Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN INDIVIDU

KULIAH KERJA NYATA (KKN)

PEMBERIAN PMT PADA IBU HAMIL KEKURANGAN ENERGI


KRONIK (KEK) DI DESA BERU KECAMATAN BRANG REA

Disusun Oleh :

SRI NUR AGUSTINA


NIM. 2022E1D057M

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN


PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBERIAN PMT PADA IBU HAMIL KEK DI DESA BERU


KECAMATAN BRANG REA

Oleh :

SRI NUR AGUSTINA


NIM. 2022E1D057M

Menyetujui,

Pembimbing Bidan Desa Beru

(Indriyani Makmun M.Keb) ( Sri Nur agustina A.Md.Keb )


NIDN : 1104128801
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
asuhan kebidanan komunitas dengan judul “Pemberian PMT pada Ibu Hamil KEK
di Desa Beru Kecamatan Brang Rea” laporan ini dapat terselesaikan karena adanya
kerja sama, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs. Abdul Wahab, MA, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Mataram.
2. Ibu Apt. Nurul Qiyaam, M. Farm., Klin, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Mataram.
3. Cahaya Indah Lestari, M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Mataram.
4. Ibu Catur Esty Pamungkas, M. Keb, selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram.
5. Teman – teman seperjuangan yang tentunya tidak bisa penulis sebut satu persatu,
yang selalu memberi semangat, membagi pengalaman serta ilmu pengetahuan
dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan dunia
pendidikan.

Mataram, 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan .....................................................................................................4
C. Waktu dan Tempat..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
BAB III ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS...............................................18
A. Pengkajian Subyektif..............................................................................18
1. Identitas.............................................................................................18
2. Keadaan kesehatan ibu & keluarga...................................................18
3. Gizi keluarga.....................................................................................18
4. Kebiasaan pola makan (yang bermasalah)........................................18
5. Personal hygiene...............................................................................19
6. Kebersihan lingkungan keluarga.......................................................19
7. Kepemilikan......................................................................................20
B. Pengkajian Objektif.................................................................................20
1. Pemeriksaan umum...........................................................................20
2. Pemeriksaan fisik ( Head to Toe)......................................................21
C. Assessment..............................................................................................22
D. Planning dan Evaluasi.............................................................................22
BAB IV PENUTUP ................................................................................................27
A. Kesimpulan.............................................................................................27
B. Saran........................................................................................................27
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi KEK Dewasa bersadarkan IMT............................................8


Tabel 2.2 Klasifikasi Resiko KEK menurut LILA................................................. 12
6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekurangan Energi Kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan

malnutrisi, dimana terjadi kekurangan asupan makanan dalam waktu yang

cukup lama, hitungan tahun yang mengakibatkan timbulnya gangguan

kesehatan. Apabila ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm

artinya wanita tersebut beresiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi

berat lahir rendah. Seorang wanitas usia subur (WUS) yang mengalami KEK

memiliki risiko tinggi untuk melahirkan anak yang juga akan mengalami KEK

di kemudian hari. Disamping hal tersebut, kekurangan gizi menimbulkan

masalah kesehatan morbiditas, mortalitas, dan disabilitas, juga menurunkan

kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih

luas, kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan

kelangsungan hidup suatu bangsa (Paramata & Sandalayuk, 2019; Supariasa et

al., 2016).

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah kondisi ketika seseorang

mengalami kekurangan gizi yang berlangsung menahun (kronis) sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan. KEK menggambarkan asupan energi dan

protein yang tidak adekuat. Salah satu indikator untuk mendeteksi risiko KEK

dan status gizi ibu hamil adalah dengan melakukan pengukuran antropometri
7

yaitu pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada lengan tangan yang tidak

sering melakukan aktivitas gerakan yang berat. Nilai ambang batas yang

digunakan di Indonesia adalah nilai rerata LILA < 23,5 cm yang

menggambarkan terdapat risiko kekurangan energi kronik pada kelompok

wanita usia subur. (Angraini, 2018; Prawita et al., 2017).

Kurang energi kronik terjadi akibat kekurangan asupan zat-zat gizi

sehingga simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpan zat gizi akan habis dan

akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Kebijakan dibidang kesehatan

merupakan tindakan yang diambil oleh pemerintah untuk menyelamatkan dan

meningkatkan kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat. Salah satu kebijakan pemerintah dalam peningkatan pelayanan

kesehatan ibu adalah Making Pregnancy Safer (MPS). (Ardi, 2021; Azizah &

Adriani, 2018).

Menurut WHO Angka Kematian Ibu (maternal mortality rate) merupakan

jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca

persalinan yang dijadikan indikator derajat kesehatan perempuan. Angka

Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target global Sustainable

Development Goals (SDGs) dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)

menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Angka Kematian Ibu

(AKI) di dunia yaitu sebanyak 295 000 ibu meninggal selama dan setelah

kehamilan dan persalinan pada tahun 2017. Angka Kematian Ibu (AKI) di

Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan menyumbang sekitar 86% atau 254.000
8

dari perkiraan kematian ibu global pada tahun 2017. Afrika Sub-Sahara sendiri

menyumbang sekitar dua pertiga yaitu 196.000 kematian ibu, sementara Asia

Selatan menyumbang hampir seperlima yaitu 58.000. Menurut Data Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia tahun 2017 sebanyak 177 per 100.000 kelahiran hidup. (Kesehatan,

2019; World Health Organization, 2019) Berdasarkan data dari Medical

Record Puskesmas Hasanuddin Mandai Maros tahun 2021, dari 732 ibu hamil

yang memeriksakan kehamilan terdapat 100 (14%) ibu hamil yang mengalami

Kurang Energi Kronis (KEK). Sampai saat ini, masih banyak ibu hamil yang

mengalami masalah gizi, khususnya gizi kurang seperti Kurang Energi Kronis

(KEK) dan anemia gizi, sehingga mempunyai resiko kematian ibu mendadak

pada masa perinatal dan melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Pada

keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan

meningkatkan Angka Kematian Ibu dan Anak. (Putri et al., 2019; Sandra,

2018).

