dapat melaksanakan setiap anjuran dan pendidikan
kesehatan yang diberikan, terutama pelayanan semasa pandemi.
DAFTAR PUSTAKA

Banudi. 2013. Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Gallagber, P.G. 2015. Wiliam Hematologi. New York : Mc Graw Hil

Kemenkes RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes
RI.

Khomsan, A., Anwar, F. 2014. Makanan Tepat Badan Sehat. Jakarta: Hikmah.

Lubis, Z. 2013. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
Dilahirkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Misaroh, Proverawati. 2016. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika

Moehji, S. 2013. Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar
Sinanti.

Mufidah, R., Rahayuning, D., dan Widajanti., L. 2016. Hubungan Tingkat


Kecukupan Energi, Tingkat Aktivitas Fisik dan Karakteristik Keluarga
Dengan Risiko Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Dawe, Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 4, Nomor
4. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm.

Sediaoetama. 2014. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian
Rakyat.

Sediaotama. 2014. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta: Dian
Rakyat.

Simarmata, M. 2014. Hubungan Pola Konsumsi, Katersediaan Pangan,


Pengetahuan Gizi dan Status Kesehatan Dengan Kejadian KEK Pada Ibu
Hamil Di Kabupaten Simalungun. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Soetjiningsih. 2015. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Supariasa, I. Bakri, B., dan Fajar, I. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: E

46
47

LAMPIRAN :
IDENTITAN IBU HAMIL.
48

GRAFIK KEHAMILAN
49

SKOR POEDJI ROCHYATI


50

Pemeriksaan Ibu Pemberian Tablet Fe

Pemberian PMT Pengukuran LILA


51

PEMERIKSAAN KEHAMILAN PEMBERIAN PMT

CONTOH KEBUTUHAN GIZI UNTUK IBU HAMIL KEK PER HARI


52

KARTU MAKANAN SEHAT IBU HAMIL

Nama ibu : TB cm
Umur : BB kg
Contoh Menu Sehat
Indek Masa Tubuh (IMT)
Kebutuhan Kalori Kkal
Pagi ; Nasi
Kalori Kkal. Lemak Gr.
Protein Gr karbohidrat gr
Ayam Goreng

Pembagian Makan sehari Pepes tahu

Makan Pagi jam 06-08 wib


Oseng –oseng Makanan
jagung muda +
berat gram

Nasi/ pengganti .......... .........


wortel
Sehat Ibu
Susu
Ikan nabati ........... .......... Hamil
Sayur ........... ..........
Jam 10.00. Bubur
Minyak ........... .......... kacang hijau
Gula pasir ............ ..........
Siang : Nasi
Selingan Jam 10 Sop Ayam
Makan siang 12-13 wib
Ikan Balado
berat gram
Kripik Tempe
Nasi/ pengganti .......... .........
Jeruk
Ikan nabati ........... ..........

Sayur ........... .......... Jam 16.00. Salat Buah


Buah ........... .........

Minyak ........... .......... Malam : Nasi


Selingan jam 15 Telur Balado
Makan Malam 18-19 wib Pergedel Tahu
berat gram
Tumis Tauge+ baso
Nasi/ pengganti .......... .........
Pisang
Ikan nabati ........... ..........

Sayur ........... ..........


MAKANLAH DENGAN POLA GIZI SEIMBANG AGAR IBU SELAMAT
Buah ........... .........
DAN BAYI SEHAT
Minyak ........... ..........
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN POLTEKKES KEMKES SURABAYA

TAHUN 2022

Anda mungkin juga menyukai