Asuhan kebidanan keluarga sangat erat kaitannya dengan kesehatan Ibu

dan Anak (KIA), yang meliputi kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

menyusui, imunisasi, gizi dan keluarga berencana (KB). Berdasarkan data yang

diperoleh di Desa Beru Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat

didapatkan prioritas masalah 5 jumlah ibu hamil yang mengalami KEK, maka

dari itu hal tersebut akan berakibat pada kematian ibu dan janin dalam

kandungan bila tidak mendapatkan penanganan yang tepat.


9

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga. Wanita dan Ibu adalah

dua sosok yang tidak pernah lepas dari kehidupan kita. Tanpa sosok Ibu kita

tidak akan pernah ada di dunia ini. Bahkan banyak orang-orang hebat yang

tidak akan pernah bisa menjadi hebat tanpa didukung dengan sosok wanita

hebat di belakangnya. Ada begitu banyak definisi dan arti dari wanita namun

semua arti dan definisi itu bersumber pada satu kesimpulan, bahwa wanita

adalah sosok yang sangat hebat terlepas dari segala kekurangan yang

dimilikinya.

Asuhan kebidanan pada keluarga merupakan asuhan kebidanan komunitas

dimana pelayanan kebidanan komunitas merupakan upaya yang dilakukan

bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan lansia di dalam keluarga

dan masyarakat supaya keluarga dan masyarakat selalu berada dalam kondisi

kesehatan yang optimal. Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas termasuk di

dalamnya adalah penyuluhan dan nasihat tentang kesehatan, pemeliharaan

kesehatan lansia , pengobatan sederhana bagi ibu dan balita, perbaikan gizi

keluarga, imunisasi ibu dan anak, pertolongan persalinan serta pelayanan KB.

Yang menjadi sasaran kebidanan komunitas yaitu ibu (prahamil, hamil,

bersalin, nifas), anak (bayi baru lahir, balita, anak pra sekolah, remaja),

keluarga (wanita dengan gangguan sistem reproduksi), masyarakat. Yang

menjadi sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga.

Keluarga Ny. S merupakan salah satu keluarga yang mempunyai masalah


10

kesehatan. Keluarga Ny. S merupakan keluarga kecil yang sederhana.. Dalam

satu rumah Keluarga Ny. S hanya ada satu KK, yang terdiri dari Ayah, Ibu dan

Anak. Permasalahan kesehatan keluarga Ny. S yang paling menonjol adalah

Ny. S yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu untuk mengerti, memahami dan dapat

memberikan serta menerapkan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga

b. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian

c. Mahasiswa mampu merumuskan masalah

d. Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah

e. Mahasiswa mampu melaksanakan manajemen kebidanan komunitas

pada keluarga

f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dan dokumentasi

C. Waktu dan Tempat

KKN dilaksanakan selama 2 hari (12-13 Januari 2023) di Desa Beru

Kecamatan Brang Rea.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang

berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang

masih memiliki hubungan darah(Wikipedia, 2023). Menurut Departemen

Kesehatan RI ( 2017 ), keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan

tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. Sedangkan menurut Salvicion dan Ara Celis (2015), keluarga

adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidupnya dalam

suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

1. Struktur Keluarga

Struktur keluarga ada beberapa macam, diantaranya :

a. Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga

adalah dipihak ayah.

b. Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasan dalam keluarga

adalah dipihak ibu.

c. Equalitarian, yang memegang kekuasan dalam keluarga adalah ayah

dan ibu.
12

d. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

e. Keluarga Kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluaraga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suatu atau istri.

2. Ciri-Ciri Keluarga

Ciri-ciri struktur keluarga menurut Anderson Carter :

a. Terorganisasi

Adalah saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.

b. Ada keterbatasan

Adalah setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan

Adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya

masing-masing.

3. Bentuk-Bentuk Keluarga

a. Nuclear Family (keluarga inti)

Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.

b. Extendet Family (Keluarga Besar)

Adalah keluarga inti di tambah dengan sanak saudara misalnya: nenek,

kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.


13

c. Serial Family (Keluarga Berantai)

Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih

dari 2x dan merupakan satu keluarga inti.

d. Single Family (Keluarga Duda atau Janda)

Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e. Composite Family (Keluarga Berkomposisi)

Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami atau hidup bersama.

f. Cahibitation Family (Keluarga habitas)

Adalah dua orang yang menjadi satu keluarga.

4. Peran Keluarga

Menurut Hartan dan Hunt peran keluarga terdiri dari sebagai berikut :

a. Peran Ayah.

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anaknya berperan

mencari nafkah, pendidikan, perlindungan dan member rasa aman

sebagai kepala keluarga, sebagai kelompok masyarakat.

b. Peran Ibu

Sebagai istri dan suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peran mengurus rumah tangga pengasuh anak-anaknya dan sebagai satu

kelompok dari peran sentral darianggota masyarakat dan pencari nafkah

c. Peran Anak

Anak melaksanakan perahan psikososial sesuai tingkat perkembangan

baik,fisik, mental, social , dan spiritual.

5. Fungsi Keluarga
14

Fungsi keluarga sehari-hari menurut Horton dan Hunt yaitu :

a. Fungsi pengaturan seksual.

Yaitu keluarga merupakan wadah sah baik ditinjau dari agama maupun

maryarakat dalam pengetahuan dan pemuasan keinginan seksual.

b. Fungsi Reproduksi

Yaitu keluarga berfungsi menghasilkan anggota baru sebagai penerus

keturunan.

c. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan

Yaitu memberikan perlindungan dan pemeliharaan terhadap stress.

d. Fungsi Pendidikan

Yaitu keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan

utama karena anak-anak mengenal pendidikan sejak lahir.

e. Fungsi Sosialisasi

Yaitu individu atau anggota keluargamempelajari kebiasaan ide-ide

nilai dan tingkah laku dalam masyarakat.Melalui lingkungan keluarga.

f. Fungsi Toleran dan Efektif

Yaitu apabila rasa cinta kasih saying dalam keluarga dapat dirasakan

oleh semua anggota maka anggota keluarga akan merasakan

kesenangan kegembiraan dan ketentraman sehingga mereka akan

kerasan tinggal dirumah maka keluarga merupakan tempat rekreasi bagi

anggota keluarga.

g. Fungsi Ekonomi.
15

Yaitu anggota keluarga sebagai penghasil ekonomi terutama orang tua

sedangkan anggota keluarga yang lain atau anak berfungsi sebagai

konsumen.

h. Fungsi Status Sosial

Yaitu suatu dasar yang menunjukan kedudukan atau status bagi anggota

nya

6. Tugas Keluarga

Pada dasarnya ada 8 tugas pokok dalam keluarga, yaitu :

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

b. Pemeliharaan sumber-sumbr daya yang ada pada keluarga.

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing.

d. Sosialisasi antar anggota keluarga.

e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

7. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga

Tahap tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :

a. Tahap pembentukan kelurga

Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk

rumah tangga.
16

b. Tahap menjelang kelahiran anak

Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai

generasi penerus, melahirkan ank merupakan kebanggan bagi keluarga

yang merupakan saat-saat yang dinantikan.

c. Tahap menghadapi bayi

Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik, dan memberikan kasih

sayang kepada anak karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat

tergantung pada kedua orang tuanya dan kondisinya masih sangat lemah.

d. Tahap menghadapi anak prasekolah

Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah

mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah

kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang

bersih. Dalam fase ini anak sangat stress terhadap pengaruh lingkungan

dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma

kehidupan,norma-norma agama, norma-norma social budaya dan

sebagainya.

e. Tahap menghadapi anak sekolah

Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,

mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya.Membiasakan

anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan

meningkatkan pengetahuan umum anak.

f. Tahap menghadapi anak remaja


17

Tahap ini adalah tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak

akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh

karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat

diperlukan.Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua

dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.

g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat

Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan

pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak

kemasyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam

tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.

h. Tahap berdua kembali

Setelah anak besar dan menempu kehidupan keluarga sendiri-sendiri,

tinggalah suami istri berdua saja.dalam tahap ini kelurga akan merasa

sepi,dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan

depresi dan stress.

i. Tahap masa tua

Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua

mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

8. Gambaran Keluarga Sehat

Pelayanan kebidanan komunitas diarahkan untuk mewujudkan

keluarga yang sehat dan sejahtera. Pelayanan kebidanan komunitas adalah


18

bagian upaya kesehatan keluarga. Keluarga sehat adalah kondisi yang

mendorong terwujudnya keluarga sejahtera (Syahlan, 2018).

Gambaran keluarga sehat dapat dikemukaan sebagai berikut :

a. Anggota keluarga dalam kondisi sehat fisik, mental, maupun sosial.

b. Cepat meminta bantuan kepada tenaga kesehatan atau unit pelayanan

kesehatan bila timbul masalah kesehatan pada salah satu anggota

keluarga.

c. Di rumah tersedia kotak berisi obat-obatan sederhana untuk P3K.

d. Tinggal di rumah dan lingkungan yang sehat.

e. Selalu memperhatikan kesehatan keluarga dan masyarakat.

B. Manajemen / Asuhan kebidanan pada keluarga

Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian

tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien

(Simatupang E.J, 2012)

Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab

bidan dalam pelayanan yang di berikan kepada klien yang memiliki kebutuhan

atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga

berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat

1. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan (Varney, 2010)

Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah. Manajemen asuhan

kebidanan dimulai dengan identifikasi data dasar dan diakhiri dengan


19

evaluasi asuhan kebidanan. Ketujuh langkah terdiri dari keseluruhan

kerangka kerja yang dapat dipakai dalam segala situasi. Langkah tersebut

sebagai berikut :

a. Langkah I. Identifikasi Data Dasar

Identifikasi data merupakan langkah awal dari manajemen kebidanan,

langkah yang merupakan kemampuan intelektual dalam mengidentifikasi

masalah klien, kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka identifikasi data

dasar meliputi pengumpulan data dan pengolahan.

1) Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data mencari dan menggali data/fakta atau

informasi baik dari klien, keluarganya maupun tim kesehatan lainnya

atau data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada pencatatan

dokumen medik, hal yang dilakukan dalam pengumpulan data

meliputi :

a) Wawancara

Wawancara/anamnese adalah tanya jawab yang dilakukan antara

bidan dan klien, keluarga maupun tim medis lain dan data yang

dikumpulkan mencakup semua keluhan klien tentang masalah yang

dimiliki.

b) Observasi dan pemeriksaan fisik

Pada saat observasi dilakukan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan

perkusi. Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung kepala sampai

ujung kaki (head to toe).


20

2) Pengolahan data

Setelah data dikumpulkan secara lengkap dan benar maka selanjutnya

dikelompokkan dalam :

a) Data subyektif

Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat

menstruasi, riwayat persalinan, riwayat nifas dan laktasi yang lalu,

riwayat ginekologi, dan KB, latar belakang budaya, pengetahuan

dan dukungan keluarga serta keadaan psikososial.

b) Data obyektif

Menyangkut keadaan umum, tinggi dan berat badan, tanda-tanda

vital dan keadaan fisik obstetri.

c) Data penunjang

Meliputi hasil pemeriksaan laboratorium.

b. Langkah II. Merumuskan diagnosa/masalah actual

Diagnosa adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang diputuskan

berdasarkan identifikasi yang didapat dari analisa-analisa dasar. Dalam

menetapkan diagnosa bidan menggunakan pengetahuan profesional

sebagai data dasar untuk mengambil tindakan diagnosa kebidanan yang

ditegakkan harus berlandaskan ancaman keselamatan hidup klien.

c. Langkah III. Merumuskan diagnose/masalah potensial

Bab ini mengidentifikasi masalah potensial yang mungkin akan terjadi

pada klien jika tidak mendapatkan penanganan yang akurat, yang

dilakukan melalui pengamatan, observasi dan persiapan untuk segala


21

sesuatu yang mungkin terjadi bila tidak segera ditangani  dapat

membawa dampak yang lebih berbahaya sehingga mengancam

kehidupan klien.

d. Langkah IV. Identifikasi Perlunya Tindakan Segera dan Kolaborasi

Menentukan intervensi yang harus segera dilakukan oleh bidan atau

dokter kebidanan. Hal ini terjadi pada penderita  gawat darurat yang

membutuhkan kolaborasi dan konsultasi dengan tenaga kesehatan yang

lebih ahli sesuai keadaan klien. Pada tahap ini, bidan dapat melakukan

tindakan emergency sesuai kewenangannya,kolaborasi maupun

konsultasi untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Pada bagian ini pula,bidan

mengevaluasi setiap keadaan klien untuk menentukan tindakan

selanjutnya yang diperoleh dari hasil kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain. Bila klien dalam keadaan normal tidak perlu dilakukan apapun

sampai tahap kelima.

e. Langkah V. Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan

Mengembangkan tindakan komprehensif yang ditentukan pada tahap

sebelumnya, juga mengantisipasi diagnosa dan masalah kebidanan secara

komprehensif yang didasari atas rasional  tindakan yang relevan dan

diakui kebenarannya sesuai kondisi dan situasi berdasarkan analisa dan

asumsi yang seharusnya boleh dikerjakan atau tidak oleh bidan.

f. Langkah VI. Impelementasi

Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan bekerja sama

dengan tim kesehatan lain. Bidan harus bertanggung jawab terhadap


22

tindakan langsung,konsultasi maupun kolaborasi,implementasi yang

efisien akan mengurangi waktu dan biaya perawatan serta meningkatkan

kualitas pelayanan pada klien.

g. Langkah VII. Evaluasi

Langkah akhir manajemen kebidanan adalah evaluasi. Pada langkah

ini,bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan

yang diberikan kepada klien

C. Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK)

1. Pengertian Kekurangan Energi Kronik (KEK)

Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah keadaan dimana ibu

mengalami malnutrisi yang disebabkan kekurangan satu atau lebih zat

gizi makanan yang berlangsung menahun (kronik) yang mengakibatkan

timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relatif atau absolut

(Sipahutar, Aritonang dan Siregar, 2013). Kekurangan Energi Kronik

sering terjadi pada pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil

(Arisman, 2010). Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada ibu

hamil terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal (individu/keluarga) yaitu genetik, obstetrik, dan seks.

Sedangkan faktor eksternal adalah gizi, obat–obatan, lingkungan, dan

penyakit (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).

2. Penilaian Status Gizi pada Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi

Kronik (KEK)

Metode untuk Penilaian Status Gizi dibagi ke dalam tiga


23

kelompok. Pertama, metode secara langsung yang terdiri dari penilaian

tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan antropometri.

Kedua, penilaian dengan statistik kesehatan (tidak langsung).

Kelompok terakhir adalah penilaian dengan melihat variabel ekologi.

Dari sekian banyak metode PSG, metode langsung yang paling sering

digunakan adalah antropometri (Arisman, 2010). Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan yaitu : Berat Badan menurut Umur

(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Lingkar Lengan Atas

(LILA), Lingkar Kepala, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Massa

Tubuh menurut Umur (IMT/U). Antropometri merupakan cara

penentuan status gizi yang paling mudah. TB/U, BB/U, dan BB/TB

direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status

gizi balita (Gibney, Barrie, John et al., 2008 dalam Adriani, 2012).

Sedangkan untuk indeks antropometri yang umum digunakan pada

orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) adalah indeks massa tubuh (IMT).

IMT tidak dapat digunakan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil,

olahragawan, dan orang dengan keadaan khusus seperti edema, asites,

dan hepatomegali (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).

Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam buku Gizi Ibu

Hamil, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui

status gizi ibu hamil, antara lain (1) memantau penambahan berat badan

selama hamil, (2) mengukur LILA untuk mengetahui apakah seseorang

menderita KEK dan (3) mengukur kadar Hb untuk mengetahui kondisi


24

ibu apakah menderita anemia yang merupkakan faktor resiko kekurang

gizi (Kristiyanasari, 2010).

Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index

Masa Tubuh = IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Wanita dengan status

gizi rendah atau biasa dikatakan IMT rendah, memilik efek negatif pada

hasil kehamilan, biasanya berat bayi baru lahir rendah dan kelahiran

preterm. Sedangkan wanita dengan status gizi berlebihan atau IMT

obesitas dikatakan memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan seperti

keguguran, persalinan operatif, preeklamsia, thromboemboli, kematian

perinataldan makrosomia (Sativa, 2011). IMT dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

IMT : Berat Badan (kg)


Tinggi Badan (m)2
Berikut ini klasifikasi KEK berdasarkan IMT :

Tabel 2.1 Klasifikasi KEK Dewasa bersadarkan IMT

IMT Derajat KEK


>18,5 Normal
17,0 – 18,4 Ringan
16,0 – 16,9 Sedang
< 16,0 Berat
Sumber: Arisman (2012)

Tetapi pada pengukuran ibu hamil tidak disarankan untuk

menggunakan pegukuran IMT di karenakan berat badan ibu

berubah-ubah selama kehamilan. Selain itu menurut penelitian


25

Kalsum (2014) menyatakan bahwa IMT tidak dapat digunakan

untuk pengukuran ibu hamil pandek (stunted) karena pada keadaan

ibu pendek, proporsi tubuh ibu tidak sesuai dengan berat badan ibu,

maka pada keadaan ibu pendek sering kali ibu tidak dapat

terdeteksi KEK dengan menggunakan perhitungan IMT.

1) Mengukur Kadar Hemoglobin (Hb)

Ibu hamil umumnya mengalami defisiensi besi sehingga hanya

memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk

metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan

menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di

bawah 11 gr/dl selama trimester III. Beberapa akibat anemia gizi

pada wanita hamil akan menyebabkan gangguan nutrisi dan

oksigenasi utero plasenta. Hal ini jelas menimbulkan gangguan

pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi immaturitas,

prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan BBLR

(Kristiyanasari, 2010).

2) Mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi

wanita usia subur usia 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita

kurang energi kronis (KEK). Berat badan prahamil di Indonesia,

umumnya tidak diketahui sehingga LILA dijadikan indikator gizi

kurang pada ibu hamil (Ariyani, Diny, Endang, et al., 2012).

Menurut WHO Collaborative Study menunjukkan bahwa nilai


26

cut off Mid Upper Arm Circumference (MUAC) atau Lingkar

Lengan Atas (LILA) < 21 cm - < 23 cm memiliki risiko signifikan

untuk Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebesar

95%. LILA digunakan untuk mengidentifikasi ibu hamil dengan

resiko KEK karena LILA memiliki beberapa keuntungan

diantaranya mudah untuk digunakan dan hanya membutuhkan satu

pengukuran serta dapat diguanakan sebagai alat pengukuran status

gizi dalam keadaan darurat. Sphere Guideline 10

merekomendaasikan LILA sebagai alat skrining untuk wanita

hamil sebagai kriteria untuk menentukan ibu hamil dengan KEK

sehingga dapat ditentukan program makan yang sesuai. Sphere

Guideline 10 menyatakan bahwa cut off point untuk pengukuran

LILA berkiasar dari 21 cm - 23 cm bervariasi sesuai negara

(Ververs, Annick, Anita, et al., 2013).

Di Indonesia menurut Departemen Kesehatan alat ukur yang

digunakan untuk mengetahui KEK pada ibu hamil menggunakan

metode LILA (Kalsum, Bambang, Ratna et al., 2014). Sasarannya

adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari

remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui. Ambang batas LILA WUS

dan Ibu Hamil dengan resiko KEK

adalah 23,5 cm. Dimana seseorang dikatakan KEK ketika LILA <

23,5 cm artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan

diperkirakan akan melahirkan BBLR. BBLR mempunyai resiko


27

kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan

perkembangan anak (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013).

LILA digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas pada

wanita hamil. Ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan atas

tengah adalah pengukuran secara tidak langsung untuk menilai dua

komponen penting dalam tubuh yaitu, masa lemak bebas dan lemak

bebas (fat and fat free mass). Alasan mengapa mengukur kedua

komponen ini penting adalah karena lemak merupakan bentuk

penyimpanan energi utama serta masa lemak bebas (fat free mass).

Sedangkan otot merupakan indikator yang baik untuk mengukur

cadangan protein didalam tubuh. LILA maternal ditemukan relatif

stabil selama kehamilan. Sehingga LILA tidak berhubungan

dengan usia kehamilan (Ververs, 2011). Ukuran LILA selama

kehamilan hanya berubah sebanyak 0,4 cm. Perubahan ini

selama kehamilan tidak terlalu besar sehingga pengukuran LILA

pada masa kehamilan masih dapat dilakukan untuk melihat status

gizi ibu hamil (Ariyani, Diny, Endang, et al., 2012).

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) merupakan pengukuran

sederhana untuk menilai malnutrisi energi protein karena massa

otot merupakan indeks cadangan protein, serta sensitif terhadap

perubahan kecil pada otot yang terjadi, misalnya bila jatuh sakit.

Pengukuran LILA juga memberi gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit (Hastuti, 2012).


28

Adapun ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2.2 Klasifikasi Resiko KEK menurut LILA Wanita Usia

Subur (WUS) dan Ibu Hamil

Sumber: Supariasa, Bakri dan Fajar 2013

Nilai Ambang Batas LILA (cm) KEK

Untuk < 23,5 Resiko

≥ 23,5 Tidak Resiko

melakukan pengukuran LILA pada Ibu Hamil, ada 7 (tujuh) urutan pengukuran

LILA, yaitu (Supariasa, Bakri dan Fajar, 2013):

a) Tetapkan posisi bahu dan siku

b) Letakkan pita antara bahu dan siku

c) Tentukan titik tengah lengan

d) Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

e) Pita jangan terlalu ketat

f) Pita jangan terlalu longgar

g) Cara pembacaan skala yang benar

Dalam pengukuran LILA terdapat perubahan secara paralel

dalam masa otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis

kekurangan gizi (Nur’Arofah dan Puspitasari, 2017). Menurut

jurnal A New Alternative Indicator for Chronic Energy

Deficiency in Women of Childbearing Age in Indonesia tahun

2014 mengatakan bahwa IMT tidak dapat digunakan untuk


29

mengukur KEK pada ibu hamil yang pendek, karena proporsi

antara tinggi badan dan berat badan mereka akan di agap normal

ketika dihitung, sedengkkan dengan LILA pengukuran lengan

cukup stabil (Kalsum, Bambang, Ratna et al., 2014).

LILA yang rendah dapat menggambarkan IMT yang rendah

pula. Ibu yang menderita KEK sebelum hamil biasanya berada

pada status gizi yang kurang, sehingga pertambahan berat badan

selama hamil harus lebih besar. Makin rendah IMT pra hamil

maka makin rendah berat lahir bayi yang dikandung dan makin

tinggi risiko BBLR. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan

untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran LILA digunakan karena pengukurannya sangat

mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja (Supariasa, Bakri

dan Fajar, 2013).

3. Dampak KEK

Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu

maupun janin yang dikandungnya yaitu meliputi:

1) Akibat KEK pada ibu hamil yaitu (Sipahutar, 2013) :

a) Terus menerus merasa letih

b) Kesemutan

c) Muka tampak pucat

d) Kesulitan sewaktu melahirkan

e) Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi


30

kebutuhan bayi

2) Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang

dikandung antara lain (Sipahutar, 2013) :

a) Keguguran

b) Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan

berat lahir rendah (BBLR)

c) Perkembangan otak janin terlambat, hingga

kemungkinan nantinya kecerdasaan anak kurang

d) bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)

e) Kematian bayi

Menurut Kristiyanasari (2010) yang dikutip dalam

Buku Gizi Ibu Hamil, bila ibu mengalami kekurangan gizi

selama hamil akan menimbulkan masalah, baik pada ibu

maupun janin. Gizi kurang pada trimester I akan

berpengaruh terhadap janin, antara lain dapat mempengaruhi

proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan

keguguran (abortus), kematian neonatal, cacat bawaan,

anemia pada bayi, asfiksia intrapartum (mati dalam

kandungan), bayi lahir dengan BBLR (Kristiyanasari, 2010).

Menurut Sari (2011) Ibu hamil yang menderita KEK

dan anemia mempunyai resiko kesakitan yang lebih besar

terutama pada trimester III kehamilan dibandingkan dengan

ibu hamil normal. Akibatnya mempunyai resiko yang lebih


31

besar untuk melahirkan bayi dengan BBLR, dan pengaruh

gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan

persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya

(premature), persalinan dengan operasi cenderung

meningkat, kematian saat persalinan, serta perdarahan pasca

persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami

gangguan kesehatan.

4. Faktor yang Mempengaruhi KEK pada Ibu Hamil

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh

kekurangan zat gizi antara lain: (1) jumlah zat gizi yang

dikonsumsi kurang, (2) mutu zat yang di konsumsi rendah

atau (3) zat yang dikonsumsi gagal untuk diserap dan

digunakan didalam tubuh (Sipahutar, Aritonang dan Siregar,

2013).

1) Jumlah asupan makanan

Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari

pada kebutuhan wanita yang tidak hamil. Hal ini

disebabkan karena adanya penyesuaian dari perbedaan

fisiologi selama kehamilan, hal inilah yang menyebabkan

jumlah asupan makanan yang biasanya di konsumsi ibu

selama hamil tidak sesuai dengan kebutuhan yang

seharusnya. Akhirnya menyebabkan ibu hamil

kekurangan nutrisi yang adekuat yang menyebabkan


32

faktor resiko terjadinya KEK pada ibu hamil (Sipahutar,

Aritonang dan Siregar, 2013).

2) Mutu zat yang di konsumsi rendah

Mutu zat yang dikonsumsi rendah berhubungan

dengan daya beli keluarga untuk memenuhi

kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyatan bahwa

kemiskinan dan rendahnya pendidikan dapat

mempengaruhi status gizi ibu hamil sehingga tingkat

konsumsi pangan dan gizi menjadi rendah. Selain itu

buruknya sanitasi dan hignine pada makanan dapat

mampengaruhi mutu zat yang dikonsumsi (Istiany dan

Rusilanti, 2014).

3) Zat yang Dikonsumsi Gagal untuk Diserap dan

Digunakan Didalam Tubuh

Zat gizi adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

degesti, absorpsi, transportasi (Supariasa, Bakri dan

Fajar, 2013).

Faktor lain yang mempengaruhi status gizi pada ibu

hamil yaitu keadaan sosial dan ekonomi, jarak kelahiran

terlalu dekat dimana jarak antara dua kelahiran yang terlalu

dekat, paritas, usia kehamilan pertama, dan tingkat pekerjaan

fisik (Istiany, Ari dan Rusilanti, 2013). Selain itu faktor yang
33

mempengaruhi gizi ibu hamil adalah umur, berat badan, suhu

lingkungan, makanan, kebiasaan dan pandangan wanita

terhadap makanan, status ekonomi (Banudi, 2013). Di

Indonesia sendiri kasus Kekurangan Energi Kronis (KEK)

disebabkan oleh beberapa faktor yakni faktor umur,

pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit, riwayat anemia,

dan paritas.

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


34

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Januari 2023

Jam : 11.00 WITA

A. Pengkajian Subjek

1. Identitas

Identitas Pasien Identitas Suami

Nama : Ny. S Tn. K

Umur : 28 tahun 30 tahun

Agama : Islam Islam

Suku Bangsa : Sumbawa Sumbawa

Pendidikan : SMP SMA

Pekerjaan : IRT Wiraswasta

Alamat : Desa Beru

2. Keadaan Kesehatan Ibu dan Keluarga

Ibu mengatakan ia dan keluarga tidak pernah menderita penyakit jantung,

ginjal, asma, hepatitis, diabetes militus, hopertensi dan penyakit kronik

lainnya.

3. Gizi Keluarga

a. Makan

Ibu mengatakan ia dan keluarga makan 3x sehari dengan lauk ikan dan

sayur-sayuran

b. Minum

Ibu mengatakan ia dan keluarga minum 6-8 gelas per hari dengan jenis
35

minuman air putih.

4. Personal hygiene

a. Mandi

Ibu mengatakan ia dan keluarga mandi 2x sehari

b. Keramas

Ibu mengatakan ia dan keluarga keramas 2x dalam seminggu

c. Sikat gigi

Ibu mengatakan ia dan keluarga sikat gigi 2x sehari

d. Potong kuku

Ibu mengatakan ia dan keluarga memotong kuku setiap 1x seminggu

5. Kebersihan Lingkungan Keluarga

a. Rumah

1) Bentuk rumah batu yang merupakan rumah sendiri, mempunyai

ventilasi dan pencahayaan yang baik serta terjaga kebersihannya.

2) Ventilasi rumah cukup baik, pertukaran udara keluar masuk cukup

baik

3) Ruangan dalam rumah cukup mendapatkan cahaya

4) Pengaturan perabot rumah tangga kurang baik karena rumah sempit

5) Keluarga tidak mempunyai kamar mandi sendiri

b. Sumber air bersih

Sumber air bersih keluarga berasal dari pegunungan dengan keadaan air

jernih, tidak berbau, sehingga digunakan untuk mandi dan mencuci serta

minum.
36

c. Tempat sampah

Keluarga membuang sampah di tong sampah.

d. Pembuangan air limbah

SPAL keluarga adalah SPAL tertutup sehingga airnya tidak terpakai

kemana-mana

e. Lingkungan rumah

Lingkungan rumah cukup baik, jarak rumah keluarga dengan rumah

tetangga ± 3 meter dan cukup aman dari gangguan kejahatan.

6. Kepemilikan Rumah

Rumah merupakan milik Ny. S dan Suaminya Tn. K

B. Pengkajian Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. Berat badan :

Sebelum hamil : 38 kg

Sekarang : 47 kg

d. Tinggi badan : 157 cm

e. LiLA : 23 cm

f. Tanda vital

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 82 x / menit
37

Pernapasan : 23x / menit

Suhu : 36,5 0C

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

1) Kepala : rambut hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih

2) Muka : tidak pucat, tidak oedem

3) Mata : bentuk simestris, konjungtiva tampakpucat, sklera tidak ikterik

Telinga : bentuk simestris, tidak ada pengeluaran serumen

4) Hidung : bentuk simestris tidak ada polip, tidak ada pergerakkan

cuping hidung

5) Mulut: bentuk simestris, bibir tidak pucat, tidak pecah-pecah, tidak

sariawan

6) Leher :tidak ada massa, tidak ada pembengkakan vena jugularis

7) Dada : tampak simestris saat inspirasi dan ekspirasi

8) Payudara : tampak simetris, tidak ada massa, putting susu menonjol,

terdapat hiperpigmentasi pada aerola

b. Palpasi

1) Kepala : tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan

2) Leher : tidak teraba pembengkakan vena jugularis, pembesaran

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

3) Payudara : tidak teraba adanya massa, ada pengeluaran kolostrum ,

tidak nyeri tekan

4) Abdomen :
38

Leopold I : Tinggi Fundus Uteri 3 jari dibawah pusat

Leopold II : Tidak teraba

Leopold III : Tidak teraba

Leopold IV : Tidak teraba

c. Auskultasi : -

d. Perkusi

Cek ginjal : Kiri/kanan, ( -) / ( - )

Refleks Patella : Kiri/kanan, (+ ) / ( +)

3. Assasment

Diagnosa : G1P0A0 umur kehamilan 18 minggu dengan kekurangan

energi kronik (KEK)

Masalah : KEK

Kebutuhan : KIE ibu hamil dengan KEK dan memberikan PMT

4. Planning dan Evaluasi

1. Memberitahukan pada ibu hamil pemeriksaan yang dilakukan keadaan

umum : baik, kesadaran : compos mentis, TD : 110/80, R : 23 x/m, N :

82 60 x/m, T : 36,5 0C dan memberitahu ibu bahwa dari hasil

pemeriksaan ibu mengalami kekurangan energi kronik (KEK).

“Ibu mengetahui semua hasil pemeriksaan”

2. Menjelaskan kepada ibu bahwa Kekurangan Energi Kronis (KEK)

adalah salah satu keadaan malnutrisi. Dimana keadaan ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara relative


39

atau absolut satu atau lebih zat gizi. Kekurangan gizi akut disebabkan

oleh tidak mengkomsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau

makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode

tertentu untuk mendapatkan tambahan kalori dan protein yang cukup

atau juga bisa disebabkan menderita mutaber ata penyakit kronis

lainnya.

“ Ibu mengerti yang dijelaskan”

3. Memberitahu ibu tentang dampak dari KEK kepada ibu antara lain:

anemia, perdarahan berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan

terkena penyakit infeksi, sehingga akan meningkatkan kematian ibu,

dampak pada proses persalinan antara lain : persalinan sulit dan lama,

persalinan prematur/sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta

persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat, dan

Dampak bagi janin antara lain : menimbulkan keguguran, abortus, bayi

lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia, intra partum, lahir

dengan berat badan rendah (BBLR).

“ibu mengertian tentang penjelasan yang di berikan”

4. Menganjurkan ibu untuk mengkomsumsi makan-makanan yang bergizi

untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan seperti karbohidrat

berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh untuk melakukan aktifitas

sehari-hari contohnya : nasi, roti, gandum dll. Protein berfungsi sebagai

zat pembangun dalam tubuh untuk mengganti sel-sel yang rusak dalam

tubuh contohnya : ikan, telur, daging dan susu. Vitamin berfungsi


40

sebagai pengatur proses kegiatan dalam tubuh merupakan suatu zat

senyawa kompleks contohnya : buah dan sayur, dan mengajurkan ibu

untuk memakan PMT (biskuit) yang telah diberikan oleh tenaga

kesehatan. Dan menganjurkan ibu untuk mengolah makanan dan

memasak sayuran yang baik dan benar dengan cara mencuci sayuran

terlebih dahulu, setelah itu dipotong-potong dan dimasak jangan sampai

layu. “ Ibu bersedia untuk memakan makanan bergizi yang dianjurkan

petugas kesehatan seperti mengkomsumsi nasi, ikan, sayur, buah dan

susu.

“Ibu bersedia mengolah dan memasak sayuran dengan baik”

5. Menganjurkan ibu untuk tetap meluangkan waktunya untuk beristirahat

minimal 1-2 jam pada siang hari 6-8 jam pada malam hari agar pola

istirahat ibu terpenuhi

“ibu bersedia untuk meluangkan waktunya untuk istirahat”

6. Memberitahu ibu tanda bahaya kehamilan seperti : keluar cairan

pervaginam, nyeri perut bagian bawah, sakit kepala hebat, penglihatan

kabur, bengkak pada wajah, tangan dan kaki. Menganjurkan ibu

kepetugas kesehatan apabila mendapati tanda bahaya kehamilan

tersebut.

“ibu mengetahui tanda bahaya kehamilan dan bersedia datanh kepetugas

kesehatan apabila menemukan tanda dan gejala tersebut”

7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan 1 bulan lagi yaitu pada tanggal 13

Februari 2022 di fasilitas kesehatan terdekat. Namun apabila ibu


41

menemukan tanda bahaya pada kehamilan ibu dapat segera dating

kepetugas kesehatan terdekat.

“Ibu bersedia untuk kunjungan ulang”

CATATAN PERKEMBANGAN
42

Tanggal : 13 Januari 2023

Jam : 10.00 WITA

S: Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O: K/U Baik, Kesadaran Compos Mentis TD : 110/80, N : 85 x/m, R : 23 x/m,

S : 360C LiLA : 23 cm, BB : 47 kg, TB : 157 Pemeriksaan abdomen

Leopold I : TFU3 jari dibawah Pusat Leopold II : Tidak teraba Leopold

III :Tidak teraba Leopold IV : Tidak teraba

A: Ny. S Umur 28 tahun G1P0A0 Usia kehamilan 18 minggu dengan

Kekurangan Energi Kronik (KEK)

P: 1. Memberitahu hasil pemeriksaan

2. Menganjurkan ibu tetap mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi

3. Mengingatkan ibu untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan

selalu mengkonsumsi PMT agar berat ibu dan janin bertambah

4. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat yang cukup - menjelaskan

tanda-tanda bahaya kehamilan

BAB IV

PENUTUP
43

A. Kesimpulan

Setelah akhir praktik KKN, mahasiswa mampu melaksanakan asuhan

kebidanan komunitas pada keluarga meliputi :

1. Pengkajian terhadap Ny. S dengan Kekurangan Energi Kronik (KEK)

2. Menginterpretasikan masalah apa saja yang terjadi pada keluarga Ny. S

3. Menentukan diagnosa apa yang terjadi pada keluarga binaan

4. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi

5. Melakukan pelaksanaan yang telah di buat

6. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.

B. Saran

1. Bagi keluarga

Sebaiknya keluarga lebih memperhatikan kesehatan khususnya pada

Ny. S yang sedang hamil dan mengalami KEK agar selalu menjaga

nutrisi.

2. Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola

asuhan kebidanan komunitas khususnya pada keluarga sehingga dapat

mengaplikasikan teori-teori yang ada dengan keadaan di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai